analisis rasio profitabilitas dan rasio...
TRANSCRIPT
ANALISIS RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO
AKTIVITAS SEBAGAI DASAR PENILAIAN KINERJA
KEUANGAN PADA PT. SKYLINE JAYA
SKRIPSI
OLEH ;
EVIANA
NIM . 28133011
FAKULTAS EKONOMI
U N I V E R S I T A S W I J A YA P U T R A
S U R A B A Y A
2012
ii
ANALISIS RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO
AKTIVITAS SEBAGAI DASAR PENILAIAN KINERJA
KEUANGAN PADA PT. SKYLINE JAYA
NAMA : EVIANA
FAKULTAS : EKONOMI
JURUSAN : AKUNTANSI
NPM : 28133011
DISETUJUI dan DITERIMA OLEH :
DOSEN PEMBIMBING,
RODHIYAH, SE, MM.
iii
Halaman Pengesahan Skripsi
Telah diterima dan disetujui oleh tim penguji skripsi serta dinyatakan
LULUS. Dengan demikian skripsi ini dinyatakan sah untuk melengkapi
syarat-syarat mencapai gelar Sajana Ekonomi pada FAKULTAS
EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA
Tim Penguji Skripsi ;
1. Ketua : Dr. Hj. Soenarmi, SE, MM ( )
(Dekan Fakultas Ekonomi)
2. Sekretaris : Aminatuzzuhro, SE, M.Si ( )
(Ketua Program Studi Akuntansi)
3. Anggota : 1. Heru Tjahjono ( )
(Dosen Penguji I)
2. Agus Riyadi ( )
(Dosen Penguji II)
iv
ABSTRAKSI
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja
keuangan pada PT Skyline Jaya melalui analisis rasio aktivitas dan rasio
profitabilitas. Model penelitian yang dilakukan adalah melalui penelitian lapangan
(fieldresearch), yaitu penelitian secara langsung di perusahaan dengan
mengadakan wawancara langsung dengan pimpinan dan karyawan perusahaan,
menganalisis laporan keuangan serta penelitian pustaka (library research), yaitu
penelitian yang dilakukan dengan menggunakan literatur dan tulisan – tulisan
yang erat hubungannya dengan objek penulisan yang dimaksudkan untuk
memperoleh landasan teori yang akan digunakan dalam membahas masalah yang
diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio aktivitas mengalami peningkatan,
pada tahun 2010, sedangkan rasio profitabilitas mengalami penurunan pada tahun
2010 dan 2011. Berdasarkan hasil perhitungan kinerja keuangan PT. Skyline Jaya
selama kurun waktu tiga tahun jika dilihat dari rasio profitabilitas dan rasio
aktivitasnya adalah kurang efisien, hal ini terbukti bahwa perusahaan gagal dalam
perencanaan dan pelaksanaan strategi untuk peningkatan keuntungan perusahaan.
Perusahaan tidak mampu mengevaluasi atau mempertahankan keberhasilan dalam
kinerja keuangan pada masa lalu. Hal ini dapat berakibat pada penurunan jumlah
pelanggan di masa depan.
Kata kunci : Rasio Profitabilitas, Rasio Aktivitas dan Kinerja Keuangan
Perusahaan
v
KATA PENGANTAR
Sebagai awal kata, kiranya tiada sepatah kata pun yang pantas penulis
ucapkan kecuali memanjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis
mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ANALISIS RASIO
PROFITABILITAS DAN RASIO AKTIVITAS SEBAGAI DASAR
PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA PT. SKYLINE JAYA”.
Mempunyai maksud dan tujuan untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
telah diperoleh peneliti selama perkuliahan berlangsung. Selain itu merupakan
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ekonomi akuntansi Universitas Wijaya
Putra Surabaya
Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan
rintangan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka segala macam
hambatan dapat teratasi. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Dr. H. Budi Endarto, SH, M.Hum selaku rektor universitas wijaya putra surabaya.
2. Ibu Dr. Hj. Soenarmi, SE, MM selaku dekan fakultas ekonomi universitas wijaya putra Surabaya.
3. Ibu Aminatuzzuhro, SE, M.Si selaku kepala program studi akuntansi fakultas ekonomi universitas wijaya putra Surabaya.
4. Ibu Rodhiyah, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan.
5. Seluruh dosen fakultas ekonomi universitas wijaya putra yang telah
memberikan ilmu dan wawasan pengetahuan selama penulis menuntut ilmu.
vi
6. Pimpinan dan segenap staf karyawan PT. Skyline Jaya yang dengan senang
hati mau memberikan banyak informasi serta data yang penulis butuhkan.
7. Kedua orang tuaku Bapak Malik dan Ibunda Karyati, serta adik dan keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat dan do’a selama penulis menuntut ilmu.
8. Teman-teman mahasiswa khususnya kelas akuntansi keuangan yang selalu kompak dan penuh kekeluargaan, selalu menjadi penyemangat ketika menuntut ilmu. Semoga ilmu kita bermanfaat nantinya.
9. Serta berbagai pihak yang telah membantu selama penulis menuntut ilmu maupun selama penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.
Namun demikian penulis berharap kekurangan yang ada tidak mengurangi arti
penelitian ini. Kritik dan saran membangun dari pembaca tetap penulis harapkan.
Dan penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Surabaya, 24 Juli 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….............. i
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………… . ii
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………... iii
ABSTRAKSI ……………………………………………………………….. iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………… ... v
DAFTAR ISI ………………………………………………………………... vii
DAFTAR TABEL ……………………………………………...................... x
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah …………………………………………...... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 5
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1. Landasan Teori ................................................................................... 7
2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ……………………...………... 7
2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan …………………………….……... 8
2.1.3. Karakeristik kualitatif laporan Keuangan ………………….…. 9
2.1.4. Bentuk-bentuk Laporan Keuangan …………………………... 11
2.1.5. Pemakai Laporan Keuangan ……………................................. 16
2.1.6. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan ……………….…. 17
2.1.7. Analisis Laporan Keuangan ……………………………..….... 18
2.1.8. Tujuan Analisis Laporan Keuangan ………………………….. 19
2.1.9. Prosedur Analisis Laporan Keuangan ....................................... 20
2.1.10. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan ……….......... 21
2.1.11. Jenis-jenis Rasio Keuangan ………………………………..… 22
2.1.12. Profitabilitas……..………………………………………..…... 23
viii
2.1.13. Aktivitas …………………………………………………..…. 26
2.1.14. Kinerja ………………………….…………………………… 28
2.1.15. Metode Tolok Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan ………… 29
2.1.16. Hubungan Analisis Keuangan dengan Kinerja Keuangan
Perusahaan ………………………………………………….... 30
2.2. Penelitian Terdahulu ……………………………………………….. 31
2.3. Kerangka Konseptual …………………….………………………… 32
2.4. Hipotesis ……………………………………………………………. 32
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian …….………............................................................... 34
3.2. Deskripsi Populasi dan Penentuan Sampel ......................................... 34
3.2.1. Populasi ……............................................................................... 34
3.2.2. Penentuan Sampel ....................................................................... 35
3.3. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ....................................... 35
3.4. Teknik Pengumpulan Data ………………...…………..………….... 37
3.5. Teknik Analisis Data ……………………...……………….………. 37
3.5.1. Rasio Profitabilitas ……….......................................................... 37
3.5.2. Rasio Aktivitas ............................................................................ 39
3.5.3. Metode Tolak Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan ..………… 40
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1. Penyajian Data ………………………................................................ 43
4.1.1. Deskripsi Perusahaan ……………………………...................... 43
4.1.2. Lokasi Perusahaan …………………........................................... 44
4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan ……………............................... 45
4.1.4. Tujuan Perusahaan …………....................................................... 51
4.1.5. Laporan Keuangan PT. Skyline Jaya Tahun 2008-2009 ...……. 52
4.2. Analisis Data ....................................................................................... 55
4.2.1. Perhitungan Rasio Profitabilitas …………………...................... 55
4.2.2. Perhitungan Rasio Aktivitas ………………................................ 60
4.2.3. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan ……………...………. 65
4.3. Interpretasi …………………………………………...……...……… 69
ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 70
5.2. Saran …………………………………………….…….……………. 71
DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR TABEL No. Halaman 1.1. Total Aktiva, Laba Bersih dan Penjualan PT. Skyline Jaya
Tahun 2008-2011 ……….............................................................................. 4
4.1. Neraca PT. Skyline Jaya tahun 2008-2011.................................................... 53
4.2. Laporan Laba Rugi PT. Skyline Jaya tahun 2008-2011 ….………………. 54
4.3. Laporan Perubahan Saldo Laba PT. Skyline Jaya tahun 2008-2011 ….….. 54
4.4. Rasio Profitabilitas dan Rasio Aktivitas PT. Skyline Jaya
tahun 2009-2011 ………………………………………………………..… 66
xi
DAFTAR GAMBAR No. Halaman 2.1. Kerangka Konseptual ……………................................................................ 32
4.1. Struktur Organisasi PT. Skyline Jaya ............................................................ 45
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi Tahun 2008 & 2009
Lampiran 2 Rekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi Tahun 2010 & 2011
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan
semakin diperlukannya keahlian dalam menganalisis laporan keuangan. Untuk itu
manajer dituntut memilih informasi dalam jaringan yang luas untuk mengetahui
kondisi perusahaan saat ini maupun perkiraan kondisi dimasa yang akan datang.
Dengan menganalisis laporan keuangan akan membantu pihak-pihak yang
berkepentingan dalam memilih dan mengevaluasi informasi, sehingga setiap
perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan daya saingnya masing-masing.
Namun pada hakikatnya, hampir semua perusahaan mengalami masalah yang
sama yaitu bagaimana mengalokasikan sumber daya yang dimiliki secara efektif
dan efisien guna mencapai tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba maksimal
untuk mempertahankan eksistensi perusahaan.
Laporan keuangan merupakan sumber informasi sehubungan dengan posisi
keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Data keuangan tersebut dianalisis
lebih lanjut sehingga akan diperoleh informasi yang dapat mendukung keputusan
yang dibuat. Laporan keuangan ini harus menggambarkan semua data keuangan
yang relevan dan telah ditetapkan prosedurnya sehingga laporan keuangan dapat
diperbandingkan agar tingkat akurasi analisis dapat di pertanggungjawabkan.
Analisis dan interprestasi keuangan mengkategorikan beberapa teknik dan
alat analisis yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan informasi yang berguna
2
bagi pihak intern dan ekstern yang terkait dengan perusahaan. Bagi manajemen,
informasi yang diperoleh itu berfungsi sebagai salah satu bahan pertimbangan
dasar dalam proses pengambilan keputusan, pengkoordinasian dan pengendalian
perusahaan. Pada kenyataannya, alat-alat analisis tersebut belum dimanfaatkan
oleh perusahaan. Pengambilan keputusan strategis pada perusahaan sering kali
dilakukan oleh pendiri usaha dan keputusan yang diambil bersifat personal, berani
serta beresiko tinggi. Dalam jangka pendek pengambilan keputusan dengan cara
ini cukup berhasil tetapi untuk jangka panjang dan seiring dengan pertumbuhan
perusahaan cara tersebut kurang memadai. Ini berarti pendayagunaan laporan
keuangan sebagai sumber informasi bagi manajer dalam pengambilan keputusan
perencanaan dan pengendalian belum dilaksanakan secara optimal padahal
pengambilan keputusan berdasarkan kinerja keuangan merupakan keharusan bagi
setiap perusahaan.
Efektivitas dan efesiensi suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya
ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh profitabilitas dan
aktivitas dalam perusahaan. Dengan demikian penggunaan analisis rasio keuangan
dapat menggambarkan kinerja keuangan yang telah dicapai. Untuk mendukung
kelangsungan dan peningkatan usaha, maka perusahaan perlu menganalisis
laporan keuangan agar dapat memperoleh informasi tentang posisi keuangan
perusahaan yang bersangkutan.
