keterampilan proses dan generik sains
TRANSCRIPT
MAKALAHDASAR-DASAR DAN PROSES PEMBELAJARAN FISIKA I
PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS
OLEH :
Kelompok 10
1. Slamet Prayogi (06081011027)
2. Toni Irawan (06081011028)
Dosen Pembimbing:
Drs. Abidin Pasaribu, M.M.
M. Yusuf, S.Pd., M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS
I. Pendahuluan
Peningkatan proses belajar – mengajar merupakan suatu kebutuhan yang
sangat diperlukan dalam proses pendidikan. Ini didasari oleh
meningkatnya kebutuhan siswa dan tantangan dalam kehidupan, sehingga
perlu adanya peningkatan dalam proses pendidikan untuk menghasilkan
generasi yang kompeten. Hal ini tidak terlepas dari adanya suatu
kewajiban-kewajiban dan hak – hak dari elemen – elemen yang terlibat
dalam proses ini. Guru, sebagai seorang yang bertanggungjawab secara
langsung dalam mendidik, merupakan tokoh utama yang harus mengetahui
cara – cara yang baik dalam mencapai tujuan tersebut. Untuk menunjang
pembelajaran, guru dapat meningkatkan pengetahuan akan bagaimana
proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan peraturan yang
sesuai dan berlaku. Selain itu perlu disesuaikan dengan tujuan dari
pembelajaran mata pelajaran yang terkait sehingga adanya keharmonisan
dan saling mendukung antara tujuan dan proses pembelajaran yang baik.
Dalam pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat
sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan Tujuan mata pelajaran IPA dicapai
oleh peserta didik melalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan
induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka.
Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek
penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA menekankan
pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan
dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Pengembangan keterampilan proses siswa dapat dilatihkan melalui suatu
kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan
proses. Pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta,
membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan
intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk
terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah. Pembelajaran dengan
pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan maksud karena IPA
merupakan alat yang potensial untuk membantu mengembangkan
kepribadian siswa. Kepribadian yang berkembang merupakan prasyarat
untuk melangkah ke profesi apapun yang diminati siswa
II. Pendekatan Keterampilan Proses
1. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau
panutan pengembangan keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan
fisik yang bersumber dari kemampuan- kemampuan mendasar yang
prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam Moedjiono,
1992/ 1993 : 14)
Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007 : 1.9-1.10) menyatakan
bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait
dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai
dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan
berhasil menemukan sesuatu yang baru.
Dimyati dan Mudjiono (Sumantri, 1998/1999: 113) mengungkapkan
bahwa pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional
yang berada diluar jangkauan kemampuan peserta didik. Pendekatan ini
justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kemampuan yang
dimiliki peserta didik.
Suatu prinsip untuk memilih pendekatan pembelajaran ialah belajar
melalui proses mengalami secara langsung untuk memperoleh hasil belajar
yang bermakna. Proses tersebut dilaksanakan melalui interaksi antara siswa
dengan lingkungannya. Siswa diharapkan termotivasi dan senang melakukan
kegiatan belajar yang menarik dan bermakna bagi dirinya. Hal ini berarti
bahwa peranan pendekatan belajar mengajar sangat penting dalam kaitannnya
dengan keberhasilan belajar. Kurikulum 2004 telah menegaskan bahwa
penerapan pendekatan dalam proses belajar mengajar diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam diri siswa supaya
mampu menemukan dan mengelola perolehannya. Pendekatan ini disebut
pendekatan proses. Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan ini
mengacu kepada siswa agar belajar berorientasi pada belajar bagaimana
belajar.
Beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan keterampilan proses
dalam kegiatan belajar mengajar yaitu :
a. Perkembangan ilmu pengetahuan yang berlangsung begitu cepat sehingga
tidak mungkin lagi seorang guru memberikan semua fakta dan konsep
kepada siswa.
b. Pada prinsipnya anak mempunyai motivasi dari dalam dirinya sendiri
untuk belajar. Hal ini bisa disebabkan oleh rasa ingin tahu anak terhadap
sesuatu.
c. Semua konsep yang telah ditemukan melalui penyelidikan ilmiah tidak
bersifat mutlak sehingga masih terbuka untuk dipertanyakan, dipersoalkan
dan diperbaiki.
d. Adanya sikap dan nilai-nilai yang perlu dikembangkan.
(Conny Semiawan, 1992: 14)
2. Rincian Keterampilan Proses
1. RINCIAN KETERAMPILAN PROSES
a. Rincian keterampilan proses menurut Commision on Science
Education of Amerika Association for The Advancement of
Science (1970)
Keterampilan proses dasar terdiri atas
- Observasi (pengamatan)
- Measuring (pengukuran)
- Inferensi (menyimpulkan)
- Prediksi (meramalkan)
- Clasifying (menggolongkan)
- Communication (komunikasi)
Keterampilan proses terpadu
- Pengontrolan variabel
- Interpretasi data
- Perumusan hipotesa
- Pendefinisian variabel secara operasion
- Merancang eksperimen
Keterampilan proses dasar merupakan suatu fondasi untuk melatih
keterampilan proses terpadu yang lebih kompleks. Seluruh keterampilan
proses ini diperlukan pada saat berupaya untuk mencatatkan masalah
ilmiah. Keterampilan proses terpadu khususnya diperlukan saat melakukan
eksperimen untuk memecahkan masalah.
1. Pengamatan
Pengamatan merupakan salah satu keterampilan proses dasar.Keterampilan
menggunakan lima indera yaitu penglihatan, pembau, peraba, pengecap
dan pendengar. Apabila siswa mendapatkan kemampuan melakukan
pengamatan dengan menggunakan beberapa indera, maka kesadaran dan
kepekaan mereka terhadap segala hal disekitarnya akan berkembang,
pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan indera disebut
pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur disebut pengamatan kuantitatif. Melatih
keterampilan pengamatan termasuk melatih siswa mengidentifikasi indera
mana yang tepat digunakan untuk melakukan pengamatan suatu objek.
2. Klasifikasi
Klaslifikasi adalah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengadakan
penyusunan atau pengelompokkan atas objek-objek atau kejadian-
kejadian. Keterampilan klasifikasi dapat dikuasai bila siswa telah dapat
melakukan dua keterampilan berikut ini.
a. Mengidentifikasi dan memberi nama sifat-sifat yanng dapat diamati
dari sekelompok objek yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengklasifikasi.
b. Menyusun klasifikasi dalam tingkat-tingkat tertentu sesuai dengan
sifat-sifat objek
Klasifikasi berguna untuk melatih siswa menunjukkan persamaan,
perbedaan dan hubungan timbal baliknya.
3. Inferensi
Inferensi adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil
pengamatan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang
terhadap sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran untuk melatih
keterampilan proses inferensi, sebaiknya menggunakan teori belajar
konstruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya.
4. Prediksi
Prediksi adalah ramalan tentang kejadian yang dapat diamati diwaktu yang
akan datang. Prediksi didasarkan pada observasi yang cermat dan
inferensi tentang hubungan antara beberapa kejadian yang telah
diobservasi. Perbedaan inferensi dan prediksi yaitu : Inferensi harus
didukung oleh fakta hasil observasi, sedangkan prediksi dilakukan dengan
meramalkan apa yang akan terjadi kemudian berdasarkan data pada saat
pengamatan dilakukan.
5. Komunikasi
Komunikasi didalam keterampilan proses berarti menyampaikan pendapat
hasil keterampilan proses lainnya baik secara lisan maupun tulisan. Dalam
tulisan bisa berbentuk rangkuman, grafik, tabel, gambar, poster dan
sebagainya. Keterampilan berkomunikasi ini sebaiknya selalu dicoba di
kelas, agar siswa terbiasa mengemukakan pendapat dan berani tampil di
depan umum.
6. Identifikasi Variabel
Variabel adalah satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat
bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu. Besaran kualitatif
adalah besaran yang tidak dinyatakan dalam satuan pengukuran baku
tertentu. Besaran kuantitatif adalah besaran yang dinyatakan dalam
satuan pengukuran baku tertentu misalnya volume diukur dalam liter dan
suhu diukur dalam derajat Celcius. Keterampilan identifikasi variabel
dapat diukur berdasarkan tiga tujuan
pembelajaran berikut.
a. Mengidentifikasi variabel dari suatu pernyataan tertulis atau dari
deskripsi suatu eksperimen.
b. Mengidentifikasi variabel manipulasi dan variabel respon dari
deskripsi suatu eksperimen.
c. Mengidentifikasi variabel kontrol dari suatu pernyataan tertulis atau
deskripsi suatu eksperimen.
Dalam suatu eksperimen terdapat tiga macam variabel yang sama
pentingnya, yaitu variabel manipulasi, variabel respon dan variabel
kontrol.
• Variabel manipulasi adalah suatu variabel yang secara sengaja diubah
atau dimanipulasi dalam suatu situasi.
• Variabel respon adalah variabel yang berubah sebagai hasil akibat dari
kegiatan manipulasi.
• Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja dipertahankan konstan
agar tidak berpengaruh terhadap variabel respon.
7. Definisi Variabel Secara Operasional
Mendefinisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan
bagaimana suatu variabel itu diukur. Definisi operasional variabel adalah
definisi yang menguraikan bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi
ini harus menyatakan tindakan apa yang akan dilakukan dan pengamatan
apa yang akan dicatat dari suatu eksperimen. Keterampilan ini merupakan
komponen keterampilan proses yang paling sulit dilatihkan karena itu
harus sering di ulang-ulang.
8. Hipotesis
Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang
merupakan pekerjaan tentang pengaruh yang akan terjadi dari variabel
manipulasi terdapat variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk
pernyataan bukan pertanyaan, pertanyaan biasanya digunakan dalam
merumuskan masalah yang akan diteliti (Nur, 1996). Hipotesis dapat
dirumuskan secara induktif dan secara deduktif. Perumusan secara
induktif berdasarkan data pengamatan, secara deduktif berdasarkan teori.
Hipotesis dapat juga dipandang sebagai jawaban sementara dari rumusan
masalah.
9. Interpretasi Data
Keterampilan interpretasi data biasanya diawali dengan pengumpulan data,
analisis data, dan mendeskripsikan data. Mendeskripsikan data artinya
menyajikan data dalam bentuk yang mudah difahami misalnya bentuk
tabel, grafik dengan angka-angka yang sudah dirata-ratakan. Data yang
sudah dianalisis baru diiterpretasikan menjadi suatu kesimpulan atau
dalam bentuk pernyataan. Data yang diinterpretasikan harus data yang
membentuk pola atau beberapa kecenderungan.
10. Eksperimen
Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang
direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah
atau menguji suatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variabel
yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara
jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-kondisi yang akan
dikontrol sudah tepat. Untuk keberhasilan ini maka setiap eksperimen
harus dirancang dulu kemudian di uji coba. Melatihkan merencanakan
eksperimen tidak harus selalu dalam bentuk penelitian yang rumit, tetapi
cukup dilatihkan dengan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan
dengan konsep-konsep didalam GBPP, kecuali untuk melatih khusus
siswa-siswa dalam kelompok tertentu. Contohnya Kelompok Ilmiah
Remaja.
b. Rincian keterampilan proses menurut Funk dkk (1979).
Keterampilan proses sains dasar terdiri dari proses berikut ini :
- pengamatan
- klasifikasi
- komunikasi
- pengukur system metrik
- prediksi
- inferensi
Keterampilan proses terpadu terdiri dari proses – proses berikut ini :
- pengindentifikasian variabel
- penyusunan tabel data
- penyusunan grafik
- pendeskripsian hubungan antar variable
- pemerolehan dan pemrosesan data
- pedeskripsian penyelidikan
- pendefinisian variable secara operasional
- perencanaan penyelidikan
- pengeksperimen
c. Rincian keterampilan proses menurut Klopfer (1976).
Klopfer menyebut proses sains sebgai proses inkuiri. Rincian proses
inkuiri adalah sebagai berikut :
a) Proses – proses inkuiri I : Pengamatan dan pengukuran.
b) Proses – proses inkuiri II : Melihat suatu masalah dan mencari
cara pemecahannya.
c) Proses – proses inkuiri III : Interpretasi data dan merumuskan
generalisasi
d) Proses – proses inkuiri IV : Menyusun, menguji dan merevisi
suatu model teoritik
d. Rincian keterampilan proses menurut Barnard dan Oubourn
(1972).
Siswa seharusnya dapat :
- merumuskan masalah berbobot.
- menganalisis masalah
- mendapatkan informasi yang berkaitan dengan suatu
masalah dari berbagai sumber
- mengorganisasaikan data yang diperoleh
- menginterpretasikan data yang teroganisasi
- menguji hipotesa itu
- merumuskan kesimpulan
e. Rincian keterampilan proses menurut Kurikulum SMKTA 1984.
Keterampilan proses dijabarkan menjadi tujuh keterampilan diantaranya :
- mengamati
- mengklasifikasikan
- menginterprestasikan
- meramalkan
- menerapkan
- merencanakan
- mengkomunikasikan.
1. Observasi
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengamatan yang terarah tentang
gejala atau fenomena sehingga mampu membedakan yang sesuai dan
yang tidak sesuai dengan pokok permasalahan. Pengamatan di sini
diartikan sebagai penggunaan indera secara optimal dalam rangka
memperoleh informasi yang lengkap atau memadai.
2. Mengklasifikasikan
Kegiatan ini bertujuan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-
syarat tertentu.
3. Menginterpretasikan atau menafsirkan data
Data yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran,
eksperimen, atau penelitian sederhana dapat dicatat atau disajikan dalam
berbagai bentuk, seperti tabel, grafik, diagram
4. Meramalkan (memprediksi)
Hasil interpretasi dari suatu pengamatan digunakan untuk meramalkan
atau memperkirakan kejadian yang belum diamati atau kejadian yang
akan datang. Ramalan berbeda dari terkaan, ramalan didasarkan pada
hubungan logis dari hasil pengamatan yang telah diketahui sedangkan
terkaan didasarkan pada hasil pengamatan.
5. Membuat hipotesis
Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu
kejadian atau pengamatan tertentu. Penyusunan hipotesis adalah salah satu
kunci pembuka tabir penemuan berbagai hal baru.
6. Mengendalikan variable
Variabel adalah faktor yang berpengaruh. Pengendalian variable adalah
suatu aktifitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit yang
kita bayangkan. Hal ini tergantung dari bagaimana guru menggunakan
kesempatan yang tersedia untuk melatih anak mengontrol dan
memperlakukan variabel.
7. Merencanakan penelitian / eksperimen
Eksperimen adalah melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan
apakah hipotesis yang diajukan sesuai atau tidak.
8. Menyusun kesimpulan sementara
Kegiatan ini bertujuan untuk menyimpulkan hasil dari percobaan yang
telah dilakukan berdasarkan pada pola hubungan antara hasil pengamatan
yang satu dengan yang lainnya.
9. Menerapkan (mengaplikasikan) konsep
Mengaplikasikan konsep adalah menggunakan konsep yang telah
dipelajari dalam situasi baru atau dalam menyelesaikan suatu masalah,
misalnya sesuatu masalah yang dibicarakan dalam mata pelajaran yang
lain.
10. Mengkomunikasikan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan proses dari hasil
perolehan kepada berbagai pihak yang berkepentingan, baik dalam bentuk
kata-kata, grafik, bagan maupun tabel secara lisan maupun tertulis.
Praktik pengajaran dengan PKP menuntut perencanaan yang sungguh-
sungguh dan berkeahlian, kreatif dalam pelaksanaan pengajaran, cakap
mendayagunakan aneka media serta sumber belajar. Jadi guru bersama
siswa semakin dituntut bekerja keras agar praktik PKP berhasil efektif
dan efisien.
3. Implikasi Keterampilan Proses dalam Proses Pembelajaran
Adapun implikasi yang timbul dari diterapkannya pendekatan
keterampilan proses dalam proses belajar mengajar diantaranya adalah
(bagi siswa) :
a) Memperoleh pengalaman melalui keterampilan proses sains
seperti identifikasi, seleksi, dan pemecahan masalah nyata secara
bermakna dan relevan dengan masalah-masalah yang ditemuinya.
b) Mempelajari dan memperdalam konsep-konsep dasar dengan
bermakna
c) Memanipulasikan informasi yang diperoleh
d) Mengembangkan keterampilan berpikir tinggi
e) Mengembangkan metodologi dengan menggunakan perangkat
penelitian
f) Menumbuhkan minat dan kepercayaan diri melalui Problem
Solving
g) Mempelajari bagaimana ilmu pengetahuan itu tumbuh dan
diciptakan.
Sedangkan sikap guru seharusnya :
a) Memfasilitasi minat siswa seluas mungkin
b) Mengembangkan sistem kurikulum terpadu/interdisipliner
c) Meresapkan keterampilan berpikir tinggi ke dalam kurikulum
d) Menumbuhkan jiwa sosialisasi dan organisasi melalui
pembentukan group-group kecil yang mandiri
e) Menanamkan pemahaman akan keterkaitan antara berbagai disiplin
ilmu, teknologi, dan sosial kemasyarakatan dengan memfokuskan
perhatian pada masalah-masalah nyata dan relevan dengan masalah
yang ditemuinya.
f) Melibatkan siswa secara aktif selama belajar-mengajarnya.
g) Memberi kredit kepada pertanyaan siswa
h) Memberi kesempatan siswa untuk memilih dan menetapkan
berbagai metodologi penelitiannya selama belajarnya.
i) Memupuk keterampilan seperti proses, sosial, kepemimpinan,
tanggung jawab, pengambilan keputusan, dan komunikasi.
4. Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan Keterampilan Proses
Adapun peran guru dalam pendekatan keterampilan proses diantaranya
:
1. Memfasilitasi kemungkinan pilihan area/bidang studi/kajian
2. Menciptakan iklim yang mendukung
3. Menciptakan situasi yang dapat memudahkan munculnya
pertanyaan
4. Menciptakan dan mengarahkan kegiatan brainstrorming
5. Melakukan Record Keeping
6. Menumbuhkan dan mempertahankan situasi dan kondisi
lingkungan yang dihasilkan atas dasar interest siswa (Non-
Judgmental)
7. Membantu dalam pengelompokan dan penjelasan permasalahan
yang muncul.
8. Menyediakan petunjuk tentang keamanan dan waktu bekerja, dan
sumber yang dapat digunakan.
9. Mengajukan pertanyaan untuk membantu memperjelas observasi
siswa, membantu memperjelas arah dan logika berpikir siswa.
10. Menciptakan situasi yang menantang bagi siswa untuk berpikir
11. Membantu siswa mengaitkan pengalaman yang sedang
dikembangkan dengan ide/pendapat/gagasan siswa tersebut.
12. Menyediakan daftar ketentuan penggunaan alat dan teknik yang
baru
13. Membantu mengembangkan metode pengumpulan data,
pencatatan, interpretasi, penayangan, dan penggunaan dari
teknologi yang masih dianggap kompleks oleh siswa.
14. Menyediakan petunjuk tentang keamanan dan waktu bekerja, dan
sumber yang dapat digunakan.
15. Mengajukan pertanyaan untuk membantu memperjelas observasi
siswa, membantu memperjelas arah dan logika berpikir siswa.
16. Menciptakan situasi yang menantang bagi siswa untuk berpikir
17. Membantu siswa mengaitkan pengalaman yang sedang
dikembangkan dengan ide/pendapat/gagasan siswa tersebut.
18. Menyediakan daftar ketentuan penggunaan alat dan teknik yang
baru
19. Membantu mengembangkan metode pengumpulan data,
pencatatan, interpretasi, penayangan, dan penggunaan dari
teknologi yang masih dianggap kompleks oleh siswa
20. Mendiskusikan kemungkinan penetapan audien dan audiensi
21. Mendefinisikan dan menetapkan informasi yang dipandang sesuai
dengan audiens
22. Menyediakan ketentuan dalam analisis data dan teknik
penayangannya.
23. Menyediakan ketentuan dalam menyiapkan presentasi
24. Menekankan terciptanya situasi yang mendukung
25. Memfasilitasi kemungkinan terjadinya interaksi antara presenter
dengan audiens
26. Membantu mengembangkan metode atau cara-cara dalam
mengevaluasi hasil penemuan studi selama presentasi, baik secara
lisan maupun tulisan.
Adapun aktivitas yang dilakukan oleh siswa adalah langsung
berhadapan dengan masalah, mengumpulkan data, merumuskan
hipotesis dan akhirnya sampai pada kesimpulan – kesimpulan yang
berdasarkan pada interprestasi data.
III. Keterampilan Generik Sains
1. Keterampilan Generik Sains
Sains berasal dari natural science atau science saja, biasanya disebut
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan sekumpulan ilmu-ilmu serumpun
yang terdiri atas Biologi, Fisika, Kimia, Geologi dan Astronomi yang
berupaya menjelaskan setiap fenomena yang terjadi di alam. Mengingat
bidang kajiannya berbeda, tentu saja terminologi yang digunakan dalam
setiap disiplin ilmu tersebut juga berbeda. Kerangka berpikir sains adalah
bahwa: (1) di alam ada pola yang konsisten dan berlaku universal; (2)
sains merupakan proses memperoleh pengetahuan untuk menjelaskan
fenomena; (3) sains selalu berubah dan bukan kebenaran akhir; (4) sains
hanyalah pendekatan terhadap yang “mutlak” karena itu tidak bersifat
“bebas nilai” dan (5) sains bersifat terbatas, sehingga tidak dapat
menentukan baik atau buruk (Rutherford and Ahlgren, 1990)
Sains sesungguhnya tidak terpecah-pecah meskipun ada disiplin-
disiplin tersebut, karena ada sejumlah pemikiran yang “menembus” antar
disiplin Sains yang disebut tema umum, yaitu sistem, model, kekekalan,
pola perubahan, skala dan evolusi (Rutherford and Ahlgren, 1990). Uraian
dari tema-tema tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sistem terbentuk apabila ada sekumpulan benda yang berhubungan satu
dengan yang lain dan dalam hubungannya setiap komponen dengan
fungsinya masing-masing berupaya membentuk satu kesatuan. Sistem
dapat dibentuk dari beberapa sub-sistem.
b. Model merupakan tiruan yang lebih sederhana dari fenomena yang
sesungguhnya dipelajari, yang diharapkan dapat menolong kita
memahaminya secara lebih baik. Model ini dapat berupa model fisis,
model matematis dan model konseptual.
c. Kekekalan merupakan bagian yang tidak berubah yang ditemukan
dalam semua perubahan. Misalnya pada akhir dari banyak sistem fisis
yang melibatkan energi, selalu akan menuju kondisi kesetimbangan.
Pada reaksi kimia ada bagian yang tidak berubah yaitu massa zat.
d. Pola perubahan tertentu ditemukan pada setiap perubahan. Dalam alam
ada tiga jenis perubahan yaitu: (1) perubahan yang cenderung berpola
tetap; (2) perubahan yang berlangsung dalam siklus; dan (3) perubahan
yang tak teratur. Perubahan yang berpola tetap misalnya peluruhan
radioaktif. Terjadinya hujan menggambarkan perubahan yang berpola
siklus. Mengembangnya alam semesta menggambarkan perubahan yang
tak teratur.
e. Skala besaran dalam alam semesta bervariasi, misalnya ukuran,
tenggang waktu, kecepatan. Banyak ukuran-ukuran dalam alam yang
besarnya tidak sesuai dengan pengalaman siswa dalam kehidupan
sehari-hari, seperti kecepatan cahaya, jarak bintang terdekat, jumlah
bintang di galaksi, umur matahari, yang ukurannya jauh lebih besar
daripada yang dapat dijelaskan secara intuisi. Sebaliknya kecilnya
ukuran atom, jumlahnya yang sangat banyak dalam materi, cepatnya
interaksi antar atom juga jauh dari jangkauan sehari-hari siswa. Melalui
ukuran-ukuran yang tidak biasa ini sains ingin menitipkan kemampuan
untuk memperkirakan ukuran (sense of scale) bagi siswa yang
mempelajarinya, sehingga dapat membayangkan perkiraan ukuran
benda, jarak, kecepatan, yang dipelajarinya itu secara tepat.
f. Evolusi merupakan perubahan yang sangat lambat. Segala sesuatu di
bumi selalu berubah setiap saat secara perlahan-lahan. Segala sesuatu
yang sekarang ada dianggap berasal dari yang ada pada masa lalu dan
telah mengalami perubahan secara perlahan-lahan. Suatu evolusi tak
dapat berlangsung dalam keadaan terisolasi, karena segala sesuatu akan
mempengaruhi keadaan sekelilingnya untuk berubah pula, seleksi alam
akan menyebabkan makhluk hidup berevolusi.
Melalui keenam tema ini sains dipersatukan dalam pola pemikiran,
meskipun berbeda bidang kajiannya, sains selalu menjadi wahana
pengembangan berpikir yang sama bagi mereka yang mempelajarinya.
Pengetahuan sains antara lain adalah konsep, prinsip, dan teori.,
Sedangkan pengetahuan mengenai sains adalah pengetahuan mengenai
cara memperoleh pengetahuan sains yang terdiri dari metodologi dan
epistemologi. Metodologi adalah ilmu yang diperoleh secara empiris
mengenai cara memperoleh pengetahuan. Epistemologi hampir sama
dengan metodologi, perbedaannya epistemologi diperoleh secara nalar.
Kemampuan dasar siswa merupakan kemampuan yang sangat luas
yang dapat digunakan untuk mempelajari dan menggunakan berbagai
konsep dari berbagai disiplin ilmu. Jika kemampuan dasar siswa ini
diintegrasikan dengan pengetahuan mengenai sains akan menjadi
kompetensi luas (kompetensi generik) yang dapat digunakan untuk
mempelajari dan menggunakan berbagai pengetahuan sains dalam
berbagai konteks sains untuk memenuhi kebutuhan hidup siswa di
berbagai situasi hidupnya (misalnya untuk belajar di sekolah yang lebih
lanjut dan memecahkan masalah di masyarakat).
\
Gambar 1. Piramida Kompetensi Ilmiah
Pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan literasi sains
mengutamakan peningkatan kompetensi luas ini yang dapat ditunjukkan
dengan peningkatan keterampilan generik. Jika kemampuan dasar siswa
diintegrasikan dengan pengetahuan mengenai sains dan pengetahuan sains
akan menjadi kompetensi spesifik yang khusus untuk memahami dan
menggunakan pengetahuan sains tertentu.
Kompetensi generik adalah kompetensi yang digunakan secara umum
dalam berbagai kerja ilmiah. Kompetensi generik diturunkan dari
keterampilan proses dengan cara memadukan keterampilan itu dengan
komponen-komponen alam yang dipelajari dalam sains. Karena itu,
kompetensi generik lebih mudah dipahami dan dilaksanakan daripada
keterampilan proses, serta penilaiannya pun lebih mudah. Kompetensi
generik kurang berlaku umum dibandingkan dengan keterampilan proses,
tetapi lebih berlaku umum dibandingkan dengan kompetensi dasar.
Jika memperhatikan kompetensi dasar dalam standar kompetensi dari BSNP
(Badan Standar Nasional Pendidikan) tampak bahwa yang dimaksudkan dengan
kompetensi dasar adalah kompetensi khusus yang berkaitan dengan sesuatu
konsep. Kompetensi generik adalah kompetensi yang lebih luas daripada
kompetensi dasar. Kompetensi generik merupakan kompetensi yang dapat
digunakan untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan berbagai
masalah sains. Dalam satu kegiatan ilmiah, misalnya kegiatan memahami konsep,
terdiri dari beberapa kompetensi generik. Kegiatan-kegiatan ilmiah yang berbeda
dapat mengandung kompetensi-kompetensi generik yang sama.
Menurut Brotosiswoyo (2001) kemampuan generik sains dapat
ditunjukkan melalui 9 indikator yaitu: (1) pengamatan langsung; (2)
pengamatan tak langsung; (3) kesadaran tentang skala besaran; (4) bahasa
simbolik; (5) kerangka logika taat-asas; (6) inferensi logika, (7) hukum sebab
akibat; (8) pemodelan matematika; (9) membangun konsep.
Makna dari setiap keterampilan generik sains tersebut dijelaskan dalam
Liliasari (2005), seperti berikut ini.
a. Pengamatan langsung
Sains merupakan ilmu tentang fenomena dan perilaku alam sepanjang
masih dapat diamati oleh manusia. Hal ini menuntut adanya kemampuan
adanya kemampuan manusia untuk melakukan pengamatan langsung dan
mencari keterkaitan-keterkaitan sebab akibat dari pengamatan tersebut.
b. Pengamatan tak langsung
Dalam pengamatan tak langsung, alat indera yang digunakan manusia
memiliki keterbatasan. Untuk mengamati keterbatasan tersebut manusia
melengkapi diri dengan berbagai peralatan. Beberapa gejala alam lain juga
terlalu berbahaya jika kontak langsung dengan tubuh manusia seperti arus
listrik, zat-zat kimia beracun, untuk mengenalnya diperlukan alat bantu
seperti ampermeter, indikator, dan lain-lain. Cara ini dikenal dengan
pengamatan tak langsung.
c. Kesadaran akan skala besaran
Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka seseorang yang belajar
sains akan memiliki kesadaran akan skala besaran dari berbagai obyek
yang dipelajarinya. Dengan demikian ia dapat membayangkan bahwa yang
dipelajarinya itu tentang dari ukuran yang sangat besar seperti jagad raya
sampai yang sangat kecil seperti keberadaan pasangan elektron. Ukuran
jumlah juga sangat mencengangkan, misalnya penduduk dunia lebih dari 5
milyar, maka jumlah molekul dalam 1 mol zat mencapai 6.02 x 1023 buah.
d. Bahasa simbolik
Untuk memperjelas gejala alam yang dipelajari oleh setiap rumpun
ilmu diperlukan bahasa simbolik, agar terjadi komunikasi dalam bidang
ilmu tersebut. Dalam sains misalnya bidang kimia mengenal adanya
lambang unsur, persamaan reaksi, simbol-simbol untuk reaksi searah,
reaksi kesetimbangan, resonansi dan banyak lagi bahasa simbolik yang
telah disepakati dalam bidang ilmu tersebut.
e. Kerangka logika taat asas
Pada pengamatan panjang tentang gejala alam yang dijelaskan melalui
banyak hukum-hukum, orang akan menyadari keganjilan dari sifat taat
asasnya secara logika. Untuk membuat hubungan hukum-hukum itu agar
taat asas, maka perlu ditemukan teori baru yang menunjukkan kerangka
logika taat asas. Misalnya keganjilan antara hukum mekanika Newton dan
elektrodinamika Maxwell, yang akhirnya dibuat taat asas dengan lahirnya
teori relativitas Enstein.
f. Inferensi logika
Logika sangat berperan dalam melahirkan hukum-hukum sains.
Banyak fakta yang tak dapat diamati langsung dapat ditemukan melalui
inferensia logika dari konsekuensi-konsekuensi logis hasil pemikiran
dalam belajar sains. Misalnya titik nol derajat Kelvin sampai saat ini
belum dapat direalisasikan keberadaannya, tetapi orang yakin bahwa itu
benar.
g. Hukum sebab akibat
Rangkaian hubungan antara berbagai faktor dari gejala yang diamati
diyakini sains selalu membentuk hubungan yang dikenal sebagai hukum
sebab akibat. Sebagian besar dari aturan fisika yang disebut "hukum"
merupakan hubungan sebab-akibat. Sebagai contoh hukum Newton
tentang gerak,benda akan memberikan gaya reaksi bila padanya
diberikan reaksi dimana arahnya berlawanan dengan gaya yang diberikan
padanya. Pada kesetimbangan momen gaya sangat ditentukan oleh gaya
yang diberikan padanya, bila gaya yang diberikan besar maka momen
gayanya juga semakin besar.
h. Pemodelan matematik
Banyak ungkapan aturan dalam fisika yang disebut “hukum”
dinyatakan dalam bahasa matematika yang disebut rumus. Rumus-rumus
yang melukiskan hukum-hukum alam dalam fisika adalah buatan
manusia yang ingin melukiskan gejala dan perangai alam tersebut, baik
dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif. Jadi kita dapat menyebutnya
sebagai model yang ungkapannya menggunakan bahasa matematika.
Pemodelan matematik sering disebut sebagai model simbolik karena
bersifat abstrak dan dapat diungkapkan secara simbolik berupa rumus.
Model dapat pula berupa gambar, program, atau gambaran mental.
Pemodelan matematik umumnya bertujuan untuk memperoleh hubungan
yang lebih akurat yang berlaku dalam suatu sistem dalam alam.
i. Membangun konsep
Tidak semua fenomena alam dapat dipahami dengan bahasa sehari-
hari, karena itu diperlukan bahasa khusus ini yang dapat disebut konsep.
Jadi belajar sains memerlukan kemampuan untuk membangun konsep ,
agar bisa ditelaah lebih lanjut untuk memerlukan pemahaman yang lebih
lanjut, konsep-konsep inilah diuji keterapannya.
2. Keterkaitan Keterampilan Generik Sains dan Konsep-Konsep Sains
Berdasarkan paradigma baru dalam mempelajari sains yang harus
berdampak pada kompetensi, bahkan efek iringan dari suatu pembelajaran
dirasakan lebih penting pada abad ke-21 ini, daripada efek pembelajaran
langsung. Sebagai akibatnya guru perlu menentukan terlebih dahulu
keterampilan generik sains yang perlu dimiliki siswa sebagai dampak
suatu pembelajaran sains.
Dengan berkembang pesatnya pengetahuan sains, maka pertambahan
konsep-konsep sains yang perlu dipelajari siswa juga sangat besar. Sebagai
akibatnya perlu ada pemilihan konsep-konsep esensial yang dipelajari
siswa. Konsep-konsep esensial ini dipilih berdasarkan pada pentingnya
konsep tersebut untuk kehidupan siswa dan pentingnya memberi
pengalaman belajar tertentu kepada siswa, agar memperoleh bekal
keterampilan generik sains yang memadai. Untuk menentukan
pengetahuan sains yang perlu dipelajari siswa, pengajar perlu terlebih
dahulu melakukan analisis konsep- konsep sains yang ingin dipelajari.
(Liliasari dkk, 2007). Analisis lebih lanjut dilakukan untuk menunjukkan
hubungan antara jenis konsep-konsep sains dengan keterampilan generik
sains yang dapat dikembangkan. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel:
Tabel.1 Hubungan jenis konsep dan keterampilan generik sains
Tabel diatas menunjukkan bahwa dalam mempelajari konsep-konsep
sains dibekalkan kemampuan berpikir yang kompleks. Pada umumnya
setiap konsep sains dapat mengembangkan lebih dari satu macam
keterampilan generik sains, kecuali konsep konkrit. Jenis konsep ini sangat
terbatas jumlahnya dalam sains, karena itu mempelajari konsep sains pada
hakekatnya adalah mengembangkan keterampilan berpikir sains, yang
merupakan berpikir tingkat tinggi. (Liliasari dkk, 2007).
3. Pembelajaran Berorientasi Keterampilan Generik Sains
Ciri dari pembelajaran sains melalui keterampilan generik sains adalah
membekalkan keterampilan generik sains kepada siswa sebagai
pengembangan keterampilan berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran Fisika,
biologi, dan kimia dapat membekalkan keterampilan generik melalui
pengamatan langsung atau tak langsung, bahasa simbolik, inferensi logika,
pemodelan matematik, dan membangun konsep. Kerangka logika taat azas
dan hukum sebab akibat merupakan ciri khas keterampilan generik kimia
dan fisika. Sedangkan kesadaran akan skala besaran merupakan ciri
keterampilan generik biologi (Liliasari, 2007). Oleh sebab itu,
pembelajaran sains berorientasi keterampilan generik sains dapat
dilakukan melalui eksperimen (pengamatan langsung atau tak langsung,
inferensi logika, dan membangun konsep) dan melalui simulasi komputasi
(pengamatan tak langsung, bahasa simbolik, inferensi logika, pemodelan
matematik, dan membangun konsep), serta dapat juga melalui diskusi
(kooperatif) dalam rangka menumbuhkan keterampilan generik seperti
inferensi logika, pemodelan matematik, dan membangun konsep.
Pembelajaran sains dengan berorientasi keterampilan generik dengan
pengembangan pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa dan pemanfaatan
keunggulan komputer telah dilakukan oleh Sudarmin (2007) yang hasilnya
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berorientasi keterampilan
generik sains mampu meningkatkan penguasaan konsep siswa sampai pada
kategori “sedang”. Dengan demikian, pembelajaran berorientasi pada
keterampilan generik sains merupakan pembelajaran yang lebih mengedepankan
pada keterampilan proses.
4. Manfaat Keterampilan / Kompetensi Generik Bagi Siswa
Setiap kompetensi generik mengandung cara berpikir dan berbuat,
karena itu akan memudahkan guru dalam meningkatkan kompetensi
generik siswa. Kompetensi generik terutama digunakan untuk
meningkatkan kompetensi siswa dalam mempelajari fenomena alam dan
belajar cara belajar. Karena kompetesi generik merupakan kompetensi
yang digunakan secara umum dalam berbagai kerja ilmiah, pembelajaran
yang meningkatkan kompetensi generik siswa akan menghasilkan siswa-
siswa yang mampu memahami konsep, menyelesaikan masalah, dan
kegiatan ilmiah yang lain, serta mampu belajar sendiri dengan efektif dan
efisien. Berikut ini manfaat penggunaan kompetensi generik dalam
pembelajaran sains (IPA), yaitu:
1. Kompetensi generik membantu guru mengetahui apa yang
harus ditingkatkan pada siswa dan membelajarkan siswa dalam belajar
cara belajar.
2. Pembelajaran dengan memperhatikan kompetensi generik
dapat digunakan untuk mempercepat pembelajaran.
3. Dengan melatihkan kompetensi generik pada siswa, setiap
siswa dapat mengatur kecepatan belajarnya sendiri dan guru dapat
mengatur kecepatan pembelajarannya.untuk setiap siswa.
4. Miskonsepsi pada siswa dapat terjadi karena kompetensi
generiknya lemah, sehingga dengan keterampilan generik ini
miskonsepsi pada siswa dapat diminimalisir bahkan dihilangkan.
Beberapa contoh keterampilan / kompetensi generik sains dalam
pembelajaran IPA:
1. Keterampilan Generik Sains : “Membangun Konsep, Hukum
Sebab-Akibat, dan Kerangka Logika Taat Azas”
Karena konsep-konsep IPA yang mengandung prinsip atau teori terdiri
dari fenomena yang juga berlaku sebagai indikator alam, syarat
keberlakuan konsep, prinsip atau teori, dan aturan penerapan konsep,
kompetensi generik dalam memahami konsep-konsep tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan fenomena suatu konsep
b. Menjelaskan pengertian/hubungan parameter pada prinsip/teori.
c. Mengidentifikasi syarat-syarat keberlakuan prinsip/teori
d. Mengidentifikasi parameter/hubungan parameter dari model yang
digunakan
e. Mengidentifikasi indikator alam dari suatu konsep
2. Kompetensi Generik Sains: “Inferensi Logika, Hukum Sebab-
Akibat, Pemodelan Matematik, dan Membangun Konsep”.
