kelompok 4_organisasi nirlaba

20
Kelompok 4 Monica -20392 Silviana -20395 Monica S. -20408 Rangkuman Organisasi Nirlaba 1. Pengertian organisasi nirlaba Organisasi nirlaba atau organisasi nonprofit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada  perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh. Menurut PSAK No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. (IAI, 2004: 45.1) Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan  bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut, dalam pelaksanaannya kegiatan yang mereka lakukan tidak berorientasi pada pemupukan laba atau kekayaan semata (Pahala Nainggolan, 2005 : 01). Lembaga nirlaba atau organisasi nonprofit merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari kini semakin banyak keterlibatan lembaga nirlaba. Berdasarkan pengertian di atas dapat menyimpulkan bahwa organisasi nirlaba adalah salah satu lembaga yang tidak mengutamakan laba dalam menjalankan usaha atau kegiatannya.

Upload: silvi-surya

Post on 13-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 1/20

Kelompok 4

Monica -20392

Silviana -20395

Monica S. -20408

Rangkuman

Organisasi Nirlaba

1.  Pengertian organisasi nirlaba

Organisasi nirlaba atau organisasi nonprofit adalah suatu organisasi

yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam

menarik publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada

 perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).

Organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah negeri, derma publik,

rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat

dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh.

Menurut PSAK No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber dayadari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak

mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. (IAI, 2004: 45.1)

Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau

kumpulan dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan

 bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut, dalam pelaksanaannya

kegiatan yang mereka lakukan tidak berorientasi pada pemupukan laba

atau kekayaan semata (Pahala Nainggolan, 2005 : 01). Lembaga nirlaba

atau organisasi nonprofit merupakan salah satu komponen dalam

masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi,

tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari kini semakin banyak

keterlibatan lembaga nirlaba.

Berdasarkan pengertian di atas dapat menyimpulkan bahwa

organisasi nirlaba adalah salah satu lembaga yang tidak mengutamakan

laba dalam menjalankan usaha atau kegiatannya.

Page 2: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 2/20

 

2.  Ciri-ciri organisasi nirlaba

Adapun ciri-ciri organisasi nirlaba adalah: 

1. 

Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak

mengharapakan pembayaran kembali atas manfaat ekonomi yang

sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

2.  Menghasilkan barang dan atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba,

dan kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak

 pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.

3. 

Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam

arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual,

dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak

mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat

likuiditas atau pembubaran entitas

3.  Contoh organisasi nirlaba

Contoh organisasi nirlaba yang ada di Indonesia:

  Organisasi kesejahteraan sosial masyarakat

  Yayasan sosial

Misalnya : Supersemar, Yatim Piatu dsb

  Yayasan dana

Misalnya : YDSF, Pundi Amal SCTV, RCTI Peduli, Dompet

Dhu’afa, 

 

Lembaga advokasi

Misalnya : Kontras, YLKI, Perlindungan kekerasan dalam RT

  Balai keselamatan

Misalnya : Tim SAR

  Konservasi lingkungan / satwa

Misalnya : WALHI, Pro Fauna

  Rumah sakit dan organisasi kesehatan masyarakat

 

Yayasan kanker Indonesia

Page 3: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 3/20

  PMI

4.  Dasar pemikiran akuntansi organisasi nirlaba

Di Amerika Serikat (AS),  Financial Accounting Standard Board

(FASB) telah menyusun standar untuk laporan keuangan yang ditujukan

 bagi para pemilik entitas atau pemegang saham, kreditor, dan pihak lain

yang tidak secara aktif terlibat dalam manajemen entitas bersangkutan

namun memiliki kepentingan. FASB juga berwenang untuk menyusun

standar akuntansi bagi entitas nirlaba nonpemerintah, sementara US

Government Accounting Standard Board (GASB) menyusun standar

akuntasi dan pelaporan keuangan untuk pernerintah pusat dan federal

AS.

Di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite Standar Akuntasi

Pemerintah. Organisasi penyusun standar untuk pemerintah itu dibangun

terpisah dari FASB di AS atau Dewan Standar Akuntansi Keuangan-

Ikatan Akuntan Indonesia di Indonesia karena karakteristik entitasnya

 berbeda. Entitas pemerintah tidak mempunyai pemegang saham atau

semacamnya, memberi pelayanan masyarakat tanpa mengharapkan laba,

dan mampu memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan

 pernerintah tanpa peduli bahwa imbalan bagi pembayar pajak tersebut

memadai atau tidak memadai.

Organisasi komersial dan nirlaba sering rancu, karena

 pembagiannya didasarkan atas jenis kegiatan atau bentuk legalnya.

Sesungguhnya istilah nonkomersial lebih tepat dari istilah nirlaba. Istilah

 Not For Profit Organization (NFPO) telah menggeser istilah nonprofit

organization karena menawarkan resolusi bahwa itikad atau tujuan

 pendirian organisasi bersangkutan bukan untuk mencari laba. Seluruh

kegiatannya tidak ditujukan untuk mengumpulkan laba, namun dalam

 perjalanannya organisasi nirlaba ternyata secara legal bernasib keuangan

yang baik, yakni dapat mengalami surplus karena aliran kas masuk

Page 4: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 4/20

melebihi aliran kas keluar. Dengan demikian, walaupun sama-sama

memperoleh sisa laba, surplus yang setara laba neto setelah pajak, baik

organisasi komersial maupun organisasi nirlaba tetap pada jati dirinya.

Surplus diperlukan organisasi nirlaba untuk memperbesar skala

kegiatan pengabdiannya dan memperbaharui sarana yang uzur dan rusak.

Sebaliknya, apabila surplus tersebut dinikmati oleh para pengurus dalam

 bentuk gratifikasi, gaji, bonus, tunjangan perjalanan dinas, pinjaman bagi

 pendiri/ pengurus (setara dividen dalam entitas komersial) atau

kenikmatan (mobil mewah, rumah tinggal, keanggotaan golf dan

sebagainya), maka organisasi nirlaba menjadi berhakikat entitas

komersial.

Entitas komersial atau nirlaba sering diidentifikasi melalui bentuk

legal dan bentuk kegiatan. Contoh entitas legal  adalah:

1)  Entitas komersial, terbagi atas entitas komersial yang dikelola

 pemerintah, seperti BUMN Persero; entitas komersial swasta,

misalnya CV, NV, Firma, usaha perorangan, UD; 

2) 

Entitas nirlaba, terbagi atas entitas nirlaba pemerintah, entitas

nirlaba swasta, misalnya yayasan, partai politik, lembaga swadaya

masyarakat 

Pembagian entitas komersial dan nirlaba berdasarkan bidang

 bentuk kegiatan/ bidang usaha tidak disarankan. Rumah sakit dan

museum pemerintah pada umumnya nirlaba, namun rumah sakit dan

museum swasta mungkin nirlaba atau komersial 

5.  Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba

Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka konseptual,

Financial Accounting Standards Board (FASB, 1980) mengeluarkan

Statements of Financial Accounting Concepts  No. 4 (SFAC 4) mengenai

tujuan laporan keuangan untuk organisasi nonbisnis/nirlaba (objectives

of financial reporting by nonbusiness organizations). Tujuan laporan

keuangan organisasi nirlaba dalam SFAC 4 tersebut adalah:

Page 5: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 5/20

1) 

Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat

memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon

 penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya

dalam pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber

daya organisasi. 

2)  Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon pe-

nyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam

menilai pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta ke-

mampuannya untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.  

3) 

Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon pe-

nyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam

menilai kinerja manajer organisasi nonbisnis atas pelaksanaan

tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya. 

4)  Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban,

dan kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi,

 peristiwa dari kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan

kepentingan sumber daya tersebut. 

5)  Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu

 periode. Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan

keadaan/ kondisi sumher kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta

informasi mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi secara

 bersama-sama yang dapat menunjukkan informasi yang berguna

untuk menilai kinerja. 

6) 

Memherikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh

dan membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan

 pembayaran kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang

dapat mempengaruhi likuiditas organisasi. 

7)  Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai

dalam memahami informasi keuangan yang diberikan. 

6. 

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45

Page 6: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 6/20

PSAK No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba

diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk memfasilitasi

seluruh organisasi nirlaba nonpemerintah. Dalam PSAK karakteristik

entitas nirlaba ditandai dengan perolehan sumbangan untuk sumber daya

utama (aset), penyumbang bukan pemilik entitas dan tak berharap akan  

hasil, imbalan, atau keuntungan komersial.

Entitas nirlaba juga dapat berutang dan memungkinkan

 pendapatan dari jasa yang diberikan kepada publik, walaupun

 pendapatannya   tidak dimaksud untuk memperoleh laba. Dengan

demikian, entitas nirlaba tidak pernah membagi laba dalam bentuk

apapun kepada pendiri/pemilik entitas Laporan keuangan entitas nirlaba

 bertugas mengukur jasa atau manfaat entitas dan menjadi sarana

 pertanggungjawaban pengelola entitas dalam bentuk

 pertanggungjawaban harta-utang (neraca), pertanggungjawaban kas (arus

kas), dan laporan aktivitas.

Menurut PSAK 45, organisasi nirlaba perlu menyusun setidaknya 4

 jenis laporan keuangan sebagai berikut:

1.  Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan

Laporan ini bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai

aset, kewajiban, dan aset bersih dan informasi mengenai hubungan di

antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi ini dapat

membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak-

 pihak lain untuk menilai:

1) 

Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara

 berkelanjutan, dan

2)  Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi

kewajibannya, serta kebutuhan pendanaan eksternal.

Lebih lanjut, komponen dalam laporan posisi keuangan

mencakup:

1) 

 Aset

Page 7: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 7/20

2) 

 Liabilitas

3)   Aset bersih

2.  Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan

Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi

mengenai pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah

 jumlah dan sifat aset bersih, hubungan antar transaksi, dan peristiwa

lain, dan bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan

 berbagai program atau jasa. Perubahan aset bersih dalam laporan

aktivitas biasanya melibatkan 4 jenis transaksi, yaitu (1) pendapatan,

(2) beban, (3)gains and losses, dan (4) reklasifikasi aset bersih.

Seluruh perubahan aset bersih ini nantinya akan tercermin pada nilai

akhir aset bersih yang disajikan dalam laporan posisi keuangan

Adapun informasi dalam laporan ini dapat membantu

 para stakeholders untuk

1) 

Mengevaluasi kinerja organisasi nirlaba dalam suatu periode

2) 

Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer dan

3)  Menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan

memberikan jasa.

Secara umum, ketentuan dalam laporan aktivitas adalah sebagai

 berikut:

  Pendapatan disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat,

kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang.

  Beban disajikan sebagai pengurang aset bersih tidak terikat

  Sumbangan dapat disajikan sebagai penambah aset bersih tidak

terikat, terikat permanen, atau terikat temporer, tergantung pada

ada tidaknya pembatasan.

  Jika ada sumbangan terikat temporer yang pembatasannya tidak

 berlaku lagi dalam periode yang sama, maka sumbangan tersebut

dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang

Page 8: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 8/20

disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan

akuntansi.

  Keuntungan dan kerugian dari investasi dan aset (atau kewajiban)

lain diakui sebagai penambah atau pengurang aset bersih tidak

terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi.

  Selain dari ketiga jenis aset bersih yang ada sebagaimana

dijelaskan sebelumnya, organisasi nirlaba tetap berpeluang untuk

menambah klasifikasi aset bersih sekiranya diperlukan.

Lebih lanjut, komponen dalam laporan posisi keuangan

mencakup:

1)   Pendapatan

2)   Beban

3.  Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi

mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode.

Adapun klasifikasi penerimaan dan pengeluaran kas pada laporan arus

kas organisasi nirlaba, sama dengan yang ada pada organisasi bisnis,

yaitu: arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas

 pendanaan. Metode penyusunan laporan arus kas pun bisa

menggunakan metode langsung (direct method ) maupun metode tidak

langsung (indirect method ).

Arus kas dari aktivitas operasi umumnya berasal dari

 pendapatan jasa, sumbangan, dan dari perubahan atas aset lancar dan

kewajiban lancar yang berdampak pada kas. Sementara itu, arus kas

dari aktivitas investasi biasanya mencatat dampak perubahan aset

tetap terhadap kas, misal karena pembelian peralatan, penjualan tanah,

dsb. Lebih lanjut, arus kas dari aktivitas pendanaan berasal dari

 penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk

 jangka panjang; penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan

Page 9: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 9/20

investasi yang penggunaannya dibatasi untuk perolehan,

 pembangunan dan pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan dana

abadi (endowment ), atau dari hasil investasi yang dibatasi

 penggunaannya untuk jangka panjang.

4.  Catatan atas laporan keuangan

7.  Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi laba

Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan

organisasi lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa

sesungguhnya ’pemilik’ organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau

donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil

usaha organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nirlaba

membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi

laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari

keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada

organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang

kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada

organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan

Komisaris bukanlah ’pemilik’ organisasi. 

Organisasi nirlaba, non-profit, membutuhkan pengelolaan yang

 berbeda dengan organisasi profit dan pemerintahan. Pengelolaan

organisasi nirlaba dan kriteria-kriteria pencapaian kinerja organisasi tidak

 berdasar pada pertimbangan ekonomi semata, tetapi sejauh mana

masyarakat yang dilayaninya diberdayakan sesuai dengan konteks hidup

dan potensi-potensi kemanusiaannya. Sifat sosial dan kemanusiaan sejati

merupakan ciri khas pelayanan organisasi-organisasi nirlaba. Manusia

menjadi pusat sekaligus agen perubahan dan pembaruan masyarakat untuk

mengurangi kemiskinan, menciptakan kesejahteraan, kesetaraan gender,

keadilan, dan kedamaian, bebas dari konfilk dan kekerasan. Kesalahan dan

kurang pengetahuan dalam mengelola organisasi nirlaba, justru akan

menjebak masyarakat hidup dalam kemiskinan, ketidakberdayaan,

Page 10: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 10/20

ketidaksetaraan gender, konflik dan kekerasan sosial. Pengelolaan

organisasi nirlaba, membutuhkan kepedulian dan integritas pribadi dan

organisasi sebagai agen perubahan masyarakat, serta pemahaman yang

komprehensif dengan memadukan pengalaman-pengalaman konkrit dan

teori manajemen yang handal, unggul dan mumpuni, sebagai hasil dari

 proses pembelajaran bersama masyarakat.

B.  Badan Layanan Umum (BLU)

1.  Pengertian Badan Layanan Umum

Badan layanan umum (BLU) adalah Instansi di lingkungan

 pemerintah yang di bentuk untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang di jual tanpa

mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya di

dasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

Kriteria BLU

1) 

Bukan kekayaan negara/ daerah yang dipisahkan, sebagai satuan kerja

instansi pemerintah

2) 

Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala

korporasi

3)  Berperan sebagai agen dari menteri/ pimpinan lembaga induknya:

a. 

Kedua belah pihak menandatangani kontrak kinerja

 b.  Menteri/ pimpinan lembaga bertanggungjawab atas kebijakan

layanan yang hendak dihasilkan,

c. 

BLU bertanggungjawab untuk menyajikan layanan yang diminta

2.  Tujuan dan asas

BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan

Page 11: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 11/20

keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan

 praktek bisnis yang sehat.

Adapun asas-asas dalam BLU adalah:

1) 

BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/ lembaga/

 pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang

 pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh

instansi induk yang bersangkutan.

2)  BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian

negara/ lembaga/ pemerintah daerah dan karenanya status hukum

BLU tidak terpisah dari kementerian negara/ lembaga/ pemerintah

daerah sebagai instansi induk.

3)  Menteri/ pimpinan lembara/ gubernur/ bupati/ walikota bertanggung

 jawab atas pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum

yang didelegasikannya kepada BLU dari segi manfaat layanan yang

dihasilkan.

4) 

Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas

 pelaksanaan kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan

kepadanya oleh menteri/ pimpinan lembaga/ gubernur/ bupati/

walikota.

5)  BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian

keuntungan.

6) 

Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU

disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari

rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja

kementerian negara/ lembaga/ SKPD/ pemerintah daerah.

7)  BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan

 praktek bisnis yang sehat.

3.  Persyaratan, penetapan dan pencabutan BLU

Persyaratan

Page 12: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 12/20

Suatu satuan kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola

keuangan dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

(PPK-BLU) apabila memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan

administratif. Persyaratan substantif terpenuhi apabila instansi pemerintah

yang bersangkutan menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan

dengan:

a.  Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum. 

b.  Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan

 perekonomian masyarakat atau layanan umum; dan/atau. 

c.  Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi

dan/atau pelayanan kepada masyarakat. 

Persyaratan teknis terpenuhi apabila:

a.  Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola

dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana

direkomendasikan oleh menteri/ pimpinan lembaga/ kepala SKPD

sesuai dengan kewenangannya; dan. 

b.  Kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah

sehat sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan

BLU. 

Persyaratan administratif terpenuhi apabila instansi pemerintah

yang bersangkutan dapat menyajikan seluruh dokumen berikut:

 

Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan,

keuangan, dan manfaat bagi masyarakat 

  Pola tata kelola 

  Rencana strategis bisnis 

  Laporan keuangan pokok  

  Standar pelayanan minimum, dan 

  Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara

independen. 

Page 13: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 13/20

Dokumen tersebut disampaikan kepada menteri/ pimpinan

lembaga/ kepala SKPD untuk mendapatkan persetujuan sebelum

disampaikan kepada Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati / walikota,

sesuai dengan kewenangannya. Ketentuan lebih lanjut mengenai

 persyaratan administratif diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan/

gubernur/ bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya.

Penetapan

Proses penetapan PPK-BLU adalah sebagai berikut:

  Menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD mengusulkan instansi

 pemerintah yang memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan

administratif untuk menerapkan PPK-BLU kepada Menteri Keuangan/

gubernur/ bupati/ walikota, sesuai dengan kewenangannya.

  Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota menetapkan instansi

 pemerintah yang telah memenuhi persyaratan untuk menerapkan PPK-

BLU.

  Penetapan tersebut dapat berupa pemberian status BLU secara penuh

atau status BLU bertahap.

  Status BLU secara penuh diberikan apabila seluruh persyaratan telah

dipenuhi dengan memuaskan.

  Status BLU-Bertahap diberikan apabila persyaratan substantif dan

teknis telah terpenuhi, namun persyaratan administratif belum

terpenuhi secara memuaskan.

 

Status BLU-Bertahap berlaku paling lama 3 (tiga) tahun.

  Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota, sesuai dengan

kewenangannya, memberi keputusan penetapan atau surat penolakan

terhadap usulan penetapan BLU paling lambat 3 bulan sejak diterima

dari menteri/ pimpinan lembaga/ kepala SKPD.

Pencabutan

Adapun penerapan PPK-BLU berakhir atau dicabut yaitu apabila:

Page 14: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 14/20

  Dicabut oleh Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota sesuai

dengan kewenangannya.

  Dicabut oleh Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota

 berdasarkan usul dari menteri/ pimpinan lembaga/ kepala SKPD,

sesuai dengan kewenangannya atau

Pencabutan status dilakukan berdasarkan penetapan ketentuan

 peraturan perundang-undangan, yaitu:

  Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota, sesuai dengan

kewenangannya, membuat penetapan pencabutan penerapan PPK-

BLU atau penolakannya paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal

usul diterima. Dalam hal jangka waktu 3 (tiga) bulan terlampaui, usul

 pencabutan dianggap ditolak.

  Instansi pemerintah yang pernah dicabut dari status PPK-BLU dapat

diusulkan kembali untuk menerapkan PPK-BLU sesuai dengan

ketentuan dalam Pasal 4 PP No.23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum.

  Dalam rangka menilai usulan penetapan dan pencabutan, Menteri

Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota, sesuai dengan kewenangannya,

menunjuk suatu tim penilai.

4.  Sistem akuntansi BLU

Sistem Akuntansi BLU terdiri dari:

 

Sistem Akuntansi Keuangan, adalah sistem akuntansi yang

menghasilkan laporan keuangan pokok dengan tujuan umum (general

 purpose) yang menghasilkan laporan keuangan pokok untuk keperluan

akuntabilitas, manajemen, dan transparansi. 

  Sistem Akuntansi Aset Tetap, yang menghasilkan laporan aset tetap

untuk keperluan manajemen aset tetap. 

Page 15: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 15/20

  Sistem Akuntansi Biaya, yang menghasilkan informasi biaya satuan

(unit) per unit layanan, pertanggungjawaban kinerja ataupun informasi

lain untuk kepentingan manajerial. 

Di dalam sistem akuntansi keuangan BLU harus dirancang agar

 paling sedikit menyajikan :

  Informasi tentang posisi keuangan secara akurat dan tepat waktu

  Informasi tentang kemampuan BLU untuk memperoleh sumber daya

ekonomi berikut beban yang terjadi selama satu periode

  Informasi mengenai sumber dan penggunaan dana selama satu periode

  Informasi tentang pelaksanaan anggaran secara akurat dan tepat waktu

  Informasi tentang ketaatan pada peraturan perundang-undangan

Karakteristik yang ada dalam sistem akuntansi keuangan BLU antara

lain:

  Basis akuntansi yang digunakan adalah basis akrual.

  Sistem akuntansi dilaksanakan dengan sistem pembukuan

 berpasangan (double entry).

  Sistem akuntansi BLU disusun dengan berpedoman pada prinsip

 pengendalian intern sesuai praktek bisnis yang sehat

Sistem Akuntansi Aset Tetap BLU paling sedikit harus mampu

menghasilkan:

  Informasi tentang jenis, kuantitas, nilai, mutasi, dan kondisi asset tetap

milik BLU

  Informasi tentang jenis, kuantitas, nilai, mutasi, dan kondisi asset tetap

 bukan milik BLU namun berada dalam pengelolaan BLU

  Dalam pelaksanaan sistem akuntansi asset tetap, BLU dapat

menggunakan sistem akuntansi barang milik Negara yang ditetapkan

oleh Menteri Keuangan

Page 16: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 16/20

 

Sistem Akuntansi Biaya BLU paling sedikit mampu menghasilkan:

  Informasi tentang harga pokok produksi

  Informasi tentang biaya satuan (unit cost) per unit layanan

  Informasi tentang analisis varian (perbedaan antara biaya standar dan

 biaya sesungguhnya)

Sistem Akuntansi Biaya menghasilkan informasi yang berguna

dalam:

  Perencanaan dan pengendalian operasional BLU

  Pengambilan keputusan oleh pimpinan BLU

  Perhitungan tarif layanan BLU

Dalam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan dan

kegiatan pelayanannya, BLU menyusun dan menyajikan:

  Laporan Keuangan, yang terdiri dari:

  Laporan Realisasi Anggaran dan/atau Laporan Operasional;

   Neraca;

  Laporan Arus Kas

  Catatan atas Laporan Keuangan

  Laporan Keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan oleh BLU

dikonsolidasikan dalam Laporan Keuangan Induk

Pengelolaan kas, utang, dan piutang BLU

Pengelolaan kas

Sesuai dengan pasal 16 UU N0 23 Th 2005, pengelolaan kas BLU

dilaksanakan berdasarkan praktek bisnis yang sehat. Dalam rangka

 pengelolaan kas, BLU menyelenggarakan hal-hal sebagai berikut:

  Merencanakan penerimaan dan pengeluaran kas

  Melakukan pemungutan pendapatan atau tagihan

Page 17: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 17/20

  Menyimpan kas dan mengelola rekening bank

 

Melakukan pembayaran  Mendapatkan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek, dan

  Memanfaatkan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh

 pendapatan tambahan. Atau dengan kata lain memanfaatkan kas yang

menganggur (idle cash) jangka pendek untuk memperoleh pendapatan

tambahan.

Pengelolaan utang

Mengenai pengelolaan utang BLU, disebutkan dalam 18 UU N0 23

Th 2005 tentang pengelolaan BLU, disebutkan BLU dapat memiliki utang

sehubungan dengan kegiatan operasional dan/ atau perikatan peminjaman

dengan pihak lain sepanjang dikelola dan diselesaikan secara tertib,

efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab, sesuai dengan

 praktek bisnis yang sehat

Terdapat 2 (dua) jenis utang BLU, yaitu:

  Utang jangka pendek

  Utang jangka panjang

Pengelolaan piutang

Dalam pasal 17 UU N0 23 Th 2005, mengenai pengelolaan

 piutang BLU disebutkan bahwa BLU dapat memberikan piutang

sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, dan/ atau transaksi lainnya

yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan BLU

sepanjang dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis,

transparan, dan bertanggung jawab serta dapat memberikan nilai tambah,

sesuai dengan praktek bisnis yang sehat dan berdasarkan ketentuan

 peraturan perundang-undangan.

Piutang BLU yang sulit ditagih dapat dilimpahkan penagihannya

kepada Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota sesuai dengan

kewenangannya. Pada implementasi selanjutnya, piutang BLU dapat

dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat yang berwenang, yang

nilainya ditetapkan secara berjenjang.

Page 18: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 18/20

Adapun kewenangan penghapusan piutang secara berjenjjang

tersebut ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/

walikota, sesuai dengan kewenangannya, dengan memperhatikan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan barang dan investasi

Pengelolaan barang

Berdasarkan Undang-undang nomor 23 tahun 2005 pasal 20,

tentang pengelolaan keuangan BLU, pengadaan barang/ jasa oleh BLU

dilakukan berdasarkan prinsip efisiensi dan ekonomis, sesuai dengan

 praktek bisnis yang sehat dimana kewenangan atas pengadaan tersebut

diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai yang diatur dalam Peraturan

Menteri Keuangan/ Gubernur/ Bupati/ Walikota.

Dengan kata lain, pengadaan barang/ jasa BLU yang sumber

dananya berasal dari pendapatan operasional, hibah tidak terikat, hasil

kerjasama lainnya dapat dilaksanakan berdasarkan ketentuan pengadaan

 barang/ jasa yang ditetapkan pimpinan BLU, tanpa mengikuti ketentuan

Keppres No. 80 tahun 2003 beserta seluruh perubahannya, dengan

mengikuti prinsip-prinsip transparansi, adil/ tidak diskriminatif,

akuntabilitas, dan praktis bisnis yang sehat. Sehingga dapat dibebaskan

sebagian atau seluruhnya dari ketentuan mengenai pengadaan barang/jasa,

dalam kaitannya dengan Kepres No. 80 tahun 2003, dengan alasan

efektivitas dan efisiensi.

Pengelolaan investasi

Dalam hal investasi, BLU mengenal dua jenis investasi dalam

 pengelolaan keuangannya, yaitu:

  Investasi jangka panjang

  Investasi jangka pendek

Akuntansi dan pelaporan

Page 19: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 19/20

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 76/

PMK.05/ 2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

BLU, sistem akuntansi BLU adalah sebagai berikut:

1) 

Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntansikan dan dokumen

 pendukungnya dikelola secara tertib

2)  Periode akuntansi BLU meliputi masa 1 (satu) tahun, mulai dari

tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Sistem akuntansi BLU terdiri dari:

1) 

Sistem akuntansi keuangan

2)  Sistem akuntansi aset tetap

3)  Sistem akuntansi biaya

Page 20: Kelompok 4_organisasi Nirlaba

7/26/2019 Kelompok 4_organisasi Nirlaba

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-4organisasi-nirlaba 20/20