Informasi yang tersaji harus dianalisis dan di interprestasikan lebih jauh lagi
agar mempunyai nilai guna bagi manajemen perusahaan. Ada beberapa cara untuk
menilai kondisi kesehatan perusahaan dengan menggunakan analisis kinerja
3
keuangan, namun dalam hal ini penulis hanya menggunakan analisis rasio
profitabilitas dan rasio aktivitas perusahaan. Penulis menganggap hasil dari kedua
rasio tersebut penting bagi perusahaan, karena menyangkut kelangsungan hidup
perusahaan. Penilaian prestasi perusahaan bagi pihak manajemen, khususnya
untuk mengukur profitabilitas perusahaan merupakan salah satu faktor penting
untuk mengetahui tingkat efisiensi perusahaan.
Tingginya profitabilitas perusahaan lebih penting dibanding laba maksimal
yang dicapai perusahaan pada setiap periode akuntansi, karena dengan
profitabilitas sebagai alat ukur, kita dapat mengetahui sampai sejauh mana
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang maksimal dibandingkan
dengan modal yang digunakan oleh perusahaan. Untuk itu, setiap pemimpin
perusahaan dituntut agar mampu mengelola manajemen perusahaan dengan baik
agar dapat mencapai tingkat efisiensi yang optimal dari penggunaan modalnya.
Seperti halnya dalam pengelolaan perputaran aktiva, dimana perputaran
aktiva ini sangat penting untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mengelola manajemen khusus dalam bidang keuangan. Pengelolaan aktiva sangat
penting dalam peningkatan perolehan pendapatan perusahaan melalui
penjualannya. Setiap komponen aktiva atau modal kerja harus mampu
memberikan kontribusi maksimal untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang
ingin dicapai oleh perusahaan.
Manajemen mempunyai kepentingan ganda dalam analisis kerja keuangan,
yaitu menilai perputaran aktiva dan profitabilitas operasi, serta menimbang
seberapa efektif penggunaan sumber daya perusahaan. Penilaian atas efisiensi
4
operasi sebagian besar dilakukan berdasarkan analisa atas laporan laba rugi,
sedangkan efektivitas penggunaan sumber daya biasanya diukur dengan mengkaji
ulang neraca maupun laporan laba rugi.
Untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan dapat tercapai dan mengetahui
sejauh mana efektifitas operasi perusahaan dalam mencapai tujuan maka secara
periodik dilakukan pengukuran kinerja perusahaan. Berikut merupakan tabel yang
menggambarkan posisi keuangan perusahaan PT. Skyline Jaya selama empat
tahun :
TABEL 1.1 TOTAL AKTIVA, LABA BERSIH, DAN PENJUALAN
PT. SKYLINE JAYA TAHUN 2008-2011
TAHUN TOTAL AKTIVA LABA/RUGI
BERSIH PENJUALAN
2008 50,059,053,403 935,490,678 85,823,247,449
2009 34,812,334,713 679,415,166 65,924,186,389
2010 42,208,212,840 1,382,129,196 88,476,364,130
2011 69,608,241,472 936,933,252 80,149,219,310 Sumber : Data diolah oleh penulis
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari pada tahun 2009, total aktiva, laba
maupun penjualan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pada tahun
2010, total aktiva, laba bersih maupun penjualan mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya. Pada tahun 2011, total aktiva mengalami peningkatan, tetapi
penjualan dan laba bersih mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini
menunjukkan bahwa, kinerja keuangan perusahaan mengalami kenaikan dan
penurunan dari tahun ke tahun.
5
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengangkat judul penelitian yaitu:
“ANALISIS RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO AKTIVITAS
SEBAGAI DASAR PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA PT.
SKYLINE JAYA”.
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang akan menjadi
pokok pemasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana kinerja keuangan
PT. Skyline Jaya dalam tiga tahun terakhir?”.
1.3.Tujuan Penelitian
Mengacu pada masalah yang telah di rumuskan diatas, maka tujuan dari
penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui kinerja keuangan pada PT.
Skyline Jaya yaitu dengan menggunakan analisis rasio profitabilitas dan rasio
aktivitas.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan
dalam menganalilis rasio profitabilitas dan rasio aktivitas sebagai alat ukur
penilaian kinerja keuangan perusahaan serta sebagai bahan referensi
kepustakaan dan literature bagi mahasiswa dan pihak-pihak yang akan
6
menyusun karya ilimiah dengan topik yang sejenis, sehingga dapat
menambah pengetahuan dan bahan acuan untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Praktisi
- Bagi penulis
Hasil dari penelitian ini untuk menambah wawasan penelitian sebagai
sarana mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan
dalam praktek yang sesungguhnya dan untuk melengkapi tugas sebagai
salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana strata (S1) Ekonomi.
- Bagi perusahaan/ masyarakat/ pemerintah
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan nilai dan manfaat kepada
berbagai pihak yang membutuhkan seperti pertimbangan dan bahan
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kinerja keuangan
perusahaan.
7
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan pimpinan
atas perusahaan yang telah dipercayakan kepada pimpinan tersebut mengenai
kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi perusahaan. Pada hakekatnya,
laporan keuangan merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahaan yang
menggambarkan performa atau kinerja keuangan dari perusahaan yang
bersangkutan.
Pengertian laporan keuangan menurut IAI (2004:2) adalah : Laporan
keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara
misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan
laporan serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.
Menurut Harahap (2004:105) bahwa laporan keuangan menggambarkan
kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau
jangka waktu tertentu.
8
Selanjutnya menurut Munawir (2004:2), "laporan keuangan pada
dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan tata atau aktivitas
perusahaan tersebut”.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
adalah laporan yang menyajikan informasi yang akan digunakan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan dengan posisi keuangan, kinerja perusahaan,
perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lain yang merupakan hasil dari
proses akuntansi selama periode akuntansi dari suatu kesatuan usaha.
2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Hasil akhir dari suatu proses pencatatan keuangan diantaranya adalah
laporan keuangan, laporan keuangan ini merupakan pencerminan dari prestasi
manajemen perusahaan pada suatu periode tertentu. Selain sebagai suatu alat
pertanggungjawaban, laporan keuangan diperlukan sebagai dasar
pengambilan keputusan ekonomi.
Tujuan laporan keuangan menurut standar akuntansi keuangan yang
dikutip oleh Sawir (2005:2) adalah :
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
9
b. Memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang
secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa
lalu.
c. Menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
d. Memberikan informasi tentang jenis, jumlah kewajiban dan modal yang
dimiliki perusahaan saat ini.
e. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam
suatu periode.
f. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan netto
dari kekayaan sebagai hasil dari aktivitas usaha.
2.1.3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang
membuat informasi dalam laporan keuangan yang berguna bagi pemakai.
Menurut standar akuntansi keuangan ada empat karakteristik kualitatif yang
dikutip oleh Munawir (2007:21), yaitu :
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakainya.
Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari
informasi dengan ketentuan yang wajar.
10
b. Relevan
Untuk memperoleh manfaat yang baik, informasi harus relevan untuk
memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.
Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini atau masa depan dengan menegaskan atau mengoreksi hasil
evaluasi dimasa lalu.
c. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya
sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan.
Agar dapat diandalkan, informasi haruslah menggambarkan atau
menyajikan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan secara wajar.
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan
kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
Hasil analisis dan interprestasi akan memberikan gambaran internal
tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan. Dengan mengetahui hal
tersebut, pemimpin perusahaan dapat menetapkan keputusan yang tepat,
11
efektif dan efisien dalam memanfaatkan peluang dan menanggulangi
ancaman yang dihadapi perusahaan dalam lingkungan usahanya.
2.1.4. Bentuk-bentuk Laporan keuangan
Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan menurut
IAI (2004:13) terdiri dari :
1. Neraca (Balance Sheet)
Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai
posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu. Neraca mempunyai tiga
unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, dan ekuitas.
Menurut Darsono (2005:18) komponen neraca terdiri atas :
1. Aktiva
Pada sisi aktiva, neraca dikelompokkan sesuai urutan yang paling
lancar. Pengertian paling lancar disini adalah kemampuan aktiva
tersebut untuk dikompersi menjadi kas. Dengan demikian, maka
penggolongan aktiva dalam neraca adalah :
a. Aktiva lancar
Dalam aktiva lancar, aktiva dikelompokkan berdasarkan urutan
yang paling lancar. Aktiva lancar disini adalah yang paling
mudah dan cepat untuk dijadikan uang atau kas.
b. Aktiva tetap
Aktiva tetap adalah investasi pada tanah, bangunan, kendaraan
dan peralatan yang lain yang dilakukan oleh perusahaan. Aktiva
12
tetap disusun berdasarkan urutan yang paling tidak likuid
(lancar).
c. Aktiva lain-lain
Aktiva lain-lain adalah investasi atau kekayaan lain yang
dimiliki oleh perusahaan. Isi dari pos aktiva lain-lain adalah
kekayaan atau investasi yang tidak dikelompokkan dalam aktiva
tetap dan aktiva lancar.
2. Kewajiban dan Ekuitas
Darsono (2005:19) berpendapat bahwa kewajiban adalah hak dari
pemberi hutang (kreditor) terhadap kekayaan perusahaan, sedangkan
ekuitas adalah hak pemilik atas kekayaan perusahaan. Pos-pos dalam
sisi ini dikelompokkan sesuai dengan besar kecilnya kemungkinan hak
tersebut akan dibayar. Semakin besar kemungkinan hak atas
perusahaan dibayar, semakin atas urutannya dalam neraca. Pembagian
dalam sisi kewajiban dan ekuitas dalam neraca adalah :
a. Kewajiban jangka pendek
Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban kepada kreditor yang
akan dibayarkan dalam jangka waktu satu tahun kedepan.
Komponennya antara lain adalah hutang dagang, hutang gaji,
hutang pajak, hutang bank yang jatuh tempo dalam satu tahun,
dan hutang-hutang lain.
13
b. Kewajiban jangka panjang
Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang akan
dibayarkan dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi
atau satu tahun. Komponennya adalah hutang bank, hutang
obligasi, hutang wesel dan hutang surat-surat berharga lainnya.
c. Ekuitas
Ekuitas adalah hak pemilik atas perusahaan. Hak pemilik akan
dibayarkan hanya melalui dividen kas atau dividen likuiditas
akhir. Komponen dari ekuitas meliputi modal saham baik biasa
maupun preferen, cadangan, laba ditahan, dan laba tahun berjalan.
2. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan
pendapatan dan biaya-biaya selama periode waktu tertentu, misalnya
bulanan atau tahunan. Untuk melihat periode waktu tertentu yang
dilaporkan, maka pembaca laporan laba rugi perlu memperhatikan kepala
pada laporan tersebut.
Komponen laba rugi menurut Darsono (2005:21) adalah :
a. Pendapatan/Penjualan
b. Harga Pokok Penjualan
c. Biaya Pemasaran
d. Biaya Administrasi dan Umum
e. Pendapatan Luar Usaha
f. Biaya Luar Usaha
14
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa laporan laba
rugi merupakan suatu daftar perusahaan dimana didalamnya didasarkan
atas semua pendapatan dan biaya-biaya sedemikian rupa yang terjadi pada
periode tertentu yang disusun secara sistematis sehingga dengan mudah
dapat diketahui apakah suatu perusahaan itu memperoleh laba atau rugi.
3. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow)
Laporan arus kas adalah salah satu komponen neraca, yaitu kas dari satu
periode berikutnya. merupakan laporan keuangan dasar yang berisi
mengenai aliran kas masuk dan keluar perusahaan. Laporan ini
menyediakan informasi yang berguna untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam menggunakan kasnya sehingga menghasilkan masukan
berupa kas pula. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian :
1) Arus kas dari aktivasi operasi.
2) Arus kas dari aktivasi investasi.
3) Arus kas dari aktivitas pendanaan.
4. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Charge in Equity)
Laporan perubahan ekuitas yaitu suatu perubahan laporan atau mutasi laba
ditahan yang merupakan bagian dari pemilik perusahaan untuk suatu
periode tertentu.
Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai
komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan :
1. Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan.
15
2. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian
beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara
langsung dalam ekuitas.
3. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik.
4. Saldo akumulasi rugi dan laba pada awal dan akhir periode serta
perubahannya.
5. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal
saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang
mengungkapkan secara terpisah setiap perubahannya.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statement)
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos
dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan
dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan :
1) Informasi tentang dasar penyusutan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa
dan transaksi yang penting.
2) Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba
rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.
3) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan
tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
16
2.1.5. Pemakai Laporan Keuangan
Laporan keuangan akan memberikan berbagai manfaat kepada berbagai
pihak. Munawir (2007:7) menjelaskan masing-masing pihak mempunyai
kepentingan tersendiri terhadap laporan keuangan tersebut. Adapun pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, yaitu :
a. Manajemen
Membutuhkan informasi akuntansi keuangan, selain sebagai dasar
perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan keuangan, operasi
dan investasi, juga diperlukan dalam rangka untuk penentuan insentif atau
bonus, penilaian kinerja atau menentukan profitabilitas perusahaan dan
distribusi laba.
b. Investor, Kreditur dan Pemegang saham
Pihak-pihak yang menginvestasikan modalnya membutuhkan informasi
tentang sejauh mana kelancaran aktivitas dan profitabilitas perusahaan,
potensi deviden, karena dengan informasi tersebut pemegang saham dapat
memutuskan untuk mempertahankan sahamnya, menjual atau bahkan
menambahnya.
c. Supplier dan Lender
Pemasok dan pemberi pinjaman dalam pengambilan keputusan dalam
memberi kredit atau tidak, mereka akan mempertimbangkan profitabilitas
dan aktivitasnya. Mereka tidak hanya membutuhkan laporan keuangan
untuk mengetahui informasi-informasi tersebut tetapi juga berkeinginan
untuk memonitor metode akuntansi yang digunakan.
17
d. Pemerintah
Pemerintah memerlukan informasi akuntansi keuangan dalam rangka
untuk :
- Mengetahui peningkatan pendapatan, misalnya dari pajak penghasilan,
pajak penjualan, pajak pertambahan nilai, dan pajak kekayaan.
- Untuk memonitor pelaksanaan kontrak-kontrak pemerintah, misalnya
penentuan penggantian dalam kontrak cost-plus, atau untuk memonitor
keuntungan pelaksanaan bisnis pemerintah.
- Penentuan tarif, misalnya tarif listrik dan tarif telepon.
e. Karyawan
Karyawan secara jelas mempunyai kepentingan untuk memonitor variabel-
variabel yang berbasis laporan keuangan antara lain tentang penjualan dan
laba perusahaan.
2.1.6. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2004:16) menjelaskan bahwa SAK (Standar
Akuntansi Keuangan) menggambarkan sifat dan keterbatasan laporan
keuangan adalah sebagai berikut :
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian
yang telah lewat. Oleh karena itu, laporan keuangan tidak dapat dianggap
sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan
keputusan ekonomi.
18
2. Laporan keuangan bersifat umum, disajikan untuk semua pemakai dan
bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu saja
misalnya untuk Pajak atau Bank.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran
dan berbagai pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material.
5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.
6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwa/ transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas).
7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan
pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat
dari informasi yang dilaporkan.
8. Adanya berbagai alternatif metode dan akuntansi yang dapat digunakan
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan
tingkat kesuksesan antar perusahaan.
9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat
dikuantifikasikan umumnya diabaikan.
2.1.7. Analisis Laporan Keuangan
Pengertian analisis laporan keuangan menurut Harahap (2004:190)
adalah Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang
lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif
19
maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan
keputusan yang tepat.
Selanjutnya, analisis laporan keuangan menurut Astuti (2004:29) adalah
“segala sesuatu yang menyangkut penggunaan informasi akuntansi untuk
membuat keputusan bisnis dan investasi.”
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan
keuangan adalah membedah dan menguraikan pos-pos laporan keuangan
untuk mencari hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan agar
dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan
hasil usaha perusahaaan sehingga informasi tersebut dapat digunakan dalam
membuat keputusan bisnis dan investasi.
2.1.8. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan alat yang penting untuk memperoleh
informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan.
Menurut Harahap (2004:195) tujuan analisis laporan keuangan yaitu :
1. Dapat memberikan informasi yang lebih dalam daripada yang terdapat
dari laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata dari
suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan.
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
20
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan
komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan
informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan
model-model dan teori-teori yang terdapat dilapangan seperti untuk
prediksi, atau peningkatan.
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan.
2.1.9. Prosedur Analisis Laporan Keuangan
Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh menurut Prastowo dan
Julianty (2005:58) adalah sebagai berikut :
1. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan
2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan
3. Mempelajari dan mereview laporan keuangan
4. Menganalisis laporan keuangan
21
2.1.10. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Metode dan teknik ini merupakan cara bagaimana melakukan analisis.
Secara umum menurut Prastowo dan Julianty (2005:59) metode analisis
laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1. Metode analisis horizontal (dinamis)
Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang
dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa
tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan
kecenderungannya. Dikatakan metode analisis horizontal karena analisis
ini membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda.
Selanjutnya dikatakan metode analisis dinamis karena metode ini bergerak
dari tahun ke tahun (periode). Teknik-teknik analisis yang termasuk pada
klasifikasi metode ini antara lain teknis analisis perbandingan, analisis
trend, analisis sumber dan penggunaan dana dan analisis perubahan laba
kotor.
2. Metode analisis vertikal (statis).
Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan
dengan menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu
dengan membandingkan antara pos yang satu dan pos yang lainnya pada
laporan keuangan yang sama untuk tahun yang sama. Dikatakan metode
statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan
pada tahun (periode) yang sama. Teknik-teknik analisis yang termasuk
22
pada klasifikasi metode ini antara lain teknik-teknik analisis prosentase per
komponen (Common-size), analisis rasio, dan analisis impas.
2.1.11. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik dalam menganalisa
laporan keuangan yang banyak digunakan untuk menilai kinerja perusahaan
karena penggunaannya yang relatif mudah. Menurut Warsono (2003:34) jenis
rasio keuangan dikelompokkan menjadi :
1. Rasio likuiditas (Liquidity Ratios)
Rasio-rasio likuiditas adalah suatu rasio keuangan yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya yang harus dipenuhi. Pada prinsipnya, semakin tinggi rasio
likuiditas, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio leverage (Leverage Ratios)
Rasio leverage/ utang atau solvabilitas adalah rasio keuangan yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.
3. Rasio aktivitas (Activity Ratios)
Rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang mengukur bagaimana
perusahaan secara efektif mengelola aktiva-aktivanya.
23
4. Rasio profitabilitas (Profitability Ratios)
Rasio profitabilitas memperlihatkan pengaruh kombinasi likuiditas,
aktivitas, dan leverage terhadap hasil operasi. Rasio profitabilitas
mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan.
5. Rasio nilai pasar (Market Value Ratios)
Berdasarkan indonesian Capital Market Directory, rasio nilai pasar bagi
perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dikelompokkan
menjadi dua macam ukuran, yaitu data per lembar saham (per share data)
dan rasio-rasio keuangan.
Dari beberapa penjelasan jenis-jenis rasio diatas, yang menjadi indikator
dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan pada PT. Skyline Jaya,
penulis menggunakan rasio profitabilitas dan rasio aktivitas.
2.1.12. Profitabilitas
Profitabilitas menurut Riyanto (2001) adalah kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Sartono (2001)
mendefinisikan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh
laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri.
Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan profitabilitasnya.
Jika perusahaan berhasil meningkatkan profitabilitasnya, dapat dikatakan
bahwa perusahaan tersebut mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya
24
secara efektif dan efisien sehingga mampu menghasilkan laba yang tinggi.
Sebaliknya, sebuah perusahaan memiliki profitabilitas rendah menunjukkan
bahwa perusahaan tersebut tidak mampu mengelola sumber daya yang
dimilikinya dengan baik, sehingga tidak mampu menghasilkan laba tinggi.
Rasio profitabilitas adalah rasio yang bertujuan untuk mengukur
efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi
melalui kegiatan penjualan (Djarwanto, 2001).
Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dengan hubungan
penjualan maupun laba rugi modal sendiri. Adapun rumus yang digunakan
adalah :
a. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi
harga pokok penjualan dengan penjualan bersih atau rasio antara laba
kotor dengan penjualan bersih.
Laba kotor
Gross Profit Margin = x 100%
Penjualan
Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya
produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi
secara efisien. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan
25
operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa cost of good sold
lebih rendah dibandingkan dengan penjualan.
b. Net Profit Margin
Merupakan rasio antara laba (net profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi
dengan seluruh biaya termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan.
Laba Bersih
Net Profit Margin = x 100%
Penjualan
Net Profit Margin mengukur laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah
penjualan. Rasio ini memberi gambaran tentang laba untuk para pemegang
saham sebagai presentase dari penjualan serta mengukur seluruh efisiensi,
baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga
maupun manajemen pajak. Rasio ini menunjukkan beberapa besar
presentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan, karena
memiliki kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan laba. Meskipun
rasio ini diharapkan tinggi, akan tetapi karena adanya kekuatan persaingan
industri, kondisi ekonomi, pendanaan utang dan karakteristik operasi,
maka rasio ini biasanya berbeda diantara perusahaan.
c. Return On Investment
Return On Investment merupakan pengukuran kemampuan perusahaan
secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan menjumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Semakin tinggi rasio
26
ini, maka semakin baik keadaan suatu perusahaan karena keseluruhan
aktiva perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memperoleh
laba.
Laba bersih
Return On Investment = x 100%
Total Aktiva
2.1.13. Aktivitas
Aktivitas adalah suatu peristiwa atau kejadian yang pada umumnya tidak
dilakukan secara terus menerus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
aktivitas adalah suatu kegiatan, usaha, pekerjaan atau kekuatan dan
ketangkasan. UU RI No.15 tahun 2006 juga menyimpulkan bahwa aktivitas
adalah sekumpulan tindakan pergerakan sumber daya baik yang berupa
personel (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan
teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya
tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output)
dalam bentuk barang atau jasa.
Rasio Aktivitas yaitu untuk mengetahui sejauh mana efesiensi perusahaan
sehubungan dengan pengelolaan asset perusahaan untuk memperoleh
penjualan. dengan rumus sebagai berikut :
27
a. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Tingkat perputaran piutang (Receivable Turnover) dapat dicari dengan
cara membagi total penjualan kredit dengan piutang rata-rata.
Penjualan
Receivable Turnover =
Rata – rata piutang
Rasio ini menunjukkan seberapa cepat penagihan piutang. Semakin
besar angka yang dihasilkan maka akan semakin baik pengelolaan
piutang.
b. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Perputaran Persediaan dihitung dengan cara membagi harga pokok
penjualan (cost of good sold) dengan rata-rata persediaan.
Harga pokok penjualan
Inventory Turnover =
Rata – rata persediaan
Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran persedian dalam
siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena
dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan dengan cepat.
c. Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover)
Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover) mengukur perputaran
dari semua asset yang dimiliki perusahaan. Perputaran total aktiva
28
(Total Asset Turnover) dapat dicari dengan cara membagi penjualan
dengan total assetnya.
Penjualan
Total Asset Turnover =
Rata – rata aktiva
Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta
perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan
berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah
yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau
perputarannya lambat, hal ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki
terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual.
2.1.14. Kinerja
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan bahwa laporan
keuangan dapat digunakan sebagai alat ukur kinerja perusahaan. Terdapat
beberapa definisi mengenai kinerja, yaitu :
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:503).
“Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau
kemampuan kerja.”
2. Menurut Bastian (2001:329) dalam bukunya “Akuntansi Sektor Publik”.
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/ program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic
29
planning) suatu organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa
kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam
periode tertentu.
Dari kedua definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja
adalah kemampuan atau prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu
tindakan tertentu selama kurun waktu tertentu.
2.1.15. Metode Tolok Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan
Menurut Warsono (2003:30), untuk menentukan apakah suatu
perusahaan sehat atau tidak dari sisi keuangan dapat dilakukan dengan dua
macam metode tolak ukur, yaitu :
1. Metode lintas waktu (time series)
Metode ini merupakan metode tolak ukur analisis laporan keuangan yang
dilakukan dengan cara membandingkan suatu rasio keuangan perusahaan
dari suatu periode tertentu dengan periode sebelumnya.
