kependudukan dan keluarga berencana ... · web viewdengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan...

71
KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

Upload: ngoque

Post on 06-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

Page 2: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka
Page 3: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

BAB XIX

KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

A. PENDAHULUAN

Jumlah penduduk yang besar, tingkat pertumbuhannya yang masih tinggi, dan penyebaran antar daerah yang kurang seim-bang merupakan ciri penduduk Indonesia dan merupakan masalah pokok di bidang kependudukan. Keadaan penduduk yang demikian ini telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kese-jahteraan rakyat dan pada akhirnya dapat memperlambat terca-painya tujuan pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyara-kat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Semakin ting-gi tingkat pertumbuhan penduduk, semakin besar usaha yang di-perlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan taraf kesejah-teraan rakyat tertentu dan semakin besar pula usaha yang di-perlukan untuk mencapai tingkat pemerataan kesejahteraan rak-yat.

Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat kematian penduduk. Hal ini selanjutnya mengakibatkan proporsi penduduk dengan usia muda yang besar, sehingga kelompok penduduk yang secara langsung ikut dalam proses produksi harus memikul be-ban yang relatif lebih berat untuk melayani kebutuhan pendu-duk yang belum termasuk dalam kelompok usia kerja. Makin be-sarnya jumlah penduduk usia muda mengakibatkan juga pening-katan kebutuhan pendidikan, penyediaan lapangan kerja dan kebutuhan-kebutuhan lain untuk menunjang kesejahteraan pendu-duk.

Penyebaran penduduk antar daerah yang kurang seimbang ju-ga menimbulkan masalah pemanfaatan sumber alam dan sumber daya manusia bagi pembangunan. Di daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, timbul tekanan yang besar bagi tanah, hutan dan air serta sumber-sumber alam lainnya di samping menyempitnya ke-sempatan bagi penduduk untuk memakai sumber-sumber alam ter-sebut. Sementara itu, sumber-sumber alam di daerah jarang penduduk masih belum termanfaatkan sepenuhnya. Keadaan ini merupakan kendala bagi pencapaian tujuan pemerataan kesejah-teraan rakyat antar daerah.

XIX/3

Page 4: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

B. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

1. Kependudukan

Kebijaksanaan dan langkah-langkah dalam bidang kependu-dukan dan keluarga berencana sejak Repelita I merupakan bagi-an dari serangkaian langkah-langkah jangka panjang dalam pe-ngendalian pertumbuhan penduduk dan merupakan pula bagian terpadu dari usaha pembangunan lainnya. Dengan demikian, di-harapkan tercapai keseimbangan yang baik antara jumlah dan kecepatan pertumbuhan penduduk dengan perkembangan sosial ekonomi. Dalam hubungan ini maka usaha-usaha operasional di-bidang kependudukan dijabarkan kedalam berbagai sasaran kuan-titatif dan kualitatif untuk menurunkan tingkat kelahiran dan kematian, memperpanjang tingkat harapan hidup, dan menyerasi-kan penyebaran penduduk dan tenaga kerja. Kebijaksanaan ke-pendudukan juga diarahkan untuk menunjang tarap hidup, kese-jahteraan dan kecerdasan bangsa serta tujuan-tujuan pembangun-an lainnya.

Usaha menurunkan tingkat kelahiran dilaksanakan melalui penyebarluasan dan penyediaan sarana-sarana keluarga beren-cana serta usaha meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek keluarga berencana. Di samping itu diusahakan juga berbagai kegiatan yang mendorong para keluarga untuk melaksanakan nor-ma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Usaha menurunkan tingkat kematian terutama tingkat kema-tian bayi dan anak-anak dilaksanakan melalui berbagai upaya di bidang kesehatan, pangan dan gizi, pendidikan, perumahan dan penyediaan air bersih dan lain-lain. Penurunan tingkat kematian ini akan membawa dampak terhadap perpanjangan harap-an hidup penduduk.

Penyebaran penduduk dan tenaga kerja yang lebih seimbang dan serasi dilaksanakan melalui berbagai usaha di bidang transmigrasi, pembangunan daerah, pembangunan desa dan kota, pembangunan prasarana perhubungan dan jasa angkutan, dan pe-nyebaran kegiatan pembangunan antar daerah. Pembangunan per-kotaan diarahkan agar arus perpindahan penduduk tidak tertuju kepada kota-kota besar tertentu saja tetapi juga kepada ber-bagai kota kecil.

Dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan memanfaatkan jumlah penduduk yang besar sebagai potensi bangsa telah di-tingkatkan usaha-usaha pembinaan, pengembangan dan pemanfaat-

XIX/4

Page 5: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

an potensi sumber daya manusia dengan meningkatkan pembangun-an di berbagai sektor. Hal ini dilaksanakan dengan mengutama-kan pembangunan yang dapat meningkatkan perluasan lapangan kerja, meningkatkan pengadaan pangan dan mutu gizi, memper-luas fasilitas dan memperbaiki mutu pendidikan dan latihan kerja serta meningkatkan pelayanan kesehatan.

Dengan demikian arah dan sasaran kebijaksanaan kependu-dukan dalam jangka panjang juga meliputi usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas penduduk baik kualitas fisik maupun non-fisik. Kualitas kependudukan perlu dikembangkan supaya penduduk Indonesia memiliki ketangguhan menanggapi dampak pem- bangunan terhadap lingkungan sosial-budaya serta memanfaatkan perkembangan-perkembangan yang menguntungkan bagi pembangunan.

2. Keluarga Berencana

Pembangunan dan perbaikan keadaan sosial-ekonomi penduduk akan juga mengakibatkan penurunan tingkat kelahiran. Namun, pengalaman selama ini menunjukkan bahwa pembangunan sosial-ekonomi mempunyai dampak yang sangat lambat terhadap penurun-an tingkat kelahiran. Mengingat hal tersebut dan juga mengi-ngat rawannya masalah kependudukan di Indonesia maka diperlu-kan usaha-usaha yang dapat menurunkan tingkat kelahiran seca-ra langsung dan lebih cepat. Usaha tersebut dilaksanakan me-lalui program keluarga berencana.

Dalam Repelita I, program keluarga berencana ditujukan untuk mengurangi kecepatan pertumbuhan penduduk dan sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak khususnya dan keluarga pada umumnya. Oleh karena itu, program keluarga be-rencana merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang lebih luas dan dilaksanakan di daerah-daerah padat penduduk yaitu Jawa dan Bali. Dalam perkembangan selanjutnya, program keluar- ga berencana ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak dengan mengatur kelahiran. Selanjutnya, sejak Repelita III, tujuan program keluarga berencana lebih diper-tajam lagi yaitu mewujudkan keluarga bahagia yang menjadi da-sar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengen-dalikan kelahiran dalam rangka menjamin terkendalinya pertum-buhan penduduk.

Jangkauan program keluarga berencana ke seluruh Indonesia dilakukan setahap demi setahap. Dalam Repelita I, program ini hanya dilaksanakan di Jawa-Bali yang sangat padat penduduk-nya. Dalam Repelita II, jangkauan program diperluas dengan

XIX/5

Page 6: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

10 propinsi lain yaitu : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Selanjutnya, dalam Repelita III seluruh propinsi ter-masuk Timor Timur telah diliput program keluarga berencana.

Pada tahun-tahun awal pelaksanaan program, pendekatan pe-layanan keluarga berencana masih berpusat pada klinik-klinik dan rumah-rumah sakit. Dengan makin disadari pentingnya Ke-luarga Berencana bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga, mulai digalakkan keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan program. Sementara itu, pelaksanaan program yang berorientasi pada pendekatan wilayah secara taktis lebih dikembangkan. Ar-tinya, kegiatan-kegiatan yang dilakukan tidak disamaratakan di setiap daerah tetapi setiap wilayah ditanggulangi sendiri-sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi daerah yang ber-sangkutan. Daerah yang peserta keluarga berencananya banyak menggunakan kontrasepai pil dan metode sederhana lainnya di-arahkan untuk memilih spiral atau IUD yang lebih murah dan telah diketahui mempunyai daya lindung yang lebih efektif. Dalam rangka peningkatan penggunaan metode yang lebih efek-tif, digalakkan kegiatan pelayanan bersama masyarakat.

Guna menjamin kelestarian pemakaian alat kontrasepsi, di-laksanakan pula program-program integrasi seperti paket gizi sederhana. Dengan program ini diharapkan wanita yang sedang hamil atau mempunyai anak balita akan mendapatkan pelayanan kesehatan dan gizi sehingga mereka mempunyai anak yang lebih sehat dan selanjutnya mengurangi motivasi untuk mempunyai anak lagi. Di samping itu, di daerah yang sudah membentuk ke-lompok peserta Keluarga Berencana telah dikembangkan usaha untuk meningkatkan pendapatan mereka dengan memberi modal untuk melakukan usaha bersama yang produktif.

Usaha untuk menyadarkan masyarakat terutama mereka yang belum memasuki usia subur mengenai masalah kependudukan dan keluarga berencana juga telah dilakukan melalui pendidikan kependudukan. Usaha ini mulai dirintis sejak Repelita II dan diharapkan dapat menjadi satu kesatuan dengan sistem pendi-dikan nasional baik melalui sekolah maupun luar sekolah.

Dalam Repelita IV, jangkauan program keluarga berencana lebih dipertajam lagi tidak hanya melihat letak geografis te-tapi juga ciri-ciri daerah maupun peserta keluarga berencana, misalnya umur, pendidikan, pekerjaan dan lain sebagainya. De-ngan demikian, jangkauan program akan dapat mencakup seluruh

XIX/6

Page 7: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

lapisan masyarakat. Secara kualitatif, program keluarga be-rencana diarahkan pada usaha mempercepat pelembagaan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dengan ja-lan meningkatkan mutu pengelolaan, pelayanan dan pengayoman serta mengembangkan proses alih peran program dan menjadikan program keluarga berencana sebagai bagian yang tak terpisah-kan dari kegiatan masyarakat itu sendiri. Di lain pihak, se-cara kuantitatif, program keluarga berencana diarahkan untuk membantu tercapainya sasaran penurunan tingkat kelahiran da-lam jangka panjang, yaitu penurunan sebesar 50% dari tingkat kelahiran pada tahun 1971.

C. PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN

1. Pertumbuhan Penduduk, Kelahiran dan Kematian

Dalam kurun waktu tiga Repelita telah dilaksanakan usaha pengumpulan data kependudukan yaitu Sensus Penduduk yang di-laksanakan pada tahun 1971 dan tahun 1980, dan survai Pendu-duk Antar Sensus (SUPAS) yang dilaksanakan pada tahun 1976. Survai semacam ini akan dilaksanakan lagi pada tahun 1985 yang merupakan pertengahan antara Sensus Penduduk tahun 1980 dan 1990. Sebagai hasil dari kedua Sensus dan Survai terse-but, data kependudukan tidak hanya semakin banyak ragam dan jumlahnya tetapi juga dapat lebih dimantapkan kualitasnya. Salah satu kegunaan daripada data kependudukan tersebut ada-lah untuk memantapkan perhitungan proyeksi jumlah penduduk.

Berdasarkan ketiga sumber data kependudukan tersebut dan hasil Sensus Penduduk 1961, penduduk Indonesia pada tahun 1978 dan 1983 diperkirakan berjumlah 141,4 juta dan 158,1 ju-ta orang. Selama Repelita III jumlah penduduk telah meningkat dengan 16,7 juta orang atau sekitar 2,2% per tahun. Pada ta-hun 1984 penduduk Indonesia diperkirakan berjumlah 161,6 juta orang.

Menurut proyeksi penduduk Repelita III, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1978 adalah 136,6 juta dan pada tahun 1983 adalah 150,9 juta, yaitu meningkat dengan 14,3 juta atau 2,0% per tahun. Pertumbuhan penduduk selama Repelita III yang ternyata di atas perkiraan semula (proyeksi) disebabkan ada-nya perbedaan dampak berbagai kegiatan pembangunan terhadap sasaran-sasaran kependudukan dan keluarga berencana, terutama kematian dan kelahiran. Berbagai usaha pembangunan, khususnya di bidang kesehatan, ternyata telah berhasil menurunkan ting-

XIX/7

Page 8: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

kat kematian dengan laju yang lebih cepat daripada yang di-alami dalam penurunan tingkat kelahiran. Dengan kenyataan pengalaman ini, usaha menurunkan tingkat kelahiran secara langsung, melalui keluarga berencana, perlu ditingkatkan lagi di masa-masa yang akan datang.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1971 dan 1980, diperki-rakan telah terjadi penurunan tingkat kematian bayi sekitar 23% selama 10 tahun atau 2,6% per tahun. Pada akhir Repelita III tingkat kematian bayi adalah sebesar 9 0 , 3 per seribu bayi yang dilahirkan hidup, sehingga diperkirakan angka ha-rapan hidup pada saat kelahiran untuk penduduk Indonesia ada-lah 56 tahun.

Walaupun tingkat kematian, terutama kematian bayi, telah mengalami penurunan yang cukup cepat, dirasakan bahwa tingkat kematian di Indonesia masih cukup tinggi. Untuk tujuan itu, usaha perbaikan derajat kesehatan dan gizi penduduk masih te-rus ditingkatkan karena keadaan kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat kematian bayi dan anak. Di samping itu, perbaikan tingkat kesejahteraan pendu-duk juga akan membantu usaha penurunan tingkat kematian ter-sebut.

Selama periode 1967-70 tingkat kelahiran adalah sebesar 5.605 per seribu wanita berumur 15 - 49 tahun. Angka ini te-lah turun menjadi 4.680 pada periode 1976-79. Dengan demi-kian telah terjadi penurunan angka kelahiran sebesar 16,5% selama kurang lebih sembilan tahun atau rata-rata penurunan sebesar 1,86% per tahunnya. Dengan memperhatikan tingkat so-sial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka kelahiran tersebut di-rasa cukup tinggi. Walaupun demikian, karena tingkat kematian juga turun secara cepat dan tingkat kelahiran juga masih tinggi, masih diperlukan usaha untuk terus meningkatkan kece-patan penurunan angka kelahiran di Indonesia. Di samping pro-gram keluarga berencana, program kependudukan, usaha pening-katan kesejahteraan penduduk diharapkan akan dapat mendukung usaha tersebut.

Dalam pada itu, terlihat pula adanya perbedaan penurunan tingkat kelahiran antar daerah. Jawa Timur dan Yogyakarta yang telah melaksanakan program keluarga berencana sejak ta-hun 1970 mengalami penurunan tingkat kelahiran tercepat yaitu sekitar 3% per tahun, sedangkan Nusa Tenggara Barat mempunyai penurunan terendah yaitu sekitar 2% per tahun.

XIX/8

Page 9: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

Angka kelahiran menunjukkan jumlah anak yang dilahirkan oleh penduduk wanita. Dengan adanya penurunan tingkat kela-hiran, maka angka kelahiran kasar akan mengalami penurunan. Dalam tahun 1967-70, angka kelahiran kasar adalah 43,77 per seribu penduduk. Pada tahun 1971-75 angka tersebut turun men-jadi 40,18 dan pada tahun 1983 menurun lagi menjadi 33,46. Dengan demikian telah terjadi penurunan angka kelahiran kasar sebesar 23,55% selama kurang lebih lima belas tahun atau se-kitar 1,6% per tahun.

Penurunan angka-angka kelahiran ini merupakan dampak usa-ha pembangunan di berbagai bidang seperti perbaikan tingkat pendidikan, perbaikan keadaan kesehatan, kenaikan umur perka-winan, kesertaan dalam program keluarga berencana dan seba-gainya.

2. Penundaan umur perkawinan

Umur perkawinan, khususnya bagi wanita, merupakan ciri kependudukan yang mempunyai pengaruh langsung terhadap ting-kat kelahiran. Oleh karena itu, usaha untuk menurunkan ting-kat kelahiran perlu pula didukung oleh usaha untuk menaikkan umur perkawinan. Undang-undang Perkawinan Tahun 1974 telah memberikan ketentuan umur minimum perkawinan bagi laki-laki 19 tahun sedangkan untuk wanita 16 tahun.

Pada tahun 1976 terdapat 35,2% dari wanita Indonesia yang pernah kawin/melangsungkan perkawinannya sebelum umur 16 ta-hun. Persentase tersebut turun menjadi 32,1% pada tahun 1980. Hal ini menunjukkan bahwa selama empat tahun tersebut telah terjadi kecenderungan untuk menunda umur perkawinan bagi wa-nita. Gejala penundaan umur perkawinan bagi wanita ini dise-babkan antara lain oleh makin luasnya kesempatan bersekolah. Dengan kebijaksanaan wajib belajar di bidang pendidikan pada Repelita IV, diharapkan umur perkawinan meningkat lebih cepat lagi.

Walaupun telah terjadi kecenderungan peningkatan umur perkawinan diantara wanita di Indonesia, keadaan pada tahun 1980 masih menunjukkan bahwa 35% dari wanita berumur kurang dari 20 tahun telah melangsungkan perkawinannya sebelum umur 16 tahun. Oleh karena itu, melalui program kependudukan dan keluarga berencana telah ditumbuhkan dan digalakkan motivasi untuk tidak melangsungkan perkawinan pada usia terlalu muda. Wanita dimotivasi untuk melangsungkan perkawinan pada umur sesudah 20 tahun sedangkan laki-laki 25 tahun. Penundaan umur

XIX/9

Page 10: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

perkawinan ini tidak hanya berguna bagi penurunan tingkat ke-lahiran di Indonesia tetapi lebih penting lagi bagi kesehatan dan keselamatan ibu dan anak.

3. Peningkatan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam mempengaruhi sikap untuk mendukung usaha-usaha di bidang ke-pendudukan dan keluarga berencana. Makin tinggi pendidikan penduduk makin tinggi kesediaan mereka menerima tatanan hidup baru dan hal ini mendorong penurunan tingkat kelahiran.

Usaha peningkatan dan pemerataan pendidikan penduduk te-lah banyak dilaksanakan sejak Repelita I. Selama Repelita III, telah dibangun sebanyak 74.740 buah gedung Sekolah Dasar, tambahan 110.700 ruang kelas baru serta rehabilitasi 106.000 gedung sekolah. Usaha ini makin ditingkatkan dalam Repelita IV sehingga daya tampung pendidikan makin besar.

Pada tahun 1971, sekitar 40% dari penduduk umur 10 tahun dan lebih tidak/belum pernah sekolah. Persentase ini turun menjadi 27,5% pada tahun 1980 yang berarti telah turun seki-tar 12,5%. Hal ini menunjukkan makin banyak penduduk yang bersekolah selama sepuluh tahun tersebut. Jika penurunan per-sentase tersebut dibandingkan antara laki-laki dan wanita, ternyata penurunan persentase untuk wanita lebih besar yaitu dari 50,9% menjadi 35,9%. Perkembangan ini menunjang program kependudukan dan keluarga berencana. Tingkat pendidikan diha-rapkan akan menjadi lebih baik lagi dalam periode Repelita IV dengan diberlakukannya wajib belajar bagi penduduk usia 7 - 12 tahun.

3. Program Terpadu Kependudukan dan Keluarga Berencana

Derajat kesehatan penduduk merupakan salah satu ciri ting-kat kesejahteraan penduduk dan mempunyai pengaruh besar ter-hadap pencapaian sasaran-sasaran kependudukan dan keluarga be- rencana, khususnya kematian dan kelahiran. Derajat kesehatan penduduk sendiri ditentukan oleh keadaan gizi penduduk khu-susnya gizi bayi dan balita. Semakin tinggi gizi anak-anak akan semakin baik kesehatannya yang selanjutnya akan semakin rendah tingkat kematian anak. Hal ini akan membawa akibat me-nurunnya tingkat kelahiran karena motivasi untuk mempunyai anak yang banyak juga menurun. Berdasarkan pemikiran ini, da-lam Repelita III telah dirintis program terpadu keluarga be-rencana dan gizi melalui program Usaha Peningkatan Gizi Ke-

XIX/10

Page 11: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

luarga (UPGK). Melalui program ini, peserta keluarga berenca-na dapat memperoleh pelayanan keluarga berencana di samping pelayanan peningkatan gizi dan kesehatan bagi anak-anaknya. Di lain pihak, bagi wanita hamil atau yang baru saja mempu-nyai anak dan belum menjadi peserta keluarga berencana, dibe-rikan juga pelayanan peningkatan gizi dan kesehatan sambil diberikan motivasi untuk berkeluarga berencana. Dengan demi-kian, di tempat yang sama, dapat diperoleh pelayanan beberapa kebutuhan yang saling berkaitan.

Program terpadu UPGK ini mulai dirintis pada tahun 1978/79 dan mulai dilaksanakan dalam Repelita III di daerah-daerah Jawa dan Bali, Lampung dan Sumatera Barat. Jika pada awal Repelita III program ini baru mencakup 8.231 desa, pada akhir Repelita III telah dicakup 27.022 desa dan pada tahun 1984/85 telah bertambah dengan 1.500 desa. Di setiap desa yang melak-sanakan program UPGK diadakan pos penimbangan yang semula di-rintis oleh program tetapi kemudian dikembangkan oleh swadaya masyarakat. Pada saat ini diperkirakan terdapat 3-4 pos pe-nimbangan di setiap desa yang sudah terlayani sedangkan pe-nimbangan diperkirakan telah diberikan kepada sekitar 5,1 ju-ta anak. Dengan melakukan pelayanan penimbangan serta penca-tatan hasil penimbangan dapat dilakukan pengamatan berat ba-dan anak balita serta penyuluhan gizi anak sehingga program ini diharapkan dapat meningkatkan gizi anak balita terutama dari keluarga peserta keluarga berencana yang akhirnya akan diperoleh suatu generasi yang lebih sehat dan cerdas.

Di samping pelayanan penimbangan, program terpadu UPGK juga melakukan usaha peningkatan gizi keluarga dengan jalan memberikan contoh-contoh makanan keluarga yang mengandung ni-lai gizi yang tinggi. Kegiatan-kegiatan ini dilaksanakan ber-sama organisasi wanita yang ada di daerah masing-masing mau-pun program Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Melalui usaha dan kegiatan ini telah pula diberikan la-tihan kependudukan dan keluarga berencana kepada Kader UPGK sehingga mereka dapat memberikan penerangan dan motivasi da-lam program kependudukan dan keluarga berencana. Motivasi yang mereka berikan terutama kepada wanita hamil atau mereka yang baru saja mempunyai anak. Selama tiga tahun terakhir Repelita III telah dilatih Kader UPGK sebanyak 41.500 orang untuk tahun 1981/82, 68.178 orang untuk tahun 1982/83 dan 68.177 orang untuk tahun 1983/84 atau sebanyak 177.855 orang kader UPGK selama Repelita III. Pada tahun 1984/85, melalui program kependudukan dan keluarga berencana hanya diberikan

XIX/11

Page 12: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

latihan kepada 3.224 orang kader UPGK karena pengelolaan pro-gram UPGK secara berangsur dilaksanakan oleh Departemen Kese-hatan.

Dalam hubungan dengan usaha peningkatan kecerdasan anak untuk mendapatkan generasi yang sehat dan cerdas, sejak tahun 1984/85 telah dirintis kegiatan Bina Keluarga dan Balita. Ke-giatan ini merupakan keterpaduan antara program kependudukan dan keluarga berencana dengan program peningkatan peranan wa-nita dan direncanakan untuk dilaksanakan pada tahap pertama di tiga belas propinsi. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mem-berikan simulasi permainan edukatif kepada anak-anak sehingga dapat meningkatkan derajat kecerdasan mereka.

Untuk melestarikan kesertaan dalam program keluarga be-rencana dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan keluarga telah diusahakan program peningkatan pendapatan peserta ke-luarga berencana (UPPKA) dan pemberian kelapa hibrida dan bea siswa. Program UPPKA telah dikembangkan di 18 propinsi dengan sasarannya peserta Keluarga Berencana di daerah miskin, padat penduduknya, dan telah membentuk paguyuban atau kelompok pe-serta. Kegiatan utama dari program ini berupa penyediaan mo-dal kerja serta latihan keterampilan bagi wanita dan pemuda yang dilaksanakan melalui jalur paguyuban dan kelompok peser-ta keluarga berencana di bawah naungan Lembaga Ketahanan Ma-syarakat Desa (LKMD) maupun Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Modal yang diberikan kepada kelompok atau paguyuban pe-serta keluarga berencana digunakan dalam usaha berupa kopera-si simpan pinjam atau memberikan kredit bagi usaha yang pro-duktif. Sementara itu, penyuluhan dan tambahan keterampilan diberikan dalam bidang-bidang usaha yang akan dilakukan se-perti memelihara ternak, anyam-anyaman, jahit-menjahit dan sebagainya. Hal ini diharapkan dapat membantu peningkatan pendapatan para peserta keluarga berencana dalam rangka pe-lembagaan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Pada akhir Repelita III, lebih dari 8.000 paguyuban telah mendapatkan bantuan modal. Pada tahun 1984/85, jumlah paguyuban yang telah mendapatkan bantuan modal adalah 13.837 buah.

Cara lain dalam rangka merangsang tumbuhnya rasa kebang- gaan memiliki, partisipasi dan tanggungjawab dalam program kependudukan dan keluarga berencana maka telah dilaksanakan pemberian kelapa hibrida kepada peserta keluarga berencana di

XIX/12

Page 13: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

beberapa propinsi. Hingga saat ini telah diberikan sebanyak 2.000 butir bibit kelapa hibrida. Program ini dimaksudkan ju-ga untuk mendorong penduduk menggunakan tanah pekarangan se-cara produktif.

Program terpadu lainnya yang dirintis dalam Repelita III dan dikembangkan dalam Repelita IV adalah program keluarga berencana-kesehatan terpadu yang meliputi lima jenis pelayan-an yaitu keluarga berencana, imunisasi, penanggulangan diare, kesehatan ibu dan anak, serta perbaikan gizi. Program ini te-lah mulai dilaksanakan di tiga propinsi yaitu Sumatera Sela-tan, Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah dan akan dikembangkan ke propinsi-propinsi lainnya. Di samping itu, program pelayan-an terpadu keluarga berencana dan kesehatan juga telah dirin-tis pengembangannya untuk daerah-daerah transmigrasi.

5. Penerangan dan motivasi

Program kependudukan dan keluarga berencana pada awal Re-pelita I merupakan sesuatu yang baru dalam kehidupan masyara-kat Indonesia. Mengingat hal tersebut, program penerangan dan motivasi merupakan bagian penting dari program keluarga be-rencana. Pada tingkat pertama usaha ini ditujukan untuk me-rangsang dan membangkitkan perhatian serta pengertian umum masyarakat tentang keluarga berencana dan masalah-masalah ke-pendudukan. Pada tingkat kedua, ditumbuhkan dan ditingkatkan pengetahuan, sikap dan praktek keluarga berencana serta me-ningkatkan kesadaran masyarakat menpenai permasalahan kepen-dudukan. Dengan makin meningkatkya jumlah peserta keluarga berencana, usaha penerangan dan motivasi lebih diarahkan pada pemakaian alat kontrasepsi yang lebih mantap dan pengayoman terhadap peserta keluarga berencana aktif dalam rangka membi-na kelestarian kesertaan mereka serta mempercepat proses pe-lembagaan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Pada awal Repelita IV, sasaran kegiatan penerangan dan motivasi tetap diarahkan kepada tiga sasaran menurut wilayah penggarapannya. Pertama, kegiatan penerangan dan motivasi berusaha mempercepat proses pelembagaan NKKBS dalam rangka pemindahan tanggungjawab pelaksanaan program kepada masyara-kat dan alih peran program keluarga berencana untuk wilayah-wilayah yang telah mencapai tingkat kesertaan tinggi. Kedua, kegiatan ini dimaksudkan meningkatkan peserta baru dan me-ningkatkan kelestarian peserta yang ada untuk wilayah-wilayah yang program keluarga berencananya telah berkembang tetapi belum mencapai tingkat kesertaan yang cukup tinggi. Ketiga,

XIX/13

Page 14: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

mengembangkan program keluarga berencana lebih luas lagi bagi wilayah-wilayah baru.

Sementara itu, isi pesan penerangan dan motivasi keluarga berencana selalu dikembangkan dan dimanfaatkan serta disesuai-kan dengan situasi dan kondisi daerah. Selama tiga Repelita yang lalu telah pula diperkenalkan dan dimantapkan konsep Ca-tur Warga, keluarga dengan dua anak. Dari segi jangkauan sa-saran, usaha penerangan dan motivasi tidak hanya diarahkan kepada penduduk yang sudah berada dalam usia subur tetapi juga kepada meneka yang belum memasuki usia subur (Pra-PUS), yaitu golongan pemuda dan remaja. Kepada kelompok muda ini disampaikan juga pesan-pesan mengenai masalah kependudukan baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang dan tidak terbatas pada masalah kuantitatif kependudukan tetapi masalah kualitatif kependudukan. Dengan demikian, pada masa-nya, mereka dapat mulai menggunakan alat kontrasepsi yang le-bih awal, lebih mantap, dan dengan kelestarian yang lebih mantap serta tinggi.

Kegiatan penerangan dan motivasi dilakukan dengan menge-rahkan sarana penerangan yang ada seperti radio (RRI maupun radio swasta/niaga), televisi, media cetak (surat kabar, la-poran wartawan dan lain sebagainya), serta lagu-lagu popular keluarga berencana. Bersamaan dengan itu dimanfaatkan pula, media-media kesenian rakyat seperti dagelan, ketoprak, wayang orang, wayang kulit, ludruk, reog, wayang golek dan lain se-bagainya sesuai dengan kondisi dan budaya daerah setempat.

Pengalaman tahun-tahun pertama Repelita I menunjukkan bahwapenggarapan penerangan dan motivasi harus diikuti dengan pendekatan individual sehingga kesadaran yang telah mulai berkembang dapat tumbuh menjadi tindakan melaksanakan ke-luarga berencana. Oleh karena itu, sejak tahun 1971/72 diben-tuk Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang melakukan kontak langsung dengan penduduk dan masyarakat. Di samping itu dilakukan pula pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat yang diharapkan tidak hanya sekedar menjadi penghubung dan penyebarluas keluarga berencana tetapi sekaligus sebagai pa-nutan masyarakat sekelilingnya.

Perkembangan selanjutnya dari pendekatan kemasyarakatan ini ialah menumbuhkan kelompok-kelompok peserta keluarga be-rencana atau paguyuban yang selanjutnya disebut dengan Pemban-tu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) maupun Sub-PPKBD. Semua tenaga ini merupakan tenaga sukarela masyarakat yang

XIX/I4

Page 15: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

berpartisipasi dalam pelembagaan program keluarga berencana. PPKBD dan Sub-PPKBD telah mulai dirintis pada tahun 1974/75 dengan jumlah sekitar 14.037 buah. Jumlah tersebut telah meningkat menjadi 90.065 buah pada akhir Repelita II dan pa-da tahun pertama Repelita IV telah meningkat lagi menjadi 250.975 buah. Kecepatan kenaikan jumlah tenaga sukarela ini di satu pihak menunjukkan partisipasi aktif dari masyarakat dan di lain pihak memantapkan jalan menuju pelembagaan pro-gram keluarga berencana sebagai.program masyarakat.

Seperti telah diungkapkan di depan, usaha penerangan dan motivasi KB juga dilakukan melalui program terpadu seperti UPGK, program terpadu KB dan kesehatan baik melalui rumah sakit, klinik, maupun Puskesmas, dan program lainnya (kope-rasi, transmigrasi, perusahaan, pemuda, dan wanita).

Dalam rangka meningkatkan jumlah peserta keluarga beren-cana di daerah perkotaan, sejak tahun 1982/83 telah mulai di-kembangkan dan ditingkatkan usaha pengembangan program kepen-dudukan dan keluarga berencana perkotaan di beberapa kota be-sar di Indonesia yaitu Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, dan Ujung Pandang. Usaha penerangan dan motivasi bagi daerah perkotaan diarahkan untuk menumbuhkan keikutsertaan sektor swasta dalam penanganan program kependudukan dan keluarga be-rencana. Masyarakat diharapkan memikul beban biaya lebih be-sar dalam pelaksanaan keluarga berencana.

Dalam pelaksanaan di lapangan, kegiatan penerangan dan motivasi telah pula dipadukan dengan kegiatan pelayanan kon-trasepsi dalam wadah Tim Keluarga Berencana Keliling (TKBK) yang tidak saja memberikan pelayanan di tempatnya tetapi juga mampu bergerak memberikan penerangan dan motivasi serta men-datangi tempat/lokasi calon peserta keluarga berencana. Untuk setiap kabupaten/kotamadya telah disediakan satu unit mobil penerangan sedangkan untuk setiap kecamatan diperlengkapi de-ngan Portable Public Address. Sementara itu, untuk mengefi-sienkan penggunaan dana serta dalam rangka swadaya bahan pe-nerangan telah pula dibangun media produksi penerangan di se-tiap propinsi.

Salah satu dampak dari usaha/kegiatan penerangan dan mo-tivasi adalah meningkatnya derajat pengetahuan penduduk me-ngenai kependudukan dan keluarga berencana. Perkembangan pe-ngetahuan penduduk tentang keluarga berencana cukup menggem-birakan. Persentase pasangan usia subur di Jawa dan Bali yang

XIX/15

Page 16: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

telah pernah mendengar KB pada tahun 1979 adalah sebesar 83%. Persentase ini telah naik menjadi 93% pada tahun 1982. Demi-kian pula persentase pasangan usia subur yang tahu salah satu alat kontrasepsi telah naik dari 77% pada tahun 1979 menjadi 84% pada tahun 1982. Pada tahun 1982, pasangan usia subur di luar Jawa dan Bali I yang pernah mendengar KB adalah sebesar 79,4% sedangkan yang pernah tahu salah satu alat kontrasepsi sebesar 68,17.

6. Pendidikan Kependudukan

Program pendidikan kependudukan mulai dilaksanakan sejak Repelita II. Program ini dikembangkan dan dilaksanakan secara terkoordinasi dan ditujukan untuk membina serta mengembangkan pengertian, kesadaran dan perobahan sikap serta tingkah laku yang bertanggungjawab dan rasional terhadap hubungan antara pertumbuhan penduduk dan perkembangan sosial ekonomi dan sum-ber-sumber alam. Sasaran utama dari program ini adalah gene-rasi muda baik yang masih duduk di bangku sekolah maupun ti-dak. Untuk tujuan tersebut telah dikembangkan materi pendi-dikan kependudukan untuk tiap jenjang pendidikan formal dan pendidikan luar sekolah.

Dalam Repelita II ditetapkan sasaran sebanyak 13.700 orang guru untuk mendapatkan pendidikan kependudukan. Dari mereka diharapkan dapat dikembangkan pendidikan ini kepada murid asuhannya. Dalam pelaksanaannya, selama Repelita II te-lah dididik 35.873 orang guru pendidikan kependudukan yang terdiri dari 34.760 orang guru dari berbagai jenjang sekolah, 458 orang guru untuk pendidikan di luar sekolah dan 565 orang guru yang diharapkan akan menjadi guru dari guru pendidikan kependudukan. Dengan demikian, selama Repelita II telah di-laksanakan pendidikan sebanyak 2,6 kali sasaran Repelita.

Berbeda dengan pencapaian dalam Repelita II, pendidikan kependudukan dalam Repelita III mengalami hambatan. Pada periode ini hanya dilatih 52.483 orang guru dari sasaran se-besar 101.778 orang atau sekitar 51,6% dari sasaran Repeli-ta III. Relatif rendahnya pencapaian sasaran tersebut dise-babkan oleh adanya keharusan untuk melakukan penataan kembali beberapa aspek dari materi serta sistem pelaksanaan pendidik-an kependudukan di sekolah maupun perguruan tinggi. Adanya keharusan penataan kembali ini didasarkan atas hasil evaluasi yang dilaksanakan pada tahun 1981/82 sehingga pelaksanaan la-tihan pada tahun 1981/82 dan 1982/83 diperlambat. Pendidikan kependudukan yang telah disempurnakan baru dilaksanakan kem-

XIX/16

Page 17: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

bali pada tahun 1983/84 dengan melatih sebanyak 16.642 orang guru.

Dengan selesainya penataan kembali materi dan sistem pen-didikan kependudukan tersebut, pelaksanaan program ini untuk tahun 1984/85 (tahun pertama dari Repelita IV) telah dapat melampaui sasaran tahun pertama Repelita IV, yaitu telah di-latih sebanyak 21.292 orang guru dari sasaran sebanyak 17.239 orang guru atau pencapaian sekitar 123,5% dari sasaran (Ta-bel XIX-1). Di samping pencapaian sasaran latihan guru pen-didikan kependudukan, dalam tahun 1984/85 telah pula ditentu-kan bentuk koordinasi pelaksanaannya. Untuk pendidikan kepen-dudukan yang dilaksanakan di sekolah, mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi, tanggungjawab pelaksanaannya terle-tak pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sedangkan untuk program di luar sekolah tanggungjawab pelaksanaannya terletak pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Dalam hubungan ini, koordinasi teknis maupun materi dilakukan oleh Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup.

Disamping pendidikan kependudukan yang secara langsung dikelola oleh program kependudukan dan keluarga berencana, pendidikan kependudukan juga dilaksanakan oleh berbagai sek-tor lainnya seperti lembaga keluarga berencana ABRI, pesan-tren, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan sebagainya. Tercatat misalnya telah dilaksanakannya Jambore Kependudukan yang dihadiri oleh wakil-wakil organisasi pemuda seluruh Indonesia.

7. Pendidikan dan Latihan

Dengan semakin meningkatnya program kependudukan dan ke-luarga berencana, semakin meningkat pula peranan pendidikan dan latihan. Pendidikan dan latihan dimaksudkan untuk mening-katkan kemampuan dan keterampilan tehnis operasional para pengelola dan pelaksana program. Di samping itu, pendidikan dan latihan juga dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan kependudukan di lingkungan perguruan tinggi melalui pusat-pu-sat studi kependudukan maupun fakultas kesehatan masyarakat.

Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan dan latihan, ter-utama pendidikan dan latihan teknis keluarga berencana, sejak Repelita II secara bertahap telah dibangun pusat-pusat pendi-dikan dan latihan yaitu masing-masing 4 buah di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dan masing-masing satu buah di propinsi lainnya. Dengan demikian, di seluruh propinsi secara lengkap telah memiliki pusat pendidikan dan latihan.

XIX/17

Page 18: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

TABEL XIX - 1

JUMLAH TENAGA GURU YANG DILATIHPENDIDIKAN KEPENDUDUKAN,

1974/75 - 1984/85

XIX/18

Page 19: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

GRAFIK XIX – 1

JUMLAH TENAGA GURU YANG DILATIH PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN

1974/75 - 1984/85

XIX/19

Page 20: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

Selama Repelita I telah diberikan pendidikan dan latihan kepada 40.866 orang tenaga program sedangkan untuk Repelita II dan III masing-masing adalah 41.546 orang dan 263.815 orang. Pelonjakan besar yang terjadi pada Repelita III karena dalam periode tersebut diberikan juga latihan bagi Kader Usaha Peningkatan Gizi Keluarga sebanyak 177.855 orang. Pada tahun 1984/85, telah diberikan pendidikan dan latihan kepada 13.670 orang tenaga program yaitu 1.894 tenaga media dan paramedis, 2.594 orang PLKB dan Pengawas PLKB, 439 tenaga sukarela PPKBD, dan tenaga lainnya (Tabel XIX-2). Di samping itu, dalam tahun tersebut telah pula diberikan latihan kepada sekitar 12.000 tenaga kesehatan yang dipersiapkan untuk dapat melayani program keluarga berencana. Pada tahun itu juga, telah diberikan pendidikan jangka panjang (S-2) kepada 42 orang tenaga program untuk memperdalam pengetahuan di bidang kependudukan, keluarga berencana, dan kesehatan masyarakat.

Sementara itu, dalam rangka menggalang kerjasama dengan negara-negara berkembang lainnya, Indonesia telah pula menyelenggarakan latihan bagi petugas keluarga berencana dari Bangladesh sebanyak 400 orang dan dibagi dalam sebelas angkatan.

8. Pencapaian Peserta Keluarga Berencana

a. Peserta Keluarga Berencana Baru

Perluasan jangkauan keluarga berencana dilakukan secara bertahap sehingga pada periode Repelita III telah dapat men-cakup seluruh propinsi di Indonesia termasuk Timor-Timur. Da-lam Repelita IV, perluasan tersebut lebih menekankan pada kondisi daerah maupun ciri-ciri penduduk calon peserta keluarga berencana sehingga dapat meliput seluruh lapisan masyarakat secara lebih intensif.

Pencapaian sasaran peserta keluarga berencana baru selama tiga Repelita yang lalu disajikan pada Tabel XIX-3. Selama Repelita I dimana program keluarga berencana baru dilaksanakan di Jawa dan Bali, telah diperoleh peserta keluarga berencana baru sebanyak 3,2 juta pasangan usia subur (PUS) yaitu wanita berumur 15-49 tahun dan berstatus kawin. Jumlah ini merupakan 106,7% dari sasaran Repelita I sebanyak 3,0 juta PUS.

Untuk daerah-daerah Jawa dan Bali, selama Repelita II, diperoleh peserta keluarga berancana baru lebih dari dua kali perolehan dalam Repelita I yaitu sebanyak 8,97 juta pasangan. Dibandingkan dengan sasaran Repelita II untuk Jawa-Bali,

XIX/20

Page 21: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

TABEL XIX - 2JUMLAH TENAGA YANG MENDAPATKAN PENDIDIKAN

DAN LATIHAN KELUARGA BERENCANA,1969/70 - 1984/85

(orang)

Kategori tenaga KB Repelita I Repelita II Repelita III 1983/84 1984/851969/70-1973/74 1974/75-1978/79 1979/80-1983/84

1. Dokter 1.499 1.728 3.562 432 582

2. Bidan/Pembantu Bidan 4.762 5.431 8.009 1.383 1.312

3. Petugas Lapangan KB (PLKB)dan Pengawas PLKB 11.635 8.578 22.020 2.725 2.594

4. Petugas Pencatatan danPelaporan 4.144 5.491 3.651 693 1.087

5. Petugas Penerangan 5.744 4.096 4.504 587 314

6. Pembina Program KB Deaa - 13.672 14.663 2.005 439

7.

(PPKBD)

Kader Usaha Peningkatan - - 177.855 68.177 3.224

8.

Gizi Keluarga

Dukun 10.965 1.200 - - -

9. Lain-lain petugas 2.117 1.350 29.551 3.232 4.118

Jumlah : 40.866 41.546 263.815 79.234 13.670XIX/21

Page 22: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

TABEL XIX - 3

PENCAPAIAN HASIL SASARAN PESERTA KB BARU, 1969/70 - 1984/85(dalam ribuan)

XIX/22

Page 23: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

jumlah tersebut merupakan pencapaian sebesar 112,1%. Persenta-se pencapaian di sepuluh propinsi di luar Jawa-Bali adalah 126,4% dari sasaran yaitu diperoleh peserta keluarga beren-cana baru sebanyak 1,2 juta PUS. Secara nasional, Jawa-Bali serta sepuluh propinsi lainnya, diperoleh peserta keluarga berencana baru sebanyak 10,2 juta yang berarti pencapaian se-kitar 113,7% dari sasaran Repelita II.

Keberhasilan pencapaian sasaran Repelita ini berkelanjut-an pada Repelita III dengan tingkat pencapaian sebesar 128,7%. Dari data pencapaian tahunannya terlihat bahwa pencapaian ter-tinggi dialami pada tahun 1983/84 yaitu sebesar 185,6% dengan persentase pencapaian 194,8% untuk Jawa-Bali, 155,4% untuk Luar Jawa-Bali I dan 192,8% untuk Luar Jawa-Bali II.

Keadaan pencapaian yang sangat menggembirakan selama tiga Repelita kelihatannya kurang didukung oleh pencapaian pada tahun pertama Repelita IV, tahun 1984/85. Secara nasional pada tahun ini hanya dicapai 95,3% dari sasaran Repelita IV. Hal ini terutama disebabkan oleh rendahnya pencapaian di Jawa-Bali yaitu 87,4% kecuali di DKI Jakarta yang mencapai 125,2% sebagai hasil usaha penggalakan KB perkotaan.

Rendahnya pencapaian sasaran pada tahun 1984/85 disebab-kan oleh beberapa faktor. Pertama, pasangan usia subur yang belum dijangkau program hingga saat ini menjadi lebih sempit. Kedua, kebijaksanaan pelaksanaan program lebih diarahkan ke-pada pemakaian alat kontrasepsi yang lebih mantap, pengayoman, dan kelestarian kesertaan dalam program KB.

Apabila dilihat dari metode kontrasepsi yang dipakai para peserta KB baru, maka sejak dilaksanakannya program keluarga berencana terlihat adanya kecenderungan kenaikan pemakaian alat kontrasepsi yang lebih mantap. Kondom merupakan alat kontrasepsi yang telah diketahui mempunyai efektifitas yang rendah. Persentase pemakai kondom telah turun dari 10,6% pada Repelita I menjadi 5,5% pada Repelita III dan kemudian turun lagi menjadi 3,4% pada tahun 1984/85. Sebaliknya, alat kon-trasepsi yang lebih mantap seperti suntikan persentase pema-kaiannya telah naik dari 1,6% pada Repelita II menjadi 13,2% pada Repelita III dan menjadi 28,4% pada tahun 1984/85. Ke-naikan jumlah pemakai juga terlihat untuk IUD dari 15,7% pada Repelita II menjadi 21,9% pada Repelita III dan 24,1% pada tahun 1984/85 (Tabel XIX-4).

XIX/23

Page 24: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

TABEL XIX – 4

JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA BARU MENURUT METODA KONTRASEPSI,

1968 - 1984/85 (ribu peserta)

XIX/24

Page 25: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

Angka-angka yang ditunjukkan dalam Tabel XIX-4 mencermin-kan usaha program keluarga berencana dalam mengajak masyarakat untuk berkeluarga berencana tidak hanya untuk mencapai jumlah peserta yang besar tetapi telah diarahkan pula kepada pemakaian alat kontrasepsi yang lebih mantap dan mempunyai tingkat kelangsungan yang lebih tinggi.

Dari segi komposisi umur peserta, upaya untuk menggeser umur peserta keluarga berencana baru kepada mereka yang ber-umur lebih muda masih terus ditingkatkan. Peserta berumur muda mempunyai potensi melahirkan yang masih tinggi sehingga penanganan lebih awal mempunyai arti yang lebih besar dalam usaha penurunan tingkat kelahiran.

Tabel XIX-5 menyajikan distribusi peserta keluarga beren-cana baru menurut kelompok umur selama masing-masing Repelita. Dalam Repelita I, dari jumlah peserta KB baru terdapat 15,1% kelompok umur 35-39 tahun. Persentase tersebut telah turun menjadi 11,4% dalam Repelita II dan selanjutnya turun menjadi 10,7% dan 8,6% masing-masing dalam Repelita III dan pada tahun 1984/85. Di lain pihak, persentase peserta KB baru yang berumur kurang dari 25 tahun telah naik dari 27,2% dalam Repelita I menjadi 39,6% dalam Repelita III serta 42,2% pada tahun 1984/85. Angka-angka ini menunjukkan bahwa program KB telah dapat melibatkan lebih banyak lagi pasangan usia subur muda dan telah terjadi penggeseran umur peserta KB baru pada kelompok umur yang lebih muda. Ciri lain yang disajikan adalah peserta KB baru menurut pekerjaan suami (Tabel XIX-6). Terlihat bahwa dalam Repelita I, 70,7% dari peserta KB baru mempunyai suami dengan pekerjaan sebagai petani. Pada Repelita II, persentase tersebut turun menjadi 68,2% sedangkan pada Repelita III serta tahun 1984/85 persentasenya turun lagi masing-masing menjadi 61,4% dan 57,3%. Jika petani dapat di-nyatakan lebih banyak bertempat tinggal di daerah pedesaan maka pegawai swasta dan pekerja lainnya cenderung bertempat tinggal di daerah perkotaan. Untuk kedua kelompok pekerjaan ini terlihat adanya kenaikan persentase peserta KB baru. Da-lam Repelita I, misalnya, persentase untuk kedua kelompok pe-kerjaan tersebut adalah 14,7%. Persentase ini telah naik men-jadi 18,1%, 23,4% dan 27,1% dalam Repelita II, Repelita III dan tahun 1984/85. Dengan demikian program KB tidak hanya terkonsentrasi pada daerah-daerah pedesaan tetapi juga telah melibatkan semakin banyak peserta dari daerah perkotaan.

XIX/25

Page 26: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

TABEL XIX – 5

PERSENTASE PESERTA KELUARGA BERENCANA BARUMENURUT KEL0MPOK UMUR DI INDONESIA,

1969/70 - 1984/85(persen)

Kelompok Umur Repelita I Repelita II Repelita III*)1983/84*) 1985/86**)(tahun) 1969/70-1973/74 1974/75-1978/79 1979/80-1983/84

15 - 19 5,2 9,1 8,0 6,4 8,1

20 - 24 22,0 30,0 31,6 30,2 34,1

25 - 29 28,8 28,1 28,5 28,1 28,9

30 - 34 25,0 18,5 17,3 18,5 16,9

35 - 39 15,1 11,4 10,7 11,4 8,6

40 - 44 3,6 2,6 3,3 4,6 3,0

45 keatas 0,3 0,3 0,6 0,8 0, 4

*) Angka diperbaiki**) Angka sampai triwulan II Tahun 1984/85XIX/26

Page 27: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

GRAFIK XIX – 2

PERSENTASE PESERTA KELUARGA BERENCANA BARU MENURUT KELOMPOK UMUR

1969/70 - 1984/85

XIX/27

Page 28: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

TABEL XIX – 6

PERSENTASE PESERTA KELUARGA BERENCANA BARUMENURUT PEKERJAAN SUAMI,

1969/70 - 1984/85(persen)

Repelita I Repelita II *) *) **)Pekerjaan suami 1969/70-1973/74 1974/75-1978/79 1979/80-1983/84 1983/84 1984/85

Pegawai negeri 8,4 7,0 7,9 8,4 8,3

Pegawai swasta 4,5 5,5 8,0 8,3 10,4

A B R I 2,6 1,9 1,8 . 1,3 1,9

P e d a g a n g 3,6 4,8 5,5 5,7 5,4

P e t a n i 70,7 68,2 61,4 59,0 57,3

Pekerjaan lainnya 10,2 12,6 15,4 17,3 16,7

*) Angka diperbaiki**) Angka sampai triwulan II Tahun 1984/85

XIX/28

Page 29: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

GRAFIK XIX – 3

PERSENTASE PESERTA KELUARGA BERENCANA BARU MENURUT PEKERJAAN SUAMI

1969/70 - 1984/85

XIX/29

Page 30: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

Perkembangan perolehan peserta KB baru selama tiga tahun terakhir diperinci menurut triwulanan disampaikan pada Tabel XIX-7. Seperti telah disampaikan, pada tahun 1984/85 terdapat sedikit penurunan pencapaian sedangkan pada tahun 1983/84 terdapat pelonjakan pencapaian sebagai hasil usaha pelayanan bersama masyarakat melalui Safari KB Senyum. Terlihat pula adanya pola penggarapan/penanganan program yang tetap antar triwulanan. Pada triwulan pertama (April-Juni) diperoleh se-kitar 16% peserta KB baru yang kemudian naik setiap triwulan berikutnya.

Dari uraian pencapaian sasaran peserta KB baru dapat di-simpulkan bahwa hasil pelaksanaan program KB hingga saat ini cukup menggembirakan. Dari segi kuantitas, program KB dapat memperoleh peserta KB baru di atas sasaran yang ditetapkan Repelita. Sedangkan dari segi kualitas, program KB telah men-jangkau penduduk non-petani serta berumur lebih muda sedang-kan alat kontrasepsi yang dipakai mengarah pada alat-alat yang mempunyai derajat perlindungan terhadap kehamilan yang lebih tinggi.

b. Pembinaan Peserta Keluarga Berencana

Kelestarian atau kelangsungan dari peserta KB untuk mema-kai alat kontrasepsi merupakan salah satu petunjuk mengenai hasil pembinaan peserta KB. Selanjutnya, peserta KB yang ter-bina disebut sebagai peserta KB aktif atau peserta KB les-tari. Seperti telah disampaikan sebelumnya berbagai usaha telah dilaksanakan untuk melakukan pembinaan terhadap peserta KB. Usaha pembinaan langsung adalah pelayanan media KB se-dangkan yang tidak langsung dapat berupa peningkatan kesehat-an keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga baik de-ngan pemberian modal melalui usaha peningkatan pendapatan ke-luarga (UPPKA), kelapa hibrida, maupun pemberian bea siawa antara lain melalui Yayasan Supersemar bagi anak peserta ke-luarga berencana aktif.

Jumlah peserta keluarga berencana aktif selama tiga Repe-lita yang lalu telah naik secara pesat. Di Jawa-Bali misal-nya, pada akhir Repelita I baru terdapat 1,7 juta peserta KB aktif. Jumlah ini telah naik menjadi 11,4 juta pada tahun pertama Repelita IV (Tabel XIX-8). Dengan demikian selama 14 tahun program KB di Jawa-Bali telah terjadi kenaikan 9,7 juta peserta keluarga berencana aktif atau rata-rata sekitar 700 ribu pasangan usia subur per tahunnya.

XIX/30

Page 31: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

TABEL XIX – 7

JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA BARU DAN AKTIF,1982/83 - 1984/85

Tahun & Triwulan Peserta KB Baru Peserta KB Aktif

Jumlah Persentase

1982/83

April – Juni 634.693 16,1 8.794.052

Juli – September 792.480 20,4 9.315.344Oktober – Desember 1.052.081 27,1 9.871.981

Januari – Maret 1.406.606 36,2 11.211.286

1983/84

April – Juni 875.212 16,7 11.233.196

Juli – September 1.204.570 23,0 12.061.542

Oktober – Desember 1.454.232 27,7 13.545.391

Januari – Maret 1.712.170 32,6 14.422.551

1984/85

April – Juni 681.074 16,7 14.089.408

Juli – September 972.311 23,9 14.395.262

Oktober – Desember 1.163.794 28,6 15.187.588

Januari – Maret 1.255.600 30,8 15.694.832

XIX/31

Page 32: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

TABEL XIX - 8

PENCAPAIAN HASIL SASARAN PESERTA KELUARGA BERENCARA AKTIF,1973/74 - 1984/85(dalam ribuan)

1973/74 1978/79 1983/84 1984/85D a e r a h (Akhir (Akhir 1982/83 (Akhir (Tahun Pertama

Repelita I) Repelita II) Repelita III) Repelita IV)

Jawa – Bali

Sasaran Repelita - -7.500,0 8.000,0 10.266,0

Pencapaian hasil 1.680,7 5.001,8 8.370,4 10.776,2 11.425,5

Luar Jawa - Bali I

Sasaran Repelita *) - 1.050,0 1.200,0 3.136,0Pencapaian hasil *) 539,7 2.509,7 3.137,2 3.637,8

Luar Jawa - Bali II

Sasaran Repelita *) *) 423,0 300,0 678,0Pencapaian hasil *) *) 331,2 509,1 631,5

Indonesia

Sasaran Repelita - -8.973,0 9.500,0 14.080,0

Pencapaian hasil 1.680,7 5.541,5 11.211,3 14.422,5 15.694.8Prosentase pencapaian - - 124,9% 151,8% 111,5%

*) Program Keluarga Berencana belum dilaksanakan.XIX/32

Page 33: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

Di sepuluh propinsi di luar Jawa-Bali yang program KB-nya baru dimulai pada Repelita II telah pula terjadi kenaikan jumlah peserta KB aktif dari 540 ribu pada akhir Repelita II menjadi 3,6 juta pada tahun 1984/85. Dengan demikian rata-rata kenaikan per tahunnya sekitar 516 ribu pasangan usia subur.

Dibandingkan dengan sasaran Repelita secara nasional, se-lama tiga tahun terakhir (1982/83-1984/85), pencapaian peser-ta KB aktif dapat melampaui sasaran yang ditetapkan dalam Re-pelita. Pada tahun 1982/83, pencapaian sasarannya, sebesar 124,9% sedangkan untuk tahun 1983/84 dan 1984/85 masing-ma-sing sebesar 151,8% dan 111,5%. Lebih rendahnya pencapaian sasaran tahun 1984/85 dibandingkan dengan tahun-tahun sebe-lumnya merupakan akibat dari kurangnya peserta KB baru yang diperoleh dalam tahun tersebut.

Jika dilihat menurut wilayah penggarapan ternyata Luar Jawa-Bali II hanya melampaui sasaran Repelita pada tahun 1983/84 sedangkan daerah-daerah lain dapat melampaui sasaran Repelita pada ketiga tahun tersebut. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa daerah Luar Jawa-Bali II baru mulai melaksa-nakan program KB pada Repelita III sehingga sasarannya lebih diarahkan pada perluasan jangkauan.

Tabel XIX-9 menunjukkan perkembangan peserta KB aktif me-nurut jenis alat kontrasepsi yang dipakai sejak Repelita I. Dari angka-angka dalam tabel tersebut terlihat bahwa alat kontrasepsi pil masih merupakan alat kontrasepsi yang paling banyak dipergunakan hingga sekarang. Dalam bentuk persentase, lebih dari separoh peserta KB aktif yaitu 53,9% pada tahun 1984/85 memakai pil. Walaupun demikian, terlihat bahwa per-sentase pemakai pil menurun cukup banyak sejak Repelita II yaitu turun dad. 64,4% menjadi 53,9%. Metode kontrasepsi yang mempunyai kemantapan tinggi seperti suntikan walaupun masih merupakan metode dengan persentasenya terendah tetapi telah menunjukkan kenaikan persentase yang berarti. Pada Repelita II jumlah pemakai metode suntikan masih sekitar 1,1% sedang-kan pada tahun 1984/85 telah mencapai 11,1%. Kenaikan persen-tase walaupun secara lebih lambat juga ditunjukkan oleh pema-kai IUD.

Keadaan yang ditunjukkan dengan angka-angka tersebut ada-lah adanya pasangan usia subur yang menggunakan metoda kon-trasepsi yang lebih mantap dan efektif. Hal ini antara lain

XIX/33

Page 34: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

TABEL XIX - 9

JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA AKTIFMENURUT METODA KONTRASEPSI,

1973/74 - 1984/85(dalam ribuan)

1973/74 1978/79 1983/84 1984/85Metode kontrasepsi (Akhir (Akhir 1982/83 (Akhir (Tahun Pertama

Repelita I) Repelita II) Repelita III) Repelita IV)

P i 1 865,9 3.569,6 6.699,2 7.983,2 8.453,4(51,5%) (64,4%) (59,8%) (55,4%) (53,9%)

I U D 766,2 1.494, 2 2.908, 5 3.898, 8 4.350,6(45,6%) (27,0%) (25,9%) (27,0%) (27,7%)

K o n d o m 48,5 306,8 606,2 708,8 686,8(2,9%) (5,5%) (5,4%) (4,9%) (4,4%)

Suntikan - 58,3 658,4 1.387,6 1.751,2(1,1%) (5,9%) (9,6%) (11,1%)

Lain-lain metode - 112,6 338,7 444,1 452,8(2,0%) (3,0%) (3,1%) (2,9%)

Jumlah : 1.680,6 5.541,5 11.211.0 14.422,5 15.694,8(100,0%) (100,0%) (100,0%) (100,0%) (100,0%)

XIX/34

Page 35: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

GRAFIK XIX - 4

JUMLAH DAN PERSENTASE KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI, 1973/74 - 1984/85

XIX/35

Page 36: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

disebabkan oleh adanya kegiatan peningkatan pemakaian metode-metode yang lebih efektif melalui program iudisasi dan sun-tikan. Di samping itu, peningkatan jumlah peserta keluarga berencana aktif dengan metode yang lebih mantap juga merupa-kan hasil usaha intensifikasi penggarapan program dan makin ditatanya manajemen program serta makin berkembangnya pelem-bagaan, Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD), Paguyuban atau kelompok-kelompok akseptor keluarga berencana yang juga melakukan pembinaan anggotanya.

Untuk merangsang tumbuhnya rasa memiliki, partisipasi dan tanggungjawab dalam program KB, kepada peserta KB aktif yang telah berpartisipasi selama 5,10 dan 16 tahun diberikan peng-hargaan. Pada tahun 1984/85 telah diberikan penghargaan kepa-da 3.673 peserta KB aktif 16 tahun, 258.099 peserta KB aktif 10 tahun dan 648.634 peserta KB aktif 5 tahun.

9. Pelembagaan Program Kependudukan dan Keluarga Beren-cana

Pelembagaan pelaksanaan program kependudukan dan keluarga berencana secara bertahap terus ditingkatkan dan dikembang-kan. Sasaran utamanya adalah meningkatkan penerimaan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera oleh masyarakat. Dalam kegiatan ini termasuk pula usaha meningkatkan tanggung-jawab serta peran aktif masyarakat dan seluruh instansi peme-rintah untuk ikut serta mengelola program kependudukan dan keluarga berencana. Peningkatan partisipasi aktif ini tercer-min dari terwujudnya kerjasama dan koordinasi yang baik dian-tara berbagai pelaksana program kependudukan dan keluarga be-rencana. Dengan telah terjaminnya kerja sama tersebut, penge-lolaan program kependudukan dan keluarga berencana semakin dapat dilaksanakan secara berdayaguna dan berhasilguna.

Meningkatnya peranan lembaga-lembaga masyarakat dalam pengelolaan program kependudukan dan keluarga berencana telah mendorong semakin cepat terwujudnya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Lembaga-lembaga tersebut antara lain adalah Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD), Sub-PPKBD, Paguyuban, atau Kelompok Peserta KB. Pada akhir Repeli-ta II jumlah lembaga tersebut adalah sekitar 90.065. Jumlah ini telah menjadi dua kali, yaitu 184.191 pada akhir Repelita III dan selanjutnya menjadi 250.975 pada tahun 1984/85 (Tabel XIX-10). Pertumbuhan dan perkembangan PPKBD dan Sub-PPKBD yang dibentuk secara sukarela oleh peserta KB dengan berbagai

XIX/36

Page 37: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

TABEL XIX - 10

JUMLAH PEMBANTU PEMBINA KELUARGA BERENCANA DESA (PPKBD)DAN SUB-PPKBD,

1978/79 - 1984/85

1978/79 1983/84 1984/85Jenis organisasi (Akhir 1982/83 (Akhir (Tahun Pertama

Repelita II) Repelita III) Repelita IV)

Pembantu Pembina KeluargaBerencana Desa (PPKBD) 34.780 50.072 57.440 65.559

Sub-Pembantu PembinaKeluarga Berencana Desa(Sub-PPKBD) 55.285 126.751 126.751 185.416

Jumlah : 90.065 176.823 184.191 250.975

XIX/37

Page 38: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

dimensi kegiatannya merupakan petunjuk bahwa masyarakat ter-utama masyarakat desa tidak hanya sebagai sasaran program ke-pendudukan dan keluarga berencana tetapi juga telah merasa memilikinya bahkan mereka mampu dan bersedia menjadi motiva-tor KB untuk daerahnya. Keadaan demikian ini merupakan ta-hapan penting dalam rangka alih peran program kepada masya-rakat itu sendiri.

Peningkatan jumlah PPKBD dan Sub-PPKBD sampai ke setiap pedukuhan memberi manfaat dan kemudahan dalam pelayanan pem-berian alat kontrasepsi kepada masyarakat sehingga tidak lagi hanya menggantungkan kepada pusat-pusat pelayanan yang ada. Hal ini terlihat dari hasil perkembangan peranan saluran desa dalam pemberian pil dan kondom yang terus meningkat sehingga hampir seluruh distribusi pil dan kondom kepada masyarakat dilaksanakan melalui saluran desa yaitu pos KB yang dibentuk dan dikelola oleh masyarakat sendiri.

Selain fungsi pemberian kontrasepsi kepada pasangan usia subur di wilayahnya, lembaga PPKBD dan Sub-PPKBD berkembang pula sebagai wahana pengintegrasian program kependudukan dan keluarga berencana dengan program pembangunan lainnya, khu-susnya yang bersifat penunjang kelestarian peserta KB aktif. Program-program tersebut antara lain adalah usaha peningkatan gizi keluarga dan usaha peningkatan pendapatan keluarga. Un-tuk mendorong pembentukan kelompok peserta keluarga berencana serta pengelolaan program kependudukan dan keluarga berencana secara sukarela, kepada mereka telah diberikan penghargaan.

10. Pelayanan kontrasepsi

Semakin luas wilayah dan jangkauan program keluarga be-rencana dan semakin meningkat kesadaran masyarakat untuk me-laksanakan keluarga berencana semakin mendesak pula kebutuhan sarana pelayanan yang cukup, baik kuantitas maupun kualitas, serta mudah dijangkau. Sarana utama pelayanan kepada masyara-kat adalah klinik keluarga berencana, rumah sakit yang membe-rikan pelayanan keluarga berencana, dan Tim Keluarga Berenca-na Keliling (TKBK). Sementara itu, pos KB juga dapat menjadi sarana pelayanan dalam pengertian pendistribusian pil dan kondom.

Pada akhir Repelita I jumlah klinik keluarga berencana sebanyak 2.235 buah dengan 168 diantaranya dikelola oleh pi-hak swasta. Jumlah klinik KB ini selalu meningkat dari tahun

XIX/38

Page 39: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

ke tahun sehingga pada tahun 1984/85 terdapat sebanyak 7.509 buah. Dari jumlah tersebut 631 buah diantaranya dikelola oleh swasta (Tabel XIX-11).

Dibandingkan dengan sasaran dalam Repelita, pengadaan klinik KB hingga tahun 1984/85 masih dapat memenuhi sasaran. Untuk tahun 1982/83, dari sasaran Repelita sebanyak 5.411 buah klinik KB, dapat dibangun sebanyak 6.586 atau pencapaian sekitar 121,7%. Untuk tahun 1983/84 dibangun 7.064 buah kli-nik KB dibandingkan dengan sasaran Repelita sebanyak 5.569 buah atau pencapaian sebesar 126,8% sedangkan tahun 1984/85 tercapai sebesar 100,0% yaitu 7.509 buah dari sasaran 7.505 buah.

Sementara itu, pelayanan KB di rumah sakit (PKBRS) juga semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan makin mening-katnya jumlah rumah sakit yang memberikan pelayanan keluarga berencana. Jika pada akhir Repelita II (tahun 1978/79) jumlah rumah sakit yang memberikan pelayanan keluarga berencana ha-nya sebanyak 148 buah, pada akhir Repelita III (tahun 1983/ 84) jumlah tersebut telah naik menjadi 433 buah sedangkan pada tahun 1984/85 jumlahnya naik lagi menjadi 474 buah. Jumlah rumah sakit tersebut melampaui jumlah yang ditetapkan dalam Repelita yaitu masing-masing 135 untuk tahun 1978/79, 325 untuk tahun 1983/84 dan 465 untuk tahun 1984/85.

