keterampilan proses sains dasar
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DASAR PADA
PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh:
WIWIN AMBARSARI
K4306043
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini
Nama : Wiwin Ambrsari
NIM : K4306043
Jurusan/Progarm studi : P MIPA/Pendidikan Biologi
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DASAR PADA PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SURAKARTA” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti ataudapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Agustus 2012
Yang membuat pernyataan
Wiwin Ambarsari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DASAR PADA
PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SURAKARTA
Oleh:
WIWIN AMBARSARI
K4306043
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Wiwin Ambarsari. PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DASAR PADA
PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7
SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2012.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan
pendekatan inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains dasar siswa
kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta pada kompetensi dasar mendeskripsikan
sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.
Penelitian menggunakan metode eksperimen semu (Quasi experimental
research). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester
I SMP Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012, sampel diambil dengan
Cluster Random Sampling sejumlah dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Kelas eksperimen berjumlah 30 siswa dan kelas kontrol berjumlah 30
siswa. Uji keseimbangan kemampuan awal antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dilaksanakan dengan uji t untuk memenuhi persyaratan sebagai
sampel. Data penelitian berupa keterampilan proses sains dasar siswa yang
meliputi observsi, klasifikasi, mengukur, memprediksi, menyimpulkan, dan
mengkomunikasikan.. Data keterampilan proses sains dasar diperoleh dari lembar
observasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji t dua sampel pada
mini tab 16. Uji t dilakukan setelah dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas
Anderson-Darling dan uji homogenitas Levene’s.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri
terbimbing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan prosees
sains dasar siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta.
Kata Kunci: inkuiri, inkuiri terbimbing, ketrampilan proses sains dasar,
keterampilan proses, pembelajaran, biologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Wiwin Ambarsari. THE APPLICATION OF GUIDED INQUIRY APPROACH
TO BASIC SCIENCE PROCESS SKILLS OF STUDENTS IN GRADE VIII
SMP 7 SURAKARTA. Thesis, Surakarta: Theacher Training and Education
Faculty. Sebelas Maret University of Surakarta, Mey 2012.
The research’s objective is to determine the application effect of guided
inquiry approach to science process-skills of students grade VIII Junior High
School 7 Surakarta on the based of competency to describethe circulatory system
of humans and around of health.
The research uses quasi-experimental research method. The population in
this study were all students of grade VIII first semester of SMP 7 Surakarta school
year 2011/2012, samples were taken by Cluster RandomSampling amount of two
classes namely control class and experimental class. Experimental class totaled
30 students and control class consist of 30 students. The Balance-ability test
between experimental class and control class was hold by t-test to meet the
requirement sample. The research data as student basic science process skills that
include observation, classification, measurement, prediction, conclusion, and
communication. The research data of basic science process skills outcomes
derived from the observation sheet. Analysis of the data in this study uses two-
sample t-test on mini tab 16. T-test were selected after the test is a prerequisite
Anderson-Darling normality test and Levene's homogeneity test.
The results show that the application of guided inquiry learning give a
significant influence on basic science process skills of students in grade VIII sMP
7 Surakarta.
Keywords: inquiry, an inquiry guided, basic science process skills, process
skill,education,biology
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Apa yang saya dengar, saya lupa.
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit.
Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan
beberapa teman lain, saya mulai paham.
Apa ang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya
memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai (Siberman ).
Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba
karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar
membangun kesempatan untuk berhasil (Mario Teguh ).
Pengetahuan yang luas bukanlah segalanya, mempraktekan apa yang
kita tahu itulah segalanya. Hidup ini bukanlah teori dan histori, tapi
tentang mimpi dan realisi (Lulu Kemaludin).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Mamak, Mamak, dan Mamakku tersayang, wanita yang telah melahirkanku, merawatku,
mendukungku, menyayangiku, dan selalu mendoakanku tanpa lelah.....yang telah sabar
menunggu kelulusanku.....
Bapak, atas nasihat dan segala pengertian Bapak…terima kasih sedalam-dalamnya...
Mbak Ini, Mas Dwi dan Mbak Atun yang selalu mengingatkanku untuk kebaikanku,
membantuku, dan mendukungku baik tenaga, biaya dan waktu....terima kasih....maaf
selalu menguji kesabaran kalian....
To adiku yang tersayang....terima kasih atas bantuan dan sarannya....maaf belum bisa
menjadi contoh yang baik.
Kevin dan Dito, keponakan-keponakanku tersayang....yang selalu menantikan
kepulanganku... aku sayang kalian...
Pak Met dan Pak Maridi, terima kasih atas bimbingan, waktu, dan nasehatnya…
Gege, HelyChan, Nyit-nyit, Yun dan T-wix terima kasih atas nasehat, ilmu, masa-masa
yang tak terlupakan selama ini......kamu adalah guruku sekaligus temanku yang
terbaik......
Vina, Linda, Decy, Mb Yun, Achi, Adi, Agus, paUs, Uzy, Ari Kating, Ank, Lylla, Puput,
Peny, Eny, terimakasih atas saran, bantuan, dan semangat yang kalian berikan serta
dukungan agar segera pendadaran....
Teman-teman seperjuangan Biologi Smart Generation 2006 Community, terima kasih
atas kebersamaan dan perjuangan yang tak akan terlupakan. Semoga kebersamaan kita
terjaga selama-lamanya.
Teman-teman Himabi 2008-2010 terimakasih atas kerja sama, semangat, dan
dukungan agar segera pendadaran....Hidup HIMABI....
Teman-temanku di “Wisma Putri Permata Bunda” yang senantiasa saling mengingatkan
dan berbagi pengalaman..
Teman-temanku di “Tisanda 1” yang senantiasa saling mengingatkan dalam kebaikan.
Teman-teman Pelpipodipo, terimakasih atas kebersamaan meski singkat
Orang-orang yang selalu menyemangatiku dan memotivasiku.....
P<red>ty, yang membatu menyelesaikan skripsi dan menemaniku everywhere and
everytime.terimakasih atas kerja kerasnya....
Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Allah, sesungguhnya segala puji bagi-Mu. Syukurku yang hanya milik-Mu
semoga memang terungkap dari hati, lisan, dan perbuatan kami. Engkau Yang
Maha Rahman dan Rahim, dalam pangkuan-Mu, terhimpun seluruh kekuatan
kami, dengan kekuatan itu kami memainkan melodi, yang memberi ilmu,
inspirasi, dan kemuliaan. Izinkanlah kami menjadi penyambut cahaya-Mu yang
tiada pernah pudar.
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ” PENERAPAN PEMBELAJARAN
INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS
DASAR PADA PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 7 SURAKARTA ”.Skripsi ini disusun guna melengkapi persyaratan
dalam mendapatkan gelar sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pendidikan dan
Keguruan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu
dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberi ijin dalam proses penyusunan skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Slamet Santosa, M.Si, selaku pembimbing I, yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan penelitian.
5. Dr. Maridi, M. Pd, selaku pembimbing II yang selalu memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
6. Kepala SMP Negeri 7 Surakarta, yang telah memberi kesempatan dan tempat
guna pengambilan data dalam penelitian.
7. Guru mata pelajaran biologi SMP Negeri 7 Surakarta, yang telah memberi
bimbingan dan bantuan dalam mengadakan penelitian.
8. Siswa-siswi SMP Negeri 7 Surakarta, khususnya kelas VIII.
9. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tiada yang sempurna selain Allah SWT, maka
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh keterbatasan penulis. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN...........................................................................ii
HALAMAN PENGAJUAN.............................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................v
ABSTRAK ........................................................................................................vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................ix
KATA PENGANTAR.......................................................................................x
DAFTAR ISI....................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1
B. Identifikasi masalah ................................................................................3
C. Batasan Masalah......................................................................................4
D. Rumusan Masalah ...................................................................................4
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................4
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .....................................................................................6
B. Kerangka Berpikir.................................................................................18
C. Hipotesis................................................................................................19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................20
1. Tempat Penelitian......................................................................20
2. Waktu Penelitian .......................................................................20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
B. Populasi Dan Sampel ............................................................................21
1. Populasi Penelitian ....................................................................21
2. Sampel Penelitian......................................................................21
C. Teknik Pengumpulan Data....................................................................21
1. Variabel Penelitian ....................................................................21
2. Metode Pengumpulan Data .......................................................22
3. Teknik Penyusunan Instrumen ..................................................23
4. Analisis Instrumen.....................................................................24
D. Rancangan Penelitian ............................................................................29
E. Teknik Analisis Data.............................................................................29
1. Uji Prasyarat ..............................................................................29
2. Uji Kesetimbangan ....................................................................31
3. Uji Hipotesis..............................................................................32
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data.......................................................................................33
B. Pengujian Prasyarat Analisis.................................................................35
C. Pengujian Hipotesis...............................................................................38
D. Pembahasan Hasil Analisis Data...........................................................39
BAB V Simpulan, Implikasi, Dan Saran
A. Simpulan ...............................................................................................47
B. Implikasi................................................................................................47
C. Saran......................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sintaks Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ..............................................9
2. Keterampilan Proses Dan Ciri-cirinya ..................................................17
3. Rangkuman Hasil Try Out Uji Validitas...............................................25
4. Skala Penilaian Reliabilitas Butir Soal atau Item .................................26
5. Rangkuman Hasil Try Out Uji Reliabilitas ...........................................26
6. Kriteria Tingkat Kesukaran...................................................................27
7. Rangkuman Hasil Try Out Uji Taraf Kesukaran ..................................27
8. Tingkatan Klasifikasi Daya Pembeda ...................................................28
9. Rangkuman Hasil Try out Uji Daya Beda.............................................28
10. Rancangan penelitian Posttest Only Control Group Design.................29
11. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kemampuan Awal......30
12. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kemampuan Awal ..31
13. Rangkuman Hasil Perhitungan t-test Kemampuan Awal......................32
14. Deskripsi Data Keterampilan Sains Proses Dasar pada Pelajaran
Biologi...................................................................................................33
15. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Proses Sains Dasar Biologi pada
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen....................................36
16. Hasil Uji Homogenitas Keterampilan Proses Sains Dasar Biologi
dengan Variasi Model Pembelajaran ....................................................38
17. Hasil Analisis Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terhadap Keterampilan Proses Siswa...................................................39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram implementasi pendekatan inquiry/discovery............................8
2. Paradigma Penelitian.............................................................................19
3. Waktu Pelaksanan Kegiatan Penelitian.................................................20
4. Perbandingan Mean Keterampilan Proses Sains Dasar
Kelompok Kontrol Dan Kelompok Eksperimen...................................34
5. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen.................................................35
6. Uji Normalitas Kelompok Kontrol........................................................36
7. Uji Homogenitas ...................................................................................37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus........................................................................................................54
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional ...................................55
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri 1 ...........................................60
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran inkuiri 2............................................69
5. LKS 1 .........................................................................................................78
6. LKS2 ..........................................................................................................80
7. Soal Teka-Teki Silang 1.............................................................................82
8. Soal Teka-Teki Silang 2.............................................................................83
9. Soal Ulangan Sistem Peredaran Darah ......................................................84
10. Soal Try Out Sistem Peredaran Darah .......................................................89
11. Kisi-Kisi Lembar Observasi.......................................................................94
12. Lembar Observasi ......................................................................................95
13. Kriteria Penilaian Keterampilan Proses .....................................................96
14. Rangkuman Hasil Try Out .........................................................................99
15. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Beda, dan Tingkat Kesukaran Soal
Kognitif ....................................................................................................100
16. Uji Prasyarat.............................................................................................103
17. Uji Kesetimbangan...................................................................................105
18. Nilai Awal Kelompok Kontrol.................................................................106
19. Nilai Awal Kelompok Eksperimen ..........................................................107
20. Hasil Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol......................................108
21. Hasil Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen ...............................109
22. Deskripsi Data..........................................................................................110
23. Uji Normalitas..........................................................................................111
24. Uji Homogenitas ......................................................................................112
25. Uji Hipotesis ............................................................................................113
26. Dokumentasi Foto Penelitian ...................................................................114
27. Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi...............................................119
28. Surat Keputusan Dekan FKIP Tentang Izin Penyusunan Skripsi ............120
29. Permohonan Izin Research.......................................................................121
30. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian........................................122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bukanlah sesuatu yang statis melainkan sesuatu yang dinamis
sehingga menuntut adanya suatu perbaikan yang terus menerus. Dunia pendidikan
memiliki tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajarannya. Pendidikan
tidak hanya ditekankan pada penguasaan materi, tetapi juga ditekankan pada
penguasaan keterampilan. Siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat
sesuatu dengan menggunakan proses dan prinsip keilmuan yang telah dikuasai,
dan learning to know (pembelajaran untuk tahu) dan learning to do (pembelajaran
untuk berbuat) harus dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Proses pembelajaran di sekolah sebagian besar masihmenggunakan
metode konvensional yang berpusat pada guru. Penggunaanmetode konvensional
tersebutmenyebabkan keterampilan siswa cenderung kurang optimal. Siswa
kurang mandiri dan cenderung bergantung pada guru untuk mendapatkan materi
pelajaran.Proses pembelajaran konvensional secara umum juga didominasi oleh
beberapa siswa, sedangkan siswa yang lain cenderung diam.
Permasalahan pada pembelajaran konvensional dapat diatasi dengan
penerapan pembelajaran inovatif.Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran
yang mampu menarik perhatian siswa melalui pelibatan aktif siswa yang
bersangkutan.Pembelajaran inovatif mampu membawa perubahan dalam proses
belajar siswa karena siswa cenderung senang dengan pembelajaran yang
memanfaatkan informasi dan teknologi yang terus berkembang. Berkaitan dengan
hal tersebut, perlu dirancang suatu kegiatan belajar yang menarik bagi siswa
(Isjoni, 2008: 7).Pembelajaran inovatif diharapkan mampu meningkatkan
keterampilan peserta didik.
Siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika
disertai dengan contoh-contoh kongkrit merupakan salah satu alasan yang
melandasi perlunya diterapkan keterampilan proses sains. Keterampilan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
sains dibedakan dalam dua bagian besar, yaitu keterampilan proses sains dasar
(basic skill), dimulai dari mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,
mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan, dan keterampilan proses
sains terpadu (integrated skill), dari identifikasi variabel sampai dengan yang
paling kompleks, yaitu eksperimen.Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan
pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat,
menganalisis, dan memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan
pembagian kerja; dengan demikian aktivitas dan produk yang dihasilkan dari
ativitas belajar ini mendapatkan penilaian.
Inkuiri terbimbingmerupakan suatu cara yang efektif untuk membuat
variasi suasana pola pembelajaran kelas. Pembelajaran inkuiri
terbimbingmerupakan pembelajaran kelompok, siswa diberi kesempatan untuk
berfikir mandiri dan saling membantu dengan teman yang lain. Pembelajaran
inkuiri terbimbing membimbing siswa untuk memiliki tanggung jawab individu
dan tanggung jawab dalam kelompok atau pasangannya. Pelaksanaaninkuiri
terbimbingmeliputi lima tahap yaitu merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji data berdasarkan data yang ditemukan, dan
membuat kesimpulan. Langkah pertama yaitu merumuskan masalah, guru
membimbing siswa menentukan suatu masalah yang terkait dengan pelajaran
yang disampaikan, kemudian siswa memikirkan sendiri jawabannya. Langkah
kedua yaitu mengajukan hipotesis, guru membimbing siswa menemukan jawaban
sementara atas masalah yang ditemukan. Langkah ketiga yaitu mengumpulkan
data, siswa melakukan eksperimen sederhana.Langkah keempatmenguji data
berdasarkan data yang ditemukan,siswa menguji hasil eksperimen dengan fakta-
fakta dan teori yang terkait.Langkah kelima membuat kesimpulan siswa
mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas dan membuat kesimpulan.
Kelebihan pembelajaran inkuiri antara lain: membantu siswa
mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan
dan proses kognitif siswa, membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa
merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-
kadang kegagalan, memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dengan kemampuan, membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya
kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan, siswa terlibat
langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar, strategi ini berpusat
pada siswa, misalkan memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi
sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam
situasi penemuan yang jawabanya belum diketahui.Relevan dengan latar belakang
di atas judul yang dapat diangkat adalahPENERAPAN PEMBELAJARAN
INKUIRITERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS
DASAR PADA PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 7 SURAKARTA.
B. Identifikasi Masalah
Inkuiri merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa
berperan aktif dalam pembelajaran dan guru berperan sebagai fasilitator dan
membimbing siswa untuk menemukan konsep pembelajaran sehingga akan
berpengaruh pada keterampilan proses sains dasar siswa. Kegiatan belajar
mengajar yang optimal diperlukan dalam memahami konsep, yakni melibatkan
pengalaman intelektual, emosional, dan fisik. Hal ini berarti bahwa kegiatan
pembelajaran harus mampu memberi kesempatan kepada siswa untuk melibatkan
diri pada proses belajar. Siswa akan memperlihatkan unjuk kerja melalui sejumlah
keterampilan memproses dan memperoleh semua fakta, konsep, dan prinsip.
Observasi yang dilakukan di SMP Negeri 7 Surakarta menunjukan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran biologi belum maksimal.Biologi merupakan
matapelajaran yang bersifat hafalan dan menuntut pemahaman dalam setiap
konsepnya.Kurang maksimalnya hasil belajar siswa disebabkan karena siswa sulit
memahami konsep dalam materi pelajaran.Penggunaan metode pembelajaran
yang tepat penting dilakukan untuk pemecahan masalah di atas.
Pembelajaran inkuiri terbimbingmerupakan suatu cara yang efektif untuk
membuat variasi suasana pembelajaran di kelas. Inkuiri terbimbingmerupakan
pembelajaran kelompok dimana siswa diberi kesempatan untuk berfikir mandiri
dan bekerjasama dengan teman yang lain, sehingga pembelajaran inkuiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
terbimbingdiharapkan dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar biologi
siswa.
C. Batasan Masalah
1. Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas VIII semester I Tahun
pelajaran 2011/2012. Penelitian ini mengambil 3 kelas, dimana kelas pertama
sebagai kelas kontrol, kelas kedua sebagai kelas tryout, dan kelas ketiga
sebagai kelas yang mendapat perlakuan berupa penerapan
pembelajaraninkuiri terbimbing.
2. Objek penelitian yang digunakan adalah SMP Negeri 7 Surakartapada mata
pelajaran biologi; Standar Kompetensi (SK) 1, memahami berbagai sistem
dalam kehidupan manusia dengan Kompetensi Dasar (KD) 1.6,
mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya
dengan kesehatan.
D. RumusanMasalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan, bagaimana pengaruh pembelajaraninkuiri
terbimbingterhadap keterampilan proses sains dasar siswa?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang hendak
dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran inkuiri
terbimbing terhadap keterampilan proses sains dasar pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 7 Surakarta.
F. Manfaat Penelitian
Setelah perumusan masalah di atas diperoleh jawabannya, diharapkan
penelitian dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang membuat siswa merasa
tertarik untuk belajar Biologi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Meningkatkan keterampilan proses sains dasar siswa dalam pembelajaran
sains atau biologi.
3. Memberikan masukan kepada guru dalam pemilihan pendekatan
pembelajaran agar pembelajaran lebih berpusat pada siswa (student-centered)
pada pokok bahasan Sistem Peredaran Darah Manusia.
4. Meningkatkan sumber daya pendidikan sehingga menghasilkan output yang
berkualitas, dan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
5. Menambah kepustakaan dalam bidang pendidikan dan menjadi acuan untuk
diteliti lebih lanjut di jenjang pendidikan yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
a. Pengertian
Pendekatan inkuiri sains menurut pendapat Wenno (2008: 61), adalah
sesuatu yang sangat menantang dan melahirkan interaksi antara yang diyakini
siswa sebelumnya terhadap suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman yang
lebih baik, melalui proses dan metode eksplorasi untuk menguji gagasan-gagasan
baru. Hal ini akan merujuk pada pengembangan sikap-sikap positif untuk mencari
penjelasan, dan menghargai gagasan orang lain, terbuka pada gagasan baru,
berfikir kritis, jujur, kreatif dan berfikir lateral. Pendapat tersebut senada dengan
pendapat Sanjaya (2008a: 119) yang menyatakan inkuiri sebagai proses
pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir
secara sistematis. Inkuiri menurut Gulo (2004: 84-85) berarti suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Hal
tersebut didukung oleh Hidayatullah, (2011) yang menyatakan salah satu tujuan
mengajar dan mendidik adalah menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui
pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran. Menurut Mulyasa (2006: 102) pangalaman
belajar perlu dikembangkan untuk membentuk manusia yang berkualitas tinggi,
baik mental, moral maupun fisik. Metode dan strategi belajar mengajar yang
kondusif untuk hal tersebut perlu dikembangkan, misalnya metode inkuiri,
discovery, problem solving, dan sebagainya.
Pendekatan inquiry/discovery merupakan pendekatan mengajar yang
menitikberatkan pengembangan cara berfikir ilmiah (Wenno, 2008: 61). Mulyasa
(2005: 107) mengutip pendapat Widada (1994) yang menyatakan bahwa
pendekatan inquiry disamping penyediaan lingkungan yang kreatif dalam
peningkatan aktivitas dan kreativitas pembelajaran, guru dapat menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
pendekatan. Peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan proses mental
dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah, serta meningkatkan potensi
intelektualnya melalui Inquiry approach.
Pendekatan inquiry didefinisikan Sagala (2010: 196) sebagai pendekatan
mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir
ilmiah, pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah. Rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis
untuk mencari dan menemukan jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang
dipertanyakan, merupakan pembelajaran inkuiri yang disampaikan Sanjaya
(2008b: 303). Proses pembelajaran mandiri paling baik diuji dari dua perspektif
yang berbeda, tetapi sangat berhubungan yaitu: pertama, memiliki pengetahuan
dan keahlian tertentu; dan kedua, menggunakan pengetahuan dan keahlian, dalam
urutan yang pasti, satu langkah yang logis mengikuti langkah yang lain (Johnson,
2009: 153-154).
b. Tahapan-tahapan
Secara umum proses inkuiri menurut Sanjaya (2008a: 119) dapat
dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: 1. Merumuskan masalah; 2.
Mengajukan hipotesis; 3. Mengumpulkan data; 4. Menguji data berdasarkan data
yang ditemukan; dan 5. Membuat kesimpulan. Pendekatan inkuiri induktif, oleh
Orlich, dkk (1998: 297), dapat dibedakan menjadi inkuiri terbimbing dan inkuiri
tak terbimbing. Perbedaan diantara keduanya yaitu, data atau fakta, kemudian
siswa membuat generalisasi dengan bantuan guru, disebut inkuiri induktif
terbimbing. Jika siswa menemukan sendiri spesifiksi sebelum membuat
generalisasi, maka dinamakan inkuiri induktif tak terbimbing.
Tahapan-tahapan pada pendektan inquiry/discovery menurut Wenno
(2008: 62) dapat dilihat pada Gambar 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Gambar 1. Diagram implementasi pendekatn inquiry/discovery
(Wenno, 2008: 62)
Memecahkan masalah merupakan bentuk lain pembelajaran inkuiri. Guru
yang menerapkan metode pemecahan masalah akan menggunakan perspektif
bahwa siswa-siswa akan mengusulkan penyelesaian masalah dan mengajukan
rekomendasi ke arah apa yang harus dikerjakan agar terjadi perubahan,
peningkatan, pembetulan, pencegahan atau situasi yang lebih baik. Hal-hal yang
perlu distimulir dalam proses belajar melalui ‘inquiry’ menurut Roestiyah (2008:
80) yaitu otonomi siswa, kebebasan dan dukungan pada siswa, sikap keterbukaan,
percaya pada diri sendiri dan kesadaran akan harga diri, self-concept, serta
Guru Memilih Tujuan
Guru mengajukan pertanyaan yang dapat menumbuhkan siswa mengemukakan pendapat
Guru menerapkan hipotesis/praduga jawaban untuk dikaji lebih lanjut (alternatif jawaban)
Secara spontan siswa menjelajahi informasi/data untuk menguji praduga baik secara individu atau pun secara kelompok
Siswa tidak banyak berusaha mencari informasi untuk membuktikan praduga
Siswa menarik kesimpulanGuru membantu siswa/mendorong
melakukan kegiatan belajar
inquiry Siswa mengidentifikasi beberapa kemungkinan jawaban/menarik
kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
pengalaman inkuiri, terlibat dalam masalah-masalah. Sintaks Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing menurut Baskoro (2010), dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Tahap pembelajaran Kegiatan guru Kegiatan siswaTahap IIdentifikasi dan penetapan ruang lingkup masalah
Guru memberikan masalah
Guru membimbing merumuskan masalah
Mengidentifikasi masalah dan merumuskan pertanyaan yang mengarah kepada kegiatan investigasi
Tahap II Perumusan hipotesis
Membimbing siswa merumuskan hipotesis
Merumuskan hipotesis yang akan diuji melalui investigasi
Tahap III Pengumpulan data
Membimbing dan memfasilitasi siswa dalam merancang eksperimen untuk mengumpulkan data
Melaksanakan eksperimen dan mengumpulkan data
Tahap IVInterpretasi data
Membimbing siswa menginterpretasikan data
Menyusun argumen untuk mendukung data dan menguji hipotesis
Tahap V Pengembangan kesimpulan
Membimbing siswa untuk membuat induksi atau generalisasi
Menjelaskan hubungan dan membuat generalisasi melalui induksi
Tahap VI Pengulangan
Membimbing serta meminta siswa untuk membuktikan kembali kebenaran generalisasinya
Mempresenrasikan hasil kegiatan eksperimenyang telah dilakukan.
(Baskoro, 2010)
Sintaks atau aliran kegiatan belajar mengajar menurut Gulo (2004: 98)
yaitu: tahap pertama, menghadapi stimulus (terencanaa atau tidak terencana);
tahap kedua, menjajaki reaksi terhadap situasi yang terencana; tahap ketiga,
merumuskan tujuan yang dipelajari dan mengorganisasikan kelas (merumuskan
masalah, tugas kelas, peranan dan sebagainya); tahap keempat, belajar
menyelesaikan masalah secara independen atau kelompok; tahap kelima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
menganalisis proses dan kegiatan belajar; dan tahap keenam, evaluasi dan tindak
lanjut.
Prince dan Felder (2006) berpendapat bahwa deduktif adalah petunjuk
kerja tradisional, dimulai dengan teori dan kemajuan penerapan teori tersebut.
Pendekatan pembelajaran alternatif adalah lebih induktif. Topik diperkenalkan
dengan menunjukkan observasi khusus, studi kasus atau masalah, sehingga
membantu siswa untuk menemukan setelah keinginantahuan siswa meningkat.
Metode pembelajaran induktif secara umum terdiri dari, pembelajaran inkuiri,
pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran
berbasis sebab, pembelajaran diskoveri, dan (Just-in-Time Teaching) waktu
pembelajaran.
c. Kelebihan
Amilasari dan Sutiadi (2008) menuliskan pendapatnya dalam jurnal
peningkatan kecakapan akademik siswa SMA dalam pembelajaran fisika melalui
penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing, bahwa tiap aspek kecakapan
akademik yang teramati mengalami peningkatan setelah diterapkan model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan kecakapan akademik siswa.
Kuhlthau, dkk (2007) berpendapat dalam karya tulisnya berjudul Guided
Inquiry: Learning in the 21st Century. Inkuiri terbimbing merupakan
perencanaan, tujuan, penilaian, dan target yang jelas, guru yang menerapkan
proses inkuiri dapat membimbing siswa untuk belajar penuh percaya diri. Inkuiri
yaitu merencanakan dan membimbing dengan mengarahkan, bukan dengan
perintah. Pelajar diharapkan mampu menjelaskan pengetahuannya dan
mempraktekkan keterampilannya untuk memanfaatkan sumber belajar yang ada di
sekitarnya. Baik dari dalam sekolah maupun dari luar sekolah, misalnya;
perpustakaan sekolah, museum, dan internet.
Metode pembelajaran inkuiri disamping mengantarkan siswa pada tujuan
instruksional tingkat tinggi, tetapi dapat juga memberi tujuan iringan (nutrunant
effect) sebagai berikut: 1. memperoleh keterampilan untuk memproses secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
ilmiah (mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasikan data,
mengidentifikasikan variabel, merumuskan, dan menguji hipotesis, serta
mengambil kesimpulan); 2. lebih berkembangnya daya kreativitas anak; 3. belajar
secara mandiri; 4. lebih memahami hal-hal yang mendua; 5. perolehan sikap
ilmiah terhadap ilmu pengetahuan yang menerimanya secara tentatif (Gulo, 2004:
101). Inkuiri adalah proses belajar mengajar yang memberikan dorongan kepada
siswa untuk mengikuti keinginan dan ketertarikan kepada penemuan baru tentang
cara kerja dunia (Klein, 2009: 21). Aktivitas inkuiri memberikan peluang yang
cemerlang untuk membangun pengetahuan melalui diskoveri. Inkuiri sains
tersusun dari proses diskoveri dengan mempraktekkan menghitung, menganalisis
dan gambaran kesimpulan dari kejadian (Edelson, 2001). Zaini (2009)
berpendapat bahwa seorang siswa akan mudah mengingat pengetahuan yang
diperoleh secara mandiri lebih lama, dibandingkan dengan informasi yang dia
peroleh dari mendengarkan orang lain. Belajar aktif menurut Zaini, dkk (2008)
dapat mengajak peserta didik untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran,
tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik.
Hal tesebut di atas, sesuai dengan paham Belajar Aktif yang di sampaikan
oleh Silberman (2001: 1-2) yang merupakan modifikasi dan pengembangan dari
pernyataan Confusius. Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar
dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau
diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham. Apa yang saya dengar,
lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.
Sumiati dan Asra (2008: 220) berpendapat bahwa dengan melakukan
perbuatan dalam proses belajar dapat memungkinkan pengalaman belajar yang
diperoleh bersifat lebih baik dan tersimpan dalam daya ingatan (memori) dalam
jangka waktu lebih lama. Guru hendaknya menjelaskan dengan tindakan yang
nyata, sehingga ilmu yang disampaikan lebih jelas, menarik, dan lebih meresap
pada jiwa, pikiran, atau otak siswa daripada hanya dengan kata-kata.
Suryobroto (2002: 201), ada beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri
antara lain: membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, membangkitkan gairah pada
siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan
keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan, memberi kesempatan pada siswa
untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan, membantu memperkuat pribadi
siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses
penemuan, siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk
belajar, srategi ini berpusat pada anak, misalkan member kesempatan kepada
mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru
menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya belum
diketahui.
2. Keterampilan Proses Sains
a. Pengertian
Joyoatmojo (2006), menyimpulkan pendapat beberapa ahli dan
menyatakan keterampilan-keterampilan atau kemampuan-kemampuan serta sikap
seperti itu dapat menjadikan seseorang yang memiliki fleksibilitas yang tinggi
dalam penghadapi perubahan di sekitarnya, termasuk dalam pergaulan, dalam
pekerjaan, maupun dalam suatu lembaga/organisasi. Seseorang yang sudah
terlatih dengan keterampilan proses sains akan memiliki kepribadian yang jujur,
dan teliti, sehingga mampu bersosialisasi dengan masyarakat lebih mudah.
Proses belajar mengajar hendaknya selalu mengikutkan siswa secara aktif guna
mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan
mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep,
merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil
penemuannya (Suryosubroto, 1997: 73).
Keterampilan proses dapat diartikan sebagai keterampilan yang dimiliki
oleh para ilmuwan dalam memperoleh pengetahuan, dan mengkomunikasikan
perolehannya. Keterampilan tersebut berarti kemampuan menggunakan pikiran,
nalar, serta perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai hasil tertentu,
termasuk kreativitas. Keterampilan proses meliputi kemampuan olah pikir dan
kemampuan olah perbuatan. Martawijaya, dkk (2010: 7) mengemukakan pendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gagne yang menyatakan bahwa pengetahuan hanya dapat diperoleh jika seseorang
memiliki kemampuan-kemampuan dasar tertentu. Kemampuan dasar yang
dimasudkan itu adalah keterampilan proses yang dapat dibedakan atas
keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terintegrasi.
Keterampilan proses sains dapat diperoleh dan dikembangkan sekolah
menengah diajarkan baik dalam teori dan praktis melalui pelatihan seperti terlibat
dalam ilmu pengetahuan (Akinbobola dan Afolabi, 2010). Salah satu alasan yang
malandasi perlunya diterapkan keterampilan proses yaitu, siswa mudah
memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-
contoh konkrit (Wenno, 2008: 66). Ango (2002), dari berbagai keterampilan
proses yang berhubungan dengan ilmiah penyelidikan, beberapa keterampilan
dapat dinilai sebagai keterampilan yang sangat dasar. Siswa harus diperkenalkan
dengan keterampilan ini sejak dini dalam pengalaman sekolah karena sebagian
besar dari mereka sukses dalam studi dipandu selanjutnya membutuhkan
pemahaman dan penggunaan yang tepat. Keterampilan dasar meliputi
keterampilan mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, menyimpulkan dan
mengkomunikasikan. Pendapat yang senada disampaikan oleh Rauf, dkk dalam
Jurnal Teknologi, Juni 2004 dengan judul Pemupukan Kemahiran Proses Sains di
Kalangan Pelajar Tingkatan Dua di Sekolah Bestari.
Dimyati dan Mudjiono (2002: 140), ada berbagai keterampilan proses,
keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan dasar proses sains
(basic skill), dimulai dari mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,
mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan, dan keterampilan terpadu
proses sains (integrated skill), dari identifikasi variabel sampai dengan yang
paling kompleks, yaitu eksperimen. Jenis keterampilan proses terintegrasi antara
lain: 1. mengidentifikasi variabel; 2. menyusun tabel data; 3. menyusun grafik; 4.
menggambarkan hubungan antara variabel-variabel; 5. memperoleh dan
memproses data; 6. menyusun hipotesis; 7. merumuskan definisi operasional
variabel; 8. merancang eksperimen/percobaan; dan 9. melakukan
eksperimen/percobaan (Martawijaya, 2010: 7). Hasil belajar bukan hanya berupa
penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
menganalisis, dan memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan
pembagian kerja; dengan demikian aktivitas dan produk yang dihasilkan dari
ativitas belajar ini mendapatkan penilaian (Sukmadinata. 2004: 179). Metode
yang terbanyak menampilkan segi-segi keterampilan proses, menurut Djamarah
(2000: 191) adalah metode diskusi, eksperimen dan pemberian tugas.
Pengetahuan tentang cara-cara menguasai keterampilan tersebut akan
mengubah arah dan intensitas motivasinya. Keterampilan yang kompleks dapat
dipelajari secara bertahap. Analisis tugas yang kompleks menjadi keterampilan-
keterampilan bagian (part-skill), memungkinkan dikuasainya keterampilan
tersebut. Jika penguasaan atas suatu keterampilan sudah tercapai, maka akan
timbul rasa puas, yang pada gilirannya mendorong orang untuk mengulangi
kegiatan tersebut, atau melanjutkannya ke tahap yang lebih kompleks (Suparno,
2001: 22). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2009) memperlihatkan
bahwa penggunaan alat peraga sederhana dalam pembelajaran sains SD mampu
meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri
Sumber I Berbah Sleman Yogyakarta. Haris Mudjiman dalam Joyoatmojo,
Universitas Sebelas Maret Surakarta (2006) mendefinisikan belajar mandiri
adalah kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat dan motif untuk mengusai
suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah dan dibangun dengan bekal
pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.
Kemampuan-kemampuan atau keterampilan-keterampilan mendasar yang
harus dilatih dalam keterampilan proses menurut pendapat Wenno (2008: 67),
meliputi 1. observasi atau pengamatan; 2. perhitungan; 3. pengukuran; 4.
klasifikasi; 5. pembuatan hipotesis; 6. perencanaan penelitian; 7. pengendalian
variabel; serta 8. interpretasi data. Keterampilan proses dapat mengembangkan
kemampuan mengamati, menggolongkan/mengklasifikasikan,
menaksir/menginterpretasikan, meramalkan, menerapkan, merencanakan
penelitian, mengkomunikasikan (Sumantri dan Permana, 2001: 97-100; Hamalik,
2008: 150-151; Usman, 2008: 42-43; Usman dan Setiawati, 1993: 78-79;
Nuryani, 2005: 80-81).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Macam-Macam Keterampilan Proses Sains Dasar
Observasi atau pengamatan adalah salah satu keterampilan ilmiah yang
mendasar. Mengobservasi atau mengamati tidak sama dengan melihat. Dalam
mengobservasi atau mengamati kita memilah-milahkan mana yang penting dari
yang kurang atau tidak penting. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena
alam dengan pancaindra: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan
perasa/pengecap (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 141).
Keterampilan mengukur sangat penting dalam kerja ilmiah. Mengukur
dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran
tertentu yang telah ditentukan sebelumnya (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 144).
Dasar dari pengukuran adalah pembanding. Semakin tinggi tingkat sekolah anak,
semakin rumit tugas-tugas pengukuran yang dapat diberikan kepadanya.
Keterampilan mengklasifikasikan atau menggolong-golongkan adalah
salah satu kemampuan yang penting dalam kerja ilmiah. Mengklasifikasikan
merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa
berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok
sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 142-
143). Perbedaan dan persamaan antara benda-benda perlu dikenalkan dalam
kehidupan sehari-hari kita. Dasar klasifikasi perlu diperhatikan dalam membuat
klasifikasi, misalnya menurut satu ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu.
Memprediksi atau meramalkan menurut pendapat Usman dan Setiawati
(1993: 79), yaitu mengantisipasi berdasarkan kecenderungan pola atau hubungan
antar data atau informasi. Sependapat dengan Saputro, dkk (2000: 158), yang
menyatakan, meramal adalah mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang
akan terkaji pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas
kecenderungan atau pola tertentu. Keterampilan memprediksi/meramal mencakup
keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi
berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada, pendapat ini
disampaikan oleh Nuryani (2005: 80).
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk
memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
prinsip yang diketahui (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 145). Keterampilan ini
merupakan kemampuan untuk menyatakan hasil pertimbangan atau penilaian atas
kondisi suatu objek atau segala peristiwa yang terjadi (Sumantri dan Permana,
2001: 99)
Semua orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan,
dan kebutuhan lain pada dirinya. Manusia mulai belajar pada awal-awal
kehidupan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah.
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh
fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau
suara visual (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 143). Hal ini senada dengan pendapat
Usman (2008: 43) yang menyatakan bahwa mengkomunikasikan, yaitu
menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk
tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan.
c. Indikator Keterampilan Proses Sains
Menurut Mulyasa (2006: 101), proses pembelajaran dikatakan berhasil
apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri perserta didik seluruhnya
atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Indikator (ciri) bahwa telah terjadi
keterampilan proses dalam proses belajar mengajar menurut Sriyono (1992: 37-
38) dapat dilihat pada Tabel 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Tabel 2. Keterampilan Proses dan IndikatornyaKeterampilan Proses Indikator
1. Mengajukan pertanyaan
a. Bertanya mengapa, apa, atau bagaimana.b. Bertanya untuk meminta pendapatc. Bertanya yang berlatarbelakang hipotesis
2. Mengamati a. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai.b. Menggunakan sebanyak mungkin indra
3. Menafsirkan/pengamatan
a. Mencatat setiap pengamatan secara terpisahb. Menghubungkan pengamatan-pengamatan yang
terpisahc. Menemukan suatu pola dalam satu seri pengamatan
4. Meramalkan a. Dengan menggunakan pola-pola (hubungan-hubungan) mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum terjadi
5. Mengatur alat/bahan
a. Menggunakan alat/bahan dan untuk memperoleh pengalaman langsung
6. Merencanakan penelitian
a. Menentukan alat, bahan dan sumber yang akan dipakai untuk digunakan dalam penelitian
b. Menentukan variabel-variabelc. Menentukan variabel yang harus dibuat sama, dan
mana yang berubah d. Menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau
ditulise. Menentukan cara dan langkah-langkah kerjaf. Menentukan bagaimana mengolah pengamatan
7. Menerapkan konsep
a. Menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam suatu situasi baru
b. Menerapkan konsep pada pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang terjadi
8. Berkomunikasi a. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis
b. Menjelaskan hasil penelitianc. Mendiskusikan hasil penelitiand. Menggamabarkan data dengan grafik, tabel, atau
diagram(Sriyono, 1992: 37-38)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
B. Kerangka Berfikir
Proses pembelajaran di sekolah sebagian besar masih menggunakan
metode konvensional yang berpusat pada guru. Penggunaan metode konvensional
tersebut menyebabkan keterampilan siswa cenderung kurang optimal. Siswa
kurang mandiri dan cenderung bergantung pada guru untuk mendapatkan materi
pelajaran. Proses pembelajaran konvensional secara umum juga didominasi oleh
beberapa siswa, sedangkan siswa yang lain cenderung banyak diam. Perlu sebuah
penerapan metode baru yang dapat melatih keterampilan proses sains dasar siswa
dan dengan melibatkan siswa secara langsung dalam menemukan dan memahami
konsep materi yang sedang dipelajari. Peneliti berharap dengan penggunaan
pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa akan dapat lebih meningkatkan
keterampilan proses sains dasar.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengaplikasikan pendekatan
pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains dasar dalam
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran tersebut adalah inkuiri terbimbing,
dimana langkah-langkah yang digunakan dalam penyajian materi dengan
pembelajaran inkuiri terbimbing adalah tahap I identifikasi dan penetapan ruang
lingkup masalah, tahap II perumusan hipotesis, tahap III pengumpulan data, tahap
IV interpretasi data, tahap V pengembangan kesimpulan, dan tahap VI
pengulangan. Pembelajaran inkuiri terbimbing menuntut adanya keterlibatan aktif
siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran. Inkuiri terbimbing diharapkan
pembelajaran akan menjadi lebih aktif dan terarah. Pemahaman terhadap materi
akan lebih baik sehingga keterampilan proses sains dasar siswa dapat meningkat.
Siswa akan belajar dengan benar-benar melakukan tindakan seperti observasi,
diskusi dan eksperimen dengan disertai LKS yang diberikan. Guru disini hanya
berperan sebagai fasilitator dan pengarah proses pembelajaran serta membantu
siswa dalam menemukan makna dari apa yang dipelajari.
Penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan proses sains dasar siswa pada pembelajaran biologi
siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, dapat digambarkan hubungan
antara variabel-variabel dalam penelitian dengan Gambar 2.
Keterangan:X : PembelajaranX0 : Pembelajaran konvensional (kontrol)X1 : Pembelajaran inkuiri terbimbing (eksperimen)Y : Keterampilan proses sains dasarX0Y : Keterampilan proses sains dasar kelas kontrolX1Y : Keterampilan proses sains dasar kelas eksperimen
Gambar 2. Paradigma Penelitian
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas maka penulis
dapat merumuskan hipotesis yang diuji:
1. Ada pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap
keterampilan proses sains dasar siswa SMP Negeri 7 Surakarta.
Y
X
X0
X1
Y X0Y
X1Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 7 Surakarta kelas VIII semester 1
tahun pelajaran 2011/2012. SMP Negeri 7 Surakarta terletak kira-kira 1km
sebelah utara kota Surakarta dengan alamat jalan Mr. Sartono No. 34 Banjarsari,
Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap
pelaksanaannya dapat dilihat pada Gambar 3.
KegiatanBulan
Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt
2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
1. Persiapan Penelitian# permohonan bimbingan
#pengajuan judul
#pengajuan proposal#penyusunan instrumen
#seminar proposal
#perijinan penelitian2. Pelaksanaan Penelitian
#pengujian Instrumen
#pengumpulan data3.Analisis Data dan Pelaporan
#analisis data
#Penyusunan Laporan
#Ujian dan revisi#penggandaan dan pengumpulan Laporan
Gambar 3. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:
130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester 1
SMP Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki ciri atau keadaan yang
mewakili seluruh populasi (Riduwan, 2009: 56; Slameto, 2002: 42). Sampel
dalam penelitian adalah siswa dua kelas, yaitu siswa kelas VIII C sebanyak 30
siswa sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VIII E sebanyak 30 siswa sebagai
kelas kontrol. Try out dalam penelitian adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 7
Surakarta.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random
sampling. Cluster random sampling adalah cara pengambilan sampel dimana
sampel dipilih secara acak dalam kelompok-kelompok tertentu. Pengambilan
sampel dilakukan secara random dari tujuh kelas pada siswa kelas VIII di SMP
Negeri 7 Surakarta diambil dua kelas yaitu satu kelas sebagai kelompok
eksperimen dan satu kelas sebagai kelompok kontrol.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Variabel penelitian terdiri dari
satu variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu :
a. Variabel bebas
Variabel bebas merupakan variabel perlakuan yaitu variabel yang
dipilih untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas
dalam penelitian adalah pendekatan inkuiri terbimbing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh
variabel yang lain. Variabel terikat dalam penelitian adalah keterampilan
proses sains dasar siswa.
2. Metode Pengumpulan Data
Penelitian menggunakan beberapa teknik pengambilan data yaitu:
a. Teknik Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,
2006: 150). Teknik tes digunakan untuk mengambil data kuantitatif
keterampilan proses sains dasar siswa. Tes berupa tes objektif yaitu bentuk
pilihan ganda.
b. Teknik non tes
1) Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengumpukan data, berupa
catatan-catatan dan menelaah dokumen sekolah yang berkaitan dengan objek
penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data nilai ulangan terakhir materi
sebelumnya. Data tersebut digunakan untuk mengukur kesetimbangan awal
antara siswa kelas kontrol dan siswa kelas eksperimen, serta diuji normalitas
dan homogenitasnya.
2) Teknik Pengamatan (observasi)
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Pelaksanaan
teknik dalam observasi menurut Spradley (1980) dalam Sutopo (2002: 65)
dapat dibagi menjadi observasi tak berperan sama sekali dan observasi
berperan. Objek penelitian yang diamati adalah proses belajar mengajar di
kelas yang mencakup cara mengajar guru, kondisi kelas dan kegiatan siswa
selama proses pembelajaran. Teknik observasi ini digunakan untuk
mengambil data sikap keterampilan proses sains dasar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3. Teknik Penyusunan Instrumen
a. Pengukuran Ranah Kognitif
Pengukuran ranah kognitif menggunakan teknik tes dengan langkah-
langkah penyusunan tes sebagai berikut:
1) Pemilihan materi berdasarkan kurikulum dan Kompetensi Dasar
2) Pembuatan indikator dan tujuan pembelajaran ranah kognitif
3) Pembuatan alat ukur sesuai dengan indikator
4) Pembuatan kisi-kisi soal sesuai dengan indikator
5) Soal-soal yang dibuat mencangkup enam tingkatan kemampuan yaitu C1
(mengingat), C2 (mengerti), C3 (memakai), C4 (menganalisis), dan C5
(menilai) dan C6 (mencipta).
6) Penyusunan item soal.
7) Pengujian kesahihan item menggunakan uji validitas dengan rumus
koefisien Product moment dari Karl Pearson dan uji reliabilitas dengan
rumus Kuder Richardson (KR-20).
8) Pengujian tingkat kesukaran item soal objektif dan uji daya pembeda item
soal.
9) Soal digunakan untuk posttest.
b. Pengukuran Ranah Afektif
Pengukuran ranah afektif menggunakan lembar observasi dengan
pernyataan tertutup. Penilaian dilakukan oleh tiga observer dengan melakukan
checklist (√). Ranah afektif menurut Karthwohl (1964) dalam Usman (2008: 35-
36) meliputi lima jenjang kemampuan yaitu 1) penerimaan, 2) pemberian respons,
3) penilaian, 4) pengorganisasian, dan 5) karakterisasi. Penilaian ranah afektif
hanya pada jenjang ke lima yaitu karakterisasi nilai berupa karakter dan
keterampilan sosial yang dijabarkan dalam tiap indikator dan tujuan pembelajaran
ranah afektif. Uji kesahihan menggunakan triangulasi penyelidik dengan
memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan
kembali derajat kepercayaan data dengan membandingkan hasil pengamatan
observer satu dengan yang lain (Moleong, 2002: 178)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c. Pengukuran Ranah Psikomotor
Pengukuran ranah psikomotor dengan menggunakan lembar observasi
dengan pernyataan tertutup. Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung
terhadap keterampilan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung. Penilaian
ranah psikomotorik meliputi penilaian keterampilan siswa pada saat proses belajar
mengajar berlangsung. Pengamatan dan penilaian dilakukan oleh tiga observer
dengan tanda cecklist (√). Ranah afektif menurut Dave (1970) dalam Usman
(2008: 36-37) meliputi lima jenjang kemampuan yaitu 1) peniruan, 2) manipulasi,
3) ketetapan, 4) artikulasi, dan 5) pengalamiahan.
4. Analisis Instrumen
Penilaian ranah kognitif menggunakan bentuk tes objektif. Instrumen
penilaian ranah afektif dan psikomotor menggunakan lembar observasi. Sebelum
digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan
terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat kualitas soal. Kelayakan instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini diuji dengan statistik sebagai berikut:
a. Validitas
Menurut Margono (1997) dalam Zuriah (2006: 144), variabel
didefinisikan sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai. Validitas berkenaan
dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul
menilai apa yang seharusnya dinilai, pendapat ini disampaikan oleh Sudjana
(2005: 12). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi validitas
konstruk, isi, dan butir soal. Validitas butir soal dihitung dengan menggunakan
rumus koefisien Product moment dari Karl Pearson dalam Arikunto (2006: 170):
rxy =
}}{{ 2222 yyNxxN
yxxyN
Keterangan :rxy : koefisien korelasi antara x dan yN : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen)x : skor untuk butir ke-iy : skor total (dari subyek uji coba)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Jika harga rxy< r tabel, maka korelasi tidak signifikan sehingga item
pertanyaan dikatakan tidak valid. Sebaliknya, jika rxy > r tabel maka item
pertanyaan dinyatakan valid. Hasil try out uji validitas tes kognitif secara lengkap
disajikan pada Tabel 3 dan selengkapnya pada Lampiran 14 halaman 99.
Tabel 3. Rangkuman Hasil Try Out Uji Validitas
Instrumen Penelitian Jumlah Item Keputusan Uji ValiditasValid Invalid
Kognitif 35 32 3
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji validitas
soal kognitif menunjukkan item yang valid sebanyak 32 item dan item invalid
sebanyak 3 item.
Validitas lembar observasi untuk penilaian hasil belajar ranah psikomotor
dan afektif dilakukan dengan memanfaatkan pengamat atau penyelidik untuk
pengecekan kembali derajat kepercayaan data (Moleong, 2002: 178). Pemanfaatan
pengamat lain membantu mengurangi penyimpangan dalam pengumpulan data
yaitu dengan membandingkan hasil pengamatan tiga observer.
b. Uji Reliabilitas
Sudjana (2005: 16) reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau
keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun alat
penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang sama. Reliabilitas
instrumen diukur menggunakan rumus Kuder Richardson (KR-20) menurut
Riduwan (2009:108) sebagai berikut:
11r = 1 −∑Keterangan:r11 = reliabilitas tes secara keseluruhank = banyaknya itemS = standar deviasi dari tesp = proporsi siswa yang menjawab item dengan benarq = proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (1 – p)∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q∑St = Jumlah varians skor tiap-tiap itemSt = Varians total
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Penilaian reliabilitas butir soal atau item dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Skala Penilaian Reliabilitas Butir Soal atau Item
No Skala Keterangan1 0,8 – 1,00 Sangat Tinggi (ST)2 0,6 – 0,799 Tinggi (T)3 0,4 – 0,599 Cukup (C)4 0,2 – 0,399 Rendah (R)5 0,00 – 0,199 Sangat Rendah (SR)
Hasil try out uji reliabilitas soal tes kognitif secara lengkap disajikan
pada Tabel 5 dan selengkapnya pada Lampiran 14 halaman 99.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Try Out Uji Reliabilitas.
Instrumen Penelitian Jumlah Item Kriteria Keputusan Uji Reliabilitas
Kognitif 35 Sangat Tinggi 0,904
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas tes kognitif
menggunakan rumus Kuder-Richardson (K-R 20) diperoleh r11 = 0,904 yang
berarti bahwa koefisien reliabilitas soal tes kognitif tinggi. Berdasarkan hasil uji
reliabilitas dapat diketahui bahwa instrumen penelitian reliabel atau memiliki
ketetapan tinggi untuk digunakan.
c. Indeks Kesukaran
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang
menjawab benar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan juga
tidak terlalu sukar atau bisa dikatakan bahwa soal yang baik adalah soal dengan
kategori sedang. Untuk mengukur tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan
rumus menurut Arikunto (2002: 209-210) :
sJ
BP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Keterangan :P = tingkat kesukaran item soalB = jumlah siswa yang menjawab benarJs = jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes
Kriteria tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kriteria Tingkat Kesukaran
No Nilai p Keterangan1 0,00 p < 0,30 Sukar
2 0,30 p < 0,70 Sedang
3 0,70 p 1,00 Mudah
Hasil try out uji taraf kesukaran tes kognitif secara lengkap disajikan
pada Tabel 7 dan selengkapnya pada Lampiran 14 halaman 99.
Tabel 7. Rangkuman Hasil Try Out Uji Taraf Kesukaran
Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil uji taraf kesukaran diperoleh soal yang
mempunyai indeks kesukaran mudah sebesar 22,85%; sedang 68,57%; dan sukar
sebanyak 14,28%.
d. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai dengan yang berkemampuan kurang. Suatu soal yang
mempunyai daya pembeda tinggi mengisyaratkan bahwa soal tersebut dapat
membedakan siswa yang pandai dengan yang kurang pandai. Rumus yang
digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah:
Variabel Jumlah Soal Kriteria
Mudah Sedang SukarSoal Sistem Peredaran Darah 35 8 24 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
D =BJ −BJ = P −PKeterangan :J : Jumlah peserta tesJ : banyaknya peserta kelompok atasJ : banyaknya peserta kelompok bawahY : skor total (dari subyek uji coba)BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan
benarBB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar
: proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
: proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benarTingkatan klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Tingkatan Klasifikasi Daya Pembeda
No Nilai D Keterangan1 0.0 – 0.20 jelek (poor)2 0.20 – 0.40 cukup (satisfactory)3 0.40 – 0.70 baik (good)4 0.70 – 1.00 baik sekali (excellent)5 Negatif butir soal dibuang
(Arikunto, 2002:218)
Hasil try out uji daya beda tes kognitif secara lengkap disajikan pada Tabel
9 dan selengkapnya pada Lampiran 14 halaman 99.
Tabel 9. Rangkuman Hasil Try out Uji Daya Beda
Variabel Jumlah Soal
Kriteria
Negatif Jelek Cukup Baik Baik sekali
Soal Sistem Peredaran Darah
35 - 3 21 11 -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 9 menunjukkan bahwa hasil uji daya beda diperoleh soal yang
mempunyai indeks deskriminasi baik sebesar 31,43%; cukup sebesar 60%; dan
jelek sebesar 8,57%. Soal yang memiliki indeks diskrimitif jelek sebanyak 3 soal
tidak dipakai (drop) dan 32 soal yang memiliki indeks diskrimitif cukup dan baik
dipakai.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (Quasi
exsperimental research). Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk mencari
hubungan sebab akibat dengan memberi perlakuan-perlakuan tertentu pada dua
kelompok eksperimen. Rancangan penelitian Posttest Only Control Group Design
ini dapat digambarkan pada Tabel 10.
Tabel 10. Rancangan penelitian Posttest Only Control Group Design
Group Treatment Post TestExperiment Group (R) X T2
Control Group (R) - T2
Keterangan:X : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu dengan
penggunaan pembelajaran konvensional dan pembelajaran inkuiri terbimbing.
T2 : Tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
E. Teknik Analisis Data
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis perbedaan
dua perlakuan dengan uji-t (t-test), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Uji prasyarat
Uji prasyarat sebelum t-test dilakukan yaitu uji Anderson-Darling untuk
uji normalitas dan uji Levene’s untuk uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Perhitungan uji normalitas sampel menggunakan uji Anderson-Darling pada
Minitab 16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
1) Hipotesis
H0 : µ1 = µ2 (sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal)
H1 : µ1 ≠ µ2 (sampel tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal)
2) Taraf signifikan (α) = 0,05
3) Keputusan uji untuk nilai probabiliti (p-value) lebih besar dari nilai
signifikasi α = 0,05, H0 diterima
4) Keputusan uji untuk nilai probabiliti (p-value) lebih besar dari nilai
signifikasi α = 0,05, H0 diterima
Hasil perhitungan uji normalitas kemampuan awal dengan menggunakan
uji Anderson-Darling dapat dilihat pada Tabel 11 dan selengkapnya pada
Lampiran 16 halaman 103.
Tabel 11. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kemampuan Awal
Kemampuan awal (kognitif, afektif,
psikomotor)
p-value Kriteria Keputusan H0Kelompok
controlKelompok eksperimen
0,202 0,281 p-value > 0,05
Diterima
Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa kemampuan awal siswa pada
kelompok kontrol dan eksperimen memiliki p-value > 0,05 sehingga sampel
berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Perhitungan uji homogenitas sampel menggunakan uji Levene’s pada Minitab
16.
1) Hipotesis
H0 : µ1 = µ2 (samua variasi homogen)
H1 : µ1 ≠ µ2 (tidak semua variasi homogen)
2) Taraf signifikan (α) = 0,05
3) Keputusan uji untuk nilai probabiliti (p-value) lebih besar dari nilai
signifikasi α = 0,05, H0 diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
4) Kesimpulan:
a. Semua variasi sampel homogen jika H0 diterima.
b. Tidak semua variasi homogen jika H0 ditolak.
Hasil perhitungan uji homogenitas kemampuan awal dengan
menggunakan uji Levene’s dapat dilihat pada Tabel 12 dan selengkapnya pada
Lampiran 16 halaman 103.
Tabel 12. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kemampuan Awal
Kemampuan awal (kognitif, afektif, psikomotor)
p-value Kriteria Keputusan H0
0,094 p-value > 0,05 Diterima
Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa kemampuan awal siswa pada
kelompok kontrol dan eksperimen memiliki p-value > 0,05 sehingga sampel
berasal dari populasi yang homogen.
2. Uji Kesetimbangan
Uji kesetimbangan dilakukan pada saat kedua kelompok belum dikenai
perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut
seimbang. Seimbang yang dimaksud secara statistik, apakah terdapat
perbedaan mean yang berarti dari dua sampel yang independen. Uji yang
digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut seimbang
adalah t-test.Perhitungan uji kesetimbangan sampel menggunakan t-test pada
Minitab 16.
1) Hipotesis
H0 : µ1 = µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama)
H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang tidak sama)
2) Taraf signifikan (α) = 0,05
3) Keputusan uji untuk nilai probabiliti (p-value) lebih besar dari nilai
signifikasi α = 0,05, H0 diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4) Kesimpulan:
a. Kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama jika H0 diterima.
b. Kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang tidak sama jika H0
ditolak.
Hasil perhitungan uji kesetimbangan 2 sample t-test dapat dilihat pada
Tabel 13 dan selengkapnya pada Lampiran 17 halaman 105.
Tabel 13. Rangkuman Hasil Perhitungan t-test Kemampuan Awal
Kemampuan awal (kognitif, afektif,
psikomotor)
p-value Kriteria Keputusan H0
0,846 p-value > 0,05 Diterima
Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa kemampuan awal siswa pada
kelompok kontrol dan eksperimen memiliki p-value > 0,05 sehingga dapat
diartikan bahwa sampel yang berasal dari kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian menggunakan 2 sample t-test pada Minitab
16 dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho : Keterampilan proses sains dasar pada penerapan pendekatan inkuiri
terbimbing sama dengan keterampilan proses sains dasar siswa pada
penerapan metode konvensional Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7
Surakarta Mata Pelajaran Biologi Tahun Ajaran 2011/2012.
Ha : Keterampilan proses sains dasar pada penerapan pendekatan inkuiri
terbimbing berbeda dengan keterampilan proses sains dasar siswa pada
penerapan metode konvensional Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7
Surakarta Mata Pelajaran Biologi Tahun Ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Keterampilan Proses Sains Dasar pada Pelajaran
Biologi
Data hasil penelitian dalam pembelajaran biologi berupa keterampilan
proses sains biologi siswa pada materi sistem peredaran darah pada manusia yang
meliputi melihat, menggolongkan, memprediksi, mengukur, menyimpulkan,
maupun mengkomunikasikan. Data tersebut diambil dari dua kelas sebagai 1
kelompok kontrol dan 1 kelompok eksperimen dengan jumlah sampel 60 siswa
dari kelas VIII C dan VIII E SMP N 7 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
Kelas VIII E sebagai kelompok kontrol dengan pembelajaran menggunakan
pendekatan konvensional berjumlah 30 siswa. Kelas VIII C sebagai kelompok
eksperimen dengan pembelajaran pendekatan inkuiri terbimbing berjumlah 30
siswa.
Data penelitian mengenai keterampilan proses sains dasar siswa pada
pokok bahasan sistem peredaran darah pada manusia dari 1 kelompok kontrol
pada siswa kelas VIII E dengan sampel sebanyak 30 siswa dan 1 kelompok
eksperimen pada siswa kelas VIII C dengan sampel sebanyak 30 siswa. Hasil
deskripsi data keterampilan proses sains dasar pada pelajaran biologi secara
lengkap disajikan pada Lampiran 22 halaman 110 dan terangkum pada Tabel 14.
Tabel 14. Deskripsi Data Keterampilan Proses Sains Dasar pada Pelajaran Biologi
Hasil Statistik Kelompok Kontrol (Konvensional)
Kelompok Eksperimen(Inkuiri Terbimbing)
Mean 21,578 23,722Standart Deviasi 2,157 2,349Variance 4,651 5,518Minimum 16 18,333Maximum 25,667 27,667Median 21,667 23,5N 30 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 14 memperlihatkan
pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Artinya ada
peningkatan keterampilan
perlakuan berupa penerapan pembelajaran
dan variance pada kelompok eksperimen juga lebih tinggi daripada kelompok
kontrol, artinya tingkat keragaman dan penyimpangan dari nilai rata
kelompok eksperimen lebih besar. Keragaman tersebut dapat dilihat juga dari
rentang nilai maksimum dan minimum pada kelompok eksperimen yang lebih
besar dibandingkan kelompok kontrol. Median atau nilai tengah pada kelas
eksperimen juga lebih tinggi dibandi
Berdasarkan Tabel
keterampilan proses
kelompok eksperimen (pendekatan
Gambar 4. Perbandingan
Gambar 4 menunju
pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol baik dari aspek
menggolongkan, memprediksi, mengukur, menyimpulkan
mengkomunikasikan.
terbimbing mampu meningkatkan
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Keterampilan Proses Sains Dasar
memperlihatkan rata-rata keterampilan proses sains dasar
pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Artinya ada
keterampilan proses sains dasar pada kelompok yang diberi
perlakuan berupa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing. Standart deviasi
pada kelompok eksperimen juga lebih tinggi daripada kelompok
kontrol, artinya tingkat keragaman dan penyimpangan dari nilai rata
kelompok eksperimen lebih besar. Keragaman tersebut dapat dilihat juga dari
rentang nilai maksimum dan minimum pada kelompok eksperimen yang lebih
besar dibandingkan kelompok kontrol. Median atau nilai tengah pada kelas
eksperimen juga lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Berdasarkan Tabel 14 dapat dibuat diagram batang perbandingan
proses sains dasar kelompok kontrol (pendekatan konvensional),
kelompok eksperimen (pendekatan inkuiri terbimbing) pada Gambar
Perbandingan Mean Keterampilan Proses Sains DasarKontrol dan Kelompok Eksperimen
menunjukkan rata-rata keterampilan proses sains
pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol baik dari aspek
menggolongkan, memprediksi, mengukur, menyimpulkan
mengkomunikasikan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa penerapan
mampu meningkatkan keterampilan proses sains dasar
18 19 20 21 22
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Keterampilan Proses Sains Dasar
Keterampilan Proses Sains Dasar
21,578
23,722
34
sains dasar siswa
pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Artinya ada
pada kelompok yang diberi
Standart deviasi
pada kelompok eksperimen juga lebih tinggi daripada kelompok
kontrol, artinya tingkat keragaman dan penyimpangan dari nilai rata-rata pada
kelompok eksperimen lebih besar. Keragaman tersebut dapat dilihat juga dari
rentang nilai maksimum dan minimum pada kelompok eksperimen yang lebih
besar dibandingkan kelompok kontrol. Median atau nilai tengah pada kelas
dapat dibuat diagram batang perbandingan
kelompok kontrol (pendekatan konvensional),
pada Gambar 4.
Sains Dasar Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
keterampilan proses sains dasar siswa
pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol baik dari aspek melihat,
menggolongkan, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, maupun
kan bahwa penerapan inkuiri
dasar siswa.
Keterampilan Proses Sains Dasar
Keterampilan Proses Sains
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
1. Pengujian Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa sampel berasal dari
populasi yang terdistribusi normal. Populasi yang terdistribusi normal merupakan
prasyarat dari uji hipotesis dengan t-test. Perhitungan uji normalitas pada
penelitian ini menggunakan uji Anderson-Darling pada minitab 16 yang terlihat
pada Gambar 5 dan Gambar 6. Kriteria pengujian pada uji ini yaitu data berasal
dari populasi yang berdistribusi normal jika nilai probabilitasnya (p-value) lebih
besar dari nilai nyata α = 0,05. Hasil uji normalitas kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol secara lengkap disajikan pada Lampiran 22 halaman 111 dan
terangkum pada Tabel 15.
30.027.525.022.520.0
99
95
90
80
70
60504030
20
10
5
1
skor eksperimen
Pe
rce
nt
Mean 23.72StDev 2.349N 30AD 0.616P-Value 0.099
UJI NORMALITAS KELOMPOK EKSPERIMENNormal
Gambar 5. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
27.525.022.520.017.515.0
99
95
90
80
70
60504030
20
10
5
1
skor kontrol
Pe
rce
nt
Mean 21.58StDev 2.157N 30AD 0.481P-Value 0.215
UJI NORMALITAS KELOMPOK KONTROLNormal
Gambar 6. Uji Normalitas Kelompok Kontrol
Berdasarkan grafik uji normalitas pada Gambar 5 dan Gambar 6, hasil uji
normalitas keterampilan proses sains dasar pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen terangkum pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Proses Sains Dasar pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Uji Normalitas P-value Kriteria Keputusan Uji H0Kelompok
KontrolKelompok
Eksperimenketerampilan proses sains dasar
0,215 0,099 p-value >0,05
Diterima, Normal
Tabel 15 menunjukkan bahwa hasil uji Anderson-Darling nilai
probabilitas (p-value) lebih besar dari nilai signifikasi 0,05 sehingga keputusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
uji H0 diterima. Berdasar dari hasil uji tersebut dapat diinterpretasikan bahwa
semua sampel pada penelitian ini terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui bahwa variansi-variansi
pada populasi sama atau homogen. Perhitungan uji homogenitas pada penelitian
ini menggunakan uji Levene’s seperti terlihat pada Gambar 7. Kriteria
pengujiannya adalah varians populasi baik yang diteliti dinyatakan homogen jika
nilai probabilitasnya (p-value) lebih besar dari nilai siknifikasi α = 0,05. Hasil uji
homogenitas keterampilan proses sains dasar siswa secara lengkap disajikan pada
Lampiran 23 halaman 112 dan terangkum pada Tabel 16.
kontrol
eksperimen
3.53.02.52.01.5
kel
ompo
k
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
kontrol
eksperimen
27.525.022.520.017.515.0
ke
lom
pok
skor
Test Statistic 1.19P-Value 0.648
Test Statistic 0.36P-Value 0.552
F-Test
Levene's Test
UJI HOMOGENITAS
Gambar 7. Uji Homogenitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Berdasarkan uji homogenitas pada Gambar 7 dapat dilihat hasil uji
homogenitas keterampilan proses sains biologi pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen pada Tabel 16.
Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas Keterampilan Proses Sains Dasar Biologi dengan Variasi Model Pembelajaran.
Uji Homogenitas P-value Kriteria Keputusan Uji H0
keterampilan proses sains dasar
0,552 p-value > 0,05 Diterima, Homogen
Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai probabilitas (p-value) untuk semua
variasi berdasarkan model pembelajaran lebih dari nilai signifikasi 0,05 sehingga
keputusan uji H0 diterima. Hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kedua
sampel mempunyai variasi strategi pembelajaran yang homogen.
Persyaratan uji hipotesis penelitian untuk data keterampilan proses sains
dasar dapat menggunakan t-test. Karena sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogenitasnya terpenuhi. Oleh
karena itu, pengujian hipotesis penelitian secara parametrik dapat dilakukan.
2. Pengujian Hipotesis
Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan hipotesis adalah
tingkat signifikasi (α) : 0,05 atau 5% dengan daerah kritisnya yaitu Ho ditolak jika
signifikasi probabilitas (p-value) < α (0,05). Hal ini berarti jika signifikasi
probabilitas (p-value) < 0,05 maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan sebaliknya jika
signifikasi probabilitas (p-value) > 0,05 maka hipotesis nihil diterima.
a. Uji Hipotesis
Hasil analisis pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing
terhadap keterampilan proses sains dasar berdasarkan hasil perhitungan disajikan
pada Tabel 17. Perhitungan uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 24 halaman 113.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 17. Hasil Analisis Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar Siswa
t-test P-value Kriteria Keputusan Uji H0
keterampilan proses sains dasar
0,001 P-value < 0,05 Ditolak,Berbeda Nyata
Berdasarkan Tabel 17 di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Harga p-value = 0,001 dan taraf signifikasi 5 %. Hal ini berarti jika signifikasi
probabilitas (p-value) < 0,05 maka hipotesis nihil (Ho) berada pada daerah
penolakan karena signifikasi probabilitas (p-value) < α (0,05). Perhitungan pada
keterampilan proses sains dasar, HO ditolak sehingga Ha diterima pada
keterampilan proses sains dasar antara kelompok kontrol dengan pembelajaran
konvensional dan kelompok eksperimen dengan pembelajaran inkuiri terbimbing
berbeda nyata sehingga penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh
terhadap keterampilan proses sains dasar pada mata pelajaran biologi.
B. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil t-test diketahui bahwa penerapan pembelajaran inkuiri
terbimbing berpengaruh terhadap keterampilan proses sains dasar siswa. Hasil t-
test pada kelas VIII C dan VIII E SMP N 7 Surakarta untuk keterampilan proses
sains dasar pada Tabel 17 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara pendekatan konvensional dan pendekatan inkuiri terbimbing terhadap
keterampilan proses sains dasar. Signifikan di sini berarti terdapat perbedaan
aktivitas siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan yaitu penerapan pendekatan
inkuiri dalam pembelajaran. Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung
sebagian besar hanya duduk saja sebelum menggunakan pendekatan inkuiri.
Ketpichainarong dkk, (2010) menyatakan prestasi siswa dalam mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan proses sains dasar yang ditemukan lebih tinggi di
laboratorium penyelidikan bila dibandingkan dengan mereka dari gaya masak
tradisional. Temuan ini diperkuat oleh orang-orang dari Minderhout dan
Loertscher (2007) dalam Ketpichainarong dkk, (2010) yang mengembangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
penyelidikan proses dipandu berorientasi belajar untuk meningkatkan
pengetahuan konten, dan kemampuan siswa.
Berdasarkan data observasi setelah menggunakan pendekatan inkuiri
terbimbing, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran bertambah aktif terlihat
dari siswa melakukan kegiatan mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,
mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan materi pembelajaran. Belajar
aktif menurut Zaini, dkk (2008) dapat mengajak peserta didik untuk turut serta
dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan
fisik. Siswa pun terlatih untuk bertanya dan berusaha menjawab pertanyaan
melalui proses diskusi. Pendapat tersebut didukung oleh Ristanto (2010) yang
menyatakan terdapat perbedaan pengaruh pembelajaran berbasis inkuiri
terbimbing dengan multimedia dan lingkungan riil terhadap prestasi belajar
biologi materi pokok ekosistem. Pembelajaran dengan lingkungan riil
memberikan pengaruh terhadap prestasi yang lebih positif dibandingkan dengan
multimedia. Pembelajaran dengan menerapkan lingkungan riil sebagai wahana
dalam belajar ekosistem cenderung lebih baik daripada menggunkan multimedia.
Siswa pada kelas eksperimen tampak lebih teliti dalam melaksanakan
percobaan, siswa merasa tertarik dengan percobaan tersebut. Saat guru atau siswa
memberikan penjelasan maka siswa lain mencatat hal-hal penting yang di
sampaikan. Keterampilan proses sains dapat diperoleh dan dikembangkan sekolah
menengah diajarkan baik dalam teori dan praktis melalui pelatihan seperti terlibat
dalam ilmu pengetahuan (Akinbobola dan Afolabi, 2010). Pembelajaran inkuiri
terbimbing juga menyediakan waktu bagi siswa untuk memperoleh pengalaman
belajar langsung. Zaini (2009) berpendapat bahwa seorang siswa akan mudah
mengingat pengetahuan yang diperoleh secara mandiri lebih lama, dibandingkan
dengan informasi yang dia peroleh dari mendengarkan orang lain.
Pembelajaran biologi memerlukan kegiatan eksperimen agar siswa lebih
paham dan lebih mengerti sesuatu yang sedang dipelajari. Siswa dapat belajar
untuk bertukar pikiran dengan temannya saat proses diskusi dan saling
melengkapi satu sama lain. Kelompok yang hanya terdiri dari 4 hingga 5 siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
membuat mereka berlatih untuk bekerja sama. Eksperimen yang dilakukan
mengenai komposisi darah serta alat peredaran darah. Siswa dengan
menggunakan plastisin membuat replika komponen-komponen darah. Siswa
diharapkan dapat memahami ciri-ciri sel darah manusia dengan eksperimen
komponen darah. Eksperimen yang kedua mengenai alat peredaran darah. Siswa
melakukan eksperimen menghitung denyut nadi setelah melakukan berberapa
macam aktivitas. Siswa diharapkan dapat memahami ciri-ciri alat peredaran darah
manusia dengan eksperimen menghitung denyut nadi. Sumiati dan Asra (2008:
220) yang berpendapat bahwa dengan melakukan perbuatan dalam proses belajar
dapat memungkinkan pengalaman belajar yang diperoleh bersifat lebih baik dan
tersimpan dalam daya ingatan (memori) dalam jangka waktu lebih lama.
Proses penyelidikan dianggap sebagai proses terbuka yang berarti siswa
memiliki pertanyaan mereka sendiri dan mencari jawaban sendiri (Kim & Chin,
2008). Sedikit demi sedikit kelompok siswa berkomunikasi dengan lebih efektif
dan meningkatkan kemampuan mereka untuk alasan dan memecahkan masalah
bersama-sama berbasis tugas (Piliouras dkk, 2006.). Pendekatan inkuiri
terbimbing lebih banyak berpusat pada siswa dibandingkan aktivitas pada
pendekatan konvensional. Pendapat Hsieh dan Wu (2005) dalam Lu dkk, (2007)
menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran sains tidak hanya untuk memperoleh
penjelasan ilmiah yang ada, tetapi yang lebih penting, untuk membentuk
penjelasan ilmiah melalui proses penyelidikan. Penjelasan mengenai hasil
percobaan oleh siswa, berarti siswa datang untuk memahami bahwa pengetahuan
ilmiah di mana-mana dalam hidup siswa, dan dengan merefleksikan pengetahuan
siswa, siswa secara bertahap membentuk konsep-konsep ilmiah dan
mengembangkan keterampilan untuk melakukan penyelidikan ilmiah. Siswa
belajar untuk saling percaya berbagi sumber daya lain, dan memenuhi tanggung
jawab mereka. Anak-anak yang memiliki keterampilan lebih dalam belajar juga
menyebabkan mereka yang lemah dengan keterampilan untuk belajar dan
menyelesaikan tugas bersama-sama dengan sikap positif (Lu dkk, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Hasil penelitian Bilgin (2009) menunjukkan bahwa siswa dalam kelompok
eksperimen memiliki pemahaman yang lebih baik tentang asam dan konsep dasar;
dan sikap yang lebih positif terhadap instruksi inkuiri terbimbing. Implikasi dari
pandangan konstruktivis untuk ilmu kelas termasuk penggunaan yang banyak dari
kegiatan laboratorium investigasi, ruang lingkungan yang menyediakan pelajar
keterlibatan kognitif aktif dengan tingkat tinggi, penggunaan strategi
pembelajaran kooperatif, dan masuknya item tes yang mengaktifkan lebih tinggi
tingkat proses kognitif (Mansour, 2009).
Tujuan mendasar dari pendidikan sains menurut (Akinoglu, 2008) adalah
untuk memungkinkan siswa untuk mengamati lingkungan alami mereka dan
untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk memahami dan
menjelaskan baik diri mereka sendiri dan lingkungannya. Konsep sains yang
dipelajari siswa akan lebih kokoh jika mereka melakukan proses (konstruksi)
pengetahuan tersebut. Science project sebagai sebuah strategi pembelajaran dapat
meningkatkan keterampilan proses sains siswa, sehingga bukan hanya proses
sains saja yang berkembang, tapi juga aspek sikap dan produk sains (Dahniar,
2006). Kesulitan siswa dalam memahami materi pokok panas dapat diatasi dengan
diterapkan pembelajaran kontekstual dengan pendekatan inkuiri dengan setting
kelompok kooperatif. Model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
aktivitas siswa di kelas dalam hal bertanya, mengemukakan pendapat/ide serta
mendengarkan dengan aktif. Selain itu juga dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi pokok panas (Suryanti dkk, 2006).
Penelitian yang dilakukan Haryono (2006) menyimpulkan bahwa model
pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah bentuk
pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam
rangkaian proses belajar mengajar guna mengarahkan siswa pada proses
konstruksi pengetahuan secara mandiri. Proses pembelajaran dirancang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun
konsep, teori, dan sikap tertentu melalui proses sains secara mandiri. Berdasarkan
temuan tersebut, disarankan kepada para guru untuk lebih memahami tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
makna belajar bagi siswa yang selanjutnya berimplikasi pada pelaksanaan fungsi
sebagai pembelajar. Belajar bagi siswa supaya dipahami sebagai proses
membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan atau pengetahuan yang
dilakukan oleh siswa secara mandiri atau bersama-sama dengan orang lain.
Mengajar dapat diartikan sebagai kegiatan partisipasi guru dalam membangun
pemahaman siswa, bukan sekedar transfer informasi dari guru kepada siswa.
Konteks inilah yang menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis
keterampilan proses mengarahkan pada pembentukan pengetahuan oleh siswa
sebagai hasil dari proses pencarian dan penemuannya sendiri. Berarti fungsi guru
dalam proses pembelajaran di kelas/sekolah lebih sebagai manajer yang
mengelola aneka sumber belajar yang ada, dan sebagai fasilisator bagi terjadinya
proses belajar bagi siswa.
Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan yang mampu menciptakan
pembelajaran yang lebih efektif dibandingkan pendekatan konvensional. Pada
pendekatan inkuiri siswa lebih banyak melakukan aktivitas dalam belajar
dibandingkan pada pendekatan konvensional dan mampu meningkatkan
keterampilan proses sains dasar aktivitas inkuiri memberikan peluang yang
cemerlang untuk membangun pengetahuan melalui diskoveri. Inkuiri sains
tersusun dari proses diskoveri dengan mempraktekkan menghitung, menganalisa
dan gambaran kesimpulan dari kejadian (Edelson, 2001). Sementara pada kelas
kontrol, yang terjadi adalah siswa berdiskusi kelas. Pembelajaran diskusi kelas
didominasi oleh beberapa siswa sedangkan siswa yang lain cenderung diam.
Berdasarkan analisis variansi dan uji lanjut setelah analisis variansi,
Asminah (2007) menyimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran inkuiri
terbimbing lebih baik dari inkuiri training terhadap prestasi belajar fisika fluida
statis, serta perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki aktivitas tinggi dan
siswa yang memiliki aktivitas rendah terhadap prestasi belajar fisika fluida statis
adalah prestasi belajar siswa yang memiliki aktivitas tinggi lebih baik dari siswa
yang memiliki aktivitas rendah. Penerapan metode pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan berbantuan multimedia dapat meningkatkan minat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
pemahaman siswa kelas X-I semester 2 SMA N14 Semarang (Wahyudin dkk,
2010).
Sukarsih (2010) menyatakan terdapat perbedaan motivasi belajar antara
metode pembelajaran inkuiri dan ekspositori. Metode pembelajaran Inkuiri lebih
baik dari pada pembelajaran ekspositori untuk meningkatkan motivasi belajar
mahasiswa di D III Kebidanan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Terdapat
perbedaan prestasi belajar antara penggunaan metode pembelajaran inkuiri dan
metode pembelajaran ekspositori belajar. Metode pembelajaran Inkuiri lebih baik
dari pada pembelajaran ekspositori untuk meningkatkan prestasi belajar
mahasiswa di D III Kebidanan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Simpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Kurnianto dkk (2010) adalah
model praktikum Fisika sederhana mekanika fluida yang digunakan untuk
mengembangkan kemampuan menyimpulkan dan mengkomunikasikan konsep
Fisika adalah praktikum Fisika sederhana mekanika fluida berbasis inkuiri. Saran
yang dapat diberikan, model pembelajaran dengan kegiatan praktikum Fisika
sederhana berbasis inkuiri digunakan sebagai salah satu model pembelajaran
untuk meningkatkan keterampilan menyimpulkan dan mengkomunikasikan bagi
siswa.
Suryobroto (2002: 201), menyatakan ada beberapa kelebihan pembelajaran
inkuiri antara lain: membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak
persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa,
membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah
penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan,
memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan,
membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada
diri sendiri melalui proses-proses penemuan, siswa terlibat langsung dalam belajar
sehingga termotivasi untuk belajar, strategi ini berpusat pada anak, misalkan
memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama
dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi
penemuan yang jawabannya belum diketahui.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Suatu pendekatan dapat dilihat keefektifannya, jika kualitas pembelajaran
menggunakan pendekatan yang baru lebih bagus dari pendekatan yang sering
diterapkan dalam pembelajaran dilihat dari perbandingan hasil belajarnya.
Pendekatan yang biasanya diterapkan pada pembelajaran adalah pendekatan
konvensional sebagai kelas pembanding/kontrol. Pendekatan yang digunakan
sebagai perlakuan dalam penelitian ini adalah pendekatan inkuiri terbimbing.
Amilasari dan Sutiadi (2008) mengemukakan bahwa tiap aspek kecakapan
akademik yang teramati mengalami peningkatan setelah diterapkan model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan kecakapan akademik siswa.
Perhitungan dilakukan melalui uji -t untuk keterampilan proses sains dasar
diperoleh bahwa pendekatan yang efektif adalah pendekatan inkuiri terbimbing.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rini (2009) yang
menyatakan bahwa pembelajaran sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Jatilawang dengan menggunakan metode pembelajaran inquiry lebih efektif
dibandingkan dengan pembelajaran sejarah yang tidak diberikan metode
pembelajaran inquiry. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan dengan uji t.
Berkaitan uji hipotesis diketahui ada perbedaan yang signifikan antara
keterampilan proses sains dasar yang diberi metode pembelajran konvensional
dengan yang diberi metode pembelajaran Inquiry. Hal ini ditunjukkan dengan
harga p-value = 0,001 dan taraf signifikasi 5 %. Hal ini berarti jika signifikasi
probabilitas (p-value) < 0,05 maka hipotesis nihil (Ho) berada pada daerah
penolakan karena signifikasi probabilitas (p-value) < α (0,05). Berarti bahwa
terdapat perbedaan signifikan, HO ditolak sehingga Ha diterima pada keterampilan
proses sains dasar antara kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional
dan kelompok eksperimen dengan pembelajaran inkuiri terbimbing berbeda nyata
sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing
berpengaruh terhadap keterampilan proses sains dasar pada mata pelajaran
biologi.
Penelitian yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa pendekatan inkuiri
terbimbing yang melibatkan proses secara ilmiah melalui eksperimen untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
membuktikan kebenaran suatu materi yang dipelajari mampu meningkatkan
keterampilan proses sains dasar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 46
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pembelajaran inkuiri
terbimbing terhadap keterampilan proses sains dasar pada pelajaran biologi siswa
kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta dapat disimpulkan sebagai berikut: Penerapan
pembelajaran pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap keterampilan proses sains dasar pada pelajaran biologi siswa
kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoretis
Hasil penelitian dapat diterapkan secara teoretis sebagai bahan kajian dan
referensi pada penelitian sejenis.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
memberi pembelajaran biologi dengan menerapkan pembelajaran yang
mengaktifkan siswa sehingga mampu mengoptimalkan keterampilan proses sains
dasar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta.
C. SARAN
Berdasarkan simpulan dan dengan memperhatikan keterbatasan penelitian
tersebut di atas, saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Kepada Guru
Diharapkan guru mata pelajaran biologi dapat menerapkan pembelajaran
inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan proses sains dasar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2. Kepada Siswa
Siswa disarankan membiasakan diri untuk berani menyampaikan ide,
berpikir kritis, melakukan diskusi, mencari solusi untuk memecahkan suatu
permasalahan baik sendiri maupun kelompok seperti pada pendekatan inkuiri.
3. Para Peneliti
Perlu diadakan penelitian sejenis pada materi pokok lain dan jenjang
pedidikan yang berbeda (SD, SMP, dan Perguruan Tinggi) sehingga dapat
diketahui kemanfaatan hasil penelitian biologi dalam dunia pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
DAFTAR PUSTAKA
Akinbobola, A. O., & Afolabi, F. (2010). Analysis of Science Process Skills in West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations in Nigeria. Amerika Eurasia Jurnal Ilmiah Penelitian, 5 (4), 234-240.
Akinoglu, O. (2008). Assessment Of The Inquiry-Based Project Implementation Process In Science Education Upon Students’ Points Of Views. International Journal of Instruction January. 1(1), 1-12.
Amilasari, A. dan Sutiadi, A. (2008). Peningkatan Kecakapan Akademik Siswa Sma Dalam Pembelajaran Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal Pengajaran MIPA, FPMIPA UPI. 12 (2), 1-8.
Ango, M. L. (2002). Mastery of Science Process Penguasaan Proses Sains Skills and Their Effective Use in the Teaching of Science: An Educology of Science Education in the Nigerian Context. International Journal of Educology, 16 (1), 11-30.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Asminah, D. R. (2010). Pembelajaran Fisika Dengan Metode Inkuiri Terbimbing Dan Inkuiri Training Ditinjau Dari Kemampuan Awal Dan Aktivitas Siswa. Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Baskoro, A. P. (2010). Pengembengan Perangkat Pembelajaran Sains Biologi SMP Berbasis Inkuiri Terbimbing Dipadu Kooperatif STAD serta Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi, Metakognisi, Penguasaan Keterampilan Proses Sains Pada Siswa Berkemampuan Akademik Atas dan Bawah. Disertasi, Program Doktor Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang.
Bilgin, I. (2009). The Effects Of Guided Inquiry Instruction Incorporating A Cooperative Learning Approach On University Students’ Achievement Of Acid And Bases Concepts And Attitude Toward Guided Inquiry Instruction. Scientific Research and Essay, 4 (10), 1038-1046.
Dahniar, D. (2006). Science Project sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan keterampilan proses sains di SMP. Jurnal pendidikan inovatif, 2(1), 35-39.
Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar Dan Pembelajaran.jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah, S. B. (2000). Guru Dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Edelson, D. C. (2001). Learning-for-Use: A Framework for the Design of Technology-Supported Inquiry Activities. Journal of Research in Science Teaching, 38(3), 355-385.
Gulo. W. (2004). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
Hamalik, O. (Ed). (2008). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Haryono. (2006). Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan Dasar, 7(1), 1-13.
Hidayatullah, F. M. (2011). “Menjadi Guru Sejati”. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Himpunan Mahasiswa Pendidikan Biologi (HIMABI) FKIP, Universitas Sebelas Maret, 19 Maret.
Isjoni. (2008). Model-Model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Johnson, E. B. (2009). Contextual Teaching And Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan Dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Centre.
Joyoatmojo, S. (2006). Belajar Mandiri: Bekal Untuk Menapak Jalan Menuju Belajar Sepanjang Hayat. Makalah disajikan pada kuliah perdana bagi mahasiswa baru jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmi Pengetahuan Alam, hlm.1-20. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.
Ketpichainarong, W., Panijpan, B., Ruenwongsa, P. (2010). Enhanced Learning of Biotechnology Students by an Inquiry-Based Cellulase Laboratory.International Journal of Environmental & Science Education . 5 (2), 169-187.
Kim, M., & Chin, C. (2008). Pre-Service Teachers’ Views On Practical Work With Inquiry Orientation In Textbook-Oriented Science Classrooms.International Journal of Environmental & Science Education. 6 (1), 23-37.
Klein, J. I. (2009). Project-Based Learning: Inspiring Middle School Students to Engage in Deep and Active Learning. New York: NYC Department of Education.
Kuhlthau, C. C., Maniotes, L. K., & Caspari, A. K. (2007). Guided Inquiry: Learning in the 21st Century. Libraries Unlimited. 1-5. Diakses pada tanggal 15 September 2011.
Kurnianto, P., Dwijananti, P., & Khumaedi. (2010). Pengembangan Kemampuan Menyimpulkan Dan Mengkomunikasikan Konsep Fisika Melalui Kegiatan Praktikum Fisika Sederhana. J. Pend. Fis. Ind., 6 (1), 54-59.
Lu, C., Hong, J., & Tseng, Y. (2007). The Effectiveness Of Inquiry-Based Learning By Scaffolding Students To Ask “5 Why” Questions. Jurnal Pendidikan. 1-26. Diakses pada tanggal 8 November 2007.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Mansour, N. (2009). Science Teachers Beliefs and Practices: Issues, Implications and Research Agenda. International Journal of Environmental & Science Education, 4 (1), 25-48.
Martawijaya, M. A., Iis., Mardiana., & Heriyati., A. (2010). “Discovery Dalam Pendidikan”. Makalah disampaikan pada Mata Kuliah Perspektif dan Inovasi Pendidikan, Program Studi S3 Ilmu Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Makasar.
Moleong, L. J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2005). Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
__________.(2006). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nuryani, R. (2005). Stratgi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Orlich, D. C., Harder, R. J., Callahan, R. C., & Gibson, H. W. (1998). Teaching Strategies A Guided to Better Instruction. Boston: Houghton Mifflin Company.
Piliouras P., Kokkotas P., Malamitsa K., Plakitsi K., & Vlaxos I. (2006). Collaborative Inquiry In Science Education In Greek Elementary Classroom: An Action Research Program.University of Athens Greece.Diakses pada tanggal 6 Mei 2006.
Prince, M. J., & Felder, R. M. (2006). Inductive Teaching and Learning Methods: Definitions, Comparisons, and Research Bases. California: J. Engr. Education, 95(2), 123–138.
Rauf, R. A. A., Johar, A. R., Halim, L., & Ariffin, S. R. (2004). Pemupukan Kemahiran Proses Sains Di Kalangan Pelajar Tingkatan Dua Di Sekolah Bestari. Jurnal Teknologi, 40E(02), 19–32.
Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Muda. Bandung: Alfa Beta.
Rini, E. S. (2009). Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Pada Mata Pelajaran Ips Sejarah Kelas VIII SMP Negeri 1 Jatilawang. Paramita 19(2),191-200.
Ristanto, R. H. (2010). Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing Dengan Multimedia Dan Lingkungan Riil Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Awal .Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Roestiyah, N. K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sanjaya, W. (2008a). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenata Media Group.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Sanjaya, W. (2008b). Kurikulum Dan Pembelajaran, Teori Dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenata Media Group.
Saputro, S., Abidin, H. Z., & Sutama, I. W. (2000). Strategi Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang.
Silberman, M. (2001). Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: YAPPENDDIS.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sriyono. (1992). Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sukarsih, R. I. (2010). Perbedaan Pengaruh Antara Pembelajaran Inkuiri Dan Pembelajaran Ekspositori Terhadap Motivasi Dan Prestasi Belajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Patologi .Tesis, Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sukmadinata, N. S. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumantri, M., & Permana, J. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana.
Sumiati & Asra. (2008). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Suryanti., Widodo, W. & Rokhim, A. (2006). Pembelajaran Kontekstual Sebagai Upaya Mengatasi Kesulitan Siswa Kelas V SD Laboratorium Unesa dalam Memahami Materi Panas. Jurnal Pendidikan Dasar,7(1), 50-60.
Suryasubrata, S. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suryobroto, B. (2002). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryosubroto, B. (1997). Proses Belajar-Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sutopo, H. B. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Usman, U. M. (2008). Menjasi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Usman, U. M. & Setiawati, L. (2008). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wahyu, Y. (2009). Peningkatan Keterampilan Proses dan Hasil BelajarMelalui Penggunaan Alat Peraga Sederhana Dalam Pembelajaran Sains Kelas V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Di SDN Sumber I Berbah Sleman Yogyakarta. Tesis, ProgramPascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta.
Wahyudin, Sutikno, & Isa, A. (2010). Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 58-62.
Wenno, I. H. (2008). Strategi Belajar-Mengajar Sains Berbasis Kontekstual. Yogyakarta: Inti Media.
Zaini, H. (2009). Strategi Pembelajaran Aktif Implementasi Dan Kendala Di Dalam Kelas. Makalah disajikan pada Seminar Dan Lokakarya Nasional ‘Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Aktif Learning Menuju Profesionalisme Guru, Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.
Zaini, H., Munthe, B., & Aryani, S. A. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani.
Zuriah, N. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.