kgk 4 (pedodontik)

27

Click here to load reader

Upload: ngominh

Post on 22-Jan-2017

234 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KGK 4 (pedodontik)

BAB IPENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANGPertumbuhan dan perkembangan wajah sangat berhubungan erat dengan

keadaan lengkung rahang dak oklusi seseorang. Oklusi gigi merupakan hubungan gigi geligi dalam rahang yang dimulai dari erupsi gigi sulung. Pertumbuhan gigi sulung ideal adalah indikator masa depan pertumbuhan gigi permanen yang ideal. Pertumbuhan gigi adalah untuk memberikan pengunyahan serta mempertahankan oklusi yang baik dan ruang untuk gigi permanen.

Arah perkembangan gigi sulung menuju gigi dewasa dapat diprediksikan melalui pemeriksaan dan analisis. Analisis sefalometri merupakan salah satu cara untuk menentukan arah pertumbuhan kraniofasial pada anak. Dari analisis dapat dilihat berbagai hubungan antarkeadaan seperti lengkung rahang,inklinasi gigi, dan bentuk wajah. Hasil analisis ini diperlukan untuk menentukan prosedur apa yang harus dilakukan pada pasien anak serta dapat menjadi acuan evaluasi dalam suatu perawatan ortodonsi terhadap anak.

I.2. TUJUAN PENULISANAdapun tujuan dari penulisan makalah/laporan ini adalah untuk

menjelaskan bagaimana hubungan antara perkembangan orokraniofasial dengan keadaan oklusi yang meliputi :

Pertumbuhan dan perkembangan orokranifasial Pertumbuhan dan perkembangan oklusi pada periode gigi susu, campuran

dan permanen Karakteristik oklusi pada periode gigi susu, campuran dan permanen Kunci oklusi normal Klasifikasi maloklusi Etiologi maloklusi Analisis sefalometri Jenis-jenis bentuk dan profil wajah

1

Page 2: KGK 4 (pedodontik)

BAB IIPEMBAHASAN

II.1. DAN PERKEMBANGAN OROKRANIOFASIAL1, 2

II.1.1 Rongga mulutDimulai pada minggu ketiga intra uterin. Mula-mula masih berbentuk tube

dan terdiri dari tiga unsur yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Proses pertumbuhan dan perkembangan oral dimulai dengan proses invaginasi lapisan ektoderm bagian caudal dari prosesus frontonasalis dan disebut stomodeum. Di samping itu terjadi pula proses invaginsi pada lapisan endoderm yang disebut primitive digestive tract. Selanjutnya stomodeum dan PDT saling mendekat hingga bertemu pada membran yang tipis disebut : membran bukofaringeal. Membran tersebut akhirnya pecah dan terjadilah hubungan yang sempurna antara POC dan PDT.

II.1.2 Pertumbuhan dan perkembangan branchialis apparatus Selain proses tersebut terjadi pula proses pertumbuhan dan perkembangan

pembentukan branchial apparatus, yaitu terdiri dari :Mula-mula dibentuk branchial arch 1, kemudian dibentuk branchial arch II

hingga IV, namun branchial arch V rudimeter atau hilang sehingga branchial arch IV bergabung dengan branchial VI. Dari branchial apparatus inilah akan dibentuk organ-organ, rahang atas, rahang bawah, lidah larynx, pharynx, os hyoid, otot-otot wajah, ligamentum, arteri, vena, nervus, dll.

a. Pertumbuhan dan perkembangan branchila pouchesMembentuk : Cavum tympanica Antrum mastoideum Tuba eustachii

Lapisan endoderm berdiferensiasi membentuk tonsila palatina dan fossa supratonsilaris

Bagian dorsal berdiferensiasi membentuk glandula parathyroid inferior lalu bermigrasi ke arah dorsal glandula thyroid. Sedangkan bagian ventral berdiferensiasi membentuk primordia glandula thymus kemudian bermigrasi ke arah caudal dan medila selanjutnya bagian kanan dan kiri berfusi membentuk glandula thymus

Bagian dorsal berdiferensiasi membentuk glandula parathyroid superior kemudian bermigrasi ke dorsal glandula thyroid. Bagian ventral berdiferensiasi membentuk ultimo branchial body lalu bermigrasi dn berfusi denagn glandula thyroid.

b. Pertumbuhan dan perkembangan branchial groove

2

Page 3: KGK 4 (pedodontik)

Branchial groove I akan membentuk meatus acusticus externus sedangkan branchial groove yang lain akan hilang sehingga leher rata.

c. Pertumbuhan dan perkembangan branchial membran Branchial membran I akan membentuk membran tympanica

sedangkan branchial yang lain menghilang.

II.1.3. Pertumbuhan dan perkembangan fasiala. Sebuah tojolan procesus fronto nasalis diatas stomodeum

Dimulai pada minggu ke-4 intra uterin sebagai 2 buah penebalan ektoderm yang terletak di latero caudal processus fronto nasalis dan diatas stomodeum disebut nasal placode. Setelah embrio berumur 5 minggu intra uterin terjadi lagi 2 buah penonjolan yang mengelilingi nasal placode yang berbentuk tapal kuda yang disebut: Processus nasalis medialis (medial) Processus nasalis lateralis (lateral)

Selanjutnya nasal placode akan menjadi dasar lekukan kedalam dan membentuk nasal pit, yang nantinya akan merupakan lubang hidung = nostril. Sedangkan kedua processus naslis medialis akan berfusi membentuk intermaxillary segment. Intermaxillary segmen akan mengalami pertumbuhan dan perkembang dalam 2 arah : Kearah caudal akan membentuk philtrum Kearah medial akan membentuk :

- Septum nasi- Palatum primer ( prosesus palatinus medialis )- Premaxilla

Sedangkan processus nasalis lateralis akan menentukan ala nasi ( yang akandipisahkan dari processus maxillaris oleh sulcus naso lacrimalis )

b. Sepasang tonjolan processus maxillaris yang berasal dari branchial arch I, terletak di cranio lateral dari stomodeum

c. Sepasang tonjolan processus mandibularis yang juga berasal dari branchial arch I, terletak di caudal stomodeum

II.2. OKLUSI DAN MALOKLUSIOklusi adalah kontak antara gigi-gigi yang berantagonis dan mengacu

pada peristiwa dan tempat terjadinya kontak bukan pada gigi-giginya sendiri. Hal ini terlihat jika mandibula dalam keadaan diam dan ini bukan merupakan fungsi alami.3

Kunci Oklusi normal4

3

Page 4: KGK 4 (pedodontik)

Andrew (1972) menyebutkan enam kunci oklusi normal yang berasal dari hasil penelitian yang dilakukannya. Keenam ciri tersebut adalah :

1. Hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama tetap pada bidang sagital

2. Angulasi mahkota gigi-gigi insisif yang tepat pada bidang tranversal.3. Inklinasi mahkota gigi-gigi insisif yang tepat pada bidang sagital4. Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual5. Kontak yang akurat dari gigi-gigi individual dalam masing-masing

lengkung gigi, tanpa celah maupun berjejal.6. Bidang oklusal yang datar tau sedikit melengkung

Maloklusi adalah Keadaan abnormal yang ditandai dengan tidak benarnya hubungan antara lengkung di setiap bidang spatial atau anomali abnormal dalam posisi gigi. Kondisi oklusi intercusp dalam pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai kondisi tidak regulel.5

II.2.1. Klasifikasi oklusi dan maloklusi4,6

Berdasarkan klasifikasi Angle :a. Class 1

Hubungan antero-posterior yang sedemikian rupa, dengan gigi-gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang.

Tipe 1 , karakteristiknya : adanya crowded dan rotated incisor, biasanya tidak ada ruang untuk Caninus dan permolar tumbuh / erupsi, terkait dengan herediter

Tipe2, karakteristiknya : insisif atas terlihat jarang serta gampang fraktur, biasanya karena kebiasaan menghisap jempol.

Tipe 3, karakteristiknya : satu atau lebih insisif atas lebih ke lingual dan crossbite,harus ada ruang untuk gigi ini agar pindah ke labial.

Tipe 4 , karakteristiknya : biasanya terdapat posterior crossbite.

