keterampilan proses sains dasar

69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DASAR PADA PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: WIWIN AMBARSARI K4306043 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: vodien

Post on 02-Feb-2017

258 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DASAR PADA

PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh:

WIWIN AMBARSARI

K4306043

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini

Nama : Wiwin Ambrsari

NIM : K4306043

Jurusan/Progarm studi : P MIPA/Pendidikan Biologi

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DASAR PADA PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SURAKARTA” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti ataudapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Agustus 2012

Yang membuat pernyataan

Wiwin Ambarsari

Page 3: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DASAR PADA

PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SURAKARTA

Oleh:

WIWIN AMBARSARI

K4306043

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 4: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Page 6: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Wiwin Ambarsari. PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING

TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DASAR PADA

PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7

SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2012.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan

pendekatan inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains dasar siswa

kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta pada kompetensi dasar mendeskripsikan

sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

Penelitian menggunakan metode eksperimen semu (Quasi experimental

research). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester

I SMP Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012, sampel diambil dengan

Cluster Random Sampling sejumlah dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Kelas eksperimen berjumlah 30 siswa dan kelas kontrol berjumlah 30

siswa. Uji keseimbangan kemampuan awal antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol dilaksanakan dengan uji t untuk memenuhi persyaratan sebagai

sampel. Data penelitian berupa keterampilan proses sains dasar siswa yang

meliputi observsi, klasifikasi, mengukur, memprediksi, menyimpulkan, dan

mengkomunikasikan.. Data keterampilan proses sains dasar diperoleh dari lembar

observasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji t dua sampel pada

mini tab 16. Uji t dilakukan setelah dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas

Anderson-Darling dan uji homogenitas Levene’s.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri

terbimbing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan prosees

sains dasar siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta.

Kata Kunci: inkuiri, inkuiri terbimbing, ketrampilan proses sains dasar,

keterampilan proses, pembelajaran, biologi

Page 7: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Wiwin Ambarsari. THE APPLICATION OF GUIDED INQUIRY APPROACH

TO BASIC SCIENCE PROCESS SKILLS OF STUDENTS IN GRADE VIII

SMP 7 SURAKARTA. Thesis, Surakarta: Theacher Training and Education

Faculty. Sebelas Maret University of Surakarta, Mey 2012.

The research’s objective is to determine the application effect of guided

inquiry approach to science process-skills of students grade VIII Junior High

School 7 Surakarta on the based of competency to describethe circulatory system

of humans and around of health.

The research uses quasi-experimental research method. The population in

this study were all students of grade VIII first semester of SMP 7 Surakarta school

year 2011/2012, samples were taken by Cluster RandomSampling amount of two

classes namely control class and experimental class. Experimental class totaled

30 students and control class consist of 30 students. The Balance-ability test

between experimental class and control class was hold by t-test to meet the

requirement sample. The research data as student basic science process skills that

include observation, classification, measurement, prediction, conclusion, and

communication. The research data of basic science process skills outcomes

derived from the observation sheet. Analysis of the data in this study uses two-

sample t-test on mini tab 16. T-test were selected after the test is a prerequisite

Anderson-Darling normality test and Levene's homogeneity test.

The results show that the application of guided inquiry learning give a

significant influence on basic science process skills of students in grade VIII sMP

7 Surakarta.

Keywords: inquiry, an inquiry guided, basic science process skills, process

skill,education,biology

Page 8: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

MOTTO

Apa yang saya dengar, saya lupa.

Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit.

Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan

beberapa teman lain, saya mulai paham.

Apa ang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya

memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai (Siberman ).

Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba

karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar

membangun kesempatan untuk berhasil (Mario Teguh ).

Pengetahuan yang luas bukanlah segalanya, mempraktekan apa yang

kita tahu itulah segalanya. Hidup ini bukanlah teori dan histori, tapi

tentang mimpi dan realisi (Lulu Kemaludin).

Page 9: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Mamak, Mamak, dan Mamakku tersayang, wanita yang telah melahirkanku, merawatku,

mendukungku, menyayangiku, dan selalu mendoakanku tanpa lelah.....yang telah sabar

menunggu kelulusanku.....

Bapak, atas nasihat dan segala pengertian Bapak…terima kasih sedalam-dalamnya...

Mbak Ini, Mas Dwi dan Mbak Atun yang selalu mengingatkanku untuk kebaikanku,

membantuku, dan mendukungku baik tenaga, biaya dan waktu....terima kasih....maaf

selalu menguji kesabaran kalian....

To adiku yang tersayang....terima kasih atas bantuan dan sarannya....maaf belum bisa

menjadi contoh yang baik.

Kevin dan Dito, keponakan-keponakanku tersayang....yang selalu menantikan

kepulanganku... aku sayang kalian...

Pak Met dan Pak Maridi, terima kasih atas bimbingan, waktu, dan nasehatnya…

Gege, HelyChan, Nyit-nyit, Yun dan T-wix terima kasih atas nasehat, ilmu, masa-masa

yang tak terlupakan selama ini......kamu adalah guruku sekaligus temanku yang

terbaik......

Vina, Linda, Decy, Mb Yun, Achi, Adi, Agus, paUs, Uzy, Ari Kating, Ank, Lylla, Puput,

Peny, Eny, terimakasih atas saran, bantuan, dan semangat yang kalian berikan serta

dukungan agar segera pendadaran....

Teman-teman seperjuangan Biologi Smart Generation 2006 Community, terima kasih

atas kebersamaan dan perjuangan yang tak akan terlupakan. Semoga kebersamaan kita

terjaga selama-lamanya.

Teman-teman Himabi 2008-2010 terimakasih atas kerja sama, semangat, dan

dukungan agar segera pendadaran....Hidup HIMABI....

Teman-temanku di “Wisma Putri Permata Bunda” yang senantiasa saling mengingatkan

dan berbagi pengalaman..

Teman-temanku di “Tisanda 1” yang senantiasa saling mengingatkan dalam kebaikan.

Teman-teman Pelpipodipo, terimakasih atas kebersamaan meski singkat

Orang-orang yang selalu menyemangatiku dan memotivasiku.....

P<red>ty, yang membatu menyelesaikan skripsi dan menemaniku everywhere and

everytime.terimakasih atas kerja kerasnya....

Almamater.

Page 10: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Allah, sesungguhnya segala puji bagi-Mu. Syukurku yang hanya milik-Mu

semoga memang terungkap dari hati, lisan, dan perbuatan kami. Engkau Yang

Maha Rahman dan Rahim, dalam pangkuan-Mu, terhimpun seluruh kekuatan

kami, dengan kekuatan itu kami memainkan melodi, yang memberi ilmu,

inspirasi, dan kemuliaan. Izinkanlah kami menjadi penyambut cahaya-Mu yang

tiada pernah pudar.

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul ” PENERAPAN PEMBELAJARAN

INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

DASAR PADA PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP

NEGERI 7 SURAKARTA ”.Skripsi ini disusun guna melengkapi persyaratan

dalam mendapatkan gelar sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pendidikan dan

Keguruan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu

dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta, yang telah memberi ijin dalam proses penyusunan skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Slamet Santosa, M.Si, selaku pembimbing I, yang selalu memberikan

motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan penelitian.

5. Dr. Maridi, M. Pd, selaku pembimbing II yang selalu memberikan pengarahan

dan bimbingan dalam penelitian.

Page 11: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

6. Kepala SMP Negeri 7 Surakarta, yang telah memberi kesempatan dan tempat

guna pengambilan data dalam penelitian.

7. Guru mata pelajaran biologi SMP Negeri 7 Surakarta, yang telah memberi

bimbingan dan bantuan dalam mengadakan penelitian.

8. Siswa-siswi SMP Negeri 7 Surakarta, khususnya kelas VIII.

9. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tiada yang sempurna selain Allah SWT, maka

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh keterbatasan penulis. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 12: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN...........................................................................ii

HALAMAN PENGAJUAN.............................................................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................v

ABSTRAK ........................................................................................................vi

HALAMAN MOTTO ...................................................................................viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................ix

KATA PENGANTAR.......................................................................................x

DAFTAR ISI....................................................................................................xii

DAFTAR TABEL ..........................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1

B. Identifikasi masalah ................................................................................3

C. Batasan Masalah......................................................................................4

D. Rumusan Masalah ...................................................................................4

E. Tujuan Penelitian ....................................................................................4

F. Manfaat Penelitian ..................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka .....................................................................................6

B. Kerangka Berpikir.................................................................................18

C. Hipotesis................................................................................................19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................20

1. Tempat Penelitian......................................................................20

2. Waktu Penelitian .......................................................................20

Page 13: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

B. Populasi Dan Sampel ............................................................................21

1. Populasi Penelitian ....................................................................21

2. Sampel Penelitian......................................................................21

C. Teknik Pengumpulan Data....................................................................21

1. Variabel Penelitian ....................................................................21

2. Metode Pengumpulan Data .......................................................22

3. Teknik Penyusunan Instrumen ..................................................23

4. Analisis Instrumen.....................................................................24

D. Rancangan Penelitian ............................................................................29

E. Teknik Analisis Data.............................................................................29

1. Uji Prasyarat ..............................................................................29

2. Uji Kesetimbangan ....................................................................31

3. Uji Hipotesis..............................................................................32

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data.......................................................................................33

B. Pengujian Prasyarat Analisis.................................................................35

C. Pengujian Hipotesis...............................................................................38

D. Pembahasan Hasil Analisis Data...........................................................39

BAB V Simpulan, Implikasi, Dan Saran

A. Simpulan ...............................................................................................47

B. Implikasi................................................................................................47

C. Saran......................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sintaks Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ..............................................9

2. Keterampilan Proses Dan Ciri-cirinya ..................................................17

3. Rangkuman Hasil Try Out Uji Validitas...............................................25

4. Skala Penilaian Reliabilitas Butir Soal atau Item .................................26

5. Rangkuman Hasil Try Out Uji Reliabilitas ...........................................26

6. Kriteria Tingkat Kesukaran...................................................................27

7. Rangkuman Hasil Try Out Uji Taraf Kesukaran ..................................27

8. Tingkatan Klasifikasi Daya Pembeda ...................................................28

9. Rangkuman Hasil Try out Uji Daya Beda.............................................28

10. Rancangan penelitian Posttest Only Control Group Design.................29

11. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kemampuan Awal......30

12. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kemampuan Awal ..31

13. Rangkuman Hasil Perhitungan t-test Kemampuan Awal......................32

14. Deskripsi Data Keterampilan Sains Proses Dasar pada Pelajaran

Biologi...................................................................................................33

15. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Proses Sains Dasar Biologi pada

Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen....................................36

16. Hasil Uji Homogenitas Keterampilan Proses Sains Dasar Biologi

dengan Variasi Model Pembelajaran ....................................................38

17. Hasil Analisis Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Terhadap Keterampilan Proses Siswa...................................................39

Page 15: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram implementasi pendekatan inquiry/discovery............................8

2. Paradigma Penelitian.............................................................................19

3. Waktu Pelaksanan Kegiatan Penelitian.................................................20

4. Perbandingan Mean Keterampilan Proses Sains Dasar

Kelompok Kontrol Dan Kelompok Eksperimen...................................34

5. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen.................................................35

6. Uji Normalitas Kelompok Kontrol........................................................36

7. Uji Homogenitas ...................................................................................37

Page 16: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus........................................................................................................54

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional ...................................55

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri 1 ...........................................60

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran inkuiri 2............................................69

5. LKS 1 .........................................................................................................78

6. LKS2 ..........................................................................................................80

7. Soal Teka-Teki Silang 1.............................................................................82

8. Soal Teka-Teki Silang 2.............................................................................83

9. Soal Ulangan Sistem Peredaran Darah ......................................................84

10. Soal Try Out Sistem Peredaran Darah .......................................................89

11. Kisi-Kisi Lembar Observasi.......................................................................94

12. Lembar Observasi ......................................................................................95

13. Kriteria Penilaian Keterampilan Proses .....................................................96

14. Rangkuman Hasil Try Out .........................................................................99

15. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Beda, dan Tingkat Kesukaran Soal

Kognitif ....................................................................................................100

16. Uji Prasyarat.............................................................................................103

17. Uji Kesetimbangan...................................................................................105

18. Nilai Awal Kelompok Kontrol.................................................................106

19. Nilai Awal Kelompok Eksperimen ..........................................................107

20. Hasil Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol......................................108

21. Hasil Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen ...............................109

22. Deskripsi Data..........................................................................................110

23. Uji Normalitas..........................................................................................111

24. Uji Homogenitas ......................................................................................112

25. Uji Hipotesis ............................................................................................113

26. Dokumentasi Foto Penelitian ...................................................................114

27. Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi...............................................119

28. Surat Keputusan Dekan FKIP Tentang Izin Penyusunan Skripsi ............120

29. Permohonan Izin Research.......................................................................121

30. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian........................................122

Page 17: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bukanlah sesuatu yang statis melainkan sesuatu yang dinamis

sehingga menuntut adanya suatu perbaikan yang terus menerus. Dunia pendidikan

memiliki tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajarannya. Pendidikan

tidak hanya ditekankan pada penguasaan materi, tetapi juga ditekankan pada

penguasaan keterampilan. Siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat

sesuatu dengan menggunakan proses dan prinsip keilmuan yang telah dikuasai,

dan learning to know (pembelajaran untuk tahu) dan learning to do (pembelajaran

untuk berbuat) harus dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.

Proses pembelajaran di sekolah sebagian besar masihmenggunakan

metode konvensional yang berpusat pada guru. Penggunaanmetode konvensional

tersebutmenyebabkan keterampilan siswa cenderung kurang optimal. Siswa

kurang mandiri dan cenderung bergantung pada guru untuk mendapatkan materi

pelajaran.Proses pembelajaran konvensional secara umum juga didominasi oleh

beberapa siswa, sedangkan siswa yang lain cenderung diam.

Permasalahan pada pembelajaran konvensional dapat diatasi dengan

penerapan pembelajaran inovatif.Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran

yang mampu menarik perhatian siswa melalui pelibatan aktif siswa yang

bersangkutan.Pembelajaran inovatif mampu membawa perubahan dalam proses

belajar siswa karena siswa cenderung senang dengan pembelajaran yang

memanfaatkan informasi dan teknologi yang terus berkembang. Berkaitan dengan

hal tersebut, perlu dirancang suatu kegiatan belajar yang menarik bagi siswa

(Isjoni, 2008: 7).Pembelajaran inovatif diharapkan mampu meningkatkan

keterampilan peserta didik.

Siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika

disertai dengan contoh-contoh kongkrit merupakan salah satu alasan yang

melandasi perlunya diterapkan keterampilan proses sains. Keterampilan proses

Page 18: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

sains dibedakan dalam dua bagian besar, yaitu keterampilan proses sains dasar

(basic skill), dimulai dari mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,

mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan, dan keterampilan proses

sains terpadu (integrated skill), dari identifikasi variabel sampai dengan yang

paling kompleks, yaitu eksperimen.Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan

pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat,

menganalisis, dan memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan

pembagian kerja; dengan demikian aktivitas dan produk yang dihasilkan dari

ativitas belajar ini mendapatkan penilaian.

Inkuiri terbimbingmerupakan suatu cara yang efektif untuk membuat

variasi suasana pola pembelajaran kelas. Pembelajaran inkuiri

terbimbingmerupakan pembelajaran kelompok, siswa diberi kesempatan untuk

berfikir mandiri dan saling membantu dengan teman yang lain. Pembelajaran

inkuiri terbimbing membimbing siswa untuk memiliki tanggung jawab individu

dan tanggung jawab dalam kelompok atau pasangannya. Pelaksanaaninkuiri

terbimbingmeliputi lima tahap yaitu merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,

mengumpulkan data, menguji data berdasarkan data yang ditemukan, dan

membuat kesimpulan. Langkah pertama yaitu merumuskan masalah, guru

membimbing siswa menentukan suatu masalah yang terkait dengan pelajaran

yang disampaikan, kemudian siswa memikirkan sendiri jawabannya. Langkah

kedua yaitu mengajukan hipotesis, guru membimbing siswa menemukan jawaban

sementara atas masalah yang ditemukan. Langkah ketiga yaitu mengumpulkan

data, siswa melakukan eksperimen sederhana.Langkah keempatmenguji data

berdasarkan data yang ditemukan,siswa menguji hasil eksperimen dengan fakta-

fakta dan teori yang terkait.Langkah kelima membuat kesimpulan siswa

mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas dan membuat kesimpulan.

Kelebihan pembelajaran inkuiri antara lain: membantu siswa

mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan

dan proses kognitif siswa, membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa

merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-

kadang kegagalan, memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai

Page 19: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dengan kemampuan, membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya

kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan, siswa terlibat

langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar, strategi ini berpusat

pada siswa, misalkan memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi

sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam

situasi penemuan yang jawabanya belum diketahui.Relevan dengan latar belakang

di atas judul yang dapat diangkat adalahPENERAPAN PEMBELAJARAN

INKUIRITERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

DASAR PADA PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP

NEGERI 7 SURAKARTA.

B. Identifikasi Masalah

Inkuiri merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa

berperan aktif dalam pembelajaran dan guru berperan sebagai fasilitator dan

membimbing siswa untuk menemukan konsep pembelajaran sehingga akan

berpengaruh pada keterampilan proses sains dasar siswa. Kegiatan belajar

mengajar yang optimal diperlukan dalam memahami konsep, yakni melibatkan

pengalaman intelektual, emosional, dan fisik. Hal ini berarti bahwa kegiatan

pembelajaran harus mampu memberi kesempatan kepada siswa untuk melibatkan

diri pada proses belajar. Siswa akan memperlihatkan unjuk kerja melalui sejumlah

keterampilan memproses dan memperoleh semua fakta, konsep, dan prinsip.

Observasi yang dilakukan di SMP Negeri 7 Surakarta menunjukan hasil

belajar siswa dalam mata pelajaran biologi belum maksimal.Biologi merupakan

matapelajaran yang bersifat hafalan dan menuntut pemahaman dalam setiap

konsepnya.Kurang maksimalnya hasil belajar siswa disebabkan karena siswa sulit

memahami konsep dalam materi pelajaran.Penggunaan metode pembelajaran

yang tepat penting dilakukan untuk pemecahan masalah di atas.

Pembelajaran inkuiri terbimbingmerupakan suatu cara yang efektif untuk

membuat variasi suasana pembelajaran di kelas. Inkuiri terbimbingmerupakan

pembelajaran kelompok dimana siswa diberi kesempatan untuk berfikir mandiri

dan bekerjasama dengan teman yang lain, sehingga pembelajaran inkuiri

Page 20: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

terbimbingdiharapkan dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar biologi

siswa.

C. Batasan Masalah

1. Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas VIII semester I Tahun

pelajaran 2011/2012. Penelitian ini mengambil 3 kelas, dimana kelas pertama

sebagai kelas kontrol, kelas kedua sebagai kelas tryout, dan kelas ketiga

sebagai kelas yang mendapat perlakuan berupa penerapan

pembelajaraninkuiri terbimbing.

2. Objek penelitian yang digunakan adalah SMP Negeri 7 Surakartapada mata

pelajaran biologi; Standar Kompetensi (SK) 1, memahami berbagai sistem

dalam kehidupan manusia dengan Kompetensi Dasar (KD) 1.6,

mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya

dengan kesehatan.

D. RumusanMasalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan, bagaimana pengaruh pembelajaraninkuiri

terbimbingterhadap keterampilan proses sains dasar siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang hendak

dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran inkuiri

terbimbing terhadap keterampilan proses sains dasar pada siswa kelas VIII SMP

Negeri 7 Surakarta.

F. Manfaat Penelitian

Setelah perumusan masalah di atas diperoleh jawabannya, diharapkan

penelitian dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang membuat siswa merasa

tertarik untuk belajar Biologi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

Page 21: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Meningkatkan keterampilan proses sains dasar siswa dalam pembelajaran

sains atau biologi.

3. Memberikan masukan kepada guru dalam pemilihan pendekatan

pembelajaran agar pembelajaran lebih berpusat pada siswa (student-centered)

pada pokok bahasan Sistem Peredaran Darah Manusia.

4. Meningkatkan sumber daya pendidikan sehingga menghasilkan output yang

berkualitas, dan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

5. Menambah kepustakaan dalam bidang pendidikan dan menjadi acuan untuk

diteliti lebih lanjut di jenjang pendidikan yang berbeda.

Page 22: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

a. Pengertian

Pendekatan inkuiri sains menurut pendapat Wenno (2008: 61), adalah

sesuatu yang sangat menantang dan melahirkan interaksi antara yang diyakini

siswa sebelumnya terhadap suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman yang

lebih baik, melalui proses dan metode eksplorasi untuk menguji gagasan-gagasan

baru. Hal ini akan merujuk pada pengembangan sikap-sikap positif untuk mencari

penjelasan, dan menghargai gagasan orang lain, terbuka pada gagasan baru,

berfikir kritis, jujur, kreatif dan berfikir lateral. Pendapat tersebut senada dengan

pendapat Sanjaya (2008a: 119) yang menyatakan inkuiri sebagai proses

pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir

secara sistematis. Inkuiri menurut Gulo (2004: 84-85) berarti suatu rangkaian

kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Hal

tersebut didukung oleh Hidayatullah, (2011) yang menyatakan salah satu tujuan

mengajar dan mendidik adalah menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui

pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran. Menurut Mulyasa (2006: 102) pangalaman

belajar perlu dikembangkan untuk membentuk manusia yang berkualitas tinggi,

baik mental, moral maupun fisik. Metode dan strategi belajar mengajar yang

kondusif untuk hal tersebut perlu dikembangkan, misalnya metode inkuiri,

discovery, problem solving, dan sebagainya.

Pendekatan inquiry/discovery merupakan pendekatan mengajar yang

menitikberatkan pengembangan cara berfikir ilmiah (Wenno, 2008: 61). Mulyasa

(2005: 107) mengutip pendapat Widada (1994) yang menyatakan bahwa

pendekatan inquiry disamping penyediaan lingkungan yang kreatif dalam

peningkatan aktivitas dan kreativitas pembelajaran, guru dapat menggunakan

Page 23: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

pendekatan. Peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan proses mental

dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah, serta meningkatkan potensi

intelektualnya melalui Inquiry approach.

Pendekatan inquiry didefinisikan Sagala (2010: 196) sebagai pendekatan

mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir

ilmiah, pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri,

mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah. Rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis

untuk mencari dan menemukan jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang

dipertanyakan, merupakan pembelajaran inkuiri yang disampaikan Sanjaya

(2008b: 303). Proses pembelajaran mandiri paling baik diuji dari dua perspektif

yang berbeda, tetapi sangat berhubungan yaitu: pertama, memiliki pengetahuan

dan keahlian tertentu; dan kedua, menggunakan pengetahuan dan keahlian, dalam

urutan yang pasti, satu langkah yang logis mengikuti langkah yang lain (Johnson,

2009: 153-154).

b. Tahapan-tahapan

Secara umum proses inkuiri menurut Sanjaya (2008a: 119) dapat

dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: 1. Merumuskan masalah; 2.

Mengajukan hipotesis; 3. Mengumpulkan data; 4. Menguji data berdasarkan data

yang ditemukan; dan 5. Membuat kesimpulan. Pendekatan inkuiri induktif, oleh

Orlich, dkk (1998: 297), dapat dibedakan menjadi inkuiri terbimbing dan inkuiri

tak terbimbing. Perbedaan diantara keduanya yaitu, data atau fakta, kemudian

siswa membuat generalisasi dengan bantuan guru, disebut inkuiri induktif

terbimbing. Jika siswa menemukan sendiri spesifiksi sebelum membuat

generalisasi, maka dinamakan inkuiri induktif tak terbimbing.

Tahapan-tahapan pada pendektan inquiry/discovery menurut Wenno

(2008: 62) dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 24: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Gambar 1. Diagram implementasi pendekatn inquiry/discovery

(Wenno, 2008: 62)

Memecahkan masalah merupakan bentuk lain pembelajaran inkuiri. Guru

yang menerapkan metode pemecahan masalah akan menggunakan perspektif

bahwa siswa-siswa akan mengusulkan penyelesaian masalah dan mengajukan

rekomendasi ke arah apa yang harus dikerjakan agar terjadi perubahan,

peningkatan, pembetulan, pencegahan atau situasi yang lebih baik. Hal-hal yang

perlu distimulir dalam proses belajar melalui ‘inquiry’ menurut Roestiyah (2008:

80) yaitu otonomi siswa, kebebasan dan dukungan pada siswa, sikap keterbukaan,

percaya pada diri sendiri dan kesadaran akan harga diri, self-concept, serta

Guru Memilih Tujuan

Guru mengajukan pertanyaan yang dapat menumbuhkan siswa mengemukakan pendapat

Guru menerapkan hipotesis/praduga jawaban untuk dikaji lebih lanjut (alternatif jawaban)

Secara spontan siswa menjelajahi informasi/data untuk menguji praduga baik secara individu atau pun secara kelompok

Siswa tidak banyak berusaha mencari informasi untuk membuktikan praduga

Siswa menarik kesimpulanGuru membantu siswa/mendorong

melakukan kegiatan belajar

inquiry Siswa mengidentifikasi beberapa kemungkinan jawaban/menarik

kesimpulan

Page 25: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

pengalaman inkuiri, terlibat dalam masalah-masalah. Sintaks Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing menurut Baskoro (2010), dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Tahap pembelajaran Kegiatan guru Kegiatan siswaTahap IIdentifikasi dan penetapan ruang lingkup masalah

Guru memberikan masalah

Guru membimbing merumuskan masalah

Mengidentifikasi masalah dan merumuskan pertanyaan yang mengarah kepada kegiatan investigasi

Tahap II Perumusan hipotesis

Membimbing siswa merumuskan hipotesis

Merumuskan hipotesis yang akan diuji melalui investigasi

Tahap III Pengumpulan data

Membimbing dan memfasilitasi siswa dalam merancang eksperimen untuk mengumpulkan data

Melaksanakan eksperimen dan mengumpulkan data

Tahap IVInterpretasi data

Membimbing siswa menginterpretasikan data

Menyusun argumen untuk mendukung data dan menguji hipotesis

Tahap V Pengembangan kesimpulan

Membimbing siswa untuk membuat induksi atau generalisasi

Menjelaskan hubungan dan membuat generalisasi melalui induksi

Tahap VI Pengulangan

Membimbing serta meminta siswa untuk membuktikan kembali kebenaran generalisasinya

Mempresenrasikan hasil kegiatan eksperimenyang telah dilakukan.

(Baskoro, 2010)

Sintaks atau aliran kegiatan belajar mengajar menurut Gulo (2004: 98)

yaitu: tahap pertama, menghadapi stimulus (terencanaa atau tidak terencana);

tahap kedua, menjajaki reaksi terhadap situasi yang terencana; tahap ketiga,

merumuskan tujuan yang dipelajari dan mengorganisasikan kelas (merumuskan

masalah, tugas kelas, peranan dan sebagainya); tahap keempat, belajar

menyelesaikan masalah secara independen atau kelompok; tahap kelima

Page 26: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

menganalisis proses dan kegiatan belajar; dan tahap keenam, evaluasi dan tindak

lanjut.

Prince dan Felder (2006) berpendapat bahwa deduktif adalah petunjuk

kerja tradisional, dimulai dengan teori dan kemajuan penerapan teori tersebut.

Pendekatan pembelajaran alternatif adalah lebih induktif. Topik diperkenalkan

dengan menunjukkan observasi khusus, studi kasus atau masalah, sehingga

membantu siswa untuk menemukan setelah keinginantahuan siswa meningkat.

Metode pembelajaran induktif secara umum terdiri dari, pembelajaran inkuiri,

pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran

berbasis sebab, pembelajaran diskoveri, dan (Just-in-Time Teaching) waktu

pembelajaran.

c. Kelebihan

Amilasari dan Sutiadi (2008) menuliskan pendapatnya dalam jurnal

peningkatan kecakapan akademik siswa SMA dalam pembelajaran fisika melalui

penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing, bahwa tiap aspek kecakapan

akademik yang teramati mengalami peningkatan setelah diterapkan model

pembelajaran inkuiri terbimbing. Disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri

terbimbing dapat meningkatkan kecakapan akademik siswa.

Kuhlthau, dkk (2007) berpendapat dalam karya tulisnya berjudul Guided

Inquiry: Learning in the 21st Century. Inkuiri terbimbing merupakan

perencanaan, tujuan, penilaian, dan target yang jelas, guru yang menerapkan

proses inkuiri dapat membimbing siswa untuk belajar penuh percaya diri. Inkuiri

yaitu merencanakan dan membimbing dengan mengarahkan, bukan dengan

perintah. Pelajar diharapkan mampu menjelaskan pengetahuannya dan

mempraktekkan keterampilannya untuk memanfaatkan sumber belajar yang ada di

sekitarnya. Baik dari dalam sekolah maupun dari luar sekolah, misalnya;

perpustakaan sekolah, museum, dan internet.

Metode pembelajaran inkuiri disamping mengantarkan siswa pada tujuan

instruksional tingkat tinggi, tetapi dapat juga memberi tujuan iringan (nutrunant

effect) sebagai berikut: 1. memperoleh keterampilan untuk memproses secara

Page 27: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

ilmiah (mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasikan data,

mengidentifikasikan variabel, merumuskan, dan menguji hipotesis, serta

mengambil kesimpulan); 2. lebih berkembangnya daya kreativitas anak; 3. belajar

secara mandiri; 4. lebih memahami hal-hal yang mendua; 5. perolehan sikap

ilmiah terhadap ilmu pengetahuan yang menerimanya secara tentatif (Gulo, 2004:

101). Inkuiri adalah proses belajar mengajar yang memberikan dorongan kepada

siswa untuk mengikuti keinginan dan ketertarikan kepada penemuan baru tentang

cara kerja dunia (Klein, 2009: 21). Aktivitas inkuiri memberikan peluang yang

cemerlang untuk membangun pengetahuan melalui diskoveri. Inkuiri sains

tersusun dari proses diskoveri dengan mempraktekkan menghitung, menganalisis

dan gambaran kesimpulan dari kejadian (Edelson, 2001). Zaini (2009)

berpendapat bahwa seorang siswa akan mudah mengingat pengetahuan yang

diperoleh secara mandiri lebih lama, dibandingkan dengan informasi yang dia

peroleh dari mendengarkan orang lain. Belajar aktif menurut Zaini, dkk (2008)

dapat mengajak peserta didik untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran,

tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik.

Hal tesebut di atas, sesuai dengan paham Belajar Aktif yang di sampaikan

oleh Silberman (2001: 1-2) yang merupakan modifikasi dan pengembangan dari

pernyataan Confusius. Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar

dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau

diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham. Apa yang saya dengar,

lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.

Sumiati dan Asra (2008: 220) berpendapat bahwa dengan melakukan

perbuatan dalam proses belajar dapat memungkinkan pengalaman belajar yang

diperoleh bersifat lebih baik dan tersimpan dalam daya ingatan (memori) dalam

jangka waktu lebih lama. Guru hendaknya menjelaskan dengan tindakan yang

nyata, sehingga ilmu yang disampaikan lebih jelas, menarik, dan lebih meresap

pada jiwa, pikiran, atau otak siswa daripada hanya dengan kata-kata.

Suryobroto (2002: 201), ada beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri

antara lain: membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan

Page 28: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, membangkitkan gairah pada

siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan

keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan, memberi kesempatan pada siswa

untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan, membantu memperkuat pribadi

siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses

penemuan, siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk

belajar, srategi ini berpusat pada anak, misalkan member kesempatan kepada

mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru

menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya belum

diketahui.

2. Keterampilan Proses Sains

a. Pengertian

Joyoatmojo (2006), menyimpulkan pendapat beberapa ahli dan

menyatakan keterampilan-keterampilan atau kemampuan-kemampuan serta sikap

seperti itu dapat menjadikan seseorang yang memiliki fleksibilitas yang tinggi

dalam penghadapi perubahan di sekitarnya, termasuk dalam pergaulan, dalam

pekerjaan, maupun dalam suatu lembaga/organisasi. Seseorang yang sudah

terlatih dengan keterampilan proses sains akan memiliki kepribadian yang jujur,

dan teliti, sehingga mampu bersosialisasi dengan masyarakat lebih mudah.

Proses belajar mengajar hendaknya selalu mengikutkan siswa secara aktif guna

mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan

mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep,

merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil

penemuannya (Suryosubroto, 1997: 73).

Keterampilan proses dapat diartikan sebagai keterampilan yang dimiliki

oleh para ilmuwan dalam memperoleh pengetahuan, dan mengkomunikasikan

perolehannya. Keterampilan tersebut berarti kemampuan menggunakan pikiran,

nalar, serta perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai hasil tertentu,

termasuk kreativitas. Keterampilan proses meliputi kemampuan olah pikir dan

kemampuan olah perbuatan. Martawijaya, dkk (2010: 7) mengemukakan pendapat

Page 29: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Gagne yang menyatakan bahwa pengetahuan hanya dapat diperoleh jika seseorang

memiliki kemampuan-kemampuan dasar tertentu. Kemampuan dasar yang

dimasudkan itu adalah keterampilan proses yang dapat dibedakan atas

keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terintegrasi.

Keterampilan proses sains dapat diperoleh dan dikembangkan sekolah

menengah diajarkan baik dalam teori dan praktis melalui pelatihan seperti terlibat

dalam ilmu pengetahuan (Akinbobola dan Afolabi, 2010). Salah satu alasan yang

malandasi perlunya diterapkan keterampilan proses yaitu, siswa mudah

memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-

contoh konkrit (Wenno, 2008: 66). Ango (2002), dari berbagai keterampilan

proses yang berhubungan dengan ilmiah penyelidikan, beberapa keterampilan

dapat dinilai sebagai keterampilan yang sangat dasar. Siswa harus diperkenalkan

dengan keterampilan ini sejak dini dalam pengalaman sekolah karena sebagian

besar dari mereka sukses dalam studi dipandu selanjutnya membutuhkan

pemahaman dan penggunaan yang tepat. Keterampilan dasar meliputi

keterampilan mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, menyimpulkan dan

mengkomunikasikan. Pendapat yang senada disampaikan oleh Rauf, dkk dalam

Jurnal Teknologi, Juni 2004 dengan judul Pemupukan Kemahiran Proses Sains di

Kalangan Pelajar Tingkatan Dua di Sekolah Bestari.

Dimyati dan Mudjiono (2002: 140), ada berbagai keterampilan proses,

keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan dasar proses sains

(basic skill), dimulai dari mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,

mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan, dan keterampilan terpadu

proses sains (integrated skill), dari identifikasi variabel sampai dengan yang

paling kompleks, yaitu eksperimen. Jenis keterampilan proses terintegrasi antara

lain: 1. mengidentifikasi variabel; 2. menyusun tabel data; 3. menyusun grafik; 4.

menggambarkan hubungan antara variabel-variabel; 5. memperoleh dan

memproses data; 6. menyusun hipotesis; 7. merumuskan definisi operasional

variabel; 8. merancang eksperimen/percobaan; dan 9. melakukan

eksperimen/percobaan (Martawijaya, 2010: 7). Hasil belajar bukan hanya berupa

penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat,

Page 30: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

menganalisis, dan memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan

pembagian kerja; dengan demikian aktivitas dan produk yang dihasilkan dari

ativitas belajar ini mendapatkan penilaian (Sukmadinata. 2004: 179). Metode

yang terbanyak menampilkan segi-segi keterampilan proses, menurut Djamarah

(2000: 191) adalah metode diskusi, eksperimen dan pemberian tugas.

Pengetahuan tentang cara-cara menguasai keterampilan tersebut akan

mengubah arah dan intensitas motivasinya. Keterampilan yang kompleks dapat

dipelajari secara bertahap. Analisis tugas yang kompleks menjadi keterampilan-

keterampilan bagian (part-skill), memungkinkan dikuasainya keterampilan

tersebut. Jika penguasaan atas suatu keterampilan sudah tercapai, maka akan

timbul rasa puas, yang pada gilirannya mendorong orang untuk mengulangi

kegiatan tersebut, atau melanjutkannya ke tahap yang lebih kompleks (Suparno,

2001: 22). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2009) memperlihatkan

bahwa penggunaan alat peraga sederhana dalam pembelajaran sains SD mampu

meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri

Sumber I Berbah Sleman Yogyakarta. Haris Mudjiman dalam Joyoatmojo,

Universitas Sebelas Maret Surakarta (2006) mendefinisikan belajar mandiri

adalah kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat dan motif untuk mengusai

suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah dan dibangun dengan bekal

pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.

Kemampuan-kemampuan atau keterampilan-keterampilan mendasar yang

harus dilatih dalam keterampilan proses menurut pendapat Wenno (2008: 67),

meliputi 1. observasi atau pengamatan; 2. perhitungan; 3. pengukuran; 4.

klasifikasi; 5. pembuatan hipotesis; 6. perencanaan penelitian; 7. pengendalian

variabel; serta 8. interpretasi data. Keterampilan proses dapat mengembangkan

kemampuan mengamati, menggolongkan/mengklasifikasikan,

menaksir/menginterpretasikan, meramalkan, menerapkan, merencanakan

penelitian, mengkomunikasikan (Sumantri dan Permana, 2001: 97-100; Hamalik,

2008: 150-151; Usman, 2008: 42-43; Usman dan Setiawati, 1993: 78-79;

Nuryani, 2005: 80-81).

Page 31: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

b. Macam-Macam Keterampilan Proses Sains Dasar

Observasi atau pengamatan adalah salah satu keterampilan ilmiah yang

mendasar. Mengobservasi atau mengamati tidak sama dengan melihat. Dalam

mengobservasi atau mengamati kita memilah-milahkan mana yang penting dari

yang kurang atau tidak penting. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena

alam dengan pancaindra: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan

perasa/pengecap (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 141).

Keterampilan mengukur sangat penting dalam kerja ilmiah. Mengukur

dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran

tertentu yang telah ditentukan sebelumnya (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 144).

Dasar dari pengukuran adalah pembanding. Semakin tinggi tingkat sekolah anak,

semakin rumit tugas-tugas pengukuran yang dapat diberikan kepadanya.

Keterampilan mengklasifikasikan atau menggolong-golongkan adalah

salah satu kemampuan yang penting dalam kerja ilmiah. Mengklasifikasikan

merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa

berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok

sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 142-

143). Perbedaan dan persamaan antara benda-benda perlu dikenalkan dalam

kehidupan sehari-hari kita. Dasar klasifikasi perlu diperhatikan dalam membuat

klasifikasi, misalnya menurut satu ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu.

Memprediksi atau meramalkan menurut pendapat Usman dan Setiawati

(1993: 79), yaitu mengantisipasi berdasarkan kecenderungan pola atau hubungan

antar data atau informasi. Sependapat dengan Saputro, dkk (2000: 158), yang

menyatakan, meramal adalah mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang

akan terkaji pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas

kecenderungan atau pola tertentu. Keterampilan memprediksi/meramal mencakup

keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi

berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada, pendapat ini

disampaikan oleh Nuryani (2005: 80).

Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk

memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan

Page 32: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

prinsip yang diketahui (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 145). Keterampilan ini

merupakan kemampuan untuk menyatakan hasil pertimbangan atau penilaian atas

kondisi suatu objek atau segala peristiwa yang terjadi (Sumantri dan Permana,

2001: 99)

Semua orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan,

dan kebutuhan lain pada dirinya. Manusia mulai belajar pada awal-awal

kehidupan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah.

Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh

fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau

suara visual (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 143). Hal ini senada dengan pendapat

Usman (2008: 43) yang menyatakan bahwa mengkomunikasikan, yaitu

menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk

tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan.

c. Indikator Keterampilan Proses Sains

Menurut Mulyasa (2006: 101), proses pembelajaran dikatakan berhasil

apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri perserta didik seluruhnya

atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Indikator (ciri) bahwa telah terjadi

keterampilan proses dalam proses belajar mengajar menurut Sriyono (1992: 37-

38) dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 33: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Tabel 2. Keterampilan Proses dan IndikatornyaKeterampilan Proses Indikator

1. Mengajukan pertanyaan

a. Bertanya mengapa, apa, atau bagaimana.b. Bertanya untuk meminta pendapatc. Bertanya yang berlatarbelakang hipotesis

2. Mengamati a. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai.b. Menggunakan sebanyak mungkin indra

3. Menafsirkan/pengamatan

a. Mencatat setiap pengamatan secara terpisahb. Menghubungkan pengamatan-pengamatan yang

terpisahc. Menemukan suatu pola dalam satu seri pengamatan

4. Meramalkan a. Dengan menggunakan pola-pola (hubungan-hubungan) mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum terjadi

5. Mengatur alat/bahan

a. Menggunakan alat/bahan dan untuk memperoleh pengalaman langsung

6. Merencanakan penelitian

a. Menentukan alat, bahan dan sumber yang akan dipakai untuk digunakan dalam penelitian

b. Menentukan variabel-variabelc. Menentukan variabel yang harus dibuat sama, dan

mana yang berubah d. Menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau

ditulise. Menentukan cara dan langkah-langkah kerjaf. Menentukan bagaimana mengolah pengamatan

7. Menerapkan konsep

a. Menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam suatu situasi baru

b. Menerapkan konsep pada pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang terjadi

8. Berkomunikasi a. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis

b. Menjelaskan hasil penelitianc. Mendiskusikan hasil penelitiand. Menggamabarkan data dengan grafik, tabel, atau

diagram(Sriyono, 1992: 37-38)

Page 34: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

B. Kerangka Berfikir

Proses pembelajaran di sekolah sebagian besar masih menggunakan

metode konvensional yang berpusat pada guru. Penggunaan metode konvensional

tersebut menyebabkan keterampilan siswa cenderung kurang optimal. Siswa

kurang mandiri dan cenderung bergantung pada guru untuk mendapatkan materi

pelajaran. Proses pembelajaran konvensional secara umum juga didominasi oleh

beberapa siswa, sedangkan siswa yang lain cenderung banyak diam. Perlu sebuah

penerapan metode baru yang dapat melatih keterampilan proses sains dasar siswa

dan dengan melibatkan siswa secara langsung dalam menemukan dan memahami

konsep materi yang sedang dipelajari. Peneliti berharap dengan penggunaan

pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa akan dapat lebih meningkatkan

keterampilan proses sains dasar.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengaplikasikan pendekatan

pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains dasar dalam

pembelajaran. Pendekatan pembelajaran tersebut adalah inkuiri terbimbing,

dimana langkah-langkah yang digunakan dalam penyajian materi dengan

pembelajaran inkuiri terbimbing adalah tahap I identifikasi dan penetapan ruang

lingkup masalah, tahap II perumusan hipotesis, tahap III pengumpulan data, tahap

IV interpretasi data, tahap V pengembangan kesimpulan, dan tahap VI

pengulangan. Pembelajaran inkuiri terbimbing menuntut adanya keterlibatan aktif

siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran. Inkuiri terbimbing diharapkan

pembelajaran akan menjadi lebih aktif dan terarah. Pemahaman terhadap materi

akan lebih baik sehingga keterampilan proses sains dasar siswa dapat meningkat.

Siswa akan belajar dengan benar-benar melakukan tindakan seperti observasi,

diskusi dan eksperimen dengan disertai LKS yang diberikan. Guru disini hanya

berperan sebagai fasilitator dan pengarah proses pembelajaran serta membantu

siswa dalam menemukan makna dari apa yang dipelajari.

Penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan dapat

meningkatkan keterampilan proses sains dasar siswa pada pembelajaran biologi

siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta.

Page 35: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, dapat digambarkan hubungan

antara variabel-variabel dalam penelitian dengan Gambar 2.

Keterangan:X : PembelajaranX0 : Pembelajaran konvensional (kontrol)X1 : Pembelajaran inkuiri terbimbing (eksperimen)Y : Keterampilan proses sains dasarX0Y : Keterampilan proses sains dasar kelas kontrolX1Y : Keterampilan proses sains dasar kelas eksperimen

Gambar 2. Paradigma Penelitian

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas maka penulis

dapat merumuskan hipotesis yang diuji:

1. Ada pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap

keterampilan proses sains dasar siswa SMP Negeri 7 Surakarta.

Y

X

X0

X1

Y X0Y

X1Y

Page 36: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 7 Surakarta kelas VIII semester 1

tahun pelajaran 2011/2012. SMP Negeri 7 Surakarta terletak kira-kira 1km

sebelah utara kota Surakarta dengan alamat jalan Mr. Sartono No. 34 Banjarsari,

Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap

pelaksanaannya dapat dilihat pada Gambar 3.

KegiatanBulan

Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt

2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012

1. Persiapan Penelitian# permohonan bimbingan

#pengajuan judul

#pengajuan proposal#penyusunan instrumen

#seminar proposal

#perijinan penelitian2. Pelaksanaan Penelitian

#pengujian Instrumen

#pengumpulan data3.Analisis Data dan Pelaporan

#analisis data

#Penyusunan Laporan

#Ujian dan revisi#penggandaan dan pengumpulan Laporan

Gambar 3. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

Page 37: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:

130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester 1

SMP Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki ciri atau keadaan yang

mewakili seluruh populasi (Riduwan, 2009: 56; Slameto, 2002: 42). Sampel

dalam penelitian adalah siswa dua kelas, yaitu siswa kelas VIII C sebanyak 30

siswa sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VIII E sebanyak 30 siswa sebagai

kelas kontrol. Try out dalam penelitian adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 7

Surakarta.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random

sampling. Cluster random sampling adalah cara pengambilan sampel dimana

sampel dipilih secara acak dalam kelompok-kelompok tertentu. Pengambilan

sampel dilakukan secara random dari tujuh kelas pada siswa kelas VIII di SMP

Negeri 7 Surakarta diambil dua kelas yaitu satu kelas sebagai kelompok

eksperimen dan satu kelas sebagai kelompok kontrol.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Variabel merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Variabel penelitian terdiri dari

satu variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu :

a. Variabel bebas

Variabel bebas merupakan variabel perlakuan yaitu variabel yang

dipilih untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas

dalam penelitian adalah pendekatan inkuiri terbimbing.

Page 38: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

b. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh

variabel yang lain. Variabel terikat dalam penelitian adalah keterampilan

proses sains dasar siswa.

2. Metode Pengumpulan Data

Penelitian menggunakan beberapa teknik pengambilan data yaitu:

a. Teknik Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,

2006: 150). Teknik tes digunakan untuk mengambil data kuantitatif

keterampilan proses sains dasar siswa. Tes berupa tes objektif yaitu bentuk

pilihan ganda.

b. Teknik non tes

1) Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengumpukan data, berupa

catatan-catatan dan menelaah dokumen sekolah yang berkaitan dengan objek

penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data nilai ulangan terakhir materi

sebelumnya. Data tersebut digunakan untuk mengukur kesetimbangan awal

antara siswa kelas kontrol dan siswa kelas eksperimen, serta diuji normalitas

dan homogenitasnya.

2) Teknik Pengamatan (observasi)

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek

penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Pelaksanaan

teknik dalam observasi menurut Spradley (1980) dalam Sutopo (2002: 65)

dapat dibagi menjadi observasi tak berperan sama sekali dan observasi

berperan. Objek penelitian yang diamati adalah proses belajar mengajar di

kelas yang mencakup cara mengajar guru, kondisi kelas dan kegiatan siswa

selama proses pembelajaran. Teknik observasi ini digunakan untuk

mengambil data sikap keterampilan proses sains dasar siswa.

Page 39: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3. Teknik Penyusunan Instrumen

a. Pengukuran Ranah Kognitif

Pengukuran ranah kognitif menggunakan teknik tes dengan langkah-

langkah penyusunan tes sebagai berikut:

1) Pemilihan materi berdasarkan kurikulum dan Kompetensi Dasar

2) Pembuatan indikator dan tujuan pembelajaran ranah kognitif

3) Pembuatan alat ukur sesuai dengan indikator

4) Pembuatan kisi-kisi soal sesuai dengan indikator

5) Soal-soal yang dibuat mencangkup enam tingkatan kemampuan yaitu C1

(mengingat), C2 (mengerti), C3 (memakai), C4 (menganalisis), dan C5

(menilai) dan C6 (mencipta).

6) Penyusunan item soal.

7) Pengujian kesahihan item menggunakan uji validitas dengan rumus

koefisien Product moment dari Karl Pearson dan uji reliabilitas dengan

rumus Kuder Richardson (KR-20).

8) Pengujian tingkat kesukaran item soal objektif dan uji daya pembeda item

soal.

9) Soal digunakan untuk posttest.

b. Pengukuran Ranah Afektif

Pengukuran ranah afektif menggunakan lembar observasi dengan

pernyataan tertutup. Penilaian dilakukan oleh tiga observer dengan melakukan

checklist (√). Ranah afektif menurut Karthwohl (1964) dalam Usman (2008: 35-

36) meliputi lima jenjang kemampuan yaitu 1) penerimaan, 2) pemberian respons,

3) penilaian, 4) pengorganisasian, dan 5) karakterisasi. Penilaian ranah afektif

hanya pada jenjang ke lima yaitu karakterisasi nilai berupa karakter dan

keterampilan sosial yang dijabarkan dalam tiap indikator dan tujuan pembelajaran

ranah afektif. Uji kesahihan menggunakan triangulasi penyelidik dengan

memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan

kembali derajat kepercayaan data dengan membandingkan hasil pengamatan

observer satu dengan yang lain (Moleong, 2002: 178)

Page 40: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

c. Pengukuran Ranah Psikomotor

Pengukuran ranah psikomotor dengan menggunakan lembar observasi

dengan pernyataan tertutup. Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung

terhadap keterampilan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung. Penilaian

ranah psikomotorik meliputi penilaian keterampilan siswa pada saat proses belajar

mengajar berlangsung. Pengamatan dan penilaian dilakukan oleh tiga observer

dengan tanda cecklist (√). Ranah afektif menurut Dave (1970) dalam Usman

(2008: 36-37) meliputi lima jenjang kemampuan yaitu 1) peniruan, 2) manipulasi,

3) ketetapan, 4) artikulasi, dan 5) pengalamiahan.

4. Analisis Instrumen

Penilaian ranah kognitif menggunakan bentuk tes objektif. Instrumen

penilaian ranah afektif dan psikomotor menggunakan lembar observasi. Sebelum

digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan

terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat kualitas soal. Kelayakan instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini diuji dengan statistik sebagai berikut:

a. Validitas

Menurut Margono (1997) dalam Zuriah (2006: 144), variabel

didefinisikan sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai. Validitas berkenaan

dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul

menilai apa yang seharusnya dinilai, pendapat ini disampaikan oleh Sudjana

(2005: 12). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi validitas

konstruk, isi, dan butir soal. Validitas butir soal dihitung dengan menggunakan

rumus koefisien Product moment dari Karl Pearson dalam Arikunto (2006: 170):

rxy =

}}{{ 2222 yyNxxN

yxxyN

Keterangan :rxy : koefisien korelasi antara x dan yN : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen)x : skor untuk butir ke-iy : skor total (dari subyek uji coba)

Page 41: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Jika harga rxy< r tabel, maka korelasi tidak signifikan sehingga item

pertanyaan dikatakan tidak valid. Sebaliknya, jika rxy > r tabel maka item

pertanyaan dinyatakan valid. Hasil try out uji validitas tes kognitif secara lengkap

disajikan pada Tabel 3 dan selengkapnya pada Lampiran 14 halaman 99.

Tabel 3. Rangkuman Hasil Try Out Uji Validitas

Instrumen Penelitian Jumlah Item Keputusan Uji ValiditasValid Invalid

Kognitif 35 32 3

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji validitas

soal kognitif menunjukkan item yang valid sebanyak 32 item dan item invalid

sebanyak 3 item.

Validitas lembar observasi untuk penilaian hasil belajar ranah psikomotor

dan afektif dilakukan dengan memanfaatkan pengamat atau penyelidik untuk

pengecekan kembali derajat kepercayaan data (Moleong, 2002: 178). Pemanfaatan

pengamat lain membantu mengurangi penyimpangan dalam pengumpulan data

yaitu dengan membandingkan hasil pengamatan tiga observer.

b. Uji Reliabilitas

Sudjana (2005: 16) reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau

keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun alat

penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang sama. Reliabilitas

instrumen diukur menggunakan rumus Kuder Richardson (KR-20) menurut

Riduwan (2009:108) sebagai berikut:

11r = 1 −∑Keterangan:r11 = reliabilitas tes secara keseluruhank = banyaknya itemS = standar deviasi dari tesp = proporsi siswa yang menjawab item dengan benarq = proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (1 – p)∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q∑St = Jumlah varians skor tiap-tiap itemSt = Varians total

Page 42: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Penilaian reliabilitas butir soal atau item dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Skala Penilaian Reliabilitas Butir Soal atau Item

No Skala Keterangan1 0,8 – 1,00 Sangat Tinggi (ST)2 0,6 – 0,799 Tinggi (T)3 0,4 – 0,599 Cukup (C)4 0,2 – 0,399 Rendah (R)5 0,00 – 0,199 Sangat Rendah (SR)

Hasil try out uji reliabilitas soal tes kognitif secara lengkap disajikan

pada Tabel 5 dan selengkapnya pada Lampiran 14 halaman 99.

Tabel 5. Rangkuman Hasil Try Out Uji Reliabilitas.

Instrumen Penelitian Jumlah Item Kriteria Keputusan Uji Reliabilitas

Kognitif 35 Sangat Tinggi 0,904

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas tes kognitif

menggunakan rumus Kuder-Richardson (K-R 20) diperoleh r11 = 0,904 yang

berarti bahwa koefisien reliabilitas soal tes kognitif tinggi. Berdasarkan hasil uji

reliabilitas dapat diketahui bahwa instrumen penelitian reliabel atau memiliki

ketetapan tinggi untuk digunakan.

c. Indeks Kesukaran

Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang

menjawab benar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan juga

tidak terlalu sukar atau bisa dikatakan bahwa soal yang baik adalah soal dengan

kategori sedang. Untuk mengukur tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan

rumus menurut Arikunto (2002: 209-210) :

sJ

BP

Page 43: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Keterangan :P = tingkat kesukaran item soalB = jumlah siswa yang menjawab benarJs = jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes

Kriteria tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kriteria Tingkat Kesukaran

No Nilai p Keterangan1 0,00 p < 0,30 Sukar

2 0,30 p < 0,70 Sedang

3 0,70 p 1,00 Mudah

Hasil try out uji taraf kesukaran tes kognitif secara lengkap disajikan

pada Tabel 7 dan selengkapnya pada Lampiran 14 halaman 99.

Tabel 7. Rangkuman Hasil Try Out Uji Taraf Kesukaran

Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil uji taraf kesukaran diperoleh soal yang

mempunyai indeks kesukaran mudah sebesar 22,85%; sedang 68,57%; dan sukar

sebanyak 14,28%.

d. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai dengan yang berkemampuan kurang. Suatu soal yang

mempunyai daya pembeda tinggi mengisyaratkan bahwa soal tersebut dapat

membedakan siswa yang pandai dengan yang kurang pandai. Rumus yang

digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah:

Variabel Jumlah Soal Kriteria

Mudah Sedang SukarSoal Sistem Peredaran Darah 35 8 24 3

Page 44: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

D =BJ −BJ = P −PKeterangan :J : Jumlah peserta tesJ : banyaknya peserta kelompok atasJ : banyaknya peserta kelompok bawahY : skor total (dari subyek uji coba)BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan

benarBB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan

benar

: proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

: proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan

benarTingkatan klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Tingkatan Klasifikasi Daya Pembeda

No Nilai D Keterangan1 0.0 – 0.20 jelek (poor)2 0.20 – 0.40 cukup (satisfactory)3 0.40 – 0.70 baik (good)4 0.70 – 1.00 baik sekali (excellent)5 Negatif butir soal dibuang

(Arikunto, 2002:218)

Hasil try out uji daya beda tes kognitif secara lengkap disajikan pada Tabel

9 dan selengkapnya pada Lampiran 14 halaman 99.

Tabel 9. Rangkuman Hasil Try out Uji Daya Beda

Variabel Jumlah Soal

Kriteria

Negatif Jelek Cukup Baik Baik sekali

Soal Sistem Peredaran Darah

35 - 3 21 11 -

Page 45: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Tabel 9 menunjukkan bahwa hasil uji daya beda diperoleh soal yang

mempunyai indeks deskriminasi baik sebesar 31,43%; cukup sebesar 60%; dan

jelek sebesar 8,57%. Soal yang memiliki indeks diskrimitif jelek sebanyak 3 soal

tidak dipakai (drop) dan 32 soal yang memiliki indeks diskrimitif cukup dan baik

dipakai.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (Quasi

exsperimental research). Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk mencari

hubungan sebab akibat dengan memberi perlakuan-perlakuan tertentu pada dua

kelompok eksperimen. Rancangan penelitian Posttest Only Control Group Design

ini dapat digambarkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rancangan penelitian Posttest Only Control Group Design

Group Treatment Post TestExperiment Group (R) X T2

Control Group (R) - T2

Keterangan:X : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu dengan

penggunaan pembelajaran konvensional dan pembelajaran inkuiri terbimbing.

T2 : Tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

E. Teknik Analisis Data

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis perbedaan

dua perlakuan dengan uji-t (t-test), dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Uji prasyarat

Uji prasyarat sebelum t-test dilakukan yaitu uji Anderson-Darling untuk

uji normalitas dan uji Levene’s untuk uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Perhitungan uji normalitas sampel menggunakan uji Anderson-Darling pada

Minitab 16.

Page 46: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

1) Hipotesis

H0 : µ1 = µ2 (sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal)

H1 : µ1 ≠ µ2 (sampel tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal)

2) Taraf signifikan (α) = 0,05

3) Keputusan uji untuk nilai probabiliti (p-value) lebih besar dari nilai

signifikasi α = 0,05, H0 diterima

4) Keputusan uji untuk nilai probabiliti (p-value) lebih besar dari nilai

signifikasi α = 0,05, H0 diterima

Hasil perhitungan uji normalitas kemampuan awal dengan menggunakan

uji Anderson-Darling dapat dilihat pada Tabel 11 dan selengkapnya pada

Lampiran 16 halaman 103.

Tabel 11. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kemampuan Awal

Kemampuan awal (kognitif, afektif,

psikomotor)

p-value Kriteria Keputusan H0Kelompok

controlKelompok eksperimen

0,202 0,281 p-value > 0,05

Diterima

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa kemampuan awal siswa pada

kelompok kontrol dan eksperimen memiliki p-value > 0,05 sehingga sampel

berasal dari populasi yang terdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Perhitungan uji homogenitas sampel menggunakan uji Levene’s pada Minitab

16.

1) Hipotesis

H0 : µ1 = µ2 (samua variasi homogen)

H1 : µ1 ≠ µ2 (tidak semua variasi homogen)

2) Taraf signifikan (α) = 0,05

3) Keputusan uji untuk nilai probabiliti (p-value) lebih besar dari nilai

signifikasi α = 0,05, H0 diterima

Page 47: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

4) Kesimpulan:

a. Semua variasi sampel homogen jika H0 diterima.

b. Tidak semua variasi homogen jika H0 ditolak.

Hasil perhitungan uji homogenitas kemampuan awal dengan

menggunakan uji Levene’s dapat dilihat pada Tabel 12 dan selengkapnya pada

Lampiran 16 halaman 103.

Tabel 12. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kemampuan Awal

Kemampuan awal (kognitif, afektif, psikomotor)

p-value Kriteria Keputusan H0

0,094 p-value > 0,05 Diterima

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa kemampuan awal siswa pada

kelompok kontrol dan eksperimen memiliki p-value > 0,05 sehingga sampel

berasal dari populasi yang homogen.

2. Uji Kesetimbangan

Uji kesetimbangan dilakukan pada saat kedua kelompok belum dikenai

perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut

seimbang. Seimbang yang dimaksud secara statistik, apakah terdapat

perbedaan mean yang berarti dari dua sampel yang independen. Uji yang

digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut seimbang

adalah t-test.Perhitungan uji kesetimbangan sampel menggunakan t-test pada

Minitab 16.

1) Hipotesis

H0 : µ1 = µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama)

H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang tidak sama)

2) Taraf signifikan (α) = 0,05

3) Keputusan uji untuk nilai probabiliti (p-value) lebih besar dari nilai

signifikasi α = 0,05, H0 diterima.

Page 48: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

4) Kesimpulan:

a. Kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama jika H0 diterima.

b. Kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang tidak sama jika H0

ditolak.

Hasil perhitungan uji kesetimbangan 2 sample t-test dapat dilihat pada

Tabel 13 dan selengkapnya pada Lampiran 17 halaman 105.

Tabel 13. Rangkuman Hasil Perhitungan t-test Kemampuan Awal

Kemampuan awal (kognitif, afektif,

psikomotor)

p-value Kriteria Keputusan H0

0,846 p-value > 0,05 Diterima

Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa kemampuan awal siswa pada

kelompok kontrol dan eksperimen memiliki p-value > 0,05 sehingga dapat

diartikan bahwa sampel yang berasal dari kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian menggunakan 2 sample t-test pada Minitab

16 dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Keterampilan proses sains dasar pada penerapan pendekatan inkuiri

terbimbing sama dengan keterampilan proses sains dasar siswa pada

penerapan metode konvensional Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7

Surakarta Mata Pelajaran Biologi Tahun Ajaran 2011/2012.

Ha : Keterampilan proses sains dasar pada penerapan pendekatan inkuiri

terbimbing berbeda dengan keterampilan proses sains dasar siswa pada

penerapan metode konvensional Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7

Surakarta Mata Pelajaran Biologi Tahun Ajaran 2011/2012.

Page 49: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Data Keterampilan Proses Sains Dasar pada Pelajaran

Biologi

Data hasil penelitian dalam pembelajaran biologi berupa keterampilan

proses sains biologi siswa pada materi sistem peredaran darah pada manusia yang

meliputi melihat, menggolongkan, memprediksi, mengukur, menyimpulkan,

maupun mengkomunikasikan. Data tersebut diambil dari dua kelas sebagai 1

kelompok kontrol dan 1 kelompok eksperimen dengan jumlah sampel 60 siswa

dari kelas VIII C dan VIII E SMP N 7 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.

Kelas VIII E sebagai kelompok kontrol dengan pembelajaran menggunakan

pendekatan konvensional berjumlah 30 siswa. Kelas VIII C sebagai kelompok

eksperimen dengan pembelajaran pendekatan inkuiri terbimbing berjumlah 30

siswa.

Data penelitian mengenai keterampilan proses sains dasar siswa pada

pokok bahasan sistem peredaran darah pada manusia dari 1 kelompok kontrol

pada siswa kelas VIII E dengan sampel sebanyak 30 siswa dan 1 kelompok

eksperimen pada siswa kelas VIII C dengan sampel sebanyak 30 siswa. Hasil

deskripsi data keterampilan proses sains dasar pada pelajaran biologi secara

lengkap disajikan pada Lampiran 22 halaman 110 dan terangkum pada Tabel 14.

Tabel 14. Deskripsi Data Keterampilan Proses Sains Dasar pada Pelajaran Biologi

Hasil Statistik Kelompok Kontrol (Konvensional)

Kelompok Eksperimen(Inkuiri Terbimbing)

Mean 21,578 23,722Standart Deviasi 2,157 2,349Variance 4,651 5,518Minimum 16 18,333Maximum 25,667 27,667Median 21,667 23,5N 30 30

Page 50: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 14 memperlihatkan

pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Artinya ada

peningkatan keterampilan

perlakuan berupa penerapan pembelajaran

dan variance pada kelompok eksperimen juga lebih tinggi daripada kelompok

kontrol, artinya tingkat keragaman dan penyimpangan dari nilai rata

kelompok eksperimen lebih besar. Keragaman tersebut dapat dilihat juga dari

rentang nilai maksimum dan minimum pada kelompok eksperimen yang lebih

besar dibandingkan kelompok kontrol. Median atau nilai tengah pada kelas

eksperimen juga lebih tinggi dibandi

Berdasarkan Tabel

keterampilan proses

kelompok eksperimen (pendekatan

Gambar 4. Perbandingan

Gambar 4 menunju

pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol baik dari aspek

menggolongkan, memprediksi, mengukur, menyimpulkan

mengkomunikasikan.

terbimbing mampu meningkatkan

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Keterampilan Proses Sains Dasar

memperlihatkan rata-rata keterampilan proses sains dasar

pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Artinya ada

keterampilan proses sains dasar pada kelompok yang diberi

perlakuan berupa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing. Standart deviasi

pada kelompok eksperimen juga lebih tinggi daripada kelompok

kontrol, artinya tingkat keragaman dan penyimpangan dari nilai rata

kelompok eksperimen lebih besar. Keragaman tersebut dapat dilihat juga dari

rentang nilai maksimum dan minimum pada kelompok eksperimen yang lebih

besar dibandingkan kelompok kontrol. Median atau nilai tengah pada kelas

eksperimen juga lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Berdasarkan Tabel 14 dapat dibuat diagram batang perbandingan

proses sains dasar kelompok kontrol (pendekatan konvensional),

kelompok eksperimen (pendekatan inkuiri terbimbing) pada Gambar

Perbandingan Mean Keterampilan Proses Sains DasarKontrol dan Kelompok Eksperimen

menunjukkan rata-rata keterampilan proses sains

pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol baik dari aspek

menggolongkan, memprediksi, mengukur, menyimpulkan

mengkomunikasikan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa penerapan

mampu meningkatkan keterampilan proses sains dasar

18 19 20 21 22

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Keterampilan Proses Sains Dasar

Keterampilan Proses Sains Dasar

21,578

23,722

34

sains dasar siswa

pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Artinya ada

pada kelompok yang diberi

Standart deviasi

pada kelompok eksperimen juga lebih tinggi daripada kelompok

kontrol, artinya tingkat keragaman dan penyimpangan dari nilai rata-rata pada

kelompok eksperimen lebih besar. Keragaman tersebut dapat dilihat juga dari

rentang nilai maksimum dan minimum pada kelompok eksperimen yang lebih

besar dibandingkan kelompok kontrol. Median atau nilai tengah pada kelas

dapat dibuat diagram batang perbandingan

kelompok kontrol (pendekatan konvensional),

pada Gambar 4.

Sains Dasar Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

keterampilan proses sains dasar siswa

pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol baik dari aspek melihat,

menggolongkan, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, maupun

kan bahwa penerapan inkuiri

dasar siswa.

Keterampilan Proses Sains Dasar

Keterampilan Proses Sains

Page 51: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

1. Pengujian Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa sampel berasal dari

populasi yang terdistribusi normal. Populasi yang terdistribusi normal merupakan

prasyarat dari uji hipotesis dengan t-test. Perhitungan uji normalitas pada

penelitian ini menggunakan uji Anderson-Darling pada minitab 16 yang terlihat

pada Gambar 5 dan Gambar 6. Kriteria pengujian pada uji ini yaitu data berasal

dari populasi yang berdistribusi normal jika nilai probabilitasnya (p-value) lebih

besar dari nilai nyata α = 0,05. Hasil uji normalitas kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol secara lengkap disajikan pada Lampiran 22 halaman 111 dan

terangkum pada Tabel 15.

30.027.525.022.520.0

99

95

90

80

70

60504030

20

10

5

1

skor eksperimen

Pe

rce

nt

Mean 23.72StDev 2.349N 30AD 0.616P-Value 0.099

UJI NORMALITAS KELOMPOK EKSPERIMENNormal

Gambar 5. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen

Page 52: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

27.525.022.520.017.515.0

99

95

90

80

70

60504030

20

10

5

1

skor kontrol

Pe

rce

nt

Mean 21.58StDev 2.157N 30AD 0.481P-Value 0.215

UJI NORMALITAS KELOMPOK KONTROLNormal

Gambar 6. Uji Normalitas Kelompok Kontrol

Berdasarkan grafik uji normalitas pada Gambar 5 dan Gambar 6, hasil uji

normalitas keterampilan proses sains dasar pada kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen terangkum pada Tabel 15.

Tabel 15. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Proses Sains Dasar pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Uji Normalitas P-value Kriteria Keputusan Uji H0Kelompok

KontrolKelompok

Eksperimenketerampilan proses sains dasar

0,215 0,099 p-value >0,05

Diterima, Normal

Tabel 15 menunjukkan bahwa hasil uji Anderson-Darling nilai

probabilitas (p-value) lebih besar dari nilai signifikasi 0,05 sehingga keputusan

Page 53: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

uji H0 diterima. Berdasar dari hasil uji tersebut dapat diinterpretasikan bahwa

semua sampel pada penelitian ini terdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui bahwa variansi-variansi

pada populasi sama atau homogen. Perhitungan uji homogenitas pada penelitian

ini menggunakan uji Levene’s seperti terlihat pada Gambar 7. Kriteria

pengujiannya adalah varians populasi baik yang diteliti dinyatakan homogen jika

nilai probabilitasnya (p-value) lebih besar dari nilai siknifikasi α = 0,05. Hasil uji

homogenitas keterampilan proses sains dasar siswa secara lengkap disajikan pada

Lampiran 23 halaman 112 dan terangkum pada Tabel 16.

kontrol

eksperimen

3.53.02.52.01.5

kel

ompo

k

95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

kontrol

eksperimen

27.525.022.520.017.515.0

ke

lom

pok

skor

Test Statistic 1.19P-Value 0.648

Test Statistic 0.36P-Value 0.552

F-Test

Levene's Test

UJI HOMOGENITAS

Gambar 7. Uji Homogenitas

Page 54: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Berdasarkan uji homogenitas pada Gambar 7 dapat dilihat hasil uji

homogenitas keterampilan proses sains biologi pada kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen pada Tabel 16.

Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas Keterampilan Proses Sains Dasar Biologi dengan Variasi Model Pembelajaran.

Uji Homogenitas P-value Kriteria Keputusan Uji H0

keterampilan proses sains dasar

0,552 p-value > 0,05 Diterima, Homogen

Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai probabilitas (p-value) untuk semua

variasi berdasarkan model pembelajaran lebih dari nilai signifikasi 0,05 sehingga

keputusan uji H0 diterima. Hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kedua

sampel mempunyai variasi strategi pembelajaran yang homogen.

Persyaratan uji hipotesis penelitian untuk data keterampilan proses sains

dasar dapat menggunakan t-test. Karena sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogenitasnya terpenuhi. Oleh

karena itu, pengujian hipotesis penelitian secara parametrik dapat dilakukan.

2. Pengujian Hipotesis

Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan hipotesis adalah

tingkat signifikasi (α) : 0,05 atau 5% dengan daerah kritisnya yaitu Ho ditolak jika

signifikasi probabilitas (p-value) < α (0,05). Hal ini berarti jika signifikasi

probabilitas (p-value) < 0,05 maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan sebaliknya jika

signifikasi probabilitas (p-value) > 0,05 maka hipotesis nihil diterima.

a. Uji Hipotesis

Hasil analisis pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing

terhadap keterampilan proses sains dasar berdasarkan hasil perhitungan disajikan

pada Tabel 17. Perhitungan uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 24 halaman 113.

Page 55: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Tabel 17. Hasil Analisis Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar Siswa

t-test P-value Kriteria Keputusan Uji H0

keterampilan proses sains dasar

0,001 P-value < 0,05 Ditolak,Berbeda Nyata

Berdasarkan Tabel 17 di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

Harga p-value = 0,001 dan taraf signifikasi 5 %. Hal ini berarti jika signifikasi

probabilitas (p-value) < 0,05 maka hipotesis nihil (Ho) berada pada daerah

penolakan karena signifikasi probabilitas (p-value) < α (0,05). Perhitungan pada

keterampilan proses sains dasar, HO ditolak sehingga Ha diterima pada

keterampilan proses sains dasar antara kelompok kontrol dengan pembelajaran

konvensional dan kelompok eksperimen dengan pembelajaran inkuiri terbimbing

berbeda nyata sehingga penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh

terhadap keterampilan proses sains dasar pada mata pelajaran biologi.

B. Pembahasan Hasil Analisis Data

Berdasarkan hasil t-test diketahui bahwa penerapan pembelajaran inkuiri

terbimbing berpengaruh terhadap keterampilan proses sains dasar siswa. Hasil t-

test pada kelas VIII C dan VIII E SMP N 7 Surakarta untuk keterampilan proses

sains dasar pada Tabel 17 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

antara pendekatan konvensional dan pendekatan inkuiri terbimbing terhadap

keterampilan proses sains dasar. Signifikan di sini berarti terdapat perbedaan

aktivitas siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan yaitu penerapan pendekatan

inkuiri dalam pembelajaran. Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung

sebagian besar hanya duduk saja sebelum menggunakan pendekatan inkuiri.

Ketpichainarong dkk, (2010) menyatakan prestasi siswa dalam mendapatkan

pengetahuan dan keterampilan proses sains dasar yang ditemukan lebih tinggi di

laboratorium penyelidikan bila dibandingkan dengan mereka dari gaya masak

tradisional. Temuan ini diperkuat oleh orang-orang dari Minderhout dan

Loertscher (2007) dalam Ketpichainarong dkk, (2010) yang mengembangkan

Page 56: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

penyelidikan proses dipandu berorientasi belajar untuk meningkatkan

pengetahuan konten, dan kemampuan siswa.

Berdasarkan data observasi setelah menggunakan pendekatan inkuiri

terbimbing, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran bertambah aktif terlihat

dari siswa melakukan kegiatan mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,

mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan materi pembelajaran. Belajar

aktif menurut Zaini, dkk (2008) dapat mengajak peserta didik untuk turut serta

dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan

fisik. Siswa pun terlatih untuk bertanya dan berusaha menjawab pertanyaan

melalui proses diskusi. Pendapat tersebut didukung oleh Ristanto (2010) yang

menyatakan terdapat perbedaan pengaruh pembelajaran berbasis inkuiri

terbimbing dengan multimedia dan lingkungan riil terhadap prestasi belajar

biologi materi pokok ekosistem. Pembelajaran dengan lingkungan riil

memberikan pengaruh terhadap prestasi yang lebih positif dibandingkan dengan

multimedia. Pembelajaran dengan menerapkan lingkungan riil sebagai wahana

dalam belajar ekosistem cenderung lebih baik daripada menggunkan multimedia.

Siswa pada kelas eksperimen tampak lebih teliti dalam melaksanakan

percobaan, siswa merasa tertarik dengan percobaan tersebut. Saat guru atau siswa

memberikan penjelasan maka siswa lain mencatat hal-hal penting yang di

sampaikan. Keterampilan proses sains dapat diperoleh dan dikembangkan sekolah

menengah diajarkan baik dalam teori dan praktis melalui pelatihan seperti terlibat

dalam ilmu pengetahuan (Akinbobola dan Afolabi, 2010). Pembelajaran inkuiri

terbimbing juga menyediakan waktu bagi siswa untuk memperoleh pengalaman

belajar langsung. Zaini (2009) berpendapat bahwa seorang siswa akan mudah

mengingat pengetahuan yang diperoleh secara mandiri lebih lama, dibandingkan

dengan informasi yang dia peroleh dari mendengarkan orang lain.

Pembelajaran biologi memerlukan kegiatan eksperimen agar siswa lebih

paham dan lebih mengerti sesuatu yang sedang dipelajari. Siswa dapat belajar

untuk bertukar pikiran dengan temannya saat proses diskusi dan saling

melengkapi satu sama lain. Kelompok yang hanya terdiri dari 4 hingga 5 siswa

Page 57: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

membuat mereka berlatih untuk bekerja sama. Eksperimen yang dilakukan

mengenai komposisi darah serta alat peredaran darah. Siswa dengan

menggunakan plastisin membuat replika komponen-komponen darah. Siswa

diharapkan dapat memahami ciri-ciri sel darah manusia dengan eksperimen

komponen darah. Eksperimen yang kedua mengenai alat peredaran darah. Siswa

melakukan eksperimen menghitung denyut nadi setelah melakukan berberapa

macam aktivitas. Siswa diharapkan dapat memahami ciri-ciri alat peredaran darah

manusia dengan eksperimen menghitung denyut nadi. Sumiati dan Asra (2008:

220) yang berpendapat bahwa dengan melakukan perbuatan dalam proses belajar

dapat memungkinkan pengalaman belajar yang diperoleh bersifat lebih baik dan

tersimpan dalam daya ingatan (memori) dalam jangka waktu lebih lama.

Proses penyelidikan dianggap sebagai proses terbuka yang berarti siswa

memiliki pertanyaan mereka sendiri dan mencari jawaban sendiri (Kim & Chin,

2008). Sedikit demi sedikit kelompok siswa berkomunikasi dengan lebih efektif

dan meningkatkan kemampuan mereka untuk alasan dan memecahkan masalah

bersama-sama berbasis tugas (Piliouras dkk, 2006.). Pendekatan inkuiri

terbimbing lebih banyak berpusat pada siswa dibandingkan aktivitas pada

pendekatan konvensional. Pendapat Hsieh dan Wu (2005) dalam Lu dkk, (2007)

menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran sains tidak hanya untuk memperoleh

penjelasan ilmiah yang ada, tetapi yang lebih penting, untuk membentuk

penjelasan ilmiah melalui proses penyelidikan. Penjelasan mengenai hasil

percobaan oleh siswa, berarti siswa datang untuk memahami bahwa pengetahuan

ilmiah di mana-mana dalam hidup siswa, dan dengan merefleksikan pengetahuan

siswa, siswa secara bertahap membentuk konsep-konsep ilmiah dan

mengembangkan keterampilan untuk melakukan penyelidikan ilmiah. Siswa

belajar untuk saling percaya berbagi sumber daya lain, dan memenuhi tanggung

jawab mereka. Anak-anak yang memiliki keterampilan lebih dalam belajar juga

menyebabkan mereka yang lemah dengan keterampilan untuk belajar dan

menyelesaikan tugas bersama-sama dengan sikap positif (Lu dkk, 2007).

Page 58: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Hasil penelitian Bilgin (2009) menunjukkan bahwa siswa dalam kelompok

eksperimen memiliki pemahaman yang lebih baik tentang asam dan konsep dasar;

dan sikap yang lebih positif terhadap instruksi inkuiri terbimbing. Implikasi dari

pandangan konstruktivis untuk ilmu kelas termasuk penggunaan yang banyak dari

kegiatan laboratorium investigasi, ruang lingkungan yang menyediakan pelajar

keterlibatan kognitif aktif dengan tingkat tinggi, penggunaan strategi

pembelajaran kooperatif, dan masuknya item tes yang mengaktifkan lebih tinggi

tingkat proses kognitif (Mansour, 2009).

Tujuan mendasar dari pendidikan sains menurut (Akinoglu, 2008) adalah

untuk memungkinkan siswa untuk mengamati lingkungan alami mereka dan

untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk memahami dan

menjelaskan baik diri mereka sendiri dan lingkungannya. Konsep sains yang

dipelajari siswa akan lebih kokoh jika mereka melakukan proses (konstruksi)

pengetahuan tersebut. Science project sebagai sebuah strategi pembelajaran dapat

meningkatkan keterampilan proses sains siswa, sehingga bukan hanya proses

sains saja yang berkembang, tapi juga aspek sikap dan produk sains (Dahniar,

2006). Kesulitan siswa dalam memahami materi pokok panas dapat diatasi dengan

diterapkan pembelajaran kontekstual dengan pendekatan inkuiri dengan setting

kelompok kooperatif. Model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan

aktivitas siswa di kelas dalam hal bertanya, mengemukakan pendapat/ide serta

mendengarkan dengan aktif. Selain itu juga dapat meningkatkan pemahaman

siswa terhadap materi pokok panas (Suryanti dkk, 2006).

Penelitian yang dilakukan Haryono (2006) menyimpulkan bahwa model

pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah bentuk

pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam

rangkaian proses belajar mengajar guna mengarahkan siswa pada proses

konstruksi pengetahuan secara mandiri. Proses pembelajaran dirancang

sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun

konsep, teori, dan sikap tertentu melalui proses sains secara mandiri. Berdasarkan

temuan tersebut, disarankan kepada para guru untuk lebih memahami tentang

Page 59: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

makna belajar bagi siswa yang selanjutnya berimplikasi pada pelaksanaan fungsi

sebagai pembelajar. Belajar bagi siswa supaya dipahami sebagai proses

membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan atau pengetahuan yang

dilakukan oleh siswa secara mandiri atau bersama-sama dengan orang lain.

Mengajar dapat diartikan sebagai kegiatan partisipasi guru dalam membangun

pemahaman siswa, bukan sekedar transfer informasi dari guru kepada siswa.

Konteks inilah yang menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis

keterampilan proses mengarahkan pada pembentukan pengetahuan oleh siswa

sebagai hasil dari proses pencarian dan penemuannya sendiri. Berarti fungsi guru

dalam proses pembelajaran di kelas/sekolah lebih sebagai manajer yang

mengelola aneka sumber belajar yang ada, dan sebagai fasilisator bagi terjadinya

proses belajar bagi siswa.

Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan yang mampu menciptakan

pembelajaran yang lebih efektif dibandingkan pendekatan konvensional. Pada

pendekatan inkuiri siswa lebih banyak melakukan aktivitas dalam belajar

dibandingkan pada pendekatan konvensional dan mampu meningkatkan

keterampilan proses sains dasar aktivitas inkuiri memberikan peluang yang

cemerlang untuk membangun pengetahuan melalui diskoveri. Inkuiri sains

tersusun dari proses diskoveri dengan mempraktekkan menghitung, menganalisa

dan gambaran kesimpulan dari kejadian (Edelson, 2001). Sementara pada kelas

kontrol, yang terjadi adalah siswa berdiskusi kelas. Pembelajaran diskusi kelas

didominasi oleh beberapa siswa sedangkan siswa yang lain cenderung diam.

Berdasarkan analisis variansi dan uji lanjut setelah analisis variansi,

Asminah (2007) menyimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran inkuiri

terbimbing lebih baik dari inkuiri training terhadap prestasi belajar fisika fluida

statis, serta perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki aktivitas tinggi dan

siswa yang memiliki aktivitas rendah terhadap prestasi belajar fisika fluida statis

adalah prestasi belajar siswa yang memiliki aktivitas tinggi lebih baik dari siswa

yang memiliki aktivitas rendah. Penerapan metode pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan berbantuan multimedia dapat meningkatkan minat dan

Page 60: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

pemahaman siswa kelas X-I semester 2 SMA N14 Semarang (Wahyudin dkk,

2010).

Sukarsih (2010) menyatakan terdapat perbedaan motivasi belajar antara

metode pembelajaran inkuiri dan ekspositori. Metode pembelajaran Inkuiri lebih

baik dari pada pembelajaran ekspositori untuk meningkatkan motivasi belajar

mahasiswa di D III Kebidanan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Terdapat

perbedaan prestasi belajar antara penggunaan metode pembelajaran inkuiri dan

metode pembelajaran ekspositori belajar. Metode pembelajaran Inkuiri lebih baik

dari pada pembelajaran ekspositori untuk meningkatkan prestasi belajar

mahasiswa di D III Kebidanan Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Simpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Kurnianto dkk (2010) adalah

model praktikum Fisika sederhana mekanika fluida yang digunakan untuk

mengembangkan kemampuan menyimpulkan dan mengkomunikasikan konsep

Fisika adalah praktikum Fisika sederhana mekanika fluida berbasis inkuiri. Saran

yang dapat diberikan, model pembelajaran dengan kegiatan praktikum Fisika

sederhana berbasis inkuiri digunakan sebagai salah satu model pembelajaran

untuk meningkatkan keterampilan menyimpulkan dan mengkomunikasikan bagi

siswa.

Suryobroto (2002: 201), menyatakan ada beberapa kelebihan pembelajaran

inkuiri antara lain: membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak

persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa,

membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah

penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan,

memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan,

membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada

diri sendiri melalui proses-proses penemuan, siswa terlibat langsung dalam belajar

sehingga termotivasi untuk belajar, strategi ini berpusat pada anak, misalkan

memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama

dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi

penemuan yang jawabannya belum diketahui.

Page 61: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Suatu pendekatan dapat dilihat keefektifannya, jika kualitas pembelajaran

menggunakan pendekatan yang baru lebih bagus dari pendekatan yang sering

diterapkan dalam pembelajaran dilihat dari perbandingan hasil belajarnya.

Pendekatan yang biasanya diterapkan pada pembelajaran adalah pendekatan

konvensional sebagai kelas pembanding/kontrol. Pendekatan yang digunakan

sebagai perlakuan dalam penelitian ini adalah pendekatan inkuiri terbimbing.

Amilasari dan Sutiadi (2008) mengemukakan bahwa tiap aspek kecakapan

akademik yang teramati mengalami peningkatan setelah diterapkan model

pembelajaran inkuiri terbimbing. Disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri

terbimbing dapat meningkatkan kecakapan akademik siswa.

Perhitungan dilakukan melalui uji -t untuk keterampilan proses sains dasar

diperoleh bahwa pendekatan yang efektif adalah pendekatan inkuiri terbimbing.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rini (2009) yang

menyatakan bahwa pembelajaran sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Jatilawang dengan menggunakan metode pembelajaran inquiry lebih efektif

dibandingkan dengan pembelajaran sejarah yang tidak diberikan metode

pembelajaran inquiry. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan dengan uji t.

Berkaitan uji hipotesis diketahui ada perbedaan yang signifikan antara

keterampilan proses sains dasar yang diberi metode pembelajran konvensional

dengan yang diberi metode pembelajaran Inquiry. Hal ini ditunjukkan dengan

harga p-value = 0,001 dan taraf signifikasi 5 %. Hal ini berarti jika signifikasi

probabilitas (p-value) < 0,05 maka hipotesis nihil (Ho) berada pada daerah

penolakan karena signifikasi probabilitas (p-value) < α (0,05). Berarti bahwa

terdapat perbedaan signifikan, HO ditolak sehingga Ha diterima pada keterampilan

proses sains dasar antara kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional

dan kelompok eksperimen dengan pembelajaran inkuiri terbimbing berbeda nyata

sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing

berpengaruh terhadap keterampilan proses sains dasar pada mata pelajaran

biologi.

Penelitian yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa pendekatan inkuiri

terbimbing yang melibatkan proses secara ilmiah melalui eksperimen untuk

Page 62: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

membuktikan kebenaran suatu materi yang dipelajari mampu meningkatkan

keterampilan proses sains dasar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta.

Page 63: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 46

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pembelajaran inkuiri

terbimbing terhadap keterampilan proses sains dasar pada pelajaran biologi siswa

kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta dapat disimpulkan sebagai berikut: Penerapan

pembelajaran pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap keterampilan proses sains dasar pada pelajaran biologi siswa

kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta.

B. IMPLIKASI

1. Implikasi Teoretis

Hasil penelitian dapat diterapkan secara teoretis sebagai bahan kajian dan

referensi pada penelitian sejenis.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam

memberi pembelajaran biologi dengan menerapkan pembelajaran yang

mengaktifkan siswa sehingga mampu mengoptimalkan keterampilan proses sains

dasar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta.

C. SARAN

Berdasarkan simpulan dan dengan memperhatikan keterbatasan penelitian

tersebut di atas, saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Kepada Guru

Diharapkan guru mata pelajaran biologi dapat menerapkan pembelajaran

inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan proses sains dasar siswa.

Page 64: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

2. Kepada Siswa

Siswa disarankan membiasakan diri untuk berani menyampaikan ide,

berpikir kritis, melakukan diskusi, mencari solusi untuk memecahkan suatu

permasalahan baik sendiri maupun kelompok seperti pada pendekatan inkuiri.

3. Para Peneliti

Perlu diadakan penelitian sejenis pada materi pokok lain dan jenjang

pedidikan yang berbeda (SD, SMP, dan Perguruan Tinggi) sehingga dapat

diketahui kemanfaatan hasil penelitian biologi dalam dunia pendidikan.

Page 65: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

DAFTAR PUSTAKA

Akinbobola, A. O., & Afolabi, F. (2010). Analysis of Science Process Skills in West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations in Nigeria. Amerika Eurasia Jurnal Ilmiah Penelitian, 5 (4), 234-240.

Akinoglu, O. (2008). Assessment Of The Inquiry-Based Project Implementation Process In Science Education Upon Students’ Points Of Views. International Journal of Instruction January. 1(1), 1-12.

Amilasari, A. dan Sutiadi, A. (2008). Peningkatan Kecakapan Akademik Siswa Sma Dalam Pembelajaran Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal Pengajaran MIPA, FPMIPA UPI. 12 (2), 1-8.

Ango, M. L. (2002). Mastery of Science Process Penguasaan Proses Sains Skills and Their Effective Use in the Teaching of Science: An Educology of Science Education in the Nigerian Context. International Journal of Educology, 16 (1), 11-30.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asminah, D. R. (2010). Pembelajaran Fisika Dengan Metode Inkuiri Terbimbing Dan Inkuiri Training Ditinjau Dari Kemampuan Awal Dan Aktivitas Siswa. Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Baskoro, A. P. (2010). Pengembengan Perangkat Pembelajaran Sains Biologi SMP Berbasis Inkuiri Terbimbing Dipadu Kooperatif STAD serta Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi, Metakognisi, Penguasaan Keterampilan Proses Sains Pada Siswa Berkemampuan Akademik Atas dan Bawah. Disertasi, Program Doktor Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang.

Bilgin, I. (2009). The Effects Of Guided Inquiry Instruction Incorporating A Cooperative Learning Approach On University Students’ Achievement Of Acid And Bases Concepts And Attitude Toward Guided Inquiry Instruction. Scientific Research and Essay, 4 (10), 1038-1046.

Dahniar, D. (2006). Science Project sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan keterampilan proses sains di SMP. Jurnal pendidikan inovatif, 2(1), 35-39.

Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar Dan Pembelajaran.jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, S. B. (2000). Guru Dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Page 66: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Edelson, D. C. (2001). Learning-for-Use: A Framework for the Design of Technology-Supported Inquiry Activities. Journal of Research in Science Teaching, 38(3), 355-385.

Gulo. W. (2004). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.

Hamalik, O. (Ed). (2008). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Haryono. (2006). Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan Dasar, 7(1), 1-13.

Hidayatullah, F. M. (2011). “Menjadi Guru Sejati”. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Himpunan Mahasiswa Pendidikan Biologi (HIMABI) FKIP, Universitas Sebelas Maret, 19 Maret.

Isjoni. (2008). Model-Model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Johnson, E. B. (2009). Contextual Teaching And Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan Dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Centre.

Joyoatmojo, S. (2006). Belajar Mandiri: Bekal Untuk Menapak Jalan Menuju Belajar Sepanjang Hayat. Makalah disajikan pada kuliah perdana bagi mahasiswa baru jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmi Pengetahuan Alam, hlm.1-20. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.

Ketpichainarong, W., Panijpan, B., Ruenwongsa, P. (2010). Enhanced Learning of Biotechnology Students by an Inquiry-Based Cellulase Laboratory.International Journal of Environmental & Science Education . 5 (2), 169-187.

Kim, M., & Chin, C. (2008). Pre-Service Teachers’ Views On Practical Work With Inquiry Orientation In Textbook-Oriented Science Classrooms.International Journal of Environmental & Science Education. 6 (1), 23-37.

Klein, J. I. (2009). Project-Based Learning: Inspiring Middle School Students to Engage in Deep and Active Learning. New York: NYC Department of Education.

Kuhlthau, C. C., Maniotes, L. K., & Caspari, A. K. (2007). Guided Inquiry: Learning in the 21st Century. Libraries Unlimited. 1-5. Diakses pada tanggal 15 September 2011.

Kurnianto, P., Dwijananti, P., & Khumaedi. (2010). Pengembangan Kemampuan Menyimpulkan Dan Mengkomunikasikan Konsep Fisika Melalui Kegiatan Praktikum Fisika Sederhana. J. Pend. Fis. Ind., 6 (1), 54-59.

Lu, C., Hong, J., & Tseng, Y. (2007). The Effectiveness Of Inquiry-Based Learning By Scaffolding Students To Ask “5 Why” Questions. Jurnal Pendidikan. 1-26. Diakses pada tanggal 8 November 2007.

Page 67: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Mansour, N. (2009). Science Teachers Beliefs and Practices: Issues, Implications and Research Agenda. International Journal of Environmental & Science Education, 4 (1), 25-48.

Martawijaya, M. A., Iis., Mardiana., & Heriyati., A. (2010). “Discovery Dalam Pendidikan”. Makalah disampaikan pada Mata Kuliah Perspektif dan Inovasi Pendidikan, Program Studi S3 Ilmu Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Makasar.

Moleong, L. J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2005). Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

__________.(2006). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nuryani, R. (2005). Stratgi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.

Orlich, D. C., Harder, R. J., Callahan, R. C., & Gibson, H. W. (1998). Teaching Strategies A Guided to Better Instruction. Boston: Houghton Mifflin Company.

Piliouras P., Kokkotas P., Malamitsa K., Plakitsi K., & Vlaxos I. (2006). Collaborative Inquiry In Science Education In Greek Elementary Classroom: An Action Research Program.University of Athens Greece.Diakses pada tanggal 6 Mei 2006.

Prince, M. J., & Felder, R. M. (2006). Inductive Teaching and Learning Methods: Definitions, Comparisons, and Research Bases. California: J. Engr. Education, 95(2), 123–138.

Rauf, R. A. A., Johar, A. R., Halim, L., & Ariffin, S. R. (2004). Pemupukan Kemahiran Proses Sains Di Kalangan Pelajar Tingkatan Dua Di Sekolah Bestari. Jurnal Teknologi, 40E(02), 19–32.

Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Muda. Bandung: Alfa Beta.

Rini, E. S. (2009). Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Pada Mata Pelajaran Ips Sejarah Kelas VIII SMP Negeri 1 Jatilawang. Paramita 19(2),191-200.

Ristanto, R. H. (2010). Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing Dengan Multimedia Dan Lingkungan Riil Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Awal .Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Roestiyah, N. K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sanjaya, W. (2008a). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenata Media Group.

Page 68: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Sanjaya, W. (2008b). Kurikulum Dan Pembelajaran, Teori Dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenata Media Group.

Saputro, S., Abidin, H. Z., & Sutama, I. W. (2000). Strategi Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang.

Silberman, M. (2001). Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: YAPPENDDIS.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sriyono. (1992). Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sukarsih, R. I. (2010). Perbedaan Pengaruh Antara Pembelajaran Inkuiri Dan Pembelajaran Ekspositori Terhadap Motivasi Dan Prestasi Belajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Patologi .Tesis, Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sukmadinata, N. S. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumantri, M., & Permana, J. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana.

Sumiati & Asra. (2008). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Suryanti., Widodo, W. & Rokhim, A. (2006). Pembelajaran Kontekstual Sebagai Upaya Mengatasi Kesulitan Siswa Kelas V SD Laboratorium Unesa dalam Memahami Materi Panas. Jurnal Pendidikan Dasar,7(1), 50-60.

Suryasubrata, S. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suryobroto, B. (2002). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Suryosubroto, B. (1997). Proses Belajar-Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sutopo, H. B. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Usman, U. M. (2008). Menjasi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Usman, U. M. & Setiawati, L. (2008). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wahyu, Y. (2009). Peningkatan Keterampilan Proses dan Hasil BelajarMelalui Penggunaan Alat Peraga Sederhana Dalam Pembelajaran Sains Kelas V

Page 69: Keterampilan Proses Sains Dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Di SDN Sumber I Berbah Sleman Yogyakarta. Tesis, ProgramPascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta.

Wahyudin, Sutikno, & Isa, A. (2010). Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 58-62.

Wenno, I. H. (2008). Strategi Belajar-Mengajar Sains Berbasis Kontekstual. Yogyakarta: Inti Media.

Zaini, H. (2009). Strategi Pembelajaran Aktif Implementasi Dan Kendala Di Dalam Kelas. Makalah disajikan pada Seminar Dan Lokakarya Nasional ‘Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Aktif Learning Menuju Profesionalisme Guru, Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.

Zaini, H., Munthe, B., & Aryani, S. A. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani.

Zuriah, N. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.