strategi lembaga nirlaba dalam upaya...

121
STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) (Studi Pada Lembaga Nirlaba Syariah Masyarakat Mandiri Parung, Bogor) CECEP SUYUDI M NIM: 104046101636 JURUSAN MUAMALAT PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M

Upload: truongdiep

Post on 26-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN

USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

(Studi Pada Lembaga Nirlaba Syariah Masyarakat Mandiri Parung, Bogor)

CECEP SUYUDI M NIM: 104046101636

JURUSAN MUAMALAT PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M

Page 2: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang teah

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita khususnya penulis sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul "STRATEGI LEMBAGA NIRLABA

DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN

MENENGAH (UMKM) (Studi Pada Lembaga Nirlaba Syariah Masyarakat

Mandiri Parung, Bogor)." Shalawat serta salam semoga Allah senantiasa

melimpahkan dan mencurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarganya,

sahabat-sahabatnya dan pengikut-pengikutnya yang selalu setia ada dalam jalan yang

lurus untuk mengikuti segala ajaran yang telah sampai pada kita.

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini sarat dengan dialektika yang tidak

mungkin terlupakan antara keyakinan dan kekhawatiran, serta harapan dan kenyataan

yang menjadi satu dalam membentuk mozaik penulisan skripsi ini. Seperti juga

perjalanan studi yang penulis lalui, tidak ada pekerjaan yang sukses dilakukan dalam

kesendirian. Dibalik keberhasilan selalu ada lingkaran lain yang memberi semangat,

bimbingan, bantuan dan doa. Untuk penulis sangat bersyukur kepada Allah SWT dan

mengucap beribu banyak terima kasih atas bantuan dan jasa yang diberikan oleh

semua pihak dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya Bapak/Ibu:

1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 3: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

2. Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Jurusan Muamalat Program Studi Perbankan

Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., Sekretaris Jurusan Muamalat Program Studi

Perbankan Syariah Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Dr. Afifi Fauzi Abbas, Dosen pembimbing yang tidak kenal lelah meluangkan

waktu dan memberikan sumbangan fikiran, serta arahan kepada penulis pada

penyusunan skripsi ini.

5. Ponco Nugroho, Programe Manager Masyarakat Mandiri, Mba Leni sebagai

Pendamping Mitra serta kepada seluruh Mitra yang telah membantu dan

memberikan informasi dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Ayahanda tercinta H. AM. Rosjadi S.Ag dan Ibunda tercinta Hj. Imas Tjutju

yang telah mencurahkan doa, kasih sayang, kesabaran dan dorongan spirit

maupun materi serta pengorbanan yang selalu diberikan kepada penulis

sehingga penulis dapat mempersembahkan sesuatu yang mudah-mudahan

dapat dijadikan kebanggaan.

7. Kakak-kakaku tercinta terima kasih banyak atas dukungan dan doa yang

diberikan serta semangat kepada penulis.

8. Sahabatku yang selalu bersama, mulai dari daftar ulang ke-UIN, menyusun

skripsi sampai wisuda bareng alias kang Najib tea, yang selalu memberikan

semangat dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini.

Page 4: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

13. Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Jurusan Muamalat Program Studi Perbankan

Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta

14. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., Sekretaris Jurusan Muamalat Program Studi

Perbankan Syariah Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

15. Dr. Afifi Fauzi Abbas, Dosen pembimbing yang tidak kenal lelah

meluangkan waktu dan memberikan sumbangan fikiran, serta arahan kepada

penulis pada penyusunan skripsi ini.

16. Ponco Nugroho, Programe Manager Masyarakat Mandiri, Mba Leni sebagai

Pendamping Mitra serta kepada seluruh Mitra yang telah membantu dan

memberikan informasi dalam proses penyusunan skripsi ini.

17. Ayahanda tercinta H. AM. Rosjadi S.Ag dan Ibunda tercinta Hj. Imas Tjutju

yang telah mencurahkan doa, kasih sayang, kesabaran dan dorongan spirit

maupun materi serta pengorbanan yang selalu diberikan kepada penulis

sehingga penulis dapat mempersembahkan sesuatu yang mudah-mudahan

dapat dijadikan kebanggaan.

18. Kakak-kakaku tercinta terima kasih banyak atas dukungan dan doa yang

diberikan serta semangat kepada penulis.

19. Sahabatku yang selalu bersama, mulai dari daftar ulang ke-UIN, menyusun

skripsi sampai wisuda bareng alias kang Najib tea, yang selalu memberikan

semangat dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini.

Page 5: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

20. Irham, Koni, Emir, Washdi, Ii, Fani, Rid-one, Ecep, Mashilal, Habibah, Ani,

Nina dan rekan-rekan mahasiswa angkatan 2004 Perbankan Syariah.

21. Keluarga besar PC IMM Ciputat fadli, Dzikril, S.SosI, Orin, Afnan, Atun,

Antik, Elin serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

(I Love U All....), semoga Berkah Rahmat Illahi melimpahi perjuangan kita,

serta kawan-kawan tercinta di asrama putra/i, Nur (terima kasih banyak atas

waktunya), Ewi, Hati, Sarah, Muhib, Muamar, Welly, Ghofur, Muis, Aos

dan lainnya yang telah banyak memberikan dorongan moril hingga

terselesaikannya skripsi ini. Atas segala bantuan dan partisipasi dari semua

pihak, penulis hanya dapat memohon kepada Allah SWT, semoga

melimpahkan balasan kebaikan. Amin

22. Keluarga Besar IKADAM Jakarta, Tyas, Dhanny, Ridwan, Hamba, Wildan

(sok atuh gera konsentrasi ngerjakeun skripsina...abdi ti payun..hehehe...),

Rijal, Irfan, Walid, Dinur, dan semuanya yang ga bisa disebutkan satu

persatu..Thanks You All...

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi penulis khususnya dan bagi pihak lain pada umumnya.

Jakarta, Desember 2008 Penulis .

Cecep Suyudi M

Page 6: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 7

1. Identifikasi Masalah ............................................................... 7

2. Pembatasan Masalah ............................................................. 7

3. Perumusan Masalah ............................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 8

1. Tujuan Penelitian ................................................................... 8

2. Manfaat Penelitian ................................................................. 8

D. Metode Penelitian ........................................................................ 9

1. Metode Penelitian .................................................................. 10

2. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................. 10

3. Lokasi Pengumpulan Data ..................................................... 11

4. Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 12

5. Sumber Data............................................................................ 13

6. Teknik Pengolahan Data ........................................................ 14

E. Tinjauan Pustaka (Review Kajian Terdahulu) .............................. 15

F. Teknik Penulisan........................................................................... 17

Page 7: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

G. Sistematika Penulisan .................................................................. 17

BAB II: LANDASAN TEORETIS ................................................................... 19

A. Konsep Strategi ............................................................................ 19

1. Pengertian Strategi ................................................................. 19

2. Dasar-Dasar Strategi .............................................................. 22

3. Tahapan Strategi .................................................................... 26

B. Lembaga Nirlaba........................................................................... 28

1. Pengertian Lembaga Nirlaba................................................... 28

2. Dasar-dasar dan Prinsip-prinsip Lembaga Nirlaba ................. 29

3. Ruang Lingkup Lembaga Nirlaba .......................................... 31

C. Pemberdayaan dan UMKM........................................................... 33

1. Pemberdayaan ........................................................................ 33

2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)........................ 41

BAB III: GAMBARAN UMUM LEMBAGA NIRLABA

MASYARAKAT MANDIRI PARUNG, BOGOR ...................... 46

A. Sejarah Berdirinya ........................................................................ 46

B. Visi, Misi dan Tujuan ................................................................... 49

C. Prinsip-prinsip Dasar, Nilai-nilai Dasar, Peran Masyarakat

Mandiri......................................................................................... 50

D. Orientasi Program dan Jenis Program........................................... 52

E. Sasaran .......................................................................................... 53

F. Pengorganisasian Komunitas ........................................................ 55

Page 8: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

G. Struktur Organisasi ....................................................................... 56

BAB IV: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA MASYARAKAT

MANDIRI DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN UMKM......... 58

A. ............................................................................................. Strate

gi Masyrakat Mandiri ................................................................... 58

B. ............................................................................................. Damp

ak Strategi Masyarakat Mandiri Terhadap

Pemberdayaan UMKM................................................................. 73

1.......................................................................................... Damp

ak Ekonomi ............................................................................ 76

2.......................................................................................... Damp

ak Sosial .................................................................................. 87

3.......................................................................................... Damp

ak Religius............................................................................... 98

BAB V: PENUTUP ............................................................................................ 101

A. Kesimpulan .................................................................................. 101

B. Saran-saran ................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 9: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Teritical Sampling........................................................................... 14

Tabel 2 Alu Proses Pengajuan dan Angsuran Pembiyaan ........................... 69

Tabel 3 Daftar Skim Pembiayaan Program Urban ...................................... 71

Tabel 4 Besarnya Modal Mitra Sebelum Program MM-DD ....................... 77

Tabel 5 Besarnya Pinjaman Mitra Tiap-Tiap Skim ..................................... 78

Tabel 6 Pendapatan Usaha Mitra Sebelum dan Setelah Menjadi Mitra....... 80

Tabel 7 Kepemilikan Tabungan Sebelum dan Setelah Menjadi Mitra......... 83

Tabel 8 Asset Produktif ............................................................................... 86

Tabel 9 Keadaan Mitra Tentang Kelompok Usaha ..................................... 89

Tabel 10 Kelompok Mitra ............................................................................. 90

Tabel 11 Tingkat Partisipasi Mitra................................................................. 93

Tabel 12 Respon Mitra Jika Program Dihentikan ......................................... 94

Tabel 13 Tingkat Kelancaran Mitra Membayar Angsuran ............................ 97

Page 10: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pengorganisasian Komunitas .......................................................... 55

Gambar 2 Struktur Organisasi Lembaga Masyarakat Mandiri......................... 56

Gambar 3 Proses Pelaksanaan program MM-DD............................................ 65

Gambar 4 Bagan Alur dan Angsuran Program Urban...................................... 68

Gambar 5 Pendapatan Mitra Sebelum dan Sesudah Mengikuti Program MM-

DD................................................................................................... 80

Gambar 6 Pola Hubungan Interaksi Sosial....................................................... 88

[

Page 11: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2008

Page 12: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Krisis moneter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi yang melanda

negeri ini sejak pertengahan tahun 1997 telah membawa bangsa Indonseia

kepada suatu bencana nasional yang merupakan salah satu sejarah buruk abad

ini. Sector ekonomi modern seperti perbankan, property, industry besar dan

lain-lain yang selama ini menjadi pilar utama perekonomian nasional ternyata

tidak mampu menghadapai badai krisis tersebut dan satu persatu sector usaha

tersebut akhirnya berjatuhan. Akibatnya, terjadi gejolak lanjutan, seperti,

meningkatnya angka pengangguran, berkurangnya produksi, naiknya harga

barang-barang kebutuhan pokok yang selanjutnya berakibat pada menurunnya

tingkat kesejahteraan masyarakat dan angka kemiskinan semakin meningkat.

Isu kemiskinan dan pengangguran kembali mencuat dan mendapat

perhatian banyak pihak usai pidato kontroversial Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY) 16 Agustus 2006 di depan DPR yang menyatakan bahwa

angka kemiskinan dan pengangguran menurun. Terlepas dari perdebatan yang

terjadi tentang kesahihan data dan definisi kemiskinan, momentum ini

sebenarnya lebih penting digunakan untuk mendorong kembali wacana

strategi pengentasan kemiskinan yang tepat untuk Indonesia.

Page 13: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Per Maret 2006, angka kemiskinan adalah 17,75 persen atau

meningkat dari 16,66 persen di tahun 2004. Angka pengangguran juga

memburuk dari 9,86 persen pada 2004 menjadi 10,4 persen pada 2006. Yang

ironis adalah pertumbuhan ekonomi yang selama ini menjadi fokus utama

pemerintah, ternyata juga memburuk dari 7,1 persen pada kuartal IV 2004

menjadi 5,2 persen pada kuartal II 2006. Dibutuhkan strategi baru untuk

kemiskinan, yang lebih komprehensif, menyentuh akar permasalahan, dan

tidak hanya retorika belaka.1

Kehadiran sektor Usaha Mikro Kecil dan menengah (UMKM),

merupakan fakta adanya semangat kewirausahaan sejati di tengah masyarakat

kita. Menyadari realitas ini, memfokuskan pengembangan ekonomi rakyat,

melalui UMKM, merupakan hal yang sangat strategis dan masuk akal guna

mewujudkan pemerataan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.

Persoalan UMKM tidak terlepas sari system ekonomi, karena UMKM

merupakan salah satu pelaku riil dalam perekonomian, sementara itu kita

memahami bahwa saat ini bangsa Indonesia menerapkan system ekonomi

campuran, ada model kapitalisme atau mekanisme pasar yang menentukan

semua aspek perekonomian yaitu apa yang di produksi, kepada siapa dan

bagaimana distribusinya, disisi lain ada model sosialisme yang mana

1 Mansur, Strategi Baru Untuk Kemiskinan, (ucuy.blogspot.com, diakses pada tanggal 20

Maret 2008)

Page 14: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

dicirikan masih adanya beberapa kebijakan ekonomi yang masih di tangan

Negara, sementara itu system syariah masih mencari bentuk.2

Sampai saat ini peranan UMKM perlu memaksimalkan potensi yang

dimiliki. Namun saat ini banyak penerapan peraturan yang tidak kondusif bagi

pengembangan UMKM misalnya terlalu banyak pungutan dan biaya-biaya

yang diterapkan sehingga mengakibatkan biaya tinggi, belum lagi pengurusan

ijin yang selain menghabiskan waktu juga sangat mahal yang mana bagi

UMKM yang baru memulai usaha merupakan biaya perijinan yang tidak

sedikit. Fenomena ini merupakan suatu yang kontra produktif sebab

seharusnya pihak pemerintah memberi kemudahan lebih dahulu baru meminta

hak, atau dengan kata lain bagaimana memperbanyak objek yang akan

dipungut supaya lebih banyak. Sesuai data pada tahun 2003 jumlah tenaga

kerja yang ditampung oleh usaha mikro dan kecil 7,4 juta orang, usaha

menengah 1,2 orang dan usaha besar 55.760 orang. Sementara itu kepedulian

pemerintah daerah terhadap UMKM masih sangat rendah, terlihat dari alokasi

dana anggaran untuk pengembangan UMKM baru 0,85 % secara rata-rata dari

APBD. Jika kita melihat data ini maka kita dapat mengatakan bahwa solusi

terbaik untuk mengurangi pengangguran adalah pemberdayaan UMKM

melalui Lembaga Keuangan Syariah.

2 Muhammad Asdar, Strategi Pemberdayaan UMKM, International seminar on Islamic as a

Solution, 2005, hal. 159

Page 15: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

System ekonomi Islam diyakini mampu membawa masyarakat Islam

untuk dapat sejajar dengan bangsa lain dalam membangun perekonomian,

mengapa demikian, karena Indonesai mempunyai pemeluk agama Islam

terbesar didunia. Untuk itu diperlukan upaya mengkaji dan mengembangkan

ekonomi Islam lewat seminar, penelitian terapan dan penerapan atau praktek

di dunia usaha dengan prinsisp-prinsip ekonomi Islam agar dapat terwujud

masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur berdasarkan syariat Islam.

Salah satu yang di inginkan masyarakat Islam adalah perekonomian

yang tidak mengenal bunga karena ini di anggap riba, larangan riba sudah

semenjak nabi Musa dan nabi Isa. Selain itu Islam melarang perbuatan apa

saja termasuk konteks ekonomi yang membahayakan kepentingan diri pribadi,

dan kepentingan masyarakat. Riba merupakan rampasan terhadap kelelahan

orang lain, penghisapan tenaga oleh orang yang bermodal cukup, bahkan

dapat melenyapkan jiwa gotong royong, tolong menolong serta percaya

mempercayai. Allah SWT berfirman: yang artinya: “Hai orang-orang yang

beriman, takutlah pada Allah dan tinggalkanlah dari hal rtiba, kalau benar-

benar kamu itu beriman”. (al-Baqarah 278). Islam memandang bahwa

kemiskinan sepenuhnya adalah masalah struktural karena Allah telah

menjamin rizki setiap makhluk yang telah, sedang, dan akan diciptakannya

(QS 30:40; QS 11:6) dan pada saat yang sama Islam telah menutup peluang

bagi kemiskinan kultural dengan memberi kewajiban mencari nafkah bagi

Page 16: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

setiap individu (QS 67:15). Setiap makhluk memiliki rizki-nya masing-masing

(QS 29:60) dan mereka tidak akan kelaparan (QS 20: 118-119).3

Oleh karenanya, untuk menciptakan pondasi ekonomi yang kuat dan

agar hasil pembangunan dapat dinikmati oleh semua komponen bangsa, maka

seluruh lapisan masyarakat harus diberdayakan semaksimal mungkin.

Pemberdayaan UMKM merupakan model pembangunan ekonomi yang

menekankan pada kekuatan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.

Masyarakat Mandiri Parung Bogor sebagai sebuah Lembaga

Nirlaba yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat miskin di

pedesaan dan perkotaan, telah melakukan program pengembangan

kemandirian masyarakat untuk memperkuat visi dan misi sebagai wahana

pemberdayaan berbagai komunitas dhuafa atau yang terpinggirkan, sehingga

mereka mencapai kemandirian. Sebagai sebuah contoh, kampung tahu-salah

satu binaan Masyarakat Mandiri- yang diperlukan komunitas home industry

tahu tentu lembaga keuangan. Kampung tahu yang hampir berjumlah 200

Industri Rumah Tangga (IRT) tahu telah mampu mengatur cashflow,

menyiasati perputaran keuangannya. Dalam konteks ini, Masyarakat Mandiri

sebagai sebuah lembaga pemberdayaan telah mampu menciptakan micro-

enterpreneur tahu dengan pembinaan yang kuat.

3 "Cara Islam Mengatasi Kemiskinan" Republika, 8 September 2006, h. 20

Page 17: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Pembinaan yang dilakukan oleh Masyarakat Mandiri telah mampu

menciptakan micro-enterpreneur yang handal dengan pembentukan lembaga

keuangan local yang berafiliasi dengan lembaga-lembaga keuangan syariah

setempat untuk mampu memenuhi kebutuhan keuangan lembaga local

tersebut. Lembaga local yang di bangun oleh Masyarakat Mandiri merupakan

media pembinaan terhadap nasabah dengan pembinaan dengan prinsip

syariah.4

Untuk itulah dirasa perlu membahas sejauh mana pertumbuhan

UMKM melalui pembinaan Lembaga-lembaga Nirlaba seperti yang

dikembangkan oleh Masyarakat Mandiri yang mempunyai orientasi

pengembangan ekonomi Syariah serta bagaimana strategi yang diterapkan

lembaga tersebut dalam rangka menumbuh kembangkan UMKM sebagai

upaya mengentaskan kemiskinan yang akan diangkat dalam sebuah judul

”STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA

PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

(UMKM) (Studi Pada Lembaga Nirlaba Syariah Masyarakat Mandiri

Parung, Bogor)”.

4 Hery Djatmiko K, Lapak-Lapak Metropolitan, (Jakarta: Khairul Bayan Press, 2006), hal.

200

Page 18: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang di atas, terlihat banyak

faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan yang di akibatkan dari

tingkat penganggurang yang sangat tinggi, diantaranya:

a. Bagaimana strategi yang tepat untuk mengurangi tingkat kemiskinan?

b. Apakah pemberian modal usaha kepada masyarakat dapat

mendongkrak pendapatan masyarakat?

c. Apakah pola pemberdayaan dalam ruang konsep Islam menjadi

alternatif bagi permasalahan kemiskinan yang semakin akut.?

d. Apakah akan ada pengaruh yang signifikan dengan adanya

pengembangan konsep strategi terhadap pengurangan tingkat

kemiskinan?

e. Apakah dengan berdayanya sektor UMKM akan mengurangi tingkat

kemiskinan?

2. Pembatasan Masalah

Berawal dari uraian yang telah dipaparkan di atas, melihat luasnya

pembahasan mengenai usaha mikro kecil menengah maka penulis

memfokuskan penelitian hanya pada pengaruh strategi yang

dikembangkan oleh Lembaga Masyarakat Mandiri sebagai sebuah

lembaga nirlaba syariah terhadap pemberdayaan UMKM.

Page 19: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

3. Rumusan Masalah

a. Apa yang melatarbelakangi Dompet Dhuafa mendirikan Masyarakat

Mandiri?

b. Strategi apa yang diterapkan Masyarakat Mandiri dalam upaya

pemberdayaan UMKM?

c. Apa dampak strategi yang diterapkan terhadap nasabah binaan (Mitra)

Lembaga Nirlaba Masyarakat Mandiri sebagai upaya pemberdayaan

UMKM?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Memberikan sumbangsih data yang terjadi di lapangan dalam

kaitannya dengan perkembangan dan pertumbuhan lembaga keuangan

atau lembaga pembinaan berbasis syariah dalam pembinaan

masyarakata menengah ke bawah khususnya.

b. Mengetahui sejauhmana peran Lembaga Keuangan Syariah saat ini

telah mampu menjadi lembaga yang bisa eksis ditengah-tengah krisis

multi-dimensi

c. Memahami lebih jauh strategi-strategi yang dikembangkan oleh

lembaga-lemabaga keuangan syariah dalam upaya pemberdayaan

UMKM.

Page 20: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

d. Meneliti dan mengetahui keunggulan strategi yang dikembangkan

Masyarakat Mandiri.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan muamalah

pada umumnya dan khususnya menyangkut Strategi Lembaga

Keuangan Syariah dalam memainkan perannya sebagai lembaga yang

ikut andil dalam memerangi kemiskinan.

b. Secara praktis, memberikan informasi kepada masyarakat khusunya

para praktisi lembaga pemberdayaan masyarakat serta praktisi

lembaga-lembaga keuangan yang mempunyai komitmen sebagai

lembaga pemberdayaan masyarakat menengah ke bawah (masyarakat

miskin) serta pengusaha kecil dan menengah maupun pelaku ekonomi

syariah mengenai strategi strategi pemnberdayaan UMKM dari sudut

pandang lembaga keuangan Islam khususnya yang telah

dikembangkan oleh masyarakat mandiri sebagai lembaga nirlaba yang

menggunakan sistem keuangan syariah.

D. Metode Penelitian

Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang

juga merupakan sebuah pemikiran kritis (Critical Thinking). Penelitian

meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah,

menginformasikan hipotesis atas jawaban sementara, membuat kesimpulan

Page 21: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua

kesimpulan untuk menentukan apakah ia cocok dengan hipotesis.

7. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu penulis

menggambarkan permasalahan dengan didasari data yang ada kemudian

dianalisis lebih lanjut untuk kemudian di tarik kesimpulan. Dengan tipe

pendekatan studi kasus. Penulis mengadakan penelitian dengan melihat

dan menggambarkan tentang strategi pemberdayaan yang dikembangkan

lembaga Masyarakat Mandiri serta pengruhnya terhadap UMKM.

8. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Berkaitan dengan metode mana yang tepat, akan sangat tergantung

dari maksud dan tujuan penelitian (Tan dalam Kuoentjarabingrat,

1998: 14)5. Pendekatan penelitian dalam metode penelitian ini

ditemukan berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Pendekatan

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Pendekatan ini dipilih sesuai dengan definisi yang diberikan

5 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Gramedia Pustka Utama:

Jakarta, 1998), h. 14

Page 22: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

oleh Licoln dan Cuba dalam buku Moleong (2004: 3)6 yang

mendefinisikan metode kualitatif sebagai metode penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

b. Jenis Penelitian

Penelitian ini memadukan dua jenis penelitian, yaitu:

1) Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Untuk menambah referensi serta kekayaan literature, penelitian ini

mengkaji lebih dalam literature yang ada, baik berupa buku,

catatan maupun laporan hasil penelitian terdahulu

2) Penelitian Lapangan (Field Research)

Penulis juga langsung terjun ke lapangan penelitian untuk

mendapatkan data hasil pengamatan lapangan atau informasi dari

responden. Dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu

metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

suatu kondisi, suatu pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada

masa sekarang.

9. Lokasi Pengumpulan Data

6 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kulaitatif, cet. Ke-18, (PT Remaja Rosdakarya:

Bandung, 2004), h. 3

Page 23: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Sesuai dengan objek penelitian lokasi untuk mengambil data lapangan

yang dipilih adalah Lembaga Nirlaba Masyarakat Mandiri dengan daerah

dampingan di Bidaracina, Jakarta Timur.

Lokasi ini dipilih karena kelompok sasaran di Bidaracina mengalami

sejumlah permasalahan. Permasalahan yang dihadapi adalah dampak yang

ditimbulkan dari adanya isu formalin dan bencana banjir yang melanda

wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Kedua maslaha utama itu

mengganggu perkembangan usaha dan tingkat kesejateraan pelaku usaha

mikro di Biadaracina. Pendapatan mereka menurun hingga hancurnya

usaha mereka yang satu-satunya sumber pendapatan mereka.

Dengan adanya program kredit mikro, permasalahan itu dapat

diminimalisasi. Para mitra mampu mempertahankan usahanya dan

beberapa mitra ada yang mengalami perkembangan usaha.

10. Instrumen Pengumpulan Data

a. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah kegiatan pengambilan/pengumpulan data

penelitian yang dilakukan melalui sumber data dari sejumlah buku,

laporan-laporan penelitian, laporan-laporan pelaksanaan progrm dan

dokumen-dokumen lainnya yang mempunyai relevansi dengan tema

penelitian. Kegiatan tersebuit dimaksudkan sebagai upaya untuk

menggali informasi serta memahami konsep-konsep yang selanjutnya

dijadikan landasan dalam menganalisa temuan lapangan.

Page 24: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

b. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam digunakan untuk menggali lebih dalam

informasi yang terpendam dari para informan. Ini adalah salah satu

teknik yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk memperoleh

fakta di dalam masyarakat. Sugiono (2005)7 mengatakan bahwa

wawancara ini untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka.

Dalam penelitian ini, wawancara mendalam dilakukan untuk

memperoleh data mengenai strategi apa yang diterapkan lembaga

tersebut untuk menciptakan perubahan sosial khususnya kesejahteraan

masyarakat.

c. Observasi/Pengamatan terhadap objek

Pengamatan adalah metode pengumpulan data dimana peneliti

mencatat informasi sebagaimana yang diksikan selama penelitian.8

Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati secara langsung subjek

penelitian yang telah ditentukan. Hal ini bisa dilakukan dengan

melihat, mendengarkan dan merasakan. Dalam penelitian ini gejala

yang diamati adalah setiap gejala yang bisa memberikan informasi

mengenai prodses pendampingan dan hambatan-hambatannya,

perkembangan usaha mitra.

11. Sumber Data

7 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Alfabeta: Bandung, 2005), h. 73 8 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (PT. Grasindi: Jakarta, 2005), h. 116

Page 25: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

a. Data Primer

Penulis mewawancarai langsung terkait dengan data yang dibutuhkan.

Dalam penelitian ini teknik pemilihan informan untuk mendukung

data primer adalah Purposive Sampling. Mengacu pada ketentuan itu,

maka dibuat teoritical sampling yang berfungsi sebagai petunjuk

seberapa banyak jumlah informan yang akan diwawancarai sesuai

dengan informasi atau data yang. Dibutuhkan dalam penelitian ini.

Secara singkat teoritical sampling dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 1. Teritical Sampling Informasi Yang Dibutuhkan Informan Jumlah

Gambaran Umum Lembaga dan Gambaran Umum Program

Program Manager

1 orang

Gambaran pelaksanaan pendampingan

Pendamping Mitra

1 orang

Pemberdayaan yang diperoleh mitra selama mengikuti program

Mitra 12 orang

Jumlah 14 orang

b. Data Sekunder

1) Dokumentasi atau arsip yang berhubungan dengan strategi

pemberdayaan, pertumbuhan UMKM, tingkat kemiskinan, dsb.

2) Penelitian kepustakaan (library research) dari buku, artikel dan

karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian

12. Teknik Pengolahan Data

Page 26: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik analisis kualitatif

dan kuantitatif. Teknik Analisis Kualitatif yaitu data dari informasi yang

diperoleh diperbandingkan, dianalisis dan di tarik kesimpulan. Sedangkan

data kuantitatif diolah dengan memasukan tabel frekuensi. Hasil penelitian

dibuat tabel frekuensi relatif untuk setiap kategori dengan langsung dibuat

prosentase, sehingga akan langsung diketahui jumlahnya (sesuai dengan

proporsi jawaban sampel) dengan rumus

P = F / N 100 %

P = Prosentase F = Frekuensi yang sedang dicari presentasinya

N = Number of case

E. Tinjauan Pustaka (Review Kajian Terdahulu)

Diantara karya-karya terdahulu yang sudah ada adalah dalam

skripsinya Rahmat Sunandar Sholeh dengan judul “Strategi Pembiayaan Bank

Syariah Dalam Membantu Peningkatan UMKM” bahwa strategi pembiayaan

UKM dan ritel yang dilandasi sikap proaktif Perbankan Syariah kepada

wirausahawan yang juga adalah nasabah pemmbiayaan. Pelaksanaannya

murnni olehh bank syariah harus mempersiapkan SDM yang harus memiliki

kapasitas sebagai pemberdaya UMKM sekaligus mampu membangun moral

pada usaha yang dibinanya. Upaya untuk memperbesar porsi pembiayaan bagi

hasil di fokuskan pada UKM dan ritel. Pertimbangannya, karena dinilai sector

ini yang paling cocok untuk usaha syariah. Disampinng strategi

Page 27: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

pemberdayaan UKM bank syariah melaksanakan strategi meningkatkan

efektivitas dan efisiensi jaringan distribusi dengan penambahan jaringan

ATM dan sentra pembiayaan, melanjutkan program yang terstruktur terhadap

debitur potennsial serta upaya litigasi terhadap debitur non-kooperatif,

mengintensifkan upaya peningkatan kualitas layanan.

Selain itu, dalam skripsi dengan judul Analisa Strategi Koperasui

Pondok Pesantren Al-Ikhlas Subang Jabar) 2006, memberikan kesimpulan

bahwa upaya yang telah dilakukan kopontren dalam pemberdayaan ekonomi

rakyat adalah:

1. Mengajak masyarakat unntuk bekerja sama dalam bidang ekonomi yang

sesuai dengan syariat, dengan harapan dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat..

2. Membentuk penyuluhan tentang bagaimana usaha yang benar dengan

npara nasabah khususnya dan masyarakat umumnya.

3. Membantu permodalam pedagang kecil di wilayah sekitar kompontren

al-Ikhlas

4. Ekonomi rakyat pada dasarnya adalah kegiatan orang-orang dan atau

kelompok masyarakat untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Oleh

karena itu dalam pengertian ekonomi rakyat melekat dikerjakan unsure

sendiri atau bersama-sama kecil, berorientasi pada kelangsungan

kehidupan , cenderung tradisional dengan tingkat keswadayaan yang

menonjol. Sesungguhnya ekonomi rakyat adalah suatu tatanan yang

Page 28: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

memperjuangkan kesejahteraan masyaraat banyak berdasarkan keadilan,

karena itu untuk mencapai tujuan ekonomi rakyat, maka yang kita lihat

adalah suatu tatanan yang memperjuangkan kesejahteraan masyarakat

banyak berdasarkan keadilan, karena itu untuk mencapai tujuan ekonomi

rakyat maka yang kita lihat adalah pasal 33 UUD 1945. Pasal itu berisis

tentang politik perekonomian untuk mencapai kemakmuran masyarakat.

Tidak lain adalah kemampuan kebutuhan materil akan basic need tetapi

dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat banyak dan bahkan

kemakmuran orang perorangan atau individu.

F. Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang

diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2007.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam membaca hasil penelitian ini, penulis

menuangkan hasil penelitian ini secara sistematis dengan membaginya

menjadi 5 bab dengan beberapa sus bab. Rincian ini dari pembagian tersebut

adalah:

BAB I

: Pendahulauan, yang mencakup latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, manfaat dan manfaat

penelitian, tinjauan kepustakaan (review studi terdahulu),

Page 29: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

metodologi penelitian, teknik penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB II : Membahas tentang kajian teoritis yang didasarkan pada

Definis, karakteristik, problematika serta landasan dalam

pengembangannya dari ketiga aspek yang akan dibahas. Bab

II ini akan menjadi pedoman dalam menganalisis hasil

temuan lapangan yang akan disajikan pada Bab IV.

BAB III : Gambaran umum Lembaga Nirlaba Masyarakat Mandiri,

Sejarah Perkembangannya, Visi Misi, Tujuan, Struktur

Organisasi, pertumbuhannya, prinsip-prinsip serta nilai-nilai

dasar yang menjadi peran Masyarakat Mandiri.

BAB IV

: Bab ini membahas hasil penelitian, yang mencakup deskripsi

data, analisi data, interpretasi data serta penjabaran dan

berkaitan dengan strategi yang diterapkan oleh Lembaga

Nirlaba Masyarakat Mandiri, pengaruh strategi lembaga

yang dijabarkan dalam sebuah program pemberdayaan

masyarakat serta dampak dari strategi tersebut.

BAB V : Penutup, berupa kesimpulan dan saran.

Page 30: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Strategi

1. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti “seni

berperang”. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk

mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi merupakan alat

untuk mencapai tujuan. Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu

stratogos, yang berarti memimpin. Dalam konteks awalnya, strategi diartikan

sebagai generalship atau suatu yang dilakukan oleh para jendral dalam

membuat rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan peperangan.9

Sedangkan arti lain dari kata strategi yang masih sama Negara asal katanya

yaitu Yunani, bahwa strategi adalah stratogos yang berarti jendral.10 Definisi

strategi pertama kali dikemukakan oleh Chandler (1962: 13) menyebutkan

bahwa strategi adalah tujuan jangka panjang yang dari suatu perusahaan, serta

pendayagunaan serta alokasi semua sumberdaya yang penting untuk mencapai

tujuan tersebut.11

9 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkiflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep

Pengantar. (Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1999), h.08 10 George Stainer John Minner, Manajemen Strategi, (Jakarta : Erlangga, 2004) h.20.

11 Freddy Rangkuti, Abalisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), hal. 4

Page 31: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa strategi

adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk

melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai, atau rencana yang

cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. 12

Jadi pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana

dikemukakan oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing.

Menurut Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip Sukristono (1995), strategi

didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak

yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan

suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Selain

definisi-definisi yang sifatnya umum, ada juga yang lebih khusus, misalnya

dua orang pakar strategi, Hamel dan Prahalad (1995), yang mengangkat

kompetensi inti sebagai hal yang penting. Mereka berdua mendefinisikan

strategi yang terjemahannya seperti berikut ini:13

“Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti didalam bisnis yang

dilakukan.”

12 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi

ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), h.1092. 13 Husein Umar, Strategic Management in Action, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama,

2001), h.31

Page 32: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Kemudian menurut Stainer dan Minner strategi adalah penempatan

misi perusahaan, penempatan sasaran organisasi dalam mengikat kekuatan

eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk

mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga

tujuan dan sasaran organisasi akan tercapai.14

Menurut webster’s New Dictionary, strategi adalah ilmu untuk

merencanakan dan mengarahkan operasi-operasi militer berskala besar,

mengarahkan pasukan ke posisi yang paling paling menguntungkan sebelum

pertempuran dengan musuh yang sebenarnya.15 Sehingga penggunaan istilah

strategi lebih dominan dalam situasi peperangan, sebagai tugas seorang

komandan dalam mengahadapi musuh, yang bertanggung jawab mengatur

cara atau teknik untuk memenangkan peperangan.16

Menurut F. Gluek, strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan

terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan

tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama

dari perusahaan itu dapat di capai melalui pelaksanaan yang tepat oleh

organisasi.17

14 George Steiner dan John Minner, Manajemen Strategik, (Jakarta : Erlangga, 2004), h.20 15 ibid 16 Hadaari Nawawi, Manajemen Stategik, Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan,

(Yogyakarta, Gajah Mada University Press 2003), cet. 2 h. 147. 17 Rokhmad Slamet, Seminar Akademik Program BBA Jakarta Institute of Manajemen

Studies, (Jakarta: 24 Maret, 2001), h.2

Page 33: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Adapun pengertian lain strategi adalah ilmu dan seni menggunakan

kemampuan bersama sumber daya dan lingkungan secara efektif yang terbaik.

Terdapat empat unsur penting dalam pengertian strategi, yaitu: kemampuan,

sumber daya, lingkungan, dan tujuan.18 Empat unsur tersebut, sedemikian

rupa disatukan secara rasional dan indah sehingga muncul beberapa alternatif

pilihan yang kemudian dievaluasi dan diambil yang terbaik.

2. Dasar-dasar Strategi

Manajemen strategi merupakan arus keputusan dan tindakan yang

mengarah pada perkembangan suatu strategi. Strategi yang efektif membantu

tercapainya sasaran perusahaan. Proses manajemen strategi adalah cara

dengan jalan mana perencanaan strategi merupakan sarana untuk mencapai

tujuan akhir. Keputusan ini mencakup definisi dengan bisnis, produk dan

pasar yang harus dilayani, fungsi yang harus dilaksanakan dan kebijaksanaan

utama yang diperlukan untuk mengatur dalam melaksanakan keputusan ini

demi mencapai sasaran.19

Seiring dengan perkembangan zaman dan pola fikir manusia, strategi

militer seringkali diadopsi dan diterapkan dalam lembaga profit ataupun non-

profit. Banyak terdapat kesamaan antara strategi bisnis non-profit maupun

militer, berusaha untuk mengunakan kekuatan-kekuatan mereka sendiri dalam

18 Imam Mulyana, Mengupas Konsep Strategi, (www.id.shvoong.com, diakses pada tanggal 2

April 2008) 19 ibid

Page 34: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

menggempur kelemahan lawan. Seperti yang diungkapkan Carl Van

Clausewitz 1780-1831 bahwa “strategi terbaik selalu manjadi amat kuat,

mula-mula secara umum lalu kemudian dengan tujuan tertentu tidak ada

hukum yang lebih jelas dan lebih sederhana untuk strategi selalin menyatukan

kekuatan”.20

Stoner dan Freeman mendefinisikan konsep strategi berdasarkan pada

dua perspektif yang berbeda,yaitu:

1. Dari perspektif apa dilakukan (intent to do)

Perspektif ini mendefinisikan strategi sebagai program untuk menentukan

dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya,

bahwa manajer memainkan peranan yang aktif, sadar dan rasional dalam

merumuskan strategi oragnisasi.

2. Dari perspektif apa yang terakhir lakukan (eventualy does)

Perspektif ini mendefinisikan strategi sebagai pola tanggapan atau respon

terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Pandangan ini diterapkan bagi

para manajer yang bersifat kreatif, yang hanya menanggapi dan

menyesuaikan diri terhadap lingkungan pasif manakala dibutuhkan.

Pernyataan strategi secara eksplisit merupakan kunci keberhasilan dalam

menghadapi perubahan dalam lingkungan bisnis.

20 Warren J. Keegan, Manajemen Pemasaran Global,Terjemah Alexnader Sindoro & Tanty

Syahlena Tarigan, MM., (Jakarta: PT. Indek Kelompok Gramedia, 2003), edisi 6 h. 1

Page 35: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Untuk mengetahui sejauh mana indikator keberhasilan dari sebuah

strategi, maka perlu kita memahami terlebih dahulu tipe-tipe strategi

dasar.21 Pada dasarnya terdapat tiga pilihan dasar strategi dasar bagi

manajer yang meraih kesuksesan pada lingkungan eksternal yang

beragam, yakni:22

1) Strategi Stabilitas

Strategi ini merupakan yang paling lazim digunakan dalam organisasi.

Strategi ini mempertahankan tindakan-tindakan organisasi saat ini, jadi

merupakan kelanjutan dari tindakan dari strategi yang telah di

agendakan sebelumnya. Alasan penerapan itu antara lain:

• Prestasi organisasi saat ini telah cukup memuaskan.

• Risiko akan tindakan rendah karena umumnya tidak adanya

tindakan yang baru.

• Karena merupakan tindakan lanjutan, tindakan-tindakan mudah

diambil.

• Organisasi memerlukan masa teduh setelah menerapkan strategi

lain.

21 Imam Mulyana, Mengupas Konsep Strategi, (www.id.shvoong.com, diakses pada tanggal 2

April 2008) 22 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta : Prenhalindo, 2002), h. 54

Page 36: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

2) Strategi Pertumbuhan

Strategi ini merupakan strategi yang bersifat ekspansi dari

keadaan saat ini. Strategi ini berbentuk integrasi vertical, terobosan

pasar dan diversifikasi. Strategi integrasi vertikal merupakan salah satu

bentuk strategi pertumbuhan yang diterapkan organisasi dengan

perusahaan menguasai atau mengendalikan pasokan lain (integrasi

vertical kebelakang) atau menguasai system distribusi produknya

(integrasi vertical kedepan). Terobosan pasar merupakan strategi untuk

meningkatkan penjualan produk melalui kegiatan pemasaran yang

lebih agresif untuk produk dan pasar saat ini. Sedangkan diversifikasi

merupakan pertumbuhan melalui pemasaran produk baru untuk pasar

baru.

Beberapa alasan mengapa organisasi lebih memilih strategi

pertumbuhan. Antara lain adalah:23

• Untuk bertahan dalam jangka panjang dan pada industry yang

lebih mudah berubah.

• Asumsi para manajer yang beranggapan bahwa pertumbuhan

sama halnya dengan keefektifan, sehingga jika perusahaan

tumbuh maka dianggap efektif.

23 Gugup Kusmono, Manajemen Lanjutan, (Jakarta, Karunika Universitas Terbuka, 1997), h.

130

Page 37: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

• Strategi pertumbuhan dipercaya mampu memberikan efek

sosial yang positif dan terjadinya multiplier efek yang positif.

• Para manajer membutuhkan pengakuan dan prestasi.

3) Strategi Penciutan

Strategi ini pada dasarnya, organisasi menerapkan strategi penciutan

mempunyai tujuan untuk mengejar efisiensi operasi tertinggi. Strategi

sangat tidak popular, penerapannya lebih dikarenakan pemaksaan dan

mengindikasikan organisasi dalam keadaan bangkrut. Strategi

penciutan berimplikasi pada keputusan untuk menciutkan operasi

organisasi demi peningkatan efisiensi.

3. Tahapan Strategi

Strategi juga melalui berbagai tahapan dalam prosesnya, secara garis

besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu :24

a. Perumusan Strategi

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah merumuskan strategi

yang akan dilakukan. Sudah termasuk didalamnya adalah pengembangan

tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan

kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan

strategi alternatif, dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam

perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan,

24 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta : Prenhalindo, 2002), h.30

Page 38: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses

kegiatan.

b. Implementasi Strategi

Setelah kita merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan,

maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan

tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat

membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat, dan

anggota organisasi.

c. Evaluasi Strategi

Tahap akhir dari strategi ini adalah evaluasi implemenatsi strategi.

Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat

diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluai menjadi

tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu

organisasi dan evluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang

dinyatakan telah dicapai. Ada tiga macam kegiatan mendasar untuk

mengevaluasi strategi, yakni :

1). Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar

strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan

dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang

diantaranya strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk

dapat berakibat buruk pula bagi hasiil yang akan dicapai.

Page 39: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

2). Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan

kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki

penyimpanan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual, dan

menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang

dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur

dan mudah dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil lebih penting

dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi.

3). Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai

dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa strategi yang

ada yang ditinggalkan atau harus merumuskan strategi yang baru.

Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai

dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.

B. Lembaga Nirlaba

1. Pengertian Lembaga Nirlaba

Kartajaya dan Ismawan menyebutkan bahwa:25

"Organisasi atau lembaga nirlaba adalah lembaga yang bergerak dalam bidang pengmbangan sosial yang bertujuan membantu orang memcahkan persoalan pribadi, keluarga atau masyarakat agar mereka dapat menyesuaikan atau

meningkatkan peran sosialnya dengan lebih baik."

Sedangkan menurut Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan menyebutkan

bahwa:26

25 Bustami, Pemberdayaan Lembaga N0n-profit Untuk Pengurangan Penganngguran,

(ISIES: Medan, 2005), h. 174

Page 40: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

"Organisasi nirlaba secara umum adalah suatu institusi yang dalam menjalankan organisasinya tidak berorientasi mencari laba. Namun demikian buakan berarti organisasi nirlaba tidak dibolehkan menerima atau menghasilkan keuntungan tersebut dipergunakan untuk menutup biaya

operasional atau kembali disalurkan atau kegiatan utamanya lagi."

Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan organisasi

nirlaba kegiatan utamanya adalah tidak bertujuan mencari keuntungan secara

materi akan tetapi usaha hidup organisasi sangat tergantung dari berbagai

sumbangan yang diberikan oleh pihak-pihak yang percaya kepada organisasi.

2. Dasar-dasar dan Prinsip-prinsip Lembaga Nirlaba

Seni membangun dukungan komprehensif bagi sebuah organisasi

nirlaba, adalah aktivitas penyadaran berbasis kesadaran akan multi-benefit

dari adanya suatu dukungan terhadapnya. Dengan ini, keberlanjutan

organisasi bisa terus terpelihara

Agar sumberdaya organisasi nirlaba "bernilai jual", mereka benar-

benar dipoles sehingga sanggup memberi value kepada stakeholder-nya.

Wajah organisasi nirlaba, terlihat dari program yang "dijual" dan "seni

menjual" yang diekspresikan oleh para pengelolanya. Organisasi nirlaba pun,

perlu menjalankan prinsip marketing. Berikut ini, sembilan prinsipnya -

terinspirasi dari pandangan Hermawan Kartajaya.27

26 Saharti, Laporan Bulanan MM-DD Desa Buana jaya: Pelayanan dan Pemberdayaan,

(Jakarta: MM, 2002), h. 27 27 www.masyarakatmandiri.org (diakses pada tanggal 25 Juni 2008)

Page 41: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

a. Segmentation: view your market creatively. Segmentasi artinya organisasi

nirlaba harus melihat "pasar"nya secara kreatif, jangan hanya menjadi

follower.

b. Targetting: allocate your resources effectively. Alokasikan sumberdaya

yang ada pada "target pasar" donor yang sesuai dengan karakteristik

lembaga.

c. Positioning: lead your customer credibly. Bahwa organisasi nirlaba harus

sanggup meyakinkan stake holder.

d. Differentiation, integrate your content and context. Content, adalah apa

yang menjadi isi (aktivitas) organisasi; sedangkan context adalah

bungkusnya.

e. Marketing Mixed: integrate your offer and access. Marketing mix meliputi

4P, product, price, place and promotion. Produk pada organisasi nirlaba,

adalah program dan layanannya pada stakeholder/konstituen.

f. Selling: build long-term relationship with your customer. Lakukanlah

hubungan jangka panjang dengan customer atau konstituen organisasi

anda.

g. Brand: Avoid the Commodity-Like Trap. Branding, adalah langkah

menghindarkan organisasi nirlaba yang anda kelola dari pencitraan seperti

kebanyakan organisasi nirlaba.

Page 42: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

h. Service: make service as your way of life. Jadikan servis sebagai way of

life setiap aktivitas organisasi nirlaba. Servis, bukan layanan biasa, ia ada

tiga tingkat: intelektual, emosional, dan spiritual.

i. Process: improve your quality, cost, and delivery. Proses, tak lebih dari

QCD - quality, cost, delivery. Selalulah berpikir memberi layanan

berkualitas, hemat biaya, dan tepat waktu.

3. Ruang Lingkup Lembaga Nirlaba

Sektor nirlaba dalam suatu perekonomian merupakan sektor penting

untuk beberapa alasan. Pertama, masyarakat menginginkan barang dan jasa

tertentu yang oleh perusahaan atau lembaga pencari laba tidak dapat atau tidak

akan disediakan. Kedua, organisasi swasta nirlaba cenderung menerima

manfaat dari masyarakat, yang perusahaan pencari laba tidak dapat

memperolehnya. Status penerima kelebihan pajak adalah salah satu manfaat

utama yang diterima organisasi nirlaba.28

Karena berbagai tekanan pada organisasi nirlaba untuk menyediakan

lebih banyak jasa dibandingkan jumlah sponsor yang mendukung dan klien

yang dapat membayar jasa tersebut, organisasi-organisasi nirlaba sedang

mengembangkan berbagai strategi untuk membantu mereka memenuhi

sasaran jasa yang mereka inginkan. Dua strategi yang populer digunakan

28 J. David Hunger dkk, Manajemen Startegis, Terj. Julianto Agung, (Yohyakarta: Andi,

2003), hal. 533

Page 43: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

adalah strategic piggibacking dan merger dan keterkaitan inter-

organisasional.29

a. Strategic Piggibacking ini diciptakan oleh R. P. Nielsen. Istilah Strategic

Piggibacking ("naik kuda-kudaan") merujuk pada pengembangan sebuah

aktivitas baru bagi organisasi nirlaba yang akan menghasilkan dana-dana

yang diperlukan untuk menutupi selisih antara penerimaan dan

pengeluaran. Secara khusus, aktivitas baru itu dalam beberapa hal terkait

dengan misi organisasi nirlaba, namun tujuannya adalah untuk

membantu mensubsidi program-program jasa utama. Organisasi nirlaba

harus memiliki lima sumber daya berikut ini sebelum organisasi itu

memulai aktivitas untuk memperoleh penerimaan:

• Memiliki sesuatu untuk dijual

• Memiliki orang-orang dengan bakat manejemen dalam jumlah yang

cukup

• Dukungan dewan pengawas

• Mempunyai sikap kewirausahaan

• Memiliki modal usaha

b. Merger dan Inter-organisasional adalah pengembangan jalinan kerja

sama antar organisasi, yang sering digunakan oleh organisasi nirlaba

sebagai jalan untuk memperkuat kapasitas mereka dalam melayani para

29 Ibid., h. 541

Page 44: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

kliennya, atau untuk memperoleh sumber daya dengan tetap

mempertahankan identitas mereka.

C. Pemberdayaan dan UMKM

1. Pemberdayaan

a. Pengertian Pemberdayaan

Menurut Bariadi (2005)30, kata pemberdayaan adalah terjemahan dari

istilah bahasa Inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan (empowerment)

berasal dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai,

melekukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin dan

yunani, yang berarti didalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti

kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreativitas.

Bariadi (2005)31 juga meyebutkan bahwa istilah pemberdayaan

diartikan sebagai upaya memperluas horison pilihan bagi masyarakat,

dengan upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaiki-baiknya

dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk

melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.

30 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, (CED: Jakarta, 2005), h. 53 31 ibid

Page 45: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Menurut Hendi (2005)32, pemberdayaan adalah suatu upaya untuk

merubah suatu keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya yang dibangun

berdasarkan potensi lokal. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya

yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan atau daya (power) pihak-

pihak yang tidak ataupun kurang berdaya.

Berdasarkan definisi-definisi pemberdayaan di atas, dapat dinyatakan

bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,

pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan

atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-

individu yang mengalami masalah kemiskinan (suharto, 1997)33.

b. Pola-Pola Pemberdayaan

1). Pola Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Pola pemberdayaan ini mempunyai ciri-ciri atau unsur-unsur pokok

sebagai berikut (bariadi, 2005)34:

o Mempunyai tujuan yang hendak dicapai.

o Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir.

o Aktivitas yang dilakukan terencana, serta harus sesuai dengan

kebutuhan dan sumberdaya setempat.

32 Hendi, Ekonomi Pemberdayaan Umat, http//: hendi45.blogspot.com. di akses pada tanggal

28 Agustus 2008 33 Edi Suharto, Pembangunan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Spektrum Pemikiran),

(Lembaga Studi Pembangunan STKS: Bandung, 1997), h. 43 34 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, (CED: Jakarta, 2005), h. 54

Page 46: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

o Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap

pemberdayaan.

o Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi

terutama dalam wirasaha.

o Ada keharusan membantu seluruh lapisan masyarakt khususnya

masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerjasama

sulit tercapai.

Dengan demikian pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat bukan

sekedar diartikan sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti suatu

kegiatan tetapi kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang masti dilalui

oleh suatu program kerja pemberdayaan ekonomi masyrakat.

2). Pola Pendekatan dalamPemberdayaan UKM

Secara umum kegiatan pemberdayaan wirausaha atau para pengusaha

kecil dan mikro yang dilakukan oleh berbagai lembaga dan institusi dapat

dibagi pada tiga pendekatan (bariadi, 2005)35:

o Pendekatan yang memandang masyarakat yang menjadi sasaran proses

diffusi sebagai objek semata.

o Pendekatan yang dilakukan dengan memberikan rangsangan dan

motivasi kepada masyarakat yang dijadikan sasaran diffusi untuk

memikirkan permasalahan yang dihadapinya.

35 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, (CED: Jakarta, 2005), h. 64

Page 47: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

o Kombinasi dari pendekatan pertama dan kedua. Dimana pada

pendekatan ini masyarakat dipandang sebagai kelompok manusia yang

perlu dituntun kejalan yang tepat, serta diberikan kesempatan yang

tepat, serta diberikan kesempatan yang untuk memikirkan dan

merancang pengembangan potensi mereka sendiri.

3). Pola Pendekatan Islam Dalam Pemberdayaan UKM

Pendekatan yang digunakan islam dalam pemberdayaan masyarakat

miskin secara garis besar ada tiga, yaitu (bariadi, 2005)36:

o Pendekatan parsial kontinue

Yaitu pemberian bantuan kepada masyarakat miskin yang dilakukan

secara langsung. Hal ini diberikan kepada orang yang tak sanggup

untuk bekerja sendiri misalnya orang cacat abadi, lansia, orang buta

dan lain-lain.

o Pendekatan struktural

Yaitu pemberian pertolongan secara kontinue agar masyarakat dapat

mengatasi kelemahannya. Hal ini diberikan kepada mereka yang

mempunyai komitmen kemitraan yang memiliki skill untuk

dikembangkan.

o Tahap partisipatoris

36 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, (CED: Jakarta, 2005), h. 62

Page 48: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Yaitu mengupayakan perubahan dan suntikan dana (Zakat, Infak,

Shadaqah) secara struktural terhadap masyarakat yang aktif dan

terampil dalam mengembangkan usaha baik skala kecil maupun

menengah.

Ketiga pendekatan ini diharapkan dapat menghantaran pada

tahap emansipatif yaitu menjadi muslim yang berkualitas dan

penyantun sesama.

c. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan

Guna mencapai perubahan yang lebih baik maka tahapan siklikal

pemberdayaan haruslah melewati beberapa tahapan-tahapan, yaitu (bariadi.

2005)37:

1) Tahap pengenalan masyarakat terhadap ekonomi

2) Tahap pengenalan permasalahan dan identifikasi kebutuhan wirausaha

3) Tahap penyadaran masyarakat akan pentingnya pengusaha

4) Tahap implementasi rencana kegiatan

5) Tahap evaluasi implementasi rencana kegiatan

6) Tahap perluasan pemberdayaan masyarakat

Menurut Bariadi (2005)38 tahap pengenalan di atas merupakan tahapan

siklikal yang dapat berputar seperti suatu siklus guna mencapai perubahan

yang lebih baik. Adapun upaya memberdayakan masyarakat haruslah:

37 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, (CED: Jakarta, 2005), h. 60

Page 49: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang dalam berwirausaha dalam skala kecil dan

menengah.

2) Pemberdayaan dengan cara membangun daya, mendorong,

memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang

dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkan kualitas

sumberdaya manusia menjadi fokus diprioritaskan.

3) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, dalam

kontek ini makas pembangunan kelembagaan sosial, ekonomi politik

menjadi penting artinya.

4) Penyediaan berbagai masukan (input)

5) Pembukaan akses kepada berbagai peluang (oppoutunities) yang akan

membuat masyarakat menjadi makin berdaya.

d.. Indikator Pemberdayaan

Indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses seringkali

diambil dari tujuan sebuah pemberdayaan yang menunjukan pada keadaan

atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial: yaitu masyarakat

miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan

dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat

fisik, ekonomi, maupaun sosial seperti yang memiliki kepercayaan diri,

38 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, (CED: Jakarta, 2005), h. 61

Page 50: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,

berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan

tugas-tugas kehidupannya (Subianto, 2004).39

Sedangakan indikator keberhasilan program yang dipakai untuk mengukur

pelaksanaan program-program dari sebuah pemberdayaan masyarakat

adalah sebagai berikut (Sumodiningrat, 1999)40:

1) Berkurangnya jumlah penduduk miskin

2) Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh

penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia

3) Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan

kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya.

4) Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan semakin

berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin

kuatnya permodalan kelompok, makin rapi sistem administrasi

kelompok, serta semakin luasnya interaksi ke kelompok dengan

kelompok lain di dalam masyarakat.

5) Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang

ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu

memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.

39 Achmad Subianto, Ringkasan dan Bagaimana Membayar Zakat, (Yayasan Bermula dari

Kanan: Jakarta, 2004), h. 40 40 Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial,

(Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 1999), h. 29

Page 51: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Ismawan (2001)41 berpendapat bahwa pemberdayaan sesungguhnya

mengacu pada kemampuan masyarakat untuk mendapatkan dan

memanfaatkan akses ke dan kontrol atas sumber-sumber daya yang penting.

Tentu saja sebuah usaha yang pemberdayaan tidak dapat dilepaskan dari

perspektif pengembangan manusia bahwa pembangunan manusia

merupakan pembentukan aspek pengakuan diri, kemandirian, kemampuan

bekerja sama, dan toleran terhadap sesamanya, dengan menyadari potensi

yang dimilikinya.

Dalam panduan program Inpres Desa Tertinggal masyarakat miskin

dianggap berdaya apabila telah mampu meningkatkan kesejahteraan sosial-

ekonominya melalui peningkatan kualitas SDM, peningkatan kemampuan

permodalan, pengembangan usaha, dan pengembangan kelembagaan usaha

bersama dengan menerapkan prinsip gotong royong dan partisipaso

(Ismawan, 2001)42.

2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

a. Pengertian UMKM

41 Indra Ismawan, Sukses di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan kecil dan

Menengah, (Gramedia: Jakarta, 2001), h. 55 42 Indra Ismawan, Sukses di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan kecil dan

Menengah, (Gramedia: Jakarta, 2001), h. 37

Page 52: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Agar lebih lengkap pemahaman kita maka ada baiknya melihat beberapa

definisi yang ada dari berbagai pihak yang memiliki keterlibatan dengan

UMKM, definisi tersebut sebagai berikut:43

1) UU No. 9/1995 tentang Usaha Kecil, Usaha Kecil adalah aset yang

kurang dari 200 juta di luar tanah dan bangunan. Omzet tahunan

kurang dari Rp. 1 milyar. Dimiliki oleh orang Indonesia.

Independen, tidak terafiliasi dengan usaha-usaha menengah-besar.

Boleh berbadan hukum, boleh tidak.

2) Badan Pusat Statistik, Usaha Mikro: mempunyai pekerja 5 orang,

termasuk tenaga keluarga yang tidak di bayar. Usaha Kecil:

mempunyai pekerja 5-19 orang. Usaha Menengah: mempunyai

pekerja 10-99 orang.

3) Bank Indonesia: Usaha Mikro (SK Dir BI No. 31/24/KEP/DIR tgl 5

Mei 1998: usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati

miskin. Dimiliki keluarga. Sumberdaya lokal dan teknologi

sederhana. Lapangan usaha mudah untuk exit dan entry. Usaha Kecil

(UU No. 5/1995): aset Rp. 200 juta diluar tanah dan bangunan

dengan omzet tahunan Rp. 1 milyar. Usaha Menengah (SK Dir BI

No. 30/45/Dir/UK tgl 5 januari 1997): Aset 5 milyar untuk sektor

43 M. Asdar, Strategi Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Melalui Lembaga Keuangan Syariah (LKS) Untuk Mengentaskan Kemiskinan Dan Pengurangan pengangguran, (International Seminar On Ismlamic Economics as a Solution, Medan, 2005), hal. 164

Page 53: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

industri. Aset Rp. 600 juta diluar tanah dan bangunan untuk sektor

non-industri manufacturing. Omzet tahunan Rp. 3 milyar.

b. Karakteristik UMKM

Untuk melakukan pemberdayaan yang komprehensif maka kita perlu

memahami karakteristik dan problem UMKM, sehingga dengan mengetahui

kondisinya maka dapat dilakukan diagnosa lebih baik untuk menentukan

solusi terbaik yang kemudian dapat dijabarkan dalam sebuah strategi.

Adapun karakteristik UMKM adalah sebagai berikut:44

1) Mempunyai skala yang kecil, baik modal, penggunaan tenaga kerja

maupun orientasi pasar.

2) Banyak berlokasi di pedesaan, kota-kota kecil atau daerah pinggiran

kota besar

3) Status usaha milik pribadi atau keluarga

4) Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan sosial budaya (etnis,

geografis) yang direkrut melalui pola pemagangan atau melalui pihak

ketiga.

5) Pola kerja seringkali part time atau sebagai usaha sampingan dari

kegiatan lainnya.

6) Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi,

pengelolaan usaha dann administrasinya sederhana.

44 Alila Pramiyanti, "Studi Kelayakan Bisnis Untuk UKM", (Yogyakarta: Media Presindo,

2008), hal. 5

Page 54: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

7) Struktur permodalan sangat terbatas dan kekurangan modal kerja serta

sangat bergantung terhadap sumber modal sendiri dan lingkungan

pribadi

8) Strategi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang

sering berubah secara cepat.

c. Sektor-sektor UMKM

Usaha-usaha kecil dan mikro terdapat pada seluruh sektor perekonomian,

yaitu (DEKOPIN, 2002)45:

1) Sektor perkebunan

Usaha perkebunan yang termasuk usaha kecil dan mikro disini adalah

usaha perkebunan pada kebun-kebun rakyat yang terbagi dalam lahan

sempit.

2) Sektor pertanian

Usaha pertanian termasuk kategori usaha kecil, karena sebagian besar

dari mereka mengusahakan lahan pertanian yang luasnya kurang dari 1

hektar.

3) Sektor industri

Usaha kecil dan mikro pada sektor ini berwujud berbagai industri kecil

rumah tangga, yang menghasilkan berbagai jenis barang kerajinan dan

keperluan rumah tangga.

45 Ishak RS, Pemberdayaan Masyarakat Miskin, www.dekopin.com., di akses pada tanggal

29 Agustus 2008

Page 55: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

4) Sektor perdagangan

Usaha kecil dan mikro pada sektor ini berwujud usaha perdagangan

yang dijalankan rakyat kecil di pasar-pasar tradisional, toko, kios dan

warung-warung di sepanjang jalan dan kampung-kampung dan

sebagainya.

5) Sektor kehutanan

Pada sektor kehutanan ini usaha kecil dan mikro berwujud pada rupa-

rupa usaha pemanfaatan hasil hutan.

d. Problem UMKM

Setelah memahami karakteristik UMKM maka langkah lebih lanjut adalah

memahami permasalahan-permasalah yang ada di dunia UMKM, adapaun

permasalahan tersebut antara lain:46

1) Kelemahan dibidang organisasi dan manajemen

2) Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk

memperoleh jalur akses terhadap sumber-sumber permodalan

3) Kelemahan dalam memperoleh peluang dan memperbesar pangsa

pasar

4) Keterbatasan dalam kelemahan pemanfaatan akses dan penguasaan

teknologi, khususnya teknologi terapan.

46 Alila Pramiyanti, Studi Kelayakan Bisnis Untuk UKM, (Media Presindi: Yogyakarta, 2008),

h. 10

Page 56: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

5) Masih rendahnya kualitas SDM yang meliputi aspek kompetensi,

keterampilan, etos kerja, karakter, kesadaran akan pentingnya

konsisten mutu dan standarisasi produk dan jasa, serta wawasan

kewirausahaan.

6) Keterbatasan penyediaan bahan baku mulai dari jumlah yang dapat

dibeli, standarisasi kualitas yang ada, maupun panjangnya rantai

distribusi bahan baku yang berakibat pada harga bahan baku itu

sendiri.

7) Sistem kemitraan yang pernah digulirkan selama ini, cenderung

mengalami distorsi di tingkat implementasi sehingga berdampak pada

sub-ordinasinya pelaku usaha mikro, kecil dan menengah

dibandingkan dengan mitra usahanya (usaha besar).

Page 57: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB III

GAMBARAN UMUM

LEMBAGA NIRLABA MASYARAKAT MANDIRI PARUNG, BOGOR

A. Sejarah Berdiri

Masyarakat Mandiri (MM) adalah sebuah Lembaga Nirlaba yang bergerak

dalam bidang pemberdayaan masyarakat miskin di pedesaan dan perkotaan, telah

melakukan program pengembangan kemandirian masyarakat untuk memperkuat visi

dan misi sebagai wahana pemberdayaan berbagai komunitas dhuafa atau yang

terpinggirkan, sehingga mereka mencapai kemandirian. Kehadirannya dibidani oleh

Dompet Dhuafa Republika (DD-R) pada tahun 2000.47

Kehadirannya tidak terlepas dari gejolak permasalahan sosial di Indonesia.

Kondisi kemiskinan membuat banyak masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan

dasar secara layak seperti makanan, kesehatan, perumahan dan pekerjaan. Dalam

banyak hal, orang miskin dipaksa untuk hidup dalam situasi yang tidak manusiawi.

Harkat dan martabat sebagai manusia terabaikan dan acapkali mendapat perlakuan

yang tidak adil dari pihak lain.

Dompet Dhuafa (DD) hadir dengan misi sosialnya membantu kaum dhuafa

dengan menggunakan dana zakat, infak, shadaqh (ZIS) dari masyarakat. Selama

tahun 1993 sampai dengan 1999 DD membuat program untuk membantu kaum

47 Company Profile Masyarakat Mandiri Parung Bogor, www.masyarakatmandiri.org

Page 58: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

dhuafa. Namun pada waktu itu program lebih banyak charity. Program-program itu

dirasakan tak perbah kunjung usai. DD yang terus berupaya melakukan inovasi-

inovasi dalam setiap programnya. Bantuan yang selama ini didanai oleh DD jangan

sampai berdampak pada pemiskinan melainkan pemberdayaan. Oleh karena itu, DD

terus mengembangkan diri dengan belajar kelembag lain yang berpengalaman dalam

mengelola dana untuk pemberdayaan masyarakat. Wujudnya pada bulan November

1999, empat orang manager DD berangkat ke Malaysia untuk membina ilmu di

lembaga-lembaga sejenis DD seperti Baitul Mall Malaysia, Pusat Pungutan Zakat

(PPZ), Amanah Ikhtiar Malaysia (AIM) dan Pusat Rahmat.48

Tindak lanjut dari kunjungan ke Malaysia, pada bulan Desember 1999,

melalui rekomendasi analisa SWOT diagendakan pengembangan pemberdayaan

dengan model kelompok. Model ini diharapkan peran pendampingan dan pembinaan

DD akan semakin efektif dan efisien. Model kelompok dipilih berdasarkan

pengalaman DD terhadap pembinaan usaha perorangan. Program pemberdayaan

waktu itu masih merupakan program DD dari divisi pendayagunaan.

Selama pemberdayaan berlangsung, DD terus melakukan diskusi dan studi ke

beberapa LSM dan proyek pemberdayaan di Indonesia seperti Bina Swadaya, Bina

Desa, LP3ES dan lain-lain. Sebagai persiapan penyempurnaan program, pada bulan

48 Miptah Abdurrajak R, "Pelaksanaan Program Kredit Mikro (Studi Pelaksanaan Program

Kredit Mikro Oleh Lembaga Masyarakat Mandiri Parung, Bogor)," (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI, Depok, 2007), h. 49

Page 59: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

April 2000 diselenggarakan pelatihan mikrokredit model Amanah Malaysia (AIM),

pelatih langsung didatangkan dari AIM dengan peserta dari DD.49

Akhirnya setelah melalui berbagai pertimbangan, untuk memaksimalkan

upaya pemberdayaan dan untuk mengembangkan program secara professional maka

dibentuklah sebuah lembaga pemberdayaan masyarakat dengan nama Masyarakat

Mandiri. Sedangkan DD menjadi lembaga mandiri yang lebih fokus pada

penggalangan dana ZIS secara professional. Sejak bulan juli 2005, MM resmi

menjadi lembaga otonom dengan memperkuat visi dan misi sebagai wahana

pemberdayaan berbagai komunitas dhuafa atau yang terpinggirkan sehingga mereka

mencapai kemandirian.

Membangun keberdayaan komunitas, adalah kombinasi penyadaran,

manajemen, dan skill di satu sisi, dan aktivitas penguatan dan peluasan pasar, serta

merekat sinergi multi-stakeholder di sisi lain. Untuk yang pertama, jelas lebih sulit.

Penyadaran, menyentuh aspek moralitas (kejujuran), mental (etos, disiplin), hal yang

memerlukan kelapangan hati dan pikiran agar komunitas dampingan bias

berorganisasi sesuai harapan. Karena itu, Masyarakat Mandiri (MM) sebagai

organisasi pemberdaya, sangat serius dalam soal ini, sehingga sampai harus

menempatkan pendamping tinggal ditengah-tengah komunitas dampingan. Untuk

yang kedua, membuka akses market dan membangun sinergi, merupakan proses

lanjutannya. Dalam tahap ini, kesabaran dan ketekunan, capacity building tim

49 Miptah Abdurrajak R, "Pelaksanaan Program Kredit Mikro (Studi Pelaksanaan Program

Kredit Mikro Oleh Lembaga Masyarakat Mandiri Parung, Bogor)," h. 50

Page 60: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

pendamping, menjadi sesuatu yang mutlak mengingat ”multi-stakeholders" yang

dijalin dan dilibatkan, juga menuntut penyampaian yang masuk akal, jelas

maslahatnya, dan terukur.

B. Visi, Misi dan Tujuan50

1. Visi

Tumbuhnya komunitas-komunitas yang berdaya dan berkemampuan untuk

meningkatkan kualitas kehidupannya, secara mandiri dan berkesinambungan.

2. Misi

a. Memfasilitasi penyadaran komunitas dalam membangun diri dan

lingkungan kearah kehidupan yang berkualitas.

b. Membangun kapasitas kelembagaan local.

c. Memfasilitasi terjadinya sinergi peran lintas pelaku (multistakeholder)

untuk keberlanjutan system mata penghidupan (livelihood system)

komunitas

3. Tujuan

a. Tercapainya kemandirian material

Yaitu: tercapainya kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan

hidup dasar (basic needs), serta cadangan dan mekanisme untuk bertahan

dalam kondisi krisis.

b. Tercapainya kemandirian intelektual komunitas sasaran

50 Company Profile Masyarakat Mandiri Parung Bogor, www.masyarakatmandiri.org

Page 61: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Yaitu: terbentuknya kemandirian berfikir, bersikap serta berkesadaran

kritis.

c. Tercapainya kemandirian manajemen komunitas sasaran

Yaitu: kemampuan komunitas dalam mengelola aksi kolektif untuk

mewujudkan kelembagaan local yang berkelanjutan, sehingga mampu

menjalin kemitraan yang setara lintas pelaku (stakeholder).

C. Prinsip-prinsip Dasar, Nilai-nilai Dasar, Peran Masyarakat Mandiri51

1. Prinsip-prinsip Dasar

a. Pembangunan terpadu

Program pembangunan komunitas mencakup aspek pembangunan

ekonomi, social, budaya, lingkungan hidup, kepribadian/mental dan

spiritual.

b. Keberpihakan dengan mengutamakan yang terabaikan

c. Partisipatif

Komunitas sasaran sebagai aspek pelaku, orang luar. Pendamping hanya

bertindak sebagai fasilitator dan katalisator proses

d. Pemberdayaan

Penguatan sumber-sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan

keterampilan bagi komunitas agar mereka mampu meningkatkan

kapasitasnya untuk menentukan masa depannya sendiri

51 Sri Murniati, "Efektivitas Pembiayaan Zakat Produktif Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus Mitra Masyarakat Mandiri Parung, Bogor)," (Skripsi S1 Program Studi manajemen Perbanklan Syariah STEI SEBI, Jakarta 2007), h. 45

Page 62: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

e. Keberlanjutan (sustainability)

Program mampu di lajutkan oleh komunitas sasaran

f. Keswadayaan

Sedapat mungkin menggunakan sumberdaya yang tersedia dari dalam

komunitas itu sendiri, dan meminimalisasi penggunaan sumberdaya dari

luar.

2. Nilai-nilai Dasar

a. Integritas

Selalu berfikir dan berenergi posotif, dapat diandalkan, jujur, bertanggung

jawab secara moral dan finansial, menggunakan semua sumberdaya secara

efisien dan efektif

b. Keunggulan

Kepekaan, kepemimpinan dan profesionalisme

c. Visioner

Proaktif, inovatif, kreatif dan progresif

d. Berkomitmen

Keyakinan, ketekunan, motivasi tinggi, bekerjasama menuju misi dan

tujuan bersama

e. Peka

Hormat terhadap sifat khas orang-orang lain, tanggap, memperlakukan

orang dengan martabat dan penghargaan.

f. Inklusif dan non partisipan

Page 63: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Tidak memihak pada satu golongan atau partai manapun

D. Orientasi Program dan Jenis Program52

1. Orientasi Program

a. Program yang menitikberatkan pada social development

Pendampingan program pengembangan social partisipatif melalui

peningkatan keahlian dan keterampilan komunitas sasaran.

b. Program yang menitikberatkan pada economic development

Pendampingan penumbuh kembangan kemandirian ekonomi melalui

pengembangan potensi ekonomi local dan partisipasi masyarakat.

2. Jenis Program

a. Pengembangan Kualitas SDM

Pendidikan, pelatihan dan pembinaan mental/spiritual

b. Penguatan infrastruktur social

1) Pada level komunitas sasaran: penguatan ikatan-ikatan sosial

komunitas (social capital), penumbuhan institusi lokal yang berbasis

komunitas (community organizing).

2) Pada level masyarakat/publik: penumbuhan semangat dan aktivitas

volunteerism, pendampingan berbasis volunteerism (sebagai sarana

interaksi antara muzakki dengan mustahik)

E. Sasaran53

52 Sri Murniati, "Efektivitas Pembiayaan Zakat Produktif Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil

Menengah (Studi Kasus Mitra Masyarakat Mandiri Parung, Bogor)," h. 48

Page 64: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

1. Kriteria Kelompok Sasaran

a. Dari segi pendaptan dan kepemilikan

1) Kepala keluarga yang mempunyai penghasilan dari usaha utama per

hari ≤ Rp. 20.000,- untuk wilayah pedesaan (rural) atau menyesuaikan

dengan UMR daerah sasaran.

2) Kepala keluarga yang mempunyai penghasilan per hari ≤ Rp. 30.000,-

untuk wilayah pinggiran kota (sub urban) dan perkotaan (urban) atau

menyesuaikan dengan UMR daerah sasaran.

3) Kondisi rumah (milik sendiri/sewa/kontrak) kurang layak dan

kepemilikan harta (peralatan hidup) terbatas, dideskripsikan dengan

indeks rumah. Selain itu ada penilaian dari masyarakat setempat

bahwa yang bersangkutan termasuk miskin.

b. Dari segi potensi Usaha:

1) Potensi pengembangan, artinya usaha tersebut mampu untuk

ditingkatkan baik skala maupun ruang lingkupnya:

⇒ Ketersediaan bahan baku

⇒ Kapasitas produksi

⇒ Potensi pasar

⇒ Daya serap tenaga kerja

53 Nana Mintarti, dkk, Panduan Program Umum dan Teknis, cet. Ke-2, (Masyarakat Mandiri, 2008), h. 5

Page 65: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

2) Potensi pemberdayaan untuk menciptakan usaha turunan, artinya

dalam pengembangan usaha tersebut akan dimungkinkan untuk

memberikan peluang pekerjaan dan atau manfaat ekonomi bagi para

mustahik lainnya.

3) Potensi pemanfaatan sumber daya local.

c. Dari segi potensi SDM:

1) Usia produktif minimal 18 tahun atau telah menikah dan maksimal 60

tahun

2) Mempunyai visi untuk pengembangan usaha

3) Mampu bekerja

4) Tidak sedang menerima bantuan program yang sejenis dari pihak lain

2. Kriteria Wilayah Sasaran

a. Wilayah Urban

1) Daerah kumuh dan padat penduduk

2) Mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai sentra produksi

3) Mampu bekerja

4) Tidak sedang menjalankan program yang sejenis dari pihak lain

b. Wilayah Rural

1) Mempunyai potensi komoditas unggulan yang komparatif

2) Memiliki kompetensi sumber daya alam dimana kelompok miskin

mempunyai aksesibilitas dalam pengelolaan sumber daya alam

tersebut

Page 66: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

3) Memiliki potensi SDM yang mendukung baik dalam kualitas maupun

kuantitas

4) Tidak termasuk daerah konflik atau daerah yang mempunyai potensi

konflik yang tinggi

F. Pengorganisasian Komunitas54

Gambar 1. Pengorganisasian Komunitas

G. Struktur Organisasi55

Gambar 2. Struktur Organisasi Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Republika (Sumber: Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Republika)

54 Nana Mintarti, dkk, Panduan Program Umum dan Teknis, cet. Ke-2, (Masyarakat Mandiri,

2008), h. 16 55 Sri Murniati, "Efektivitas Pembiayaan Zakat Produktif Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil

Menengah (Studi Kasus Mitra Masyarakat Mandiri Parung, Bogor)," h. 58

Direktur

mitra mitra

mitra

mitra

mitra

Kelompok Mandiri (KM)

Induk KM KM KM

induk induk induk Ikhtiar Swadaya Mitra (ISM)

Dewan mitra

Majelis Musyawarah Mit

Page 67: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Jumlah personal team Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Republika: 11 staf

manajemen, 5 koordinator program, dan 15 staf pendamping lapangan, yaitu:

Direktur : Nana Mintarti

Program Manager : Tendy Dwi Satrio

Program Manager Assistant : Ponco Nugroho

General Support Coordination : Wasi'ah R. Mahary

Staff of Logistic : Anwar Syam

Financial Staff : Sutisna Ahmad

General Affair Staff : Pandi Arahap

Accounting : Liberty Sanusi

Marketing & Communication Program : Erma Whayuni

Communication staff : Hery Djatmiko Kurniawan

General Support

Marketing Communication

Manager

Koordinator

Program Manager

P PPPP

Page 68: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Program Coordinator : Armie Roby Saharty

Ahsin Aligori Munipah

Rano Karno

Program Officer : Astri Permatasari Cucu Wiguna

Leni Marlina Dede Sukiaji

Gito Haryanto Suherman

Muharamar Razak Cucu Wiguna

Ine Prestiani Rudi D. Sutiyanto

Stivani Gunanti Siskawati

Leni Marlina Desi Purwandari

Rofi'ah Ery Sugianto

Ahmad Faisol

Page 69: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB IV

STRATEGI LEMBAGA NIRLABA MASYARAKAT MANDIRI

DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN UMKM

A. Strategi Masyarakat Mandiri

Program Masyarakat Mandiri merupakan suatu program yang

mengutamakan pemberdayaan ekonomi rakyat untuk mendorong dan

melindungi tumbuh dan berkembangnya kekuatan ekonomi lokal serta

mengarah pada kemitraan yang berbasis pada kekuatan rakyat. Untuk itu,

strategi yang diterapkan pada program Masyarakat Mandiri meliputi:56

1. Strategi Utama

a. Pembentukan kelompok secara partisipatif

1) Pembentukan kelompok-kelompok dampingan di komunitas pelaku

usaha mikro makanan jajanan yang tinggal di sekitar wilayah

Jabodetabek.

