kepentingan negara dalam pembentukan national oil...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
KEPENTINGAN NEGARA DALAM PEMBENTUKAN
NATIONAL OIL COMPANY (NOC)
TUGAS KARYA AKHIR
FADHIL MUHAMMAD AR RIDHA
1006694385
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
DEPOK
JANUARI 2014
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
KEPENTINGAN NEGARA DALAM PEMBENTUKAN NATIONAL OIL
COMPANY (NOC)
TUGAS KARYA AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Program
Studi Ilmu Hubungan Internasional
FADHIL MUHAMMAD AR RIDHA
1006694385
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
DEPOK
JANUARI 2014
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tugas Karya Akhir ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Fadhil Muhammad Ar-ridha
NPM : 1006694385
Tanda Tangan :
Tanggal : 6 Januari 2014
1 Universitas IndonesiaKepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir ini diajukan oleh :Nama : Fadhil Muhammad Ar-ridhaNPM : 1006694385Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional Judul TKA :
”Kepentingan Negara dalam Pembentukan National Oil Company (NOC)”
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Makmur Keliat, Ph.D ( )
Penguji Ahli : Syamsul Hadi, Ph.D ( )
Ketua Sidang : Dra. Nurul Ismaeni M.A ( )
Sekretaris Sidang : Andrew W. Mantong, S.Sos, M.Sc ( )
Ditetapkan di : Depok Tanggal : 6 Januari2014
2 Universitas IndonesiaKepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkatdan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas karya akhir ini. Penulisan tugas
karya akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai
gelar Sarjana Sosial Program Studi Ilmu Hubungan Internasional pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Dalam tugas karya akhir ini penulis membahas mengenai kepentingan
negara dalam pembentukan national oil company (NOC), perusahaan milik
negara yang bergerak dalam sektor energi khususnya minyak. Dalam
menganalisis kepentingan negara tersebut, penulis melakukan kajian literatur, dari
literatur-literatur mengenai NOC yang telah ada. Penulis berharap agar tugas
karya akhir ini dapat menjadi masukan dan penambah wawasan bagi semua pihak
dari sudut pandang ilmiah di kajian ilmu hubungan internasional, terutama bagi
pihak-pihak yang akan melanjutkan penelitian serupa.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kelemahan dan kekurangan
dalam penulisan tugas karya akhir ini sehingga diharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun dan memperkaya hasil karya akhir ini. Akhir kata, penulis
berharap bahwa tugas karya akhir ini dapat membawa manfaat bagi pihak yang
bersangkutan.
Depok, 6 Januari 2014
Fadhil Muhammad Ar-ridha
3 Universitas IndonesiaKepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkatdan karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas karya akhir ini. Penulisan tugas karya
akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar
Sarjana Sosial Program Studi Ilmu Hubungan Internasional pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa proses
penulisantugas karya akhir ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai
pihak. Oleh sebab itu, di kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1) Alm. Mufronie Mudhakir, selaku ayah yang selama hidupnya terus
mendukung dan memberikan inspirasi kepada penulis dan tempatnya tidak
akan pernah tergantikan di hati penulis.
2) Indriana Harsongko, selaku ibu dari penulis yang selalu senantiasa
bersemangat menjalani hidupnya dan terus memberikan bimbingan dan
panduan bagi anak-anaknya termasuk penulis.
3) Makmur Keliat,Ph.D. selaku dosenpembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran di tengah kesibukannya untuk
membimbing penulis dalam menyusundan menyelesaikan Tugas Karya
Akhir ini.
4) Syamsul Hadi, Ph.D. selaku dosen penguji ahli yang telah memberikan
masukan dan saran atas bentuk kepeduliannya terhadap karya penulis.
5) Evi Fitriani, Ph.D. selaku Ketua Departemen Hubungan Internasional.
6) Dra. Nurul Isnaeni, M.A. selaku Ketua Program S1 Hubungan
Internasional sekaligus ketua sidang Tugas Karya Akhir ini.
7) Andrew W. Mantong, S.Sos, M.Sc. selaku Sekretaris Program S1
Hubungan Internasional dan dosen yang selalu bersedia meluangkan
waktunya bagi mahasiswanya, termasuk penulis, baik untuk hal-hal yang
menyangkut akademis maupun hal lainnya.
4 Universitas IndonesiaKepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
8) KeluargaHI UI 2010, terutama Abiet, Arlan, Binar, Carol, Chio, Clara,
Irfan, Johan, K, Kresna, Mire, Mirza, Nadira, Santi, Syafiq, Uli, dan nama-
nama yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas
pertemanan layaknya keluarga sehingga kehidupan perkuliahan terasa
nyaman, terutama dukungan dan sumbangsih kalian terhadap penulis
dalam menyelesaikan karya akhir ini.
9) Sahabat-sahabat yang saya temukan di HI UI, yaitu Agatha, Guntur, Gea,
Iqbal, Mikha, OK, Pandu, Reza dan Ryan, terima kasih untuk dukungan
tanpa henti terhadap penulis, juga untuk tawa yang terus membuat penulis
bersemangat dalam menjalani kehidupan perkuliahan.
10) Sahabat penulis di luar perkuliahan, Bimo, Blek, Cece, Cherie, Diandra,
Icol, Imam, Jawa, Kesi, Paula, Qlea, Rabbi, Ratih, Salsa, Sara, Shayka,
Wiko dan Geng Azekk (Boris dan Dani) yang tanpa henti berbagi tawa dan
duka, juga terus memberikan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan
karya akhir ini.
11) Muhammad Arif dan Dwinta Kuntaladara, selaku sahabat yang terus
mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan karya akhirnya
di tengah kesibukan mereka. Semoga cita-cita kalian tercapai dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya.
12) Sahabat dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tugas karya akhir
ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan untuk membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga tugas karya akhir ini memberikan
manfaat yang positif bagi pengembangan ilmu, terutama ilmu Hubungan
Internasional.
Depok, 6Januari 2014
Fadhil Muhammad Ar-ridha
5 Universitas IndonesiaKepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fadhil Muhammad Ar-ridhaNPM : 1006694385Departemen : Ilmu Hubungan InternasionalFakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikJenis karya : Tugas Karya Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Kepentingan Negara dalam Pembentukan National Oil Company (NOC)
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : JakartaPada tanggal : 6 Januari 2014
Yang menyatakan
(Fadhil Muhammad Ar-ridha)
6 Universitas IndonesiaKepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
ABSTRAK
Nama : Fadhil Muhammad Ar-ridha
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Judul : Kepentingan Negara Dalam Pembentukan National Oil
Company (NOC)
Minyak bumi merupakan komoditas strategis bagi negara yang berpengaruh bagi ekonomi dan politik suatu negara dalam spektrum nasional maupun internasional. Hal ini disebabkan adanya fakta bahwa negara-negara di dunia masih mengandalkan minyak sebagai sumber energi utama dunia yang jumlah cadangannya semakin menurun. Saat ini, 90% cadangan minyak dunia dikuasai oleh perusahaan minyak yang sebagian besar sahamnya dikuasai oleh negara yang disebut sebagai National Oil Companies atau NOC.Jumlah total penguasaan saham tersebut menunjukkan adanya kepentingan nasional yang berusaha dicapai oleh negara-negara di dunia, yaitu mengamankan pasokan minyak. Tulisan ini bertujuan meninjau literatur-literatur mengenai NOC untuk melihat kepentingan suatu negara dalam pembentukan NOC dari aspek politik dan ekonomi. Dalam tulisan ini terlihat bahwa pembentukan NOC merupakanlangkah negara dalam menguasai sumber daya minyak yang penting bagi mereka. Lebih lanjut lagi, pembentukan NOC ini juga menunjukkan keengganan negara dalam melepaskan kekuasaannya terutama dalam komoditas strategis seperti minyak bumi.
Kata Kunci: Minyak bumi, National Oil Company, kepentingan nasional, keamanan energi, resource nationalism
7 Universitas IndonesiaKepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
ABSTRACT
Name : Fadhil Muhammad Ar-ridha
Study Program : International Relations
Title : State Interests in Forming National Oil Company (NOC)
In a world where all nations still depend on oil as their primary energy source, oil become a strategic commodity which is interrelated with their economic and political interest at both national and international levels. While the world oil reserve is constantly decreasing, 90% of those reserves are under the control of state-controlled oil company, commonly known as National Oil Companies (NOC). That condition implies national interest in securing oil supply to fulfill their need. This paper aims to review literatures related to the NOC to analyse economic and political aspects which drive state to have such companies. This paper shows that NOC is a means to secure oil supply, and also their reluctancy to let such resources fall into the control of international markets.
Keywords: Oil, National Oil Company, national interest, energy security, resource nationalism
8 Universitas IndonesiaKepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................iHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................iiHALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iiiKATA PENGANTAR..........................................................................................ivUCAPAN TERIMA KASIH...............................................................................vHALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...........................viiABSTRAK..........................................................................................................viiiABSTRACT........................................................................................................ixDAFTAR ISI ......................................................................................................xDAFTAR TABEL DAN GAMBAR...................................................................xi
1. PENDAHULUAN.........................................................................................11.1. Latar Belakang........................................................................................11.2. Identifikasi Topik dan Permasalahan Topik............................................31.3. Tujuan dan Signifikansi Tulisan..............................................................31.4.DeskripsiPengaturan Literatur..................................................................4
2. PEMBAHASAN............................................................................................62.1. Nilai Strategis Minyak Bumi...................................................................62.2.What is National Oil Company................................................................102.3. Kepentingan Negara Melalui Pembentukan National Oil Company......14
2.2.1. Ekonomi........................................................................................142.2.2. Politik............................................................................................20
3. KESIMPULAN.............................................................................................30
9 Universitas IndonesiaKepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
DAFTAR REFERENSI34DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 1.1. Bahan Utama Kajian Literatur.........................................................4Tabel 2.1. 10 Besar Pemegang Cadangan Minyak Bumi, 2006.........................12Tabel 2.2. 10 Besar Produsen Minyak Bumi, 2006..........................................12Tabel 2.3. Jumlah Pekerja per Satu Juta Barel, 2004........................................17
Gambar 1.1. Konsumsi Minyak Dunia, 1950-2004...…………………….......18
Diagram 3.1. Kepentingan Negara Melalui NOC……………………………...30
10 Universitas IndonesiaKepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hingga saat ini minyak bumi masih menjadi sumber energi utama dunia.
Permintaan dunia terhadap minyak bumi yang secara umum terus mengalami
peningkatan. Bersama dengan batu bara dan gas alam, minyak bumi menyumbang
sekitar 80% dari sumber energi dunia –kondisi yang diperkirakan akan terus
berlangsung setidaknya hingga 20401, sehingga, meskipun terjadi peningkatan
permintaan terhadap sumber-sumber energi alternatif, termasuk tenaga nuklir,
minyak bumi tetap menjadi sumber energi utama dunia.2
Kenyataan bahwa sejumlah negara, seperti Amerika Serikat dan beberapa
negara Eropa, yang permintaan terhadap minyak buminya tetap meningkat pada
tahun-tahun terjadinya resesi ekonomi di akhir dekade 2000-an juga menunjukkan
bagaimana minyak bumi memegang peranan yang sangat penting dalam
keberlangsungan hidup suatu negara. Dengan demikian, tidak berlebihan jika
disebutkan bahwa minyak bumi, dibandingkan dengan komoditas ekonomi yang
lain, menjadi salah satu faktor utama dalam percaturan politik internasional dan
pembangunan sosial-ekonomi.3
Permintaan minyak bumi yang terus meningkat tidak dapat dinafikan
sangat bergantung terhadap keberadaan cadangan minyak dunia. Saat ini, keadaan
bisnis minyak dunia telah berubah dimana pada periode 1940-an sampai dengan
1970-an, bisnis minyak dunia di dominasi oleh tujuh perusahaan minyak
internasional (IOC) yang disebut dengan The Seven Sisters, dimana pada waktu
itu The Seven Sisters mengontrol 85% cadangan minyak dunia. Dalam dekade ini,
dominasi perusahaan-perusahaan tersebut dan penerusnya telah menurun
dikarenakan meningkatnya pengaruh dari Organization of the Petroleum
1 “Higlights,” International Energy Outlook 2013, 25 Juli 2013, U.S. Energy InformationAdministration, http://www.eia.gov/forecasts/ieo/more_highlights.cfm. 2 Desember 2013, 01.12WIB.2 Ibid.3 Silvana Tordo, Brandon S. Tracy dan Noora Arfaa. “National Oil Companies and ValueCreation.” World Bank Working Paper no. 218, 2011. xi.
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
2
Universitas Indonesia
Exporting Countries (OPEC) dan berkembangnya National Oil Company (NOC)
di negara-negara berkembang.
Gambar 1.1 Konsumsi Minyak Dunia, 1950-2004
Sumber: Worldwatch Instutites, Global Fossil Fuel Consumption Surges, diaksesdari http://www.worldwatch.org/brain/images/press/news/vs05-world_oil.jpg
Penguasaan cadangan minyak dunia pun mengalami pergeseran dari IOC
ke tangan perusahaan-perusahaan NOC. Dewasa ini, NOC menguasai sekitar 90%
cadangan minyak dunia sehingga terjadi perubahan dominasi dalam produksi
minyak dan penetapan harga minyak dunia kedepannya dimana NOC saat ini
memproduksi 75% suplai minyak dunia.4 Christian Wolf menyatakan bahwa,
NOC dimiliki dan dikontrol oleh negara, dengan minimal state interest 30% -
50%, sedangkan IOC secara dominan atau secara eksklusif dimiliki oleh swasta
tanpa kontrol negara seperti NOC.5
4 Matthew E. Chen dan Amy Myers Jaffe, “Energy Security: Meeting the Growing Challenge ofNational Oil Companies,” The Whitehead Journal of Diplomacy and International Relations Vol.8 No.2 (Summer/Fall 2007), hal. 115 Christian Wolf, “Does Ownership Matter? The Performance and Efficiency of State Oil vsPrivate Oil,” Energy Policy, Vol. 37 No. 7 (Juli 2009), hal. 2642-2652
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
3
Universitas Indonesia
Kajian literatur bertujuan untuk memahami tujuan negara, khususnya
Negara pemilik sumberdaya energi, dalam menggunakan NOC untuk mengelola
sektor minyak yang berakibat pada terjadinya pergeseran dominasi penguasaan
cadangan minyak dunia dari dominasi IOC ke dominasi NOC yang dikuasai oleh
negara. Tulisan ini akan mejelaskan ragam pengertian NOC dari literatur-literatur
yang ada dan kemudian akan dilakukan kajian literatur mengenai kemunculan
NOC dengan mengelompokkan peran NOC dalam memenuhi kepentingan negara.
1.2 Identifikasi Topik dan Permasalahan Topik
Dari latar belakang di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa NOC
memainkan peranan penting dalam sektor minyak dunia. Oleh karena itu, NOC
juga dengan jelas memegang peranan penting dalam hubungan internasional.
Pergeseran perubahan dominasi IOC menjadi dominasi NOC dalam sektor
perminyakan di dunia menunjukkan adanya pergerakan dari negara untuk
mendominasi sektor energi. Atas dasar itu, melalui kajian literatur, penulis
berusaha untuk mengidentifikasi tulisan-tulisan tentang NOC untuk melihat peran
NOC dalam memenuhi kepentingan negara, dan mengidentifikasi pertimbangan
utama bagi negara untuk lebih memilih untuk menggunakan NOC dalam
pengelolaan sektor energi khususnya minyak bumi.
1.3 Tujuan dan Signifikansi Tulisan
Kajian literatur ini bertujuan untuk memahami bagaimana literatur-
literatur tentang NOC yang ada melihat peran NOC dalam memenuhi kepentingan
negara. Tujuan tersebut dicapai dengan, melihat, memahami, dan membandingkan
sejumlah karya akademis yang membahas atau yang berkaitan dengan topik ini.
Tidak lupa penulis akan menjelaskan apa itu NOC dan perilaku NOC sehingga
dapat dipahami secara jelas mengenai apa itu NOC. Tulisan ini diharapkan dapat
memberikan pengertian dan juga pemahaman mengenai NOC dan kepentingan
negara dalam membentuk NOC. Tulisan ini juga bermaksud menambah jumlah
riset tentang NOC.
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
4
Universitas Indonesia
1.4 Deskripsi Pengaturan Literatur
Sebelum memulai kajian literatur, terlebih dahulu akan dikumpulkan
bahan-bahan yang relevan terhadap pengidentifikasian akan NOC. Penulis
mencoba menelusuri bagaimana NOC muncul dan apa kepentingan negara dalam
pembentukan NOC. Pendefinisian atas NOC akan dilakukan terlebih dahulu dan
kemudian penulis akan mencoba melakukan kategorisasi terhadap alasan mengapa
negara memilih untuk menggunakan NOC berdasarkan pendapat para ahli melalui
literatur-literatur yang ditemukan oleh penulis. Lebih lanjut lagi, literatur yang
penulis temukan akan dikelompokkan atau dikategorisasikan berdasarkan
karakteristik tertentu. Karakteristik dalam literatur tersebut terbagi menjadi dua,
yaitu: kepentingan ekonomi dan kepentingan politik yang mendasari pembentukan
NOC.
Tabel 1.1 Bahan Utama Kajian Literatur
Nama Penulis Judul Literatur
Paul StevensNational Oil Companies and International OilCompanies in The Middle East: Under The Shadowof Government and The Resource NationalismCycle, 2008
Coby van der Linde The State and the International Oil Market:Competition and the Changing Ownership of CrudeOil Assets, 2000
Daniel Yergin The Prize: The Epic Quest for Oil, Money andPower, 1991
Enrique Palazuelos Current oil (dis)order: players, scenarios, andmechanisms, 2012
Leonardo Maugeri The Age of Oil: The Mythology, History, and Futureof the World’s Most Controversial Resource, 2006
George Philip Oil and Politics in Latin America: NationalistMovements and State Companies, 1982
Alexander G Kemp Petroleum Policy Issues in Developing Countries,1992
L Randall The Political Economy of Venezuelan Oil, 1987
Albert Hirschman Essays in Trespassing: Economics to Politics andBeyond, 1981
J.M. Griffin dan H.BSteele
Energy Economics and Policy, 1980
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
5
Universitas Indonesia
Robert Pirog The Role of National Oil Companies in theInternational Oil Market, 2007
D. Fee Petroleum Exploitation Strategy, 1988Charles Zeigler Competing for Markets and Influence: Asian
National Oil Companies in EurasiaRobert W Klob Geopolitical Threats to World Energy Markets, 2011Donald D. Losman The Rentier State and National Oil Companies: An
Economic and Political Perspective, 2011Robert Pirog Russian Oil and Gas Challenges, 2007Michael Solomon The Rise of Resource Nationalism: A Resurgence of
State Control in an Era of Free Markets or theLegitimate Search for a New Equilibrium?, 2012
Michael Olorunfemi The Dynamics of National Oil Companies, 1991
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
6 Universitas Indonesia
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Nilai Strategis Minyak Bumi
The link between oil and politics dates back to the very
beginnings of the world oil trade. Since then, ‘Oil
Diplomacy’ (often becoming ‘Oil Militarization’) has been a
permanent feature of international relations.1
Meskipun memiliki nilai yang demikian strategis, secara mengejutkan
belum banyak penulis yang melakukan penelitian yang komprehensif terhadap
nilai strategis minyak bumi dalam konteks pembangunan negara dan hubungan
internasional. Karya klasik Daniel Yergin The Prize: The Epic Quest for Oil,
Money and Power menjadi satu pengecualian. Dengan menggunakan pendekatan
historis, Daniel Yergin salah satunya, memberikan ulasan mengenai bagaimana
minyak bumi menjadi industri terbesar di dunia saat ini dan bagaimana sejarah
minyak itu sendiri selalu berkaitan dengan sejarah perebutan power.2 Yergin pada
dasarnya berusaha menunjukkan bahwa sepanjang sejarah, negara-negara berada
dalam upaya terus-menerus untuk menguasai minyak. Menurut pengamatan
Yergin, politik global menjadi salah satu tema yang menentukan sejarah minyak
dunia.3 Perang Dunia I menjadi titik balik dimana minyak menjadi salah satu
elemen kekuatan negara yang paling penting ketika mesin-mesin pembakaran
menggantikan peran kuda dan lokomotif uap di medan-medan peperangan.4
Minyak bumi kemudian juga memegang peran sentral sepanjang Perang Dunia II
dan juga menentukan hasil akhir perang besar tersebut. Jepang misalnya,
menyerang Pearl Harbor untuk melindungi pergerakannya dalam menguasai
sumber-sumber minyak bumi di Hindia Timur. Ini juga menjadi salah satu tujuan
1 Enrique Palazuelos, “Current oil (dis)order: players, scenarios, and mechanisms,” Review ofInternational Studies, 38 Issue. 2 (2012), 302.2 Lihat Daniel Yergin, The Prize: The Epic Quest for Oil, Money and Power, (New York: Simon& Schuster, 1991).3 Dua tema lainnya adalah kebangkitan kapitalisme dan bisnis modern dan apa yang disebutYergin sebagai “Hydrocarbon Society.” Lihat Ibid.4 Ibid., 13.
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
7
Universitas Indonesia
strategis penyerbuan Hitler ke Uni Soviet: untuk menguasai sumber-sumber
minyak di wilayah Kaukasus.5 Selanjutnya selama Perang Dingin, pertarungan
antara perusahaan-perusahaan minyak internasional (IOC) dan negara-negara
besar untuk memperebutkan kendali terhadap minyak menjadi bagian penting
dalam sejarah dekolonialisasi dan kebangkitan nasionalisme. Berakhirnya Perang
Dingin yang membawa perubahan besar dalam politik internasional ternyata tidak
mengganggu posisi strategis minyak bumi. Kemunculan tata dunia baru -
kompetisi ekonomi, perjuangan regional, rivalitas etnis menggantikan ideologi,
serta ditambah dengan modernisasi persenjataan sebagai fokus konflik nasional
dan internasional- ternyata tidak mengubah posisi minyak bumi sebagai
komoditas strategis yang perannya sangat penting bagi strategi nasional dan
politik internasional secara keseluruhan.6
Analisis historis yang mengungkap nilai strategis minyak bumi dapat
ditemukan dalam karya Leonardo Maugeri, The Age of Oil: The Mythology,
History, and Future of the World’s Most Controversial Resource.7 Dengan
merujuk pula pada The Prize, hasil tinjauan sejarah Maugeri menghasilkan
kesimpulan bahwa sepanjang sejarahnya, minyak telah menjadi sumber ketakutan
dan mispersepsi.
