keterampilan proses sains
TRANSCRIPT
KETERAMPILAN PROSES SAINS
Oleh. Dyas ayu nur A., S.SI.
(Diberikan dalam rangka Pemberdayaan MGMP IPA Kabupaten Temanggung)
Banyak para ahli pendidikan mengemukakan pengertian tentang proses dan keterampilan
proses IPA. Robin Millar (1989) menyatakan bahwa istilah proses sains (Science
Processes) sangat banyak digunakan di Inggris, istilah ini mengacu kepada pendekatan
proses (process approach) yang digunakan oleh guru dalam membahas materi (content)
yang mengacu kepada prosesnya. Func, James. H. (1979) mengajukan batasan mengenai
keterampilan proses (Science Processes Skill) sebagai hal-hal yang dilakukan oleh ahli
sains dalam mereka belajar dan melakukan investigasi (penyelidikan). Menurut Semiawan,
dkk (Nasution, 2007) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan
mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan
sesuatu yang baru. American Association for the Advancement of Science (1970)
mengklasifikasikan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu.
Keterampilan proses dasar
Pengamatan
Pengukuran
Menyimpulkan
Meramalkan
Menggolongkan
Mengkomunikasikan
Keterampilan proses terpadu
Pengontrolan variabel
Interpretasi data
Perumusan hipotesa
Pendefinisian variabel secara operasional
Merancang eksperimen
Keterampilan proses dasar merupakan suatu fondasi untuk melatih keterampilan proses
terpadu yang lebih kompleks. Seluruh keterampilan proses ini diperlukan pada saat
berupaya untuk mencatatkan masalah ilmiah. Keterampilan proses terpadu khususnya
diperlukan saat malakukan eksperimen untuk memecahkan masalah. Berikut ini uraian
beberapa keterampilan proses dasar dan Keterampilan proses terpadu yang dapat
dilatihkan pada siswa tingkat SMP/MTs.
a. Pengamatan
Pengamatan merupakan salah satu keterampilan proses dasar. Keterampilan pengamatan
menggunakan lima indera yaitu penglihatan, pembau, peraba, pengecap dan pendengar.
Apabila siswa mendapatkan kemampuan melakukan pengamatan dengan menggunakan
beberapa indera, maka kesadaran dan kepekaan mereka terhadap segala hal disekitarnya
akan berkembang, pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan indera
disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur disebut pengamatan kuantitatif. Melatih keterampilan
pengamatan termasuk melatih siswa mengidentifikasi indera mana yang tepat digunakan
untuk melakukan pengamatan suatu objek. Pengamatan dapat dilakukan pada obyek yang
sudah tersedia dan pengamatan pada suatu gejala atau perubahan.
b. Pengukuran
Keterampilan mengukur dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan pengembangan satuan-satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu,
berat, dan sebagainya. Menurut Carin, mengukur adalah membuat observasi kuantitatif
dengan membandingkannya terhadap standar yang kovensional atau standar non
konvensional (Nasution, 2007).
c. Menyimpulkan
Menyimpulkan didalam keterampilan proses dikenal dengan istilah inferensi. Inferensi
adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan. Hasil inferensi
dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Pola
pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi, sebaiknya
menggunakan pembelajaran konstruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan
sendiri inferensinya.
d. Klasifikasi
Klasifikasi adalah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengadakan penyusunan atau
pengelompokkan atas objek-objek atau kejadian-kejadian. Keterampilan klasifikasi dapat
dikuasai bila siswa telah dapat melakukan dua keterampilan berikut ini.
1) Mengidentifikasi dan memberi nama sifat-sifat yang dapat diamati dari sekelompok
objek yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasi.
2) Menyusun klasifikasi dalam tingkat-tingkat tertentu sesuai dengan sifat-sifat objek
Klasifikasi berguna untuk melatih siswa menunjukkan persamaan, perbedaan dan
hubungan timbal baliknya. Sebagai contoh siswa mengklasifikasikan jenis-jenis hewan,
tumbuhan, zat kimia kedalam unsur, senyawa atau campuran, Sifat logam berdasarkan
kemagnetannya.
e. Komunikasi
Komunikasi didalam keterampilan proses berarti menyampaikan pendapat hasil
keterampilan proses lainnya baik secara lisan maupun tulisan. Dalam tulisan bisa berbentuk
rangkuman, grafik, tabel, gambar, poster dan sebagainya. Keterampilan berkomunikasi ini
sebaiknya selalu dicoba di kelas, agar siswa terbiasa mengemukakan pendapat dan berani
tampil di depan umum. Adapun karakteristik keterampilan mengkomunikasikan ini
diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Mengutarakan suatu gagasan
2) Menjelaskan penggunaan data hasil penginderaan/memeriksa secara akurat suatu
objek atau kejadian
3) Mengubah data dalam bentuk tabel ke bentuk lainnya misalnya grafik, peta secara
akurat.
f. Prediksi
Prediksi adalah ramalan tentang kejadian yang dapat diamati diwaktu yang akan datang.
Prediksi didasarkan pada observasi yang cermat dan inferensi tentang hubungan antara
beberapa kejadian yang telah diobservasi. Perbedaan inferensi dan prediksi yaitu : Inferensi
harus didukung oleh fakta hasil observasi, sedangkan prediksi dilakukan dengan
meramalkan apa yang akan terjadi kemudian berdasarkan data pada saat pengamatan
dilakukan.
g. Mengidentifikasikan Variabel
Variabel adalah satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat bervariasi atau
berubah pada suatu situasi tertentu.Besaran kualitatif adalah besaran yang tidak
dinyatakan dalam satuan pengukuran baku tertentu. Besaran kuantitatifadalah
besaran yang dinyatakan dalam satuan pengukuran baku tertentu misalnya volume diukur
dalam liter dan suhu diukur dalam 0 C.
Keterampilan identifikasi variabel dapat diukur berdasarkan tiga tujuan pembelajaran
berikut.
1) Mengidentifikasi variabel dari suatu pernyataan tertulis atau dari deskripsi suatu
eksperimen.
2) Mengidentifikasi variabel manipulasi dan variabel respon dari deskripsi suatu
eksperimen.
3) Mengidentifikasi variabel kontrol dari suatu pernyataan tertulis atau deskripsi suatu
eksperimen.
Dalam suatu eksperimen terdapat tiga macam variabel yang sama pentingnya, yaitu
variabel manipulasi, variabel respon dan variabel kontrol.
ü Variabel manipulasi adalah suatu variabel yang secara sengaja diubah atau
dimanipulasi dalam suatu situasi.
ü Variabel respon adalah variabel yang berubah sebagai hasil akibat dari kegiatan
manipulasi.
ü Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja dipertahankan konstan agar tidak
berpengaruh terhadap variabel respon
h. Interpretasi Data
Keterampilan interpretasi data biasanya diawali dengan pengumpulan data, analisis data,
dan mendeskripsikan data. Mendeskripsikan data artinya menyajikan data dalam bentuk
yang mudah difahami misalnya bentuk tabel, grafik dengan angka-angka yang sudah
dirata-ratakan. Data yang sudah dianalisis baru diinterpretasikan menjadi suatu kesimpulan
atau dalam bentuk pernyataan. Data yang diinterpretasikan harus data yang membentuk
pola atau beberapa kecenderungan.
i. Hipotesis
Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang merupakan pekerjaan
tentang pengaruh yang akan terjadi dari variabel manipulasi terdapat variabel respon.
Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan bukan pertanyaan, pertanyaan biasanya
digunakan dalam merumuskan masalah yang akan diteliti (Nur, 1996). Hipotesis dapat
dirumuskan secara induktif dan secara deduktif. Perumusan secara induktif berdasarkan
data pengamatan, secara deduktif berdasarkan teori. Hipotesis dapat juga dipandang
sebagai jawaban sementara dari rumusan masalah.
j. Definisi Variabel Secara Operasional
Mendefinisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan bagaimana suatu
variabel itu diukur. Definisi operasional variabel adalah definisiyang menguraikan
bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi ini harus menyatakan tindakan apa yang akan
dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat dari suatu eksperimen. Keterampilan ini
merupakan komponen keterampilan proses yang paling sulit dilatihkan karena itu harus
sering di ulang-ulang.
k. Eksperimen
Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk
menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Suatu
eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenisrespon yang diharapkan
dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-kondisi yang akan
dikontrol sudah tepat. Untuk keberhasilan ini maka setiap eksperimen harus dirancang dulu
kemudian di uji coba. Melatihkan merencanakan eksperimen tidak harus selalu dalam
bentuk penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan dengan menguji hipotesis-hipotesis
yang berhubungan dengan konsep-konsep didalam kurikulum, kecuali untuk melatih khusus
siswa-siswa dalam kelompok tertentu. Contohnya Kelompok Ilmiah Remaja.
