keluarga berencana
TRANSCRIPT
Keluaga berencana dalam tinjauan islam
Disusun oleh :Defita Andayani
Destu Ayu HapsariLailatul Fajriyah Agustin
Tri Aditiya Putri
A. Definisi Keluarga Berencana
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera. Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan
jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut..
B. Tujuan Keluarga berencana
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga kecil yang bahagia, sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengenalikan kelahiran, sekaligus dalan rangka menjamin terkenalinya pertumbuhan penduduk di Indonesia.
C. Dampak Keluarga BerencanaDampak PositifLaju pertumbuhan penduduk dapat ditekan untuk menghindari terjadinya peledakan penduduk yang luar biasaDampak Negatif - akibat tambahan hormon lewat kontrasepsi maka kulit wajah menjadi berjerawat - rambut rontok - tulang menjadi keropos - kelainan methabolisme lemak - menstruasi yang tidak teratur
D. Keluarga Berencana dalam pandangan islam
Memperbolehk
an
Melarang
Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam. Tetapi dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti program KB, yakni karena hal-hal berikut:• Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan
ibu. • Menghawatirkan keselamatan agama, akibat
kesempitan penghidupan. • Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-
anak bila jarak kelahiran anak terlalu dekat.
Menurut pertimbangan (misalnya) ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Artinya, dibolehkan bagi orang-orang yang tidak sanggup membiayai kehidupan anak, kesehatan dan pendidikannya untuk menjadi akseptor KB. Bahkan menjadi dosa baginya, jikalau ia melahirkan anak yang tidak terurusi masa depannya; yang akhirnya menjadi beban yang berat bagi masyarakat, karena orang tuanya tidak menyanggupi biaya hidupnya, kesehatan dan pendidikannya.
Hal ini berdasarkan pada sebuah ayat al-Quran yang berbunyi:“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah bila seandainya mereka meninggalkan anaka-anaknya yang dalam keadaan lemah; yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan mereka), oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar.” (QS an-Nisâ’, 4: 9)
Ayat ini menerangkan bahwa kelamahan ekonomi, kurang stabilnya kondisi kesehatan fisik dan kelemahan intelegensi anak sebagai akibat dari kekurangan makanan yang bergizi, menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya. Maka disinilah peranan KB untuk membantu orang-orang yang tidak dapat menyanggupi hal tersebut, agar tidak berdosa di kemudian hari bila meninggalkan keturunannya.
Alat Kontrasepsi yang di perbolehkan
• Untuk wanita, seperti:
1. IUD (ADR);
2. Pil;
3. Obat suntik;
4. Susuk;
5. Cara-cara tradisional dan metode yang sederhana; misalnya minuman jamu dan metode kalender (Metode Ogino Knans)
• Untuk pria; seperti;
1. Kondom;
Sebagaimana keterangan sebuah hadis yang bersumber dari Jabir r.a., yang berbunyi:
“Kami pernah melakukan ‘azal (coitus interruptus) di masa Rasulullah s.a.w., sedangkan al-Quran (ketika itu) masih (selalu) turun. (H.R. Bukhari-Muslim dari Jabir). Dan pada hadis lain: Kami pernah melakukan ‘azl (yang ketika itu) nabi mengetahuinya, tetapi ia tidak pernah melarang kami. (H.R. Muslim, yang bersumber dari ‘Jabir juga).
Jika program KB dimaksudkan untuk membatasi kelahiran, maka hukumnya haram. Islam tidak mengenal pembatasan kelahiran. Bahkan terdapat banyak hadits yang mendorong umat Islam untuk memperbanyak anak. Misalnya, tidak bolehnya membunuh anak apalagi karena takut miskin atau tidak mampu memberikan nafkah. Allah berfirman: “Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepaad mereka dan kepada kalian.” (Qs. Al-Isra’: 31)
Alat kontrasepsi yang dilarang dalam Islam; adalah:• Untuk wanita; seperti: 1. Menstrual Regulation (MR atau pengguguran kandungan
yang masih muda); 2. Abortus atau pengguguran kandungan yang sudah
bernyawa; 3. Ligasi Tuba (mengingat saluran kantong ovum) dan
tubektomi (mengangkat tempat ovum). Kedua istilah ini disebut sterilisasi.
• Untuk pria; seperti vasektomi (mengikat atau memutuskan saluran sperma dari buah zakar), dan cara ini juga disebut sterilisasi.