2. Metode lintas seksi/industri (cross section)
Yaitu metode tolak ukur yang digunakan untuk menentukan sehat tidaknya
posisi keuangan perusahaan yang dilakukan dengan cara membandingkan
rasio keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu dengan rasio
keuangan rata-rata industrinya pada periode yang bersangkutan. Metode
ini paling cocok digunakan untuk perusahaan yang sudah go public, atau
yang sahamnya sudah tercatat di pasar modal.
30
Di Indonesia tolak ukur untuk menentukan tingkat kesehatan perusahaan,
biasanya bergantung pada bentuknya. Untuk perusahaan kecil dan menengah
mungkin lebih tepat menggunakan metode lintas waktu (time series), karena
sulitnya data industri yang sepadan. Untuk perusahaan besar yang berbentuk
perseroan terbatas (PT), ada dua kemungkinan tolak ukur yang dapat
digunakan, yaitu dapat menggunakan metode time series atau menggunakan
metode cross section. Hasil analisis laporan keuangan untuk perusahaan-
perusahaan yang tercatat di Pasar Modal Indonesia dapat dilihat dalam
Indonesian Capital Market Directory yang dipublikasikan setiap tahunnya.
Menurut Warsono (2003:33), jika suatu perusahaan menggunakan tolak
ukur cross section, dapat dilakukan dengan mengacu pada tolak ukur industri
yang sesuai, dengan catatan ukuran perusahaan tersebut tidak berbeda terlalu
jauh. Bagi perusahaan yang tercatat di pasar modal, penentuan tolak ukur
kinerja tidak menjadi masalah, untuk perusahaan yang belum go public,
sebaiknya memang menggunakan metode lintas waktu, tetapi jika akan
menggunakan metode cross section, ukuran perusahaan yang akan diukur
tersebut harus sebanding dengan ukuran perusahaan-perusahaan yang tercatat
di pasar modal, khusus dalam satu industri.
2.1.16. Hubungan Analisis Laporan Keuangan dengan Kinerja
Keuangan Perusahaan
Tingkat kesehatan merupakan alat ukur yang digunakan oleh para
pemakai laporan keuangan dalam mengukur kinerja keuangan suatu
31
perusahaan. Performa suatu perusahaan dapat dilihat melalui laporan
keuangan perusahaan tersebut. Dari laporan keuangan tersebut dapat
diketahui keadaan finansial dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan
selama periode tertentu.
Tingkat kesehatan perusahaan dapat diketahui dengan melakukan analisis
atau interpretasi terhadap laporan keuangan. Dari hasil analisis tersebut dapat
diketahui prestasi dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, sehingga pihak-
pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, dapat menggunakannya
sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Interpretasi atau
analisis laporan keuangan suatu perusahaan adalah sangat penting bagi pihak-
pihak yang berkepentingan dan masing-masing berbeda.
2.2. Penelitian Terdahulu
Harfita Sulistyarini Sejati (2005) dengan judul “ Analisis rasio keuangan
untuk menilai kinerja keuangan pada perusahaan perkebunan (studi kasus pada
PT. Perkebunan Nusantara IX pabrik gula Mojo). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pabrik gula Mojo dapat dikatakan likuid jika dilihat dari
aktiva lancar yang dimilikinya. Tetapi jika dilihat dari kas dan aktiva perusahaan
selain persediaan, pabrik gula Mojo dikatakan dalam keadaan illikuid.
H. Abd. Azis Sangkala (2011), meneliti analisis kinerja keuangan
berdasarkan ratio profitabilitas pada perusahaan pabrik roti Tony Bakery Pare-
pare. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan Tony
Bakery berdasarkan analisis profitabilitasanya adalah belum efisien.
32
2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara
teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu varibel bebas dengan varibel
terikat.
Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan yang berfungsi untuk mencatat
semua aktivitas perusahaan. Laporan keuangan terdiri atas neraca dan laporan laba
rugi. Laporan keuangan yang telah ada akan dianalisis untuk mengetahui kinerja
keuangan suatu perusahaan. Analisis yang dilakukan dapat berupa analisis rasio
keuangan. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan adalah rasio profitabilitas
dan rasio aktivitas seperti yang telah dibahas sebelumnya oleh penulis.
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang perlu diuji kebenarannya atas suatu
penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis.
Berdasarkan tinjauan teoritis dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
awal, maka hipotesis penelitian ini adalah apakah perusahaan mampu
KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN
RASIO PROFITABILITAS
RASIO AKTIVITAS
33
menghasilkan laba yang maksimal tiap tahun, dan apakah aktiva-aktiva yang
dimiliki perusahaan mampu memberikan kontribusi maksimal untuk
menghasilkan tingkat pendapatan yang direncanakan.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang bertujuan untuk menggambarkan
masalah dan mengungkapkan suatu masalah, keadaan, peristiwa sebagaimana
adanya atau mengungkap fakta secara lebih mendalam mengenai pengaruh
perputaran piutang dan kas terhadap likuiditas perusahaan. Penelitian kuantitatif
mencakup setiap penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata
dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif
melibatkan diri pada perhitungan angka atau kuantitas. Hasil analisis kuantitatif
cenderung membuktikan maupun memperkuat teori-teori yang sudah ada.
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian ilmiah yang sistematis terhadap
bagian–bagian yang fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian
kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model–model matematis,
teori -teori atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.
3.2. Deskripsi Populasi dan Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Menurut Sugiyono (2005 : 55), pengertian populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
35
Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data yang diperlukan untuk penelitian. Objek yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah PT. Skyline Jaya.
3.2.2. Penentuan Sampel
Menurut Sugiyono (2005:56 ), pengertian sampel adalah sebagian jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan
peneliti tidak mungkin memepelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, waktu, dan tenaga, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Untuk itu, sampel
yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili.
Pengertian sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti.
Yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah ini laporan keuangan PT.
Skyline Jaya tahun 2008-2011.
3.3. Variabel dan Definisi Operational Variabel
Definisi variable secara konsep adalah definisi yang telah menjadi teori.
Sedangkan definisi operasional adalah definisi yang telah menjadi teori secara
operasional, secara praktik, secara riil, nyata dalam lingkup obyek penelitian/
obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini kinerja keuangan perusahaan diukur
dengan menggunakan rasio profitabilitas dan rasio aktivitas.
36
Variabel-variabel penelitian didefinisikan secara spesifik dan diukur
berdasarkan konsep akuntansi keuangan yang bersifat baku dengan
operasionalisasi sebagai berikut :
1) Variabel Bebas
- Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dengan hubungan
penjualan, asset maupun laba rugi modal sendiri. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan rasio Gross Profit Margin, Net Profit
Margin dan Return on Investment.
- Rasio Aktivitas yaitu untuk mengetahui sejauh mana efesiensi perusahaan
sehubungan dengan pengelolaan asset perusahaan untuk memperoleh
penjualan dengan analisis Receivable Turnover, Inventory Turnover dan
Total Asset Turnover.
2). Variabel Terikat
Dalam penelitian ini, variable terikatnya adalah kinerja keuangan
perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan adalah ukuran hasil kebijakan
perusahaan dan operasi dalam hal moneter. Hasil ini tercermin dalam
pengembalian investasi perusahaan, laba atas aktiva, nilai tambah dan lain
sebagainya. Kinerja keuangan adalah ukuran sujektif dari seberapa baik
performa perusahaan dalam menggunakan asset perusahaan untuk kegiatan
bisnis dan menghasilkan laba. Kinerja keuangan perusahaan juga
merupakan faktor penting untuk menilai keseluruhan kinerja perusahaan
itu sendiri dan merupakan gambaran baik buruknya perusahaan itu sendiri.
37
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini mengumpulkan data dari perusahaan secara langsung baik data
primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara pada pihak
perusahaan khususnya manajer keuangan mengenai kinerja keuangan PT. Skyline
Jaya periode 2009-2011. Data sekunder diperoleh dari perusahaan berupa data
laporan keuangan periode 2008-2011, studi literatur, dan laporan penelitian.
3.5. Teknik Analisis Data
Penelitian ini memperoleh data langsung dari perusahaan dan kemudian
diolah serta dianalisis. Ratio analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rasio profitabilitas dan rasio aktivitas. Rasio profitabilitas terdiri dari Groos profit
Margin, Net Profit Margin dan Return on Investment, sedangkan rasio aktivitas
terdiri dari Receivable Turnover, Inventory Turnover dan Total Asset Turnover.
3.5.1. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dengan
hubungan penjualan Asset maupun laba rugi modal sendiri. Adapun rumus
yang digunakan adalah :
a. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi
harga pokok penjualan dengan penjualan bersih atau rasio antara laba
kotor dengan penjualan bersih.
38
Laba kotor Gross Profit Margin = x 100%
Penjualan
Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya
produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi
secara efisien. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan
operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa cost of good sold
lebih rendah dibandingkan dengan penjualan.
b. Net Profit Margin
Net Profit Margin merupakan rasio antara laba (net profit) yaitu penjualan
sesudah dikurangi dengan seluruh biaya termasuk pajak dibandingkan
dengan penjualan.
Laba Bersih Net Profit Margin = x 100%
Penjualan
Rasio ini menunjukkan beberapa besar presentase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan, karena memiliki kemampuan yang tinggi
untuk mendapatkan laba.
c. Return On Investment
Return On Investment merupakan pengukuran kemampuan perusahaan
secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan menjumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Semakin tinggi rasio
ini, maka semakin baik keadaan suatu perusahaan karena keseluruhan
39
aktiva perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memperoleh
laba.
Laba bersih Return On Investment = x 100%
Total Aktiva
3.5.2. Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas yaitu untuk mengetahui sejauh mana efesiensi
perusahaan sehubungan dengan pengelolaan asset perusahaan untuk
memperoleh penjualan dengan rumus sebagai berikut :
a. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Tingkat perputaran piutang (Receivable Turnover) dapat dicari dengan
cara membagi total penjualan kredit dengan piutang rata-rata.
Penjualan Receivable Turnover =
Rata – Rata Piutang
Rasio ini menunjukkan seberapa cepat penagihan piutang. Semakin
besar angka yang dihasilkan maka akan semakin baik pengelolaan
piutang, dalam hal ini penagihan piutang dilakukan dengan cepat.
b. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Perputaran Persediaan dihitung dengan cara membagi harga pokok
penjualan (cost of good sold) dengan rata-rata persediaan.
Harga pokok penjualan Inventory Turnover =
Rata – rata persediaan
40
Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran persedian dalam
siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena
dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan dengan cepat.
c. Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover)
Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover) mengukur perputaran
dari semua asset yang dimiliki perusahaan. Perputaran total aktiva
(Total Asset Turnover) dapat dicari dengan cara membagi penjualan
dengan total assetnya.
Penjualan Total Asset Turnover =
Rata – rata aktiva
Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta
perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau
menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan
oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan.
Kalau perputarannya lambat ini menunjukkan bahwa aktiva yang
dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual.
3.5.3. Metode Tolok Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan
PT. Skyline Jaya merupakan perusahaan yang belum go public, maka
metode yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan adalah
dengan menggunakan metode lintas waktu (time series).
41
a. Rasio Profitabilitas
1. Jika GPMt > GPMt-1, maka kinerja keuangan perusahaan dapat
dinyatakan baik.
2. Jika NPMt > NPMt-1, maka kinerja keuangan perusahaan dapat
dinyatakan baik.
3. Jika ROIt > ROIt-1 , maka kinerja keuangan perusahaan dapat
dinyatakan baik.
b. Rasio Aktivitas
1. Jika RTt > RTt-1, maka kinerja keuangan perusahaan dapat
dinyatakan baik.
2. Jika ITt > ITt-1, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dinyatakan
baik.
3. Jika TATt > TATt-1, maka kinerja keuangan perusahaan dapat
dinyatakan baik.
