keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata...

72
KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA DI INDONESIA SKRIPSI OLEH : SYAHRIATUR RAHMAH FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA 2016

Upload: buicong

Post on 06-Feb-2018

270 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIKPADA PERJANJIAN PERDATA DI INDONESIA

SKRIPSI

OLEH :SYAHRIATUR RAHMAH

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA

SURABAYA

2016

Page 2: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIKPADA PERJANJIAN PERDATA DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Wijaya Putra

OLEH :SYAHRIATUR RAHMAH

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA

SURABAYA

2016

Page 3: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK

PADA PERJANJIAN PERDATA DI INDONESIA

NAMA : SYAHRIATUR RAHMAH

NPM : 12120041

JURUSAN : ILMU HUKUM

FAKULTAS : HUKUM

DI SETUJUI dan DITERIMA OLEH :

DOSEN PEMBIMBING

ANDY USMINA WIJAYA, S.H., M.H

Page 4: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

Telah diterima dan disetujui oleh Tim Penguji Skripsi serta dinyatakan LULUS.

Dengan demikian skripsi ini dinyatakan sah untuk melengkapi syarat-syarat

mencapai gelas Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas

Hukum Universitas Wijaya putra Surabaya.

Surabaya, Agustus 2016

Tim Penguji Skripsi :

Ketua : Andy Usmina Wijaya, S.H, M.H (………………………)

(Dekan)

Sekretaris : Andy Usmina Wijaya, S.H, M.H (………………………)

(Pembimbing)

Anggota : 1. Dr. H. Taufiqurrahman, S.H, M.Hum (………………………)

(Dosen Penguji I)

2. Musa, S.H, M.H (………………………)

(Dosen Penguji II)

Page 5: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

ORANG-ORANG HEBAT DI BIDANG APAPUN BUKAN

BARU BEKERJA KARENA MEREKA TERINSPIRASI,

NAMUN MEREKA MENJADI TERINSPIRASI KARENA

LEBIH SUKA BEKERJA. MEREKA TIDAK MENYIA-

NYIAKAN WAKTU UNTUK MENUNGGU INSPIRASI.

(ERNEST NEWMAN)

Page 6: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

MOTTO

JIKA KESEMPATAN TIDAK PERNAH DATANG,

BUATLAH!

Page 7: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah s.w.t

karena berkat limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “KEABSAHAN TANDA TANGAN

ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA DI INDONESIA” sebagai syarat

untuk memenuhi tugas akhir Sarjana Strata-1 di Fakultas Hukum Universitas

Wijaya Putra Surabaya.

Penulisan skripsi ini tidak dapat saya selesaikan tanpa adanya pihak-

pihak terkait yang memberikan motivasi baik itu riil maupun spiritual. Oleh karena

itu saya banyak mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan semangat dan do’a tulus di

dalam ibadahnya.

2. Mirza Viandri, SE selaku suami saya yang juga selalu sabar menemani saya

mengerjakan skripsi sampai malam dan memberikan semangat serta do’a

kepada saya.

3. Bapak Budi Endarto, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas Wijaya Putra

Surabaya.

4. Bapak Dr. H. Taufiqurrahman, S.H., M.Hum, selaku Wakil Rektor Universitas

Wijaya Putra Surabaya.

5. Bapak Andy Usmina Wijaya, S.H., M.Hum, selaku Dekan dan Kepala

Program Studi Universitas Wijaya Putra Surabaya sekaligus Dosen

Pembimbing Skripsi saya.

Page 8: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

ii

6. Bapak / Ibu Dosen Universitas Wijaya Putra Surabaya.

7. Ibu Adisti selaku HRD saya di IBIS Budget Surabaya HR Muhammad yang

sudah sangat baik dan sabar memberikan saya waktu untuk cuti maupun

sering pulang awal demi kelancaran skripsi saya.

8. Santi Meilina, selaku teman seangkatan saya di Fakultas Hukum Universitas

Wijaya Putra yang sudah sangat baik juga bersedia meminjamkan laptop

kepada saya ketika laptop saya rusak.

9. Dewi Ristiyaningrum selaku teman seangkatan saya di Universitas Wijaya

Putra yang tidak membantu apa-apa namun sangat dekat dengan saya.

10. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal ibadah dan amal perbuatan yang diberikan kepada penulis

senantiasa mendapatkan pahala dan berkah dari Allah s.w.t.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis megharapkan saran, kritik, masukan

yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan skripsi. Dengan demikian,

skripsi ini diharapkan akan memberikan nilai lebih dan manfaat yang besar bagi

semua pihak untuk menambah wawasan dan pengetahuan di dunia pendidikan

di Indonesia yang akan datang.

Surabaya, Agustus 2016 Terimakasih

Penulis

Page 9: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah ................................................................................. 5

1.3 Penjelasan Judul ..................................................................................... 5

1.4 Alasan Pemilihan Judul ........................................................................... 6

1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................... 7

1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................. 8

1.7 Metode Penelitian ................................................................................... 8

1.8 Sistematika Pertanggungjawaban ........................................................... 11

BAB II PENGATURAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK MENURUT

KETENTUAN HUKUM DI INDONESIA ........................................................ 13

2.1 Pengertian Perjanjian ............................................................................. 13

2.2 Pengertian TandaTangan ....................................................................... 21

2.3 Latar Belakang Munculnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi danTransaksi Elektronik ................................................................ 23

2.4 Pengertian Kontrak Elektronik ................................................................. 25

2.5 Jenis dan Bentuk Kontrak Bisnis secara Elektronik ................................. 26

2.6 Pengertian Tanda Tangan Elektronik ..................................................... 28

2.7 Tujuan Tanda Tangan Elektronik ........................................................... 35

2.8 Klasifikasi Tanda Tangan Elektronik ...................................................... 36

2.9 Sumber Hukum dan Pengaturan Tanda Tangan Elektronik ................... 37

Page 10: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

iv

2.10 Kelemahan dan Keunggulan Tanda Tangan Elektronik ....................... 38

2.11 Atribut Tanda Tangan Elektronik .......................................................... 39

2.12 Cara Kerja Tanda Tangan Elektronik ................................................... 40

BAB III KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN

PERDATA DI INDONESIA .......................................................................... 44

3.1 Keabsahan Tanda Tangan Elektronik .................................................... 44

3.2 Aspek Perlindungan Konsumen dalam penggunaan Tanda Tangan Elektronik

..................................................................................................................... 48

3.3 Perbedaan Pendapat dalam menanggapi Keabsahan Informasi, Dokumen

dan Tanda Tangan Elektronik sebagai alat bukti .......................................... 54

BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 59

4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 59

4.2 Saran ..................................................................................................... 60

Daftar Bacaan .............................................................................................. 61

Page 11: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan jaman saat ini sangatlah pesat bila dibandingkan sepuluh

tahun yang lalu. Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan yang ada sudah

cukup berkembang apalagi dengan hadirnya era internet. Kebutuhan akan

dunia yang serba praktis ini mendukung semakin berkembanganya dunia

maya. Semua orang saat ini butuh sesuatu yang serba cepat. Untuk mencari

sesuatu didalam jaringan Internet semua orang bisa mengakses dan

mendapatkan informasi dengan mudah.

Informasi sangat mudah didapat pada saat era internet seperti saat ini.

Mulai dari anak kecil sampai orang tua sering menggunakan layanan jaringan

internet. Setiap infomasi yang mereka butuhkan sangat cepat dan mudah

didapat. Hanya menggunakan tombol klik saja maka informasi yang mereka

inginkan bisa didapat di dalam jaringan internet. Dunia maya memastikan

untuk kita berhubungan dengan banyak orang. Informasi yang kita peroleh

pun juga bertambah banyak. Cara kita memperoleh informasi inilah sekarang

dilindungi melalui suatu peraturan perundang-undangan yang ada di UU No.

11 Tahun 2008. Begitu banyak cara kita memperoleh informasi di dalam

dunia maya. Informasi mengenai apa saja dapat dicari di jaringan internet

dunia maya.

Banyak orang yang sering menyalahgunakan penggunaan informasi

secara elektonik ini oleh karena itu dibutuhkan sesuatu aturan perundang –

undangan untuk melindunginya. Selain untuk mencari informasi maka kita

dapat juga melakukan trasaksi melalui jaringan Internet. Transaksi elektronik

Page 12: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

2

saat ini sudah sering dilakukan karena orang begitu ingin praktisnya.

Ditengah globalisasi komunikasi yang semakin terpadu (global

communication network) dengan semakin populernya internet seakan telah

membuat dunia semakin menciut (shrinking the world) dan semakin

memudarkan batas-batas negara berikut kedaulatan dan tatanan

masyarakatnya. Ironisnya, dinamika masyarakat Indonesia yang masih baru

tumbuh dan berkembang sebagai masyarakat industri dan masyarakat

informasi, seolah masih tampak prematur untuk mengiringi perkembangan

teknologi tersebut.

Pola dinamika masyarakat Indonesia seakan masih bergerak tak

beraturan ditengah keinginan untuk mereformasi semua bidang

kehidupannya ketimbang suatu pemikiran yang handal untuk merumuskan

suatu kebijakan ataupun pengaturan yang tepat untuk itu. Meskipun

masyarakat telah banyak menggunakan produk-produk teknologi informasi

dan jasa telekomunikasi dalam kehidupannya, namun bangsa Indonesia

secara garis besar masih meraba-raba dalam mencari suatu kebijakan publik

dalam membangun suatu infrastruktur yang handal (National Information

Infrastructure) dalam menghadapi infrastruktur informasi global (Global

Information Infrastructure).1

Indonesia yang berada dalam era globalisasi ditandai dengan era

teknologi informatika yang memperkenalkan dunia maya (cyberspace, virtual

world) melalui jaringan internet, komunikasi dengan media elektronik tanpa

kertas. Melalui media elektronik ini maka seseorang akan mememasuki dunia

1 Maria Farida Indrati Soepapto, Ilmu perundang-Undangan, Dasar-Dasar dan Pembentukan,Kanisius, Jakarta, 1998, hal. 25.

Page 13: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

3

maya yang bersifat abstrak, universal, lepas dari keadaan tempat dan waktu.2

Masyarakat Indonesia yakin bahwa peran informasi berperan untuk memberi

kontribusi terhadap pembangunan ekonomi, sosial dan budaya. Selain itu

kemajuan teknologi informasi juga mempengaruhi kondisi sosial pada masa

yang akan datang, seperti sistem pelayanan medis, sistem pelayanan

pendidikan, sistem pelayanan administrasi pemerintahan dan berbagai aspek

kehidupan lainnya.3

Setiap orang dapat memberikan informasi tentang segala hal, termasuk

juga pemberian informasi terhadap penjualan suatu barang atau jasa dengan

menggunakan teknologi informasi ini, dari informasi tersebut, apabila

seseorang tertarik untuk memiliki suatu produk barang atau jasa yang

ditawarkan tersebut, maka akan terjadi suatu transaksi elektronik.

Kedudukan sederajat antara perlindungan hukum, kehandalan dan

keamanan teknologi informasi akan menciptakan suatu “kepercayaan”

kepada para penggunanya, tanpa kepercayaan ini perdagangan elektronik

dan pemerintahan elektronik yang saat ini digalakkan oleh pemerintah

Indonesia tidak akan berkembang. Kepercayaan ini dapat diperoleh dengan

memberikan pengakuan hukum terhadap tulisan elektronik.

Hingga hari ini hukum positif Indonesia menentukan bahwa hanya satu

cara untuk memberikan kekuatan hukum dan akibat hukum terhadap suatu

akta, yaitu dengan tanda tangan manuskrip. Namun, dalam praktek

perdagangan khususnya, tanda tangan manuskrip sudah kian tergeser

dengan penggunaan tanda tangan elektronik yang melekat pada akta

2 Mariam Darus Badrulzaman, Mendambakan Kelahiran Hukum Saiber ( Cyber Law ) diIndonesia, Pidato Purna Bhakti, Medan, 13 Nopember 2001, hal. 33 Ibid, hal. 6

Page 14: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

4

terdematerialisasi atau dengan kata lain “akta elektronik”, sehingga timbul

perdebatan tentang pengakuan, kekuatan hukum dan akibat hukum dari

sebuah tanda tangan elektronik.

Transaksi elektronik bersifat non face (tanpa bertatap muka), non sign

(tidak memakai tanda tangan asli) dan tanpa batas wilayah (seseorang dapat

melakukan transaksi elektronik dengan pihak lain walaupun mereka berada di

Negara yang berbeda) dengan menggunakan teknologi informasi.4 Dalam

perkembangannya, aspek keamanan dalam informasi sudah mulai

diperhatikan. Ketika informasi ini menjadi rusak maka akan terdapat resiko-

resiko yang harus ditanggung oleh orang-orang baik yang mengirim,

membutuhkan, ataupun sekedar melihatnya, dikarenakan penggunaan

informasi elektronik ini, menggunakan jaringan publik, dimana setiap orang

dapat mengetahui informasi elektronik tersebut, atau apabila salah satu pihak

tidak melaksanakan prestasi dari transaksi elektronik yang telah disepakati

dengan pihak yang lain, hal ini merugikan pihak yang berkepentingan yang

menggunakan teknologi informasi untuk penjualan suatu barang atau jasa.

