keynote speech deputi gubernur bank indonesia … fileantar daerah dalam pengendalian inflasi...

24
1 KEYNOTE SPEECH DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA FORUM KOMUNIKASI PIMPINAN DAERAH DAN HIGH LEVEL MEETING TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH (TPID) PRIANGAN TIMUR Tasikmalaya, 7 Desember 2015 Yang Terhormat, Walikota Tasikmalaya, Bp. Drs. H. Budi Budiman; Bupati Tasikmalaya, Bp. H. Uu Ruhanul Ulum, SE; Walikota Banjar, Ibu Hj. Ade Uu Sukaesih, S.Ip, M.Si.; Bupati Ciamis, Bp. H. Iing Syam Arifin; Penjabat Bupati Pangandaran, Bp. Drs. H. Daud Achmad; Ibu Prof. Dr. Rina Indiastuti dari Universitas Padjadjaran; Pimpinan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kepala Departemen Regional II (wilayah Jawa), Bp. Dwi Pranoto; Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Ibu Rosmaya Hadi; Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya; Bp. Wahyu Purnama; Kepala Perwakilan Bank Indonesia Cirebon; Bp. M. Abdul Majid Ikram; Serta para hadirin dan undangan yang berbahagia.

Upload: lamkhanh

Post on 04-Apr-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

KEYNOTE SPEECH

DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA

FORUM KOMUNIKASI PIMPINAN DAERAH DAN

HIGH LEVEL MEETING TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH

(TPID) PRIANGAN TIMUR

Tasikmalaya, 7 Desember 2015

Yang Terhormat,

Walikota Tasikmalaya, Bp. Drs. H. Budi Budiman;

Bupati Tasikmalaya, Bp. H. Uu Ruhanul Ulum, SE;

Walikota Banjar, Ibu Hj. Ade Uu Sukaesih, S.Ip,

M.Si.;

Bupati Ciamis, Bp. H. Iing Syam Arifin;

Penjabat Bupati Pangandaran, Bp. Drs. H. Daud

Achmad;

Ibu Prof. Dr. Rina Indiastuti dari Universitas

Padjadjaran;

Pimpinan Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Kepala Departemen Regional II (wilayah Jawa), Bp.

Dwi Pranoto;

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa

Barat, Ibu Rosmaya Hadi;

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya;

Bp. Wahyu Purnama;

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Cirebon; Bp. M.

Abdul Majid Ikram;

Serta para hadirin dan undangan yang berbahagia.

2

Assalamualaikum Wr. Wb.

Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk kita

semua,

1. Pertama-tama, perkenankan saya mengajak

para hadirin untuk memanjatkan puji syukur atas

ke hadirat Allah SWT, karena hanya atas rahmat

dan perkenan-Nya kita semua dapat hadir di

tempat ini untuk mengikuti acara Forum Pimpinan

Daerah dan High Level Meeting Tim

Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Priangan

Timur dengan tajuk “Penguatan Kerjasama Antar

Daerah Guna Mendorong Pembangunan

Perekonomian Priangan Timur”.

2. Dalam kesempatan ini saya menyambut baik dan

mengucapkan apresiasi yang setinggi-tinggi atas

terselenggaranya kegiatan ini yang merupakan

bagian dari pertemuan rutin diadakan 2 (dua) kali

setahun dalam wadah Forum Komunikasi dan

Koordinasi Pimpinan Daerah (FKKPD). Dapat

3

terselenggaranya forum ini serta kehadiran

Bapak-Ibu sekalian menunjukkan komitmen yang

kuat untuk secara bersama-sama meningkatkan

komunikasi, koordinasi dan kerjasama dalam

membangun perekonomian Priangan Timur.

Bentuk sinergi ini menjadi penting dan sangat

relevan dalam menghadapi berbagai tantangan

yang dihadapi perekonomian nasional maupun

daerah baik saat ini maupun ke depan.

Bapak-Ibu yang kami hormati, < Tantangan

Ekonomi Global >

3. Di penghujung tahun 2015 ini, merupakan

momentum yang tepat untuk merefleksikan

kembali sejumlah tantangan yang dihadapi

ekonomi Indonesia setahun terakhir dan

sejumlah risiko yang perlu disikapi dengan baik

bagi pengambilan kebijakan ekonomi di tahun

mendatang. Dalam kesempatan ini perkenankan

saya untuk menyampaikan pandangan terkait

tema pertemuan hari ini: “Pentingnya Kerjasama

4

Antar Daerah dalam Pengendalian Inflasi

Daerah, Mendorong Pembangunan Ekonomi

yang Berkelanjutan dan Berkualitas

Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA).”

4. Sebagai perekonomian terbuka, perkembangan

ekonomi Indonesia tahun 2015 menghadapi

sekurang-kurangnya 3 tantangan. Pertama,

pemulihan ekonomi global belum

berlangsung secara merata. Di satu sisi di

negara-negara maju (advanced countries),

perekonomian Amerika Serikat terus

menunjukkan perbaikan, ditopang oleh

membaiknya sektor tenaga kerja dan

menguatnya permintaan konsumsi. Pertumbuhan

ekonomi AS diperkirakan membaik dengan

terjaganya inflasi di level rendah. Sementara,

ekonomi Eropa, meskipun berangsur membaik,

namun belum recover atau pulih. Sedangkan

kinerja ekonomi Jepang masih lemah dengan

5

perbaikan tingkat pengangguran yang belum

stabil, dan perkembangan gaji tenaga kerja yang

menurun. Sementara, di sisi emerging markets,

perekonomian Tiongkok yang sebelumnya

mampu tumbuh dua digit dalam satu dekade

terakhir kini melambat signifikan hingga di bawah

7%. Rebalancing ekonomi Tiongkok dari

investment-driven menjadi consumption-driven

terus berlangsung. Belum meratanya perbaikan

ekonomi negara maju dan lemahnya ekonomi

Tiongkok menyebabkan permintaan dunia

mengalami penurunan.

5. Kedua, terjadinya divergensi kebijakan

moneter di dunia yang berdampak pada

semakin tingginya tekanan dan volatilitas nilai

tukar. Pemulihan ekonomi global yang belum

merata, memicu terjadinya divergensi respon

kebijakan moneter di negara-negara utama

duinia. Bank sentral Eropa (ECB), dan bank

sentral Jepang (BOJ) berencana masih akan

6

melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter

melalui perpanjangan Quantitative Easing

mempertimbangkan masih terjadinya deflasi.

Bank sentral Tiongkok (PBoC) juga melakukan

kebijakan easing, devaluasi mata uang Yuan dan

program reformasi Pemerintah Tiongkok untuk

mendorong pertumbuhan ekspornya. Sementara

optimisme perbaikan ekonomi AS meningkatkan

ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral AS,

Fed Fund Rate, yang berdampak pada

penguatan nilai tukar USD terhadap seluruh mata

uang kawasan yang diikuti oleh peningkatan

volatilitasnya. Rencana normalisasi kebijakan

suku bunga ini mendominasi dinamika di pasar

keuangan global dan berpotensi menyebabkan

terjadinya pembalikan aliran modal dari emerging

markets ke negara-negara maju, termasuk

Indonesia.

6. Ketiga, penurunan harga komoditas dunia.

Menurunnya permintaan dunia menyebabkan

7

harga komoditas ekspor terutama SDA seperti

batubara, minyak sawit, karet, nikel dan tembaga,

mengalami penurunan tajam sejalan dengan

ekonomi yang semakin bergantung pada

konsumsi domestik. Hal ini juga tidak terlepas

dari pelemahan ekonomi Tiongkok sebagai

konsumen komoditas SDA terbesar dunia yang

berdampak pada merosotnya harga komoditas di

pasar global. Tekanan yang cukup besar muncul

kepada negara berkembang yang komoditi

ekspornya bergantung pada komoditas SDA,

termasuk Indonesia dengan 56,3% dari total

produk ekspornya masih berupa komoditas SDA.

Bapak-Ibu yang kami hormati, < Tantangan

Ekonomi Domestik >

7. Bagaimana dampak dan perkembangan ekonomi

dunia tersebut terhadap perekonomian

Indonesia? Dari sisi perekonomian domestik,

pada kesempatan ini saya akan menyoroti secara

ringkas 3 hal yang patut menjadi bahan perhatian

8

bagi kita, sekaligus relevan dengan tema

pembahasan pada forum pagi hari ini. Pertama,

masih lemahnya perekonomian dunia

menyebabkan pertumbuhan perekonomian

nasional mengalami penurunan. Pertumbuhan

ekonomi Indonesia pada triwulan III 2015 tumbuh

4,73%, lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 4,67%. Peningkatan

pertumbuhan bertumpu pada permintaan

domestik (konsumsi dan investasi pemerintah,

serta konsumsi rumah tangga), sementara

ekspor masih mengalami kontraksi sejalan masih

rendahnya harga komoditas dan lemahnya

permintaan ekspor dari negara mitra dagang

utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok dan

Singapura. Lemahnya permintaan dunia,

menyebabkan pelemahan nilai tukar Rupiah tidak

mampu mendorong ekspor secara signifikan.

8. Jika melihat dari aspek spasial, kami melihat

perbaikan ekonomi baru terlihat di Jawa.

9

Ekonomi Sumatera meskipun membaik namun

pertumbuhannya masih relatif terbatas. Di sisi

lain, ekonomi Kawasan Timur Indonesia tumbuh

melambat, dan Kalimantan bahkan mencatat

pertumbuhan negatif untuk pertama kalinya

dalam 10 tahun terakhir. Belum cukup solidnya

perbaikan ekonomi nasional juga terlihat pada

tingkat pengangguran terbuka yang meningkat

dari 5,9% pada Agustus 2014 menjadi 6,2% pada

Agustus 2015. Kenaikan tingkat pengangguran

terjadi akibat menurunnya elasitisas penyerapan

tenaga kerja terutama di sektor pertanian, sektor

industri dan sektor jasa. Selain itu, masih

lemahnya perbaikan ekonomi menyebabkan

berkurangnya penerimaan pajak sehingga defisit

APBN 2015 diperkirakan meningkat menjadi

2,7% dari PDB, yang kemudian menyebabkan

beban pembiayaannya meningkat.

10

9. Kedua, kendati inflasi tahun 2015 diprakirakan

berada dalam batas bawah rentang sasaran

inflasi 4±1%, tantangan pengendalian inflasi

pada tahun 2016 tidaklah ringan dan perlu

dimitigasi sejak dini. Rilis inflasi November

2015 menunjukkan tekanan inflasi di sebagian

daerah mulai kembali meningkat meski dalam

besaran yang rendah. Secara nasional inflasi

tercatat sebesar 0,21% (mtm) setelah

sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,08%

(mtm). Secara tahunan, inflasi November

mencapai 4,89% (yoy), atau lebih rendah

dibandingkan bulan sebelumnya 6,25% (yoy).

10. Pengendalian inflasi di daerah masih

menghadapi sejumlah tantangan

permasalahan struktural, terutama terkait

masalah konektivitas, produksi dan alih

fungsi lahan. Di Pulau Jawa, komoditi pangan

masih sering mempengaruhi inflasi meskipun

wilayah ini merupakan salah satu sentra produksi

11

pertanian, khususnya untuk produksi beras dan

cabai merah. Hal ini tidak terlepas dari masalah

konektivitas kelancaran distribusi pangan,

penyusutan lahan pertanian, gangguan cuaca,

dan struktur pasar yang tidak efisien.

11. Inflasi di tahun 2016 berisiko melewati batas

atas sasaran inflasi terutama bersumber dari

terganggunya pasokan pangan akibat musim

tanam yang mundur akibat El Nino di 2015 dan

beberapa penyesuaian tariff oleh pemerintah

di bidang energi, seperti penyesuaian harga

LPG 3 kg sebesar Rp1000,-/kg; pengalihan

pelanggan listrik dengan daya 450VA dan 900VA

ke daya 1300VA; dan dampak penyesuaian tarif

listrik rumah tangga golongan 1300VA dan

2200VA untuk pelanggan listrik paska bayar.

Potensi penyesuaian harga ini semakin besar jika

APBN tidak mampu menanggung beban subsidi

yang terus meningkat.

12

12. Ketiga, masih rendahnya daya saing

industri dan ekspor nasional dibandingkan

negara-negara tetangga. Dalam 10 tahun

terakhir, pangsa sektor industri dalam PDB

cenderung menurun akibat struktur ekspor yang

kembali bergeser ke komoditas SDA dan

terbatasnya insentif pendorong transformasi

industri. Pangsa ekspor produk industri nasional

terhadap total ekspor menurun dari 57% menjadi

43,7%. Sebagai contoh, di Banten sebagai salah

satu daerah berbasis industri di Jawa, pangsa

sektor industrinya terhadap PDB menurun

sebesar 10%.

13. Kurangnya daya saing ekspor dan industri

nasional sejalan dengan belum

mendukungnya fasilitas perdagangan dan

sistem logistik dibandingkan negara tetangga

yang telah terlebih dahulu melakukan

reformasi ekonomi. Selain itu, kurang siapnya

industri nasional menghadapi Free Trade Area

13

(FTA) menyebabkan akses pasar industri

domestik semakin tergerus dengan semakin

agresifnya negara tetangga di kawasan dalam

memanfaatkan FTA. Produktivitas tenaga kerja di

Indonesia juga masih rendah. Survei yang

dilaksanakan oleh McKinsey Global Institute

(MGI) dan Global Competitiveness Report 2014-

2015 menunjukkan produktivitas dan efisiensi

tenaga kerja Indonesia lebih rendah

dibandingkan negara-negara lain di kawasan

ASEAN.

14. Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) tentunya sudah di ambang pintu yang

ditandai dengan era zero-tariff barrier pada akhir

Desember 2015. Pada satu sisi, MEA akan

membuka peluang pasar dengan aliran

barang, jasa, investasi, tenaga kerja dan

modal yang lebih bebas. Namun di sisi lain,

hal ini juga memberikan konsekuensi semakin

tingginya persaingan di pasar domestik

14

masing-masing negara. Hal ini menimbulkan

pertanyaan besar dan mendasar bagi kita dari

komitmen MEA tersebut, yaitu seberapa besar

kemampuan kita menciptakan daya saing yang

kompetitif dan memanfaatkan MEA sebagai

peluang untuk berperan sebagai pelaku utama

dari rantai produksi global, ataukah kita nantinya

hanya akan menjadi target pasar saja.

Bapak-Ibu dan Hadirin sekalian yang

berbahagia, < Respon Kebijakan >

15. Dalam menghadapi tantangan-tantangan

tersebut, saat ini semakin penting dibutuhkan

adanya sinergi dan kerjasama berbagai pihak

untuk memperkuat fondasi ekonomi

Indonesia sehingga dapat terus tumbuh dan

berdaya saing. Pemerintah telah mengeluarkan

berbagai paket kebijakan ekonomi yang secara

umum ditujukan untuk mendorong daya saing

melalui pengembangan kawasan industri,

mempermudah investasi melalui pelayanan satu

15

pintu, memberikan insentif perpajakan,

percepatan proyek infrastruktur hingga berbagai

paket kebijakan deregulasi dan debirokratisasi.

Persoalan yang muncul adalah pada tataran

implementasinya di daerah. Seringkali

kepentingan jangka pendek, mengorbankan

kepentingan jangka panjang.

16. Mendukung berbagai langkah kebijakan

pemerintah tersebut, Bank Indonesia secara

konsisten mengedepankan stance kebijakan

moneter yang dapat menjaga stabilitas

perekonomian sesuai dengan sasaran. Selain

itu, dengan masih tingginya ketidakpastian di

pasar keuangan global, terutama karena

kemungkinan kenaikan suku bunga Bank Sentral

AS (Fed Fund Rate) dan keberagaman kebijakan

moneter yang ditempuh oleh Bank Sentral Eropa,

Jepang, dan Tiongkok, Bank Indonesia

menempuh langkah kebijakan moneter secara

berhati-hati. Dalam kaitan itu, kebijakan moneter

16

yang ditempuh Bank Indonesia sesuai keputusan

RDG tanggal 17 November 2015 dilakukan

melalui penurunan GWM Primer dalam Rupiah

dari 8,0% menjadi 7,5% yang diharapkan dapat

meningkatkan kapasitas pembiayaan perbankan

untuk mendukung kegiatan ekonomi yang mulai

meningkat semenjak triwulan III 2015. Penurunan

GWM Primer 50 bps akan menambah likuditas

perbankan sekitar Rp18 Triliun.

17. Terkait pengendalian inflasi, mengingat

sumber tekanan inflasi tidak hanya dari sisi

demand, namun juga dari sisi supply

khususnya yang bersumber dari gejolak

harga pangan serta kebijakan pemerintah

terkait harga, maka kerjasama antara

Kementerian terkait di Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia

semakin perlu terus ditingkatkan. Tim

Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) menjadi

bentuk koordinasi yang strategis untuk

17

mengidentifikasi permasalahan ketidakstabilan

harga di daerah, serta merumuskan dan

menindaklanjuti langkah-langkah dalam

pengendalian inflasi baik melalui program kerja

jangka pendek dan jangka panjang yang

terinternalisasi dalam Rencana Kerja Pemda

(RKPD), antara lain melalui dukungan anggaran

dan alternatif program stabilisasi harga di daerah.

18. Wujud kerjasama Bank Indonesia dengan

Pemerintah Daerah di Tasikmalaya terkait

peningkatan ketahanan pangan perlu terus

dibina dan ditingkatkan. Sejauh ini Kantor

Perwakilan BI Tasikmalaya bersama stakeholder

telah berupaya mengembangkan Klaster Cabai

melalui Pilot Project Skema Pembiayaan

Pertanian Komoditas Cabai di Kota Tasikmalaya,

Kab. Tasikmalaya dan Kab. Ciamis.

Pengembangan Klaster Padi Organik

bekerjasama dengan Gapoktan Simpatik, dimana

pada tahun 2015 ini telah berhasil melakukan

18

pengiriman ekspor hasil produksinya ke Amerika

Serikat. Selain itu juga Pengembangan Klaster

Holtikultura di Kab. Tasikmalaya melalui

fasilitasi akses kredit dengan perbankan.

Kerjasama-kerjasama seperti ini merupakan

langkah yang baik dan perlu diperluas sebagai

bagian peningkatan kapasitas produksi pangan

yang pada akhirnya mendukung pengendalian

inflasi di daerah.

19. Strategi pengendalian inflasi daerah juga

membutuhkan kerjasama dan sinergi antar

daerah baik antar provinsi maupun kota dan

kabupaten. Dalam mengatasi surplus defisit

pangan antar kota maupun provinsi, dapat

dilakukan model kerjasama antar daerah baik

dalam bentuk Government to Government,

maupun Business to Business.

20. Langkah terpenting ke depan dalam

meningkatkan daya saing industri dan ekspor

19

adalah melakukan kembali penataan strategi

dan prioritas industrialisasi yang terpadu dan

terintegrasi dengan seluruh kebijakan terkait,

serta diarahkan pada penguatan integrasi

industri di domestik sebagai bagian dari

global value chain. Selain meningkatkan peran

korporasi industri, peran UMKM juga sangat

penting untuk mengisi keterbatasan kemampuan

Pemerintah dalam pembangunan ekonomi.

UMKM sebagai salah satu pilar ekonomi

Indonesia, dan juga sebagai pilar penting di

ekonomi Priangan Timur, perlu terus

bertransformasi untuk memperkuat daya saing

produk unggulan lokal di tengah lingkungan

ekonomi global yang dinamis dan tingkat

persaingan yang semakin meningkat.

21. Kami baru mendapat laporan terkait kegiatan

yang dilaksanakan oleh Forum West Java

Incorporated (WJI) dimana Kantor Perwakilan BI

Provinsi Jawa Barat juga terlibat di dalamnya.

20

Hasil sosialisasi WJI, business matching dan

market study di Belgia dan Belanda pada bulan

September 2015 lalu diperoleh kesimpulan

bahwa Pasar Eropa cukup menjanjikan bagi

produk UMKM Jawa Barat, namun tentu perlu

adanya perbaikan dan penyesuaian terhadap

selera, standard dan segmen pasar sesuai

dengan negara tujuan ekspor. Hasil kegiatan

business matching juga menunjukkan kabar

positif. Salah satu perusahaan importer Belanda

(NIVO) tertarik dengan produk-produk hasil

UMKM Wirausaha Bank Indonesia (WUBI) di

Jawa Barat yang kemudian ditindaklanjuti dengan

pengiriman kuesioner permintaan produk. Hal ini

membuktikan bahwa produk UMKM mempunyai

peluang ekspor dan bisa bersaing di pasar global.

Sinergi antara Bank Indonesia melalui kantor-

kantor perwakilan di Jawa Barat bersama Pemda

dan pelaku UMKM kiranya dapat terus diperkuat

melalui pelaksanakan pelatihan, pendampingan,

21

dan sosialisasi mengenai peluang ekspor hasil

produk UMKM.

22. Daerah Priangan Timur dengan potensi

kekayaan budaya dan alam yang melimpah

serta tingkat kreativitas hasil produk-produk

industri lokal dapat dikembangkan sebagai

motor penggerak ekonomi. Kegiatan seperti

yang baru saja dilaksanakan yaitu Tasikmalaya

Creative Festival diharapkan dapat semakin

meningkatkan kolaborasi antara pemerintah,

asosiasi dunia usaha, komunitas-komunitas seni

dan budaya, serta institusi keuangan seperti

perbankan dalam membangun city branding

Tasikmalaya sebagai kota kreatif. Hal ini

diharapkan mampu menstimulasi kegiatan

ekonomi lokal melalui kunjungan wisata dan

menarik minat investasi sehingga akhirnya dapat

meningkatkan penerimaan daerah dan

penyediaan lapangan kerja, mengingat sektor

penyumbang utama ekonomi Tasikmalaya lebih

22

dari 30% berasal dari aktivitas perdagangan,

hotel dan restoran1.

Bapak-Ibu dan Hadirin sekalian yang kami

hornati < Prospek Ekonomi >

23. Kami masih berkeyakinan ekonomi

Indonesia akan kembali membaik dengan

ditopang struktur ekonomi yang lebih sehat,

seimbang, dan berdaya tahan. Optimisme kami

terhadap ketahanan ekonomi tidak terlepas dari

komitmen kita bersama untuk terus mendorong

pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,

didukung oleh kebijakan yang konsisten dan

bersinergi satu sama lain.

24. Perekonomian global pada tahun 2016

diperkirakan mulai membaik ditopang oleh

perbaikan ekonomi Amerika dan Eropa,

sementara Jepang masih tumbuh terbatas, dan

pelemahan ekonomi Tiongkok masih berlanjut.

1 Data 2013 (BPS)

23

Perekonomian nasional pada tahun 2016 juga

diperkirakan lebih baik. Di samping

berlanjutnya peningkatan proyek infrastruktur

pemerintah, mulai meningkatnya investasi

swasta, serta konsumsi yang tetap kuat,

pertumbuhan ekonomi 2016 juga ditopang oleh

perbaikan ekspor seiring perbaikan ekonomi

global. Kami perkirakan pertumbuhan

ekonomi pada 2016 meningkat menjadi 5,2-

5,6%. Sejalan dengan prospek perbaikan

ekonomi, pertumbuhan kredit dan pembiayaan

perbankan pada tahun 2016 kami perkirakan

dalam kisaran 12-14% yang ditopang

pertumbuhan dana pihak ketiga dalam kisaran

13-15%. Sejalan dengan komitmen menjaga

stabilitas perekenomian, dan melalui kerjasama

berbagai pihak dalam TPI dan TPID dalam

memitigasi risiko tekanan inflasi, kami

perkirakan inflasi masih berada pada kisaran

atas sasaran 4±1%.

24

Bapak-Ibu dan Hadirin sekalian yang

berbahagia < Penutup >

25. Sebelum saya akhiri, saya ingin mengucapkan

terima kasih kepada seluruh Pimpinan Daerah

beserta jajarannya atas kerjasama yang baik

selama ini. Saya berharap kegiatan ini dapat

semakin meningkatkan jalinan komunikasi dalam

rangka merumuskan rekomendasi kebijakan

untuk membangun ekonomi di Priangan Timur

yang berkualitas dan berkesinambungan.

Demikian yang dapat saya sampaikan sebagai

pengantar diskusi kita kali ini. Sekian dan terima

kasih.

Wassalamualaikum Wr Wb.

Tasikmalaya, 7 Desember 2015

Deputi Gubernur

Hendar