Keterangan :
GPMt = Gross Profit Margin pada periode tahun ke-t
GPMt-1 = Groos Profit Margin pada periode tahun ke-t-1
NPMt = Net Profit Margin pada periode tahun ke-t
NPMt-1 = Net Profit Margin pada periode tahun ke-t-1
ROIt = Return on Investment pada periode tahun ke-t
ROIt-1 = Return on Investment pada periode tahun ke-t-1
RT t = Receivable Turnover pada periode tahun ke-t
RTt-1 = Receivable Turnover pada periode tahun ke-t-1
42
ITt = Inventory Turnover pada periode ke-t
ITt-1 = Inventory Turnover pada periode ke-t-1
TATt = Total Asset Turnover pada periode ke-t
TATt-1 = Total Asset Turnover pada periode ke-t-1
43
43
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1. Penyajian Data
4.1.1. Deskripsi Perusahaan
PT. Skyline Jaya merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam
bidang industri furniture yang mengolah bahan baku yang berupa kayu
menjadi barang jadi yang meliputi kursi, meja, lemari, tempat tidur dan lain-
lain. Produk furniture perusahaan diekspor ke luar negeri dengan beberapa
negara tujuan yang diantaranya adalah China, Spanyol, Belanda, Perancis,
Jerman, Rusia, Italia, Kanada, Thailand, Arab, Amerika Serikat dan lain-lain.
Sedangkan produk sisanya dijual lokal dengan membuka showroom di
Pakuwon Trade Center Surabaya.
Perusahaan ini didirikan oleh Tuan Goritman yang berasal dari Bandung
pada Hari Jum’at tanggal 28 Agustus 1987 dihadapan Notaris Maimunah
Zubaidah yang beralamat di Jalan Indrapura No. 22 Surabaya, berdasarkan
Akta Notaris Nomor 251, dan mendapat pengesahan dari Direktorat Jenderal
Hukum dan Perundang-undangan Direktur Perdata Sub Direktorat Badan
Hukum Departemen Kehakiman Nomor C2-HT.01.01-14808 dengan nama
PT. Bali Rotan Mas. Tetapi pada tanggal 20 Juni 1990 dengan nomor akte 251
PT. Bali Rotan Mas dijual oleh Tuan Goritman kepada Tuan Loekman
Haryono. Penjualan perusahaan tersebut dilakukan kedua belah pihak
dihadapan Notaris Maimunah Zubaidah.
44
Dengan perpindahan kepemilikan, maka Tuan Loekman Haryono juga
memberhentikan seluruh anggota Direksi dan Komisaris yang lama dan
menggantinya dengan anggota Direksi yang baru.
Atas permintaan Direksi yang baru dari PT. Bali Rotan Mas pada tanggal
20 Juni 1990, PT. Bali Rotan Mas diubah namanya menjadi PT. Ekspormin
Jaya Laksana dengan Struktur sebagai berikut:
Direktur Utama : Tuan Loekman Haryono.
Direktur : Tuan Ronald Andriyanto Loekman.
Komisaris : Tuan David Samantha.
Pada tanggal 7 Juni 2007 PT. Ekspormin Jaya Laksana, mengalami
pergantian nama menjadi PT. Skyline Jaya. Pergantian nama perusahaan
tersebut dikarenakan perubahan kepemilikan saham, karena Tuan Loekman
Haryono menghibahkan saham dengan nominal Rp. 120.000.000,00 kepada
Tuan Andrew Loekman. Perubahan nama perusahaan dan hibah saham
sebesar Rp. 120.000.000,00 dilakukan dihadapan Notaris Noor Irawati, S.H.
4.1.2. Lokasi Perusahaan
Lokasi perusahaan memegang peranan yang sangat penting dan
menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan. Karena lokasi perusahaan
dapat mempengaruhi dan menentukan persaingan usaha. Selain itu lokasi
perusahaan yang strategis dapat menghemat biaya, misalnya biaya angkut dari
lokasi bahan baku serta dari pasar konsumen. Untuk perusahaan yang bahan
bakunya berasal dari luar daerah yang dikirim lewat pelayaran maka lokasi
45
yang dekat dengan pelabuhan lebih strategis. Oleh karena itu perusahaan ini
menentukan lokasi perusahaan sebagai berikut :
a. Lokasi Pusat di Magomulyo Indah No. 8 – 10
b. Lokasi Pabrik Furniture di Desa Popoh Kecamatan Wonoayu Sidoarjo
Lokasi pabrik ini memiliki luas yang lebih besar dari Lokasi Pusat.
4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan
Secara umum yang dimaksud dengan organisasi adalah sistem saling
mempengaruhi antar orang dalam kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan
tertentu. Struktur organisasi PT. Skyline Jaya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. Skyline Jaya
Dewan Komisaris
Direktur Utama
General Manager
Internal Audit
Manager Pembelian
Manager Produksi
Bahan Baku
R & D
Manager Marketing
Manager Umum & Personalia
Ekspor Impor
Manager Akuntansi & Keuangan
Keuangan Akuntansi
Pajak
Hardware
Manager PPIC
lokal staff
Karyawan produksi
Gudang Gudang
46
Uraian tugas pokok masing-masing jabatan tersebut dibawah ini yaitu:
� Dewan Komisaris
a. Mengawasi pekerjaan Direktur Utama
b. Memberikan pertimbangan dan nasehat kepada Direktur Utama dalam
mencapai tujuan perusahaan.
� Direktur Utama
a. Bertanggung jawab untuk menentukan strategi, sasaran dan kebijakan,
serta menjamin tercapainya visi dan misi perusahaan.
b. Bertanggung jawab untuk mengatur, mengawasi agar perusahaan
selalu dalam posisi yang menguntungkan.
c. Memelihara dan mengurus kekayaan perusahaan.
� Internal Audit
a. Pengawasan dan pemeriksaan internal atas kepatuhan terhadap
peraturan perundangan yang terkait dengan perusahaan.
b. Pengawasan dan pemeriksaan internal atas implementasi Sistem
Manajemen Perusahaan.
c.. Pengawasan dan pemeriksaan internal atas operasional sistem dan
prosedur di perusahaan.
� General Manager
a. Secara aktif mengawasi setiap kegiatan departemen yang dipimpinnya
dan melakukan pertemuan secara berkala diantara mereka dan untuk
membahas setiap keputusan-keputusan tertentu.
47
b. Menentukan setiap keputusan yang diambil departemen dibawahnya
dalam usaha memajukan perusahaan.
� Manager Personalia dan Umum
a. Mengatur urusan kepegawaian dan melaporkan seluruh kegiatan yang
berkaitan dengan kepegawaian dan pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan.
b. Meminta pertanggung jawaban kepada para stafnya mengenai urusan
kepegawaian dan administrasi umum perusahaan.
� Manager Pembelian
a. Melaksanakan kegiatan pembelian bahan baku dan hardware sesuai
permintaan dari PPIC.
b. Mencari atau memilih pemasok yang dapat memenuhi kualitas yang
baik dengan harga tertentu, yang dapat menjamin kelangsungan
produksi.
c. Meminta pertanggung jawaban stafnya, baik kelancaran pembelian
maupun mengenai keakuratan data dan informasi mengenai
pengadaan bahan baku yang dibuat dan diperoleh.
a. Staff Gudang
a. Menerima dan memeriksa barang yang masuk, harus sesuai dengan
pesanan bagian pembelian
b. Bertanggungjawab terhadap stok bahan baku dan hardware.
c. Menyiapkan barang yang dibutuhkan oleh produksi sesuai permintaan
yang telah disetujui PPIC.
48
b. Manager PPIC
a. Membuat rencana produksi dengan berpedoman rencana Sales
Marketing, dan rencana pengadaan dengan menghitung kebutuhan
material produksi menurut standard stock yang ideal (ada batasan
minimal dan maksimal yang harus tersedia).
b. Memantau semua inventory baik untuk proses produksi, stock yang
ada di gudang maupun yang didatangkan.
c. Membuat evaluasi hasil produksi, hasil penjualan maupun kondisi
inventory.
d. Menghitung standard kerja karyawan tiap tahun berdasarkan masukan
dari bagian produksi atas pengamatan langsung.
� Manager Produksi
a. Mengkoordinasi pelaksanaan dan pengambilan keputusan pada
Departemen produksi, mulai dari pembahanan, proses, assembling,
sanding part, final sanding, finishing sampai packing.
b. Mengendalikan proses produksi, yang dimulai dari bahan baku sampai
dengan barang jadi dan packaging.
c. Meminta keterangan dari staff gudang tentang kualitas bahan baku
apakah telah memenuhi standart atau tidak. Serta memberikan
informasi mengenai kuantitas bahan baku dan bahan pembantu yang
diperlukan.
49
� R & D ( Research and Development )
a. Mengembangkan kualitas produk jangka panjang dan mengumpulkan
secara berkala seluruh informasi mengenai prestasi produk, masalah-
masalah atau keluhan konsumen terhadap produk perusahaan.
b. Meminta pertanggung jawaban kepada beberapa departemen untuk
hal-hal yang berhubungan dengan konsep kerja bagian R & D.
� Manager Marketing
1) Bagian Ekspor Impor
a. Mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan yang berkaitan
dengan operasi penjualan dalam pencapaian target yang
dianggarkan.
b. Mencari dan memilih calon customer yang berpotensi menyalurkan
produk furniture di pasaran luar negeri terutama untuk jangka
panjang.
c. Menganalisa dan memperbaiki kelemahan – kelemahan yang ada
agar distribusi penjualan tetap berjalan lancar dan meningkat.
2) Penjualan Lokal
a. Berkoordinasi dengan bagian gudang, tentang stok barang jadi
yang ada untuk dijual.
b. Mengatur penjualan di showroom.
� Manager Akuntansi dan Keuangan
1. Bagian Akuntansi
a. Menentukan kebijakan dasar dalam bidang akuntansi
50
b. Merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan dan
mengevaluasi kegiatan di bidang akuntansi keuangan, akuntansi
manajemen, dan pengelolaan asset perusahaan.
c. Membuat laporan keuangan berdasarkan bukti-bukti transaksi dari
semua departemen serta mengarsip semua bukti transaksi dengan
baik dan rapi.
d. Menyampaikan laporan keuangan yang telah dibuat serta
menginformasikan kondisi keuangan kepada Manager dan Direksi.
2. Bagian Keuangan
a. Merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan, dan
mengevaluasi serta mengatur jalannya keuangan perusahaan.
b. Mengatur dan mengawasi pengeluaran dan pendapatan perusahaan
agar seimbang. Jika pengeluaran lebih besar daripada pendapatan
akan berdampak buruk pada kondisi keuangan perusahaan serta
pengelolaan hutang-piutang.
c. Mengajukan pinjaman-pinjaman pada Bank atau pihak lain serta
mengatur pembayaran pokok pinjaman dan bunga pinjaman.
d. Memeriksa laporan keuangan yang dibuat oleh bagian akuntansi
serta memeriksa dan mengawasi bagian pajak dalam menjalankan
kewajiban perpajakannya.
51
3. Bagian Pajak
a. Mengadministrasikan bukti PPN Masukan, memungut PPN
keluaran serta menghitung, membayar lewat Bank Persepsi dan
melaporkan kepada KPP terdaftar.
b. Menghitung, memperhitungkan, menyetor serta melaporkan
kewajiban perpajakan PPh Pasal 21, Pasal 23, Pasal 25 dan Pasal
29.
4.1.4. Tujuan Perusahaan
Visi dari PT. Skyline Jaya adalah sebagai berikut :
a. Menjadi perusahaan furniture yang unggul dan senantiasa berkembang.
b. Menjadi salah satu perusahaan furniture yang mengutamakan kualitas
tinggi dalam menghasilkan produknya.
c. Menjadi perusahaan furniture yang mampu menjangkau pasar global
yang luas dengan persaingan yang sehat.
Misi dari Perusahaan adalah sebagai berikut :
a. Menjadikan produk furniture yang dihasilkan mampu mempunyai
kualitas ekspor, harga dan trend model furniture yang berdaya saing
tinggi untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional.
b. Senantiasa meningkatkan kualitas produk dan mengembangkan trend
model furniture terbaik untuk mengembangkan pasar global dan
memenuhi kebutuhan konsumen luar negeri.
52
c. Memberikan penghargaan yang tinggi kepada para pegawai melalui
pemberian kesejahteraan yang memadai, penyediaan lingkungan kerja
yang bersih dan aman, serta menciptakan suatu kesempatan untuk
kemajuan karier karyawan perusahaan.
d. Menempatkan para pesaing, pemasok, dan penyalur sebagai mitra kerja
yang saling menguntungkan.
4.1.5. Laporan Keuangan PT. Skyline Jaya Tahun 2008-2011
Laporan keuangan merupakan sekumpulan informasi keuangan
perusahaan dalam suatu periode tertentu yang disajikan dalam bentuk
laporan sistematis yang mudah dibaca dan dipahami oleh semua pihak
yang membutuhkan. Untuk mendapatkan gambaran posisi keuangan dan hasil
yang telah dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu, maka
diperlihatkan laporan keuangan dalam bentuk neraca dan laporan laba rugi
yang dimaksud untuk mengetahui perubahan modal dan kekayaan perusahaan
pada periode tertentu.
Data – data yang digunakan dalam menganalisis rasio profitabilitas dan
rasio aktivitas untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dalam penulisan ini
diperoleh dari laporan keuangan PT. Skyline Jaya tahun 2008 – 2011.
Laporan keuangan PT. Skyline Jaya tahun 2008 – 2011 adalah sebagai
berikut :
53
Tabel 4.1 PT. SKYLINE JAYA
NERACA per 31 DESEMBER
2008 2009 2010 2011 A K T I V A AKTIVA LANCAR :
Kas & Bank 524,658,985 821,720,856 421,859,075 22,851,049
Piutang Usaha 31,300,029,146 13,110,015,372 22,057,254,379 26,155,185,998
Piutang Lain-lain 3,537,939,416 3,845,408,586 2,447,263,337 1,330,999,514
Persediaan 5,697,515,026 7,247,413,237 7,735,839,520 18,436,708,783
Uang muka pembelian 0 1,731,324,319 1,371,826,987 2,013,317,163
Biaya yang Dibayar Dimuka 19,280,250 209,747,333 50,413,501 192,841,581
Pajak yang Dibayar Dimuka 3,803,722,204 2,188,193,589 1,906,183,966 5,834,163,846 Nilai buku Aktiva Lancar 44,883,145,026 29,153,823,292 35,990,640,765 53,986,067,934 AKTIVA TETAP :
Harga Perolehan 9,212,451,726 9,959,675,868 11,984,397,294 13,468,161,840
Akumulasi Penyusutan (4,036,543,350) (4,963,575,256) (5,815,260,469) (6,851,169,609) Nilai buku Aktiva Tetap 5,175,908,376 4,996,100,611 6,169,136,825 6,616,992,231 AKTIVA LAIN-LAIN : Bangunan Dalam Penyelesaian 0 662,410,811 48,435,250 59,600,000
Konstruksi Dalam Pelaksanaan 0 0 0 17,850,000 Jumlah Aktiva Lain-Lain 0 662,410,811 48,435,250 77,450,000
Jumlah Aktiva 50,059,053,403 34,812,334,714 42,208,212,840 60,680,510,165
KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN LANCAR :
Hutang Usaha 843,689,996 16,643,141,332 16,494,834,670 28,466,643,827
Hutang Lain-lain 25,671,044,607 6,803,950,195 8,735,825,020 8,958,206,952
Hutang Bank 18,054,434,215 62,991,836 4,527,900,000 8,179,661,112
Uang Muka Penjualan 542,867,736 5,778,214,202 4,783,098,354 6,715,516,326
Pajak yang Masih Harus Dibayar 129,260,283 50,885,882 148,047,381 113,117,808
Biaya yang Masih Harus Dibayar 588,600 -3,431,865 659,795,087 348,171,311
Jumlah Kewajiban lancer 45,241,885,437 29,335,751,582 35,349,500,512 52,781,317,336 EKUITAS :
Modal Saham 4,000,000,000 4,000,000,000 4,000,000,000 4,000,000,000
Modal Yang belum ditempatkan (2,980,000,000) (3,000,000,000) (3,000,000,000) (3,000,000,000)
Modal yang telah disetor 1,020,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 Saldo laba ditahan 3,797,167,966 4,476,583,132 5,858,712,328 6,899,192,829 Jumlah Ekuitas 4,817,167,966 5,476,583,132 6,858,712,328 7,899,192,829
Jumlah Kewajiban & Ekuitas 50,059,053,403 34,812,334,714 42,208,212,840 60,680,510,165 Sumber : data diolah penulis
54
Tabel 4.2 PT. SKYLINE JAYA
LAPORAN LABA RUGI
per 31 DESEMBER
2008 2009 2010 2011
PENDAPATAN
- Penjualan, net 85,823,247,449 65,924,186,389 88,476,364,130 80,149,219,310
BEBAN POKOK PENJUALAN
- Beban Pokok Penjualan (71,549,174,676) (52,643,159,362) (73,166,311,962) (65,252,059,475)
Laba Kotor 14,274,072,773 13,281,027,027 15,310,052,168 14,897,159,835
BEBAN USAHA
- Beban Usaha (9,411,239,303) (11,360,433,981) (11,883,923,896) (12,789,264,578)
Laba Usaha 4,862,833,470 1,920,593,047 3,426,128,272 2,107,895,257 PENDAPATAN & BEBAN LAIN-LAIN
- Pendapatan & Beban Lain-Lain (3,530,312,091) (860,568,000) (1,571,774,826) (710,163,256)
Laba sebelum Pajak 1,332,521,378 1,060,025,046 1,854,353,446 1,397,732,001
Koreksi Fiskal :
Negatif (36,092,994) (19,722, 079) (6,804,659) (24,427,212)
Positif 65,341,486 319,018,099 41,348,690 55,701,954
Laba Kena Pajak 1,361,769,870 1,359,321,066 1,888,897,477 1,429,006,743
Beban Pajak (397,030,700) (380,609,880) (472,224,250) (357,251,500)
Laba Bersih Setelah Pajak 935,490,678 679,415,166 1,382,129,196 1,040,480,501 Sumber : data diolah penulis
Tabel 4.3 PT. SKYLINE JAYA
LAPORAN PERUBAHAN SALDO LABA
per 31 DESEMBER 2008 2009 2010 2011
Saldo Laba Awal Tahun 2,861,677,288 3,797,167,966 4,476,583,132 5,858,712,328
Saldo Laba Tahun Berjalan setelah pajak 935,490,678 679,415,166 1,382,129,196 1,040,480,501
Saldo Laba Ditahan Akhir Tahun 3,797,167,966 4,476,583,132 5,858,712,328 6,899,192,829 Sumber : data diolah penulis
55
4.2. Analisis Data
4.2.1. Perhitungan Rasio Profitabilitas
Tingkat profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan seberapa besar
kemampuan perusahaan menggunakan modalnya untuk menghasilkan
keuntungan dalam periode tertentu. Untuk menganalisis tingkat profitabilitas
pada PT Skyline Jaya, maka penulis menggunakan laporan keuangan selama
empat periode yaitu dari tahun 2008-2011.
a. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi
harga pokok penjualan dengan penjualan bersih atau rasio antara laba
kotor dengan penjualan bersih.
Laba kotor Gross Profit Margin = x 100 %
Penjualan
Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya
produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi
secara efisien. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan
operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa cost of good sold
lebih rendah dibandingkan dengan penjualan.
13.281.027.027 Gross Profit Margin tahun 2009 = x 100% = 20,1% 65.924.186.389 15.310.052.168 Gross Profit Margin tahun 2010 = x 100% = 17,3% 88.476.364.130
56
14.897.159.835 Gross Profit Margin tahun 2011 = x100% = 18,6% 80.149.219.310 Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa gross profit
margin pada tahun 2009 sebesar 20,1%, artinya setiap 1 rupiah penjualan
menghasilkan laba sebesar Rp. 0,201, sedangkan pada tahun 2010 gross
profit margin sebesar 17,3% yang artinya setiap 1 rupiah penjualan
menghasilkan laba sebesar Rp. 0,173 dan pada tahun 2011 gross profit
margin sebesar 18,6% yang artinya setiap 1 rupiah penjualan
menghasilkan laba sebesar Rp. 0,186. Berdasarkan hasil perhitungan diatas
menunjukkan gross profit margin pada tahun 2010 mengalami penurunan
sebesar 2,8% yang disebabkan oleh peningkatan laba kotor dan diikuti
dengan peningkatan penjualan. Pada tahun 2011 gross profit margin
mengalami peningkatan kembali sebesar 1,3%, hal ini disebabkan oleh
penurunan laba kotor yang diikuti oleh penurunan penjualan.
Dari perhitungan diatas dapat terlihat bahwa kinerja operasional
perusahaan dilihat dari gross profit margin berfluktuasi, dimana pada
tahun 2010 nilai gross profit margin menurun dari tahun 2009 dan pada
tahun 2011 nilainya mengalami kenaikan dari tahun 2010. Dari
perhitungan diatas dapat diketahui bahwa kinerja operasional perusahaan
ini kurang baik karena nilai gross profit marginnya pada tahun 2010 dan
2011 lebih rendah dari pada tahun dasarnya yaitu tahun 2009. Hal ini
menandakan bahwa perusahaan tersebut rawan terhadap perubahan harga,
baik harga jual maupun harga pokok, ini berarti bahwa apabila terjadi
57
perubahan pada harga jual atau harga pokok, perubahan ini akan sangat
berpengaruh terhadap laba perusahaan.
b. Net Profit Margin
Net Profit Margin merupakan rasio antara laba (net profit) yaitu penjualan
sesudah dikurangi dengan seluruh biaya termasuk pajak dibandingkan
dengan penjualan.
Laba Bersih Net Profit Margin = x 100%
Penjualan
Rasio ini menunjukkan beberapa besar presentase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan, karena memiliki kemampuan yang tinggi
untuk mendapatkan laba.
679.415.166 Net Profit Margin tahun 2009 = x 100% = 1,03% 65.924.186.389 1.382.129.196 Net Profit Margin tahun 2010 = x 100% = 1,56% 88.476.364.130 1.040.480.501 Net Profit Margin tahun 2011 = x 100% = 1,30% 80.149.219.310 Berdasarkan hasil perhitungan diatas net profit margin pada tahun
2009 sebesar 1,03% yang artinya setiap Rp. 1,00 penjualan menghasilkan
keuntungan sebesar Rp. 0,0103. Pada tahun 2010 net profit margin sebesar
1,56% yang artinya setiap Rp. 1,00 penjualan menghasilkan keuntungan
sebesar Rp. 0,0156, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 1,30% yang
artinya setiap Rp. 1,00 penjualan menghasilkan keuntungan sebesar
58
Rp. 0,0130. Berdasarkan dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa net
profit margin tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 0,53% hal ini
disebabkan adanya peningkatan laba bersih sebesar Rp. 1.382.129.196,00
dan diikuti oleh peningkatan penjualan sebesar Rp 88.476.363.130,00.
Sedangkan pada tahun 2011 net profit margin mengalami penurunan
sebesar 0,26% dari tahun sebelumnya, hal ini disebabkan karena adanya
penurunan laba bersih dan diikuti dengan penurunan penjualan.
Dalam meningkatkan kemampuan operasional perusahaan melalui
ukuran net profit margin, maka faktor penting yang harus diperhatikan
yaitu biaya usaha. Meningkatkan penjualan dengan menekan biaya atau
memperkecil operasi expenses, dapat meningkatkan profitabilitas
perusahaan.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi gross profit margin dan net profit margin maka semakin
tinggi pula profitabilitas dengan ketentuan bahwa peningkatan penjualan
dalam perusahaan harus disertai dengan pengontrolan operasi expenses.
c. Return On Investment
Return On Investment merupakan pengukuran kemampuan perusahaan
secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan menjumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Semakin tinggi rasio
ini, maka semakin baik keadaan suatu perusahaan karena keseluruhan
aktiva perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memperoleh
laba.
59
Laba bersih Return On Investment = x 100%
Total Aktiva
679.415.166 Return On Investment tahun 2009 = x 100% = 1,95% 34.812.334.714 1.382.129.196 Return On Investment tahun 2010 = x 100% = 3,27% 42.208.212.840 1.040.480.501 Return On Investment tahun 2011 = x 100% = 1,71% 69.608.241.472
Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa return on
investment pada tahun 2009 sebesar 1,95%, artinya setiap Rp. 1,00 modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva dapat menghasilkan
keuntungan sebesar Rp.0,0195, return on investment pada tahun 2010
sebesar 3,27% yang dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,00 modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva dapat menghasilkan keuntungan
sebesar Rp. 0,0327, sedangkan pada tahun 2011 return on investment
sebesar 1,71% artinya setiap Rp. 1,00 modal yang diinvestasikan dalam
keseluruan aktiva dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,0171.
Dari hasil perhitungan diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2010
return on investment menunjukkan peningkatan sebesar 1,32 % hal ini
disebabkan oleh peningkatan laba bersih setelah pajak sebesar Rp
1.382.129.196,00 dan diikuti oleh peningkatan total aktiva sebesar Rp
42.208.212.840,00. Sedangkan pada tahun 2011 return on investment
mengalami penurunan sebesar 1,56% hal tersebut disebabkan oleh adanya
60
penurunan laba bersih sebesar Rp 1.040.480.501,00 dan diikuti oleh
peningkatan total aktiva sebesar Rp 69.608.241.472,00.
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa ROI tertinggi berada
pada tahun 2010. Tingginya ROI ditahun 2010 disebabkan karena laba
bersih yang didapatkan cukup tinggi dimana aktiva yang digunakan
sedikit. Perusahaan kurang efektif dalam mengelola finansialnya, ini
tampak pada rendahnya laba yang dihasilkan dengan penggunaan total
aktiva dan penjualan yang tinggi.
4.2.2. Perhitungan Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas mengukur bagaimana perusahaan secara efektif
mengelola aktiva-aktivanya pada tingkat kegiatan tertentu. Rasio ini
digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat aktiva tertentu yang dimiliki
perusahaan, apakah sudah sesuai dan beralasan, sangat tinggi atau sangat
rendah jika dipandang dari tingkat penjualan saat ini di proyeksikan.
Untuk menganalisis tingkat aktivitas pada PT. Skyline Jaya, maka
penulis menggunakan laporan keuangan selama tiga periode yaitu dari tahun
2008-2011.
a. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Tingkat perputaran piutang (Receivable Turnover) dapat dicari dengan
cara membagi total penjualan dengan piutang rata-rata.
Penjualan Receivable Turnover = Rata – rata piutang
61
Rasio ini menunjukkan seberapa cepat penagihan piutang. Semakin
besar angka yang dihasilkan maka akan semakin baik pengelolaan
piutang, dalam hal ini penagihan piutang dilakukan dengan cepat.
Berikut ini perhitungan Receivable Turnover PT.Skyline Jaya
periode 2009-2011 :
65.924.186.389 Tahun 2009 = = 2,97 kali (31.300.029.146 + 13.110.015.372)/2 88.476.364.130 Tahun 2010 = = 5,03 kali (13.110.015.372 + 22.057.254.379)/2 80.149.219.310 Tahun 2011 = = 3,32 kali (22.057.254.379 + 26.155.185.998)/2 Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada
tahun 2009 receivable turnover sebesar 2,97 kali, itu artinya rata-rata
dana yang tertanam dalam piutang berputar 2,97 kali selama satu tahun,
pada tahun 2010 receivable turnover sebesar 5,03 kali yang artinya
rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar 5,03 kali selama
satu tahun. Pada tahun 2011 receivable turnover sebesar 3,32 kali,
artinya rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar 3,32 kali
selama satu tahun. Peningkatan receivable turnover pada tahun 2010
sebesar 2,06 kali, hal ini disebabkan oleh peningkatan hasil penjualan
sebesar Rp 88.476.364.130,00 diikuti penurunan rata-rata piutang
sebesar Rp 17.583.634.875,5. Penurunan receivable turnover pada
tahun 2011 sebesar 1,71 kali, hal ini disebabkan oleh penurunan hasil
62
penjualan sebesar Rp 80.149.219.310,00 dan diikuti peningkatan rata-
rata piutang sebesar Rp 24.106.220.188,5.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa
receivable turnover berfluktuasi meskipun pada tahun 2011
menunjukkan perputaran piutang yang kurang baik akibat penurunan
penjualan. Namun dapat kita lihat pada tahun 2010 receivable turnover
perusahaan mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena perusahaan
mengembalikan piutang lebih cepat dengan menambah penjualan kredit
bersih. Dilihat dari perputaran piutang pada tahun 2009 sampai dengan
2011, perputaran piutang sangat lama, hal ini dikarenakan customer
membayar tagihan tidak tepat waktu dan sangat lama sehingga piutang
juga tidak bisa secepatnya dijadikan uang.
b. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Perputaran Persediaan dihitung dengan cara membagi harga pokok
penjualan (cost of good sold) dengan rata-rata persediaan.
Harga pokok penjualan Inventory Turnover = Rata – rata persediaan
Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran persedian dalam
siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena
dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan dengan cepat.
Berikut ini perhitungan Inventory Turnover PT.Skyline Jaya tahun
2009-2011 :
63
52.643.159.362 Tahun 2009 = = 8,13 kali (5.697.515.026 + 7.247.413.237)/2 73.166.311.962 Tahun 2010 = = 9,77 kali (7.247.413.237 + 7.735.839.520)/2 65.252.059.475 Tahun 2011 = = 4,99 kali (7.735.839.520 + 18.436.708.783)/2 Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada
tahun 2009 inventory receivable sebesar 8,13 kali, artinya dana yang
tertanam dalam persediaan rata-rata 8,13 kali dalam setahun. Pada
tahun 2010 receivable turnover sebesar 9,77 kali, artinya dana yang
tertanam dalam persediaan sebesar 9,77 kali dalam setahun. Pada tahun
2011 receivable turnover sebesar 4,99 kali, ini artinya dana yang
tertanam dalam rata-rata persediaan sebesar 4,99 kali dalam setahun.
Peningkatan inventory turnover pada tahun 2010 sebesar 1,64 kali, hal
ini disebabkan oleh peningkatan harga pokok penjualan diikuti oleh
peningkatan rata-rata persediaan. Penurunan inventory turnover pada
tahun 2011 sebesar 4,78 kali disebabkan oleh penurunan harga pokok
penjualan sebesar Rp 65.252.059.475,00 diikuti oleh peningkatan rata-
rata persediaan sebesar Rp 13.086.274.151,50.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas rasio ini menunjukkan
perputaran yang tidak baik. Pada tahun 2010 rasio ini meningkat dan
beresiko terjadinya kekurangan persediaan dan pada tahun 2011
64
persediaan di gudang menumpuk dan menyebabkan persediaan untuk
proses produksi berputar dengan lambat.
c. Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover)
Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover) mengukur perputaran
dari semua asset yang dimiliki perusahaan. Perputaran total aktiva
(Total Asset Turnover) dapat dicari dengan cara membagi penjualan
dengan total assetnya.
Penjualan Total Asset Turnover = Rata – rata aktiva
Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta
perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan
berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah
yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau
perputarannya lambat ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki
terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual.
Berikut perhitungan Total asset turnover PT. Skyline Jaya periode
2009-2011 :
65.924.186.389 Tahun 2009 = = 1,55 kali (50.059.053.403 + 34.812.334.714)/2 88.476.364.130 Tahun 2010 = = 2,30 kali (34.812.334.713 + 42.208.212.840)/2
80.149.219.310 Tahun 2011 = = 1,56 kali (42.208.212.840 + 60.680.510.165)/2
65
Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada
tahun 2009 total asset turnover sebesar 1,55 kali, artinya dana yang
tertanam pada keseluruhan aktiva rata-rata dalam satu tahun berputar
1,55 kali. Pada tahun 2010 total asset turnover sebesar 2,30 kali, artinya
dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva rata-rata dalam satu tahun
berputar 2,30 kali. Pada tahun 2011 total asset turnover sebesar 1,56
kali, artinya dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva rata-rata
dalam satu tahun berputar 1,56 kali. Peningkatan total asset turnover
pada tahun 2010 sebesar 0,74 kali disebabkan oleh peningkatan
penjualan sebesar Rp 88.476.364.130,00 diikuti oleh penurunan rata –
rata aktiva sebesar Rp 38.510.273.776,50. Penurunan total asset
turnover pada tahun 2011 sebesar 0,74 kali, hal ini disebabkan oleh
penurunan penjualan sebesar Rp 80.149.219.310,00 diikuti oleh
peningkatan rata – rata total aktiva sebesar Rp 51.444.361.502,50.
Dari hasil perhitungan diatas, dapat dikatakan bahwa total asset
turnover perusahaan kurang baik, hal ini dapat diketahui dengan
melihat adanya penurunan perputaran total aktiva pada tahun 2011.
4.2.3. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.4 dibawah ini dapat diketahui kinerja keuangan PT.
Skyline Jaya periode tahun 2009-2011 dengan membandingkan hasil
perhitungan rasio-rasio keuangan secara time series.
66
Tabel 4.4 Analisis Rasio Profitabilitas dan Rasio Aktivitas PT. Skyline Jaya
periode 2009-2011
TAHUN 2009 2010 2011
Rasio Profitabilitas
Gross Profit Margin 20.10% 17.30% 18.60%
Net Profit Margin 1.03% 1.56% 1.30%
Return On Investment 1.95% 3.27% 1.71%
Rata-rata Rasio Profitabilitas 7.69% 7.38% 7.20%
Rasio Aktivitas
Receivable Turnover 2.97 kali 5.03 kali 3.32 kali
Inventory Turnover 8.13 kali 9.77 kali 4. 99 kali
Total Asset Turnover 1.55 kali 2.30 kali 1.56 kali
Rata-rata Rasio Aktivitas 4.22 kali 5.70 kali 3.29 kali Sumber : data diolah penulis
1.Rasio Profitabilitas
a. Gross Profit Margin
20,10% (2009) > 17,30% (2010) < 18,60% (2011)
Gross Profit Margin pada tahun 2009 menunjukkan kinerja keuangan
perusahaan yang baik sedangkan pada tahun 2010 dan 2011
menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang kurang baik.
b. Net Profit Margin
1,03% (2009) < 1,56% (2010) > 1,30% (2011)
Net Profit Margin pada tahun 2009 dan 2011 menunjukkan kinerja
keuangan perusahaan yang kurang baik sedangkan pada tahun 2010
menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang baik.
c. Return On Investment
1,95% (2009) < 3,27% (2010) > 1,71% (2011)
67
Return On Investment pada tahun 2009 dan 2011 menunjukkan kinerja
keuangan perusahaan yang kurang baik sedangkan pada tahun 2010
menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang baik.
Jika dilihat dari perhitungan tiap-tiap rasio profitabilitas pada tabel 4.4,
kinerja keuangan perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, tetapi
jika dilihat dari rata-rata rasio profitabilitas, kinerja keuangan perusahaan
pada tahun 2009 adalah baik tetapi pada tahun 2010 dan 2011 mengalami
penurunan, sehingga dapat dikatakan kinerja keuangan perusahaan
berdasarkan rasio profitabilitas adalah kurang baik. Dapat diartikan bahwa
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba pada tahun 2010 dan 2011
adalah tidak efektif.
2. Rasio Aktivitas
a. Receivable Turnover
2,97 kali (2009) < 5,03 kali (2010) > 3,32 kali (2011)
Receivable Turnover pada tahun 2009 dan 2011 mengalami perputaran
yang sangat lambat dalam setahun, hal ini menunjukkan bahwa
perputaran piutang sangat lama, hal ini dikarenakan customer
membayar tagihan tidak tepat waktu dan sangat lama sehingga piutang
juga tidak bisa secepatnya dijadikan uang. Tetapi pada tahun 2010
mengalami perputaran piutang yang sangat baik yaitu 5,03 kali dalam
setahun, hal ini terjadi karena perusahaan mengembalikan piutang
lebih cepat dengan menambah penjualan kredit bersih.
68
b. Inventory Turnover
8,13 kali (2009) < 9,77 kali (2010) > 4,99 kali (2011)
Inventory Turnover pada tahun 2009 dan tahun 2011 mengalami
perputaran yang kurang baik dibandingkan dengan tahun 2010. Hal ini
menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2010
adalah baik karena perputaran persediaan untuk proses produksi
berputar sangat cepat dan dapat beresiko adanya kekurangan
persediaan di gudang.
c. Total Asset Turnover
1,55 kali (2009) < 2,29 kali (2010) > 1,56 kali (2011)
Total Asset Turnover pada tahun 2009 lebih kecil dibandingkan tahun
2010 dan 2011. Kalau perputarannya lambat, hal ini menunjukkan
bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan
kemampuan untuk menjual. Kinerja keuangan perusahaan yang
paling baik adalah tahun 2010.
Jika dilihat dari perhitungan tiap-tiap rasio aktivitas maupun dari rata-rata
rasio, kinerja keuangan perusahaan paling baik adalah pada tahun 2010 hal ini
disebabkan oleh tingginya nilai penjualan pada tahun tersebut, kinerja
keuangan perusahaan pada tahun 2009 masih dibawah tahun 2010 tetapi lebih
tinggi dibandingkan tahun 2011. Tahun 2011 mengalami penurunan yang
disebabkan oleh penurunan penjualan dan diikuti oleh kenaikan rata-rata
persediaan dan rata-rata total aktiva, sehingga dapat dikatakan kinerja
69
keuangan perusahaan adalah kurang baik. Dengan kata lain perusahaan tidak
efektif mengelola aktiva-aktivanya pada tahun 2011.
4.3. Interprestasi
Berdasarkan hasil perhitungan kinerja keuangan secara umum yaitu rasio
aktivitas dan profitabilitas, kedua rasio tersebut setelah dianalisis mengalami
peningkatan dan penurunan. Rasio aktivitas pada tahun 2010 mengalami
peningkatan yang disebabkan oleh peningkatan penjualan bersih dan penurunan
total aktiva. Pada tahun 2010 sampai 2011 net profit margin mengalami
peningkatan dan pada tahun 2009 mengalami penurunan yang disebabkan
penurunan laba bersih dan peningkatan penjualan bersih. Pada tahun 2011, rasio
aktivitas mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Berarti kinerja
keuangan PT. Skyline Jaya pada tahun terakhir kurang efisien jika dilihat dari
rasio profitabilitas dan rasio aktivitas yang menunjukkan angka yang sangat kecil
jika dibandingkan tahun 2009 dan 2010.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
a. Kinerja keuangan PT. Skyline Jaya selama kurun waktu tiga tahun selalu
mengalami perubahan tiap tahunnya, tetapi pada tahun 2010 menunjukkan
kinerja keuangan perusahaan yang cukup efisien jika dilihat dari rasio
aktivitasnya, pada tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan tahun
2009 dan 2011, hal ini disebabkan oleh peningkatan penjualan bersih dan
penurunan total aktiva, Pada perhitungan rasio profitabilitas yang meliputi
gross profit margin, net profit margin dan return on investment pada tahun
2009 sampai 2011 jika di rata-rata menunjukkan rasio profitabilitas yang
hampir sama setiap tahun, tetapi pada tahun 2009 lebih tinggi
dibandingkan tahun 2010 dan 2011. Hal ini disebabkan oleh peningkatan
penjualan yang diikuti oleh peningkatan laba serta peningkatan total
aktiva.
b. Pada tahun 2011 kinerja keuangan perusahaan jika dilihat dari rasio
profitabilitas maupun rasio aktivitasnya adalah kurang efektif, dengan kata
lain perusahaan gagal dalam perencanaan dan pelaksanaan strategi untuk
peningkatan keuntungan perusahaan. Perusahaan tidak mampu
mengevaluasi atau mempertahankan keberhasilan dalam kinerja keuangan
pada tahun 2010. Hal ini dapat berakibat pada penurunan jumlah
pelanggan di masa depan.
71
c. Rasio profitabilitas dan rasio aktivitas saling berpengaruh satu sama lain,
tingkat profitabilitas menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan
menggunakan modalnya untuk menghasilkan keuntungan atau laba. Laba
digunakan untuk membiayai segala aktivitas perusahaan dan sebaliknya
rasio aktivitas juga berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, rasio
aktivitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana efesiensi perusahaan
sehubungan dengan pengelolaan asset perusahaan untuk memperoleh
penjualan. Jika penjualan berjalan dengan cepat, maka laba perusahaan
yang diperoleh juga akan semakin banyak.
5.2. Saran
a. Perusahaan harus selalu memperhatikan perkembangan antara rasio
aktivitas dan rasio profitabilitas. Dengan kata lain, perusahaan harus selalu
memperhatikan kedua rasio tersebut agar berjalan dengan seimbang.
Apabila profitabilitas suatu perusahaan terus meningkat sedangkan
aktivitasnya menurun, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan cukup baik dan bisa memenuhi kewajiban yang
harus dipenuhi setiap tahunnya, tetapi perusahaan dalam menggunakan
aktivanya dalam menciptakan penjualan sangat kurang.
b. Perusahaan harus mampu meningkatkan volume penjualan dengan skala
besar dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah pendapatan yang akan
berimbas pada peningkatan laba perusahaan.
72
c. Manajemen hendaknya memperhatikan perspektif keuangan, karena
prosentase yang dihasilkan semakin menurun dari tahun sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, Sarwoko. 2008. Manajemen keuangan (Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan). Cetakan Ketiga, Yogyakarta BPF-YOGYAKARTA.
Astuti, Dewi. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Cetakan Pertama.
Jakarta:Ghalia Indonesia.
Brigham, et. 2001. Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, PT. Gelora Aksara
Pratama.
Darsono, 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Edisi pertama. Andi : Yogyakarta.
Harapan, Sofyan Safri. 2002. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Keempat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Harmono,2009. Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama, Penerbit Bumi Aksara, Yogyakarta.
Jumingan, 2006. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Pertama, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Keown, Martin, Petty, Scott. 2004. Manajemen Keuangan. Prinsip-prinsip dan
Aplikasinya. Edisi kesembilan, jilid 1, PT INDEKS kelompok GRAMEDIA.
Martono, Agus Harjito, 2005. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama Cetakan Kelima, EKONISIA, Yogyakarta.
Munawir, 2004. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Kelima, Liberty,Yogyakarta.
Munawir, 2007. Analisis Laporan Keuangan. Konsep dan Aplikasi, Penerbit
Yogyakarta.
Muslich, Muhammad. 2003. Manajemen Keuangan Modern. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Prihadi, Toto. 2008. Deteksi Cepat Kondisi Keuangan : 7 Analisis Rasio Keuangan. Cetakan 1. Jakarta : PPM.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat,
Cetakan Ketujuh, BPFE, Yogjakarta.
Sangkala, Abdul Azis, H. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Profitabilitas pada Perusahaan Roti Tony Backery Pare-Pare.
Santosa, P.B. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Sarwoko, Halim. 2009. Manajemen Keuangan. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan.
Sawir, Agnes. 2005. Dasar-dasar Akuntansi. Edisi Pertama. Penerbit PT Bumi
Aksara. Yogyakarta.
Sutrisno, 2000.Manajemen KeuanganModern. Bumi Aksara, Jakarta.
Syamsuddin, Lukman. 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi Dalam Perencanaan, Pengawasan, Dan Pengambilan Keputusan, Edisi Baru, Cetakan Ketujuh, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Syarifuddin, Alwi. 2000. Alat-alat Analisis Pembelanjaan. Edisi Revisi Penerbit
Andi Offset, Yogyakarta.
Warsono, M. M. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid Satu, Edisi Tiga, Cetakan Pertama, Bayumedia Publishing, Malang.
Weston, J. Fred & Thomas E Capeland. 1999. Manajemen Keuangan, Alih Bahasa: Jaka Wasana, Erlangga Jakarta.
lampiran 1
BEBAN PAJAK KINIPerhitungan pajak penghasilan badan untuk tahun fiskal 2008 terinci sebagai berikut :
Laba (Rugi) komersial sebelum pajak 1,352,521,378Rp
Koreksi Fiskal Negatif :Pendapatan jasa giro bank (36,092,994)Rp
(36,092,994)Rp Koreksi Fiskal Positif :Biaya sumbangan -Rp Biaya pengobatan 2,311,150Rp Biaya Penjualan Lainnya -Rp Biaya pajak 55,812,814Rp Biaya umum Lainnnya -Rp By pajak jasa giro 7,217,522Rp
Jumlah 65,341,486Rp
Laba Kena Pajak 1,381,769,870Rp Dibulatkan 1,381,769,000Rp Perhitungan :
10 % X 50,000,000 5,000,000Rp 15 % X 50,000,000 7,500,000Rp 30 % X 1,281,769,000 384,530,700Rp
Jumlah pajak terhutang 397,030,700Rp
BEBAN PAJAK KINIPerhitungan pajak penghasilan badan untuk tahun fiskal 2009 terinci sebagai berikut:
Laba (Rugi) komersial sebelum pajak 1,060,025,046.49Rp
Koreksi Fiskal Negatif:Pendapatan jasa giro bank (19,722,079.05)Rp
(19,722,079.05)Rp Koreksi Fiskal Positif:Biaya pengobatan 2,052,350.00Rp Biaya pajak 269,156,131.00Rp Biaya pajak jasa giro 3,681,046.41Rp Biaya listrik 31,354,685.00Rp Biaya umum lainnya 12,773,887.00Rp Jumlah 319,018,099.41Rp
Laba Kena Pajak 1,359,321,066.85Rp Dibulatkan 1,359,321,000.00Rp Perhitungan: 28% x Rp. 1.359.321.000 380,609,880.00Rp Jumlah Pajak terhutang 380,609,880.00Rp
PT SKYLINE JAYARekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi Tahun 2009
PT. EKSPORMIM JAYA LAKSANARekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi Tahun 2008
lampiran 2
BEBAN PAJAK KINIPerhitungan pajak penghasilan badan untuk tahun fiskal 2010 terinci sebagai berikut :
Laba (Rugi) komersial sebelum pajak 1,854,353,446Rp Koreksi Fiskal Negatif:Pendapatan jasa giro bank (6,804,659)Rp
(6,804,659)Rp Koreksi Fiskal Positif:Biaya pengobatan 3,202,627Rp Biaya Sumbangan 12,694,700Rp Biaya pajak jasa giro 1,151,676Rp Biaya Jamuan Tamu 9,110,477Rp Biaya umum lainnya 15,189,210Rp Jumlah 41,348,690Rp
Laba Kena Pajak 1,888,897,477Rp Dibulatkan 1,888,897,000Rp Perhitungan: 25% x Rp. 1.888.897.000 472,224,250Rp Jumlah Pajak terhutang 472,224,250Rp
BEBAN PAJAK KINIPerhitungan pajak penghasilan badan untuk tahun fiskal 2011 terinci sebagai berikut :
Laba (Rugi) komersial sebelum pajak 1,397,732,001Rp Koreksi Fiskal Negatif:Pendapatan jasa giro bank (24,427,212)Rp
(24,427,212)Rp Koreksi Fiskal Positif:Biaya pengobatan 10,762,765Rp Biaya Sumbangan 12,742,480Rp Biaya pajak jasa giro 1,342,656Rp Biaya Jamuan Tamu 14,675,048Rp Biaya umum lainnya 16,179,005Rp Jumlah 55,701,954Rp
Laba Kena Pajak 1,429,006,743Rp Dibulatkan 1,429,006,000Rp Perhitungan: 25% x Rp. 1.429.006.000 357,251,500Rp Jumlah Pajak terhutang 357,251,500Rp
PT SKYLINE JAYARekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi Tahun 2011
PT SKYLINE JAYARekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi Tahun 2010