Dengan pengertian informasi elektronik yang mencakup spektrum luas

menjadi hal yang essensial dalam kegiatan virtual terutama kegiatan E-

commerce. Bagaimana dengan tanda tangan asli serta informasi yang

ditandatangani di kertas diubah ke data elektronik dengan peralatan scanner,

apakah memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah? Tentu tidak

memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah, karena tanda tangan

itu tidak dibuat berdasarkan informasi yang disepakati atau dengan kata lain

informasi yang disepakati tidak menjadi data pembuatan tangan tangan,

4 Penjelasan Undang-undang nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan TransaksiElektronik.

Page 15: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

5

sehingga perubahan tanda tangan elektronik dan/atau informasi elektronik

setelah waktu penandatanganan tidak dapat diketahui. Berdasarkan latar

belakang masalah tersebut, maka penulis ingin meneliti dan menyusun

skripsi yang berjudul : “KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK

DALAM PERJANJIAN PERDATA DI INDONESIA”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas,

maka terdapat beberapa pokok permasalahan yang dapat dirumuskan, yakni

:

a. Bagaimana pengaturan tanda tangan elektronik menurut perundang-

undangan di Indonesia?

b. Bagaimana keabsahan tanda tangan elektronik dalam suatu perjanjian

perdata?

1.3 Penjelasan Judul

Skripsi dengan judul “Keabsahan Tanda Tangan Elektronik pada

Perjanjian Perdata di Indonesia” adalah merupakan suatu penelitian dan

analisis tentang sah atau tidaknya suatu transaksi dan/atau perjanjian yang

menggunakan tanda tangan elektronik sebagai tanda kesepakatan para

pihak.

Dalam skripsi ini akan dijelaskan lebih rinci mengenai bagaimana proses

dan pengaturan tata hukumnya dalam perundang-undangan di Indonesia.

Namun untuk menghindari multitafsir dalam penelitian ini, maka diperlukan

adanya suatu penjelasan istilah skripsi ini sebagai berikut :

Page 16: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

6

“Keabsahan Tanda Tangan Elektronik pada Perjanjian Perdata di

Indonesia”

Keabsahan adalah sebuah Nomina (kata benda) sifat yang sah,5 yang

melekat pada suatu benda. Seperti pada kalimat berikut, puluhan tahun

kemudian, orang meragukan keabsahan surat itu.

Tanda Tangan Elektronik berdasarkan UU No. 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas

Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan

Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan

autentikasi.

Perjanjian Perdata berdasarkan pada ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata,

adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang lain atau lebih.

1.4 Alasan Pemilihan Judul

Alasan pemilihan judul “Keabsahan Tanda Tangan Elektronik pada

Perjanjian Perdata di Indonesia” adalah dikarenakan saat ini sering

ditemukan transaksi-transaksi dan kontrak bisnis yang dilakukan melalui

media internet yang menggunakan tanda tangan elektronik.

Teknologi Informasi saat ini menjadi pedang bermata dua karena selain

memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan

peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan

hukum.

5 http://www.kamuskbbi.id/

Page 17: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

7

Permasalahan hukum yang seringkali dihadapi adalah ketika terkait

dengan penyampaian informasi, komunikasi, dan/atau transaksi secara

elektronik, khususnya dalam hal pembuktian dan hal yang terkait dengan

perbuatan hukum yang dilaksanakan melalui sistem elektronik.

Padahal hingga saat ini hukum positif Indonesia masih menentukan

bahwa hanya satu cara untuk memberikan kekuatan hukum dan akibat

hukum terhadap suatu akta, yaitu dengan tanda tangan manuskrip. Namun,

dalam praktek perdagangan khususnya, tanda tangan manuskrip sudah kian

tergeser dengan penggunaan tanda tangan elektronik yang melekat pada

akta terdematerialisasi atau dengan kata lain “akta elektronik”, sehingga

timbul perdebatan tentang pengakuan, kekuatan hukum dan akibat hukum

dari sebuah tanda tangan elektronik.

Atas dasar tersebut, saya tertarik untuk membuat skripsi tentang

keabsahan tanda tangan elektronik pada setiap transaksi dan kontrak

elektronik khususnya bagaimana pengaturan hukumnya dalam tata hukum

perundang-undangan di Indonesia.

1.5 Tujuan Penelitian

Dalam setiap penelitian tentu dan pasti mempunyai tujuan yang

diharapkan dari penelitian tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai

berikut :

a) Untuk mengetahui bagaimana pengaturan tanda tangan elektronik

menurut tata hukum yang berlaku di Indonesia

b) Untuk mengetahui keabsahan tanda tangan elektronik dalam suatu

perjanjian perdata

Page 18: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

8

1.6 Manfaat Penelitian

Saya berharap bahwa kegiatan penelitian dalam penulisan hukum ini

akan bermanfaat bagi saya dan orang lain yang membacanya. Adapun

manfaat yang didapat dari penulisan hukum ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis.

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada

umumnya dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

khususnya.

b) Sebagai bahan masukan dan referensi bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a) Memberikan masukan bagi pemerintah untuk menjamin kepastian

hukum mengenai pengakuan tanda tangan pada suatu dokumen

elektronik di Indonesia;

b) Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang pengakuan tanda

tangan pada suatu dokumen elektronik di Indonesia

1.7 Metode Penelitian

1) Jenis Penelitian

Jenis penelitian skripsi ini adalah menggunakan yuridis yang mengacu

pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang

Informasi dan Transaksi Elektronik.

Page 19: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

9

2) Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan yang mengacu pada perundang-undangan (statue approach)

yang mengacu pada pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dengan

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu pendekatan

yang melihat norma-norma hukum tentang tanda tangan elektronik

mengenai pengaturan keabsahan tanda tangan elektronik.

3) Langkah Penelitian

a. Obyek Penelitian

Pengaturan Kebsahan Tanda Tangan Elektronik pada perjanjian

perdata di Indonesia berdasarkan KUH Perdata dan Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

b. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penulisan penelitian ini

adalah berupa bahan hukum, yang diperoleh dengan cara studi

kepustakaan meliputu :

a) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang

mempunyai kekuatan yang mengikat secara yuridis seperti

undang-undang dan yurisprudensi.

b) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang

memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer seperti

rancangan perundang-undangan, teks-teks tentang hukum, hasil

penelitian, majalah, buku-buku, jurnal dan literatur.

Page 20: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

10

c) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang menjelaskan

maupun memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer

dan bahan hukum sekunder seperti kamus dan ensiklopedi.

c. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Penyusunan penelitian ini menggunakan cara untuk mendapatkan

bahan-bahan hukum yang diperlukan sesuai dengan pokok

pembahasan.

Bahan hukum yang dikumpulkan sebagai sumber penelitian

adalah :

¸ KUH Perdata dan UU Nomor 11 Tahun 2008

Adalah sebagai bahan hukum primer yaitu sebagai dasar

landasan yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat

dengan dasar KUH Perdata dan UU Nomor 11 Tahun 2008 inilah

sebagai dasar acuan dalam pembuatan penelitian hukum.

¸ Buku dan artikel yang berkaitan langsung dengan keabsahan

tanda tangan elektronik adalah sebagai sumber hukum sekunder

yaitu menjelaskan dan memaparkan secara rinci mengenai bahan

hukum primer yang diperoleh melalui risalah rapat, sumber buku,

yang ada kaitannya dengan penulisan penelitian hukum ini.

¸ Kamus

Adalah sebagai bahan hukum tersier yaitu memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder.

Page 21: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

11

Dari ketiga bahan hukum primer, sekunder, dan tersier ini

diperoleh dengan menggunakan penelitian kepustakaan, yaitu

penelitian terhadap bahan-bahan yang harus dikumpulkan untuk

keperluan penelitian ini. Setelah bahan-bahan hukum tersebut

dikumpulkan selanjutnya dengan wilayah-wilayah yang menjadi

pembahasannya. Adapun penelitian ini dilakukan terhadap artikel,

majalah-majalah, surat kabar, risalah-risalah, buku-buku, serta

peraturan perundang-undangan yang mempunyai keterkaitan dengan

penelitian ini.

d. Metode Analisis

Menganalisis keabsahan tanda tangan elektronik dalam perjanjian

perdata di Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Metode analisis tersebut menggunakan cara deduktif,

dimana pembahasan diuraikan lebih lanjut dengan menggambarkan

wilayah-wilayah yang bersifat umum menjadi wilayah-wilayah yang

bersifat khusus.

1.8 Sistematika pertanggungjawaban

Hasil penelitian yang diperoleh setelah dilakukan analisis kemudian

disusun dalam bentuk laporan akhir dengan sistematika penulisan sebagai

berikut :

BAB I adalah Pendahuluan yang mencakup latar belakang permasalahan

yang akan ditulis, rumusan masalah, penjelasan judul, alasan pemilihan

judul, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika

pertanggungjawaban.

Page 22: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

12

BAB II yang meliputi tinjauan tentang pengaturan tanda tangan elektronik

berdasarkan KUH Perdata dan UU Nomor 11 Tahun 2008. Dalam bab ini

juga dijelaskan mengenai kerangka pemikiran, sehingga sangat membantu

dalam menjawab permasalahan yang menjadi obyek dalam penelitian hukum

ini.

BAB III adalah menjelaskan dan membahas tentang bagiamana keabsahan

tanda tangan elektronik menurut norma, kaidah aturan perundang-undangan

yang berlaku di Indonesia serta bagaimana kekuatan hukumnya sebagai alat

bukti yang sah.

BAB IV adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

yang telah dilakukan.

Page 23: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

13

BAB IIPENGATURAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK

MENURUT KETENTUAN HUKUM DI INDONESIA

2.1 Pengertian Perjanjian

Sudikno Mertokusumo menyatakan, perjanjian adalah perbuatan

hukum dan hubungan hukum antara dua (2) pihak atau lebih berdasarkan

kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.6 Perjanjian berisi kaidah

atau hak dan kewajiban yang mengikat untuk ditaati dan dilaksanakan

oleh kedua belah pihak. Sedangkan R. Soebekti menyatakan, perjanjian

adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau

di mana dua orang itu saling berjanji untuk melakukan sesuatu hal.7

Selanjutnya Wirjono Prodjodikoro berpendapat, bahwa pengertian

perjanjian adalah suatu perbuatan hukum mengenai harta benda

kekayaan antara dua pihak, dimana satu pihak berjanji atau dianggap

berjanji untuk melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak

menuntut pelaksanaan perjanjian itu.8 Perjanjian berdasarkan pada

ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata, adalah suatu perbuatan di mana

satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau

lebih.

Rumusan yang diberikan tersebut hendak memperlihatkan kepada

kita semua, bahwa suatu perjanjian adalah9:

1. suatu perbuatan;

6Sudikno Mertokusumo, 1996, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), PT. Liberty, Yogyakarta, Hlm. 1037R.Soebekti, 1992, Aneka Perjanjian, Citra Aditya, Bandung, Hlm. 18Wirjono Prodjodikoro, 1981, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, SumurBandung, Jakarta, Hlm. 89Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2003, Perikatan Pada Umumnya, PT.Raja Grafindo, Jakarta, Hlm. 7

Page 24: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

14

2. antara sekurangnya dua orang (dapat lebih dari dua orang);

3. perbuatan tersebut melahirkan perikatan di antara pihak-pihak yang

berjanji tersebut.

Perbuatan yang disebutkan dalam rumusan awal kertentuan Pasal 1313

KUH Perdata hendak menjelaskan pada kita semua, bahwa perjanjian

hanya mungkin terjadi jika ada suatu perbuatan nyata, baik dalam bentuk

ucapan, maupun tindakan secara fisik, dan tidak hanya dalam bentuk

pikiran semata-mata. Atas dasar inilah kemudian dikenal adanya

perjanjian konsensuil, perjanjian formil dan perjanjian riil.

Hukum perjanjian dalam KUH Perdata menganut sistem terbuka,

yang merupakan kebalikan dari sistem tertutup yang dianut oleh hukum

benda, pasal-pasal dalam hukum perjanjian merupakan hukum

pelengkap, yang berarti bahwa pasal-pasal itu dikesampingkan apabila

dikehendaki oleh para pihak yang membuat perjanjian, para pihak boleh

mengatur sendiri kepentingannya dalam perjanjian yang diadakan.

Apabila mereka tidak mengatur sendiri, itu berarti akan tunduk pada

undang-undang.10

Dalam rangka menciptakan keseimbangan dan memelihara hak-

hak yang dimiliki oleh para pihak sebelum perjanjian yang dibuat menjadi

perikatan yang mengikat bagi para pihak, oleh KUH Perdata diberikan

berbagai asas umum, yang merupakan pedoman atau patokan, serta

menjadi batas atau rambu dalam mengatur dan membentuk perjanjian

yang akan dibuat hingga pada akhirnya menjadi perikatan yang berlaku

10R.Subekti, 1974, Hukum Perjanjian PT.Internusa, Jakarta, Hlm. 127

Page 25: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

15

bagi para pihak, yang dapat dipaksakan pelaksanaan atau

pemenuhannya. Berikut di bawah ini asas-asas umum hukum perjanjian

yang diatur dalam KUH Perdata :

1) Asas Pacta Sunt Servande

Asas yang diatur dalam Pasal 1338 KUH Perdata, ialah semua

perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya. Merupakan konsekuensi logis dari

ketentuan Pasal 1233 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa setiap

perikatan dapat lahir karena undang-undang maupun karena

perjanjian. Jadi perjanjian adalah sumber dari perikatan. Sebagai

perikatan yang dibuat dengan sengaja, atas kehendak para pihak

secara sukarela, maka segala sesuatu yang telah disepakati, disetujui

oleh para pihak harus dilaksanakan oleh para pihak sebagaimana

telah dikehendaki oleh mereka. Dalam hal salah satu pihak dalam

perjanjian tidak melaksanakannya, maka pihak lain dalam perjanjian

berhak untuk memaksakan pelaksanaannya melalui mekanisme dan

jalur hukum yang berbeda.11

2) Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak dasar hukumnya pada rumusan Pasal

1320 ayat 4 KUH Perdata yang berbunyi “suatu sebab yang tidak

terlarang”. Dengan asas kebebasan berkontrak ini, para pihak yang

membuat dan mengadakan perjanjian diperbolehkan untuk menyusun

dan membuat kesepakatan atau perjanjian yang melahirkan

kewajiban apa saja, selama dan sepanjang prestasi yang wajib

11Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op.Cit., Hlm. 59

Page 26: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

16

dilakukan tersebut bukanlah sesuatu sebab yang terlarang, ketentuan

Pasal 1337 KUH Perdata yang menyatakan bahwa : “Suatu sebab

adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila

berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum”. Pada

dasarnya semua perjanjian dapat dibuat dan diselenggarakan oleh

setiap orang. Hanya perjanjian yang mengandung prestasi atau

kewajiban pada salah satu pihak yang melanggar Undang-Undang

kesusilaan dan ketertiban umum saja yang dilarang.12 Sumber dari

kebebasan berkontrak adalah kebebasan individu, sehingga yang

merupakan titik tolaknya adalah kepentingan individu pula. Dengan

demikian, dapat dipahami bahwa kebebasan individu memberikan

kepadanya kebebasan untuk berkontrak.13

3) Asas Konsensualitas

Berdasarkan pada ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, pada

dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul sudah dilahirkan sejak

detik tercapainya kata kesepakatan. Berlakunya asas konsensualisme

menurut hukum perjanjian Indonesia, memantapkan adanya

kebebasan berkontrak. Tanpa sepakat dari salah satu pihak yang

membuat perjanjian, maka perjanjian yang dibuat dapat dibatalkan.

Orang tidak dapat dipaksa untuk memberikan sepakatnya. Sepakat

yang diberikan dengan paksa, adalah contradictio interminis. Adanya

paksaan, menunjukkan tidak adanya sepakat yang mungkin dilakukan

oleh pihak lain adalah untuk memberikan pilihan kepadanya, yaitu

12Ibid., Hlm. 4613Rosa Agustina T. Pangaribuan, 2003, Asas Kebebasan Berkontrak Dan Batas-Batasnya, www.google.com Hlm. 1

Page 27: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

17

untuk setuju mengikatkan diri pada perjanjian yang dimaksud, atau

menolak mengikatkan diri pada perjanjian dengan akibat transaksi

yang diinginkan tidak terlaksana (take it or leave it).

4) Asas Pelengkap

Asas dalam Buku ke-III KUH Perdata, bahwa ketentuan undang-

undang boleh tidak diikuti, dikesampingkan, menyimpang dari

ketentuan undang-undang oleh para pihak yang berjanji.

5) Asas Kepribadian

Berdasarkan pada ketentuan Pasal 1315 KUH Perdata, pada

umumnya tiada seorangpun dapat mengikatkan diri atas norma

sendiri/minta ditetapkan suatu janji melainkan untuk diri sendiri.

6) Asas Obligatoir

Perjanjian yang dibuat oleh para pihak, baru taraf menimbulkan hak

dan kewajiban saja, belum memindahkan hak milik, hak milik baru

berpindah apabila dilakukan dengan perjanjian yang bersifat

kebendaan.

Syarat sahnya perjanjian untuk suatu perjanjian yang sah, harus

memenuhi empat syarat sahnya perjanjian berdasarkan pada Pasal 1320

KUH Perdata, yaitu :

a) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

Kedua belah pihak dalam suatu perjanjian harus mempunyai

kemauan yang bebas untuk mengikatkan dirinya dan kemauan itu

harus dinyatakan, pernyataan ini dapat dilakukan dengan tegas atau

secara diam-diam. Kemauan yang bebas sebagai syarat pertama

untuk suatu perjanjian yang sah dianggap tidak ada jikalau perjanjian

Page 28: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

18

itu telah terjadi karna paksaan (dwang), kekhilafan (dwaling), atau

penipuan (bedrog), berdasarkan pada Pasal 1321 KUH Perdata.14

b) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Adanya kecakapan untuk bertindak dalam hukum, merupakan syarat

subyektif kedua terbentuknya perjanjian yang sah di antara para

pihak. Kecakapan bertindak ini dalam banyak hal, berhubungan

dengan masalah kewenangan bertindak dalam hukum.15 Kewenangan

bertindak orang perorangan dalam hukum, menurut doktrin ilmu

hukum yang berkembang dapat dibedakan ke dalam :

1. kewenangan untuk bertindak untuk dan atas namanya sendiri,

yang berkaitan dengan kecakapannya untuk bertindak dalam

hukum;

2. kewenangan untuk bertindak selaku kuasa pihak lain;

3. kewenangan untuk bertindak dalam kapasitasnya sebagai wali

atau wakil dari pihak lain;

4. kecakapan dan kewenangan bertindak dalam rangka perbuatan

untuk kepentingan diri pribadi orang-perorangan. Tidak cakap

untuk membuat perjanjian-perjanjian adalah :

a) anak yang belum dewasa;

b) orang yang ditaruh di bawah pengampuan;

c) perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditentukan

undang-undang dan pada umumnya semua orang yang oleh

undang-undang dilarang untuk membuat perjanjian tertentu.

Dalam hal ini, sejalan dengan persamaan hak antara laki-laki

14R.Subekti, 1979, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT.Intermesa, Jakarta, Hlm. 11215Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op.Cit., Hlm. 143

Page 29: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

19

dan perempuan, baik yang sudah menikah maupun yang

belum menikah, maka ketentuan angka 3 dari Pasal 1330

KUH Perdata tidak berlaku lagi. Setelah dikeluarkan Surat

Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 3 tahun 1963,

ditujukan kepada Ketua Pengadilan Tinggi dan Ketua

Pengadilan Negeri seluruh Indonesia, yang intinya bahwa

Pasal 108 dan 110 KUH Perdata, tentang wewenang seorang

istri untuk melakukan perbuatan dan untuk menghadap di

muka Pengadilan tanpa izin atau bantuan suaminya sudah

tidak berlaku lagi.16

c) Suatu hal tertentu

KUH Perdata menjelaskan maksud hal tertentu, dengan memberikan

rumusan dalam Pasal 1333 KUH Perdata, yang berbunyi sebagai

berikut: “Suatu perjanjian harus mempunyai suatu hal sebagai pokok

perjanjian berupa suatu kebendaan yang paling sedikit ditentukan

jenisnya. Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah kebendaan tidak

tentu, asal saja jumlah itu kemudian dapat ditentukan atau dihitung”.

Secara sepintas, dengan rumusan “pokok perjanjian berupa barang

yang telah ditentukan jenisnya”, tampaknya KUH Perdata hanya

menekankan pada perikatan untuk memberikan atau menyerahkan

sesuatu. Namun demikian jika kita perhatikan lebih lanjut, rumusan

tersebut hendak menegaskan kepada kita semua bahwa apapun jenis

perikatannya, baik itu perikatan untuk memberikan sesuatu, berbuat

sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, KUH Perdata hendak

16Kudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2008, Dinamika Pemikiran Hukum, www.google.com, Hlm. 3

Page 30: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

20

menjelaskan, bahwa semua jenis perikatan tersebut pasti melibatkan

keberadaan atau eksistensi dari suatu kebendaan yang tertentu.

Perjanjian yang diperjanjikan harus suatu hal atau suatu barang yang

cukup jelas atau tertentu. Syarat ini perlu untuk dapat menetapkan

kewajiban dari si berhutang jika ada perselisihan. Barang yang

dimaksudkan dalam perjanjian paling sedikit harus ditentukan

jenisnya. Bahwa barang itu sudah ada atau sudah berada di

tangannya si berhutang pada waktu perjanjian dibuat, tidak

diharuskan oleh undang-undang. Juga jumlahnya tidak perlu

disebutkan, asal saja kemudian dapat dihitung atau ditetapkan. Syarat

bahwa prestasi harus tertentu atau dapat ditentukan, gunanya ialah

untuk menetapkan hak dan kewajiban kedua belah pihak, jika timbul

perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian. Jika prestasi kabur atau

dirasakan kurang jelas, yang menyebabkan perjanjian itu tidak dapat

dilaksanakan, maka dianggap tidak ada obyek perjanjian dan akibat

hukum perjanjian itu batal demi hukum.17

d) Suatu sebab yang halal

Selanjutnya Undang-Undang menghendaki untuk sahnya suatu

perjanjian adanya suatu oorzaak (causa) yang diperbolehkan.

Menurut Pasal 1335 KUH Perdata, suatu perjanjian yang tidak

memakai suatu causa atau dibuat dengan suatu causa yang palsu

atau terlarang tidak mempunyai kekuatan. Menurut apa yang

diterangkan di atas teranglah, bahwa praktis hampir tidak ada

perjanjian yang tidak mempunyai causa. Suatu causa yang palsu

17Rosa Agustina T. Pangaribuan, Op.Cit., Hlm.1

Page 31: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

21

terdapat jika suatu perjanjian dibuat dengan pura-pura saja, untuk

menyembunyikan causa yang sebenarnya yang tidak diperbolehkan.

Adapun suatu causa yang tidak diperbolehkan, ialah yang

bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban

umum berdasarkan pada Pasal 1337 KUH Perdata. Mengenai obyek

perjanjian diatur lebih lanjut dalam Pasal 1332 KUH Perdata yang

menyebutkan, bahwa hanya barang-barang yang dapat

diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok suatu perjanjian.

Dengan demikian maka menurut pasal tersebut hanya barang-barang

yang mempunyai nilai ekonomi saja yang dapat dijadikan obyek

perjanjian.

Apabila syarat hal tertentu dan kausa halal merupakan unsur

objektif (kepentingan didalam perjanjian), bila syarat tersebut tidak

dipenuhi salah satunya dalam perjanjian, maka akibat hukum terhadap

perjanjian yang dibuat itu batal demi hukum (Nietigbaar). Dalam arti,

perjanjian yang dibuat itu menurut hukum dianggap tidak pernah ada dan

orang-orang yang membuat perjanjian itu tidak dapat saling menuntut

ganti rugi.

2.2 Pengertian Tanda Tangan

Penggunaan tanda tangan adalah suatu kebiasaan formil yang

digunakan untuk menyatakan persetujuan seseorang sekaligus

memastikan identitas (authentification) orang tersebut yang bertanda

tangan untuk sesuatu baik yang berimplikasi hukum maupun yang tidak.

Page 32: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

22

Menurut Tan Thong Kie, tanda tangan adalah suatu pernyataan

kemauan pembuat tanda tangan (penandatanganan), bahwa ia

denganmembubuhkan tanda tangannya di bawah suatu tulisan

menghendaki agar tulisan itu dalam hukum dianggap sebagai tulisannya

sendiri.18

Pengertian tanda tangan dalam arti umum adalah tanda tangan

yang dapat didefinisikan sebagai suatu susunan (huruf) tanda berupa

tulisan dari yang menandatangani, dengan mana orang yang membuat

pernyataan atau keterangan tersebut dapat di individualisasikan.19

Definisi tersebut mencakup suatu anggapan, bahwa pada pernyataan

yang dibuat secara tertulis harus dibubuhkan tanda tangan dari yang

bersangkutan.

Menurut American Bar Association (ABA), pengertian tanda

tangan dapat berupa tanda apapun yang dibuat dengan tujuan untuk

memberikan persetujuan dan otentifikasi terhadap suatu dokumen

tersebut.20

Pengertian dari tanda tangan sekarang ini merujuk kepada tanda

tangan tertulis seseorang di atas kertas atau yang dapat disamakan

dengan itu. Inti dari tanda tangan difokuskan pada pengertian dasar

18Tan Thong Kie, 2007, Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, Hlm. 47319erlien Budiono, 2007, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata Di Bidang Kenotariatan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, Hlm. 22020Information Security Committee, Section of Science & Technology – American BarAssociation, Tanda tangan elektronik Guideliness (United States, American Bar Association:1996), hlm. 4. Pengertian dari otentifikasi menurut ABA adalah “authentication isgenerally the process used to confirm the identity of a person or to prove the integrityof xpecific information. More specifically, in the case of a message, authenticationinvolves determining its source and providing assurance that the message has not beenmodified or replaced in transit. The historical legal concept of tanda tangan is broader. Itrecognizes any mark made with the intention of authenticating the marked document”.

Page 33: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

23

tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian tanda

tangan itu sendiri adalah tanda sebagai lambang nama yang dituliskan

dengan tangan oleh orang itu sendiri sebagai penanda pribadi (telah

menerima). Jika dilihat dari pengertian tersebut, pengertian tanda tangan

belum tentu merujuk kepada suatu tanda tangan secara “tertulis” tetapi

justru terhadap suatu penandaan, dimana tanda tersebut dapat merujuk

kepada bertanda tangan itu. Penggunaan tanda tangan adalah suatu

kebiasaan formil yang digunakan untuk menyatakan persetujuan

seseorang sekaligus memastikan identitas (authentification) orang

tersebut yang bertanda tangan untuk sesuatu yang baik yang berimplikasi

hukum maupun yang tidak.

2.3 Latar Belakang Munculnya Undang-Undang No. 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Pada bulan Juni 2000, Kongres mencoba untuk memecahkan

masalah ini dengan Tanda Tangan Elektronik di Global dan Perdagangan

Nasional Undang-Undang (E-Sign). Pada tanggal 30 Juni 2000, Presiden

Clinton menandatangani menjadi undang-undang Tanda Tangan

Elektronik di Global dan Perdagangan Nasional Undang-Undang (E-

Sign). Kongres diundangkan undang-undang ini jauh diantisipasi dengan

tujuan perampingan bisnis dengan memungkinkan lebih nyaman, dan

lebih murah transaksi tanpa kertas, lebih cepat. Meskipun 40 negara telah

berlaku hukum untuk menyediakan penggunaan tanda tangan elektronik,

hukum-hukum ini sangat bervariasi. E-Kongres disesuaikan daftar untuk

memberikan status hukum dan seragam dengan tanda tangan elektronik.

Page 34: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

24

Sebagai e-Commerce telah meledak dalam dekade terakhir, pengadilan

telah bergumul dengan tantangan untuk menerapkan hukum kontrak

tradisional, sebagian dipandu oleh undang-undang penipuan, untuk

transaksi elektronik. Patung penipuan memerlukan transaksi tertentu

yang harus secara tertulis dan ditandatangani oleh pihak yang terlibat.

Pengadilan dihadapkan dengan pertanyaan apakah transaksi elektronik

memenuhi ini "persyaratan menulis," menjawab "ya”. Kebingungan ini

menimbulkan beberapa pertanyaan penting mengenai apakah

pengadilan, dalam kasus-kasus masa depan, secara konsisten akan

menegakkan kontrak elektronik. Ketidakpastian ini menimbulkan masalah

serius yang pasti akan menghambat e-Commerce. Di antara kebingungan

ini terletak kemungkinan hilangnya keamanan dan akuntabilitas yang

diberikan oleh undang-undang penipuan Seperti Perwakilan Davis dicatat

dalam diskusi US House of E-Sign. Semua hal lain dianggap sama, ketika

pihak tahu bahwa jaminan akuntabilitas tanda tangan, bahwa mereka

mendapatkan manfaat, dan pada saat yang sama melaksanakan

kewajiban tertentu sebagai imbalan, perilaku mereka selalu dibentuk oleh

kepastian yang hasilnya saat pihak terikat secara kontraktual. Oleh

karena itu, dalam rangka untuk mendapatkan perlindungan dari undang-

undang penipuan, tanda tangan elektronik harus memiliki beberapa

ukuran keamanan dan akuntabilitas. Ini adalah masalah di mana

Kongres, negara, dan yang paling penting, pasar sendiri, harus terus

menetapkan pedoman baru yang baik meningkatkan dan meningkatkan

keamanan dan akuntabilitas transaksi online.

Page 35: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

25

2.4 Pengertian Kontrak Elektronik

Menurut penjelasan umum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Pasal 1 Ketentuan Umum,

angka 17 dinyatakan bahwa kontrak elektronik adalah perjanjian para

pihak yang dibuat melalui sistem elektronik. Menurut Johannes Gunawan,

“kontrak elektronik adalah kontrak baku yang dirancang, dibuat,

ditetapkan, digandakan, dan disebarluaskan secara elektronik melalui

situs internet (website) secara sepihak oleh pembuat kontrak (dalam hal

ini pelaku usaha), untuk ditutup secara elektronik pula oleh penutup

kontrak (dalam hal ini konsumen).

Di dalam kontrak elektronik selain terkandung ciri – ciri kontrak baku

juga terkandung ciri – ciri kontrak elektronik sebagai berikut :

∑ Kontrak elektronik dapat terjadi secara jarak jauh, bahkan melampaui

batas – batas negara melalui internet.

∑ Para pihak dalam kontrak elektronik pada umumnya tidak pernah

bertatap muka (faceless nature), bahkan mungkin tidak akan pernah

bertemu.

Edmon Makarim menggunakan istilah kontrak online (online contract)

bagi kontrak elektronik (e-contract) dan mendefinisikan

kontrak online sebagai perikatan ataupun hubungan hukum yang

dilakukan secara elektronik dengan memadukan jaringan (networking)

dari sistem informasi berbasiskan komputer (computer based information

system) dengan sistem komunikasi yang berdasarkan atas jaringan dan

jasa telekomunikasi (telecommunication based), yang selanjutnya

Page 36: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

26

difasilitasi oleh keberadaan jaringan komputer global internet (network of

network).

Kontrak elektronik menggunakan data elektronik sebagai pengganti

kertas. Penggunaan data elektronik akan memberikan efisiensi yang

sangat besar terutama bagi perusahaan yang menjalankan

bisnis online melalui jaringan internet. Di dalam kontrak elektronik, para

pihak tidak perlu bertatap muka secara langsung bahkan tidak akan

pernah bertemu sama sekali.

Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kontrak elektronik (e-contract) adalah perjanjian antara dua pihak atau

lebih yang dilakukan dengan menggunakan media komputer, gadget atau

alat komunikasi lainnya melalui jaringan internet.

2.5 Jenis dan Bentuk Kontrak Bisnis Secara Elektronik (e-contract)

Jenis kontrak elektronik (e-contract) dapat dibagi menjadi dua

kategori, yaitu:

1. Kontrak elektronik yang memiliki objek transaksi berupa barang/jasa

yang bersifat fisik atau bersifat nyata, contoh barang berupa buku,

atau jasa les privat. Kontrak jenis ini, para pihak (penjual dan pembeli)

melakukan komunikasi pembuatan kontrak melalui jaringan internet.

Jika telah terjadi kesepakatan, pihak penjual akan mengirimkan

barang/jasa yang dijadikan objek kontrak secara langsung ke alamat

pembeli (physical delivery). Jasa les privat dalam hal ini diwujudkan

dalam bentuk kunjungan guru les privat kerumah konsumen, jadi

Page 37: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

27

bukan les privat berbentuk elektronik atau yang berbentuk interaksi

online.

2. Kontrak elektronik yang memiliki objek transaksi berupa informasi/jasa

non fisik. Pada kontrak jenis ini, para pihak pada awalnya

berkomunikasi melalui jaringan internet untuk kemudian membuat

kontrak secara elektronik. Jika kontrak telah disepakati, pihak penjual

akan mengirimkan informasi/jasa yang dijadikan objek kontrak melalui

jaringan internet (cyber delivery). Contohnya, kontrak pembelian buku

elektronik (e-book), surat kabar elektronik (e-newspaper), majalah

elektronik (e-magazine), atau kontrak untuk mengikuti les privat

bahasa Inggris melalui jaringan internet (e-school).

Beberapa bentuk kontrak elektronik yang umum dilakukan dalam

transaksi perdagangan secara online yaitu:

1 Kontrak melalui elektronik mail (e-mail) adalah suatu kontrak yang

dibentuk secara sah melalui komunikasi email. Penawaran dan

penerimaan dapat dipertukarkan melalui email atau dikombinasi

dengan komunikasi elektronika lainnya, dokumen tertulis atau fax.

2 Suatu kontrak dapat juga dibentuk melalui websites dan

jasa online lainnya, yaitu suatu website menawarkan penjualan

barang dan jasa, kemudian konsumen dapat menerima penawaran

dengan mengisi suatu formulir yang terpampang pada layar monitor

dan mentransmisikannya.

3 Kontrak yang mencakup direct online transfer dari informasi dan

jasa. Website digunakan sebagai medium of communication dan

sekaligus sebagai medium of exchange.

Page 38: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

28

4 Kontrak yang berisi Electronic Data Interchange (EDI), suatu

pertukaran informasi bisnis melalui secara elektronik melalui komputer

milik para mitra dagang (trading partners).

5 Kontrak melalui internet yang disertai dengan lisensi click

wrap dan shrink wrap. Software yang di download melalui internet

lazimnya dijual dengan suatu lisensi click wrap. Lisensi tersebut

mucul pada monitor pembeli pada saat pertama kali software akan

dipasang (Install) dan calon pembeli ditanya tentang kesediannya

menerima persyaratan lisensi tersebut. Pengguna diberikan alternatif

“ I accept” atau “I don’t accept”. Sedangkan shrink wrap lazimnya

merupakan lisensi software yang dikirim dalam suatu bungkusan

(package) misalnya disket atau compact disc.

Sementara itu menurut Cita Yustisia Serfiani bentuk kontrak

elektronik, mencakup:

a. Kontrak melalui komunikasi e-mail. Penawaran dan penerimaan

dilakukan melalui e-mail atau dikombinasikan dengan komunikasi

elektronik lainnya misalnya melalui faksimili;

b. Kontrak melalui web yang menawarkan penjualan barang dan jasa

dimana konsumen dapat menerima tawaran dengan cara mengisi

forulir yang terpampang dihalaman website;

c. Kontrak melalui chatting dan video conference.

2.6 Pengertian Tanda Tangan Elektronik

Pengertian tandatangan elektronik adalah sebagai alat bukti

identifikasi para pihak, sebagai syarat formalitas, sebagai tanda

Page 39: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

29

persetujuan, mengefisienkan maksud dari para pihak dalam sebuah

perikatan yang terjadi melalui transaksi elektronik. Kekuatan beban

pembuktian yang melekat dalam tandatangan elektronik ditinjau dari

pembuktian hukum acara perdata memiliki kekuatan beban bukti

setingkat dengan akta bawah tangan (ABT), oleh karena itu

kekuatan beban bukti yang melekat dalam tanda tangan pada surat

elektronik hanya kekuatan pembuktian formil dan pembuktian materil.21

Pengaturan penandatanganan non elektronik ditegaskan dalam Pasal

1 Ordonansi tahun 1867 No. 29. Dalam Ordonansi itu ditegaskan

bahwa ketentuan tantang kekuatan pembuktian dari tulisan-tulisan di

bawah tangan dari orang-orang Indonesia atau yang disamakan

dengan mereka. Sejalan dengan itu Yahya Harahap juga menguraikan

arti penting tanda tangan. Menurut kepustakaan tersebut, tanda

tangan berfungsi sebagai syarat yang mutlak sahnya suatu akta. Oleh

sebab itu maka tulisan yang hendak dijadikan surat harus

ditandatangani pihak yang terlibat dalam pembuatannya.22 Dengan

perkataan lain, suatu surat atau tulisan yang memuat pernyataan

atau kesepakatan yang jelas dan terang, tetapi tidak ditandatangani,

ditinjau dari segi hukum pembuktian dipandang sebagai sesuatu yang

tidak sempurna sebagai surat atau akta sehingga tidak sah dipergunakan

sebagai alat bukti tulisan.

Dalam hubungan dengan itu, tanda tangan sebagai identitas

diri juga menjadi simbol sekaligus semiotik hukum bahwa diantara

21Keny Witso, Internet Isu, Bandung, Pustaka, Citra Aditama, 2002, hal., 11.22Ibrahim Ibdam, Perbandingan Hukum Terhadap Peranti Keras Komputer, Bandung, Alumni,hal., 23.

Page 40: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

30

para pihak itu telah melahirkan konsensus untuk tunduk pada norma-

noma imperatif yang dibangunnya. Oleh karena itu jika diringkaskan

maka dalam hukum, hakikat tada tangan dalam kaitannya dengan tujuan

hukum adalah sarana membangun kepastian untuk menjadi pedoman

dalam melahirkan peristiwa-peristiwa hukum (seperti jual beli, sewa

menyewa, tukar menukar, dan perjanjian utang piutang lainnya).23

Dari uraian di atas dapat disimpulkan hakikat dari pada

tanda tangan elektronik sebagai berikut :

Pertama, sebagai alat bukti identifikasi para pihak. Dari mekanisme

atau tata kerja lahirnya tanda tangan elektronik melalui proses enkripsi

dengan teknik kriptografi, lahirlah kunci privat dari salah satu pihak

sehingga dapat membuka kunci publik milik pelanggan dari salah satu

pihak yang hendak melakukan perjanjian tersebut.

Kedua, memenuhi syarat formalitas. Dilibatkannya lembaga certification

authority sebagai lembaga yang dipercaya untuk menjamin

kerahasiaan elektronik tanda tangan. Negara masih mengusahakan

agar memilki lembaga yang berada di bawah naungan Pemerintah

untuk menerbitkan sertifikat elektronik.

Ketiga, tanda persetujuan. Sifat yang ada dalam tanda tangan

elektronik sebagai kunci untuk membuka kontrak yang telah dienkripsi

pula maka pada saat pihak yang memiliki kunci privat mencocokan

kunci publik milik pelaku usaha misalnya, maka pada saat pihak yang

memiliki kunci publik itu mengetahui penawaran pelanggannya, maka

23Mery Magdalena, Cyber Law Tidak Perlu Takut, Yogyakarta, Andi, 2007, hal., 73.

Page 41: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

31

saat itu juga merupakan tanda persetujuan atas peristiwa hukum yang

akan terjadi dari kedua pihak.

Keempat, efisiensi. Setelah pelanggan menyatakan persetujuannya

dengan membuka atau melakukan dekripsi atas kontrak yang telah

dienkripsi, dan membaca segala ketentuan yang harus diikuti

terhadap pelaku usaha, maka kedua pihak secara tegas menyepakati

tunduk pada ketentuan yang ada dalam kontrak yang telah dienkripsi itu.

Dalam kaitan dengan uraian di atas, sertifikat elektronik yang

kemudian melahirkan dokumen/surat elektronik hanyalah dapat

digolongkan dalam akta bawah tangan (ABT). Sertifikat elektronik

dengan prinsip kerjanya menjamin rahasia dari surat tersebut oleh para

pihak yang melakukan transaksi elektronik. Tapi satu sifat yang dimiliki

oleh akta otentik tidak berlaku dalam sertifikat elektronik. Sifat yang

melekat dalam akta otentik adalah akta yang dibuat oleh pejabat

yang berwenang.24

Sifat persyaratan tanda tangan elektronik, yaitu :25

1. Autentik.

2. Aman.

3. Interoperabilitas dari perangkat lunak maupun jaringan dari penyedia

jasa.

4. Konfidensialitas.

5. Hanya sah untuk dokumen itu saja atau kopinya yang sama persis.

6. Dapat diperiksa dengan mudah.

24Ibid, hal., 94.25Loc.cit, Hlm. 91-92

Page 42: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

32

7. Divisibilitas, berkaitan dengan spesifikasi praktis transaksi baik untuk

volume besar atau skala kecil.

Sedangkan Manfaat Tanda Tangan Elektronik (Tanda tangan elektronik)

adalah suatu tanda tangan elektronik (tanda tangan elektronik) akan

menyebabkan data elektronik yang dikirimkan melalui open network tersebut

menjadi terjamin, sehingga mempunyai manfaat dari tanda tangan elektronik

adalah sebagai berikut:26

a. Authenticity

Dengan memberikan tanda tangan elektronik pada data elektronik

yang dikirimkan, maka akan dapat atau bisa ditunjukkan darimana data-

data elektronik tersebut sesungguhnya berasal. Terjaminnya integritas

pesan tersebut bisa terjadi, karena keberadaan dari elektronik certificate.

Elektronik Certificate diperoleh, atas dasar aplikasi kepada Certification

Authority oleh user atau subscriber. Electronic Certificate berisi informasi

mengenai pengguna antara lain:

a. Identitas

b. Kewenangan

c. Kedudukan hukum

d. Status dari user atau pengguna

Electronic certificate ini memiliki berbagai tingkatan atau level,

tingkatan dari electronic certificate ini menentukan berapa besar

kewenangan yang dimiliki oleh pengguna. Contoh dari kewenangan atau

kualifikasi ini adalah apabila suatu perusahan hendak melakukan

perbuatan hukum, maka pihak yang berwenang mewakili perusahaan

26Arrianto Mukti Wibowo, dkk, Op.Cit., Hlm. 5

Page 43: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

33

tersebut adalah direksi. Jadi apabila suatu perusahaan hendak

melakukan suatu perbuatan hukum maka electronic certificate yang

dipergunakan adalah electronic certificate yang dipunyai oleh direksi

perusahaan tersebut.

Dengan keberadaan dari electronic certificate ini maka pihak

ketiga yang berhubungan dengan pemegang electronic certificate

tersebut dapat merasa yakin bahwa suatu pesan adalah benar berasal

dari pengguna tersebut.

b. Integrity

Penggunaan tanda tangan elektronik yang diaplikasikan pada

pesan atau data elektronik yang dikirimkan, dapat menjamin bahwa

pesan atau data elektronik tersebut tidak mengalami suatu perubahan

atau modifikasi oleh

pihak yang tidak berwenang.

Integritas atau integrityberhubungan dengan masalah keutuhan

dari suatu data yang dikirimkan. Seorang penerima pesan atau data

dapat merasa yakin apakah pesan yang diterimanya sama dengan pesan

yang dikirimkan. Ia dapat merasa yakin bahwa data tersebut pernah

dimodifikasi atau diubah selama proses pengiriman atau penyimpanan.

Jaminan authenticityini dapat dilihat dari adanya hash function dalam

sistem tanda tangan elektronik, dimana penerima data (recipient) dapat

melakukan pembandingan hash value. Apabila hash value-nya sama dan

sesuai, maka data tersebut benar-benar otentik, tidak pernah terjadi suatu

Page 44: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

34

tindakan yang sifatnya merubah (modify) dari data tersebut pada saat

proses pengiriman, sehingga terjamin authenticity-nya. Sebaliknya

apabila hash value-nya berbeda, maka patut dicurigai dan langsung dapat

disimpulkan bahwa recipient menerima data yang telah dimodifikasi.

c. Non-Repudiation (Tidak Dapat Disangkal Keberadaannya)

Non-Repudiation (Tidak Dapat Disangkal Keberadaannya), timbul

dari keberadaan tanda tangan elektronik yang menggunakan enkripsi

asimetris (asymmetric encryption). Enskripsi asimetris ini melibatkan

keberadaan dari kunci privat dan kunci publik. Suatu pesan yang telah

dienkripsi dengan menggunakan kunci privat, makaia hanya dapat

dibuka/dienkripsi dengan menggunakan kunci publik dari pengirim. Jadi

apabila terdapat suatu pesan yang telah dienkripsi oleh pengirim dengan

menggunakan kunci privatnya, maka ia tidak dapat menyangkal

keberadaan pesan tersebut, karena terbukti bahwa pesan tersebut

didekripsi dengan kunci publik pengirim. Keutuhan dari pesan tersebut

dapat dilihat dari keberadaan hash function dari pesan tersebut, dengan

catatan bahwa data yang telah di-sign akan dimasukkan ke dalam

elektronik envelope.

Non-repudiation (Tidak dapat disangkalnya keberadaan) suatu

pesan berhubungan dengan orang yang mengirimkan pesan tersebut.

Pengirim pesan tidak dapat menyangkal bahwa ia telah mengirimkan

suatu pesan apabila ia sudah mengirimkan suatu pesan. Ia juga tidak

dapat menyangkal isi dari suatu pesan berbeda dengan apa yang ia

kirimkan apabila ia telah mengirim pesan tersebut. Non repudiation

adalah hal yang sangat penting bagi e-commerce apabila suatu transaksi

Page 45: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

35

dilakukan melalui suatu jaringan internet, kontrak elektronik (electronic

contracts), ataupun transaksi pembayaran.

d. Confidentiality

Pesan dalam bentuk data elektronik yang dikirimkan tersebut

bersifat rahasia atau confidental, sehingga tidak semua orang dapat

mengetahui isi data elektronik yang telah disign dan dimasukkan dalam

elektronik envolve. Keberadaan elektronik envolve yang termasuk bagian

yang integral dari elektronik tanda tangan, menyebabkan suatu pesan

yang telah dienkripsi hanya dapat dibuka oleh orang yang berhak.

Tingkat kerahasiaan dari suatu pesan yang telah dienkripsi ini, tergantung

dari panjang kunci atau key yang dipakai untuk melakukan enkripsi.

Pengamanan data dalam e-commerce dengan metode kriptografi melalui

skema tanda tangan elektronik tersebut secara teknis sudah dapat

diterima dan diterapkan, namun apabila kita bahas dari sudut pandang

ilmu hukum ternyata masih kurang mendapatkan perhatian. Kurangnya

perhatian dari ilmu hukum dapat dimengerti karena, khususnya di

Indonesia, penggunaan komputer sebagai alat komunikasi melalui

jaringan internet baru dikenal semenjak tahun 1994. Dengan demikian

pengamanan jaringan internet dengan metode tanda tangan elektronik di

Indonesia tentu masih merupakan hal yang baru bagi kalangan pengguna

komputer.

2.7 Tujuan Tanda Tangan Elektronik

Tujuan dari suatu tanda tangan dalam suatu dokumen elektronik

adalah sebagai berikut :

Page 46: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

36

a. untuk memastikan otensitas dari dokumen tersebut;

b. untuk menerima/menyetujui secara menyakinkan isi dari sebuah

tulisan dalam sebuah dokumen elektronik.

2.8 Klasifikasi Tanda Tangan Elektronik

a. Tanda Tangan Elektronik (Biasa)

Tanda tangan elektronik biasa, sesuai dengan pengertian mengenai

tanda tangan elektronik diatas adalah tanda tangan yang ditujukan

merujuk kepada si penanda tangan, yang dilakukan dengan media

elektronik. Contoh paling mudah adalah suatu tanda tangan

konvensional (tertulis) yang kemudian di-scan. Kemudian hasil

scantersebut akan menjadi suatu informasi elektronik, biasanya berupa

suatu file gambar, ditempelkan (paste) pada suatu dokumen elektronik.

Hal tersebut sudah termasuk dalam ruang lingkup tanda tangan

elektronik(biasa).

b. Tanda Tangan Elektronik yang Aman (Secure atau Reliable)

Tanda tangan elektronik yang aman atau Electronic Tanda

tangan, merupakan suatu tanda tangan elektronik yang harus

memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, sehingga dapat dalam

konteks kesamaanya, dapat dipersamakan dengan tanda tangan

konvensional.

Tanda tangan elektronik yang aman ini diperuntukkan untuk

menampung semua jenis kemajuan tekNologi yang mungkin

berkembang dalam bidang keamanan terhadap informasi elektronik

yang aman ditujukan untuk tidak hanya dapat merujuk kepada si

Page 47: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

37

penandatangan, tetapi juga untuk menjaga keutuhan dan keamanan

daripada suatu informasi elektronik yang dilekatkan. Tanda tangan

elektronik termasuk di dalam kategori tanda tangan elektronik yang

aman.

2.9 Sumber Hukum dan Pengaturan Tanda Tangan Elektronik

Masalah yang mengemuka dan diatur dalam UU ITE adalah

hal yang berkaitan dengan masalah kekuatan dalam sistem

pembuktian dari informasi, dokumen, dan tanda tangan elektronik.

Pengaturan informasi, dokumen, dan tanda tangan elektronik,

dituangkan dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 UUITE. Secara

umum dikatakan bahwa informasi elektronik dan/atau dokumen

elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah,

yang merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan

hukum acara yang berlaku di Indonesia.

Demikian halnya dengan tanda tangan elektronik, memiliki

kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah. Namun pembuatan

tanda tangan elektronik tersebut harus memenuhi persyaratan-

persyaratan seperti yang telah ditentukan.

Pasal (5) Ayat (1) sampai dengan Ayat (3) UU ITE, secara

tegas menyebutkan: informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik

dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah dan

merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum

acara yang berlaku di Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam Undang-Undang. Namun, dalam Ayat (4) ada pengecualian yang

menyebutkan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik tidak

Page 48: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

38

berlaku untuk: (a) surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat

dalam bentuk tertulis; dan (b) surat beserta dokumennya yang

menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk akta Notaril

atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.

Pasal 11 menyebutkan, tanda tangan elektronik memiliki

kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah selama memenuhi

persyaratan sebagai berikut : (a) data pembuatan tanda tangan

elektronik terkait hanya kepada penanda tangan; (b) data pembuatan

tanda tangan elektronik pada saat proses penandatanganan

elektronik hanya berada dalam kuasa penanda tangan; (c)segala

perubahan terhadap tanda tangan elektronik yang terjadi setelah

waktu penandatanganan dapat diketahui; (d) segala perubahan

terhadap informasi elektronik yang terkait dengan tanda tangan

elektronik tersebut setelah waktu penandatanganan dapat diketahui; (e)

terdapat cara tertentu yang dipakai untuk mengidentifikasi siapa

penandatangannya; dan (f) terdapat cara tertentu untuk menunjukkan

bahwa penanda tangan telah memberikan persetujuan terhadap

informasi elektronik yang terkait.

2.10 Kelemahan dan Keunggulan Tanda Tangan Elektronik

Sebagaimana telah dikemukakan berkembangnya penggunaan

sarana elektronik dalam berbagai transaksi, di samping memberikan

manfaat yang positif yakni adanya kemudahan bertransaksi, juga

memberikan manfaat yang sangat besar bagi penyimpanan dokumen

sebagai hasil kegiatan usaha yang dilakukan. Namun, memang diakui

Page 49: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

39

bahwa disamping keuntungan tersebut dalam penggunaan sarana

elektronik terdapat pula kekurangan atau kelemahannya apabila

dihadapkan pada masalah alat bukti di pengadilan.

Dalam hukum perdata sebagaimana diatur dalam Pasal 1866, alat

bukti terdiri atas bukti tertulis, bukti saksi, persangkaan, pengakuan

dan sumpah.Selanjutnya dalam Pasal 1867 ditentukan bahwa

pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan otentik atau

tulisan dibawah tangan. Pegertian “tulisan” dalam pasal tersebut

dipastikan dalam bentuk tertulis di atas kertas.Pengertian semacam

ini tentu sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan jaman

tekNologi saat ini. Untuk itu perlu diketahui ketentuan dalam UU

ITEyang terlihat dari kebiasaan yang berlangsung dalam pergaulan

internasionalsebagai suatu kontrak.

2.11 Atribut Tanda Tangan Elektronik

Untuk mencapai tujuan dari penandatanganan suatu dokumen,

sebuah tanda tangan harus mempunyai atribut-atribut berikut:

pertama, otentikasipenanda tangan. Sebuah tanda tangan seharusnya

dapat mengindentifikasikan siapa yang menandatangani dokumen

tersebut dan susah untuk ditiru orang lain. Kedua, otentikasi dokumen.

Sebuah tanda tangan seharusnyamengidentifikasikan apa yang

ditanda tangani, membuatnya tidak mungkin dipalsukan ataupun

diubah (baik dokumen yang ditandatangani maupun tandatangannya)

tanpa diketahui. Otentikasi penandatangan dan dokumen adalah

alatuntuk menghindari pemalsuan dan merupakan suatu penerapan

Page 50: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

40

konsep“Nonrepudiation” dalam bidang keamanan informasi.

Nonrepudiation adalahjaminan dari keaslian ataupun penyampaian

dokumen asal untuk menghindaripenyangkalan dari penandatangan.27

Berdasarkan Pasal 4 Ayat (1) UU ITE sesuatu itu memiliki kekuatan

hukum sebagai alat bukti yang sah, bila informasi elektronik ini dibuat

dengan menggunakan sistem elektronik yang dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan perkembangan tekNologi

informasi. Bahkan secara tegas, Pasal 6 UUITE menentukan bahwa

suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli selain yang diatur

dalam Pasal 4 Ayat (4), persyaratan tersebut telah terpenuhi

berdasarkan undang-undang jika informasi elektronik tersebut dapat

terjamin keutuhannya dan dapat dipertanggungjawabkan, dapat

diakses, dapat ditampilkan sehingga menerangkan suatu keadaan.

telah menjadi hukum positif,akta elektronik dianggap sama dengan

akta konvensional, begitu pula dengantanda tangan elektronik

dianggap sama dengan tanda tangan manuskrip.28

2.12 Cara Kerja Tanda Tangan Elektronik

Seperti telah Penulis singgung di atas tanda tangan elektronik

dibuat denganmenggunakan teknik kriptografi, suatu cabang dari

matematika terapan yangmenangani tentang pengubahan suatu

27Rick Wiebe, Yuridiksi, Seminar E-Commerce and the Law, Bandung , Citra Aditya, 2002,hal., 6128Ibid, hal., 62

Page 51: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

41

informasi menjadi bentuk lain yang tidakdapat dimengerti dan

dikembalikan seperti semula.29

Tanda tangan elektronik menggunakan public key cryptography

(kriptografikunci publik), dimana algoritmanya menggunakan dua buah

kunci. Kunci yang pertama adalah kunci untuk membentuk tanda

tangan elektronik atau mengubah datakebentuk lain yang tidak dapat

dimengerti. Sedangkan kunci yang keduadigunakan untuk verifikasi

tanda tangan elektronik ataupun mengembalikan pesan ke bentuk

semula. Konsep ini juga dikenal sebagai “assymmetric

cryptosystem”(sistem kriptografi Non simetris). Sistem kriptografi itu

menggunakan kunci privat, yang hanya diketahui oleh penandatangan

dan digunakan untuk membentuk tanda tangan elektronik. Sistim

kriptografi itu juga mempunyai kunci publik, yang digunakan untuk

verifikasi tanda tangan elektronik. Jika beberapaorang ingin

memverifikasi suatu tanda tangan elektronik yang dikeluarkan oleh

seseorang, maka kunci publik tersebut harus disebarkan ke orang-

orang tersebut.

Kunci privat dan kunci publik ini sesungguhnya secara matematis

“berhubungan‟ (memenuhi persamaan-persamaan dan kaidah-kaidah

tertentu). Walaupun demikian, kunci privat tidak dapat ditemukan

menggunakan informasi yang didapat dari kunci publik.30 Proses lain

yang tak kalah penting adalah “fungsi hash”, digunakan untuk

membentuk sekaligus memverifikasi tanda tangan elektronik. Fungsi

hash adalah sebuah algoritma yang membentuk representasi

29Ibid, hal., 63-6430Ibid, hal., 43

Page 52: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

42

elektronik atau semacam “sidik jari” dalam bentuk “nilai hash” (hash

value) dan biasanya jauh lebih kecil dari dokumen aslinya dan unik

hanya berlaku untuk dokumen tersebut. Perubahan sekecil apapun

pada suatu dokumen akan mengakibatkan perubahan pada “nilai

hash” yang berkorelasi dengan dokumen tersebut. Fungsi hash yang

demikiandisebut juga “fungsi hash satu arah”, karena suatu nilai hash

tidak dapatdigunakan untuk membentuk kembali dokumen aslinya.

Fungsi hash dapatdigunakan untuk membentuk tanda tangan

elektronik. Fungsi hash ini akanmenghasilkan “sidik jari” dari suatu

dokumen (sehingga unik hanya berlaku untuk dokumen tersebut).

Ukuran hash jauh lebih kecil daripada dokumen aslinya serta dapat

mendeteksi apabila dokumen tersebut telah diubah daribentuk aslinya.

Penggunaan tanda tangan elektronik memerlukan dua proses,

yaitu dari pihak penandatangan serta dari pihak penerima. Secara rinci

kedua proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama,

pembentukan tanda tanganelektronik menggunakan nilai hash yang

dihasilkan dari dokumen serta kunci privatyang telah didefinisikan

sebelumnya. Untuk menjamin keamanan nilai hash maka seharusnya

terdapat kemungkinan yang sangat kecil bahwa tanda tanganelektronik

yang sama dapat dihasilkan dari dua dokumen serta kunci privat yang

berbeda. Kedua, verifikasi tanda tangan elektronik adalah proses

pengecekan tandatangan elektronik dengan mereferensikan ke

dokumen asli dan kunci publik yangtelah diberikan, dengan cara

demikian dapat ditentukan apakah tanda tangan elektronik dibuat

Page 53: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

43

untuk dokumen yang sama menggunakan kunci privat yang

berkorespondensi dengan kunci publik.31

Untuk lebih jelasnya, gambar di bawah ini adalah alur cara kerja

tanda tangan elektronik.

31Widyo Pramono, Cybercrimes dan Pencegahannya, Kencana, Jakarta, 2007, hal., 37

Page 54: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

44

BAB IIIKEABSAHAN TANDATANGAN ELEKTRONIKPADA PERJANJIAN PERDATA DI INDONESIA

3.1 Keabsahan Tanda Tangan Elektronik

Konsep “tanda tangan elektronik” yang dikenal pada dunia keamanan

komputer adalah hasil dari penerapan teknik-teknik komputer pada suatu

informasi. Sedangkan di dunia umum, tanda tangan mempunyai arti yang

lebih luas, yaitu sembarang tanda yang dibuat dengan maksud untuk

melegalisasi dokumen yang ditandatangani. Dalam dunia nyata, untuk

menjamin keaslian serta legalitas suatu dokumen digunakan tanda tangan.

Tanda tangan ini merupakan suatu tanda yang bersifat unik milik

seseorang dan digunakan untuk memberi pengesahan bahwa orang tersebut

setuju dan mengakui isi dari dokumen yang ditandatangani. Untuk dokumen-

dokumen elektronik pun dibutuhkan hal semacam ini. Oleh karena itu,

diciptakan suatu sistem otentikasi yang disebut tanda tangan elektronik.

Tanda tangan elektronik merupakan suatu cara untuk menjamin keaslian

suatu dokumen elektronik dan menjaga supaya pengirim dokumen dalam

suatu waktu tidak dapat menyangkal bahwa dirinya telah mengirimkan

dokumen tersebut. Tanda tangan elektronik menggunakan algoritma-

algoritma serta teknik-teknik komputer khusus dalam penerapannya.

Berbicara mengenai keabsahan tanda tangan elektronik, suatu tanda

tangan elektronik pasti diperoleh dengan adanya suatu transaksi, orang

selalu akan mendasarkan pada ketentuan dalam Pasal 1320 Kitab Undang-

undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa untuk sahnya suatu

perjanjian diperlukan 4 (empat) syarat, yakni:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

Page 55: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

45

b. Cakap untuk membuat suatu perikatan;

c. Hal tertentu;

d. Sebab yang halal.

Dengan mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata

sebenarnya tidak dipermasalahkan mengenai media yang digunakan dalam

transaksi, atau dengan kata lain Pasal 1320 KUHPerdata tidak

mensyaratkan bentuk dan jenis media yang digunakan dalam bertransaksi.

Oleh karena itu, dapat saja dilakukan secara langsung maupun secara

elektronik. Namun suatu perjanjian dapat dikatakan sah bila telah memenuhi

unsur-unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1320 tersebut.

Demikian pula asas kebebasan berkontrak yang dianut KUHPerdata,

dimana para pihak dapat bebas menentukan dan membuat suatu perikatan

atau perjanjian dalam bertransaksi yang dilakukan dengan itikat baik (Pasal

1338). Jadi apapun bentuk dan media dari kesepakatan tersebut, tetap

berlaku dan mengikat para pihak karena perikatan tersebut merupakan

undang-undang bagi yang membuatnya. Permasalahan akan timbul dari

suatu transaksi bila salah satu pihak ingkar janji. Penyelesaian

permasalahan yang terjadi tersebut, selalu berkaitan dengan apa yang

menjadi bukti dalam transaksi, lebih-lebih bila transaksi menggunakan

sarana elektronik. Hal ini karena penggunaan dokumen atau data elektronik

sebagai akibat transaksi melalui media elektronik, belum secara khusus

diatur dalam hukum acara yang berlaku, baik dalam Hukum Acara Perdata

maupun dalam Hukum Acara Pidana. Mengenai hukum materiilnya pada

dasarnya sudah secara tegas diatur dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan yang

Page 56: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

46

menyatakan bahwa “dokumen perusahaan yang telah dimuat dalam

microfilm atau media lainnya dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti

yang sah”. Selanjutnya apabila kita perhatikan ketentuan dalam Pasal 1

angka 2 mengenai pengertian dokumen dan dikaitkan dengan ketentuan

Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 jo.

Pasal 1320 KUHPerdata, transaksi melalui media elektronik adalah sah

menurut hukum. KUH Perdata menjelaskan maksud hal tertentu, dengan

memberikan rumusan dalam Pasal 1333 KUH Perdata, yang berbunyi

sebagai berikut: “Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok

perjanjian berupa suatu kebendaan yang paling sedikit ditentukan jenisnya.

Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah kebendaan tidak tentu, asal saja

jumlah itu kemudian dapat ditentukan atau dihitung”.

Secara sepintas, dengan rumusan “pokok perjanjian berupa barang yang

telah ditentukan jenisnya”, tampaknya KUH Perdata hanya menekankan

pada perikatan untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu. Namun

demikian jika kita perhatikan lebih lanjut, rumusan tersebut hendak

menegaskan kepada kita semua bahwa apapun jenis perikatannya, baik itu

perikatan untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau untuk tidak

berbuat sesuatu, KUH Perdata hendak menjelaskan, bahwa semua jenis

perikatan tersebut pasti melibatkan keberadaan atau eksistensi dari suatu

kebendaan yang tertentu. Perjanjian yang diperjanjikan harus suatu hal atau

suatu barang yang cukup jelas atau tertentu. Syarat ini perlu untuk dapat

menetapkan kewajiban dari si berhutang jika ada perselisihan. Barang yang

dimaksudkan dalam perjanjian paling sedikit harus ditentukan jenisnya.

Page 57: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

47

Bahwa barang itu sudah ada atau sudah berada di tangannya si

berhutang pada waktu perjanjian dibuat, tidak diharuskan oleh undang-

undang. Juga jumlahnya tidak perlu disebutkan, asal saja kemudian dapat

dihitung atau ditetapkan. Syarat bahwa prestasi harus tertentu atau dapat

ditentukan, gunanya ialah untuk menetapkan hak dan kewajiban kedua

belah pihak, jika timbul perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian. Jika

prestasi kabur atau dirasakan kurang jelas, yang menyebabkan perjanjian itu

tidak dapat dilaksanakan, maka dianggap tidak ada obyek perjanjian dan

akibat hukum perjanjian itu batal demi hukum.

Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) memiliki

asas diantaranya netral teknologi atau kebebasan memilih teknologi. Hal ini

termasuk memilih jenis tanda tangan elektronik yang dipergunakan untuk

menandatangani suatu informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik.

Asas netral teknologi dalam UU ITE perlu dipahami secara berhati-hati, dan

para pihak yang melakukan transaksi elektronik sepatutnya menggunakan

tanda tangan elektronik yang memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum

yang sah seperti diatur dalam pasal 11 ayat 1 UUITE.

Keabsahan tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat

hukum yang sah selama memenuhi persyaratan sebagai berikut

berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik, yaitu :

1. Data pembuatan tanda tangan elektronik terkait hanya kepada penanda

tangan.

2. Data pembuatan tanda tangan elektronik pada saat proses penanda

tangan elektronik hanya berada dalam kuasa penandatangan.

Page 58: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

48

3. Segala perubahan terhadap tanda tangan elektronik yang terjadi setelah

waktu penandatanganan dapat diketahui.

4. Segala perubahan terhadap informasi elektronik yang terkait dengan

tanda tangan elektronik tersebut setelah waktu penandatanganan dapat

diketahui.

3.2 Aspek Perlindungan Konsumen dalam Penggunaan Digital Signature

Secara Nasional, pranata untuk memberikan perlindungan terhadap

konsumen adalah UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

namun UU perlindungan Konsumen ini secara khusus belum mengantisipasi

perkembangan teknologi informasi di dalam pengaturannya. Dalam

penggunaan Digital Signature kita mengenal adanya dua pihak, yaitu :

1. Certificate Authority (CA)

2. Subscriber

Hubungan ini menunjukkan kaitan antara CA sebagai penyelenggara

jasa dan subscriber sebagai konsumen. Sebagai penyelenggara jasa, CA

harus menjamin hak-hak subscriber antara lain :

1. Privacy

Termaktub dalam pasal 4 butir 1 UU No 8 tahun 1999. Contoh ketika

subscriber meng"apply" kepada CA, subs akan dimintai keterangan

mengenai identitasnya, besar kecilnya keakuratan dari identitas tersebut

tergantung dari jenis tingkatan sertifikat tersebut. Semakin tinggi tingkat

sertifikat maka semakin akurat pula identitas sebenarnya dari subscriber.

Namun dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah CA sebagai

penyimpan data berkewajiban menjaga kerahasiaan identitas subs dari

Page 59: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

49

pihak yang tidak berkepentingan. CA hanya boleh mengkonfirm bahwa

sertifikat yang dimiliki oleh subs adalah benar dan diakui oleh CA.

Di beberapa negara maju data pribadi mendapat perlindungan dalam

undang-undang (data protection act). Di dalam Undang-Undang yang

bersangkutan tercantum prinsip perlindungan data (Data Protection

Principles) yang harus ditaati oleh orang-orang yang menyimpan atau

memproses informasi dengan mempergunakan komputer yang

menyangkut kehidupan orang-orang. Biro-biro komputer yang

menyediakan jasa pelayanan bagi mereka yang hendak memproses

informasi juga sama dikontrol dan harus melakukan pendaftaran menurut

undang-undang tersebut. Individu-individu, yang informasi dirinya

disimpan pada komputer, diberi hak-hak untuk akses dan hak untuk

memperoleh catatan-catatan pembetulan dan penghapusan informasi

yang tidak benar. Mereka itu pun dapat mengajukan pengaduan kepada

Data Protection Registrar (yang diangkat berdasarkan undang-undang)

apabila mereka tidak merasa puas terhadap cara orang atau organisasi

yang mengumpulkan informasi dan, menurut keadaan-keadaan tertentu,

individu-individu memiliki hak atas ganti kerugian.

Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip perlindungan data dapat

menyebabkan tanggung jawab pidana, adapun prinsip-prinsip tersebut

antara lain :

1. Informasi yang dimuat dalam data pribadi harus diperoleh, dan data

pribadi itu harus diproses, secara jujur dan sah.

2. Data pribadi harus dipegang hanya untuk satu tujuan atau lebih yang

spesifik dan sah.

Page 60: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

50

3. Data pribadi yang dikuasai untuk satu tujuan dan tujuan-tujuan tidak

boleh digunakan atau disebarluaskan dengan melalui suatu cara yang

tidak sesuai dengan tujuan atau tujuan-tujuan tersebut.

4. Data pribadi yang dikuasai untuk keperluan suatu tujuan atau tujuan-

tujuan harus layak, relevan dan tidak terlalu luas dalam kaitannya

dengan tujuan atau tujuan-tujuan tersebut.

5. Data pribadi harus akurat dan, jika diperlukan, selalu up-to date.

6. Data pribadi yang dikuasai untuk keperluan suatu tujuan atau tujuan-

tujuan tidak boleh dikuasai terlalu lama dari waktu yang diperlukan

untuk kepentingan tujuan atau tujuan-tujuan tersebut.

7. Tindakan-tindakan pengamanan yang memadai harus diambil untuk

menghadapi akses secara tidak sah, atau pengubahan,

penyebarluasan atau pengrusakan data pribadi serta menghadapi

kerugian tidak terduga atau data pribadi.

8. Seorang individu akan diberikan hak untuk :

¸ Dalam jangka waktu yang wajar dan tanpa kelambatan serta

tanpa biaya, yaitu dengan diberi penjelasan oleh pihak pengguna

data tentang apakah pihaknya menguasai data pribadi di mana

individu yang bersangkutan menjadi subyek data. Dan untuk

akses pada suatu data demikian yang dikuasai oleh pihak

pengguna data.

¸ Jika dipandang perlu, melakukan perbaikan atau penghapusan

data.

Prinsip yang terakhir berkaitan dengan pengamanan dan ancaman

terhadap hal ini ada dua jenis :

Page 61: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

51

1. Pengamanan dari akses tidak sah, dan

2. Berkaitan dengan copy-copy back up. pusat-pusat data yang berisi

data pribadi.

Masih berkaitan dengan masalah jaminan privacy dalam kaitannya

dengan kunci privat, adalah harus adanya jaminan bahwa CA tidak

berusaha mencari pasangan kunci publik dari susbscriber. CA

mempunyai peluang yang besar untuk bisa menemukan kunci pasangan

dari subscriber karena CA mempunyai komputer yang lebih canggih untuk

menemukannya.

Selain itu harus ada jaminan bahwa pencipta kartu yang berisikan

kunci privat juga tidak akan menyebarluaskan atau pun

menggandakannya. Hal ini sangat logis sekali karena pembuat kartu

selain mengetahui kunci publik juga mengetahui kunci privatnya karena ia

adalah penciptanya. Untuk menjamin hal ini perlu adanya suatu Notary

system yang menjamin hal tersebut.

2. Accuracy

Termaktub dalam pasal 4 butir 2,3, dan 8 UU No 8 tahun 1999.

Dalam prinsip ini terkandung pengertian "ketepatan" antara apa yang

diminta dengan apa yang didapatkan. Bahwa apa yang didapat oleh subs

sesuai dengan apa yang ia minta berdasarkan informasi yang

diterimanya. Ketepatan informasi (informasi yang benar tanpa tipuan)

juga merupakan prinsip accuracy. Sebagai contoh : subs yang meminta

level tertentu dari sertifikat sebaiknya tidak diberikan level yang lebih

rendah atau lebih tinggi.

Page 62: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

52

CA juga berkewajiban memberitahukan segala keterangan yang

berkaitan dengan penawaran maupun permintaan yang diajukan. Secara

tidak langsung subs berhak untuk mendapatkan CA yang berlisensi

artinya ketika subs mengakses ke CA, terdapat praduga bahwa CA

adalah CA yang sah dan berlisensi dan subs harus dilindungi dari

penyimpangan CA yang gadungan.

3. Property

Termaktub dalam pasal 4 buutir 8 UU No 8 tahun 1999. Subs

harus dilindungi hak miliknya dari segala penyimpangan yang mungkin

terjadi akibat masuknya subs ke dalam sistem ini. Artinya subs berhak

dilindungi dari segala bentuk penyadapan, penggandaan, dan pencurian.

Jika hal ini terjadi maka CA berkewajiban mengganti kerugian yang

diderita.

4. Accessibility

Termaktub dalam pasal 4 butir4, 5, 6,dan 7 UU No 8 tahun 1999.

Bahwa setiap pribadi berhak medapat perlakuan yang sama dalam hal

untuk mengakses dan informasi. Artinya tiap subs bisa masuk ke dalam

sistem ini jika memenuhi persyaratan, dan ia bisa mempergunakan sistem

ini tanpa adanya hambatan. Dan subs juga berhak untuk didengar

pendapat dan keluhannya.

Hak-hak konsumen untuk tercapainya perlindungan konsumen sudah

tercantum atau dituangkan dalam bentuk Undang-Undang, yaitu UU No 8

tahun 1999. Maka artinya hak-hak tersebut sudah diakui keberadaannya

dan memiliki kepastian hukumnya yang diatur dalam Undang-Undang

Page 63: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

53

positif. Upaya hukum yang dilakukan oleh konsumen yang merasa

dirugikan bisa menggunakan pasal-pasal dalam UU No 8 tahun 1999 ini.

Dalam kaitannya dengan penggunaan digital signature, CA dalam

kedudukan yang lebih kuat harus bisa menjamin hak-hak konsumen.

Terutama dalam perjanjian adhesi antara CA dan subscriber. Perjanjian

diajukan sebaiknya tidak hanya berat sebelah, sehingga subscriber tidak

mempunyai posisi penawaran (bargaining power). Untuk menutup resiko

atas produk-produk yang cacat CA dapat mengasuransikan resiko

tersebut. Hal ini untuk mengurangi beban yang harus ditanggung oleh CA

apabila suatu saat ada konsumen (subscriber) yang menuntut CA karena

merasa dirugikan.

Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah diatur pula hak

dan kewajiban pelaku usaha serta larangan-larangan yang bertujuan

untuk memberi perlindungan terhadap konsumen dan telah pula

mengatur mengenai hak dan kewajiban konsumen.

Namun khusus untuk perlindungan hak konsumen dalam transaksi e-

commerce masih rentan, karena walaupun Undang-undang Perlindungan

Konsumen telah mengatur hak dan kewajiban bagi produsen dan

konsumen, namun kurang tepat untuk diterapkan dalam transaksi e-

commerce.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses produksi

barang dan jasa ternyata belum diikuti dengan kemajuan perangkat

hukum yang ada.