ETERAMPILAN PROSES DASAR PADA PEMBELAJARAN IPA
A. Pengertian
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-
kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam
Moedjiono, 1992/ 1993 : 14)
Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007 : 1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses
adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar
yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan
berhasil menemukan sesuatu yang baru.
Dimyati dan Mudjiono (Sumantri, 1998/1999: 113) mengungkapkan bahwa pendekatan
keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan
peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kamapuan yang
dimiliki peserta didik.
B. Jenis- Jenis Pendekatan Keterampilan Proses Dasar
Khusus untuk keterampilan proses dasar, proses- prosesnya meliputi keterampilan
mengobservasi, mengklasifikasi, mengobservasi, mengklasifikasikan, mengukur,
mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta
mengenal hubungan- hubungan angka.
1. Keterampilan Mengobservasi
Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan yang
dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan
memberikan nama sifat- sifat dari objek- objek atau kejadian- kejadian. Definisi serupa
disampaikan oleh Abruscato (1988) yang menyatakan bahwa mengobservasi artinya
mengunakan segenap panca indera untuk memperoleh imformasi atau data mengenai benda atau
kejadian. (Nasution, 2007: 1.8- 1.9)
Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi misalnya
menjelaskan sifat- sifat yang dimiliki oleh benda- benda, sistem- sistem, dan organisme hidup.
Sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur, warna, bau, bentuk ukuran, dan lain- lain. Contoh
yang lebih konkret, seorang guru sering membuka pelajaran dengan menggunakan kalimat tanya
seperti apa yang engkau lihat ? atau bagaimana rasa, bau, bentuk, atau tekstur…? Atau mungkin
guru menyuruh siswa untuk menjelaskan suatu kejadian secara menyeluruh sebagai pendahuluan
dari suatu diskusi.
2. Keterampilan Mengklasifikasi
Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler merupakan ketermpilan yang
dikembangkan melalui latihan- latihan mengkategorikan benda- benda berdasarkan pada (set
yang ditetapkan sebelumnya dari ) sifat- sifat benda tersebut. Menurut Abruscato mengkalsifikasi
merupakan proses yang digunakan para ilmuan untuk menentukan golongan benda- benda atau
kegaitan- kegiatan. (Nasution, 2007 : 1.15)
Bentuk- bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini misalnya memilih
bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar hewan, daun- daun, atau kancing-
kancing berdasarkan sifat- sifat benda tersebut. Sistem- sistem klasifikasi berbagai tingkatan
dapat dibentuk dari gambar- gambar hewan dan tumbuhan (yang digunting dari majalah) dan
menempelkannya pada papan buletin sekolah atau papan panjang di kelas.
Contoh kegiatan yang lain adalah dengan menugaskan siswa untuk membangun skema
klasifikasi sederhana dan menggunakannya untuk kalsifikasi organisme- organisme dari carta
yang diperlihatkan oleh guru, atau yang ada didalam kelas, atau gambar tumbuh- tumbuhan dan
hewan- hewan yang dibawa murid sebagai sumber klasifikasi
3. Keterampilan Mengukur
Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan- satuan yang cocok dari ukuran panjang,
luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan bahwa mengukur adalah suatu
cara yang kita lakukan untuk mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin, mengukur adalah
membuat observasi kuantitatif dengan membandingkannya terhadap standar yang kovensional
atau standar non konvensional. (Nasution, 2007 : 1.20)
Keterampilan dalam mengukur memerlukan kemampuan untuk menggunakan alat ukur
secara benar dan kemampuan untuk menerapkan cara perhitungan dengan menggunakan alat-
alat ukur. Langkah pertama proses mengukur lebih menekankan pada pertimbangan dan
pemilihan instrumen (alat) ukur yang tepat untuk digunakan dan menentukan perkiraan sautu
objek tertentu sebelum melakukan pengukuran dengan suatu alat ukur untuk mendapatkan
ukuran yang tepat.
Untuk melakukan latihan pengukuran, bisa menggunakan alat ukur yang dibuat sendiri atau
dikembangkan dari benda- benda yang ada disekitar. Sedangkan pada tahap selanjutnya,
menggunakan alat ukur yang telah baku digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh, dalam
pengukuran jarak, bisa menggunakan potongan kayu, benang, ukuran tangan, atau kaki sebagai
satuan ukurnya. Sedangkan dalam pengukuran isi, bisa menggunakan biji- bijian atau kancing
yang akan dimasukkan untuk mengisi benda yang akan diukur.
Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/ baku adalah siswa memperkirakan dimensi
linear dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam kelas) dengan menggunkan satuan centi
meter (cm), dekameter (dm), atau meter (m). Kemudian siswa dapat menggunakan meteran (alat
ukur, mistar atau penggaris) untuk pengukuran benda sebenarnya.
4. Keterampilan Mengkomunikasikan
Menurut Abruscato (Nasution, 2007: 1.44 ) mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil
pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Menurut Esler
dan Esler ((Nasution, 2007: 1.44) dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari
grafik atau gambar yang menjelaskan benda- benda serta kejadain- kejadian secara rinci.
Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membaut dan menginterpretasi
informasi dari grafik, charta, peta, gambar, dan lain- lain. Misalnya siswa mengembangkan
keterampilan mengkomunikasikan deskripsi benda- benda dan kejadian tertentu secar rinci.
Siswa diminta untuk mengamati dan mendeskrifsikan beberapa jenis hewan- hewan kecil
( seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan cara geraknya), kemudain siswa tersebut
menjelaskan deskrifsi tentang objek yang diamati didepan kelas.
5. Keterampilan Menginferensi
Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga sebagai
keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato , menginferensi/ menduga/
menyimpulakan secara sementara adalah adalah menggunakan logika untuk memebuat
kesimpulan dari apa yagn di observasi( Nasution, 2007 : 1.49)
Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan menggunakan suatu
benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak tahu apa benda tersebut. Siswa
kemudian mengguncang- guncang bungkusan yang berisi benda itu, kemudian menciumnya dan
menduganya apa yang ada di dalam bungkusan ini. Dari kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa
akan muncul lebih dari satu jenis inferensi yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi.
Disamping itu juga belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi dibuat.
6. Keterampilan Memprediksi
Memprediksi adalah meramal secara khusus tentangapa yang akan terjadi lpada observasi yang
akan datang (Abruscato Nasution, 2007 : 1.55) atau membuat perkiraan kejadian atau keadaan
yang akan datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan memprediksi
menurut Esler dan Esler adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang akan datang
berdasarkan dari kejadian- kejadian yang terjadi sekarang, keterampialn menggunakna grafik
untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan- terkaan atau dugaan- dugaan. (Nasution, 2007 :
1.55)
Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan beberapa kejadian
mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui Contoh kegiatan untuk melatih
kegiatan ini adalah memprediksi berapa lama (dalam menit, atau detik) lilin yang menyala akan
tetap menyala jika kemudian ditutup dengan toples (dalam berbagai ukuran) yang
ditelungkupkan.
7. Keterampilan Mengenal Hubungan Ruang dan Waktu
Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan Esler meliputi
keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap lainnya atau terhadap waktu atau
keterampilan megnubah bentuk dan posisi suatu benda setelah beberapa waktu. Sedangkan
menurut Abruscato menggunakan hubungan ruang- waktu merupakan keterampilan proses yan
gberkaitan dengan penjelasan- penjelasan hubungan- hubunagn tentang ruang dan waktu beserta
perubahan waktu.
Untuk membantu mengembangkan pengertian siswa terhadap hubungan waktu- ruang, seorang
guru dapat memberikan pelajaran tentang pengenalan dan persamaan bentuk- bentuk dua
dimensi (seperti kubus, prisma, elips). Seorang guru dapat menyuruh sisiwa menjelaskan
posisinya terhadap sesuatu, misalnya seorang siswa dapat menyatakan bahwa ia berada ia berada
di baridsan ketiga bangku kedua dari kiri gurunya.
8. Keterampilan Mengenal Hubungan Bilangan- bilangan
Keterampilan mengenal hubungan bilangan- bilangan menurut Esler dan Esler meliputi kegaitan
menemukan hubungan kuantitatif diantara data dan menggunakan garis biangan untuk membuat
operasi aritmatika (matematika). Carin mengemukakan bahwa menggunakan angka adalah
mengaplikasikan aturan- aturan atau rumus- ruumus matematik untuk menghitung jumlah atau
menentukan hubungan dari pengukuran dasar. Menurut Abruscato, menggunakan bilangan
merupakan salah satu kemampuan dasar pada keterampilan proses.( Nasution, 2007: 1.61- 1.62).
Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan ini adalah menentukan nilai pi
dengan mengukur suatu rangkaian silinder, menggunakan garis bilangan untuk operasi
penambahan dan perkalian. Latihan- latihan yang mengharuskan siswa untuk mengurutkan dan
membandingkan benda- benda atau data berdasarkan faktor numerik membantu untuk
mengembangkan keterampilan ini. contoh pertanyaan yang membantu siswa agar mengerti
tentang hubungan bilangan antara lain adalah : “ lebih jauh mana benda A jika dibandingkan
dengan benda B?” “ Berapa derajat suhu tersebut turun dari – 100 C ke – 200 C ? ”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-
kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam
Moedjiono, 1992/ 1993 : 14)
Keterampilan proses dasar, meliputi keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi,
mengobservasi, mengklasifikasikan, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi,
memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan- hubungan angka.
B. SARAN
Untuk mengoptimilisasikan proses pembelajaran bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam di
sekolah dasar, terkadang membutuhkan alat peraga atau media pembelajaran yang bersifat
modern, seperti audio visual dan alat peraga atau media pembelajaran tersebut terkesan mahal,
sehingga semua sekolah dasar tidak mampu memilikinya yang dampaknya akan menghambat
daripada proses pembelajaran IPA disekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Noehi, dkk.2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/ 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD
Sumantri, Mulyani dan Johar Permana.1998/ 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
DEPDIKBUD
About these ads
Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA
Posted by Mahmuddin pada November 5, 2009
Pembelajaran biologi dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan
inkuiri, keterampilan proses, konstruktivistik, dan sains teknologi masyarakat. Kesemua
pendekatan tersebut bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah
serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting dalam kecakapan hidup. Oleh karena itu,
pemberian pengalaman belajar menekankan pada penggunaan dan pengembangan keterampilan
proses dan sikap ilmiah.
Pengembangan keterampilan proses siswa dapat dilatihkan melalui suatu kegiatan pembelajaran
yang menggunakan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses adalah
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan fakta-
fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual dan sikap
ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan
ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak
bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan.
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan
efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Dengan demikian, Pendekatan
Keterampilan Proses adalah perlakuan yang diterapkan dalam pembelajaran yang menekankan
pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan kemudian mengkomunikasikan
perolehannya. Keterampilan memperoleh pengetahuan dapat dengan menggunakan kemampuan
olah pikir (psikis) atau kemampuan olah perbuatan (fisik).
American Association for the Advancement of Science (1970), mengklasifikasikan keterampilan
proses menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses
dasar meliputi, observasi (pengamatan), clasifying (menggolongkan), communication
(komunikasi), measuring (pengukuran), inferensi (menyimpulkan), prediksi (meramalkan).
Sedangkan keterampilan proses terpadu meliputi pengontrolan variable, interpretasi data,
perumusan hipotesa, pendefinisian variabel secara operasional, merancang eksperimen.
Penilaian dalam keterampilan proses dilakukan selama proses pembelajaran (penilaian proses)
dengan menggunakan indikator dan kata operasional:
1. Mengamati: melihat, mendengar, merasa, meraba, mambaur, mencicipi, mengecap, menyimak, mengukur, membaca.
2. Menggolongkan (mengklasifikasikan): mencari persamaan, menyamakan, membedakan, membandingkan, mengontraskan, mecari dasar penggolongan.
3. Menafsirkan (menginterprestasikan): menaksir, memberi arti, mengartikan, memposisikan, mencari hubungan, ruang-waktu, menentukan pola, menarik kesimpulan, mengeneralisasikan.
4. Meramalkan (memprediksi): mengantisipasi berdasarkan kecenderungan, pola atau hubungan antar data atau informasi.
5. Menerapkan/menggunakan (informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, sikap, nilai atau keterampilan dalam situasi): menghitung, menentukan variabel, mengendalikan variabel, menghubungkan konsep, merumuskan konsep, pertanyaan penelitian, menyusun hipotesis, membuat modul.
6. Merencanakan penelitian: menentukan masalah/objek yang akan diteliti, menentukan tujuan penelitian, menentukan ruang lingkup penelitian, menentukan sumber data, menentukan alat, bahan, dan sumber kepustakaan, menentukan cara penelitian.
7. Mengkomunikasikan: berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan, merenungkan, meragakan, mengugkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan, tulisan, gerak atau penampilan).
Penilaian dalam pembelajaran yang menggunakan keterampilan proses dapat dilakukan secara
tes dan nontes. Penilaian secara tes dapat dilakukan melalui ujian tertulis dan lembar kerja.
Sedangkan tes perbuatan dapat dilakukan melalui observasi dan tes perbuatan. Namun demikian,
secara spesifik penilaian sangat ditentukan oleh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan serta
kreativitas dan kemampuan guru.
About these ads
ketrampilan proses pengamatanBAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Ilmu Pengetahuan Alam (sains) merupakan hasil kegiatan manusia yang diperoleh
dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Produk sains berupa pengetahuan
tentang sains yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Pada prinsipnya,
pelajaran sains di sekolah membekali siswa kemampuan berbagai cara “mengetahui” dan
cara ‘mengerjakan” sesuatu yang dapat membantu siswa memahami alam sekitar secara
mendalam.
Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung.
Siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses untuk
menjelajahi alam sekitar dan memahaminya. Sejak dini sebaiknya siswa sudah dilibatkan
dalam proses sains sesuai taraf perkembangannya intelektualnya, sehingga pada gilirannya
anak akan memiliki keterampilan proses sains
Salah satu usaha yang dilakukan pada pembelajaran IPA adalah dengan
menggunakan keterampilan proses sains. Menurut Gage, keterampilan ini digunakan oleh
para ilmuwan dalam memecahkan masalah. Melalui keterampilan proses sains, diharapkan
siswa dapat mengalami proses sebagaimana yang dialami oleh para ilmuwan dalam usaha
memecahkan misteri-misteri yang ada di alam.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, maka
rumusan masalahn dari penulisan makalah adalah sebagai berikut:
a) Apa pengertian dari keterampilan proses sains?
b) Apa saja alasan yang melandasi untuk menerapkan keterampilan proses dasar sains
dalam kegiatan belajar-mengajar?
c) Apa saja klasifikasi dari keterampilan proses?
d) Bagaimana cara guru mengajar dengan keterampilan proses?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penulisan
makalah ini sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui pengertian dari keterampilan proses sains.
b) Untuk mengetahui apa saja alasan yang melandasi dalam menerapkan keterampilan
proses dasar sains dalam kegiatan belajar-mengajar.
c) Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari keterampilan proses.
d) Untuk mengetahui cara guru mengajar dengan keterampilan proses.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian keterampilan proses sains
Sejarah ilmu pengetahuan adalah bagian dari sejarah bagaimana para ilmuwan
datang untuk melihat dunia yang mereka pelajari. Eksperimentasi dan observasi ilmiah
datang untuk didefinisikan oleh latihan dari sebuah proses yang disebut metode ilmiah.
Keterampilan yang mendasari premis yang mengatur metode ilmiah disebut sebagai
keterampilan proses sains.
Keterampilan proses sains adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan
bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam
pembelajaran sains, proses ilmiah tersebut harus dikembangkan pada siswa sebagai
pengalaman yang bermakna. Bagaimanapun pemahaman konsep sains tidak hanya
mengutamakan hasil (produk) saja, tetapi proses untuk mendapatkan konsep tersebut juga
sangat penting dalam membangun pengetahuan siswa.
Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah memiliki peran yang penting dalam
menemukan konsep sains. Siswa dapat membangun gagasan baru sewaktu mereka
berinteraksi dengan suatu gejala. Pembentukan gagasan dan pengetahuan siswa ini tidak
hanya bergantung pada karakteristik objek, tetapi juga bergantung pada bagaimana siswa
memahami objek atau memproses informasi sehingga diperoleh dan dibangun suatu
gagasan baru.
Ada tiga dimensi ilmiah yang sangat penting dalam mengajarkan sains. Yang
pertama adalah isi dari sains yaitu konsep dasar dan pengetahuan ilmiah. Dimensi ilmiah
yang pertama ini adalah yang kebanyakan dipikirkan orang. Dua dimensi ilmiah penting
lain di samping pengetahuan ilmiah adalah proses ilmiah dan sikap ilmiah. Proses ilmiah
adalah bagaimana ilmuwan melakukan proses dalam mendapatkan sains, sedangkan sikap
ilmiah adalah bagaimana para ilmuwan bersikap ketika melakukan proses dalam
mendapatkan sains tersebut. Sains adalah upaya untuk mempelajari, merumuskan
permasalahan, dan menemukan jawaban tentang berbagai gejala alam. Oleh karena itu,
maka keterampilan proses yang sama seperti yang telah dimiliki oleh para ilmuwan
harus kita miliki dalam memecahkan berbagai permasalahan kehidupan sehari-hari. Ketika
kita mengajar siswa untuk menggunakan keterampilan proses dalam memahami sains, kita
juga mengajarkan pada mereka keterampilan yang akan mereka gunakan dalam masa
depan di setiap area kehidupan mereka.
B. Alasan yang Melandasi untuk Menerapkan Keterampilan Proses Dasar Sains dalam
Kegiatan Belajar-Mengajar
Dalam menerapkan keterampilan proses dasar sains dalam kegiatan belajar
mengajar, ada dua alasan yang melandasinya yaitu:
a. Bahwa dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka laju pertumbuhan
produk-produk ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi pesat pula. sehingga tidak mungkin
lagi guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Jika guru tetap mengajarkan
semua fakta dan konsep dari berbagai cabang ilmu, maka sudah jelas target itu tidak akan
tercapai. Untuk itu siswa perlu dibekali dengan keterampilan untuk mencari dan mengolah
informasi dari berbagai sumber, dan tidak semata-mata dari guru.
b. Bahwa sains itu dipandang dari dua dimensi, yaitu dimensi produk dan dimensi proses.
Dengan melihat alasan ini betapa pentingnya keterampilan proses bagi siswa untuk
mendapatkan ilmu yang akan berguna bagi siswa dimasa yang akan datang, sehingga
bangsa kita akan dapat sejajar dengan bangsa maju lainnya.
C. Klasifikasi Keterampilan Proses
Funk (1985) dalam Dimyati dan Mudjiono, (2002: 140) mengutarakan bahwa
berbagai keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a.) Keterampilan proses dasar (basic skill)
Keterampilan proses dasar meliputi kegiatan yang berhubungan dengan observasi,
klasifikasi, pengukuran, komunikasi, prediksi, inferensi. Bila kita kaji lebih lanjut sebagai
berikut.
1. Observasi
Melalui kegiatan mengamati, siswa belajar tentang dunia sekitar yang fantastis.
Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan melibatkan indera penglihat,
pembau, pengecap, peraba, pendengar. Informasi yang diperoleh itu, dapat menuntut
interpretasi siswa tentang lingkungan dan menelitinya lebih lanjut. Kemampuan mengamati
merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu serta hal
terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lain. Mengamati merupakan
tanggapan terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan pancaindra. Dengan
obsevasi, siswa mengumpulkan data tentang tanggapan-tanggapan terhadap objek yang
diamati.
2. Klasifikasi
Sejumlah besar objek, peristiwa, dan segala yang ada dalam kehidupan di sekitar,
lebih mudah dipelajari apabila dilakukan dengan cara menentukan berbagai jenis golongan.
Menggolongkan dan mengamati persamaan, perbedaan dan hubungan serta
pengelompokan objek berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan. Keterampilan
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat
khususnya sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari objek peristiwa yang
dimaksud.
3. Komunikasi
Manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi merupakan
dasar untuk memecahkan masalah. Keterampilan menyapaikan sesuatu secara lisan
maupun tulisan termasuk komunikasi. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai
penyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk
suara, visual, atau suara dan visual (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 143). Contoh membaca
peta, tabel, garfik, bagan, lambang-lambang, diagaram, demontrasi visual.
4. Pengukuran
Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan
ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Keterampilan dalam menggunakan alat
dalam memperoleh data dapat disebut pengukuran.
5. Prediksi
Predeksi merupakan keterampilan meramal yang akan terjadi, berdasarkan gejala
yang ada. Keteraturan dalam lingkungan kita mengizinkan kita untuk mengenal pola dan
untuk memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati. Dimyati dan
Mudjiono (2002: 144) menyatakan bahwa memprediksi dapat diartikan sebagai
mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu
mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan
antara fakta, konsep, dan prinsip dalam pengetahuan.
6. Inferensi
Melakukan inferensi adalah menyimpulkan. Ini dapat diartikan sebagai suatu
keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta,
konsep dan prinsip yang diketahui.b.) Keterampilan terintegrasi (integarted skill)
Keterampilan terintegrasi merupakan perpaduan dua kemampuan keterampilan
proses dasar atau lebih. Keterampilan terintegrasi terdiri atas: mengidentifikasi variabel,
tabulasi, grafik, diskripsi hubungan variabel, perolehan dan proses data, analisis
penyelidikan, hipotesis ekperimen. Bila kita kaji lebih lanjut sebagai berikut.
1. Identifikasi Variabel
Keterampilan mengenal ciri khas dari faktor yang ikut menentukan perubahan.
Dalam penyelidikan ilmiah para ilmuan sering mengendalikan variable eksperimen atau
penelitian.
2. Tabulasi
Keterampilan penyajian data dalam bentuk tabel, untuk mempermudah pembacaan
hubungan antarkomponen (penyusunan data menurut lajur-lajur yang tersedia).
3. Grafik
Keterampilan penyajian dengan garis tentang turun naiknya sesuatu keadaan.
4. Deskripsi hubungan variabel
Keterampilan membuat sinopsis/pernyataan hubungan faktor-faktor yang
menentukan perubahan. Variabel adalah faktor yang berpengaruh. Sebagai contoh, guru
dapat melatih anak-anak dalam mengendalikan variabel untuk membuktikan bahwa
tanaman jagung yang diberi pupuk akan lebih cepat tumbuh.
5. Perolehan dan proses data
Keterampilan melakukan langkah secara urut untuk memperoleh data. Data yang
dikumpulkan melalui observasi, penghitungan, pengukuran, eksperimen dapat dicatat dan
disajikan dalam bentuk grafik, tabel, histogram, atau diagram.
6. Analisis penyelidikan
Keterampilan menguraikan pokok persoalan atas bagian-bagian dan
terpecahkannya permasalahan berdasarkan metode yang konsisten untuk mencapai
pengertian tentang prinsip-prinsip dasar.
7. Hipotesis
Keterampilan merumuskan dugaan sementara.
8. Ekperimen
Keterampilan melakukan percobaan untuk membuktikan suatu teori/penjelasan
berdasarkan pengamatan dan penalaran.
Keterampilan proses seperti yang diutarakan oleh Funk merupakan keterampilan proses
yang harus diaplikasikan pada pendidikan di sekolah oleh guru. Pembelajaran sains
menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan
mengembangkan sikap ilmiah. Hal ini bisa tercapai apabila dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan keterampilan proses baik keterampilan proses dasar maupun
keterampilan proses terintegrasi (terpadu) seperti terungkap di atas.
Keterampilan memperoleh pengetahuan yang ingin dibentuk adalah daya pikir dan
kreasi. Daya pikir dan daya kreasi merupakan indikator perkembangan kognitif. Para ahli
psikologi pendidikan menemukan bahwa pekembangan kognitif bukan merupakan
akumulasi kepingan informasi atau kepingan perubahan informasi yang terpisah, tetapi
merupakan pembentukan oleh anak suatu kerangka atau jaringan mental untuk memahami
lingkungan.
D. CARA GURU MENGAJAR DENGAN KETERAMPIULAN PROSES
Siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan, dalam
kondisi yang merangsang untuk belajar. Mereka mamerlukan bimbingan dan bantuan untuk
memahami bahan pelajaran dalam berbagai kegiatan belajar.
Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar. Dapat dilakukan
cara sebagai berikut:
a.) Tujuan pengajaran
Tujuan mengajar merupakan pangakl tolak keberhasilan dalam mengajar. Makin
jelas tujuan rumusan, makin mudah menyususn rencana dan melaksanakan kegiatan
belajar siswadi bawah bimbingan guru.
b.) Waktu
Diperlukan pengaturan waktu yang tersedia, yang mana waktu yang tersedia akan
dirasakan singkat bila diisi dengan kegiatan yang menggairahkan siswa untuk belajar dan
juga dapat memberikan hasil belajar yang produktif.
c.) Pengaturan ruang belajar
Agar tercipta suasana yang menggairahkan dalam belajar, perlu diperhatikan
pengaturan ruang belajar. Dalam pengaturan ruang, hal-hal berikut perlu diperhatikan.
- Ukuran dan bentuk kelas
- Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa
- Jumlah siswa di dalam kelas
d.) Pengaturan siswa dalam belajar
Dalam belajar, siswa melakukan beragam kegiatan belajar. Kegiatan ini disesuaikan
dengan minat dan kebutuhan siswa itu sendiri.
Agar kegiatan-kegiatan belajar yang diciptakan guru sesuai dengan kebutuhan cara belajar
siswa, diperlukan pengelompokkan siswa dalam belajar. Penyusunan anggota kelompok,
hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
- Kegiatan belajar apa yang akan dilaksanakan (individual, kelompok)?
- Siapa yang menyusun anggota kelompok (guru, siswa)?
- Atas dasar apa kelompok itu disusun?
- Apakah kelompok itu berubah-ubah, ataukah tetap?
e.) Pengelompokan siswa melayani kegiatan belajar-mengajarDalam melayani kegiatan belajar aktif, pengelompokkan siswa mempunyai arti
tersendiri. Jika dibedakan dari pengelompokkan yang sederahana sampai yang kompleks,
maka pengelompokkan siswa dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu:
- Menurut kesenangan berkawan
- Menurut kemampuan
- Menurut minat
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi, keterampilan proses sains adalah keterampilan yang mendasari premis yang
mengatur metode ilmiah. Keterampilan-keterampilan proses sains adalah keterampilan-
keterampilan yang dipelajari siswa saat mereka melakukan penelitian ilmiah. Mereka
menggunakan berbagai macam keterampilan proses, bukan hanya satu metode ilmiah
tunggal. Keterampilan-keterampilan proses tersebut diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
keterampilan keterampilan proses dasar dan keterampilan terintegrasi. Keterampilan proses
dasar terdiri atas: observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, prediksi, dan inferensi.
Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri atas: mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik,
diskripsi hubungan variabel, perolehan dan proses data, analisis penyelidikan, hipotesis,
dan ekperimen.
Pendekatan keterampilan proses dilakukan dengan keyakinan bahwa sains adalah
alat yang potensial untuk membantu mengembangkan kepribadian siswa, dimana
kepribadian siswa yang berkembang ini merupakan prasyarat untuk melanjutkan kejalur
profesi apapun yang diminatinya.B. SARAN
Keterampilan proses dalam pengajaran sains merupakan suatu model atau alternatif
pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam tingkah laku dan proses mental,
seperti ilmuwan. pada pendekatan keterampilan proses ini, maka siswa harus berperan
selaku subjek dalam belajar. Ia bukan sekedar penerima informasi, tetapi sebaliknya
sebagai pencari informasi. Sehingga siswa harus aktif dan terampil untuk mampu
mengelola perolehannya, hasil belajarnya, atau pengalamannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://klastertimur.blogspot.com/2012/09/keterampilan-proses-ipa-pendidikan-dasar.htmlhttp://rudy-unesa.blogspot.com/2011/10/keterampilan-proses-sains.htmlhttp://www.ukessays.com/essays/education/keterampilan-proses.phpfile:///E:/Rudy%20Unesa%20%20Keterampilan%20Proses%20Sains.htmfile:///E:/ipa%20lanjut%201.htm
KETRAMPILAN PROSES SAINSA. PengertianKeterampilan proses sains adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam pembelajaran sains, proses ilmiah tersebut harus dikembangkan pada siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Bagaimanapun pemahaman konsep sains tidak hanya mengutamakan hasil (produk) saja, tetapi proses untuk mendapatkan konsep tersebut juga sangat penting dalam membangun pengetahuan siswa. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah memiliki peran yang penting dalam menemukan konsep sains. Siswa dapat membangun gagasan baru sewaktu mereka berinteraksi dengan suatu gejala. Pembentukan gagasan dan pengetahuan siswa ini tidak hanya bergantung pada karakteristik objek,
tetapi juga bergantung pada bagaimana siswa memahami objek atau memproses informasi sehingga diperoleh dan dibangun suatu gagasan baru.Ada tiga dimensi ilmiah yang sangat penting dalam mengajarkan sains. Yang pertama adalah isi dari sains yaitu konsep dasar dan pengetahuan ilmiah. Dimensi ilmiah yang pertama ini adalah yang kebanyakan dipikirkan orang. Dua dimensi ilmiah penting lain di samping pengetahuan ilmiah adalah proses ilmiah dan sikap ilmiah. Proses ilmiah adalah bagaimana ilmuwan melakukan proses dalam mendapatkan sains, sedangkan sikap ilmiah adalah bagaimana para ilmuwan bersikap ketika melakukan proses dalam mendapatkan sains tersebut. Sains adalah upaya untuk mempelajari, merumuskan permasalahan, dan menemukan jawaban tentang berbagai gejala alam. Oleh karena itu, maka keterampilan proses yang sama seperti yang dimiliki ilmuwan harus kita miliki dalam memecahkan berbagai permasalahan kehidupan sehari-hari. Ketika kita mengajar siswa untuk menggunakan keterampilan proses dalammemahami sains, kita juga mengajarkan pada mereka keterampilan yang akan mereka gunakan dalam masa depan di setiap area kehidupan mereka.
B. Enam Dasar Keterampilan Proses SainsAda enam dasar keterampilan proses sains.
1. Pengamatan (Observation)
2. Komunikasi (Communication)
3. Pengelompokan (Classification)
4. Pengukuran (Measurement)
5. Kesimpulan (Inference)
6. Ramalan (Prediction)
Keterampilan dasar tersebut terintegrasi serentak ketika ilmuwan merancang dan melaksanakan eksperimen atau dalam kehidupan sehari-hari ketika kita semua melakukan tes percobaan. Enam keterampilan dasar tersebut sangat penting baik secara individu maupun ketika berkelompok. Enam keterampilan dasar dapatdigunakan dalam urutan peningkatan kemampuan, meskipun mungkin siswa termuda akan menggunakan semua keterampilan secara bersama di berbagai waktu. Dalamtahap awal siswa akan menghabiskan lebih besar waktunya menggunakan keterampilan seperti observasi dan komunikasi. Dengan bertambahnya usia mereka akan mulai menghabiskan lebih banyak waktunya menggunakan keterampilan inferensi dan prediksi. Klasifikasi dan pengukuran cenderung digunakan di seluruh tingkatan kelas secara lebih merata. Klasifikasi dan pengukuran perlu diperkenalkan kepada anak-anak secara bertahap dari waktu ke waktu, karena ada perbedaandalam melakukan pengelompokan, kompleksitasnya, metode dan sistem pengukurannya. Mengembangkan kemampuan untuk merancang semakin ditekankanseiring bertambahnya tingkat kelas. Mengintegrasikan dasar keterampilan prosessecara bersama meliputi: menciptakan hipotesis, mengidentifikasi dan memanipulasivariabel dalam percobaan sederhana, dilatihkan kepada siswa secara bertahap Pada tingkat ini, para siswa mulai untuk benar-benar bertanya dan menjawab pertanyaanilmiah mereka sendiri. Selanjutnya merancang percobaan dan menganalisis dataeksperimen akan fokus pada penggunaan keterampilan proses sains terpadu dalammerancang eksperimen dan mencapai kesimpulan.
C. Sains dimulai dari pengamatanMengamati adalah keterampilan proses sains yang paling awal. Kita mengamatibenda-benda dan peristiwa menggunakan semua panca indera kita, yang berarti kita belajar tentang dunia di sekitar kita. Kemampuan untuk membuat pengamatan yang baik sangat penting untuk perkembangan keterampilan proses sains lainnya, yaitu:berkomunikasi, mengklasifikasi, mengukur, menyimpulkan, dan memprediksi.Pengamatan sederhana dibuat hanya menggunakan indera, yang biasanya menghasilkan pengamatan kualitatif (misalnya: daun berwarna hijau, nula lilin lemah,dll). Pengamatan yang melibatkan angka atau kuantitas adalah pengamatankuantitatif misalnya: massa satu daun adalah lima gram, jumlah daun bergerombol dalam kelompok adalah lima). Pengamatan kuantitatif memberikan informasi yang lebih tepat dibandingkan informasi dari indera kita saja. Tidak mengherankan, jikasiswa terutama yang masih kecil, membutuhkan bantuan untuk membuat pengamatanyang baik.Pengamatan baik jika hasil pengamatan rinci dan akurat. Siswa harus diminta untuk mendeskripsikan pengamatan berupa tulisan atau gambar selengkap mungkin.Informasi hasil pengamatan siswa harus dibuat dengan penuh rincian karena akandapat meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep yang sedang dipelajari. Jikasiswa mengamati dengan panca indera mereka atau dengan instrumen, kita dapat membimbing mereka agar membuat deskripsi lebih baik dan lebih rinci. Kita dapat melakukan ini dengan mendengarkan pengamatan awal siswa dan kemudian mendorong mereka untuk menjelaskan. Misalnya, jika seorang siswa menjelaskan apa yang dia lihat, mereka mungkin hanya menggambarkan warna suatu objek tetapi tidak ukuran atau bentuknya. Seorang siswa mungkin menggambarkan volume suara namun tidak pitch atau iramanya. Kita dapat mendorong siswa untuk menambahkan rincian deskripsi mereka dan tidak hanya dari lima indera yang mereka gunakan.
D. Pengamatan, Komunikasi, dan PengukuranKomunikasi adalah keterampilan proses sains yang ke dua, bergandengan dengan pengamatan. Siswa harus berkomunikasi dalam rangka membagikan hasilpengamatan kepada orang lain, dan komunikasi harus jelas dan efektif agar orang lain dapat memahami informasi tersebut. Salah satu kunci untuk berkomunikasiefektif adalah dengan menggunakan rujukan (referensi).Kita mungkin mengatakan langit biru, rumput hijau, atau lemon kuning untuk menggambarkan nuansa biru, hijau, atau kuning. Idenya adalah untuk berkomunikasi menggunakan deskripsi kata-kata yang baik untuk berbagi pemahaman denganorang-orang pada umumnya. Tanpa rujukan, kita telah membuka pintu kesalahpahaman. Jika kita hanya mengatakan panas atau kasar, mungkin pendengar mempunyai gagasan yang berbeda tentang bagaimana panas atau kasar. Jika siswa mencoba untuk menjelaskan ukuran diameter kelereng mereka mungkin menggunakan ukuran sepatunya sebagai suatu rujukan. Diameter kelereng bisa lebih besar atau lebih kecil dari sepatu siswa tersebut.Proses tambahan keterampilan mengukur menjadi kasus khusus dari mengamati dan berkomunikasi. Ketika kita mengukur beberapa benda, kita membandingkan benda tersebut untuk didefinisikan dengan rujukan yang disebut satuan. Sebuah informasi hasil pengukuran berisi dua bagian yaitu angka untuk memberitahu berapa banyak, dan nama satuan untuk memberitahu kita berapa banyak dengan rujukan apa. Siswa dapat mengkomunikasikan hasil pengamatan mereka secara lisan, secara tertulis, atau dengan gambar. menggambar. Metode lain untuk mengkomunikasikan hasil pengamatan yang sering digunakan adalah grafik, diagram, peta, dan demonstrasi visual.
E. PengelompokanSiswa di kelas-kelas awal diharapkan dapat memilah benda-benda atau fenomena ke dalam kelompok berdasarkan pengamatan mereka. Pengelompokan obyek atau peristiwa adalah cara memilah objek berdasarkan kesamaan, perbedaan, dan hubungan. Ini merupakan langkah penting menuju pemahaman yang lebih baiktentang objek yang berbeda dari gejala alam.Ada beberapa metode yang berbeda dalam melakukan klasifikasi. Metode yang paling sederhana adalah klasifikasi serial. Objek ditempatkan dalam urutan peringkatdidasarkan pada beberapa persyaratan, misalnya siswa dikelompokkan berdasarkantingginya. Dua metode lainnya adalah klasifikasi biner dan klasifikasi bertingkat.Dalam sistem klasifikasi biner, satu set objek yang sederhana dibagi menjadi dua himpunan bagian. Hal ini biasanya dilakukan atas dasar apakah setiap objek memilikiatau tidak memiliki syarat tertentu. Misalnya, hewan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu hewan dengan tulang punggung dan hewan dengan tanpa tulang punggung. Sebuah klasifikasi biner juga dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu persyaratan. Objek dalam satu kelompok harus memiliki semua sifat-sifat yang diperlukan, jika tidak mereka akan menjadi milik kelompok lain.
F. Kesimpulan dan RamalanTidak seperti pengamatan yang buktinya langsung terkumpul di sekitar obyek,kesimpulan adalah penjelasan atau tafsiran (interpretasi) yang dibuat berdasarkanpengamatan. Ketika kita mampu membuat kesimpulan, menafsirkan dan menjelaskan peristiwa-peristiwa di sekitar kita, kita memiliki apresiasi yang lebih baik terhadaplingkungan di sekitar kita. Para ilmuwan mengemukakan hipotesis tentang mengapasuatu peristiwa dapat terjadi, didasarkan pada kesimpulannya tentang hasil penyelidikan (investigasi). Siswa perlu diajarkan bagaimana membedakan antarapengamatan dan kesimpulan. Mereka harus mampu membedakan dengan bukti yang mereka kumpulkan mengenai alam antara pengamatan dengan tafsiran mereka berdasarkan pengamatan atau kesimpulan.Kita dapat membantu siswa membuat perbedaan ini dengan terlebih dahulumendorong mereka untuk mendeskripsikan pengamatan mereka menjadi rinci.Kemudian, dengan member pertanyaan-pertanyaan siswa tentang pengamatan mereka kita dapat mendorong siswa untuk berpikir tentang makna dari pengamatan.Berpikir untuk membuat kesimpulan dengan cara ini mengingatkan kita untuk mengkaitkan kesimpulan apa yang telah diamati dengan apa yang sudah diketahui dari pengalaman sebelumnya. Kita menggunakan pengalaman masa lalu untuk membantu menafsirkan hasil pengamatan.Seringkali kesimpulan yang berbeda dapat dibuat berdasarkan pengamatan yang sama. Kesimpulan kita juga bisa berubah seiring dengan hasil pengamatan tambahan.Pada umumnya kita lebih percaya diri tentang kesimpulan kita ketika pengamatanyang diperoleh cocok dengan pengalaman masa lalu. Kita juga lebih percaya diri tentang kesimpulan saat mengumpulkan lebih banyak bukti pendukung. Ketika siswa mencoba untuk membuat kesimpulan, mereka sering harus kembali dan membuat pengamatan tambahan agar menjadi lebih percaya diri dalam mengambil kesimpulankesimpulan. Kadang-kadang membuat pengamatan tambahan akan memperkuat kesimpulan, tapi kadang-kadang informasi tambahan akan menyebabkan kita untuk memodifikasi atau bahkan menolak kesimpulan sebelumnya. Dalam ilmupengetahuan, kesimpulan tentang bagaimana segala sesuatu bekerja secara terus menerus dibangun, diubah, dan bahkan ditolak berdasarkan pengamatan baru.
Membuat ramalan (prediksi) adalah membuat dugaan secara logis tentang hasil dari kejadian masa depan. Kemampuan untuk membuat ramalan tentang kejadian di masa depan memungkinkan kita untuk berhasil berinteraksi dengan lingkungan sekitar kita. Ramalan ini didasarkan pada pengamatan yang baik dan kesimpulan yang dibuat tentang kejadian yang diamati. Seperti kesimpulan, ramalan didasarkan pada apa yang kita amati dan masa lalu kita sehingga mengalami model mental yang terbangun dari pengalaman-pengalaman. Jadi meramal tidak hanya sekedarmenebak, tetapi harus berdasarkan kesimpulan kita atau hipotesis tentang peristiwayang memberi kita cara untuk menguji kesimpulan atau hipotesis. Jika ramalantersebut ternyata benar, maka kita memiliki keyakinan lebih besar pada inferensi /hipotesis. Ini adalah dasar dari proses ilmiah yang digunakan oleh para ilmuwan yangbertanya dan menjawab pertanyaan dengan mengintegrasikan bersama-sama enam keterampilan ilmu dasar proses.
Singkatnya, keberhasilan dalam mengintegrasikan keterampilan proses sains dalampelajaran di kelas dan penyelidikan (investigasi) lapangan akan membuat pembelajaran memberikan pengalaman yang lebih kaya dan lebih bermakna bagisiswa. Siswa akan belajar keterampilan sains serta isi sains, dan secara aktif terlibat dengan sains yang mereka pelajari , dan dengan demikian dapat mencapaipemahaman yang lebih dalam. Akhirnya, keterlibatan aktif dengan sains kemungkinan akan
menyebabkan siswa menjadi lebih tertarik dan mKeterampilan Proses SainsKeterampilan-Keterampilan Proses Sains
Para ahli pendidikan sains memandang sains tidak hanya terdiri dari fakta, konsep, dan teori yang dapat dihafalkan, tetapi juga terdiri atas kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam yang belum diterangkan. Secara garis besar sains dapat didefenisikan atas tiga komponen, yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah, dan (3) produk ilmiah. Jadi proses atau keterampilan proses atau metode ilmiah merupakan bagian studi sains, termasuk materi bidang studi yang harus dipelajari siswa. Mengajarkan bidang studi sains (IPA) berupa produk atau fakta, konsep dan teori saja belum lengkap, karena baru mengajarkan salah satu komponennya.
Komponen sikap ilmiah yang perlu ditumbuhkan antara lain adalah tanggung jawab, keinginan hendak tahu, jujur, terbuka, obyektif, kreatif, toleransi, kecermatan bekerja, percaya diri sendiri, konsep diri positif, mengenal hubungan antara masyarakat dan sains,perhatian terhadap sesama mahluk hidup, menyadari bahwa kemajuan ilmiah diperoleh dari sudut usaha bersama, dan menginterpretasikan gejala alam dari sudut prinsip-prinsip ilmiah. Dengan kata lain pendidikan sains juga bertujuan mengembangkan kepribadian siswa.
Proses dapat didefenisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Proses atau metode ilmiah itu merupakan konsep besar yang dapat dirinci menjadi sejumlah komponen yang harus dikuasai apabila orang itu hendak melakukan penelitian dan pengembangan dalam bidangnya. Sainstis mengembangkan teori antara melalui keterampilan proses.
A. Keterampilan Proses Sains Menurut Abruscato
Abruscato (1992), mengklasifikasikan keterampilan proses sains menjadi dua bagian, yaitu keterampilan proses dasar (Basic Processes) dan keterampilan proses terintegrasi (Integrated Processes). Keterampilan proses dasar terdiri atas: 1. Pengamatan 2. Penggunaan bilangan 3. Pengklasifikasian 4. Pengukuran 5. Pengkomunikasian 6. Peramalan 7. Penginferensial
Sedangkan keterampilan proses terintegrasi terdiri atas: 1. Pengontrolan variabel 2. Penafsiran data 3. Perumusan hipotesis 4. Pendefinisian secara operasional 5. Melakukan eksperimen.
Agar siswa memiliki keterampilan-keterampilan tersebut, maka harus dilatih untuk melakukan kegiatan-kegiatan sehubungan dengan keterampilan itu.
B. Keterampilan Proses Sains Menurut Kurikulum 2006
Pemberian pengalaman belajar secara langsung dalam pembelajaran sains sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah.
Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam Standar Isi antara lain:
1. Mengamati 2. Mengklasifikasi 3. Mengukur 4. Menggunakan alat 5. Mengkomunikasikan 6. Menafsirkan 7. Memprediksi 8. Melakukan eksperimen
Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dalam Standar Isi antara lain: 1. Mengamati 2. Menggolongkan atau Mengkelaskan 3. Mengukur 4. Menggunakan alat
5. Mengkomunikasikan hasil 6. Menafsirkan 7. Memprediksi 8. Menganalisis 9. Mensintesis 10. Melakukan percobaan
Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Madrasah Aliyah (MA) dalam Standar Isi antara lain: 1. Mengamati 2. Mengukur 3. Menggolongkan 4. Mengajuakn Pertanyaan 5. Menyusun Hipotesis 6. Merencanakan percobaan 7. Mengidentifikasi variabel 8. Menentukan langkah kerja 9. Melakukan eksperimen 10. Membuat dan Menafsirkan informasi/grafik 11. Menerapkan konsep 12. Menyimpulkan 13. Mengkomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal.
Keterampilan-keterampilan Proses Sains adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa pada saat mereka melakukan inquiri ilmiah. Pada saat mereka terlibat aktif dalam penyelidikan ilmiah, mereka menggunakan berbagai macam keterampilan proses, bukan hanya satu metode ilmiah tunggal. Keterampilan-keterampilan proses sains dikembangkan bersama-sama dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip sains.
Menurut Nur (2003) keterampilan proses tersebut adalah pengamatan, pengklasifikasian, penginferensian, peramalan, pengkomunikasian, pengukuran, penggunaan bilangan,penginterpretasian data, melakukan eksperimen, pengontrolan variabel, perumusan hipotesis, dan pendefinisian secara operasional.
1. Pengamatan
Pengamatan adalah penggunaan indera-indera seseorang. Seorang mengamati dengan penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat pengamatan adalah: (a) penggunaan indera-indera tidak hanya penglihatan; (b) pengorganisasian obyek-obyek menurut satu sifat tertentu; (c)pengidentifikasian banyak sifat; (d) pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu obyek; (e) melakukan pengamatan kuantitatif, contohnya: “5 kilogram” bukan “massa” (f)melakukan pengamatan kualitatif, contohnya: “baunya seperti susu asam” bukan “berbau”.
Pengamatan yang dilakukan hanya dengan menggunakan indera tanpa mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan
yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kuantitatif. Besaran yang diperoleh dari mencacah termasuk pengamatan kuantitaif.
Pengamatan kualitatif didefenisikan sebagai pengamatan yang dilakukan dengan beberapa atau seluruh indera, yaitu dengan mendeskripsikan apa yang dilihat, apa yang dirasa, apa yang dibau, apa yang didengar, apa yang dicicipi dari obyek yang diamati.
Pengamatan yang hanya menggunakan satu indera tidak dapat memberikan deskripsi yang lengkap tentang obyek yang diamati. Carin (1993) mengemukakan bahwa terdapat tujuh komponen untuk melakukan pengamatan ilmiah yang baik, yaitu:
1. Rencana (plan). Buatlah rencana untuk penuntun pengamatan supaya tidak terlewati hal-hal yang penting atau supaya tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu. 2. Indera (Senses). Pergunakanlah semua indera yang tepat kalau perlu memakai alat untuk membantu indera dalam mengumpulkan informasi yang jelas. 3. Pertanyaan (Question). Tetaplah mepunyai rasa ingin tahu selama mengamati, waspadalah terhadap perbedaan-perbedaan dan pertanyakanlah segala sesuatu untuk mendapatkan informasi baru dan pengamatan baru. 4. Pengukuran (Measurement). Buatlah pengukuran-pengukuran variabel yang penting untuk melengkapi pengamatan kualitatif. 5. Persamaan dan perbedaan (Similarities and Differences). Identifikasikanlah persamaan dan perbedaan antara obyek pengamatan dengan obyek-obyek lain yang dapat dibandingkan. 6. Perubahan (Changes). Amati perubahan-perubahan alami yang terjadi pada obyek atau sistem yang sedang diteliti. Bila perlu buatlah perubahan-perubahan dan amati perubahan yang terjadi sebagai akibat. 7. Komunikasi (Communication). Laporkan hasil pengamatan anda dengan jells mempergunakan uraian, diagram-diagram, gambar-gambar dan metode-metode lain yang tepat.
2. Penggunaan bilangan
Penggunaan bilangan meliputi pengurutan, penghitungan, penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat menggunakan bilangan adalah: (a) penghitungan; (b) pengurutan; (c) penyusunan bilangan dalam pola-pola yang benar; (d) pengunaan keterampilan matematika yang sesuai.
3. Pengklasifikasian
Pengklasifikasian adalah pengelompokan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu. Beberapa perilaku siswa adalah: (a) pengidentifikasian suatu sifat umum, contohnya:mineral menyerupai logam dan mineral yang tidak menyerupai logam; (b) memilah-milahkan dengan menggunakan dua sifat atau lebih, contohnya: yang memiliki celah yang dapat menggores gelas; dan mineral tanpa celah dan mineral yang tidak dapat menggores gelas.
4. Pengukuran
Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek, berapakah suatu obyek,berapa banyak ruang yang ditempati suatu obyek. Obyek tersebut dibandingkan dengan suatu satuan pengukuran, misalnya sebuah penjepit kertas atau satuan baku sentimeter. Proses ini digunakan untuk melakukan pengamatan kuantitatif. Beberapa perilaku siswa adalah: (a) pengukuran panjang, volume, massa, temperatur, dan waktu dalam satuan yang sesuai; (b) memilih alat dan satuan yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu tersebut.
5. Pengkomunikasian
Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang diketahui seseorang dengan ucapan kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi, atau grafik. Jadi penting menyatakan sesuatu atau menulis data sejelas-jelasnya. Guru dapat membantu siswa dengan jalan memberi kesempatan sebanyak-banyaknya berlatih berkomunikasi dan membantu mereka mengevaluasi apa yang mereka katakan atau tulis. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat melakukan komunikasi adalah: (a) pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan perbendaharaan kata yang sesuai; (b) pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan pengamatan dan peragaan data; (c) perancangan poster atau diagram untuk menyajikan orang lain.
6. Peramalan
Peramalan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu percobaan. Ramalan-ramalan didasarkan pada pengamatan-pengamatan dan inferensi-inferensi sebelumnya. Ramalan merupakan suatu pernyataan tentang pengamatan apa yang mungkin dijumpai di masa yang akan datang, sedangkan inferensi berupaya untuk memberikan alasan tentang mengapa suatu pengamatan terjadi. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa adalah: (a) penggunaan data dan pengamatan yang sesuai; (b) penafsiran generalisasi tentang pola-pola; (c) pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai.
7. Penginferensial
Penginferensial adalah penggunaan seseorang apa yang diamati untuk menjelaskan sesuatu yang telah terjadi. Penginferensial berlangsung, melampaui suatu pengamatan untuk menafsirkan apa yang telah diamati. Sebagai contoh: Seorang melihat suatu petak rumput mati. Suatu inferensi yang mungkin diajukaan adalah bahwa cacing tanah tersebut yang menyebabkan rumput itu mati. Beberapa perilaku siswa adalah: (a) mengkaitkan pengamatan dengan pengalaman atau pengetahuan terdahulu; (b) mengajukan penjelasan-penjelasan untuk pengamatan-pengamatan.
8. Identifikasi dan Pengontrolan Variabel
Variabel adalah suatu besaran yang dapat bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu. Dalam penelitian ilmiah terdapat 3 (tiga) macam variabel yang penting, yaitu
variabel manipulasi, variabel respon, dan variabel kontrol. Variabel yang secara sengaja diubah disebut variabel manipulasi. Variabel yang berubah sebagai akibat pemanipulasian variabel manipulasi disebut variabel respon. Andaikan kamu telah melakukan percobaan yang menghasilkan kesimpulan bahwa “Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin redup.” variabel-variabel yang kamu teliti dalam percobaan itu adalah banyak lampu dan nyala lampu. Pada percobaan itu kamu sengaja telah mengubah banyak lampu, yaitu mula-mula hanya ada satu lampu kemudian ditambahkan satu lampu lagi secara seri dengan lampu pertama. Oleh karena itu banyak lampu merupakan variabel manipulasi. Variabel lain, yaitu nyala lampu merupakan variabel respon, karena nyala lampu berubah akibat pemanipulasian variabel manipulasi. Di samping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu percobaan atau eksperimen. Dalam suatu eksperimen, kita ingin dapat mengatakan bahwa variabel manipulasi adalah satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap variabel respon. Oleh karena itu, harus yakin bahwa faktor lain yang dapat memiliki suatu pengaruh dicegah untuk memberikan pengaruh. Variabel yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi dijaga agar tidak memberikan pengaruh disebut variabel kontrol. Eksperimen yang dilakukan dengan pengontrolan variabel seperti itu dapat disebut prosedur eksperimen yang benar. Jadi mengontrol variabel berarti memastikan bahwa segala sesuatu dalam suatu percobaan adalah tetap sama kecuali satu faktor. Misalkan pada saat melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis “Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin redup.” Kamu mula-mula membuat rangkaian sederhana satu baterai yang dibebani satu lampu, ternyata menyala terang. Kemudian kamu menambah satu lampu lagi secara seri dengan pertama, ternyata lampu menjadi redup. Pada saat kamu menambah satu lampu tersebut, kamu tidak mengubah empat variabel, yaitu jenis baterai, jenis kabel-kabel penghubung, jenis soket baterai, dan jenis soket lampu. Dalam percobaan ini kamu telah menjaga empat variabel itu agar tidak mempengaruhi hasil percobaan tersebut. Empat variabel kontrol itu disebut variabel kontrol. Dengan demikian kamu dapat mengatakan bahwa satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap redupnya nyala lampu itu (variabel respon) karena ada tambahan satu lampu secar seri (variabel manipulasi). Beberapa perilaku siswa dalam mengontrol variabel adalah: (a) pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian variabel yang diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam suatu percobaan.
9. Penafsiran Data
Penafsiran data adalah menjelaskan makna informasi yang telah dikumpulkan.Beberapa perilaku siswa adalah: (a) penyusunan data; (b) pengenalan pola-pola atau hubungan-hubungan; (c) merumuskan inferensi yang sesuai dengan menggunakan data; (d) pengikhtisaran secara benar.
10. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang dapat diuji tentang bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis sering dinyatakan sebagai pernyataan jika dan maka. Contohnya: “Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil.” Dari rumusan ini dapat dikatakan bahwa hipotesis adalah dugaan tentang pengaruh apa yang akan diberikan
variabel manipulasi terhadap variabel respon. Oleh karena itu, di dalam rumusan hipotesis lazim terdapat variabel manipulasi dan variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan, bukan pertanyaan. Hipotesis dapat dirumuskan dengan penalaran induktif berdasarkan data hasil pengamatan atau dirumuskan dengan penalaran deduktif berdasarkan teori. Penalaran induktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan data atau kasus menuju ke suatu pernyataan kesimpulan umum yang dapat berbentuk hipotesis atau teori sementara. Penalaran deduktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan teori menuju pernyataan kesimpulan sementara yang bersifat spesifik. Beberapa perilaku siswa yang dikerjakan siswa saat merumuskan hipotesis adalah: (a) perumusan hipotesis berdasarkan pengamatan dan inferensi, (b) merancang cara-cara untuk menguji hipotesis, (c) merevisi hipotesis apabila data tidak mendukung hipotesis tersebut.
11. Pendefinisian Variabel Secara Operasional (PVSO)
PVSO adalah perumusan suatu definisi yang berdasarkan pada apa yang mereka lakukan atau apa yang mereka amati. Suatu definisi operasional mengatakan bagaimana sesuatu tindakan atau kejadian berlangsung, bukan apakah tindakan atau kejadian itu. Mendefenisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan tindakan apa yang dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat. Contohnya, dari hipotesis “Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil.” Untuk variabel manipulasi, tindakan yang dilakukan adalah menuangkan air ke dalam gelas kimia sampai 20 ml, 40 ml, 60 ml; sedangkan pengamatan yang dicatat adalah volume air PDAM, yaitu 20 ml, 40 ml, dan 60 ml. Untuk variabel respon, tindakan yang dilakukan adalah menyalakan lilin, sedangkan pengamatan yang dicatat adalah suhu air PDAM. Penting dicatat bahwa tiap peneliti dapat membuat definisi operasional veriabel sendiri-sendiri, artinya variabel yang sama definisi operasionalnya dapat berbeda-beda bergantung pada yang ditetapkan masing-masing peneliti. Oleh karena itu, sebagian besar rancangan eksperimen sebagai persiapan pengumpulan data telah terselesaikan. Yang tersisa tinggal menetapkan variabel kontrol. Beberapa perilaku siswa saat mendefinisikan variabel secara operasional adalah; (a) memaparkan pengalaman-pengalaman dengan menggunakan obyek-obyek kongkrit, (b) mengatakan apa yang diperbuat obyek-obyek tersebut, (c) memaparkan perubahan-perubahan atau pengukuran-pengukuran selama suatu kejadian.
12. Melakukan eksperimen
Melakukan eksperimen adalah pengujian hipotesis atau prediksi. Dalam suatu eksperimen, seluruh variabel harus dijaga tetap sama kecuali satu, yaitu variabel manipulasi. Dengan kata lain, eksperimen atau percobaan dapat didefenisikan sebagai usaha sistematik yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu rumusan masalah atau menguji hipotesis. Apabila suatu variabel akan dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam bentuk definisi operasional. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa saat melakukan eksperimen adalah: (a) merumuskan dan menguji prediksi tentang kejadian-kejadian, (b) mengajukan dan menguji hipotesis, (c) mengidentifikasi dan mengontrol variabel, (d) mengevalusai prediksi dan hipotesis berdasarkan pada hasil-hasil percobaan.emiliki sikap lebih positif terhadap sains.