Throughout its history, “black gold” has given rise to myths
and obsessions, fears and misperceptions of reality, and ill-
advised policies that have weighed heavily on the world’s
collective psyche.8
The Prize dipublikasikan pada tahun 1991, sedangkan The Age of Oil
tahun 2006. Ini memberikan kesempatan bagi Maugeri untuk secara lebih
seksama mengamati bagaimana sejarah minyak dunia berkembang seiring
perubahan-perubahan besar dalam politik internasional –berakhirnya Perang
Dingin dan peristiwa 11 September. Hasilnya berbeda dengan Yergin yang
5 Ibid., 13.6 Ibid., 14.7 Leonardo Maugeri, The Age of Oil: The Mythology, History, and Future of the World’s MostControversial Resource, (Westport: Praeger, 2006).8 Ibid., xi.
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
8
Universitas Indonesia
menyimpulkan bahwa perubahan tata dunia pada dekade terakhir abad ke-20 tidak
mengganggu-gugat posisi minyak sebagai komoditas strategis, Maugeri sampai
pada kesimpulan yang sedikit banyak berbeda. Menurut pengamatan Maugeri,
terdapat penurunan ketertarikan publik terhadap minyak bumi pada dekade 1990-
an.
Underlining the public’s declining interest was the belief that
oil had become ‘‘just another commodity,’’ a resource facing
an irreversible decline in its importance. This attitude took
root after the petroleum ‘‘countershock’’ of 1986, and
became more deeply ingrained in the last decade of the
century as the world floated atop a sea of crude while
demand grew only fitfully. At the same time, the more
developed economies were reducing their dependence on raw
materials and heavy industry, building their wealth on
intelligence and inventiveness, on microchips and services.
For the first time in modern history, their dependence on oil
was no longer the subject of strategic concern or a matter of
existential struggles for access to energy sources, as had
been predicted during the 1970s and the early 1980s. In this
context, the history of oil seemed to become a tale of past
struggles with seemingly no future.9
Setelah mengamati perkembangan pada dekade 1990-an, Maugeri
kemudian kembali pada tema utamanya mengenai konstruksi ketakutan dan
mispersepsi yang mengelilingi sejarah minyak bumi. Masyarakat dunia, politisi,
dan media kembali membicarakan kemungkinan-kemungkinan buruk mengenai
minyak bumi, terutama isu klasik mengenai kelangkaan. Hal ini diperparah oleh
peristiwa teror 11 September yang memasukkan tema-tema “clash of civilization”
dan “Islam against the rest of world” –kemungkinan negara-negara Islam
pengekspor minyak untuk mengurangi atau bahkan menghentikan suplai minyak
dunia- ke dalam pembicaraan mengenai minyak bumi.
9 Ibid., xii.
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
9
Universitas Indonesia
Menurut pengamatan Maugeri, ketakutan dan mispersepsi mengenai,
terutama mengenai kelangkaan, seringkali tidak konsisten dengan realitas. Selama
hampir 150 tahun, karakteristik dominan dari pasar minyak dunia adalah
oversupply dan harga yang terlalu rendah.10 Menurut Maugeri, ketakutan dan
mispersepsi yang keliru ini sedikit banyak merupakan hasil dari: (1) kurangnya
pengetahuan publik mengenai keberadaan cadangan minyak yang belum
dieksplorasi yang jumlahnya sebenarnya masih sangat banyak, dan (2) estimasi
berlebihan terhadap konsumsi dimana konsumsi seringkali diperlakukan sebagai
sebuah fungsi indeferensial terhadap harga meskipun dalam jangka panjang
sebenarnya konsumsi akan selalu bergantung terhadap harga.11
Selain pendekatan historis, nilai strategis minyak bumi bagi kelangsungan
hidup negara dan hubungan internasional juga dilihat dalam kerangka analisa
Ekonomi Politik Internasional (International Political Economy/IPE). Dalam
tulisannya mengenai perkembangan tata kelola minyak dunia, Enrique Palazuelos,
misalnya, menyebutkan bahwa minyak memainkan peran strategis dalam
pembangunan ekonomi dan sosial dan merupakan “one of the greatest sources of
world power.”12 Tulisan Palazuelos sendiri, dengan menggunakan pendekatan
Ekonomi Politik Internasional, mencoba memahami karakteristik perdagangan
minyak dunia dalam relasi ekonomi dan politik.13 Tujuan tersebut dicapai dengan
mengaplikasikan kerangka analisa berupa tiga level analisa yakni pemain-pemain
utama dalam perdagangan minyak dunia, skenario-skenario yang mungkin terjadi
serta mekanisme perdagangan minyak dunia.14 Hasilnya, berbeda dengan Yergin
dan Maugeri yang menyimpulkan bahwa perkembangan minyak dunia cenderung
akan selalu mengulangi siklus sejarah, Palazuelos menyimpulkan bahwa
perkembangan minyak dunia dalam dekade-dekade terakhir bersifat irreguler dan
kompleks.15 Ketidakteraturan dan kompleksitas –diakibatkan oleh adanya tiga
fitur utama berupa ungovernability, asymmetry dan instability- pada sistem
10 Ibid., xiv.11 Ibid., xvi.12 Palazuelos, “Current oil (dis)order: players, scenarios, and mechanisms,” 301.13 Ibid., 301.14 Ibid., 301.15 Ibid., 318.
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
10
Universitas Indonesia
perdagangan minyak mengakibatkan sistem itu sendiri menjadi rentan terhadap
perubahan-perubahan, baik itu perubahan politis (misalnya peningkatan tensi di
kawasan, perubahan fokus kebijakan luar negeri negara-negara besar), ekonomi
(ekspektasi perubahan siklus, kepentingan finansial), maupun perubahan-
perubahan yang langsung berkaitan dengan minyak (ketidakjelasan suplai dan
permintaan).16 Perubahan-perubahan ini, menurut Palazuelos, akan berdampak
terhadap pemain-pemain dalam sistem perdagangan minyak dunia –termasuk
salah satunya NOC- skenario serta mekanisme yang berjalan dalam sistem
tersebut.
2.2 What is National Oil Company (NOC)
Secara sederhana NOC merupakan perusahaan minyak yang share atau
sahamnya dimiliki sebagian besar atau sepenuhnya oleh pemerintahan suatu
negara. Secara lebih spesifik sejumlah penulis mengemukakan definisi yang lain
atas NOC. Valerie Marcel misalnya, menggunakan apa yang disebutnya sebagai
“definisi minimal” dari NOC. Dalam penelitiannya terhadap perkembangan NOC
di Timur Tengah dan Afrika Utara, Marcel menggunakan definisi NOC sebagai
perusahaan minyak dengan minimal 51% kepemilikan negara, dan aktif
beroperasi di sektor eksplorasi dan produksi minyak –sektor
upstream.17Berdasarkan definisi ini, NOC mencakup tidak hanya perusahaan yang
sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah atau yang memiliki monopoli tunggal
terhadap sektor mineral.18Sejumlah NOC kini telah beradaptasi dengan menerima
kepemilikan bersama dengan pihak swasta –meskipun bagian kepemilikan negara
tetap yang lebih besar. Sejumlah NOC (seperti ADNOC, Sonatrach, The National
Oil Corporation di Libya, Petronas di Malaysia, Petrobas di Brazil, Pertamina di
16 Ibid., 318. Ungovernability disini merujuk pada kondisi dimana tidak ada satu pemain pun yangmemegang posisi dominan dalam sistem perdagangan minyak dunia serta tidak ada satu punpemain besar yang memiliki cukup kemauan untuk menyepakati kriteria bersama dan standarperforma. Asymmetry merujuk pada kondisi dimana dampak berbeda yang diberikan oleh pemainberbeda pada beragam skenario dan mekanisme menghasilkan beragam hubungan dan situasi yangmungkin terjadi.Instability merujuk pada kondisi bahwa kombinasi-kombinasi hubungan dalamsistem perdagangan minyak dunia dapat berujung pada hasil yang berbeda jika pemain-pemainbesar, skenario atau mekanismenya berubah.17 Valerie Marcel, Oil Titans: National Oil Companies in the Middle East, (Washington DC:Brookings Institution Press, 2006), 5.18 Ibid., 6.
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
11
Universitas Indonesia
Indonesia, Nigerian National Petroleum Corporation di Nigeria, Qatar National
Gas Company di Qatar, Petroleos de Venezuela SA di Venezuela) menjalankan
bisnis berdampingan dan bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan swasta.19
Sementara itu NOC lainnya, seperti Petrobas dan Statoil di Norwegia,
menjalankan struktur pengelolaan layaknya perusahaan swasta, meskipun dengan
hak suara mayoritas tetap berada di tangan pemerintah.20
Dalam pendefinisiannya terhadap NOC, Marcel juga membedakan NOC
ke dalam dua tipe yakni NOC yang telah memiliki kesiapan akses terhadap modal
dan NOC yang belum memiliki kesiapan akses terhadap modal. Pada tipe
pertama, NOC beroperasi layaknya IOC seperti Shell atau Exxon, dimana
perusahaan-perusahaan ini menjual minyak mentah yang mereka produksi
kemudian mereka mendapatkan pendapatan setelah membayar royalti pada
pemerintah dan pajak pendapatan. Mayoritas telah mampu membiayai proyek
mereka sendiri tanpa harus meminjam uang atau mencari investor. NOC yang
masuk ke dalam tipe pertama ini adalah Saudi Aramco, Kuwait Petroleum
Corporation, Abu Dhabi National Oil Company, CNOOC, Pertobras, Petronas,
dan Sonangol. Pada tipe kedua, NOC yang belum memiliki kesiapan akses
terhadap modal seperti National Iranian Oil Company, Pemex, atau Pertamina,
mereka secara esensial berfungsi seperti kementerian pemerintah dimana mereka
dapat mengalami pemotongan anggaran. Mereka menjual minyak mentah untuk
negara dan pendapatannya masuk ke kas negara, dimana NOC hanya
mendapatkan kembali biaya produksi dan upah penjualan minyak per barel yang
terjual. Untuk memiliki rig pengeboran baru atau kebutuhan yang membutuhkan
modal lainnya, misalnya, perusahaan-perusahaan ini harus berkompetisi dengan
program pemerintah lainnya seperti pendidikan atau kesehatan.21
19 Ibid., 6.20 Ibid., 6.21 Valerie Marcel, States of Play, 8 Desember 2013,http://www.foreignpolicy.com/articles/2009/08/17/states_of_play
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
12
Universitas Indonesia
Sebagai perusahaan yang dimiliki oleh negara, NOC menjalankan fungsi
yang unik. Sebagaimana diutarakan oleh Charles Ziegler, NOC menjalankan
fungsi representasi negara dimana NOC bersangkutan berada.22 Meskipun tingkat
otonomi satu NOC berbeda dengan NOC lain, pada dasarnya seluruh NOC butuh
untuk menjaga keseimbangan antara permintaan ekonomi pasar internasional
dengan kebutuhan politik pemerintah.23 Akan tetapi, Ziegler juga menemukan
fakta lain bahwa terdapat kecenderungan perbedaan perilaku NOC yang berasal
dari negara pengekspor minyak dengan NOC yang berasal dari negara pengimpor.