Untuk menjangkau pelayanan KB yang lebih luas kepada ma-syarakat makin dimantapkan pelayanan melalui Tim KB Keliling (TKBK). Dengan TKBK ini pelayanan tidak hanya menetap di sua-tu tempat seperti halnya klinik dan rumah sakit tetapi dapat berpindah-pindah sehingga memungkinkan untuk menjangkau dae-rah-daerah terpencil. Lebih dari itu, TKBK juga berfungsi untuk melakukan penerangan dan motivasi program kependudukan dan keluarga berencana. Pengalaman pelaksanaan program mem-berikan petunjuk bahwa perluasan jangkauan program dapat di-lakukan secara efektif melalui TKBK. Oleh karena itu frekuen-si kegiatan ini ditingkatkan terus dari tahun ke tahun. Pada tahun 1973/74 jumlah kegiatan TKBK baru mencapai 380 kali se-dangkan akhir tahun 1978/79 telah mencapai 89.300 kali. Pada akhir Repelita III (tahun 1983/84) jumlah tersebut naik lagi. menjadi 391.714 sedangkan tahun 1984/85 mencapai 384.600 kali.

Dengan makin berkembangnya kegiatan melalui TKBK, klinik keluarga berencana telah berfungsi tidak hanya sebagai tempat pelayanan tetapi juga sebagai pusat bergeraknya TKBK dalam

XIX/39

Page 40: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

TABEL XIX – 11

JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANA MENURUT STATUS,1973/74 - 1984/85

1973/74 1978/79 1983/84 1984/85Status Klinik KB (Akhir (Akhir 1982/83 (Akhir (Tahun Pertama

Repelita I) Repelita II) Repelita III) Repelita IV)

Departemen Kesehatan 1.838 3.411 5.412 5.790 6.135

A B R I 187 319 466 479 482

Instansi Pemerintah lainnya 42 109 220 239 261

S w a s t a 168 295 488 556 631

Jumlah : 2.235 4.134 6.586 7.064 7.509

XIX/40

Page 41: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

GRAFIK XIX – 5

JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANA MENURUT STATUS1973/74 - 1984/85

XIX/41

Page 42: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

rangka memperluas jangkauan klinik. Sejalan dengan usaha pe-ningkatan penyediaan sarana pelayanan telah pula diusahakan untuk meningkatkan mutu pelayanan baik pelayanan sebelum pem-berian alat kontrasepsi seperti pengecekan kesehatan maupun pelayanan sesudah pemberian kontrasepsi seperti kunjungan ulang dan pengecekan kesehatan terutama dalam rangka penang-gulangan komplikasi alat kontrasepsi.

Perluasan jangkauan dan daerah penggarapan program, pe-ningkatan jumlah klinik, rumah sakit maupun TKBK dan pening-katan jumlah peserta KB mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan tenaga program terutama dalam rangka peningkatan mutu pelayanan. Peningkatan tenaga program ini tidak hanya dalam bentuk jumlah tetapi juga mutu. Peningkatan jumlah tenaga program dilakukan dengan mengadakan latihan dan pendidikan program kependudukan dan keluarga berencana. Sementara itu, peningkatan mutu tenaga program dilakukan dengan menambah jumlah yang telah ada. Tabel XIX-12 menunjukkan perkembangan tenaga program sejak Repelita I.

Pada akhir Repelita I jumlah tenaga program sebanyak 7.356 dengan perincian 1.186 orang dokter, 4.200 orang bidan dan pembantu bidan sedang 1.970 orang tenaga administrasi. Dalam lima tahun berikutnya, jumlah tenaga program telah menjadi dua kali yaitu menjadi 14.669 orang. Sedangkan pada akhir Re-pelita III jumlah tersebut telah mencapai 20.953 orang, serta menjadi 24.409 orang pada tahun 1984/85. Dalam jumlah terse-but masih harus ditambahkan lagi 12.000 orang tenaga kesehat-an yang pada tahun 1984/85 mendapatkan latihan untuk dapat memberikan pelayanan keluarga berencana.

11. Prasarana dan Sarana

Salah satu syarat untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program keluarga berencana adalah tersedianya alat kontrasep-si yang cukup, teratur, dan tepat pada saat dibutuhkan. Dalam hubungan ini telah dirumuskan pola penyediaan alat kontrasep-si untuk berbagai tingkatan mulai dari tingkat nasional sam-pai tingkat desa dan sub-desa. Selanjutnya untuk menjaga ke-mantapan pola penyediaan tersebut dilakukan monitoring per-gudangan secara berkesinambungan. Perkembangan penyediaan alat kontrasepsi untuk masing-masing jenis disajikan dalam Tabel XIX-13. Rendahnya penyediaan pada tahun 1984/85 di-bandingkan dengan penyediaan pada tahun 1983/84 disebabkan oleh penyediaan lebih dari tahun-tahun sebelumnya sebagai hasil bantuan luar negeri.

XIX/42

Page 43: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

TABEL XIX - 12

JUMLAH PERSONALIA KLINIK KELUARGA BERENCANA,

1973/74 - 1984/85

(orang)

1973/74 1978/79 1983/84 1984/85Jenis personalia (Akhir (Akhir 1982/83 (Akhir (Tahun Pertama

Repelita I) Repelita II) Repelita III) Repelita IV)

D o k t e r 1.186 2.882 4.303 4.601 4.954

B i d a n2.241 4.568 6.239 6.544 6.961

Pembantu Bidan1.959 3.715 4.928 5.141 6.596

Tenaga administrasi 1.970 3.504 4.478 4.667 5.898

Jumlah : 7.356 14.669 19.948 20.953 24.409

XIX/43

Page 44: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

GRAFIK XIX - 6JUMLAH PERSONALIA KLINIK KELUARGA BERENCANA

1973/74 - 1984/85

XIX/44

Page 45: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

TABEL XIX - 13

PENYEDIAAN ALAT KONTRASEPSI PADA KLINIK KELUARGA BERENCANA,

1969/70 - 1984/85

(dalam ribuan)

Jenis alat Satuan Repelita I Repelita II Repelita III 1983/84 1984/85kontrasepsi 1969/70-1973/74 1974/75-1978/79 1979/80-1983/84

Pil Siklus 31.307,4 194.503,6 438.952,1 148.604,7 91.947,6

I U D Buah 1.514,4 3.860,5 10.995,6 3.390,8 1.170,6

Kondom Gross 78,4 1.223,5 1.474,6 373,5 218,7

Suntikan vial - - 9.518,3 5.218,5 5.461,9

XIX/45

Page 46: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

Dalam rangka mengurangi ketergantungan penyediaan alat kontrasepsi dari luar negeri, produksi pil KB oleh PT Kimia Farma terus ditingkatkan. Dalam memproduksi pil KB tersebut sebagian bahan bakunya masih didatangkan dari luar negeri. Pada tahun pertama pendiriannya (tahun 1980) dihasilkan 18 juta siklus sedangkan produksi sekarang sudah mencapai 50 juta siklus per tahun.

Sebagai tindak lanjut dari pengadaan alat kontrasepsi dalam negeri adalah produksi perakitan IUD yang telah dapat memproduksi 1,5 juta buah dan perintisan pendirian pabrik kondom yang diharapkan dapat didirikan pada tahun 1985/86.

Di samping penyediaan alat kontrasepsi, program kependu-dukan dan keluarga berencana juga telah menyediakan prasarana pengelolaan program. Hingga tahun 1984/85 telah dibangun ge-dung kantor propinsi di seluruh Indonesia dan gedung kantor kabupaten/kotamadya di wilayah Jawa-Bali dan Luar Jawa-Bali I. Gedung kantor propinsi dilengkapi juga dengan gudang alat kontrasepsi dan pusat pendidikan dan latihan kependudukan dan keluarga berencana. Sesuai dengan cakupan wilayahnya, gedung pendidikan dan latihan juga dibangun masing-masing 3 buah di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di samping gedung kantor dan diklat selama tiga Repelita, prasarana mobilisasi pelaksanaan program juga secara bertahap dilengkapi.

12. Pelaporan dan Penelitian

Monitoring kegiatan pelaksanaan program keluarga berenca-na dilaksanakan melalui sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan berbagai informasi pelaksanaan program tepat pada waktunya. Sejalan dengan meningkatnya peranan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan Pengawas PLKB (PPLKB), telah dilakukan penyempurnaan sistem pelaporan yang menginte-grasikan berbagai jenis laporan. Dengan demikian, pelaksanaan laporan tersebut lebih efisien di samping data yang dihasil-kan dapat dilakukan pengecekan satu sama lain. Demikian pula dengan perkembangan pelayanan keluarga berencana di rumah sa-kit telah pula dikembangkan sistem pelaporannya. Selanjutnya dalam rangka melaksanakan penilaian program telah disusun sistem penilaian program beserta buku pedoman pelaksanaannya. Sistem ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan pada berbagai tingkat.

Berbagai macam penelitian telah dilaksanakan dalam program kependudukan dan keluarga berencana. Penelitian-penelitian

XIX/46

Page 47: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka

tersebut dapat merupakan pengamatan mengenai masalah kependu-dukan dan keluarga berencana sendiri tetapi juga kaitannya dengan sektor-sektor pembangunan lainnya. Dalam pelaksanaan-nya, penelitian dikerjakan bersama dengan lembaga penelitian kependudukan maupun Biro Pusat Statistik.

Dengan adanya Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, dalam Repelita IV penelitian kependudukan dikoordinasikan oleh kantor tersebut sehingga dapat lebih di-konsentrasikan dan dikoordinasikan.

XIX/47

Page 48: KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ... · Web viewDengan memperhatikan tingkat sosial-ekonomi dan pelaksanaan program keluarga berencana yang baru sekitar 7 tahun, penurunan angka