2) Membangun consensus atau komiten bersama untuk menyelesaikan

persoalan/masalah yang dihadapi oleh komunitas di masing-masing

wilayah dampingan dengan menggali ide atau gagasan

(pengembangan asset, usaha turunan) demi kemajuan kelompok dan

masyarakat di sekitar tempat tinggal komunitas.

56 Cetak Biru Program, Program Pemberdayaan EkonomiPelaku Usaha Mikro Makanan

Jajanan Yang Rentan Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya, (Bogor: Masyrakat Mandiri, 2006), h. 7

Page 70: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

3) Pembiayaan (pinjaman) mikro kepada usaha-usaha skala mikro

untuk digunakan sebagai modal dalam usaha mengeluarkan mereka

dari jerat kemiskinan.

4) Membentuk jaringan kerja (produksi, pengadaan bahan baku,

pemasaran) antara kelompok di bidang kegiatan usaha makanan

jajanan yang halal dan sehat, berbagai pengetahuan dan pengalaman,

informasi dan menghimpun kekuatan bersama agar posisi tawar para

pelaku usaha mikro makanan jajanan menguat.

b. Penguatan kapasitas SDM secara komunitas

1) Kegiatan pendampingan dan pelatihan secara berkala (keamanan

pangan, pengolahan pangan, kewirausahaan) berkolaborasi dengan

pihak terkait (Dinkes, Disnak, LP POM MUI, Disperindag, Dinkop,

Perguruan Tinggi, Pemda).

2) Kegiatan pendampingan untuk penguatan kapasitas individu dan

kelompok (nilai-nilai religius, tata pembukuan, pembinaan keluarga,

manajemen diri, nilai-nilai usaha).

3) Belajar bersama, diskusi kelompok, magang dan studi banding.

c. Menciptakan dan mengembangkan usaha produktif

1) Mengembangkan usaha produktif (makanan jajanan) yang sudah ada

melalui penguatan modal kerja, antara lain: bahan baku, gerobak,

tempat penjualan, peralatan dan lain-lain (pembiayaan modal

bergulir). Membuka bidang baru dan usaha turunan.

Page 71: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

2) Mengumpulkan informasi dan mengakses pasar untuk

mengidentifikasi peluang usaha baru (penggilingan mie,

penggilingan bakso, pengadaan bahan-bahan tambahan dan lain-lain)

d. Pengembangan kelembagaan secara komunitas

1) Menumbuhakan kegiatan kolektif (kolective action) secara

berkelompok dalam hal penguatan usaha dan pengembangan usaha

bersama dalam 1 wilayah dan antara wilayah.

2) Membentuk himpunan kelompok menjadi wadah formal

(paguyuban, asosiasi, koperasi) yang memiliki peranan sebagai

pengontrol system keamanan pangan terpadu bagi setiap kelompok,

menjembatani proses sertifikasi individu dan kelompok serta

memudahkan akses kelembaga keuangan.

2. Strategi Pendukung

Strategi pendukung antara lain pelaksanaan Program

Pembangunan Sosial (PPS) yang mencakup:

a. Pembinaan keislaman atau keagmaan sebagai penguat etos

kerja dan pendampingan kepribadian islam.

b. Pendampingan dan perluasan wawasan kelompok sasaran

dan masyarakat sekitar terhadap pentingnya pendidikan dan

kesehatan.

Page 72: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Untuk mencapai dan merealisasikan strategi-strategi tersebut maka

diperlukan suatu penjaringan mitra. Pada program Masyarakat Mandiri

penjaringan mitra dilakukan dengan beberapa tahap:57

1. Perencanaan

Perencanaan (planning) menyangkut rencana kerja dan

bagaimana mengerjakannya dengan hasil rencana (plan).

Fungsi perencanaan di Masyarakat Mandiri untuk tiap desa

dampingan dilaksanakan oleh Pendamping Mitra. Rencana

yang dibuat oleh Pendamping Mitra adalah berasal dari bahan

yang diperoleh dari survey, identifikasi sasaran, dan Studi

Kelayakan Mitra (SKM). Menurut Saharti (2002)58, bahwa

survey yang dilakukan digunakan untuk melihat potensi yang

ada di setiap dusun atau desa yang bisa dikembangkan dan

mendukung peningkatan pendapatan masyarakat. Tahap

identifikasi sasaran dilakukan dengan mencari sasaran program

yang akan didampingi oleh Masyarakat Mandiri melalui

pendapatan masyarakat miskin, terutama golongan pra-

sejahtera yang memiliki usaha, dan melakukan kemauan untuk

mengembangkan usaha tersebut. Studi Kelayakan Mitra (SKM)

57 Sigit Pamungkas, "Evaluasi Program Pemberdayaan MM-DD (Kasus Desa Buana Jaya,

Cariu, Bogor)," (Skripsi S1 Fakultas Pertanian IPB, 2003), h. 68 58 Saharti, Laporan Bulanan MM-DD Desa Buana jaya: Pelayanan dan Pemberdayaan,

(Jakarta: Masyarakat Mandiri, 2002), h. 29

Page 73: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

dilakukan untuk mengetahui keadaan keluarga calon mitra

secara keseluruhan.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan (actuating) adalah aktivitas setelah rencana

dimiliki, Pendamping Mitra (PM) harus mampu melakukan

aktivitasnya berdasar atas rencana untuk mewujudkan atau

realisasi rencana. Menurut Ginting (1999)59 aktivitas seperti ini

disebut implementasi (terhadap rencana). Pada pelaksanaan

program Masyarakat Mandiri yaitu pinjaman mikro kredit,

Pendamping Mitra memiliki peran sebagai pembingbing atau

Pembina. Sementara itu, menurut Sikhonze (1999)60 dalam

penelitiannya mengenai penyuluhan pembangunan dalam

pemberdayaan masyarakat mengemukakan bahwa peran

pendamping (penyuluh) dapat dibedakan menjadi tiga bagian,

yaitu peran konsultan, peran pembimbingan dan peran

penyampaian informasi. Peran Pendamping Mitra itu senndiri

59 Meneth Ginting, Kontribusi Penyuluhan Pembangunan Dalam Mendukung Pelaksanaan

Otonomi Daerah, (Bogor: Pustaka Wirausaha Muda, 1999), h. 56 60 W. B. Sinkhonze, The Role Of Extention in Farmer Education and Information

Dissemination in Swaziland, (German: Institute for International Cooperation Of The Geman Education Assosiation, 1999), h. 98

Page 74: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

dalam pelaksanaan program Masyarakat Mandiri di lapangan

meliputi:61

a. Sosialisasi program pada level komunitas

Bentuk sosialisasi yang dilakukan Pendamping Mitra

seperti menghadiri pengajian, ikut kumpul-kumpul

bersama ibu-ibu atau masyarakat pada umumnya pada

saat pembuatan makanan ringan, Selain itu, sosialisasi

dilakukan melalui rapat mingguan yang dihadiri oleh

aparat kecamatan, aparat desa, kepala dusun, ketua

RT/RW. Pada dasarnya sosialisasi yang dilakukan

adalah dengan mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang

ada pada masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar tujuan

dari program Masyarakat Mandiri tercapai.

Pada proses sosialisasi di atas dapat disimpulkan bahwa

prinsip dasar sosialisasi pendampingan untuk

pemberdayaan masyarakat adalah pengakuan akan

pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat.

b. Melakukan kajian keadaan komunitas secara partisipatif

Kajian keadaan komunitas secara partisipatif

dimaksudkan agar komunitas mampu dan percaya diri

61 Nana Mintarti, dkk, Buku Panduan Teknis Bagi Pendamping Program Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri, h. 11

Page 75: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

dalam mengidentifikasi serta menganalisa keadaannya,

baik potensi maupun permasalahannya. Selain itu,

tahap ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran

mengenai aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan

masyarakat serta SDA dan SDM. Dalam langkah kajian

ini disediakan proses dimana komunitas mendapatkan

kesempatan untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman

dan pengetahuannya. Pendekatan yang dipakai adalah

Partisipatory Rural Appraisal (PRA). PRA adalah suatu

pendekatan yang memanfaatkan macam-macam teknik

visualisasi untuk mendukung proses keadaan tersebut.

c. Menemukan dan mengenali masalah, potensi dan

kelompok sasaran

Kajian keadaan komunitas secara partisipatif di

harapkan dapat menemukan dan mengenali masalah

dan potensi yang terdapat di komunitas. Sedangkan

untuk menemukan dan mengenali kelompok sasaran

dilakukan dengan studi kelayakan mitra. Maka dengan

studi kelayakan inilah kemudian akan muncul berbagai

macam pertimbangan untuk lebih selektif dalam

menentukan calon mitra sebelum menjadi mitra. Hal ini

Page 76: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

dilakukan untuk menghindari adanya resiko yang lebih

besar terhadap jalannya program pemberdayaan ini.

d. Pembentukan Kelompok Mandiri

Salah satu bagian aktivitas terpenting Masyarakat

Mandiri adalah melakukan mobilisasi Pendampingan

Mitra (PM) ke lokasi yang akan di dampingi.

Pendampingan Mitra mulai tinggal bersama masyarakat

sebagai awal menjalin kedekatan bersama komponen

masyarakat. Kemudian Pendampingan Mitra mulai

menggali lebih dalam data potensi desa meliputi SDA

dan SDM calon sasaran, hingga kelompok mandiri

terbentuk.

Secara garis besar proses pelaksanaan program sebagai

mana gambar 3 di bawah ini:62

Gambar 3. Proses Pelaksanaan Program Masyarakat Mandiri (MM)

62 Nana Mintarti, dkk, Buku Panduan Teknis Bagi Pendamping Program Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri, h. 10

Persiapan

Sosialisasi

Page 77: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Tahap II

Tahap II

e. Pembiayaan Usaha

Pembiayaan kepada mitra adalah salah satu

bentuk aktivitas penguatan kepada mitra yang akan

diikuti oleh aktivitas program lainnya. Pembiayaan ini

hanya akan diberikan kepada mitra yang memenuhi

kriteria dhuafa dan secara ekonomi cukup layak untuk

mendapatkan pembiayaan. Selanjutnya bagi mitra yang

tidak memenuhi syarat mendapatkan pembiayaan, dapat

bergabung menjadi mitra untuk mendapatkan fasilitas

penyuluhan, pembinaan dan pendampingan serta

memperoleh kesempatan dalam proses sertifikasi halal

Pembentukan kelompok & kelembagaan Tahap 1

Monitoring & Evaluasi

Pelepasan Program (Exit Strategy) Tahap III

Pemupukan modal swadaya

Pembangunan jaringan dan sinergi

Pengembangan dan penguatan kelembagaan

Dukungen teknis dan penguatan usaha

Kaderisasi Kader Lokal

Peningkatan Kapasitas SDM

Pembiayaan Usaha

Page 78: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

dari LP-POM MUI dan sertifikasi P-IRT dari Dinas

Kesehatan. Adapun prinsip layanan pembiayaan MM

adalah sebagai berikut:63

1) Layanan langsung kemasyarakat: mitra yang ingin mendapatkan

pembiayaan harus bergabung langsung dan menjadi anggota

Kelompok Mandiri, tanpa diwakili oleh oleh pihak manapun,

sehingga pembiayaan akan langsung diterima oleh calon penerima

manfaat.

2) Jaminan: Pembiayaan dapat diberikan tanpa adanya persyaratan

jaminan kebenaran.

3) Prosedur sederhana: asas layanan langsung dan saling kenal dan

percaya di tingkat masyarakat lebih menjamin adanya prose

pembiayaan yang cepat dengan prosedur pengajuan pembiayaan

dan persyaratan administrasi yang sederhana dan tidak berbelit-

belit.

4) Pembagian keuntungan: Penetapan margin keuntungan dilakukan

berdasarkan prinsip pengembalian pembiayaan yang digunakan

untuk usaha produktif.

5) Prinsip kelayakan: setiap permohonan pembiayaan Kelompok

Mandiri hanya dapat diberikan dengan prinsip pendekatan rasional,

63 Miptah Abdurrajak R, "Pelaksanaan Program Kredit Mikro (Studi Pelaksanaan Kredit Mikro Oleh Masyarakat Mandiri)," (Skripsi S1 Fakultas Ilmuy Sosial dan Ilmu POlitik UI Depok, 2007), skripsi, h. 66

Page 79: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

yaitu berdasarkan kelayakan usaha mitra/kelompok sebagai calon

penerima pembiayaan.

6) Jenis usulan kegiatan/kebutuhan pembiayaan: Pembiayaan pada

dasarnya dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan modal

usaha berbagai kegiatan ekonomi produktif, baik untuk kebutuhan

modal kerja maupun infestasi khususnya yang berhubungan

dengan usaha mitra makanan jajanan yang halal dan thayyib.

7) Jangka waktu pembiayaan dan system pembayaran angsuran:

dengan tetap mempertimbangkan kelayakan usahanya, prinsip

perguliran dana secara sehat, terbuka, cepat, merata dan adil.

8) Bayar Maju: peminjam diperkenankan untuk melunasi

pembiayaannya secara lebih awal dan akan diperhitungkan

pengurangan beban kewajiban mark up bila diperlukan.

9) Sanksi: mekanisme pemberian sanksi berdasarkan aturan-aturan

yang berlaku di Masyarakat Mandiri (tidak direkomendasikan

memperoleh pembiayaan lagi) dan kelompok mandiri (dikeluarkan

dari keanggotaan kelompok).

Gambar 4. Bagan Alur dan Angsuran Program Urban

ALUR ANGSURAN ALUR

MITRA

Angsuran perminggu

SKM/SPP Tahap 1

Page 80: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Keterangan

------ : pengajuan : angsuran

: pencarian KP : Koordinator Program

SPP : Surat Permohonan Pembiayaan SKM : Studi Kelayakan Mitra

Proses pengajuan dan pembayaran angsuran pada

gambar diatas dapat dijelaskan dalam tabel 2 di bawah

ini:64

Tabel 2. Alur Proses Pengajuan dan Angsuran Pembiayaan

64 Miptah A. Razak Ramli, Pelaksanaan Program Kredit Mikro Lembaga Masyarakat

Mandiri, h. 69

Marjin BBA, infaq & TAMI di setor ke

Bendahara Kelompok

KELOMPOK MITRA (KM)

REMBUG MITRA RAPAT KOMITE 1

Pengajuan SPP hasil komite 1

Pendamping Mitra (PM) Pengajuan

Rekap (SPP)

Divisi Program MM

AMW ke rek. Bank Syariah per wilayah atas

2 nama (KP dan PM)

PERSETUJUAN KOMITE 2

Pengajuan SPP hasil komite 2

Bagian keuangan

MM

Tahap 4

Tahap 2

Tahap 3

Page 81: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

TAHAPAN KETERANGAN

A. PROSES PENGAJUAN

Tahap 1 o Pengajuan Skim Penyaluran Revolving Fund Dengan

Akad Jual Beli Dari Mitra melalui KM dengan mengisi

SPP dan SKM terlebih dahulu

o SPP SKIM diserahkan oleh ketua KM kepada koordinator

RM paling lambat dua hari sebelum rapat induk

Tahap 2 o SPP SKIM mitra dibahas melalui rapat induk (RM) oleh

komite 1 yang terdiri dari: Ketua KM, Bendahara KM,

Koordinatir RM dan PM

o SPP SKIM yang disetujui komite 1 diajukan ke komite 2

paling lambat 2 hari setelah rapat induk

Tahap 3 o SPP SKIM yang disetujui dirtingkat komite 1, direkap

oleh PM untuk diserahkan kepada KP (Koordintaor

Program Urban) paling lambat 2 hari

o KP mengajukan ke komite 2 yang terdiri dari: Manajer

Program/MP, KP, PM, Staf Keuangan untuk dibahas

kelayakannya paling lama 2 hari

Tahap 4 o SPP SKIM yang disetujui komite 2 diajukan oleh KP ke

Bag. Keuangan untuk diproses pencairan paling lama 6

hari.

o Pencairan SPP mitra oleh Bag. Keuangan disalurkan

melalui PM untuk diberikan ke setiap KM

H. PROSES ANGSURAN

Tahap 1 o Mitra menyetor angsuran ke KM per minggu dengan

mengisi slip setoran rangkap 4 ( arsip Mitra, Bendahara

KM, PM dan Bag. Keuangan )

o Marjin, Infaq dan Tabungan Mitra disetor ke dalam

Page 82: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Tabungan Kelompok oleh Bendahara KM

o AMW disetor ke Bendahara KM

Tahap 2 o Bendahara KM menyetor AMW para mitra ke PM pada

pertemuan induk ( RM ) 2 mingguan

Tahap 3 o PM menyetor AMW diri setiap KM ke Rek. Program per

wilayah di lembaga keuangan syariah terdekat ( Buku

Rek Tabungan Program sepenuhnya di simpan oleh Bag.

Keuangan MM )

langsung diajukan ketua KM ke PM tanpa 1khusus pembiayaan skim : Catatankomite 1 dengan asumsi RM belum terbentuk.

Studi Permohonan = SPP, Angsuran Wajib Minimum= AWM: KeteranganPembiayaan, SKM= Studi Kelayakan Mitra, SKIM= tahap pembiayaan bernilai

tertentu.

Pembiayaan yang diberikan dalam bentuk dana bergulir

dengan akad jual beli secara angsuran/cicilan antara

Masyarakat Mandiri dengan mitra melalui 3 tahap

pembiayaan (skim) berdasarkan waktu yang telah

ditentukan seperti pada table 3 di bawah ini:65

Tabel 3. Daftar Skim Pembiayaan Program Komunitas Urban SKIM Jumlah Maksimum

Pembiayaan AKAD Waktu Maksimum

Cicilan

65 Miptah A. Razak Ramli, "Pelaksanaan Program Kredit Mikro (Studi Pelaksanaan Kredit

Mikro Oleh Lembaga Masyarakat Mandiri)," h.70

Page 83: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

1 Rp. 750.000,- Cicilan Jual Beli66 10 bulan

2 Rp. 1.250.000,- Cicilan Jual Beli 12 bulan

3 Rp. 2.000.000,- Cicilan Jual Beli 12 bulan

3. Pembinaan

Salah satu untuk mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM), khsusunya usaha mitra adalah dengan

mengadakan pembinaan-pembinaan secara intensif dan

terarah. Pembinaan yang berasal dari kata bina berarti merubah

sesuatu sehingga menjadi baru, memiliki niali-nilai yang lebih

tinggi. Dengan demikian pembinaan juga mengandung makna

sebagai pembaharuan, yaitu melakukan usaha-usaha untuk

membuat sesuatu menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan, serta

menjadi lebih baik dan bermanfaat. Pembinaan ini dilakukan

oleh Pendamping Mitra. Pendamping itu sendiri menurut

Mubyarto (1994)67 adalah seseorang atau kelompok yang

bertugas menyertai proses pembentukan dan penyelenggaraan

kelompok sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator.

Dalam program Masyarakat Mandiri, pembinaan dilakukan

antara lain untuk mengendalikan langkah aktuasi agar benar-

mitra akan membayar /dimana pembeli, yaitu pembiayaan dengan cara akad jual beliCicilan jual beli 66

dengan cara mencicil/mengangsur. Margin/keuntungan jual beli dan jangka waktu cicilan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara MM (penjual) dan mitra (pembeli) sesuai dengan jangka waktu maksimum pembiayaan.

67 Mubyarto, dkk, Keswadayaan Masyarakat Desa Tertinggal, (Yogyakarta: Aditya Media, 1994), h. 33

Page 84: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

benar program yang dijalankan sesuai dengan rencana untuk

mencegah penyimpangan yang mungkin terjadi untuk

tercapainya hasil sesuai dengan kehendak maupun hal-hal yang

tercantum dalam rencana (planning). Pembinaan mitra

dilakukan setiap minggu yaitu melalui rapat mitra. Rapat mitra

dilakukan dilakukan di rumah salah satu anggota kelompok

mitra. Rapat mitra tersebut biasanya dikenal dengan istilah

rapat induk68

Maka secara garis besar, pendampingan atau pembinaan

mitra terdiri dari beberapa tahap:69

a. Tahap Perintisan dan Penumbuhan

b. Tahap Penguatan

1) Penguatan usaha (manajemen usaha, penanganan produk dan

teknologi produksi)

2) Penguatan manajemen organisasi (tertib pencatatan;

kepemimpinan dan rotasi pengurus; pamahaman peran, fungsi dan

tanggung jawab dalam organisasi; tersusun aturan-aturan secara

tertulis).

68 Induk adalah suatu kumpulan dari KM-KM yang berada dalam satu wilayah yang

berdekatan. Antara induk dan KM mempunyai aturan tersendiri dalam pengembangan usaha anggotanya dalam system tanggung renteng. Setiap induk akan bertemu satu kali dalam satu minggu (Panduan Program MM-DD, 2000)

69 Nana Mintarti, Panduan Program Umum dan Teknis, (Masyarakat Mandiri: Bogor, 2008), h. 12

Page 85: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

3) Membangun jaringan (menjalin hubungan kerjasama dengan pihak

lain/multistekholder dalam akses pemasaran dan akses informasi).

4) Penguatan permodalan (penghimpunan dan pengelolaan dana,

membangun akses pelayanan keuangan dengan kelembagaan

keuangan)

c. Tahap Pemandirian

1) Stabilitas usaha

2) Standarisasi mutu produk

3) Tata laksana dan manajemen lembaga yang mantap

4) Legalitas kelembagaan komunitas

5) Terbangun jaringan dengan multistekholder dalam akses

pemasaran, informasi dan pelayanan keuangan.

6) Kemampuan pembiayaan operasional lembaga.

B. Dampak Strategi Masyarakat Mandiri Terhadap Pemberdayaan

UMKM

Oleh karena itu, sejalan dengan semakin meluasnya kegiatan-

kegiatan pembangunan yang berprinsip pemberdayaan dan partisipasi

kelompok, kegiatan Masyarakat Mandiri pun diharapkan bersifat

partisipatif. Sesuai dengan siklus program MM Masyarakat Mandiri di

Bidaracina Jakarta Timur telah banyak memberikan dampak bagi

masyarakat umumnya dan mitra pada khsusnya.

Page 86: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Secara singkat, yang melatarbelakangi program pemberdayaan

masyarakat urban di Bidaracina berawal sejak munculnya isu-isu makanan yang

mengandung formalin dan bakso tikus yang secara tidak langsung menurunkan

citra makanan jajanan yang banyak dijual oleh para pelaku usaha/pedagang di

sekolah-sekolah, perkantoran, perumahan, pusat keramaian dan pasar-pasar

tradisional. Menurunnya citra tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain: ditemukannya bahan pengawet dan bahan tambahan pangan (BTP) yang

berbahaya seperti formalin, boraks, pewarna tekstil dan lain sebagainya dalam

proses pengolahan makanan jajanan serta adanya penggunaan bahan baku

(daging) yang bermutu rendah.

Sebagian besar perilaku para pelaku usaha belum memenuhi cara-cara

pengolahan yang sesuai dengan persyaratan keamanan pangan karena

kurangnya modal, dan kapasitas sumber daya para pelaku usaha yang secara

umum masih rendah, baik dari segi pengetahuan, sikap maupun

keterampilan.selain itu mereka dalam posisi yang lemah dan tidak memiliki

posisi tawar yang cukup kuat untuk menghadapi terungkapnya fakta-fakta

tentang adanya bahan pengawet berbahaya dan kandungan bahan tidak halal

dalam makanan jajanan. Kondisi yang dihadapi oleh pelaku usaha di atas,

berdampak secara langsung pada penurunan tingkat kesejahteraan keluarga

mereka.

Kondisi yang ingin dicapai oleh para pelaku usaha yakni

meningkatnya pendapatan yang ditandai dengan meningkatnya omzet

Page 87: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

penjualan. Untuk mencapai hal itu, perlunya dilakukan upaya-upaya yang

mengarah pada peningkatan citra jajanan makanan, modal, mutu makanan,

proses pengolahan dan kapasitas sumber daya para pelaku usaha.

Oleh karena itu diperlukan penguatan kapasitas (capacity building)

bagi mereka agar mampu menjual makanan yang halal dan sehat melalui suatu

program pemberdayaan komunitas yang membantu kelompok usaha mikro yang

rentan terhadap penggunaan bahan kimia berbahaya menjadi berdaya, selain itu

para pelaku usaha tersebut memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan usaha

yang memadai agar dapat menjalankan usahanya secara optimal. Dalam

menjalankan proses-proses tersebut digalang sinergi lintas pelaku, baik dengan

sektor publik, sektor swasta maupun keluarga masyarakat sipil lainnya.

Masyarakat Mandiri (MM) jejaring DD sebagai lembaga nirlaba yang

memiliki kepedulian untuk meningkatkan taraf hidup pelaku usaha mikro

makanan jajanan yang terkena imbas isu formalin dan bahan pengawet

berbahaya di lingkar wilayah jabodetabek menggulingkan sebuah program

pemberdayaan yang diharapkan mampu membangkitkan daya ekonomi

komunitas sasaran dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan

kesadaran. Dalam program dilakukan pendampingan usaha, penguatan modal,

pembinaan kelompok serta menumbuhkan pola jaminan keamanan pangan yang

berbasis kemunitas. Sehingga diharapkan akan mampu meningkatkan

Page 88: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

kesejahteraan para pelaku usaha makanan kecil baik pada aspek ekonomi, sosial

maupun lainnya.70

Oleh karena itu, pada sub-bab ini penulis akan mengkaji dampak

program yang telah dilakukan Masyarakat Mandiri (MM) pada program Urban

di Bidaracina Jakarta Timur.

1. Dampak Ekonomi

Berdasarkan hasil analisa, penulis mengkategorikan dampak ekonomi

pada program pemberdayaan Masyarakat Mandiri (MM) meliputi

pemberian modal, pendapatan atau penghasilan, tabungan dan asset

produktif.

a. Pemberian Modal

Unsur ini dicirikan melalui tingkah laku yang mengutamakan

pemupukan modal untuk kelangsungan dan pengembangan proses

produksi selanjutnya. Berkaitan dengan hal tersebut pemberian

pinjaman atau modal didasarkan pada qardhul hasan71, yaitu

pemberian harta kepada orang lain yang dapat di tagih atau diminta

kembali atau dengan kata lain meminjamkan dengan tanpa

mengharapkan imbalan. Dalam pengertian lain, Qardhul Hasan adalah

pembelian pinjaman atau modal dilakukan oleh orang yang punya

70 Cetak Biru Program, Program Pemberdayaan EkonomiPelaku Usaha Mikro Makanan

Jajanan Yang Rentan Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya, (Bogor: Masyrakat Mandiri, 2006), h. 3 71 M. Syafi'I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press,

2001), h. 131

Page 89: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

modal (dalam hal ini MM-DD) kepada mustahik dengan pengembalian

tanpa bunga.

Modal yang diberikan Masyarakat Mandiri kepada mitra kemudian

disebut sebagai pinjaman mikrokredit. Pinjaman ini lebih banyak

dimanfaatkan untuk permodalan usaha dibandingkan untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi keluarga. Permodalan usaha antara lain

penambahan volume usaha. Pinjaman yang diperoleh mitra mandiri

dilakukan secara bertahap. Untuk lebih rinci lagi dapat dilihat

besarnya modal mitra sebelum ada program Masyarakat Mandiri

sebagaimana pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. Besarnya Modal Mitra sebelum Program MM-DD N=14

Komunitas Modal Sebelum Program Orang %

Rp. 100.000-500.000 10 orang 71.4 Rp. 500.000-800.000 3 orang 21.5 Rp. 800.000-1.000.000 1 orang 7.1

Total 14 orang 100

Dari tabel 4 terlihat bahwa modal sebelum Masyarakat Mandiri yang

digunakan mitra rata-rata Rp. 100.000 sampai dengan Rp. 500.000

dengan jumlah mitra sebanyak 10 orang dengan persentrase 71.4%.

Mitra yang mempunyai modal antara Rp. 500.000 sampai dengan

800.000 berjumalah 3 orang dengan persentrase 21.5%, sementara

mitra yang mempunyai modal di atas Rp 800.000 berjumlah 1 orang

dengan persentrase 7.1%. modal usaha mitra tersebut di atas biasanya

Page 90: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

diperoleh dari simpanan sendiri atau bahkan dari pinjaman yang tidak

terikat. Secara keseluruhan modal awal yang digunakan mitra

tergolong rendah, sehingga pendapatan pun terbatas pada modal yang

dikeluarkan.

Dengan adanya program Masyarakat Mandiri mitra mulai mendapat

pinjaman mikrokredit tanpa bunga untuk tambahan modal usaha.

Pinjaman mikrokredit ini berupa uang yang di klasifikasikan

berdasarkan tahapan atau tingkatan pada tiap-tiap skimnya. Besarnya

pinjaman mikrokredit mitra secara rinci disajikan pada tabel di bawah

ini:

Tabel 5. Besarnya Pinjaman Tiap-tiap SKIM Mitra N=14

SKIM Ke-1 Besar Pinjaman Orang (%)

Rp. 400.000 1 (7.1) Rp. 500.000 1 (7.1) Rp. 600.000 2 (14.4) Rp. 700.000 1 (7.1) Rp. 750.000 9 (64.3)

Total 14 (100)

Berdasakan tabel 5 terlihat bahwa dengan adanya program Masyarakat

Mandiri mitra mendapat tambahan modal untuk menambah jumlah

modal atau volume usaha yang dijalankan, sehingga dengan adanya

penambahan jumlah modal diharapkan dapat meningkatkan

pendapatan yang diperoleh mitra dari usahanya.

Page 91: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

b. Pendapatan

Menurut BPS72, pendapatan dan penerimaan keluarga adalah seluruh

pendapatan dan penerimaan yang diterima oleh seluruh anggota rumah

tangga ekonomi. Akan tetapi pada penelitian ini penulis mendifinisikan

pendapatan mitra adalah pendapatan mitra yang diperoleh dari usaha mitra

itu sendiri, tidak digabung dengan pendapatan seluruh anggota keluarga.

Pada desa Bidaracina sebagian besar mitra memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari dari hasil usahanya sendiri walaupun serba berkekecukupan,

dan hampir di setiap musim hujan masyarakat desa Bidaracina terkena

dampak musibah banjir yang selalu membuat barang rumah tangga

menjadi rusak yang tentunya membutuhkan perbaikan, akan tetapi hanya

ada beberapa saja yang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dari

pendapatan family sebagaimana yang terungkap berdasarkan definisi dari

BPS.

Dalam penghitungan pendapatan mitra ada kemungkinan terjadi

perbedaan besar pendapatan antara mitra yang satu dengan mitra yang

lainnya. Penyebabnya adalah faktor modal dan jenis usaha yang

diusahakan mitra mandiri itu sendiri. Jenis usaha yang dijalankan juga

mempengaruhi pendapatan karena setiap jenis usaha mempunyai peluang

dan tingkat pasar atau kelakuan yang berbeda-beda.

72 Tingkat kemisminan di Indonesia Tahun 2005-2006, www.bps.go.id. Di akses tanggal 23

September 2008

Page 92: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Tingkat pendapatan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tingkat

pendapatan keseluruhan yang diperoleh dari usaha yang dikelola oleh

mitra. Besarnya pendapatan yang diperoleh mitra sebelum dan sesudah

ada program Masyarakat Mandiri disajikan dalam gambar di bawah ini:

Tabel 6. Pendapatan Usaha Mitra sebelum dan sesudah menjadi Mitra Mandiri

Sebelum Sesudah Pendapatan Mitra Orang % Orang %

20.000-30.000 9 64.3 1 7.1 30.000-40.000 1 7.1 8 57 40.000-50.000 3 21.5 2 14.4 50.000-75.000 1 7.1 3 21.5 Total 14 100 14 100

Gambar 5. Pendapatan Mitra Sebelum dan Sesudah Mengikuti Program MM-DD

Sebelum

Sesudah

Salah satu tujuan dari program urban adalah meningkatkan pendapatan

mitra yang berkurang akibat issue formalin, borak dan bahan tambahan

pangan berbahaya lainnya. Dari data di atas, terlihat bahwa sebanyak 9

mitra (64.3%) berpenghasilan berkisar antara Rp. 20.000-30.000,

sementara mitra yang berpenghasilan berkisar antara 30.000-75.000

0

2

4

6

8

10

20,000-30,000

30,000-40,000

40,000-50,000

50,000-75,000

S

Page 93: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

sebanyak 5 orang (35.7) atau yang menyeimbangi UMR kota Jakarta.

Kondisi itu dapat di kategorikan masih rendah, hal ini karena banyak mitra

yang kekurangan modal untuk belanja, sehingga untuk menambah volume

usaha yang dijalankan masih kurang.

Sementara itu, dari data di atas dapat dilihat bahwa setelah adanya

program Masyarakat Mandiri mitra mengalami peningkatan pendapatan

secara signifikan, hal itu di akibatkan dari adanya penambahan modal

usaha yang dapat meningkatkan produksinya dan selain itu juga

peningkatan pendapatan itu bisa dari naiknya harga jual.

Jika dibandingkan antara sebelum dan sesudah program Masyarakat

Mandiri hadir di Bidaracina, dapat disimpulkan bahwa pendampingan

yang dilakukan PM terhadap mitra mandiri meperlilhatkan adanya

peningkatan dibandingkan dengan pendapatan sebelum ada program

pinjaman mikrokredit Masyarakat Mandiri. Kondisis itu menjadi sebuah

kebahagian bagi mitra yang telah mengikuti program pinjaman

mikrokredit Masyarakat Mandiri dengan mengikuti segala aturan dan

ajarannya. Kondisi ini diungkapkan oleh salah satu mitra:

”Alhamdulillah, setelah saya menjadi anggota Masyarakat Mandiri pendapatan saya meningkat hampir 2 kali lipat. Dari yang bisanya Rp. 20.00/hari sekarang menjadi rata Rp. 35.000-40.000/hari.73

73 Walid (52 Tahun), pedagang Mie Ayam, Wawancara bersifat Individu, (Bidaracina, 15

Oktober 2008)

Page 94: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Tapi hal ini juga tidak menutup kemungkinan bahwa mitra yang

berpenghasilan tetap atau tidak mengalami peningkatan disebabkan karena

kondisi perekonomian yang belum stabil, kondisi tempat tinggal yang jauh

dari pasar sehingga menambah beban pengeluaran karena mahalnya beban

transportasi. Kondisi ini diperkuat oleh pendamping mitra terkait dengan

mitra yang mengalami peningkatan serta mitra yang memang tidak

mengalami peningkatan pendapatan atau tetap:

”Iya memang, masalah peningkatan usaha, ya pasti adakalanya naik, adakalanya menurun, ada juga yang terus-menerus segitu aja karena pasar konsumen yang tetap. Adapun mitra yang mengalami peningkatan bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya paningkatan modal usaha, peningkatan spirit bekerja dan juga konsistensi mitra mengikuti pertemuan-pertemuan rutin.”74

c. Tabungan

Tabungan dalam Islam jelas merupakan sebuah konsekwensi atau

respon dari prinsip ekonomi Islam dan nilai moral Islam, yang

menyebutkan bahwa manusia haruslah hidup hemat dan tidak bermewah-

mewahan serta mereka (diri sendiri dan keturunannya) dianjurkan ada

dalam kondisi yang tidak fakir. Jadi dapat dikatakan bahwa motivasi

utama orang menabung disini adalah nilai moral hidup sederhana (hidup

hemat) dan keutamaan tidak fakir.75

Bimbingan menabung merupakan salah satu materi pendampingan PM

yang berisi anjuran kepada mitra untuk memahami dan melaksanakan

74 Leni, Pendamping Mitra, Wawancara bersifat Individu, (Bidaracina, 14 Oktober 2008) 75 Ali Sakti, Konsep Tabungan Dalam Islam, di akses pada tanggal 16 Oktober 2008

Page 95: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

disiplin menabung. Menabung adalah menyisihkan keuntungan dari usaha

atau pendapatan yang berbentuk uang untuk dijadikan simpanan.

Tabungan merupakan suatu kebutuhan ekonomi yang digunakan mitra

ketika mitra sendiri membutuhkannya. Secara rinci mengenai keberadaan

tabungan mitra sebelum adanya program Masyarakat Mandiri disajikan

pada gambar di bawah ini:

Tabel 7. Kepemilikan Tabungan Sebelum dan Sesudah Menjadi Mitra Mandiri N=14

Sebelum Sesudah Tabungan Orang % Orang %

Punya 4 28.57 14 100 Tidak Punya 10 71.43 - - Total 14 100 14 100

Dari tabel 7 terlihat bahwa mitra yang tidak punya tabungan sama

sekali sebelum program Masyarakat Mandiri sebanyak 10 orang (71.43%)

sementara mitra yang mempunyai tabungan sebelum ada program MM-

DD sebanyak 4 orang (28.57%). Mitra yang punya tabungan mengaku ada

yang nabung di Bank dan adapula yang menabung lewat arisan ibu-ibu.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Ir:

”Sebelum saya ikut jadi anggota Masyarakat Mandiri, saya ikut arisan sama Ibu-ibu disini, ya..tapi ga gede-gede..an itu juga hanya 10 orang yang ikut arisan. Dan sekarang alhamdulillah lewat bimbingan yang dilakukan oleh mba Ln saya bisa menabung juga disini, dan tabungan itu juga bisa di ambil kapan aja.”76

Ibu Ir (37 tahun) adalah seorang ibu rumah tangga dengan jenis usahanya pedagang warung jajanan yang mempunyai tanggungan 6 orang. Suami dari ibu Ir adalah tukang ojek.

76 Irma Suryati (38 tahun), Pedagang Jajanan, Wawancara bersifat Individu, Bidaracina 15

Oktober 2008

Page 96: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Maka setelah adanya program wajib menabung yang di programkan

Masyarakat Mandiri (MM), kondisi mitra mengalami peningkatan dana

simpnan (tabungan), dari yang ada menjadi meningkat dan dari yang tidak

ada menjadi ada dan bertambah. Selain itu juga ada mitra yang dengan

Program pendampingan yang dilakukan Masyarakat Mandiri lewat

pendapingnya, mitra membuka tabungan khusus di Bank. Ini merupakan

dampak dari adanya peningkatan usaha dan juga bentuk dari penerapan

yang dilakukan dalam program pendampingan. Kondisi ini sangat

berpengaruh, sebagaimana yang diungkapkan oleh beberapa mitra:

”Saya bersyukur banget bisa membuka tabungan di bank, dan saya juga bisa nabung disini..ya walaupun ga gede tapi lumayan kan buat simpanan...”77

Selain Bapak Kurozi, Bapak Solikhin juga mengungkapkan hal yang

sama: Bapak Solikhin (27 tahun) mempunyai tanggungan keluarga 4 orang, jenis usaha

yang bidanginya adalah Pedagang Mie Ayam keliling. Bapak Slk mempunyai pendapatan 42.000/hari. Menurut pengakuannya:

”Saya nabung disini (MM) karena setiap mitra harus membiasakan menabung dengan program ini, akan tetapi ini bisa jadi pembelajaran buat saya khususnya bahwa menabung itu sangat baik, apalagi saya punya anak 5, ya saya harus bisa membagi uang supaya bisa memenuhi kenutuhan sehari-hari, ya salah satunya dengan menabung ini, istri saya pun ikut arisan sama ibu-ibu disini..alhamdulillah.”78

Dari pengakuan mitra di atas serta data pada tabel di atas, dapat

disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan kesadaran akan pentingnya

menabung untuk hidup hemat atau cadangan kebutuhan ekonomi lainnya,

77 Kurozi (49 tahun), pedagang Gado-gado, Wawancara bersifat individu, Bidaracina 16

Oktober 2008) 78 Solikhin (27 tahun), Pedagang Mie Ayam, wawancara bersifat individu, Bidaracina, 17

Oktober 2008)

Page 97: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

yaitu dari yang dulunya tidak punya tabungan, maka dengan adanya

program MM-DD menjadi punya tabungan. Selanjutnya dari beberapa

mitra mengaku bahwa menabung dapat digunakan untuk kebutuhan masa

depan dan kebutuhan mendadak.

d. Aset Produktif

Selain pemberian modal atau pinjaman mikrokredit, pendapatan dan

tabungan, dampak ekonomi dapat dilihat dari beberapa asset produktif

yang dimiliki mitra. Kedudukan asset produktif ini oleh MM-DD

dijadikan sebagai sejauh mana status kemajuan mitra mandiri. Pengertian

asset produktif disini adalah kepemilikan mitra berupa sarana dan

prasarana yang dapat memperlancar usaha.

Pengertian aset produktif berbeda dengan pengertian kebutuhan barang

mewah. Asset produktif lebih cenderung mengarah pada asset yang bisa

digunakan untuk peningkatan pendapatan, sedangkan barang mewah

hanya bisa digunakan sebagai kebutuhan pelengkap saja.79 Seperti sepeda

motor dikatan mempunyai nilai asset produktif jika motor tersebut

digunakan sebagai sumber pendapatan atau sarana pendukung untuk

peningkatan pendapatan, seperti mengojek dan lain-lain. Akan tetapi

sepeda motor dikatakan barang mewah jika keberadaan sepeda motor

tersebut hanya digunakan sebagai pelengkap kebutuhan pokok bukan

79 Sigit Pamungkas, "Evaluasi Program Pemberdayaan MM-DD (Kasus Desa Buana Jaya,

Cariu, Bogor)," (Skripsi S1 Fakultas Pertanian IPB, 2003), h. 96

Page 98: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

sebagai sumber untuk peningkatan pendapatan. Secara rinci peningkatan

asset produktif mitra disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 8. Asset Produktif Mitra Sebelum dan sesudah ada pragram Masyarakat Mandiri

N=14 Jumlah Peningkatan Aset

Produktif Orang % Tetap 10 71.4 Penambahan Usaha 3 21,5 Perubahan Usaha 1 7,1 Total 14 100

Perubahan aset yang diamati meliputi perbaikan/penambahan gerobak,

penambahan alat-alat berjualan, perubahan jenis usaha, dan lain-lain.

Sebagian besar mitra urban (Desa Bidaracina) sebesar 71.4% memiliki

asset usaha yang sama seperti pada awal, artinya bila pada saat awal

rpogram mitra memiliki 1 gerobak, maka saat ini mitra yang bersangkutan

tetap memiliki 1 gerobak. Meskipun begitu, gerobak yang mereka miliki

lebih baik kondisinya.

Selain itu ada mitra yang bertambah asset usahanya, misalnya jumlah

gerobak dan alat-alat usaha sebesar 21,5%. Sedangkan yang berganti jenis

usaha sejumlah 7,1% atau 1 orang mitra. Perubahan usaha ini terjadi

karena usaha lama terkena musibah atau tidak menguntungkan lagi.

Asset produktif yang mereka miliki dibelinya dari hasil keuntungan

mitra menjalankan usahanya.

2. Dampak Sosial

Page 99: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Dampak sosial dari Pelaksanaan program Masyarakat Mandiri meliputi

hubungan interaksi sosial mitra, tingkat partisipasi dan tanggung jawab mitra

mandiri.

a. Interaksi Sosial

Secara Sosiologis, didalam sistem kemasyarakatan terjadi hubungan

antar pribadi, antar kelompok maupun antar pribadi dengan kelompok (dan

sebaliknya). Hubugan demikian disebut interaksi sosial, yang menyangkut

proses saling mempengaruhi antara pihak yang berinteraksi. Soekanto

(1990)80 mengemukakan apabila terjadi interaksi sosial yang berulangkali

sehingga menumbuhkan himpunan atau kesatuan orang-orang yang

mempunyai kepentingan bersama yang sedemikian eratnya, sehingga

masing-masing anggota merasa menjadi bagian dari kelompok sebagai suatu

kesatuan yang utuh.

Menurut pandangan ahli sosiologi,81 interaksi sosial merupakan

fenomena universal umat manusia yang cukup fundamental. Karena dengan

interaksi itulah masyarakat dapat terbentuk dan tetap eksis sepanjang masa.

Tanpa interaksi sosial, manusia menjadi elemen-elemen yang terpisah dan

tidak akan pernah melahirkan masyarakat. Sebaliknya, semakin intensif

80 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafaindo Persada,

1990), h. 34 81 Parluhutan Siregar, Penerapan Teori Interaksi Naturalistik Dalam Memperkuat Kerukunan

Umat Beragama, (www.lpkub.com), di akses pada tanggal 16 oktober 2008

Page 100: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

interaksi antar individu di dalam masyarakat semakin kuat pula hubungan-

hubungan sosial dan emosional di dalam masyarakat tersebut.

Pola interaksi sosial yang terjadi di Desa Bidaracina khususnya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini sebagai bentuk dari pola yang di bangun oleh

PM pada program pemberdayaan masyarakat urban.

Gambar 6. Pola Hubungan Interaksi Sosial Antara Mitra, Km, PM, dan MM-DD

1 2 5 3 4 4

Keterangan: : Berhubungan

1. Arus dana ZIS 2. Pembiayaan dan Peminjaman mikrokredit 3. TAMI, IIM dan AMW 4. Pembinaan dan rapat induk 5. Laporan pembinaan

Pada Kelompok Mitra (KM) interaksi terjadi melalui kerjasama

didalam KM itu sendiri. Interaksi sosial ditandai dengan saling kenal atau

bertemu antara mitra dan antar kelompok mitra didalam rapat untuk

kerjasama, saling bertukar pendapat, pengalaman, saling menasehati.

Interaksi sosial baru terjadi dengan adanya program dan setelah dibentuk

kelompok. Iver dan Page dalam Mardikanto (1993)82 mengemukakan bahwa

kelompok adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama

82Totok Mardikanto, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, (Suarakarta: Universitas. Sebelas

Maret, 1993), h. 40

MM-DD PM Mitra

MM-DD

Page 101: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

sehingga terdapat hubungan timbal balik dan saling pengaruh-

mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk saling menolong. Oleh

karena itu, kelompok dapat diartikan sebagai himpunan yang terdiri dari dua

atau lebih individu (manusia) yang memiliki ciri-ciri:83

1) Memiliki ikatan yang nyata

2) Memiliki interaksi dan interrelasi sesama anggotanya

3) Memiliki struktur dan pembagian tugas yang jelas

4) Memiliki kaidah-kaidah dan norma-norma tertentu yang disepakati

bersama

5) Memiliki keinginan dan tujuan bersama

Berkaitan dengan kelompok tersebut, di desa Bidaracina baru

terbentuk kelompok dengan adanya program Masyarakat Mandiri yang

dikenal degan sebutan Kelompok Mandiri (KM) yang dibentuk oleh PM

(Pendamping Mitra). Keberadaan mitra dalam berkelompok sebelum

program Masyarakat Mandiri dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 9. Keadaan Mitra tentang kelompok usaha Keterangan Sebelum MM,

Apakah punya kelompok usaha Orang % Tidak Punya 12 85.7 Punya 2 14.3 Total 14 100

83 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafaindo Persada,

1990), h. 39

Page 102: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Dari tabel 9 terlihat bahwa 85,7% (12 mitra) tidak punya atau tidak

pernah punya kelompok usaha dan 14,3% mitra pernah mempunyai

kelompok usaha sebelum bergabung dengan Masyarakat Mandiri. Mitra

yang sebelumnya mempunyai kelompok usaha (2 orang/14.3%) mengaku

belum maksimal dengan kelompok usahanya itu. Hal tersebut diakibatkan

dari kelompok usaha itu hanya sebatas pada perkumpulan para pelaku usaha

yang sama tanpa ada pendampingan usaha. Sehingga dampak dari kelompok

usaha itu tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan usaha.

Pengalaman ini di ungkapkan oleh salah satu mitra yang pernah mempunyai

kelompok usaha:

Bapak Herman (39 tahun). Bapak Herman mempunyai tanggungan keluarga 6 orang dengan jenis usaha pedagang Bakso, dengan penghasilan rata-rata perhari mencapai Rp. 33.000 sampai 40.000 (sekarang).

“Setelah saya mempunyai kelompok usaha di Masyarakat Mandiri, alhamdulillah sangat terasa betul dampaknya, mulai dari pemberitahuan tentang kesehatan makanan, apalagi kan dulu isu formalin pada pedagang bakso yang membuat pendapatan saya betul-betul anjlok, bimbingan untuk selalu memberika pelayanan yang baik yang sesuai dengan yang pernah di ajarkan rasul..akan tetapi dulu saya juga pernah ikut kelompok usaha, tapi cuma perkumpulan aja, ga ada bimbingan apa-apa, paling Cuma arisan di antara para pedagang bakso itu.”84

Secara rinci, Kelompok Mitra yang ada di Desa Bidaracina

sebagaimana terlampir pada tabel 10 di bawah ini:

Tabel 10. Kelompok Mitra Nama Kelopok Mitra Jumlah Mitra Srikandi 5 orang Tanjung Sehati 5 orang Gatot Kaca 8 orang Rajawali 5 orang

84 Herman (39 tahun), pedagang Bakso, wawancara bersifat individu, Bidaracina, 16 Oktober

2008

Page 103: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Delima 5 orang Pandawa Lima 5 orang Karya Mandiri 6 orang Total 39 Orang

Dengan bergabungnya mitra kedalam Kelompok Mandiri mitra merasa

senang, karena dengan berkelompok bisa tukar pikiran dan bisa saling

memberikan pandangan musibah, dan lain-lain. Misalnya ada mitra yang

jatuh sakit seperti pada kasus Bapak Paino:

Bapak Pn (49 tahun) adalah kepala rumah tangga yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 anak dan 1 istri. Kelompok Mandiri yang diikuti sampai sekarang ini adalah tanjung Sejati dan kedudukan bapak Pn dalam kelompok sebagai anggota Kelompok mandiri. Sementara itu usaha yang dikelola adalah sebagai pedagang bakso.

“Sebelum ada program MM Bapak Pn mengaku tidak punya kelompok, baik kelompok usaha maupun kelompok lainnya. Dengan berkelompok pula Bapak Pn menjadi bertambah pengalaman dalam usaha dari teman-temannya, bisa bertukar pikiran, saling menasehati dalam usaha lainnya. Cerita-cerita pengalaman ini biasa didapatkan ketika pertemuan-pertemuan 2 mingguan.”85

b. Partisipasi

Dalam pembangunan kita kenal pendekatan dari atas (Top Down

Strategy) dan dari bawah (bottom up strategy) dengan melihat kekuatan dan

kelemahan kedua pendekatan tersebut, maka dalam program pengembangan

masyarakat, pendekatan dari bawah (dilengkapi dengan bimbingan dari

atas), merupakan alternatif yang layak digunakan.86

Dengan pendekatan tersebut, partisipasi masyarakat menjadi hal yang

sangat penting bahkan mutlak diperlukan. Karena pendekatan tersebut

85 Paino (49 tahun), Pedagang Bakso, wawancara bersifat Individu, Bidaracina, 18 Oktober 2008.

86 Silaban, S.Hut, Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan, silabanbrotherhood.Wordpress.com. di akses pada tanggal 16 Oktober 2008

Page 104: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta (ikut

serta) dalam proses pembangunan secara menyeluruh. Partisipasi saja

sebagai strategi dalam program pengembangan masyarakat, tetapi ia juga

menjadi hasil yang sangat diharapkan dari pada program pengembangan

masyarakat. Dengan adanya partisipasi, kita dapat memperoleh keuntungan-

keuntungan antara lain:87

1) Mampu merangsang timbulnya swadaya masyarakat

2) Mampu meningkatkan motivasi dan keterampilan masyarakat

3) Pelaksanaan pembangunan, semakin sesuai dengan aspirasi masyarakat.

4) Jangkauan pembangunan menjadi lebih luas

5) Tidak menciptakan ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah.

Dari uraian tersebut penulis menarik kesimpulan bahwa partisipasi

yang sering juga disebut peran serta atau ikut serta masyarakat, diartikan

sebagai adanya motivasi dan keterlibatan masyarakat secara aktif (dan

terorganisasikan) dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap

persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, evaluasi hingga

pengembangan atau perluasannya.

Partisipasi mitra merupakan manifestasi dari perilaku mitra dalam

menunjukan sikap yang telah dibentuk. Pertisipasi mitra dalam program

MM-DD merupakan kerjasama yang erat antara PM dan Mitra dalam

87 Silaban, S.Hut, Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan, di akses pada tanggal 16

Oktober 2008

Page 105: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil

program yang telah dicapai. Partisipasi Mitra dapat di ukur dari beberapa

indikator: kehadiran, keterlibatan dalam kelompok dan aktivitas sosial.

Tingkat partisipasi mitra berdasarkan indikator di atas, dapat dilihat

perkembangannya pada tabel di bawah ini:

Tabel 11. Tingkat Partisipasi Mitra N=14

RATA-RATA Tinggi > 75%

Sedang 50-75%

Rendah < 50%

Total Tingkat Pertisipasi Mitra

Orang (%)

Orang (%)

Orang (%)

Orang (%)

Kehadiran 2 (14.3) 4 (28.6) 8 (57.1) 14 (100) Keterlibatan Dalam Kelompok 2 (12.3) 2 (12.3) 10 (71.4) 14 (100) Aktivitas Sosial Masyarakat 3 (21,5) 7 (50) 4 (28,6) 14 (100)

Secara umum dilihat dari tabel 11 di atas, bahwa tingkat partisipasi

mitra yang di ukur berdasarkan kehadiran mitra dalam pertemuan 2

minggguan, keterlibatan kelompok yang diukur berdasarkan pada pertemuan

masing-masing kelompok dengan pendamping mitra, serta aktivitas sosial

kemasyarakatan masih tergolong rendah.

Tingkat kehadiran mitra dalam pertemuan mitra adalah rendah (57.1).

hal ini terjadi karena mitra urban sering pulang kampung, waktu usaha

antara mitra satu dengan lainnya tidak sama, sehingga menyulitkan dalam

mencari waktu yang sama untuk pertemuan, hal ini sudah di coba dengan

melakukan pertemuan 2 minggu sekali tapi kurang efektif dalam

meningkatkan kehadiran mitra dipertemuan.

Page 106: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Termasuk keterlibatan mitra dalam kelompoknya masing-masing

masih tergolong rendah (71.4%). Sifat individualistis mitra masih terlihat

sangat menonjol. Hal ini di duga akibat tingkat persaingan hidup yang tinggi

di kota besar. Mitra sibuk dengan usaha masing-masing. Namun dari mitra

yang ada masih ada beberapa yang dapat di andalkan menjadi kader lokal,

untuk keberlanjutan aktivitas program.

Aktivitas sosial kemasyarakatan mitra masih tergolong sedang saja.

Bentuk aktivitas sosial tersebut antara lain adalah untuk perayaan

keagamaan, hari-hari besar nasional, dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh

hal yang sama dengan keterlibatan mitra dalam kelompok dan juga waktu

usaha yang berbeda-beda.

Pertisipasi ini akan memudahkan dalam pencapaian program yang

efektif terhadap kegiatan MM-DD seperti rapat induk dan pelatihan lain

oleh mitra akan semakin tinggi karena mitra merasa membutuhkan program

MM-DD tersebut. Rasa memiliki ditunjukan mitra yaitu dengan ketidak

setujuan jika program MM-DD dihentikan. Respon mitra jika program MM-

DD dihentikan disajikan dalam tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12. Respon Mitra Jika Program dihentikan Respon Jika Pinjaman dihentikan Orang % Setuju 1 7.1 Tidak Setuju 9 64.3 Biasa saja 4 28.6 Total 14 100

Page 107: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Dari tabel 12 di atas terlihat bahwa 64.3% mitra tidak setuju jika

program ini dihentikan, termasuk program pinjaman mokrokredit. Ini

menunjukan bahwa program Masyarakat Mandiri ini menjadi salah satu

program yang di harapkan oleh masyarakat khususnya di desa Bidaracina.

Akan tetapi dalam beberapa bulan kedepan program Masyarakat Mandiri di

Desa Bidaracina akan mulai dilepas setelah koperasi (lembaga lokal) yang

menjadi salah satu tujuan dari program Masyarakat Mandiri ini telah berjalan

normal tanpa ada dampingan atau binaan dari Masyarakat Mandiri.

Seperti pengakuan Bapak Subar:

”Kalau pinjaman ini dihentikan juga ngga apa-apa, yang terpentingkan usahanya tetap lancar dan terus maju”88

Dan mayoritas mitra mengatakan tidak setuju jika pinjaman ini

dihentikan untuk saat ini, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Bajari:

”sebenarnya bank keliling banyak, tapi susah mengmbalikannya, jadi ya Pinjaman modal dar MM ini sangat membantu kami apalagi sekarang lagi musim hujan yang selalu banjir di Bidaracina ini..”89

Tanpa partisipasi, program tidak bisa berjalan dengan baik. Menurut

pamuji (1997)90 terdapat indikator-indikator yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat, yaitu:

88 Subar (35 tahun), pedagang Mie Ayam, wawancara bersifat individu, Bidaracina, 2

November 2008 89 Bajari (39 tahun), pedagang Es Kelapa, wawancara bersifat individu, Bidaracina 2

November 2008 90 Otok S. Pamudji, Menuju Pendekatan Pembangunan Yang Partisipatif, (Buletin Bina

Swadaya, No. 11 Tahun V, 1997), h. 6

Page 108: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

1) Partisipasi dalam merencanakan kegiatan yaitu keterlibatan dalam

bentuk kehadiran, menyampaikan pendapat dan pengambilan keputusan

tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan yang

dilaksanakan.

2) Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan yaitu keterlibatan dalam

penyediaan dana, pengadaan sarana dan pengorbanan waktu.

Agar kemampuan berpartisipasi dapat ditingkatkan, mitra perlu sekali

mengalami proses belajar dan latihan. Beberapa latihan yang dilaksanakan

PM untuk menumbuhkembangkan partisipasi mitra seperti pelatihan

wirausaha, penyuluhan kesehatan bahan pangan, pelatihan pembuatan atau

pengisian buku keuangan dsb.

c. Tanggung jawab

Rasa tanggung jawab mitra terhadap program Masyarakat Mandiri

lebih ditekankan pada pemanfaatan pinjaman dan tanggung jawabnya untuk

mengangsur pinjaman, disamping itu juga tanggung jawab lainnya seperti

tanggung jawab terhadap kaluarga antara lain menyekolahkan anak,

memajukan usaha (seperti yang tertera pada ikrar mitra).

Tanggung jawab mitra dalam pembayara angsuran pinjaman dapat

dilihat pada tabel di bawa ini.

Tabel 13. Tingkat Kelancaran Mitra Membayar Angsuran N=14

Jumlah Tingkat Pembayaran Angsuran Orang (%)

Page 109: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Tinggi > 75% 5 35.7 Sedang 50-75% 6 42.9 Rendah < 50% 3 21.4 Total 14 100

Tanggung jawab mitra urban dalam membayar angsuran tergolong

sedang-sedang saja, ini kemungkinan dipengaruhi oleh tingkat kehadiran

mitra dalam pertemuan yang rendah. Artinya, tidak semua mitra yang tidak

hadir dalam pertemuan, menitipkan uang angsuran kepada ketua kelompok

atau teman kelompoknya. Tingkat angsuran ini juga dapat dipengaruhi oleh

kondisi perekonomian yang di alami mitra itu sendiri, baik itu akibat dari

gejolak alam maupun hasil usaha yang mitra jalankan.

Terkait dengan ikrar mitra, hampir semua mitra menyatakan setuju

dengan adanya ikrar mitra dengan alasan bisa menambah cerdas otak, sudah

menjadi perjanjian yang harus ditepati, kalau usaha harus ikhlas, dalam ikrar

mitra terkandung makna yang sangat mendetail sehingga menjadikan selalu

teringat sama Allah Yang Maha Kuasa, Karena dapat meningkatkan

kepercayaan diri dan bisa amanah. Tanggung jawab ini sangat dirasakan

oleh Bapak Herman yang dulunya kurang mendapat kepercayaan dari

anggota kelompoknya. Bapak Herman mengatakan seperti di bawah ini:

“Adanya ikrar mitra supaya lancar jalan usahanya, supaya mendapat kepercayaan kelompok, jangan sampai mengecewakan ketuan dan anggota kelompok, jadi sama-sama hidup bersama.”91

91 Herman (59 tahun), pedagag bskso, wawancara bersifat individu, Bidaracina 3 November

2008

Page 110: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

3. Dampak Religius

Dampak dari pelaksanaan program MM-DD terhadap mitra-mitra

berdampak pada kualitas sumberdaya manusia. Menurut Gini dalam Mardikanto

(1993)92 mengemukakan bahwa ukuran kualitas SDM tersebut adalah kesehatan

mental yang hubungannya dengan kepercayaan agama.

Dampak religius atau keagamaan dari Program Pemberdayaan yang

dilakukan MM-DD mengarah pada tingkat kesadaran mitra akan kegamaan.

Dalam meningkatkan pengetahuan keagamaan, PM selalu memberikan

pembinaan terutama melalui rapat atau pertemuan induk disamping pertemuan

kelompok, yaitu dengan penyampaian ceramah-ceramah keagamaan. Materi-

materi keagamaan oleh PM sudah banyak dijalankan oleh mitra. Seperti yang di

sampaikan Bapak Mardiono,

“Kita itu setiap mengikuti pertemuan rutin selalu di buka dengan Ikrar mitra, terus ceramah keagamaan baik oleh mba leni maupun sama Bapak Malik, dan selalu di tutu dengan Doa, dan Alhamdulillah kegiatan itu terasa banget oleh saya dalam kehidupan sehari-hari.”93

Berbeda lagi dengan penuturan Ibu Irma:

“Saya sudah melaksanakan materi Mba Ln, karena membuat cerdas otak dan hati merasa tentram.”94

92 Totok Mardikanto, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, (Suarakarta: Universitas. Sebelas

Maret, 1993), h. 45 93 Mardiono (39 tahun), pedagang ketupat sayur, wawancara bersifat pribadi, Bidaracina 4

November 2008 94 Irma Suryati (38 tahun), Pedagang Jajanan, Wawancara bersifat Individu, Bidaracina 15

Oktober 2008

Page 111: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Jika dilihat lebih dalam lagi bahwa kemajuan mitra dalam pengetahuan

agama masih dalam taraf kesadaran. Untuk aktivitas atau pelaksanaan dan

penerapan dalam kehidupan sehari-harinya masih dianggap kurang. Seperti

yang dikatakan Ibu Muniroh,

“Ya saya merasa masih banyak kekurangan disana-sini kalau masalah agam, saya hanya sedikit-sedikit saja apa yang suka di sampaikan kalau ada pertemuan-pertemuan, kaya memakai kerudung, dan saya juga melihat dari temen-temen saya di kelompok ya begitu juga,”95

Kondisi ini pun diperkuat oleh salah satu tetangga mitra yang penulis

konfirmasi untuk memperkuat kekuatan analisa ini. Sebagai contoh, tetangga

mitra (Bapak Paino) yang rumahnya bersebelahan:

“Ya gimana ya..saya jarang melihat bapak Pn ikut berjamaah di mesjid, tapi mungkin karena dia berdagang kali ya, tapi saya juga sekali-kali liat dia ikut jamaah, tapi masih jarang gitu..tapi kalau ada pengajian bulanan dia suka ikut, kalau diminta sumbangan juga dia suka ngasih..alhamdulillah,”96

Terkait dengan infak shadaqah yang merupakan salah satu indikator

pencapaian dari program yang kemudian diterapkan dalam program Masyarakat

Mandiri yaitu membiasakan mitra untuk berinfak dan shadaqah. Hampir semua

mitra mengatakan sepakat dengan program Masyarakat Mandiri tentang infak

dan shadaqah. Program infak dan shadaqah yang ada pada program Masyarakat

Mandiri merupakan salah satu cara untuk menghimpun dana dari mitra untuk

kemudian dipakai dana- dana sosial. Seperti ketika terjadi banjir di daerah

95 Muniroh (37 tahun), pedgag jajanan, wawancara bersifat individu, Bidaracina, 4 November

2008 96 Karim (46 tahun), salah satu staf di Kelurahan Desa Bidaracina, wawancara bersifat individu,

Bidaracina, 4 November 2008

Page 112: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

bidaracina, maka dana itu dipakai untuk membantu masyarakat. Selain itu juga

program infak dan shadaqah ini merupakan pembelajaran bagi mitra untuk

membiasakan diri dalam berbagai kepada sesama yang membutuhkan.

Pembelajaran ini sering disampaikan dalam pertemuan-pertemuan rutin mitra (2

minggi sekali). Pengalaman ini disampaikan pula oleh salah satu mitra:

“Saya akan ngasih kalau memang saya lagi ada, ya kalau di MM kan kita harus dibiasakan untuk saling berbagi. Kalau kata mba Leni kan harta kita ini cuma titipan aja, kita hanya diberikan amanat aja untuk mengelola harta yang ada pada kita, jadi harta yang ada pada kita itu ada hak orang lain yang membutuhkan.”97 (Mt, Bidaracina, November 2008) Maka kemudian menjadi sebuah catatan, bahwa program yang dijalankan

Masyarakat Mandiri sudah mencapai tahap kesadaran dan juga mulai mampu

diterapkan oleh mitra dalam kehidupan sehari-hari walaupun belum secara

menyeluruh.

97 Muthalib (39 tahun), pedagang gorengan, wawancara bersifat individu, Bidaracina, 4

November 2008

Page 113: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis telah berhasil

menemukan beberapa hal yang menjadi pokok pembahasan pada penulisan

skripsi ini:

1. Dompet Dhuafa sebagai sebuah lembaga yang menjaring dana-dana Zakat,

Infak dan Shadaqah dari masyarakat turut berperan aktif dalam mengatasi

kondisi sosial masyarakat dalam bidang kesejahteraan ekonomi yang tidak

merata salah satunya dengan mendirikan Lembaga Nirlaba Syariah

Masyarakat Mandiri pada tahun 2000.

2. Strategi yang diterapkan pada program MM-DD dalam melakukan

pemberdayaan masyarakat khususnya pada economic development

meliputi:

a. Strategi utama yang terdiri:

1) Pembentukan kelompok secara partisipatif

2) Penguatan kapasitas SDM secara komunitas

3) Menciptakan dan mengembangkan usaha produktif

4) Pengembangan kelembagaan secara komunitas

b. Strategi pendukung berupa:

1) Pembinaan keislaman atau keagmaan

Page 114: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

2) Pendampingan dan perluasan wawasan kelompok sasaran dan

masyarakat sekitar terhadap pentingnya pendidikan dan

kesehatan.

3. Dampak dari pelaksanaan program MM-DD tersebut antara lain:

a. Dampak ekonomi dari program MM-DD meliputi: pemberian modal,

peningkatan pendapatan mitra, kepemilikan tabungan, asset produktif

mitra

b. Dampak sosial antara lain: interaksi sosial antar mitra, tingkat

partisipasi mitra, serta tanggung jawab mitra mandiri.

c. Dampak program MM-DD terhadap religiusitas mitra antara lain

peningkatan pengetahuan keagamaan mitra, aktivitas keagamaan dan

kegemaran berinfak mitra.

3. Sesuai dengan indikator keberhasilan pemberdayaan, hasil evaluasi

terhadap dampak program MM-DD dengan penyaluran pinjaman

mikrokreditnya, menunjukan telah terjadinya pemberdayaan masyarakat

khususnya berkaitan dengan economic development. Akan tetapi

disamping itu pula, pola pemberdayaan yang dikembangkan oleh

Masyarakat Mandiri berdampak pula pada sosial kemasyarakatan serta

peningkatan tingkat kesadaran dalam melakukan aktivitas keagamaan.

4. Strategi yang dikembangkan oleh MM-DD dinilai telah berdampak pada

pemberdayaan yang diterima oleh Mitra. Hal ini berdasarkan pada hasil

penelitian, yang menunjukan bahwa pendapatan mitra dengan pendapatan

Page 115: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Rp. 20.000-30.000 berjumlah 64,3% menurun manjadi 7,1% sedangkan

dan mitra yang berpendapatan 30.000-40.000 berjumlah 7,1% meningkat

menjadi 57%.

5. Salah satu indikator pencapaian program MM-DD adalah berdirinya

lembaga lokal. Kelompok dampingan Desa Bidaracina telak berdiri

sebuah lembaga lokal yaitu Ikhtiar Swadaya Mandiri (ISM) berikut Gerai

Swadaya Mandiri (GSM)-nya, maka program ini dinilai telah berdampak

pula pada pertumbuhan ekonomi lokal yang dapat meningkatkan akses

bagi mitra dalam melakukan pengembangan usahanya, yaitu dengan

berdirinya lembaga lokal itu.

6. Untuk perluasan jaringan pasar, Lembaga Masyarakat Mandiri masih

belum optimal mengembangkannya. Hal ini di tunjukan dengan belum

signifikannya jumlah mitra yang telah melakukan penambahan segmentasi

pasar atau perluasan usaha sebagaimana pada tabel 8 di BAB III.

B. Saran-saran

Disadari oleh pihak menajemen MM-DD bahwa masalah

pengembangan UMKM di perkotaan padat penduduk memerlukan koordinasi

banyak pihak, oleh karena itu kerjasama dengan pihak pemerintah daerah,

departemen industri, departemen koperasi dan UKM atau yang lainnya

hendaknya dilakukan dengan maksud tertentu.

Mengingat mudahnya mitra untuk diatur, disiplin kelompok tinggi

serta ketidak setujuan mitra jika pinjaman dihentikan, maka pinjaman

Page 116: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

mikrokredit perlu diperpanjang agar mitra mempunyai keleluasaan untuk

mengembangkan usaha tentunya dengan bimbingan manajemen MM-DD, dan

untuk tindak lanjut pinjaman mikrokredit berupa pemberdayaan UMKM yang

dilakukan MM-DD perlu membenahi kepengurusan. PM hendaknya

menyesuaikan besar pinjaman sesuai dengan yang ditetapkan pada petunjuk

pelaksanaan atau petunjuk teknis, mempercepat peminjaman serta mengontrol

setiap jenis usaha saja yaitu pedagang dan untuk menghindari persaingan mitra

sendiri dalam meningkatkan pendapatannya.

Untuk mendukung keberhasilan program tersebut perlu ditetapkan

usaha perubahan perilaku mitra dan masyarakat umum kearah yang mendukung

pencapaian tujuan program. Upaya tersebut antara lain penyuluhan di bidang

kesehatan (narkoba), melaksanakan studi banding atau karya wisata antar mitra

mandiri binaan khususnya untuk program Urban. Untuk mendukung kelancaran

program perlu ditingkatkan peran kepala desa dan ketua kelompok mitra dalam

memberikan motivasi, dorongan dan perhatian terhadap mitra dan usahanya,

sehingga mitra menjadi lebih bersemangat dan optimis dalam menjalankan

usahanya.

Pendekatan yang dilakukan kepada mitra dan masyarakat umum lebih

diarahkan pada pendekatan partisipatif dan pendekatan dengan konsep

kwirausahaan yang ramah lingkungan, berwawasan industri serta niaga dengan

berlandaskan iman dan taqwa.

Page 117: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrajak R, Miptah, "Pelaksanaan Program Kredit Mikro (Studi Pelaksanaan

Program Kredit Mikro Oleh Lembaga Masyarakat Mandiri Parung, Bogor),"

(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI, Depok, 2007)

Asdar, M., Strategi Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) Melalui Lembaga Keuangan Syariah (LKS) Untuk Mengentaskan

Kemiskinan Dan Pengurangan pengangguran, (International Seminar On

Ismlamic Economics as a Solution, Medan, 18-19 September 2005)

Bariadi, Lili, dkk., Zakat dan Wirausaha, (CED: Jakarta, 2005)

Darmawan, "Cara Islam Mengatasi Kemiskinan" Republika, 8 September 2006

Djatmiko K, Hery, Lapak-Lapak Metropolitan, (Jakarta: Khairul Bayan Press, 2006)

Ginting, Meneth, Kontribusi Penyuluhan Pembangunan Dalam Mendukung

Pelaksanaan Otonomi Daerah, (Bogor: Pustaka Wirausaha Muda, 1999)

Gulo, W., Metodologi Penelitian, (PT. Grasindi: Jakarta, 2005)

Hunger, J. David dkk, Manajemen Startegis, Terj. Julianto Agung, (Yohyakarta:

Andi, 2003)

Hendi, Ekonomi Pemberdayaan Umat, http//: hendi45.blogspot.com. di akses pada

tanggal 28 Agustus 2008

Page 118: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Irawan, Andi, dkk., Kewirausahaan UKM; Pemikiran dan Pengalaman",

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007) Ismawan, Indra, Sukses di Era Ekonomi

Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan kecil dan Menengah, (Gramedia:

Jakarta, 2001)

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Gramedia Pustka Utama:

Jakarta, 1998)

Kusmono, Gugup, Manajemen Lanjutan, (Jakarta, Karunika Universitas Terbuka,

1997)

Keegan, Warren J., Manajemen Pemasaran Global,Terjemah Alexnader Sindoro &

Tanty Tarigan, Syahlena, MM., (Jakarta: PT. Indek Kelompok Gramedia,

2003), edisi 6

Mardikanto, Totok, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, (Suarakarta: Univ. Sebelas

Maret, 1993)

Marzuki, Paradigma Baru Ilmu Penyuluhan Pembangunan Dalam Pemberdayaan Masyarakat, (Lampung: Univ. Muhammadiyah, 1997)

Mubyarto, dkk, Keswadayaan Masyarakat Desa Tertinggal, (Yogyakarta: Aditya Media, 1994)

Murniati, Sri, "Efektivitas Pembiayaan Zakat Produktif Dalam Pemberdayaan Usaha

Kecil Menengah (Studi Kasus Mitra Masyarakat Mandiri Parung, Bogor),"

(Skripsi S1 Program Studi manajemen Perbanklan Syariah STEI SEBI,

Jakarta 2007)

Mintarti, Nana, dkk, Panduan Program Umum dan Teknis, cet. Ke-2, (Masyarakat

Mandiri, 2008)

Page 119: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kulaitatif, cet. Ke-18, (PT Remaja Rosdakarya:

Bandung, 2004)

Mansur, Strategi Baru Untuk Kemiskinan, (ucuy.blogspot.com, diakses pada tanggal

20 Maret 2008)

,Imam, MulyanaMengupas(, Konsep Strategicom.shvoong.id.wwwdiakses pada ,

tanggal 2 April 2008)

Nawawi, Hadaari, Manajemen Stategik, Organisasi Non Profit Bidang

Pemerintahan, (Yogyakarta, Gajah Mada University Press 2003), cet. 2

Pamudji, Otok, S., Menuju Pendekatan Pembangunan Yang Partisipatif, (Buletin

Bina Swadaya, No. 11 Tahun V, 1997)

Purnomo, Setiawan Hari dan Zulkiflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep

Pengantar. (Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, 1999)

Pramiyanti, Alila, "Studi Kelayakan Bisnis Untuk UKM", (Yogyakarta: Media

Presindo, 2008)

Rangkuti, Freddy, Abalisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2006)

RS, Ishak, Pemberdayaan Masyarakat Miskin, www.dekopin.com., di akses pada

tanggal 29 Agustus 2008

Sinkhonze, W. B., The Role Of Extention in Farmer Education and Information Dissemination in Swaziland, (German: Institute for International Cooperation Of The Geman Education Assosiation, 1999)

Page 120: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafaindo Persada, 1990)

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Alfabeta: Bandung, 2005)

Stainer, George & John Minner, Manajemen Strategi, (Jakarta : Erlangga, 2004)

Slamet, Rokhmad, Seminar Akademik Program BBA Jakarta Institute of Manajemen

Studies, (Jakarta: 24 Maret, 2001)

Suharto, Edi, Pembangunan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Spektrum

Pemikiran), (Lembaga Studi Pembangunan STKS: Bandung, 1997)

Sumodiningrat, Gunawan, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman

Sosial, (Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 1999)

Umar, Husein, Strategic Management in Action, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka

Utama, 2001)

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Edisi ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005)

www.masyarakatmandiri.org, (diakses pada tanggal 25 Juni 2008)

http//: azwarti.blogspot.com, (diakses pada tanggal 2 Agustus 2008)

id.go.depsos.www)2008Juli 25 di akses pada tanggal (,

http://infoindonesia.wordpress. com, (diakses pada tanggal 7 April 2008)

Page 121: STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8702/1/CECEP...STRATEGI LEMBAGA NIRLABA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH