kelompok 14

31
KONSEP KELUARGA DALAM ISLAM Oleh: Ahmad Rivai dan Rahmad Hidayat NIM. 4314030001 NIM. 4314030027 ABSTRAK Keluarga merupakan satuan sosial terkecil yang diikat oleh perkawinan. Melalui keluarga dilahirkan anak keturunan. Anak merupakan amanat Allah SWT. kepada orang tua. Oleh karena itu, orang tua bertanggung jawab atas pendidikan anaknya dan mengisi kefitrahan itu dengan keimanan dan keikhlasan, sehingga memiliki akhlak yang mulia dan menjadi anak yang shalih dan shalihah. Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam mendidik akidah anak. Melalui keluarga anak mulai mengenal dasar-dasar keislaman, dan dengan bekal pendidikan dalam keluarga, anak akan mengembangkan pendidikannya melalui lembaga-lembaga formal. Dengan demikian, pendidikan dalam keluarga menjadi peletak dasar bagi pendidikian berikutnya KATA KUNCI : Keluarga, Anak, Pendidikan Islam 1

Upload: iman-nurachman

Post on 17-Jan-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fgxfxfxfx

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 14

KONSEP KELUARGA DALAM ISLAM

Oleh: Ahmad Rivai dan Rahmad Hidayat

NIM. 4314030001 NIM. 4314030027

ABSTRAK

Keluarga merupakan satuan sosial terkecil yang diikat oleh perkawinan.

Melalui keluarga dilahirkan anak keturunan. Anak merupakan amanat Allah SWT.

kepada orang tua. Oleh karena itu, orang tua bertanggung jawab atas pendidikan

anaknya dan mengisi kefitrahan itu dengan keimanan dan keikhlasan, sehingga

memiliki akhlak yang mulia dan menjadi anak yang shalih dan shalihah.

Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam mendidik akidah

anak. Melalui keluarga anak mulai mengenal dasar-dasar keislaman, dan dengan

bekal pendidikan dalam keluarga, anak akan mengembangkan pendidikannya

melalui lembaga-lembaga formal.

Dengan demikian, pendidikan dalam keluarga menjadi peletak dasar bagi

pendidikian berikutnya

KATA KUNCI : Keluarga, Anak, Pendidikan Islam

1

Page 2: Kelompok 14

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan bagian terkecil dalam suatu masyarakat, yang terdiri

dari ayah, ibu dan anak-anak. Meskipun demikian ada juga keluarga yang hanya

terdiri dari ayah dan ibu dalam sebuah rumah tangga.

Hidup berumah tangga merupakan tuntutan fitrah manusia sebagai makhluk

sosial. Keluarga atau rumah tangga muslim adalah lembaga terpenting dalam

kehidupan kaum muslimin umumnya dan manhaj amal Islami khususnya. Ini

semua disebabkan karena peran besar yang dimainkan oleh keluarga, yaitu

mencetak dan menumbuhkan generasi masa depan, pilar penyangga bangunan

umat dan perisai penyelamat bagi negara.

Maka tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa keluarga merupakan

pondasi awal dari bangunan masyarakat dan bangsa. Oleh karenanya, keselamatan

dan kemurnian rumah tangga adalah faktor penentu bagi keselamatan dan

kemurnian masyarakat, serta sebagai penentu kekuatan, kekokohan, dan

keselamatan dari bangunan negara. Dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa

apabila bangunan sebuah rumah tangga hancur maka sebagai konsekuensi

logisnya masyarakat serta negara bisa dipastikan juga akan turut hancur.

Kemudian setiap adanya sekumpulan atau sekelompok manusia yang terdiri

atas dua individu atau lebih, tidak bisa tidak, pasti dibutuhkan keberadaan seorang

pemimpin atau seseorang yang mempunyai wewenang mengatur dan sekaligus

membawahi individu lainnya (tetapi bukan berarti seperti keberadaan atasan dan

bawahan). Untuk lebih jelas dari pembahasan tentang keluarga ini akan lebih

dijelaskan di bab pembahasan pada makalah ini.

B. Defenisi / Landasan Teori

Keluarga dapat diartikan sebagai kelompok sosial yang merupakan produk

dari adanya ikatan-ikatan kekerabatan yang mengikat satu individu dengan yang

lainnya. Dengan pengertian ini keluarga berarti merupakan unit sosial terkecil

dalam masyarakat. Keluarga dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu

keluarga luas atau keluarga besar yang disebut dengan al-‘ailah, dan keluarga inti

atau keluarga kecil yang disebut dengan istilah al-usrah. Al-‘ailah dimaknai

2

Page 3: Kelompok 14

sebagai lembaga tempat hidup bersama dengan situasi yang berbeda-beda, tapi di

bawah satu formasi keluarga,  yang di dalamnya terbentuk sebuah ikatan bersama.

Sedangkan Al-usrah adalah kelompok sosial yang terdiri dari suami, istri dan

anak-anak yang belum menikah.

Dalam membina keluarga tentu tidak terlepas dari nilai-nilai Islami sehingga

kehidupan rumah tangganya akan mendapatkan keharmonisan dan kebahagiaan

bersama. Melalui bimbingan dan pengajaran agama Islam dalam keluarga

membuat ketentraman dan ketenangan hidup.

Menurut Ir. M. Munandar Soelaeman dalam bukunya yang berjudul : ”Ilmu

Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial”, mengartikan : “Keluarga adalah

sebagai suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk

sosial, yang ditandai adanya kerja sama ekonomi”. [1]

Selanjutnya menurutnya lagi “Fungsi keluarga berkembangbiak,

mensosialisasi atau mendidik anak, menolong, melindungi atau merawat orang-

orang tua (jompo)”. [2]

[1] Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung : PT. Eresco, 1992),

h.55

[2] Ibid.

Sementara itu para ahli antropologi melihat : “Keluarga sebagai suatu

kesatuan sosial terkecil yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial”. [3]

Ini didasarkan atas kenyataan bahwa :

Sebuah keluarga adalah suatu satuan kekerabatan yang juga merupakan

satuan tempat tinggal yang ditandai oleh adanya kerjasama ekonomi, dan

mempunyai fungsi untuk berkembangbiak, mensosialisasikan atau mendidik anak

dan menolong serta melindungi yang lemah khususnya merawat orang-orang tua

mereka yang telah jompo. [4]

Dari dua definisi diatas, terdapat persamaan yakni keluarga terdiri dari

suatu kesatuan terkecil dari manusia sebagai makhluk sosial dan bekerja sama di

dalamnya, mendidik anak-anaknya atau merawat orang-orangtuanya.

Selanjutnya Prof. Wahyu mengatakan : ”Dalam bentuk yang paling dasar,

sebuah keluarga terdiri atas seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan

3

Page 4: Kelompok 14

ditambah dengan anak-anak mereka yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang

sama”. [5]

Keluarga adalah terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum menikah. [6] Selanjutnya menurut Arifin , keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari

dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta

tinggal bersama. [7]

Dari semua definisi di atas tampak persamaannya bahwa keluarga terdiri

dari ayah, ibu dan anak-anak.

[3] Wahyu, Ilmu Sosial Dasar, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1986),h. 57[4] Ibid.[5] Ibid.[6] Wahyu, Pokok-pokok Materi Kuliah Sosiologi Pendidikan Islam, (Banjarmasin ,2010) Bagian 9, h. 1[7] Ibid.

Seperti yang terungkap dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

Surat An-Nisaa’ / 4 : 34

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah

telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain

(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari

harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada

Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah

telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan

nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat

tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu,

Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.

Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.”

C. Konsep Keluarga Menurut Islam

4

Page 5: Kelompok 14

Konsep keluarga menurut islam secara substansial tidak begitu berbeda

dengan bentuk konsep keluarga sakinah yang ada pada hukum Islam yaitu

membentuk rumah tangga yang bernafaskan Islam, yang mawaddah wa

rahmah. Hanya pada poin-poin tertentu yang memberi penekanan yang lebih

dalam pelaksanaannya, seperti hal-hal yang menyangkut tentang hak dan

kewajiban atau peran suami-istri di dalam rumah tangga.

1. Kewajiban-kewajiban dan peran suami dalam keluarga.

Kebutuhan-kebutuhan yang wajib dipenuhi seorang ayah sebagai

kepala keluarga meliputi :

Kebutuhan yang berhubungan dengan  jasādiyah

Kebutuhan yang berhubungan dengan rūhiyah, dan

Kebutuhan yang berhubungan dengan aqliyah.

a. Kebutuhan yang berhubungan dengan  jasādiyah

Yang berhubungan dengan jasādiyah atau yang identik

dengan kebutuhan lahiriyah antara lain seperti:

1) Kebutuhan sandang,

2) Kebutuhan pangan,

3) Kebutuhan tempat tinggal, dan

4) Kebutuhan yang sifatnya sosial seperti kebutuhan

berinteraksi dengan sesamanya dan lain sebagainya.

b. Kebutuhan yang berhubungan dengan rūhiyah

Kebutuhan yang berhubungan dengan rūhiyah sebagai

berikut :

a) Kebutuhan beragama,

b) Kebutuhan aqidah atau kebutuhan tauhid, dsb.

c) Kebutuhan yang berhubungan dengan aqliyahnya.

c. Kebutuhan yang berhubungan dengan aqliyah

5

Page 6: Kelompok 14

Kebutuhan aqliyah  adalah kebutuhan yang

bersifat aqliyah yaitu kebutuhan akan pendidikan.

Namun dari semua kebutuhan yang tersebut di atas,

kebutuhan ruhiyah lah yang paling penting. Yaitu apa saja yang

berhubungan dengan aqidah islamiyah. Karena masalah ini

berlanjut sampai kehidupan kelak di akhirat.[8]

[8] http://blog.re.or.id/konsep-keluarga-sakinah-dalam-pandangan-islam.htm

Allah SWT berfirman:

Surat At Tahrim / 66 : 6

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia

dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan

tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Selain sebagai seorang suami dan atau ayah yang mempunyai tanggung

jawab terhadap keluarga yang dipimpinnya, laki-laki sebagai seorang muslim juga

mempunyai tugas yang tidak kalah pentingnya dan merupakan tugas pokok setiap

muslim atau mu’min yaitu melakukan amar ma’ruf  nahi munkar.

Allah SWT berfirman:

Al-Imran / 3 : 104

6

Page 7: Kelompok 14

`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããô‰tƒ ’n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î tböqyg÷Ztƒur Ç`tã Ìs3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur

ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ   “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan

mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang

beruntung”

Amar ma’ruf nahi munkar diperintahkan untuk dikerjakan di manapun dan

kapanpun seorang muslim berada dan kepada siapa saja hal itu perlu dilakukan.

Akan tetapi yang paling penting dan utama dilakukan amar ma’ruf nahi munkar

adalah dimulai dari diri sendiri, keluarga dekat maupun jauh, baru kemudian

kepada masyarakat secara umum. Juga dengan cara apapun sesuai dengan kondisi

yang ada di lapangan, misalnya dengan ucapan saja ataukah diperlukan dengan

perbuatan.

Namun dari semua kebutuhan yang tersebut di atas, kebutuhan ruhiyah lah

yang paling penting. Yaitu apa saja yang berhubungan dengan aqidah islamiyah.

Karena masalah ini berlanjut sampai kehidupan kelak di akhirat.

2. Kewajiban-kewajiban dan peran seorang istri dalam keluarga.

Konsep lain seperti yang tertera dalam Al-Qur’an ialah sakinah,

mawaddah, warahmah. Didalam islam membina keluarga yang

sakinah, mawaddah, dan warahmah sangat ditegaskan dan dianjurkan

seperti yang di jelaskan dalam Al-Qur’an.

Allah Berfirman:

Surat Arrum ayat 21

7

Page 8: Kelompok 14

ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»tƒ#uä ÷br& t,n=y{ ä3s9 ô`ÏiB öNä3Å¡àÿRr& %[`ºurø—r& (#þqãZä3ó¡tFÏj9 $ygøŠs9Î) Ÿ@yèy_ur Nà6uZ÷t Zo¨Šuq¨B ºpyJômu‘ur 4 ¨bÎ) ’Îû y7Ï9ºsŒ ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9

tbrã©3xÿtGtƒ ÇËÊÈ   “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih

dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfiki”

Ulama tafsir menyatakan bahwa sakinah dalam ayat tersebut adalah suasana

damai yang melingkupi rumah tangga dimana masing-masing pihak (suami-isteri)

menjalankan perintah Allah SWT. dengan tekun, saling menghormati, dan saling

toleransi. Dari suasana as-sakinah tersebut akan muncul rasa saling mengasihi dan

menyayangi (al-mawaddah), sehingga rasa bertanggung jawab kedua belah pihak

semakin tinggi.

Sehingga ungkapan Rasulullah SAW. “Baitii jannatii”, rumahku adalah

surgaku, merupakan ungkapan tepat tentang bangunan rumah tangga/ keluarga

ideal. Dimana dalam pembangunannya mesti dilandasi fondasi kokoh berupa

Iman, kelengkapan bangunan dengan Islam, dan pengisian ruang kehidupannya

dengan Ihsan, tanpa mengurangi kehirauan kepada tuntutan kebutuhan hidup

sebagaimana layaknya manusia tak lepas dari hajat keduniaan, baik yang bersifat

kebendaan maupun bukan.

Keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah, merupakan suatu keluarga

dambaan bahkan merupakan tujuan dalam suatu perkawinan dan sakinah itu

didatangkan Allah SWT. Maka untuk mewujudkan keluarga sakinah harus

melalui usaha maksimal baik melalui usaha bathiniah (memohon kepada Allah

SWT.), maupun berusaha secara lahiriah (berusaha untuk memenuhi ketentuan

baik yang datangnya dari Allah SWT. dan Rasul-Nya, maupun peraturan yang

dibuat oleh para pemimpin dalam hal ini pemerintah berupa peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku).

8

Page 9: Kelompok 14

D. Fungsi Keluarga

Secara singkat fungsi keluarga menurut Prof. Wahyu ada 7 yaitu :

Pengaturan Seksual, Reproduksi, Sosialisasi, Afeksi, Penentuan Status, Pelindung,

dan Ekonomis.

1. Fungsi Pengaturan Seksual

Fungsi pengaturan seksual, merupakan wahana bagi masyarakat untuk

mengatur dan mengorganisasi keinginan kepuasan seksual. Tetapi lebih

dari itu agar manusia dapat lebih sempurna dalam mengungkapkan,

merasakan, dan menghayati cinta kasih yang dibangun dengan pasangan

hidupnya.

2. Fungsi Reproduksi

Dalam urusan reproduksi, mayoritas masyarakat tergantung dan

mempercayakannya pada lembaga keluarga.

3. Fungsi Sosialisasi

Kelompok primer yang pertama dari seorang anak adalah bermula dari

keluarga yang fondasi kepribadiaannya ditanam secara kuat, sehingga

ketika mulai tumbuh besar dan bersosialisasi dengan kelompok lain telah

memiliki landasan kepribadian yang kuat.

4. Fungsi Afeksi

Keluarga merupakan salah satu tempat untuk berbagi kasih sayang

dan cinta. Akan tetapi, ketiadaan afeksi sangat mengrogoti kemampuan

seorang bayi untuk bertahan hidup. Kebutuhan akan persahabatan dan

keintiman, tanggapan manusiawi yang penuh kasih sayang sangat penting

bagi masyarakat.

5. Fungsi Penentuan Status

Dalam sebuah keluarga seseorang mendapatkan status berdasarkan

umur, jenis kelamin, urutan kelahiran dan lain sebagainya. Di samping itu,

keluarga juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi status sosial, seperti

seorang kulit putih, orang kelas menengah dan seterusnya.

6. Fungsi Perlindungan

Keluarga berfungsi juga sebagai tempat berteduh dan berlindung baik

secara fisik, ekonomi, dan psikologis bagi seluruh anggotanya.

9

Page 10: Kelompok 14

7. Fungsi Ekonomis

Salah satu tujuan berkeluarga adalah menjalin hubungan bersama,

dalam arti luas seluruh anggotanya bekerja sama memecahkan segala

masalah atau persoalan yang dihadapi termasuk persoalan ekonomi.

Selain itu Keluarga mempunyai empat fungsi, yaitu:

1. Fungsi seksual yang membuat terjadinya ikatan di antara anggota

keluarga, antara laki-laki dan perempuan. Kedua jenis kelamin ini secara

alami berada pada posisi yang saling membutuhkan.

2. Fungsi kooperatif untuk menjamin kontinuitas sebuah keluarga.

3. Fungsi regeneratif dalam menciptakan sebuah generasi penerus secara

estafet.

4. Fungsi genetik untuk melahirkan seorang anak dalam rangka menjaga

keberlangsungan sebuah keturunan.

E. Istilah Keluarga Dalam Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an Istilah Keluarga disebut dengan Ahlun sebagaimana

terdapat dalam surah At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi :

$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3‹Î=÷dr&ur #Y‘$tR $ydߊqè%ur â¨$¨ 9Z $# äou‘$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#y‰Ï© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr&

tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah

terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Menjaga keluarga yang dimaksud dalam butiran ayat di atas adalah dengan

cara mendidik, mengajari, memerintahkan mereka, dan membantu mereka untuk

bertakwa kepada Allah, serta melarang mereka dari bermaksiat kepada-Nya.

10

Page 11: Kelompok 14

Selain itu keluarga dapat diartikan dzawil qurba sebagaimana terdapat

dalam surah Al-Isra ayat 26 yang berbunyi :

Ï #N uäur #sŒ 4’n1öà)ø9$# ¼çm¤)ym tûüÅ3ó¡ÏJø9$#ur

tûøó$#ur È ‹@ Î6¡¡9$# Ÿwur ö‘Éj‹t7è? #·ƒÉ‹ö7s? ÇËÏÈ

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,

kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah

kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”

Islam merupakan agama yang pertama kali memberikan perhatikan

terhadap keluarga sebagai elemen sosial yang pertama. Sementara orangtua

memberikan pendidikan, pemeliharaan dan pengawasan yang terus menerus

kepada anak-anaknya, yang akan mewarnai corak kepribadian sang anak.

Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang memberikan

pengajaran, bimbingan terhadap anak dalam ajaran agama Islam, sebagaimana

yang dikemukakan :

“Pendidikan agama Islam adalah segala usaha yang berupa pengajaran,

bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak setelah selesai pendidikannya

dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya, serta

menjadikannya sebagi way of life ( jalan kehidupan) sehari-hari, baik dalam

kehidupan pribadi maupun sosial masyarakat”. [9]

Menurut pengertian lain, pendidikan agama Islam adalah usaha sadar

generasi tua mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan

kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim yang bertaqwa kepada

Allah SWT, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian utuh yang memahami,

mengahayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya. [10]

F. Tujuan Terbentuknya Keluarga Muslim

Tujuan terbentuknya sebuah keluarga muslim adalah menciptakan keluarga

yang sakinah (tentram), mawaddah (cinta dan gairah) dan rahmah (kasih sayang). [11]

11

Page 12: Kelompok 14

[9] Tim Dosen PIF-Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya-Indonesia: Usaha Nasional, 1988), h. 4

[10] Departemen Agam RI, Pedoman Pelaksanaan PendidikanA gama Islam, (Jakarta : 1985/1986),h. 9[11] Wahyu, Op-Cit., h. 4

Hal ini sebagaimana dalam surah ar-Rum ayat 21 yang berbunyi :

ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»tƒ#uä ÷br& t,n=y{ /ä3s9 ô`ÏiB öNä3Å¡àÿRr& %[`ºurø—r& (#þqãZä3ó¡tFÏj9 $ygøŠs9Î) Ÿ@yèy_ur Nà6uZ÷t/ Zo¨Šuq¨B ºpyJômu‘ur 4 ¨bