kewajaran.docx

4
KELOMPOK 4 DIV KEPERAWATAN Tk.1 Nama Anggota: 1. Ni Made Desi Sugiani (P07120214017) 2. Ni Ketut Ayu Pratiwi Catur Wahyuni (P07120214019) 3. Ni Nyoman Tria Sunita (P07120214020) 4. Ayu Indah Agustini (P07120214027) 5. Ayu Putu Eka Tusniati (P07120214032) PRINSIP KEWAJARAN DALAM ANTI KORUPSI Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik . Bagi banyak orang korupsi bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu kebiasaan . Hal ini harus segera diberantas agar korupsi tidak semakin berkembang dan tidak sampai menjadi budaya dalam masyarakat dengan cara menanamkan pendidikan anti korupsi sejak dini. Anti korupsi memiliki 5 prinsip, s alah satu prinsipnya adalah K ewajaran dimaknai sebagai distribusi tugas dan hak harus dilakukan secara adil dan wajar sesuai dengan peraturan yang ada. Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran dalam bentuk lainnya. Jika mempelajari definisi

Upload: sunita-tria

Post on 03-Oct-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

KELOMPOK 4 DIV KEPERAWATAN Tk.1Nama Anggota:1. Ni Made Desi Sugiani (P07120214017)2. Ni Ketut Ayu Pratiwi Catur Wahyuni(P07120214019)3. Ni Nyoman Tria Sunita(P07120214020)4. Ayu Indah Agustini(P07120214027)5. Ayu Putu Eka Tusniati(P07120214032)

PRINSIP KEWAJARAN DALAM ANTI KORUPSI

Korupsi di Indonesiaberkembang secarasistemik. Bagi banyak orangkorupsibukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatukebiasaan. Hal ini harus segera diberantas agar korupsi tidak semakin berkembang dan tidak sampai menjadi budaya dalam masyarakat dengan cara menanamkan pendidikan anti korupsi sejak dini. Anti korupsi memiliki 5 prinsip, salah satu prinsipnya adalah Kewajaran dimaknai sebagai distribusi tugas dan hak harus dilakukan secara adil dan wajar sesuai dengan peraturan yang ada. Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran dalam bentuk lainnya. Jika mempelajari definisi korupsi sebelumnya, maka dalam korupsi itu sendiri terdapat unsur-unsur manipuilasi yang penyimpangan baik dalam bentuk anggaran, kebijakan, dan sebagainya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka para perumus kebijakan pembangunan menekankan pentingnya prinsipfairnessdalam proses penganggaran hingga pelaksanaanya. Kejahatan kerah putih atau koruptor selalu menggorogoti aset perusahaan dalam jumlah besar ini, umumnya di lakukan dengan cara menipu, menggelapkan, dan cara-cara licik lainnya. Mereka adalah orang-orang yang tidak jujur (unfair) dan tidak menyukai kejujuran (dislike to fairness). Untuk menghindari pelanggaran terhadap prinsipfairness,khususnya dalam proses penganggaran, di perlukan beberapa langkah. Pertama, komprehensif dan disiplin yang berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek, berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran, dan tidak melampaui batas (off budget). Asas ini dimaksudkan agar anggaran bias di manfaatkan secara sewajarnya. Kedua,fleksibilitas yaitu adanya diskresi tertentu dalam konteks efisiensi dan efektibilitas (prinsip tak tersangka, perubahan, pergeseran, dan dio sentralisasi manajemen). Ketiga, terprediksi, yaitu ketetapan perencanaan atas dasar asasvalue vor moneydan menghindari defisit dalam trahun anggaran berjalan. Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsipfairnessdi dalam proses pembangunan. Sudah menjadi kewajaran manakala anggaran pembangunan ini sebisa mungkin menghindari defisit. Pada waktu-waktu lalu, terjadinya deficit sering di akibatkan oleh tingkah polah koruptor yang sengaja mengeruk-ngeruk anggaran pembangunan yang sudah pasti. Akibatnya pemerintah harus membayar kerugian-kerugian defisit tersebut. Keempat, kejujuran, yaitu adanya bias perkiraan penerimaan maupun pengeluaraan yang di sengaja, yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran merupakan bagian pokok dari prinsipfairness. Dengan kejujuran, maka segala hal yang bersangkuran dengan pembangunan, baik mulai dari proses penganggaran hingga pelaksanaanya harus sesuai dengan apa yang di tetapkan. Tidak lagi terjadi nantinya bahwa ap yang menjadi kenyataan di lapangan berbeda dengan apa yang telah di rumuskan. Semuanya harus wajar, harus jujur, dan berjalan dengan seperti apa yang di rencanakan dan di tetapkan. Kelima, informative, yakni perlu system informasi pelaporan yang teratur dan informative sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses pengembalian keputusan. Sifat informatif merupakan cirri khas dari kejujuran. Pemerintah yang informatif dan membantu kerja-kerja lembaga control seperti DPR, LSM maupun masyarakat secara langsung, berarti merupakan pemerintah yang telah bersikap wajar dan jujur dan tidak menutup-nutupi apa yang memang harus di sampaikan.Prinsipfairnessakan teraktualisasi secara signifikan apabila didukung oleh prinsip meritokrasi, yaitu sebuah system yang menekankan pada kualitas, kompetensi, dan prestasi seseorang selama ini, prinsip meritokrasi terabaikan oleh adanya ikatan-ikatan primordial yang di dukung oleh kekuasaan yang birokratis-sentralistik, sehingga memancing timbulnya tindakan-tindakan yang menyimpang dari prinsip-prinsip kewajaran.Dengan demikian, prinsipfairnessbertujuan mencegah menjalarnya praktek-praktek ketidakwajaran, baik berupa penipuan maupun penyimpangan dalam segala level kehidupan. Di samping itu,fairnessdapat menggiring setiap proses pembangunan khususnya yang berkaitan dengan penganggaran berjalan secara wajar, jujur, dan sesuai dengan prosedur yang telah di sepakati bersama pemerintah dan rakyat.