NOC yang berasal dari negara pengekspor minyak, seperti Saudi Arabia, Aljazair
dan Iran, umumnya lebih memfokuskan bisnisnya pada sektor upstream –
ekplorasi dan produksi. Dalam pengambilan kebijakan, NOC ini lebih
mengutamakan pertimbangan-pertimbangan domestik. Hal ini berkaitan dengan
fakta bahwa NOC di negara pengekspor minyak memiliki kesempatan lebih besar
untuk menyediakan sumber pendapatan terbesar bagi negara dan menjamin
ketersediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat domestik. Pada dasarnya NOC
dari negara pengimpor minyak juga memiliki pola hubungan dengan pemerintah
yang sama dengan yang dimiliki NOC di negara pengekspor. NOC-NOC di
negara pengimpor minyak juga dihadapkan dengan tujuan dan ekspektasi
pemerintah yang terkadang mengharuskan perusahaan-perusahaan ini
menyesuaikan diri melalui operasi-operasi komersial di pasar. Meskipun
demikian, menurut Ziegler, terdapat satu aspek yang membedakan NOC dari
negara pengimpor minyak dengan NOC dari negara pengekspor minyak. NOC
dari negara pengimpor minyak lebih terdorong untuk berinvestasi dan mencari
cadangan minyak di luar negeri.24 Pada perkembangannya hampir tidak ada
perbedaan yang sangat signifikan antar NOC dimana setiap NOC terus
berekspansi, baik NOC yang memiliki sumber minyak di negaranya atau tidak.
Menurut Amy Myers Jaffe dan Matthew E Chen, NOC dewasa ini
merupakan pemain terbesar dalam perdagangan minyak dunia dimana NOC
menguasai sekitar 90% cadangan minyak dunia sehingga terjadi perubahan
22 Charles E. Ziegler, “Competing for Markets and Influence: Asian National Oil Companies inEurasia,” Asian Perspective, 32 no. 1 (2008) 131.23 Ibid., 6.24 Ibid., 129-163.
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
13
Universitas Indonesia
dominasi dalam produksi minyak dan penetapan harga minyak dunia kedepannya
dimana NOC saat ini memproduksi 75% suplai minyak dunia.25 Hal tersebut dapat
dilihat dari data yang ditemukan dan disajikan pada tabel dibawah ini dimana
pada tahun 2006 sepuluh besar penguasa cadangan minyak merupakan NOC dan
tujuh dari sepuluh produsen minyak terbesar adalah NOC.
Tabel 2.1 10 Besar Pemegang Cadangan Minyak Bumi (per juta barel)
Ranking2006
Nama Perusahaan CadanganMinyak
1 Saudi Aramco 264,2002 National Iranian Oil Company (NIOC) 137,5003 Iraq National Oil Company (INOC) 115,0004 Kuwait Petroleum Corporation (KPC) 101,5005 Petroleos de Venezuela (PDV) 79,7006 Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) 56,9207 Libya NOC 33,2358 Nigerian National Petroleum Corporation (NNPC) 21,5409 Lukoil 16,11410 Qatar Petroleum (QP) 15,200Sumber : Energy Intelligence Research, “The Energy Intelligence Top 100:Ranking the World's Oil Companies,” edisi 2007
Tabel 2.2 10 Besar Produsen Minyak Bumi (ribuan barel per hari)
Ranking2006
Nama Perusahaan Produksiminyak perhari
1 Saudi Aramco 11,0352 National Iranian Oil Company (NIOC) 4,0493 Pemex 3,7104 Petroleos de Venezuela (PDV) 2,6505 Kuwait Petroleum Corporation (KPC) 2,6436 British Petroleum (BP) 2,5627 ExxonMobil 2,5238 PetroChina 2,2709 Shell 2,09310 Sonotrach 1,934
Sumber : Energy Intelligence Research, “The Energy Intelligence Top 100:Ranking the World's Oil Companies,” edisi 2007
25 Chen dan Jaffe, “Energy Security: Meeting the Growing Challenge of National Oil Companies,”11.
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
14
Universitas Indonesia
2.3 Kepentingan negara melalui pembentukan NOC
Salah satu kepentingan negara yang dituju melalui pendirian NOC
menurut literatur yang ditemukan adalah kepentingan ekonomi. Beberapa tulisan
ahli menjelaskan alasan-alasan dan tujuan negara mendirikan NOC dengan alasan
ekonomi yang berbeda. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai strategis
minyak bumi menjadi pertimbangan ekonomi yang signifikan bagi pembentukan
kebijakan ekonomi suatu negara. Dalam konteks ini, NOC kemudian dianggap
sebagai salah satu cara bagi negara untuk menjaga kepentingan ekonominya. Dari
literatur yang ditemukan pula terlihat bahwa selain kepentingan ekonomi,
kepentingan politik juga menjadi alasan pembentukan NOC oleh negara. Oleh
karena itu, tulisan ini juga akan menjelaskan kepentingan politik yang muncul
dalam penggunaan NOC oleh negara. NOC sebagai perusahaan yang sahamnya
dimiliki secara mayoritas oleh negara pun menurut beberapa ahli menjadi alat
bagi negara dalam mencapai kepentingan politiknya selain kepentingan ekonomi.
2.3.1 Ekonomi
Pada dasarnya, alasan ekonomi yang dimaksud adalah usaha negara untuk
meningkatkan pendapatan, khususnya pendapatan dari pengelolaan sumber daya
yang mereka miliki. Keadaan tersebut khusus untuk negara-negara produsen
minyak, yang mana pada sejarahnya kebangkitan NOC tidak lepas dari keadaan
Oil Boom pada tahun 1970an dan meningkatnya pengaruh Organization of the
Petroleum Exporting Countries (OPEC), kartel negara-negara produsen akibat
krisis minyak pada tahun 1973.
Paul Stevens menyebutkan bahwa melalui perspektif ekonomi,
kemunculan atau kebangkitan NOC merupakan respon negara atas kegagalan
pasar dalam pengelolaan sumber daya negara.26 Kegagalan pasar yang dimaksud
adalah keberadaan kondisi asimetris informasi antara negara pemilik sumber daya
dengan perusahaan swasta atau IOC. Informasi yang dimiliki oleh IOC pengelola
seperti teknologi, kapasitas cadangan, dan hal-hal yang berhubungan dengan
26 Paul Stevens, “National Oil Companies and International Oil Companies in The Middle East:Under The Shadow of Government and The Resource Nationalism Cycle,” Journal of WorldEnergy Law & Business, 1 no. 1 (2008), 14
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
15
Universitas Indonesia
sumber daya energi yang dikelola oleh mereka menjadi posisi tawar IOC tersebut
terhadap negara pemilik sumber daya energi. Dalam IOC hanya sedikit pekerja
lokal yang tergabung terutama dalam posisi high-management dan juga IOC tidak
akan membagi informasi yang mereka miliki kepada negara pemilik sumber daya
karena pemberian informasi akan menghalangi IOC mencapai tujuan strategisnya
dimana informasi yang mereka miliki membuat mereka memiliki posisi tawar
yang kuat terhadap negara pemilik sumber daya tersebut. Van der Linde
menyatakan bahwa hal tersebut membuat pemerintah mustahil mendapatkan akses
terhadap informasi yang mereka butuhkan sehingga pembentukan NOC oleh
negara dilihat sebagai solusi pemecahan masalah tersebut.27
Grayson melihat bahwa permasalahan pada pemerintah bukanlah pada
kemampuan mereka meraih informasi, tetapi ketidakmampuan pemerintah untuk
menganalisa informasi yang ada karena pemerintah tidak langsung terjun ke
dalam industri tersebut. Keberadaan NOC dianggap oleh Grayson sebagai akses
bagi pemerintah atau negara untuk masuk ke dalam industri energi.28 Turun
langsungnya negara atau pemerintah ke dalam industri tersebut dengan operasi
NOC akan membuat negara dapat menilai performa IOC yang beroperasi di
negara mereka. Menurut Van der Linde dengan memberikan pengorganisasian
sumber daya kepada NOC akan menciptakan situasi di mana pengetahuan lokal
yang meningkat dengan metode learning by doing,29
Transfer teknologi pun menjadi alasan mengapa NOC diperlukan oleh
Negara, yang menurut Nore sebagai varian dari permasalahan asimetri
informasi30. Transfer teknologi penting dimana menurut UNCRET,31 transfer
teknologi dibutuhkan untuk membangun masyarakat yang modern. Keberadaan
NOC dilihat dapat memberikan transfer teknologi dan juga pengetahuan ke
masyarakat lokal, di sisi lainnya membuat negara tidak hanya menjadi pihak yang
27 Coby van der Linde, The State and the International Oil Market: Competition and the ChangingOwnership of Crude Oil Assets (New York: Springer Science+Business Media, 2000), 98.28 Leslie E Grayson, National Oil Companies (Chicester: John Wiley and Sons, 1981), 10.29 van der Linde, The State and the International Oil Market,, 100.30 P Nore, “The Transfer of Technology: The Norwegian Case,” New Policy Imperatives forEnergy Producers (Boulder, CO: International Centre of Energy and Economic Development,1980)31 United Nations Centre for Natural Resource, Energy, and Transport,State Petroleum Enterprisesin Developing Countries (New York: Pergamon Press, 1980)
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
16
Universitas Indonesia
dianggap sebagai sleeping partner. Philip berargumen bahwa kekuatan ekonomi
dalam minyak datang dari kontrol sumber daya minyak dan juga pasar minyak itu
sendiri32, sehingga keberadaan NOC dapat dilihat sebagai usaha dari negara untuk
memperoleh kekuatan ekonomi.
Instrumen fiskal konvensional seperti royalti, pendapatan pajak, dan
kontrak pembagian produksi menjadi alat untuk mengumpulkan sewa sumber
daya oleh pemerintah33. Pembentukan NOC sebagai operator dilihat dapat
menjadi alat pemerintah untuk mendapatkan seluruh pendapatan dari sewa
tersebut. Ide untuk memotong orang ketiga untuk mengumpulkan sewa dilihat
menarik bagi pemerintah karena pendapatan bagi pemerintah pun akan meningkat.
Perbedaan kepentingan antara pemerintah dan swasta dalam sektor minyak
bumi selalu menjadi alasan pentingnya NOC dibentuk oleh pemerintah, dengan
rasionalisasi partisipasi negara secara langsung untuk mengamankan kepentingan
nasional akan lebih efisien dibandingkan pengelolaan oleh swasta atau pasar.
Kepentingan nasional di sektor minyak menurut Grayson dan Bentham adalah
keamanan suplai domestik, regulasi health and safety (HSE), konservasi sumber
daya, pelatihan dan lapangan kerja bagi masyarakat lokal, dan warisan sumber
daya bagi generasi selanjutnya.
L. Randall melihat bahwa pemilihan NOC yang notabene dimiliki oleh
negara salah satunya disebabkan terlalu besar resiko jika pengelolaan sektor
minyak dikelola oleh perusahaan swasta domestik, terutama kerugian di sektor
komersil. Pengunaan NOC juga dilihat lebih memudahkan dalam permasalahan
pajak dibandingkan dengan kepemilikan bersama dengan swasta. Pendapatan
untuk pemerintah pun dirasa lebih besar dengan menggunakan NOC yang secara
keseluruhan dimiliki oleh pemerintah.34
32 George Philip,Oil and Politics in Latin America: Nationalist Movements and State Companies(Cambridge: Cambridge University Press, 1982)33 Alexander G Kemp, “Petroleum Policy Issues in Developing Countries,” Energy Policy, 20 no.2 (1992), 104-11534 L. Randall,The Political Economy of Venezuelan Oil (New York: Praeger, 1987), 40
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
17
Universitas Indonesia
Menurut Hirschman, sektor minyak digunakan sebagai motor sektor
pembangunan nasional.35 Agar sektor minyak dapat berperan dalam sektor
pembangunan nasional muncul kebutuhan dihubungkannya sektor minyak ke
sektor-sektor lainnya. Sektor minyak dilihat dapat membangun sektor-sektor
industri lain dikarenakan besarnya pengaruh dan penghasilan yang didapat dari
industri minyak. Di beberapa negara, industri perminyakan merupakan sektor
ekonomi besar pertama yang terbuka terhadap ekonomi dunia. Industri
perminyakan pun menjadi industri pertama bagi negara-negara tersebut dalam
memperkenalkan konsep kontrak investasi internasional, standar keuangan dan
akuntansi internasional, dan hal-hal yang berkaitan terhadap pembangunan
ekonomi.
Menurut Griffin dan Steele, negara melihat kemudahan melakukan
implementasi kebijakan energi dan juga perlindungan lingkungan dengan
menggunakan NOC.36 Lebih luas peningkatan kemakmuran negara pun dianggap
dapat dicapai secara maksimal dengan penggunaan NOC untuk mengelola sektor
energi negara. Dengan kepemilikan dan beroperasinya NOC pun negara dapat
memperluas sasaran perusahaan untuk memenuhi tujuan sosial politik seperti
penggunaan subsidi dan sebagainya. Griffin dan Steele pun menambahkan,
keuntungan dari industri minyak dapat dengan mudah di audit oleh otoritas
keuangan negara untuk maksimalisasi kepentingan rakyat, hal tersebut terjadi
karena NOC dimiliki oleh negara, berbeda dengan IOC yang dimiliki oleh
swasta.37 NOC dapat berpartisipasi dalam pendistribusian kekayaan minyak
negara kepada masyarakat umum. Robert Pirog menegaskan bahwa NOC
dilibatkan dalam distribusi kemakmuran negara, melalui subsidi bahan bakar dan
program-program kesejahteraan sosial.38 Usaha untuk maksimalisasi nilai
perusahaan pun mau tidak mau berkompetisi dengan pelaksanaan tujuan dari
35 Albert O. Hirschman, Essays in Trespassing: Economics to Politics and Beyond (Cambridge:Cambridge University Press, 1981)36 J.M. Griffin dan H.B. Steele, Energy Economics and Policy (New York: Academic Press 1980),28337 Ibid.38 Robert Pirog, The Role of National Oil Companies in the International Oil Market (WashingtonDC: Congressional Research Service 2007), 6
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
18
Universitas Indonesia
pemerintah. Pendistribusian ini dapat dilakukan melalui subsidi bahan bakar,
employment policies, dan program kesejahteraan sosial. Subsidi bahan bakar
merupakan bentuk paling umum, seperti penekanan harga bahan bakar di
Venezuela hingga $0.11 per gallon, $0.21 per gallon di Iran, dan $0.64 per gallon
di Saudi Arabia. Sebaliknya, bahan bakar memiliki harga sekitar $5.77 per gallon
di Norwegia, salah satu tingkatan harga tertinggi di dunia.
Keberadaan NOC juga dilihat bagi negara sebagai tempat penyediaan
lapangan pekerjaan. Pembentukan NOC dengan alasan tersebut memang pada
akhirnya menimbulkan inefisiensi dikarenakan fokusnya bukan untuk
maksimalisasi keuntungan, tetapi juga distribusi kemakmuran. Inefisiensi yang
terjadi pada akhirnya tidak dapat disalahkan pada saat terbukti bahwa pembukaan
lapangan kerja bagi masyarakat lokal menjadi salah satu tujuan pembentuk NOC
dimana inefisiensi jumlah pekerja menjadi opportunity cost bagi negara.
Perbedaan rasio pekerja NOC dibandingkan IOC dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 2.3 Jumlah Pekerja per Satu Juta Barel, 2004
National Oil
Companies (NOC)
Jumlah
Pekerja
International Oil
Companies (IOC)
Jumlah
Pekerja
Saudi Aramco 11 ExxonMobil 19
PDVSA 16 ConocoPhillips 20
CNOOC 18 Chevron 24
NNPC 20 Shell 27
Petronas 38 British Petroleum 27
Statoil 39
NIOC 43
ONGC 94
Rosneft 172
PetroChina 267
Sumber : Ann Myers Jaffe, The Changing Role of National Oil Companies,Introduction and Summary Conclusions, James A. Baker III Institute for PublicPolicy, 1 Maret 2007
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
19
Universitas Indonesia
D. Fee melihat dengan kacamata ekonomi bahwa NOC yang pada
akhirnya mengedepankan kepentingan negara pun membuat pemerintah lebih
mudah dalam menyalurkan industri minyak terhadap industri-industri lainnya
untuk memajukan kemampuan ekonomi negara tersebut. Fakta bahwa kontrol
negara terhadap minyak yang menjadi sumber utama pendapatan negara di
perdagangan internasional akan berimbas pada kontrol terhadap mata uang asing
yang digunakan untuk pembayaran perdagangan minyak tersebut juga menjadi
alasan mengapa pengunaan NOC untuk mengelola sektor minyak penting bagi
negara.39
Terbentuknya NOC juga tidak terlepas dari keamanan energi yang ingin
dicapai oleh negara pembentuk NOC. Definisi konsep keamanan energi yang
paling dasar adalah keamanan energi merupakan keadaan dimana kontinuitas
suplai komoditas energi terus terjaga. Beberapa ahli seperti Daniel Yergin, CJ
Andrews, Bohi dan Toman mendefinisikan keamanan energi sebagai kemampuan
negara untuk dapat menjamin ketersediaan energi di tengah fluktuasi harga energi
yang terjadi.40 Negara harus dapat memastikan ketersediaan energi meski harga
energi di pasar sedang dalam kondisi terburuk. Defenisi ini berdasarkan argumen
bahwa walaupun energi yang dibutuhkan itu eksis tetapi tidak dapat terjangkau
oleh negara tersebut, maka keamanan energi pun tidak tercapai. Harga energi
yang dapat dijangkau oleh negara pun menjadi variabel penting dalam keamanan
energi. Konsep keamanan energi ini dapat dikatakan tidak dapat diukur
dikarenakan kemampuan suatu negara dalam menjangkau harga energi adalah
subjektif. Kemampuan suatu negara dengan negara lainnya dalam menjangkau
tingginya harga energi pada saat terburuk tidak dapat disamakan sehingga
permasalahan tersebut dapat disimpulkan relatif.
Dengan memberikan pengelolaan sektor energi dan sumber daya terhadap
NOC, NOC menjadi salah satu taktik negara dalam pemenuhan suplai energi dan
keterjangkauan harga energi di dalam negara tersebut.Diharapkan pengelolaan
39 D. Fee, Petroleum Exploitation Strategy (London/New York: Belhaven Press, 1988), 5940 Daniel Yergin, “Energy Security in 1990’s,” Journal of Foreign Affairs 67 (1) 1988; CJAndrews, “Energy Security as a Rationale for Governmental Action,” Technology and SocietyMagazine IEEE 24 (2), 16-25; Bohi, R Douglas, Michael Toman, dan Margaret Walls, TheEconomics of Energy Security (Boston: Kluwer Academic Publishers, 1996)
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
20
Universitas Indonesia
sumber daya yang ditangani negara langsung, lewat NOC tanpa pihak swasta,
kepentingan negara dalam mengamankan suplai energi dapat tercapai. Menurut
Charles Zeigler, memastikan suplai energi dengan harga yang terjangkau
merupakan hal yang terpenting bagi negara dan hal tersebut dapat diatasi dengan
menggunakan NOC. Pemenuhan suplai energi menjadi salah satu tugas NOC,
bahkan tugas utama NOC dari negara pengimpor minyak adalah mencari
cadangan minyak di luar negeri dimana mereka melakukan hal tersebut untuk
menutupi kekurangan kebutuhan suplai minyak di negaranya, contohnya NOC
dari negara Cina dan India, atau tidak adanya sumber minyak untuk memenuhi
kebutuhan minyak di negara tersebut seperti Korea Selatan dan Jepang.41
Kepastian akan harga energi yang dapat dijangkau di negara tersebut pun dipenuhi
dengan keberadaan NOC yang mengelola sumber daya energi yang dimiliki oleh
negara. Subsidi energi yang dilakukan oleh negara lewat NOC-nya pun menjamin
ketersediaan energi yang harganya dapat dijangkau walaupun menurut Losman42
efek negatif dari hal tersebut adalah konsumsi energi yang tidak terkontrol.
2.3.2 Politik
Dalam tulisannya “Geopolitical Threats to World Energy Markets,” yang
pada intinya membahas bagaimana ancaman terhadap pasar energi dunia dapat
muncul dari persaingan geopolitik negara-negara besar, Robert Klob
menyinggung bagaimana pertimbangan politik menjadi salah satu dasar negara
memilih menggunakan NOC untuk mewujudkan kepentingan mengamankan
energinya.43 Dalam artikel tersebut, Kolb salah satunya, menunjukkan adanya
kecenderungan pertimbangan mengejar keuntungan-keuntungan ekonomi tidak
lagi menjadi motivasi utama sejumlah NOC. NOC dari Cina dan Rusia misalnya,
melalui pengamatan terhadap sejumlah aktivitas, dapat diduga membawa
kepentingan-kepentingan geopolitik negara masing-masing. Sebagaimana diamati
oleh Kolb, Rusia memiliki kepentingan geopolitik untuk menjaga, ataupun
41 Charles E. Ziegler, “Competing for Markets and Influence: Asian National Oil Companies inEurasia,” 131-134.42 Donald L Losman, “The Rentier State and National Oil Companies: An Economic and PoliticalPerspective,” Middle East Journal, 64, no. 63 (2010)43 Robert W. Kolb, “Geopolitical Threats to World Energy Markets,” The Journal of Social,Political and Economic Studies, 36 no. 2 (2011)
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
21
Universitas Indonesia
mendapatkan kembali, pengaruh terhadap negara-negara tetangga yang dulu
merupakan bagian dari Uni Soviet. Untuk mewujudkan kepentingan tersebut,
Kolb menilai, Rusia mengelola koneksi jalur-jalur pipa minyak dan gas dari
negara-negara tadi untuk dialirkan menuju Rusia sebelum dikirim ke negara-
negara Eropa Barat. Dengan menguasai titik-titik penting jaringan pipa ini, Rusia
mampu memberikan pengaruh besar terhadap negara-negara bekas anggota Uni
Soviet.
Kolb mengelaborasi lebih jauh mengenai nilai geopolitis penguasaan titik-
titik penting dalam jalur pipa minyak dan gas bagi Rusia. Saat ini Rusia
mengoperasikan sistem jaringan pipa minyak dan gas terbesar di dunia.44 Sistem
jaringan pipa ini menghubungkan sistem pengolahan serta sumber-sumber minyak
dan gas milik Rusia sendiri dengan sumber-sumber di negara-negara bekas Uni
Soviet yang sekaligus juga menjadi salah satu konsumen utama minyak dan gas
hasil olahan Rusia: Turkmenistan, Kazakhstan, Azerbaijan, Georgia, Armenia,
Tajikistan, Kyrgyzstan, dan Uzbekistan.45 Dari Rusia kemudian jalur pipa ini
mengalirkan minyak dan gas menuju negara-negara Eropa Timur dan seterusnya
Eropa Barat.46 Jalur pipa yang sangat strategis ini, oleh pemerintah Rusia,
tanggungjawab pengelolaannya diserahkan kepada Gazprom, perusahaan nasional
Rusia –meskipun fokus bisnisnya adalah gas alam, Gazprom memproduksi
minyak bumi dalam jumlah yang cukup besar.
Disini menarik untuk melihat bahasan lain menyangkut kebijakan energi
Rusia, untuk mengedepankan kepentingan nasionalnya melalui aktivitas NOC,
dengan posisi Rusia sebagai salah satu pensuplai energi terbesar dunia. Dalam
44 Ibid., 175.45 Ibid., 175.46 Ibid., 175. Delapan puluh persen gas alam dari Rusia yang menuju Eropa Timur dan Barat harustransit di Ukraina. Saat penulis melakukan penelitian ini, masih terjadi perkembangan politikmengenai apakah Ukraina akan bergabung dengan komunitas ekonomi Eropa atau ikut ambilbagian dalam rencana integrasi ekonomi Eurasia yang diwacanakan Rusia. Dalamperkembangannya, pemeritah Rusia tampak sangat berminat untuk memikat Ukraina agar maubergabung. Diberitakan bahwa pemerintah Rusia menawakan insentif seperti kredit murah, hargamurah untuk gas alam dan keuntungan-keuntungan perdagangan lainnya jika Ukraina bersedia.Sedangkan jika Ukraina menolak dan malah bergabung dengan Uni Eropa, ada wacana bahwapemerintah Rusia akan menjatuhkan sanksi ekonomi dalam bentuk sanksi perdagangan dan hargagas dan minyak bagi Ukraina. Timothy Heritage, “Russia makes new attempt to woo Ukraine, EUwaits in wings,” 12 Desember 2013, Reuters, http://www.reuters.com/article/2013/12/12/us-ukraine-russia-eu-idUSBRE9BB0L420131212, diakses pada 14 Desember 2013, 10.38 WIB.
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
22
Universitas Indonesia
tulisannya, “Russian Oil and Gas Challenges,” Robert Pirog membahas mengenai
tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sektor energi, minyak dan gas Rusia.47
Pada intinya Pirog menunjukkan bahwa dalam sejumlah kesempatan kebijakan
energi Rusia melalui NOC-nya, Gazprom, telah digunakan untuk mengedepankan
kepentingan-kepentingan negara, yang salah satunya adalah perluasan pengaruh di
kawasan. Disebutkan oleh Pirog, “The Russian government has moved to take
control of the country’s energy resources, and to try to use that control to exert its
influence elsewhere.”48 Pada tulisan yang lain, Pirog menyebutkan bahwa NOC
memiliki tujuan-tujuan untuk mendistribusikan kemakmuran (wealth distribution)
kepada masyarakat secara umum, penyediaan lapangan kerja, pembangunan
ekonomi, mewujudkan keamanan energi, serta, mungkin yang paling relevan
disini, sebagai instrumen kebijakan luar negeri.49 NOC misalnya dapat digunakan
untuk menginisiasi kemitraan strategis dengan NOC dari negara lain, yang
kemudian akan berujung pada terciptanya kemitraan strategis antar negara.50
Selain itu, NOC juga dapat mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang bertujuan
untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan luar negeri.51 Hal semacam ini
misalnya terjadi ketika Saudi Aramco meningkatkan produksi minyaknya ketika
Irak menginvasi Kuwait, selain untuk menjaga kestabilan harga minyak dunia
juga untuk menunjukkan posisi politik Saudi Arabia ketika itu.52 Contoh lain
adalah ketika Iran menggunakan ancaman menghentikan suplai minyak dan
menutup Selat Hormuz untuk mewujudkan kepentingan luar negerinya di
kawasan.53 Contoh lainnya adalah ketika Presiden Chavez menggunakan PDVSA
dalam kerangka kebijakan pemberian bantuan ekonomi, proyek energi bersama
dan harga minyak murah untuk memperluas pengaruh Venezuela di Amerika
Latin.54
Hubungan antara aktivitas NOC dan kepentingan-kepentingan geopolitik
juga dibahas oleh Robert Klob dengan melihat perkembangan NOC dari Cina.
47 Robert Pirog, “Russian Oil and Gas Challenges,” dalam The Quarterly Journal, (2007), 82-99.48 Ibid., 88.49 Pirog, The Role of National Oil Companies50 Ibid., 7.51 Ibid., 7.52 Ibid., 8.53 Ibid., 8.54 Ibid., 8.
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
23
Universitas Indonesia
Menurut pengamatan Klob, terdapat kecenderungan aktivitas NOC Cina di Afrika
membawa kepentingan-kepentingan geopolitik Cina di kawasan.
Di Cina, terdapat tiga NOC besar yang masing-masing menguasai sektor
pengelolaan energi yang berbeda: China National Petroleum Corporation (CNPC)
merupakan produsen minyak terbesar di Cina; China Petroleum and Chemical
Corporation (Sinopec) merupakan perusahaan penyulingan terbesar; dan China
National Offshore Oil Corporation (CNOOC) menguasai sektor pelayanan. Ketiga
NOC ini juga menjadi pemilik modal terbesar di sejumlah perusahaan minyak
Cina yang lain.
Minimnya cadangan energi di Cina memaksa NOC Cina untuk
memfokuskan aktivitas bisnisnya di sumber-sumber energi di luar negeri, seperti
di negara-negara Afrika yakni Sudan, Angola, Nigeria, Kongo dan Gabon.55
Pertimbangan ekonomi, yakni untuk menjamin ketersediaan energi bagi Cina
yang ekonominya terus tumbuh secara signifikan, tampaknya memang menjadi
faktor utama pendorong ekspansi NOC Cina. Akan tetapi, menurut pengamatan
Klob, ada kekhawatiran bahwa aktivitas NOC Cina di Afrika membawa
kepentingan-kepentingan geopolitik Cina. Melalui investasi infrastruktur dan
proyek-proyek pembangunan non-energi lain, hubungan yang terjalin antara Cina
dan negara-negara sumber energi di Afrika menjadi tidak sekadar hubungan bisnis
saja. Kekhawatiran sejumlah kalangan adalah bahwa kedekatan hubungan antara
Cina dan rejim-rejim Afrika ini dapat mengganggu aspirasi negara-negara Barat
untuk menanamkan nilai-nilai Barat, seperti demokrasi, di Afrika.
55 Ibid., 170. Terdapat perbedaan antara NOC dari negara pengekspor dengan NOC dari negarapengimpor. NOC yang berasal dari negara pengekspor minyak, seperti Saudi Arabia, Aljazair danIran, umumnya lebih memfokuskan bisninya pada sektor upstream –ekplorasi dan produksi.Dalam pengambilan kebijakan, NOC-NOC ini lebih mengutamakan pertimbangan-pertimbangandomestik. Hal ini berkaitan dengan fakta bahwa NOC di negara pengekspor minyak memilikikesempatan lebih besar untuk menyediakan sumber pendapatan terbesar bagi negara danmenjamin ketersediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat domestik. Sedangkan NOC darinegara pengimpor minyak lebih terdorong untuk berinvestasi dan mencari cadangan minyak diluar negeri. Mereka melakukan hal tersebut untuk menutupi kekurangan kebutuhan suplai minyakdi negaranya, contohnya NOC dari negara Cina dan India, atau tidak adanya sumber minyak untukmemenuhi kebutuhan minya di negara tersebut seperti Korea Selatan dan Jepang. Lihat Charles E.Ziegler, “Competing for Markets and Influence: Asian National Oil Companies in Eurasia” dalamAsian Perspective, 32, no. 1 (2008), 129-163.
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
24
Universitas Indonesia
From the political perspective, Western nongovernmental
organizations have accused China of using its investments to
support some of the more abusive, corrupt, and violent
governments in the world. The poster child for this argument
has been China’s support for the Sudanese government and
its unwillingness to condemn publicly the genocidal practices
of the janjaweed militias operating in Darfur. China’s
repeated contention that it does not get involved in domestic
politics and that its relationships with African governments is
strictly commercial is perceived by many as hollow. Critics
argue that without China’s investments and tacit support,
African governments, such as the Sudan’s, would be forced to
amend their behavior.56
Argumen senada, mengenai bagaimana faktor politik menjadi dasar
pertimbangan negara memilih NOC untuk terlibat aktif dalam industri minyak,
diberikan oleh Coby van der Linde. Bedanya, argumen van der Linde lebih
mengarah kepada kepentingan negara, yang diwujdukan melalui aktivitas NOC,
untuk mengamankan kepentingan-kepentingan politik domestik, terutama
kepentingan mempertahankan rejim kekuasaan.
Dalam publikasinya, The State and International Oil Market, van der
Linde, dengan mengambil titik tolak dari proses nasionalisasi besar-besaran
terhadap perusahaan-perusahaan minyak pada tahun 1973, membahas mengenai
peran pemerintah, khususnya pemerintah di negara-negara berkembang, di sektor
ekonomi, khususnya sektor produksi minyak, dan bagaimana peran negara
tersebut berevolusi dalam sebuah lingkungan ekonomi yang dinamis.57 Temuan
van der Linde sebenarnya lebih menunjukkan bahwa faktor ekonomi memainkan
peran yang lebih besar dalam pengambilan keputusan pemerintah untuk
menggunakan NOC. Akan tetapi, pertimbangan-pertimbaangan ekonomi, hingga
56 Henry Lee dan Dan Shalmon, 2008, dikutip dalam Ibid., 172-173.57 van der Linde, The State and the International Oil Market
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
25
Universitas Indonesia
pada tingkat tertentu, dimanipulasi oleh pemerintah untuk akhirnya digunakan
bagi kelangsungan kekuasaan rejim berkuasa. Van der Linde menyebutkan,
“In order to maintain political support, governments have a strong
incentive to distribute benefits to their supporters, either in direct
transfers in jobs or in jobs at an above-market wage.”58
Nasionalisasi IOC oleh negara juga memungkinkan negara untuk
memaksimalisasi pendapatan dari pajak sekaligus memastikan akses terhadap
informasi-informasi penting yang sebelumnya dikuasai oleh IOC. Informasi-
informasi penting ini mencakup aset-aset yang spesifik menyangkut sumber daya
alam dan manusia, teknologi, investasi, know-how, serta tata kelola internal
terhadap aset-aset tersebut.59 Dengan melakukan nasionalisasi terhadap
perusahaan-perusahaan minyak dan mendirikan NOC, pemerintah memiliki
kesempatan untuk mendapatkan informasi-informasi yang sangat penting dalam
rangka meningkatkan penguasaan negara terhadap sektor minyak.
Selain akses terhadap informasi, negara juga mendapatkan keuntungan
lain dari memiliki NOC. Dengan industri minyak yang membutuhkan sumber
daya manusia cukup besar dikuasai oleh negara, negara memiliki kesempatan
untuk memperluas lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal.60 Selain itu, negara
juga memiliki kesempatan untuk mengekspos perusahaan-perusahaan domestik
yang lebih kecil untuk ikut terlibat dalam garis produksi minyak. Pada akhirnya
keleluasaan pemerintah untuk mengatur strategi bisnis NOC agar dapat lebih
berpihak pada kepentingan-kepentingan ekonomi domestik memperkuat posisi
pemerintah di hadapan konstituen domestiknya.
Bergerak ke literatur selanjutnya, argumen mengenai pentingnya peran
faktor politik dalam mempengaruhi keputusan pemerintah untuk menggunakan
NOC juga dapat ditemukan dalam tulisan Paul Stevens, “National oil companies
and international oil companies in the Middle East: Under the shadow of
58 Ibid., 6.59 Ibid., 97.60 Ibid., 98-99.
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
26
Universitas Indonesia
government and the resource nationalism cycle.”61 Dengan menggunakan lima
kerangka waktu (pra-Perang Dunia II, 1950-an dan 1960-an, 1970-an, 1980-an
dan 2000-an) Stevens membuktikkan argumentasi utamanya bahwa nasionalisme
sumber daya (resource nationalism) merupakan sebuah fenomena siklus. NOC
menjadi bagian penting dalam siklus nasionalisme sumber daya. Kebebasan
manajerial yang dinikmati IOC, serta masalahnya kurang kontrol pemerintah
terhadap aktivitas-aktivitas IOC, memaksa pemerintah untuk mencari alternatif
mekanisme engelolaan sumber daya; NOC.62
Pada titik pembahasan diarahkan terlebih dahulu untuk melihat ragam
definisi mengenai resource nationalism. Menurut laporan PwC63, resource
nationalism digunakan untuk mendeskripsikan hasrat rakyat dari negara dengan
kekayaan sumber daya untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomi yang
lebih besar dari sumber daya nasional yang mereka punya dan resolusi dari
pemerintah mereka untuk memiliki kontrol yang lebih besar di sektor sumber
energi negara tersebut. Definisi tersebut senada dengan definisi oleh Halina Ward
dan Giacomo Luciani.64 Mekanisme kontrol yang digunakan oleh negara untuk
melakukan hal tersebut bervariasi, mulai dari menasionalisasi perusahaan swasta
baik secara penuh ataupun melalui penguasaan kepemilikan secara mayoritas,
optimalisasi aktivitas perusahaan milik negara (dalam minyak, NOC), penyewaan
sumber daya dan juga mekanisme pajak progresif. Menurut David R. Mares,
peneliti dari James Baker Institute, konsep resource nationalism menjelaskan
situasi dimana pemerintah berusaha tegas untuk memperoleh dan melindungi
pasokan energi. Taktik yang digunakan beragam, mulai dari penggunaan praktik
61 Paul Stevens, “National Oil Companies and International Oil Companies,” 5-3062 Ibid., 12.63 Liam Fitzgerald, Resource Nationalism and Multi-Jurisdictional Tax Issues, PwC Publications,http://www.pwc.com/ca/en/mining/publications/pwc-2012-12-13-resource-nationalism-multi-jurisdictional-tax-issues-en.pdf64 Halina Ward, “Resource Nationalism and Sustainable Development,” The International Institutefor Environment and Development Working Paper, Maret 2009, hal. 5; Giacomo Luciani, “GlobalOil Supplies: The Impact of Resource Nationalism and Political Instability,” CEPS WorkingDocument no. 350, Mei 2011, 4-10
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
27
Universitas Indonesia
diplomasi sampai dengan dukungan keuangan untuk memperoleh cadangan
minyak dan gas.65
Michael Solomon menjelaskan bahwa resource nationalism terjadi karena
adanya beberapa dorongan, yaitu doktrin politik mengenai kepemilikan negara
akan sumber daya, persepsi bahwa negara dapat lebih efisien dalam mengalirkan
hasil dari pengelolaan sumber daya terhadap pertumbuhan pembangunan secara
langsung, dan kebutuhan politik pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja
dan menyerap tenaga kerja di negara tersebut.66
Intervensi negara seringkali dilakukan dan untuk intervensi negara di
sektor energi sangat berkaitan terhadap konsep resource nationalism. Intervensi
negara dilakukan dengan alasan kebutuhan peningkatan efisiensi dikarenakan
sektor swasta dianggap gagal atau kurang dalam mengelola sumber daya yang
ada. Pada saat efisiensi tidak menjadi isu, intervensi negara pun sangat mungkin
dilakukan oleh pemerintah dengan persepsi bahwa perusahaan energi swasta tidak
memberikan bagian yang adil bagi negara juga menjadi alasan mengapa intervensi
negara dilakukan. Hal ini seringkali terjadi karena terjadi kesenjangan
pendapatan. Dalam kasus ini, intervensi menjadi politis dibandingkan motivasi
ekonomi.67
Kembali pada tulisan Stevens. Menurut pengamatan Stevens, terdapat
sejumlah faktor politik yang mempengaruhi pembentukan NOC. Pertama, terdapat
argumen-argumen ideologis yang berakar dari pemikiran “sosialis.”68
“Sosialisme” berpikiran bahwa negara harus menguasai sektor-sektor terpenting
dalam kegiatan ekonomi, atau apa yang disebut sebagai “commanding height”;
oleh karena itu minyak menjadi target penting bagi kepemilikan dan kontrol
pemerintah.69 Pendapat ini didukung oleh penelitian-penelitian lain, diantaranya
65 David R. Mares, “Resource Nationalism and Energy Security in Latin America: Implications forGlobal Oil Supplies,” James A Baker III Institute for Public Policy, Rice University, WorkingPaper, Januari 2010, http://weber.ucsd.edu/~dmares/MaresResourceNationalismWorkPaper.pdf66 Michael Solomon, The Rise of Resource Nationalism: A Resurgence of State Control in an Eraof Free Markets or the Legitimate Search for a New Equilibrium? (Cape Town: Southern AfricanInstitute of Mining and Metallurgy 2012) 22-2767 Ibid.68 Ibid.,12.69 Ibid.,12.
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
28
Universitas Indonesia
tulisan Henri Madelin yang salah satu temuannya adalah bahwa sejumlah negara,
yang mengklaim dirinya sebagai negara sosialis, mewujudkan sosialisme tersebut
melalui NOC. “Algeria envisages achieving socialism through Sonatrach.”70
Kedua, NOC dilihat sebagai jalan untuk melindungi kedaulatan dan
nasionalisme ekonomi.71 Dengan kata lain, pembentukan NOC dapat dilihat
sebagai sebuah reaksi nasional terhadap pengaruh yang terlalu besar yang
dinikmati oleh sejumlah perusahaan-perusahaan besar yang, dengan pengaruh
tersebut, dapat mengancam kedaulatan negara.72 Nasionalisasi sumber daya, yang
dipicu oleh adanya “permanent sovereignty over natural resources,” kemudian
mengharuskan pemerintah untuk membentuk entitas tertentu untuk mengambil
alih operasi di sektor minyak.73 Pada tulisan yang lain, Olorunfemi menyebutkan,
“The formation of most NOCs was prompted by the desire of oil-
producing countries to exercise their sovereign rights over their
national strategis and desirable hydrocarbon resources. This is
resource nationalism. In some cases, the exercise was
accomplished by outright nationalization, while, in others, it was a
gradual process of acquiring increasing interests in the operations
of foreign oil compnaies.”74
Faktor ketiga yang mendorong pembentukan NOC, menurut pengamatan
Stevens, adalah kebutuhan untuk memperkuat rasa kebanggaan nasional dan rasa
kemerdekaan (national pride and a sense of independence).75 Kasus semacam ini
misalnya terjadi di Kanada. Dengan Kanada sebelumnya seringkali dicap sebagai
negara bagian terakhir AS, pewujudan kebanggaan nasional diklaim menjadi salah
satu alasan utama pembentukan Petro-Canada.76 Di negara-negara berkembang,
70 Henri Madelin, Oil and Politics, (London: Saxon House/Lexington Books, 1974), 128.71 Stevens, “National Oil Companies and International Oil Companies in The Middle East: UnderThe Shadow of Government and The Resource Nationalism Cycle,” 12-13.72 Madelin,Oil and Politics,140.73 Ibid., hal. 13, lihat juga MA Mughraby, Permanent Sovereignty over Oil Resources, (Beirut:Middle East Economic Research and Publishing Centre, 1966).74 Michael Olorunfemi, “The Dynamics of National Oil Companies,” OPEC Review, 15 No. 4(Desember 1991) 321.75 Stevens, “National Oil Companies and International Oil Companies,” 13.76 Ibid., 13.
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
29
Universitas Indonesia
NOC dianggap sebagai salah satu simbol kemerdekaan pasca-kolonialisme.77
Terakhir, penyediaan dukungan terhadap patronase politik juga dapat menjadi
motif pembentukan NOC.78
NOC juga dapat berperan sebagai apa yang disebut “flag carrier.” Dalam
tulisannya, “The Rentier State And National Oil Companies: An Economic And
Political Perspective,” Donald Losman menyebutkan NOC lebih dari sekedar
organisasi bisnis yang mengejar keuntungan ekonomi. “They are symbols of the
state, of its national prowess and national dignity.”79
Selanjutnya menurut Griffin dan Steele, negara melihat kemudahan
melakukan implementasi kebijakan energi dan juga perlindungan lingkungan
dengan menggunakan NOC.80 Dengan kepemilikan dan beroperasinya NOC pun
negara dapat memperluas sasaran perusahaan untuk memenuhi tujuan sosial
politik seperti penggunaan subsidi dan sebagainya.Griffin dan Steele pun
menambahkan, keuntungan dari industri minyak dapat dengan mudah di audit
oleh otoritas keuangan negara untuk pemaksimalan kepentingan rakyat, hal
tersebut terjadi karena NOC dimiliki oleh negara, berbeda dengan IOC yang
dimiliki oleh swasta.81
77 Ibid.,1378 RM Auty, dikutip dalam Ibid., 1379 Losman, “The Rentier State And National Oil Companies: An Economic And PoliticalPerspective,” 43680 Griffin dan Steele, Energy Economics and Policy, 28381 Ibid.
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
30 Universitas Indonesia
BAB 3
KESIMPULAN
Minyak bumi merupakan komoditas strategis, bukan komoditas biasa
dimana minyak bumi secara sejarah memiliki peran sangat penting bagi strategi
nasional dan politik internasional. Minyak bumi merupakan salah satu sumber
utama kekuatan dilihat dari kerangka ekonomi politik internasional. Perubahan-
perubahan yang berkaitan dengan minyak bumi seperti pemain-pemain utama
dalam perdagangan minyak dunia akan berdampak pada hubungan internasional.
NOC dengan penguasaan 90% cadangan minyak dunia dan 75% produksi
minyak dunia tidak dapat dipungkiri menjadi pemain utama dalam sektor minyak
bumi. NOC secara mayoritas dimiliki dan dikontrol oleh negara. NOC memiliki
tugas mengelola sektor energi terutama minyak dan gas. Negara memiliki
kepentingan dengan pembentukan NOC dikarenakan NOC menjadi tangan negara
dalam mengelola komoditas strategis dunia yaitu minyak bumi.