4

Page 5: KGK 4 (pedodontik)

Tipe 5 : hampir sama dengan tipe 1 yang membedakannya hanya pada etiologi lokalnya saja yaitu adanya ruang antara gigi (driffting) terkadang crowded labih banyak di bagian pesterior.,jika terlambat erupsi maka P2 akan tampak erupsi ke arah lingual.

b. Class 2Lengkung gigi bawah terletak lebih posterior daripada

lengkung atats dibandingkan pada hubungan class 1. Divisi 1 , karakteristiknya : proklinasi I atas sehingga terbentuk

pertambahan overjet, adanya kelainan aktivitas otot, serta tampak bibir atas lebih hipotonik, pendek, dan tidak bisa menutup elemen gigi dengan semestinya, bibir bawah terkesan sebagai bantalan bagi palatal, ketidakseimbanagn otot buccinator dan otot mentalis yang hiperaktif, perubahan posisi lidah menyebabkan menyempitnya lengkung rahang atas.

Divisi 2 , karakteristiknya : I sentral atas lebih ke lingual, I lateral besinggungan dengan I1 dengan posisi I2 lebih labial daripada I1,variasi lain I1 dan I2 lebih ke lingual dan bersinggungan dengan Caninus yang lebih ke labial, terjadi deep anterior overbite.

Subdivisi klas 2, Ketika satu sisi mengalami relasi molar klas2 dan disisi lain relasi molar klas1, maka ini disebut subdivisi klas 2.

5

Page 6: KGK 4 (pedodontik)

c. Class 3Cusp mesiobukal M1 atas beroklusi di celah interdental

antara M1 dan M2 bawah. Klas 3 sejati (true class 3)

Suatu maloklusi skeletal yang bersifat genetik dapat terjadi karena pembesaran mandibula,mandibula maju, ukuran maksila yang lebih kecil daripada ukuran normalnya, maksila mengalami retroposisi, kombinasi kasus. Karakteristik : I atas lebih ke lingual, biasanya pasien memiliki overjet normal dan ada crossbite anterior, lidah lebih rendah sehingga lengkung rahang atas lebih kecil atau sempit.

Klas 3 semu (pseudo class 3)Di akibatkan pergeseran mandibula saat menutup rahang disebut juga postural atau habitual maloklusi klas 3. Penyebabnya : adanya oklusi prematur yang dapat mengubah arah mandibula, pada kasus posterior sulung yang hilang atau tanggal lebih awal, anak-anak biasanya menggerakkan rahang untuk menciptakan kontak pada area anterior , serta anak dengan pembesaran adenoid biasanya menggerakkna rahang bawah lebih maju untuk menghindari kontak lidah ke adenoid.

Subdivisi class 3Jika satu sisi mengalami relasi molar klas 3 dan sisi lainnya mengalami relasi molar klas 1.

II.2.2 Etiologi Maloklusi6

Menurut Moyers1. Heredity

a. Neuromuscular Systemb. Tulangc. Gigid. Jaringan lunak

2. Defek perkembangan dari asal yang tidak diketahui3. Trauma

a. Trauma prenatal dan injuri saat inib. Trau postnatal

4. Agen fisika. Ekstraksi prematur dari gigi sulungb. Jenis makanan/serat

6

Page 7: KGK 4 (pedodontik)

5. Kebiasaana. Menghisap jempol/jarib. Menggigit dan menghisap jempolc. Menggigit kukud. Kebiasaan mendorong lidahe. Postur

6. Penyakita. Sistemikb. Gangguan endokrinc. Penyakit lokal

7. Malnutrisi

Menurut White dan Gardiners1. Abnormalitas basis gigi

a. Antero-posterior malrelationshipb. Vertikal malrelationshipc. Lateral malrelationshipd. Ukuran yang tidak sesuai antara gigi dan tulang basale. Anomali kongenital

2. Abnormalitas pre-erupsia. Anomali posisi saat perkembangan benih gigib. Missing teethc. Supernumerary teeth dan anomali bentukd. Gigi sulung yang menghambate. Frenum labial yang besarf. Injuri traumatik

3. Anomali post-erupsia. Muskularb. Hilangnya gigi sulung secara prematurc. Ekstraksi gigi permanen

Menurut Graber 1. Faktor Umum

a. Herediterb. Kongenitalc. Perkembangan gigid. Predisposing metabolic climate dan diseasee. Defesiensi nutrisif. Tekanan abnormal yang menjadi kebiasaan dan penyimpangan

fungsi

7

Page 8: KGK 4 (pedodontik)

2. Faktor lokala. Anomali jumlahb. Anomali ukuranc. Anomali bentukd. Anomali frenum labiale. Prematur loss dari gigi sulungf. Hambatan dari gigi sulung/ lama tanggalg. Erupsi yang tertunda dari permanenh. Jalur erupsi abnormali. Ankylosisj. Dental kariesk. Restorasi yang tidak layak

II.2.3. Perkembangan Oklusi 4,6,7

a. Perkembangan Oklusi Pada Periode Gigi Geligi Susu4

Gigi pertama yang erupsi dan membentuk kontak oklusal adalah gigi insisivus, yang idealnya menduduki posisi oklusal. Posisi yang ideal untuk gigi-gigi insisivus susu umumnya dinyatakan sebagai lebih vertikal daripada gigi insisivus tetap, dengan overbite insisial yang lebih dalam.

Gigi molar kedua akan menyusul, bererupsi sampai ke kontak oklusi. Gigi-gigi ini akan membuat kontak oklusal sehingga molar bawah sedikit lebih ke depan dalam hubungan dengan molar atas.

Gigi-gigi kaninus akan menyusul bererupsi ke kontak oklusi. Pada situasi ideal, akan ada celah di sebelah di mesial dari kaninus atas dan di sebelah distal dari kaninus bawah, tempat ke arah mana gigi kaninus antagonis berinterdigitasi.

Gigi yang terakhir bererupsi ke hubungan oklusi pada gigi-geligi susu adalah molar kedua. Gigi ini bererupsi sedikit renggang dari molar pertama, namun celah ini dengan cepat akan menutup melalui pergerakan molar kedua ke depan, yang akan menduduki posisi sedemikian rupa sehingga permukaan distal dari molar kedua atas dan bawah berada pada bidang vertikal yang sama pada saat berolusi.

Karakteristiknya adalah sebagai berikut: Deep Bite

Bisa terdapat pada tahap inisial dari perkembangan oklusi,deep bite dikuatkan oleh suatu fakta bahwa insisif gigi sulung terletak lebih kekanan dari pada gigi penggantinya. Kondisi deep bite ini akan berkurang, karena faktor- faktor berikut:

- erupsi gigi-gigi molar sulung- pergerakan kedepan mandibula akibat pergerakannya.

8

Page 9: KGK 4 (pedodontik)

Celah pada gigi sulunga. Primate space atau celah yang terdapat pada:

- pada sisi mesial C sulung maksila- pada sisi distal C sulung mandibula.

b. Developmental space yaitu merupakan celah yang biasanya terdapat diantara gigi geligi sulung yang biasanya disbut dengan physiologic space.

Hadirnya celah-celah antara gigi geligi sulung penting dan dianggap normal. Karena celah-celah tersebut sangat penting untuk perkembangan normal pada gigi geligi permanen, tidak adanya celah-celah ini dapat mengindikasikan bisa terjadinya gigi berjejal ketika gigi permanennya erupsi.

Hubungan oklusal pada M2 sulung Hubungan mesiodistal antara permukaan distal dari M2

sulung maksila dan mandibula disebut terminal plane. Ketikagigi sulung berkontak pada oklusi sentrik.ada tiga macam terminal plane yaitu sebagai berikut:- flush terminal plane- mesial step- distal step

hubungan permukaan distal pada maksila dan mandibula dari M2 sulung merupakan faktor penting yang mempengaruhi oklusi gigi permanen nantinya.

Ukuran lengkung dentalUkuran lengkung dental sulung dapat diukur oleh lebar

lengkung distal diantara M2 sulung. Panjang lengkung distal dapat diukur dari permukaan labial insisif sulung hingga C dan M2 sulung. Sedangkan lebar lengkung dental sedikit meningkat selama periode pertumbuhan gigi sulung, khususnya diantara M sulung.

9

Page 10: KGK 4 (pedodontik)

Bagan Perkembangan Oklusi

b. Perkembangan Oklusi Pada Periode Gigi Geligi BercampurPeriode pertumbuhan gigi bercampur dimulai sekitar umur 6

tahun dengan erupsinya gigi molar pertama permanen dan digantikannya insisif sulung oleh insisif permanen.1. Periode Transisi Pertama

Periode dimana munculnya molar satu permanen dan digantinya insisif sulung dengan insisif permanen. Molar pertama permanen adalah pemandu dalam lengkung dental oleh permukaan distal dari molar kedua sulung. Oklusi molar pertama permanen dapat dikategorikan dalam 3 tipe :a. Hubungan M1 permanen

Vertikal plane typeJika terdapat celah gigi pada lengkung gigi sulung, M1 permanen akan erupsi ke dalam oklusi class 1. Jika tidak, maka M1 permanen akan erupsi ke dalam oklusi cusp to cusp.

Mesial step typeM1 permanen langsung erupsi ke dalam oklusi class 1.

Distal step typeM1 permanen langsung erupsi ke dalam oklusi angel class 2.

b. Pergantian insisif

10

Page 11: KGK 4 (pedodontik)

Celah interdental pada insisif sulung.Celah fisiologis yang terdapat pada gigi sulung adalah faktor penting untuk mengakomodasikan pertumbuhan insisif permanen yang lebih besar pada lengkung dental. Jika tidak terdapat celah pada gigi sulung, maka insisif permanen akan menjadi berjejal. Oleh karena itu, ada atau tidaknya celah pada gigi sulung akan mempengaruhi susunan insisif permanen.

Peningkatan lebar intercanineSelama transisi dari insisif sulung ke insisif permanen, terjadi suatu peningkatan lebar intercanine pada lengkung maksila dan mandibula. Perubahan ini merupakan faktor penting yang mengizinkan insisif permanen yang ukuran lebih besar untuk diakomodasikan pada lengkung yang sebelumnya ditempati oleh insisif sulung.

Perubahan pada inklinasi insisifSuatu perbedaan karakteristik antara gigi sulung dan permanen adalah pada inklinasinya. Gigi permanen terkadang cenderung berinklinasi ke arah labial/bukal. Ini pula yang menjadi faktor yang membantu mengakomodasi insisif permanen yang lebih besar. Sudut inter-insisal antara insisif central rahang atas dan rahang bawah adalah 1500 pada gigi sulung. Sedangkan pada gigi permanen rata-rata sekitar 1230.

Peningkatan panjang lengkung dental pada bagian anteriorPeningkatan panjang lengkung dental pada bagian aterior-posterior juga akan menyediakan celah untuk insisif permanen yang lebih besar unkurannya. Hal ini dibutuhkan untuk erupsi insisif permanen lebih ke arah labial untuk menghasilkan tambahan celah yang dibutuhkan. Insisif permanen mandibula dilokasikan pada sisi lingual insisif sulung segera setelah gigi-gigi tersebut erupsi.

2. Periode inter-Transisi

11

Page 12: KGK 4 (pedodontik)

Pada periode ini lengkung maksila dan mandibula terdiri dari kumpulan-kumpulan gigi sulung dan permanen. Antara molar sulung dan kaninus permanen, selama fase ini relatif stabil dan tidak terjadi perubahan.

3. Periode Transisi keduaDitandai oleh pergantian molar sulung dan kaninus permanen.a. Leeways Spase

Jumlah lebar mesio-distal dan gigi geligi lateral permanen umumnya lebih kecil dari gigi geligi sulung. Perbedaan ini disebut Leeways Space. Leeway Space merupakan faktor penting yang dibutuhkan untuk perubahan ringan dari gigi geligi lateral.

b. Ugly Duckling StageTerkadang perbaikan maloklusi terlihat pada insisif atas antara 8-9 tahun. Ini merupakan situasi khusus yang terlihat selama erupsi kaninus permanen. Seiring perkembangan kaninus permnen yang erupsi ini, kaninus ini menggeser akar ke mesial dari insisif lateral. Ini dikarenakan adanya tolakan ke arah insisif sentral yang juga di geser ke mesial. Inilah yang dikatakan Ugly Duckling Stage.

c. Perkembangan Oklusi Pada Periode Gigi Geligi PermanenGigi permanen terbentuk dalam rahang segera setelah kelahiran,

kecuali cusp molar pertama. Permanen yang terbentuk sebelum kelahiran.1. Insisif permanen berkembang di bagian palatal/lingual dari insisif

sulung dan bergerak ke labial saat erupsi.2. Premolar berkembang di bawah percabanagn akar molar sulung3. Urutan erupsi gigi permanen bisa bervariasi tapi yang paling

sering, pada maksila :6 – 1 – 2 – 4 – 3 – 5 – 7 atau 6 – 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 7 Dan pada mandibula : 6 – 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 7 atau 6 – 1 – 2 – 4 – 3 – 5 – 7 .

II.3. SEFALOMETRI4,8

Analisis sefalometri diperlukan oleh klinisi untuk memperhitungkan hubungan fasial dan dental dari pasien dan membandingkannya dengan morfologi fasial dan dental yang normal. Analisis ini akan membantu klinisi dalam perawatan ortodontik ketika membuat diagnosis dan rencana perawatan, serta melihat perubahan-perubahan selama perawatan dan setelah perawatan ortodontik selesai.

II.3.1. Titik-titik Jaringan Keras:

12

Page 13: KGK 4 (pedodontik)

1. Sella (S) : Titik di tengah dari outline fossa pituitary (sella turcica)2. Nasion (N) : Titik di bagian paling inferior dan paing anterior dari

tulang frontal, berdekatan dengan sutura frontonasalis.3. Orbitale (Or) : Titik pada titik paling inferior dari outline tulang

orbital. Sering pada gambaran radiografi terlihat outline tulang orbital kanan dan kiri. Untuk itu maka titik orbitale dibuat di pertengahan dari titik orbitale kanan dan kiri.

4. Titik Subspinalis (A) : Titik pada bagian paling posterior dari bagian depan tulang maksila. Biasanya dekat dengan apeks akar gigi insisif sentral atas.

5. Titik Supramentalis (B) : Titik pada titik paling posterior dari batas anterior mandibula, biasanya dekat dengan apeks akar gigi insisif sentral bawah.

6. Pogonion (Pg) : Titik pada bagian paling anterior dari dagu.7. Gnathion (Gn) : Titik pada outline dagu di pertengahan antara

titik pogonion dan menton.8. Menton (Me) : Titik bagian paling inferior dari dagu.9. Articulare (Ar) : Titik pada pertemuan batas inferior dari basis

kranii dan permukaan posterior dari kondilus mandibula.10. Gonion (Go) : Titik pada pertengahan dari sudut mandibula.11. Porion (Po) : Titik pada bagian paling superior dari ear rod (pada

batas superior dari meatus auditory external)12. Titik Bolton : Titik paling tinggi pada cekungan fosa di belakang

kondil osipital.13. Basion (Ba) : Titik paling rendah pada tepi anterior foramen

magnum di garis tengah14. Titik Pterigomaksilaris : Titik paling rendah dari outline fisura

pterigomaksilaris.

13

Page 14: KGK 4 (pedodontik)

II.3.2. Titik-titik Jaringan Lunak1. Soft tissue glabella (G'): titik paling anterior dari bidang

midsagital dari dahi.2. Pronasale (Pr) : titik paling depan dari ujung hidung.3. Labrale superius (Ls) : titik tengah di pinggir superior dari bibir

atas.4. Labrale inferius (Li) : titik tengah di pinggir inferior dari bibir

bawah.5. Soft tissue pogonion (Pog') : titik paling anterior dari kontur

jaringan lunak dagu.

II.3.3 Bidang-bidang / Garis-garis Sefalometrik:1. Garis Frankfort horizontal: Garis yang menghubungkan titik

Orbitale dan Porion2. Garis Maksilaris : Garis yang menghubungkan titik spina nasalis

anterior dan spina nasalis posterior.3. Garis mandibularis : Garis yang menghubungkan titik gonion

dengan menton4. Garis Sella-nasion: Garis yang menghubungkan titik pusat sella

tursika dengan nasion5. Garis Facial: Garis yang menghubungkan titik nasion dan

pogonion6. Garis Oklusal : Garis dari titik tengah antara ujung insisivus atas

dan bawah terhadap kontak anterior antara molar pertama atas dan bawah pada keadaan oklusi

7. Sumbu Y : Garis dari sella ke gnasion8. Garis Bolton : Garis yang menghubungkan titik bolton dan nasion

14

Page 15: KGK 4 (pedodontik)

9. Garis De Coster (De Coster,1952) : Outline permukaan dalam basis kranii anterior dari bibi anterior sella tursika ke permukaan endokranial dari tulang frontal

10. Garis A-Pogonion ( Williams, 1969) : Garis yang menghubungkan titik A dan pogonion.

11. Garis Estetis ( Ricketts, 1957) : Garis yang menghubungkan titik paling anterior dati ujung hidung dan dagu.

12. Garis Holdaway ( Holaway, 1983) : Garis yang menghubungkan tepi anterior bibir atas dan dagu

II.3.4. Sudut-sudut Yang Menjelaskan Hubungan Skeletal:1. SN-Pg: hubungan posisi anteroposterior dari dagu terhadap garis

yang melalui basis kranii anterior.2. SNA: hubungan posisi anteroposterior dari basis apikal maksila

terhadap garis yang melalui basis kranii anterior.3. SNB: hubungan posisi anteroposterior dari basis apikal mandibula

terhadap garis yang melalui basis kranii anterior.4. ANB: hubungan posisi anteroposterior dari maksila terhadap posisi

anteroposterior dari mandibula. Maloklusi kelas II yang parah sering dihubungkan dengan nilai ANB yang besar.

5. Sudut facial (N-Pog-FH): hubungan posisi anteroposterior dagu terhadap bidang Frankfort horizontal.

6. FMPA : kemiringan sudut bidang mandibula terhadap bidang Frankfort horizontal

7. FMIA : kemiringan sudut sumbu gigi insisivus bawah terhadap bidang Frankfort horizontal

8. IMPA : kemiringan sudut sumbu gigi insisivus terhadap mandibula.

15

Page 16: KGK 4 (pedodontik)

II.3.5. Analisis Sefalometir5

a. Analisis bentuk muka menurut Sukadan (1976) :

Indeks muka = Tinggi muka( A)(Jarak N –Gn) x100Lebar muka ( B )( jarak bizigomatik)

Klasifikasi indeks muka : Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0 – 84,9 Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0 – 89,9 Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0 – 94,9

Jika indeks : < 80,0 : Hipo Euriprosop> 94,9 : Hiper Leptoprosop

b. Pengukuran profil wajahProfil wajah dapat diperiksa dengan melihat pasien dari samping.

Profil wajah membantu diagnosis deviasi-deviasi yang buruk pada maxila-mandibular. Profil tersebut diperkirakan dengan menghibungkan dua garis referensi sebagai berikut: sebuah garis yang menggabungkan dahi titik A (titik terdalam pada

kurv adari bibir atas) sebuah garis yang menghubungka titik A dan pogonion di jaringan

lunak (titik paling anterior didagu)

16

Page 17: KGK 4 (pedodontik)

Dari hubungan antara 2 garis ini, maka terdapat 3 macam profil wajah yaitu: profil lurus yaitu apabila dua garis tersebut membentuk garis lurus profil convex/ cembung yaitu apabila dua garis tersebut membentuk

sebuah sudut tajam dengan konkafitas menghadap jaringan.Tipe profil ini merupakan hasil dari prognatic maksila atau retrognatic mandibula seperti pada class 2, divisi 1 maloklusi.

profil konkeve / cekung yaitu apabila dua garis terebut membentuk sudut tumpul dengan konveksitas terhadap jaringanTipe ini diikuti oleh prognati mandibula atau retrognatic maksila seperti class 3 maloklusi.

Bentuk-bentuk wajah dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu: meseprosopic/ mesofacial yaitu bentuk wajah rata-rata dan normal euryprosopic/ brahifacial yaitu bentuk wajah yang lebar dan pendek leptoprosopic/ dolikofacial yaitu bentuk wajah yang panjang dan sempit

17

Page 18: KGK 4 (pedodontik)

Fasial DivergenceFasial divergence merupakan keadaan anterior / posterior inklinasi face

relatif terendah ke dahi : Anterior divergen : Suatu garis tergambar anatara dahi dan dagu yang

inklinasinya ke arah anterior dagu. Posterior divergen : Suatu garis yang menggambarakan antara dahi dan

dagu, kemiringan ke arah posterior dagu. Lurus atau ortognati : Garis antara dahi dan dagu lurus atau tegak dari

dasar.

18

Page 19: KGK 4 (pedodontik)

BAB IIKESIMPULAN

Pada kasus satria didapatkan adanya diastema insisvus sentral rahang atas kiri dan kanan yang disebabkan adanya anomali supernumerary teeth yaitu mesioden, hal ini terlihat dari hasil foto radiograf yang menunjukkan adanya gambaran radiopaque di antara gigi insisif sentral tersebut.Keadaan insisif sentral ini mempengaruhi keadaan insisivus lateral atas, menyebabkan gigi tersebut berdesakan. Dari hasil pemeriksaan disimpilkan bahwa Satria memiliki hubungan oklusi class 1 tipe 1.

Sedangkan pada kasus yudha, terjadinya maloklusi class I Angle tipe 3. Class I ditentukan dari adanya neutro oklusi dan tipe 3 dari crossbite anterior.

19