Page 64: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

54

3.3 Perbedaan Pendapat dalam menanggapi Keabsahan Informasi,

Dokumen & Tanda Tangan Elektronik sebagai Alat Bukti

Dalam penggunaan alat bukti elektronik pada praktek persidangan

terdapat anggapan yang berbeda. Ada yang mengganggap dengan

diberlakukannya UU ITE maka alat bukti elektronik tersebut merupakan alat

bukti yang berdiri sendiri. Namun, ada juga anggapan yang menyatakan

bahwa alat bukti elektronik merupakan perluasan dari alat bukti yang telah

diakui sebelumnya dalam hukum acara, anggapan ini didasarkan pada isi

Pasal 5 ayat ( 2 ) UU ITE. Pengakuan informasi dan dokumen elektronik

sebagai alat bukti hukum yang sah dalam dunia peradilan sebenarnya bukan

merupakan hal yang baru, tapi juga tidak bisa disebut barang lama.

Penggunaan bukti elektronik dalam proses pembuktian di Indonesia telah

akomodir. Dalam beberapa tindak pidana misalnya, e-mail dapat digunakan

sebagai alat bukti. Contohnya dalam tindak pidana pencucian uang dan

tindak pidana terorisme, e-mail dijadikan sebagai alat bukti yang berdiri

sendiri yaitu alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan,

diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa

dengan itu. Dalam KUHAP penggunaan alat bukti elektronik seperti e-mail

belum tercantum secara jelas, tetapi e-mail tetap dapat digunakan dalam

pembuktian sebagai alat bukti surat, yang tentu saja setelah melalui proses

formil dari alat bukti surat.

Untuk penggunaan e-mail dalam perkara perdata menurut Ahmad Zakaria

yang berprofesi sebagai seorang Notaris, justru akan lebih sulit mengingat

pembuktian dalam perkara perdata adalah upaya mencari kebenaran formil.

Untuk memenuhi kebenaran formil akan suatu e-mail cukuplah rumit, karena

Page 65: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

55

menurutnya e-mail yang memenuhi kriteria tersebut bukanlah e-mail yang

diperoleh dari end-user melainkan e-mail yang tersimpan dalam sebuah mail

server yang kredibel. Menurut Ahmad Zakaria, dalam prakteknya masih

banyak aparat hukum yang menganggap bahwa bukti elektronik hanyalah

merupakan bukti pelengkap dan belum dapat dijadikan bukti otentik yang

kuat. Namun, beliau kurang setuju dengan hal ini, menurutnya bagaimana

bisa dikatakan bukti elektronik hanya merupakan bukti pelengkap atau belum

dapat dijadikan bukti otentik padahal penggunaan bukti elektronik sebagai

alat bukti yang sah telah jelas diatur dalam UU ITE. Di masyarakat sendiri

masih banyak yang berorientasi pada dokumen cetak yang dikuatkan

dengan tanda tangan biasa. Hal ini memang tidak salah, tetapi lebih baik bila

memang arah dan tujuan dari dokumen dan tanda tangan konvensional

tersebut adalah untuk otentifikasi dan otorisasi dilakukan dengan

menggunakan dokumen dan tanda tangan elektronik. Ahmad Zakaria juga

berpendapat masih kurangnya kemauan hakim-hakim di pengadilan

Indonesia untuk menginterpretasikan informasi, dokumen maupun tanda

tangan elektronik sebagai alat bukti. Untuk itu diperlukan keinginan yang

kuat bagi aparat hukum untuk selalu meng-up date pengetahuan. Hakim

sebagai salah satu unsur penegak hukum yang paling berpotensi untuk

mendukung penggunaan bukti elektronik melalui putusannya sudah saatnya

lebih membuka mata terhadap perkembangan teknologi. Terlepas dari hakim

memiliki hak untuk menentukan pandangannya sendiri.32

Edmon Makarim, pakar hukum telematika dari Universitas Indonesia,

berpendapat informasi elektronik dapat diekuivalenkan dengan kertas

32 www. google. com, Esensi Keberadaan Lembaga Notariat dengan Berlakunya UU No. 11Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, 20 Desember 2008.

Page 66: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

56

dimana untuk bernilai hukum seharusnya sebuah informasi elektronik

berbentuk tertulis, bertanda tangan dan original, dalam kondisi tertentu.

Menurut Edmon Makarim fokus utama dari UU ITE ini adalah menghadirkan

informasi elektronik menjadi bernilai secara hukum dan mempunyai

kekuatan pembuktian. Oleh karena itu, dengan berlakunya UU ITE ini, maka

hakim tidak boleh menolak penggunaan alat bukti elektronik dalam

persidangan dan juga harus melakukan verifikasi dengan patokan UU ITE.

Edmon juga menambahkan informasi elektronik memerlukan suatu

kualifikasi tertentu agar memiliki nilai hukum, dimana informasi elektronik

tersebut harus berasal dari sistem yang layak dipercaya dan selain itu, para

pihak yang bertransaksi perlu menggunakan tanda tangan elektronik,

maksudnya agar para pihak tidak memungkiri substansi dari suatu transaksi.

Suatu informasi elektronik berkedudukan baik sebagai barang bukti maupun

alat bukti. Dalam hukum acara pidana ketika berkedudukan sebagai barang

bukti maka harus dirangkaikan dengan alat bukti lain sehingga dapat

diidentifikasi sebagai petunjuk sebagaimana dalam Pasal 184 KUHAP.

Ditambahkan beliau juga, dengan adanya UU ITE maka informasi elektronik

dapat menjadi alat bukti yang berdiri sendiri. Di bidang hukum acara perdata,

transaksi elektronik sebagai kegiatan yang terekam dari proses input,

menyimpan, hingga sampai pada print out maka out put dibaca per

karakter.33

Telah dikatakan pada bab sebelumnya bahwa mengenai alat bukti ada

diatur dalam hukum acara pidana dan hukum acara perdata. Pasal 184 ayat

(1) KUHAP menentukan secara limitatif mengenai alat bukti yang sah yaitu,

33 www. hukumonline.com., Alat Bukti Elektronik Kian Mendapat Tempat, 20 Desember 2008.

Page 67: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

57

keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa,

sedangkan dalam Pasal 1866 KUHPerdata dan Pasal 284 RBg/164 HIR

menyebutkan alat bukti yang sah terdiri dari bukti tulisan, bukti saksi,

persangkaan, pengakuan dan sumpah. Sehubungan dengan hal ini Arief

Indra Kusuma Adhi, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum, mengatakan

ada dua pilihan yang sering dipakai dimana bukti elektronik dapat

dikategorikan sebagai alat bukti surat atau sebagai alat bukti petunjuk.

Dijelaskan Arief, informasi elektronik menjadi alat bukti surat jika informasi

elektronik tersebut diubah dalam bentuk cetak, dan menjadi alat bukti

petunjuk bila informasi elektronik tersebut memiliki keterkaitan dengan alat

bukti lain dan semua kekuatan alat bukti tersebut bebas. Dengan kata lain

kekuatan bukti elektronik sebagai petunjuk sangat tergantung pada

keyakinan hakim sebagai pemutus perkara.34

UU ITE seperti halnya cara pandang pengadilan menyebutkan bahwa

informasi dan dokumen elektronik adalah perluasan dari alat bukti yang sah

sesuai dengan hukum acara, daripada mengakui informasi dan dokumen

elektronik sebagai sebuah alat bukti tersendiri, hal ini dapat dilihat dalam

Pasal 5 ayat ( 2 ) UU ITE. Namun, pengakuan yang diberikan oleh UU ITE

memiliki arti penting tersendiri terutama bagi Indonesia sebagai Negara yang

tidak menganut prinsip Stare Decisis yaitu prinsip dimana dasar vonis

mengikuti vonis yang pernah dilakukan dalam perkara yang sama.35

Sehingga keputusan pengadilan bukan merupakan sumber hukum yang

mengikat bagi hakim lainnya. Dengan adanya UU ITE, maka sepanjang

34 www. google. com, UU ITE Jadi Payung Hukum Print Out sebagai Alat Bukti, 20 Desember 2008.35 I.P.M. Ranuhandoko B.A., op cit, hlm. 504

Page 68: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

58

sesuai dengan UU ITE, tidak dapat lagi dikemukakan keberatan atas

penggunaan informasi dan dokumen elektronik maupun tanda tangan

elektronik sebagai alat bukti yang sah.

Page 69: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

59

BAB IVPENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Kekuatan beban pembuktian yang melekat dalam elektronik

tanda tangan ditinjau dari pembuktian hukum acara perdata

memiliki kekuatan beban bukti setingkat dengan akta bawah

tangan (ABT), oleh karena itu kekuatan beban bukti yang

melekat dalam tanda tangan pada surat elektronik hanya

kekuatan pembuktian formil dan pembuktian materil.

2. Tanggapan yang timbul mengenai keabsahan tanda tangan

elektronik adalah berbeda-beda dari penafsiran hukum masalah yang

dialami. Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, keabsahan tanda tangan

elektronik diakui secara sah. Dalam pasal 5 ayat 1 dan 2 UU ITE

hanya disebutkan bahwa dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya

adalah alat bukti hukum yang sah dan merupakan perluasan dari alat

bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di

Indonesia, tetapi apabila saya melihat perbandingan antara Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

Jabatan Notaris maka keabsahan tanda tangan elektronik tidaklah

sah, dikarenakan dalam UUJN bukti yang sah itu adalah akta otentik

dan akta bawah tangan. Dan Notaris itu sendiri harus datang, melihat

Page 70: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

60

dan mendengar dalam setiap pembuatan akta dan ditandatangan

oleh Notaris itu sendiri dan para penghadap masing-masing langsung

di tempat dibacakannya akta itu oleh Notaris. Dan haruslah tanda

tangan asli dari Notaris dan para penghadap bukanlah tandatangan

elektronik yang bisa ditorehkan di dalam akta tersebut karena

kekuatan pembuktian dalam hukum di Indonesia tidaklah sah.

4.2 Saran

1. Hendaknya Pemerintah dengan segera memberikan Lisensi kepada

badan hukum sebagai lembaga Certification Authority, baik

pemerintah maupun swasta, sehingga pelaksanaan transaksi

elektronik, dengan dokumen elektronik sebagai perjanjian para pihak

yang telah ditanda tangani secara elektronik, sehingga mempunyai

kekuatan pembuktian yang sama dengan akta otentik didalam

persidangan pada suatu pengadilan.

2. Pemerintah dalam mengeluarkan suatu Undang-Undang hendaknya

melihat Undang-Undang yang lain yang saling berkaitan, sehingga

antara satu Undang-Undang dengan Undang-Undang yang lain tidak

saling bertentangan satu dengan yang lain.

Page 71: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

61

DAFTAR BACAAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KUH Perdata

Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

BUKU

Badrulzaman Mariam Darus, Mendambakan Kelahiran Hukum Saiber (Cyber Law) di Indonesia, Pidato Purna Bhakti, Medan, 2001.

Budiono Berlien, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata Di Bidang Kenotariatan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007.

Kie Tan Thong, Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2007.

Magdalena Mery, Cyber Law Tidak Perlu Takut, Andi, Yogyakarta, 2007.

Mertokusumo Sudikno, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), PT. Liberty, Yogyakarta, 1996.

Muljadi Kartini dan Widjaja Gunawan, Perikatan Pada Umumnya, PT.Raja Grafindo, Jakarta, 2003.

Pramono Widyo, Cybercrimes dan Pencegahannya, Kencana, Jakarta, 2007

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Sumur Bandung, Jakarta, 1981.

R.Soebekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya, Bandung, 1992.

R.Subekti, Hukum Perjanjian, PT.Internusa, Jakarta, 1974.

R.Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT.Intermesa, Jakarta, 1979.

Soepapto Maria Farida Indrati, Ilmu perundang-Undangan, Dasar-Dasar danPembentukan, Kanisius, Jakarta, 1998.

Wiebe Rick, Yuridiksi, Seminar E-Commerce and the Law, Citra Aditya, Bandung, 2002

Witso Keny, Internet Isu, Bandung, Pustaka, Citra Aditama, 2002.

Page 72: KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA PERJANJIAN PERDATA ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/15/0--syahriatur-722-1... · keabsahan tanda tangan elektronik pada perjanjian perdata

62

INTERNET

www. google. com, Esensi Keberadaan Lembaga Notariat dengan Berlakunya UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, diakses tanggal 5 Juli 2016, jam 16.30 WIB

www. hukumonline.com., Alat Bukti Elektronik Kian Mendapat Tempat, diakses tanggal 5 Juli 2016, jam 19.00 WIB

www. google. com, UU ITE Jadi Payung Hukum Print Out sebagai Alat Bukti,diakses tanggal 20 Juli 2016, jam 20.00 WIB

http://www.kamuskbbi.id/ diakses tanggal 8 Agustus 2016, jam 21.00 WIB

www.google.com, Rosa Agustina T. Pangaribuan, 2003, Asas Kebebasan Berkontrak Dan Batas-Batasnya, diakses 8 Agustus 2016, jam 22.00 WIB

www.google.com, Kudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2008, Dinamika Pemikiran Hukum, diakses tanggal 8 Agustus 2016, jam 22.30 WIB