Dalam ilmu hubungan internasional, menurut Morgenthau, kepentingan
negara didefinisikan dalam pengertian power. Power yang dimaksud disini adalah
power dalam pengertian kontrol akan pikiran dan tindakan dari pihak lain.1
Negara melalui pembentukan NOC pun dapat dilihat sebagai kontestasi negara
dalam meraih power. Kepentingan negara dalam NOC menurut literatur-literatur
yang ditemukan oleh penulis dapat dibagi menjadi kepentingan ekonomi dan
kepentingan politik, dimana kepentingan-kepentingan tersebut dapat dicapai oleh
negara melalui pembentukan NOC. Kepentingan ekonomi dan politik bagi negara
yang dicapai oleh negara bermacam-macam, menurut para ahli dilihat dari sisi
yang berbeda-beda. Kepentingan-kepentingan negara yang dicapai oleh negara
melalui penggunaan NOC menurut literatur-literatur yang ada pun dilihat penulis
memiliki benang merah sehingga jelas terlihat bagaimana NOC menjadi pilihan
negara untuk mengelola sektor energi negara, dimana sektor energi dengan
1 Hans J. Morgenthau, Politics among Nations (New York: Alfred A. Knopf, 1948), 8
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
31
Universitas Indonesia
sumber daya natural yang dimiliki negara merupakan sumber power bagi negara
dalam ilmu hubungan internasional.2
Diagram 3.1 Kepentingan Negara Melalui NOC
Dengan berkembangnya NOC dan temuan kepentingan-kepentingan
negara tersebut menurut literatur yang ada dapat dilihat bahwa negara masih
menjadi aktor terpenting dalam Hubungan Internasional. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasrat negara dalam mengelola dan mengontrol secara penuh sumber daya
yang ia miliki. Negara secara jelas terlihat enggan dalam melepaskan
kekuasaannya terutama dalam menguasai komoditas strategis seperti minyak
bumi.
2 Ibid, 82
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
32
Universitas Indonesia
Hal menarik yang bisa ditelaah dari tulisan-tulisan literatur yang ada
mengenai kepentingan negara dalam NOC adalah bagaimana negara dalam
mengamankan kepentingannya dapat menggunakan alat yaitu NOC yang
berbentuk perusahaan tetapi dimiliki secara mayoritas oleh negara.
Refleksi terhadap Indonesia yang memiliki NOC yaitu Pertamina, dimana
Pertamina dibentuk oleh Indonesia sebagai bentuk dari realisasi UUD 1945 Pasal
33 ayat (3) yang mengamanatkan “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat”. Undang-undang tersebut pada dasarnya telah
mencerminkan konsep resource nationalism, penguasaan sumber daya secara
penuh oleh negara.. Indonesia pun pada awalnya mendapatkan keuntungan yang
sangat besar melalui pengelolaan sektor energi melalui NOC-nya, dimana
Pertamina juga diberikan kewenangan yang tidak sedikit melalui UU No 8 Tahun
1971, dimana Pertamina berperan sebagai pemegang kuasa pertambangan dan
Pertamina pun pada akhirnya mampu menempatkan dirinya sebagai andalan
pendapatan negara. UU No 8 Tahun 1971 yang khusus mengatur tentang
Pertamina pun dibentuk disebabkan oleh posisi strategis dan vital dalam
mengelola sumber daya alam yang berpengaruh terhadap hajat hidup orang
banyak.3
Hal tersebut berubah pada tahun 2001, dimana pasca reformasi membawa
perubahan terhadap pengelolaan Indonesia terhadap sektor migas. UU No 22
Tahun 2001 dibentuk dengan dampak perubahan struktur industri migas yang
sebelumnya terintegrasi vertikal (didominasi oleh Pertamina) menjadi struktur
yang terpecah-pecah dan liberalisasi industri migas. Hal tersebut dimaksudkan
untuk menciptakan kegiatan migas yang mandiri, transparan, berdaya saing,
berwawasan pelestarian lingkungan, serta mendorong perkembangan potensi dan
peranan nasional. Kenyataan yang terjadi adalah produksi migas Indonesia turun,
bahkan sejak taun 2004 Indonesia telah berubah menjadi negara net oil importer.
3 Hadi Daryono dkk, Dari Pangkalan Brandan Migas Indonesia Mendunia: Transformasi ke NonMigas di Pangkalan Brandan Suatu Keniscayaan (Jakarta: Petrominer 2013), 98-102
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
33
Universitas Indonesia
Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia memutuskan keluar dari
OPEC pada tahun 2008.4
Merujuk kepada literatur-literatur yang ditemukan oleh penulis dalam
kajian ini, negara yang memiliki sumber daya semestinya memiliki satu NOC
yang kuat dan memiliki keunggulan, terutama dalam penguasaan dan pengelolaan
sektor energi. Indonesia mendorong dan memposisikan Pertamina sebagai NOC
yang unggul dengan UU No 8 Tahun 1971, tetapi keadaan tersebut berubah
seiring dengan berlakunya UU No 22 Tahun 2001, dimana kondisinya Pertamina
menjadi bermain dalam satu level yang sama dengan IOC yang beroperasi di
Indonesia.
Penulis melalui kajian literatur ini melihat dan membandingkan kondisi
Pertamina dengan NOC lain yang ada di dunia merekomendasikan penguatan
Pertamina oleh pemerintah untuk memberikan keistimewaan yang lebih, sehingga
sektor energi di Indonesia dapat memberikan keuntungan yang lebih bagi negara
dan hajat hidup masyarakat Indonesia.
4 Ibid, 192
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
_____. “Higlights,” International Energy Outlook 2013, 25 Juli 2013, U.S. EnergyInformation Administration,http://www.eia.gov/forecasts/ieo/more_highlights.cfm. 2 Desember 2013,01.12 WIB.
_____. “Russia makes new attempt to woo Ukraine, EU waits in wings,” 12Desember 2013, Reuters, http://www.reuters.com/article/2013/12/12/us-ukraine-russia-eu-idUSBRE9BB0L420131212, diakses pada 14 Desember2013, 10.38 WIB.
Andrews, CJ. “Energy Security as a Rationale for Governmental Action.”Technology and Society Magazine IEEE, Vol. 24 No. 2. 16-25
Bohi, R Douglas, Michael Toman, dan Margaret Walls. The Economics of EnergySecurity. Boston: Kluwer Academic Publishers, 1996
Chen, Matthew E. dan Amy Myers Jaffe. “Energy Security: Meeting the GrowingChallenge of National Oil Companies.” The Whitehead Journal ofDiplomacy and International Relations Vol. 8 No.2 (Summer/Fall 2007).9-21
Daryono, Hadi. Dari Pangkalan Brandan Migas Indonesia Mendunia:Transformasi ke Non Migas di Pangakalan Brandan Suatu Keniscayaan.Jakarta: Petrominer, 2013
Fee, D. Petroleum Exploitation Strategy. London/New York: Belhaven Press,1988
Fitzgerald, Liam. Resource Nationalism and Multi-Jurisdictional Tax Issues,PwC Publications, http://www.pwc.com/ca/en/mining/publications/pwc-2012-12-13-resource-nationalism-multi-jurisdictional-tax-issues-en.pdf
Grayson, Leslie. National Oil Companies. Chicester: John Wiley and Sons, 1981
Griffin, J.M. dan H.B. Steele. Energy Economics and Policy. New York:Academic Press 1980
Hirschman, Albert. Essays in Trespassing: Economics to Politics and Beyond.Cambridge: Cambridge University Press, 1981
Kemp, Alexander G, “Petroleum Policy Issues in Developing Countries.” EnergyPolicy Vol. 20 No. 2 (Februari 1992). 104-115
Kolb, Robert W. “Geopolitical Threats to World Energy Markets.” The Journalof Social, Political and Economic Studies, Vol. 36 No. 2 (Summer 2011).154-196
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
Losman, Donald L. “The Rentier State and National Oil Companies: AnEconomic and Political Perspective.” Middle East Journal, Vol. 64, No.63 (Summer 2010). 427-445
Luciani, Giacomo. “Global Oil Supplies: The Impact of Resource Nationalismand Political Instability.” CEPS Working Document No. 350, Mei 2011
Madelin, Henri. Oil and Politics. London: Saxon House/Lexington Books, 1974
Marcel, Valerie. Oil Titans: National Oil Companies in the Middle East.Washington DC: Brookings Institution Press, 2006
Marcel, Valerie. States of Play,http://www.foreignpolicy.com/articles/2009/08/17/states_of_play, 8Desember 2013, 21.44 WIB
Mares, David R. “Resource Nationalism and Energy Security in Latin America:Implications for Global Oil Supplies.” James A Baker III Institute forPublic Policy, Rice University, Working Paper, Januari 2010,http://weber.ucsd.edu/~dmares/MaresResourceNationalismWorkPaper.pdf
Maugeri, Leonardo. The Age of Oil: The Mythology, History, and Future of theWorld’s Most Controversial Resource. Westport: Praeger, 2006
Morgenthau, Hans J. Politics among Nations. New York: Alfred A. Knopf, 1948
Mughraby, MA. Permanent Sovereignty over Oil Resources. Beirut: Middle EastEconomic Research and Publishing Centre, 1966
Nore, P. “The Transfer of Technology: The Norwegian Case.” New PolicyImperatives for Energy Producers. Boulder, CO: International Centre ofEnergy and Economic Development, 1980
Olorunfemi, Michael. “The Dynamics of National Oil Companies.” OPECReview, Vol. 15 No. 4 (Desember 1991)
Palazuelos, Enrique. “Current oil (dis)order: players, scenarios, and mechanisms.”Review of International Studies, Vol. 38 Issue. 2 (2012), hal. 301-319
Philip, George. Oil and Politics in Latin America: Nationalist Movements andState Companies. Cambridge: Cambridge University Press, 1982
Pirog, Robert. “Russian Oil and Gas Challenges.” The Quarterly Journal. Fall2007. 82-99.
Pirog, Robert. The Role of National Oil Companies in the International OilMarket. Washington DC: Congressional Research Service 2007
Randall, Laura. The Political Economy of Venezuelan Oil. New York: Praeger,1987
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
Solomon, Michael. The Rise of Resource Nationalism: A Resurgence of StateControl in an Era of Free Markets or the Legitimate Search for a NewEquilibrium?. Cape Town: Southern African Institute of Mining andMetallurgy 2012
Stevens, Paul. “National Oil Companies and International Oil Companies in TheMiddle East: Under The Shadow of Government and The ResourceNationalism Cycle.” Journal of World Energy Law & Business, Vol. 1 No.1 (2008). 5-30
Tordo, Silvana, Brandon S. Tracy dan Noora Arfaa. “National Oil Companies andValue Creation”. World Bank Working Paper No. 218, 2011.
United Nations Centre for Natural Resource, Energy, and Transport. StatePetroleum Enterprises in Developing Countries (New York: PergamonPress, 1980)
Van der Linde, Coby. The State and the International Oil Market: Competitionand the Changing Ownership of Crude Oil Assets. New York: SpringerScience+Business Media, 2000
Ward, Halina. “Resource Nationalism and Sustainable Development.” TheInternational Institute for Environment and Development, Maret 2009
Wolf, Christian. “Does Ownership Matter? The Performance and Efficiency ofState Oil vs Private Oil.” Energy Policy, Vol. 37 No. 7 (Juli 2009). 2642-2652
Yergin, Daniel. The Prize: The Epic Quest for Oil, Money and Power. New York:Simon & Schuster, 1991
Yergin, Daniel. “Energy Security in 1990’s.” Journal of Foreign Affairs, Vol. 67No. 1 (1988)
Ziegler, Charles E. “Competing for Markets and Influence: Asian National OilCompanies in Eurasia.” Asian Perspective, Vol. 32 No. 1 (2008). 129-163
Kepentingan negara ..., Fadhil Muhammad Ar Ridha, FISIP UI, 2014