Penyelesaian masalah formal (masalah teoritis di kelas) dilakukan
dengan beberapa kompetensi generik sebagai berikut ini.
a. Menentukan fenomena (objek dan peristiwa) yang
dipermasalahkan.
b. Membagi fenomena (berdasarkan konsep-konsep utamanya).
c. Mengidentifikasi indikator alam (untuk menentukan prinsip/teori
yang berlaku) pada fenomena yang dipermasalahkan
d. Memodifikasi/mengandaikan fenomena yang tidak tepat sama
dengan fenomena dari konsep yang berlaku.
e. Membuat model dari fenomena alam yang dipermasalahkan.
f. Mengintegrasikan prinsip/teori yang berlaku dalam suatu
penjelasan ilmiah atau persamaan parametrik.
3. Keterampilan Generik Sains: ”Pengamatan Langsung / Tak
Langsung, dan Membangun Konsep”.
3a. Dalam praktikum di laboratorium
Kompetensi-kompetensi generik yang digunakan dalam memahami
konsep dan menyelesaikan masalah formal digunakan juga dalam kegiatan
melakukan percobaan IPA. Dalam satu proses IPA dapat terdiri dari
beberapa kompetensi generik. Contohnya pada proses mengamati akan
terdiri dari mengidentifikasi fenomena yang dipermasalahkan, membagi
fenomena (jika merupakan fenomena yang kompleks), mengidentifikasi
indikator alam, dan mengukur besar parameter yang harus diukur.
Keterampilan generik merupakan keterampilan yang keberlakuannya lebih
sempit dibandingkan dengan keterampilan proses. Satu keterampilan
proses dapat terdiri dari beberapa keterampilan generik. Kompetensi
generik, yaitu keterampilan generik yang terintegrasi dengan pengetahuan
dan komponen-komponen yang dipelajari, dalam kegiatan percobaan IPA
dapat seperti berikut ini.
1. Mengidentifikasi objek dan fenomena yang dipermasalahkan.
2. Menyusun objek dan peristiwa (fenomena) yang dipermasalahkan
3. Mengidentifikasi indikator alam (menentukan konsep-konsep yang
berlaku )
4. Menyusun hipotesis dengan menggunakan konsep-konsep yang
berlaku.
5. Menentukan objek dan fenomena atau dan parameter yang harus
diamati/diukur
6. Mengidentifikasi alat dan bahan
7. Menyusun alat dan bahan
8. Menjalankan alat
9. Mengamati/mengukur parameter pada fenomena yang
dipermasalahkan
10. Mencatat hasil pengamatan/ pengukuran dalam
suatu format
11. Membuat model (jika diperlukan)
12. Membahas fenomena pada percobaan
13. Menarik Kesimpulan dari masalah dan pembahasan.
3b. Dalam Pengamatan (Survey) Lingkungan
Berbeda dengan percobaan di laboratorium yang parameter-
parameternya banyak yang dapat dibuat sama, fenomena yang akan
diamati di lingkungan mengandung banyak parameter yang berbeda. Hal
itu dikarenakan kondisi setiap tempat di lingkungan sangat bervariasi dan
kita tidak dapat mengindari variasi itu, karena variasi itu terjadi secara
alamiah, walaupun ada juga variasi yang dibuat oleh orang. Variasi-variasi
alam itu kita manfaatkan untuk menyelidiki pengaruh-pengaruh yang
berbeda dari variasi alam. Oleh karena itu dalam pengamatannya kita
hanya menggunakan dua atau tiga parameter yang sama untuk menentukan
objek utama dan objek pembanding yang akan diamati. Begitupun faktor-
faktor yang membedakannya kita hanya menentukan satu faktor utama
yang berbeda.
Pengamatan lingkungan dilakukan terhadap indikator alam. Setiap
indikator alam mengindikasikan suatu pengetahuan yang berupa
pengetahuan mengenai kondisi, kandungan, atau sifat objek, prinsip atau
teori mengenai suatu interaksi atau proses alam. Pengamatan berguna
untuk mengetahui apa yang sudah diketahui dan apa yang belum diketahui
siswa. Dari yang sudah diketahui itu siswa menyusun pengetahuan baru,
menyusun penjelasan, atau perhitungan.
Dalam pengamatan lingkungan siswa tidak melakukan percobaan,
melainkan hanya melakukan pengamatan/pengukuran terhadap variabel-
variabel yang ada di lingkungan yang akan dipelajari siswa. Fenomena
yang akan diamati bergantung pada objek dan peristiwa yang akan
dipelajari siswa dan metode penafsiran fenomena (pengolahan data).
Kompetensi generik dalam pengamatan lingkungan antara lain sebagai
berikut.
1. Mengamati fenomena di lingkungan
2. Merumuskan masalah dari fenomena yang diamati
3. Menentukan objek yang harus diamati
4. Mengamati objek dan parameter yang harus diamati
5. Mencatat objek dan parameternya
6. Menafsirkan objek dan parameternya
7. Membuat model
8. Menyusun pembahasan
9. Menarik kesimpulan dari pembahasan
Menentukan Tindak lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Conny Seniawan, dkk. 1988. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?. Jakarta. Gramedia.
Devi, Poppy K. , Renny Sofireni dan Yayan Rosendi, Pendekatan Keterampilan Proses Pada Pembelajaran IPA.
Gallagher, J.J., 2007. Teaching Science for Understanding: A Practical Guide for School Teachers., Pearson Merril Prentice Hall. New Jersey.
Ikhsanuddin dan Tuszie Widhiyanti. 2007. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Generik Sains Dan Berpikir Kritis Siswa Pada Topik Hidrolisis Garam Dan Sifat Koligatif Larutan. Artikel. Program Studi Pendidikan IPA. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Liliasari., 2007. Scientific Concepts and Generic Science Skills Relationship In The 21st Century Science Education. Seminar Proceeding of The First International Seminar of Science Education., 27 October 2007. Bandung. 13 – 18.
Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/ 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD
Nasution, Noehi, dkk.2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Sumantri, Mulyani dan Johar Permana.1998/ 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD