bab ii kgk 5
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
2.1.1 Definisi GTSL
Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu
atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat dibuka
dan dipasang sendiri oleh pasien. Ada beberapa jenis GTSL, berdasarkan bahan yang
digunakan GTSL dibagi dalam dua kelompok pada awalnya yaitu GTSL resin akrilik,
yaitu gigi tiruan yang basisnya dibuat dari bahan resin akrilik, dan GTSL kerangka
logam, yaitu gigi tiruan yang kerangkanya dibuat dari logam. Kedua jenis gigi tiruan
di atas merupakan gigi tiruan standar untuk menggantikan gigi yang hilang yang
mana perbedaannya terletak pada bahan basis yang digunakan untuk mendukung gigi
tiruan dan retensi di dalam mulut(Gunadi et al., 1995).
Pemakaian gigi tiruan mempunyai tujuan bukan hanya memperbaiki fungsi
pengunyahan, fonetik, dan estetik saja, tetapi juga harus dapat mempertahankan
kesehatan jaringan tersisa. Untuk tujuan terahir ini selain erat kaitannya dengan
pemeliharaan kebersihan mulut, juga bagaimana mengatur agar gaya-gaya yang
terjadi masih bersifat fungsional atau mengurangi besarnya gaya yang kemungkinan
akan merusak gigi tiruan(Gunadi et al., 1995).
2.1.2 Indikasi dan Kontraindikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
Indikasi GTSL
1. Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat
1) Usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar, panjang mahkota klinis
masih kurang. Pasien usia lanjut dengan kesehatan umum yang buruk,
karena perawatannya memerlukan waktu yang lama.
3
4
2) Panjang daerah edentulous tidak memenuhi syarat Hukum Ante
3) Kehilangan tulang yang banyak pada daerah edentulous.
4) Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous (free and saddle)
2. Bila dukungan gigi asli kurang sehat
3. Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan
4. Bila membutuhkan estetik yang baik
5. Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut
6. Keinginan pasien
Kontraindikasi GTSL
1. Penderita yang tidak kooperatif.
2. Umur lanjut. Mempertimbangkan sifat dan kondisi pasien sebaiknya
dibuatkan GT temporer
3. Penyakit sistemik (epilepsi, DM tak terkontrol)
4. OH jelek
2.1.3 Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
1. Basis/Sadel
Berdasarkan The Glossary of Prosthodontic Terms (GPT) edisi 8
(2005), basis gigi tiruan adalah bagian dari suatu gigi tiruan yang bersandar
pada jaringan pendukung dan tempat anasir gigi tiruan. Daya tahan,
penampilan dan sifat-sifat dari suatu basis gigi tiruan sangat dipengaruhi oleh
bahan basis tersebut. (Suryatenggara,1991).
Persyaratan Berdasarkan International Organization for
Standardization (ISO), syarat-syarat bahan basis gigitiruan yang ideal adalah:
a. Biokompatibel : tidak toksik dan non-iritan
b. Karakteristik permukaan : permukaan halus, keras dan kilat
5
c. Warna : translusen dan warna merata, bila perlu, mengandung serat secara
merata
d. Stabilitas warna : tidak boleh menunjukkan lebih dari sedikit perubahan
dalam warna, yang hanya dapat dilihat bila diperhatikan
e. Translusensi: dapat dilihat dari sisi lawan lempeng uji spesimen
f. Bebas dari porositas : tidak boleh menunjukkan rongga kosong
g. Tidak ada monomer sisa
h. Tidak menyerap cairan
i. Tidak dapat larut
Jenis basis geligi tiruan terdiri dari beberapa macam yaitu (Haantjes, 2012) :
a. Basis dukungan gigi (Tooth Bourne) merupakan basis dukungan gigi,
yang semata-mata merupakan span yang dibatasi gigi asli pada kedua
sisinya.
b. Basis dukungan jaringan (Moucose Bourne) merupakan dukungan
jaringan ini penting, agar tekanan kunyah dapat disalurkan ke permukaan
yang lebih luas, sehingga tekanan persatuan luas menjadi lebih kecil
Fungsi basis meliputi (Haantjes, 2012) :
a. Untuk meneruskan tekanan kunyah ke mukosa dan tulang alveolar di
bawahnya
b. Untuk memberi retensi dari protesa, karena adanya gaya adhesif antara
basis dengan mukosa yang dibatasi dengan media air ludah
c. Tempat melekatnya cengkeram
6
d. Menggantikan jaringan yang hilang serta memberikan dukungan kepada
bibir dan pipi (estetik).
2. Cengkram / Klamer
Cengekram adalah bagian dari gigi tiruan lepas yang berbentuk bulat/gepeng.
Terbuat dari kawat stainless steel/ logam tuang, yang melingkari/memegang gigi
penjangakaran (Suryatenggara et al., 1991).
a. Fungsi cengkeram menurut Gunadi et al.(1995) antara lain:
-Untuk retensi
-Untuk stabilisasi
-Untuk meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran
b. Syarat umum gigi penjangkaran
-Gigi vital atau non vital yang telah dilakukan PSA dengan sempurna
-Bentuk anatomis dan besarnya normal
-Tidak ada kerusakan/kelainan.
Misalnya: tambalan yang besar, karies, hypoplasia,konus-posisi dalam
lengkung gigi normal
-Keadaan akar gigi:
• Bentuk ukurannya normal
• Tertanam dalam tulang alveolar dengan perbandingan mahkota akar 2:3
• Jaringan periodontal sehat
• Tidak ada kelainan periapikal
c. Syarat-syarat cengkeram kawat yang melingkari gigi:
-Harus kontak garis
-Tidak boleh menekan/harus pasif
-Ujung jari tidak boleh menyinggung gigi tetangga dan tidak boleh
tajam/harus dibulatkan
-Tidak ada lekukan bekas tang (luka) pada lengan cengkeram
7
-Bagian cengkeram yang melalui oklusal gigi tidak boleh mengganggu
oklusi/artikulasi
-Jarak bagian jari ke servikal gigi: cengkeram paradental: 1/2-1 mm
cengekeram gingival:1 ½-2 mm
-Bagian retensi dalam akrilik harus dibengkokkan
d. Macam-macam desain cengkeram
Desain cengkeram menurut fungsinya dibagi dalam dua bagian:
A. Cengkeram Paradental
yaitu cengkeram yang fungsinya selain dari retensi dan stabilisasi protesa,
juga sebagai alat untuk meneruskan beban kunyah yang diterima gigi tiruan ke
gigi penjangkarannya. Jadi,cengkeram paradental harus mempunyai bagian
yang melalui bagian oklusal gigi penjangkaran atau melalui titik kontak antara
gigi penjangkaran dengan gigi tetangganya.
Macam-macam cengkeram paradental
1. Cengkeram 3 jari terdiri dari:
-Lengan bukal dan lingual
-Body
-Bahu
-Oklusal rest
-Bagian retensi dalam akrilik
Indikasi: gigi molar dan premolar
2. Cengkeram Jackson
Disain cengkeram ini mulai dari palatal/lingual, terus ke oklusal di atas titik
kontak,turun ke bukal melalui di bawah lingkaran terbesar, naik lagi ke
oklusal di atas titik kontak, turun ke lingual masuk retensi akrilik.
Indikasi: Gigi molar,premolar yang mempunyai kontak yang baik di bagian
mesial dan distalnya. Bila gigi penjangkaran terlalu cembung, seringkali
cengkeram ini sulit masuk pada waktu pemasangan protesa.
8
3. Cengkeram ½ Jackson Paradental
Disainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas titik kontak, turun ke
lingual danterus ke retensi akrilik
Indikasi: gigi molar dan premolar gigi terlalu cembung sehingga cengkeram
jackson sulit melaluinya ada titik kontak yang baik di antar 2 gigi
4. Cengkeram S
Disain cengkeram ini mulai dari bukal terus ke oklusal/insisal di atas titik
kontak,turun ke lingual melalu atas cingulum, kemudian turun ke bawah
masuk ke dalam akrilik.
Indikasi: Untuk kaninus rahang atas perlu diperhatikan agar letak cengkeram
tidak mengganggu oklusi.
5.Cengkeram Kippmeider
Tidak mempunyai lengan, yang ada hanya rest di atas cingulum.
Indikasi: Hanya untuk kaninus. Bentuk cingulum harus baik.
Fungsi: Hanya untuk meneruskan beban kunyah dan stabilisasi.
6. Cengkeram rush angker
Disainnya mulai dari oklusal di aproksimal(daerah mesial/distal)terus ke
arah lingual ke bawah, masuk dalam akrilik.
Indikasi: molar, premolar yang mempunyai titik kontak yang baik.
Fungsi: Hanya untuk meneruskan beban kunyah protesa ke gigi
penjangkaran dan sebagai retensi pada pembuatan splin.
7. Cengkeram roach
Disainnya mulai dari oklusal di daerah titik kontak aproksimal, turun ke
bukal dan lingual terus ke aproksimal di daerah diastema, masuk dalam
akrilik.
Indiksai: Gigi molar dan premolar yang mempunyai konta yang baik.
B. Cengkeram Gingival
yaitu cengkeram yang fungsinya hanya untuk retensi dan stabilisasi
protesa. Jadi,karena tidak berfungsi untuk meneruskan beban kunyah yang
9
diterima protesa ke gigi penjangkaran, maka cengkeram ini tidak mempunyai
bagian yang melalui bagianoklusal gigi penjangkaran, bisa diatas permukaan
oklusal
Macam-macam Cengkeram Gingival
1. Cengkeram 2 jari
Disainnya sama dengan cengkeram 3 jari, hanya tidak mempunyai rest
Indikasi: Gigi molar dan premolar
2. Cengkeram 2 jari panjang
Disainnya seperti cengkeram 2 jari, hanya disini melingkari 2 gigi berdekatan
Iindikasi: Gigi molar,premolar, dimana gigi yang dekat diastema kurang kuat
(goyang10)
3. Cengkeram ½ jacson
Hampir sama dengan cengkeram ½ jacson paradental bedanya cengkeram ini
melalui bagian proksimal dekat diastema dan di bagian lingual lurus ke
bawah, tetap di tepi lingual
indikasi: Gigi molar,premolar dan kaninus.
4.Cengkeram vestibular finger
Cengkeram ini berjalan mulai dari sayap bukal protesa ke arah undercut di
vestibulum bagian labial, ujungnya ditutupi akrilik.
Indikasi: Gigi sisa hanya gigi anterior yangtidak dapat dilingkari cengkeram,
dan bagian vestibulum labial harus mempunyai undercut yang cukup
Fungsi: Untuk tambahan retensi, tetapi kurang efektif.
3. Sandaran / Rest
Merupakan bagian GTSL yang bersandar pada permukaan gigi penyangga dan
dibuat dengan tujuan memberikan dukungan vertikal pada prothesa. Sandaran dapat
ditempatkan pada permukaan oklusal gigi posterior (sandaran oklusal) atau pada
permukaan lingual gigi anterior (sandaran incisal). Preparasi tempat sandaran ini
disebut rest seat.
10
Fungsi sandaran atau rest sebagai berikut:
a. Menyalurkan tekanan oklusal dari gigi tiruan ke gigi pegangan
b. Menahan lengan cengkeram tetap pada tempatnya
c. Mencegahnya lengan cengkeram mekar/terbuka akibat tekanan oklusal.
d. Mencegah ekstrusi gigi pegangan
e. Mencegah terselipnya sisa makanan
f. Menyalurkan sebagian gaya lateral ke gigi pegangan
g. Memperbaiki oklusi
h. Sebagai retensi tidak langsung
i. Dapat sebagai splint dan mencegah kerusakan jaringan periodontal
4. Retainer
Direct Retainer
Merupakan bagian dari cangkolan GTS yang berguna untuk menahan
terlepasnya gigi tiruan secara langsung. Direct retainer ini dapat berupa
klamer/cengkeram dan presisi yang berkontak langsung dengan permukaan
gigi pegangan. Ciri khas cangkolan tuang oklusal adalah lengan-lengannya
berasal dari permukaan oklusal gigi dan merupakan cangkolan yang paling
sesuai untuk kasus-kasus gigi tiruan dukungan gigi karena konstruksinya
sederhana dan efektif.
Fungsi direct retainer adalah untuk mencegah terlepasnya gigi tiruan ke arah
oklusal. Prinsip desain cangkolan yaitu pemelukan, pengimbangan, retensi,
Stabilisasi dan dukungan.
Indirect Retainer
Inderect Retainer adalah bagian dari GTS yang berguna untuk menahan
terlepasnya gigi tiruan secara tidak langsung. Retensi tak langsung diperoleh
11
dengan cara memberikan retensi pada sisi berlawanan dari garis fulkrum
tempat gaya tadi bekerja. Retensi itu dapat berupa lingual bar atau lingual
plate bar.
5. Elemen gigi tiruan
Elemen gigi merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang
berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang. Dalam seleksi elemen ada
metode untuk pemilihan gigi anterior dan posterior serta faktor-faktor yang
harus diperhatikan yaitu ukuran, bentuk, tekstur permukaan, warna dan bahan
elemen. Elemen gigi tiruan ini dapat terbuat dari resin, porselen, maupun dari
logam. Elemen gigi tiruan resin akrilik yang memiliki sifat, mudah aus,
terutama pada penderita yang mempunyai kekuatan kunyah yang kuat,
perlekatannya dengan basis merupakan persenyawaaan kimia, karena
bahannya sama, dapat berubah warna, mudah tergores, mudah
dibentuk/diperkecil sesuai dengan ruangan, lebih ringan dibanding gigi tiruan
yang dari porselen dan logam, dapat diasah dan dipoles, karena sifat mudah
aus, baik sekali dipakai untuk prosesus alvolaris yang datar
(Suryatenggara,1991).
2.1.4 Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
Klasifikasi Kennedy
1. Klas I kennedy
Daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih
ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral)
12
2. Klas II kennedy
Daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih
ada tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral)
3. Klas III kennedy
Daerah yang tak bergigi terletk di antara gigi -gigi yang masih ada di
bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral
4. Klas IV kennedy
13
Daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dan gigi yang masih
ada dan melewati garis median tengah
Klasifikasi Applegate Kennedy
Klasifikasi Applegate Kennedy ada 6 kelas, sebagai berikut :
1. Kelas I: Daerah tak bergigi sama dengan Kelas I Kennedy, Keadaan ini
sering dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun
kehilangan gigi.
2. Kelas II: Daerah tak bagigi sama seperti Kelas ll Kennedy. Kelas ini
sering tidak diperlihatkan pasien.
14
3. Kelas III : Keadaan tak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangganya
tidak lagi mampu memberi dukungan kepada protesa secara keseluruhan.
.
4. Kelas IV : Daerah tak bergigi sama dengan Kelas IV Kennedy. Pada
umumnya untuk kelas ini dibuat geligi tiruan sebagian
5. Kelas V: Daerah tak bergigi paradental dimana gigi asli anterior tidak
dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya
kunyah.
15
6. Kelas VI: Daerah tak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga asli
dapat dipakai sebagai gigi penahan. Kasus seperti ini seringkai merupakan
daerah tak bergigi yang terjadi untuk pertama kalinya dalam mulut.
2.1.5 Prosedur Pembuatan GTSL
Untuk melakukan tahapan dalam membuat GTSL sebagai berikut (Basker,
1996).
1. Persiapan model kerja
a. Garis median
b. Tiga cekungan
2. Pemasangan model pada articulator
Merupakan proses menempatkan model kerja RA dan RB yang sudah di fixir
ke articulator yang bertujuan untuk mendapatkan kesesuaian oklusipada
model kerjaselama pembuatan gigi tiruan
3. Pembuatan klamer
- Cengkram kawat dibentuk dengan tang
- Kontak cengkram dan permukaan gigi penyangga dibuat kontinu
- Lengan cengkram tidak boleh melewati garis survey atau diatas tepi gingival
16
- Sandaran yang dibuat tidak boleh menganggu oklusi maupun artikulasi
- Ujung lengan dibulatkan tidak boleh menyentuh gigi tetangga
4. Pembuatan model malam
a) Lempeng gigit
Tujuan : untuk tempat kedudukan galengan gigit.
b) Galengan gigit
Bentukan malam menyerupai tapal kuda untuk sarana pengukuran tinggi
gigit dan tempat penyusunan gigi tiruan. Tujuannya untuk pedoman
pengukuran tinggi gigit dan penyusunan gigi
5. Pemilihan dan Penyusunan gigi
Suatu proses pemilihan dan penyusunan anasir gigi untuk ditempatkan di atas
galengan gigit sehingga menyerupai susunan normal gigi manusia.Caranya :
- Pemilihan anasir gigi ini disesuaikan berdasarkan bentuk,ukuran, warna,
bahan dan posisi.
- Untuk prosedur pemilihan disesuaikan dengan kondisi pasien.
6. Dicobakan ke pasien
7. Kontur gingival
Membentuk kontur gusi secara tidak langsung
- Fiksir pinggiran landasan geligi tiruan dengan malam pada model kerja
sambil disesuaikan.
- Lunakkan lempeng lilin diatas lampu spiritussampai lunak dan bisa
dibentuk.
8. Penanaman dalam kuvet (flasking)
Tahap ini dilakukan setelah contouring dan model sudah dilepas dari articulator,
jarak antara model dan dinding kuvet diberi adonan gips, dan jarak antara
permukaan oklusal gigi terhadap atap bagian atas kuvet lawan sebesar 1 cm.
Tahap-tahap flasking :
- Dasar model diulasi separasi
- Model ditanam dalam kuvet awah setinggi basis dengan gips lunak
- Permukaan gips lunak dihaluskan dan dihindari adanya undercut
17
- Untuk Posisi model dalam kuvet anterior lebih tinggi dari posterior
- Untuk rahang bawah sejajar dengan lantai
- Setelah gips keras ulasi dengan bahan separasi kecuali permukaan malam dan
gigi
- Kemudian seluruh permukaan di tutup dengan gips dengan hati-hati dan
merata
- Permukaan oklusal gigi dibersihkan
- Setelah gips keras kuvet bagian atas dipasang lalu diisi gips lunak sampai
penuh
- Tutup kuvet kemudian press
9. Boiling Out (buang malam)
Langkah-langkahnya:
- Siapkan air panas pada panci (kuvet dapat terendam semua).
- Kuvet dengan press dimasukkan air mendidih ± 10 menit, kemudian kuvet
segera dibuka.
- Malam model yang lunak dibuang, kemudian sisanya disiram dengan air
mendidih sampai benar-benar bersih.
10. Packing Akrilik
- Bagian gips yang akan mengenai akrilik diulas dengan bahan separasi
(cms).
- Akrilik diaduk dalam gelas porcelain yang tidak tembus cahaya, kemudian
bubuk akrilik dituang perlahan sampai seluruh cairan terserap, diaduk
hingga homogen dan dibiarkan sampai mencapai dough stage (tidak
lengket pada instrumen).
- Adonan akrilik diambil dengan spatula dan ditekankan diatas cellopahan.
- Diberi selapis plastic dan kuvet lawan dipasang kemudian press percobaan
perlahan-lahan. Buka kembali kuvet dan dipotong kelebihan akrilik.
- Lakukan press percobaan 2-3 kali.
- Lakukan press terakhir tanpa plastic dan kuvet dipindahkan ke press begel.
11. Processing Akrilik
18
Kuvet dibiarkan setengah jam dan dimasukkan air hangat sampai
mendidih selama setengah jam. Kemudian biarkan sampai air dingin
kembali.
12. Deflasking (pengeluaran model dari kuvet)
- Secara perlahan lepaskan kuvet dengan hati-hati.
- Perhatikan model gips keras, jangan sampai rusak, seluruh permukaan
akrilik dan gigi harus bersih dari sisa gips.
- Gtsl yang sudah jadi harus tetap melekat pada model dan tidak boleh
cacat.
13. Chek Oklusi
Mengkoreksi hubungan oklusi yang tidak harmonis dari gtsl yang yang
baru selesei diproses
14. Finishing dan Polishing
Penyelesaian geligi tiruan terdiri dari penyempurnaan bentuk akhir
geligi tiruan dengan membuang sisa-sisa resin akrilik pada batas geligi tiruan,
sisa-sisa resin akrilik yang bukan bagian gtsl termasuk sisa gips dan tin foil
yang melekat.
- Bersihkan sisa resin akrilik yang menonjol pada leher gigi menggunakan
freezer
- Merekontour landasan gtsl dengan carbide bur kecil dengan handpice
lurus.
- Penyelesaian akhir sebelum pemolesan pada bagian frenulum dan
landasan gtsl.
- Permukaan fasial dipoles dengan brush wheel (hitam) dan pumice basah.
- Geligi tiruan dipoles dengan brush wheel (putih) dan kryt.
2.1.6 Desain GTSL
Secara Umum tahap Desain pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan :
Tahap I : Menentukan kelas dari masing masing daerah tak bergigi
(sadel)
19
Tahap II : Menentukan macam dukungan dari setiap sadel
Tahap III : Menentukan macam penahan
Tahap IV : Menentukan macam konektor
Desain GTSL berbahan akrilik
Tahap I :Menentukan kelas dari daerah tidak bergigi
Tahap II:Menentukan macam dukungan
Tahap III:Menentukan macam penahan :
-Penahan langsung :
1.Cengakeram C
2.Cengkeram C dengan modifikasi sandaran oklusal
3.Cengkeram E
Penahan tidak langsung : plat anterior setinggi cingulum
Tahap IV : Menentukan macam mayor konektorà Berupa plat lingual /plat palatal
20
Desain gigi tiruan kerangka logam
2.1.7 Pemeriksaan Perawatan Prosthodontik
1. Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan subjektif berkaitan dengan:
a) Identitas pasien /data demografis misalnya: nama, tempat tanggal lahir, alamat
tinggal, golongan darah dan lain-lain.
b) Keluhan utama
Berkaitan dengan apa yang dikeluhkan oleh pasien, dan alasan pasien datang
ke dokter gigi.
c) Present illness
Diperlukan pula mengembangkan akar masalah yang ada dalam keluhan
utama. Yaitu dengan mengidentifikasi keluhan utama. Yaitu kapan rasa sakit,
rasa tidak nyaman itu pertama kali muncul, adakah faktor pemicu dan lain-
lain.
d) Riwayat medik
Riwayat medik perlu ditanyakan karena akan berkaitan dengan diagnosis,
treatment, dan prognosis. Beberapa yang penting dimasukkan adalah: gejala
21
umum, perawatan medis yang pernah dilakukan, alergi makanan dan obat,
penyakit yang pernah diderita sebelumnya dan lain-lain.
2. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan ekstra oral meliputi :
a) Ekstra Oral
Melihat penampakan secara umum dari pasien, pembengkakan di muka dan
leher, pola skeletal, kompetensi bibir, temporomandibular joint, serta
melakukan palpasi limfonodi, TMJ dan otot-otot mastikasi.
b) Intra Oral
Inspeksi
Memeriksa obyek baik warna, ukuran bentuk, hubungan anatomis, keutuhan,
ciri-ciri permukaan jaringan, permukaan, karies, abrasi, dan resesi.
Palpasi
Palpasi biasanya dilakukan dengan cara meraba dengan tekanan jari tangan
yang ringan pada jaringan sekitar.
Perkusi
Dilakukan dengan cara mengetukkan jari atau instrumen arah jaringan. Untuk
mengetahui adanya peradangan pada jaringan periodontal (Bakar, 2012).
Test Kegoyangan
Derajat kegoyangan dibagi 4 (Bence, 1990) :
1: Goyangan tidak dari 1 mm, dengan jari tangan terasa goyang tetapi dengan
mata tidak terlihat
2 : Goyangan sekitar 1 mm, terasa goyang dan terlihat mati
3 : Goyangan lebih dari 1mm, dapat digoyangkan ke arah horizontal
4 : Dapat digoyang arah horizontal dan vertikal
Test kegoyanngan dapat diperkuat dengan rontgen untuk melihat adanya
resorbsi tulang alveolar. Test kegoyangan mempunyai fungsi untuk mengetahui
22
derajat kerusakan jaringan periodontal dengan cara gigi dipegang dengan telunjuk
dan ibu jari kemudian digerakkan atau dengan pinset.
2.1.8 Perawatan Pendahuluan Prosthodonti
Menurut Phoenix and Cagna (2003), ada beberapa perawatan pendahuluan yang
harus dilakukan sebelum membuat gigi tiruan, diantaranya :
1. Tindakan yang berhubungan dengan perawatan bedah
a) Pencabutan
Gigi yang kuat yang akan dijadikan penyangga dapat dipertahankan dan
sebaliknya gigi yang dapat menimbulkan kesulitan dalam pembuatan GT
sebaiknya dicabut.
b) Penyingkiran sisa akar yang tertinggal dan gigi impaksi
Pengambilan sisa akar dapat dilakukan dari permukaan labial/bukal/palatal
tanpa mengurangi alveolar ridge. Pengambilan gigi impaksi sedini mungkin
agar mencegah infeksi akut dan kronis.
c) Kista dan tumor odontogenik
d) Penonjolan tulang
Yang menghalangi pemasangan gigi tiruan harus disingkirkan. Contoh: torus
palatinus yang meluas sampai pertemuan palatum molle, torus palatinus yang
besar dan yang menyebabkan penumpukan debris.
e) Bedah periodontal
2. Tindakan yang berhubungan dengan jaringan periodontal
Untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada sehingga dapat
memberikan dukungan dan fungsi yang baik untuk gigi tiruan, antara lain:
Menghilangkan kalkulus dan menghilangkan pocket periodontal
Splinting
Memperbaiki tambalan yang tidak baik
Menghilangkan gangguan oklusal
23
3. Tindakan konservasi
Perbaikan yang akurat pada gigi yang ada, misalnya inlay dan kedudukan rest.
4. Tindakan orthodonti
Misalnya pada kasus diastema sentralis, sebaiknya dilakukan perawatan
orthodonti.
2.1.9 Perawatan Pasca Insersi
1. Mengajarkan cara menyikat gigi dengan benar.
Cara melakukan penyikatan gigi yang mudah adalah metode Fons. Penyikatan gigi
dilakukan dengan gerakan memutar pada gigi anterior maupun posterior.
2. Pemberian pasta gigi yang tepat.
3. Pengetahuan tentang restorasi (GTS )
4. Pemberian obat kumur
5. Pemberian kemoterapeutik untuk pengendalian plak. Sediaan kemoterapeutik yang
sering digunakan adalah obat-obat antiseptik, antibiotik, enzim, plaque modifying
agents, bahan pengganti gula, dan obat yang dapat mencegah menempelnya plak
pada gigi. Pemakaian sediaan kemoterapeutik per oral dalam jumlah sedikit tidak
menimbulkan efek toksisitas sistemik.
6. Pengetahuan akan pentingnya menjaga kesehatan oral serta sistemik.
7. Pemakaian flossing pada gigi-gigi dengan kontak yang sangat rapat.
8. Pemberian sediaan fluor melalui aplikasi fluor dan obat kumur
9. Memperkenalkan pemberian kemoterapeutik. Sediaan yang dapat diberikan adalah
chlorhexidine.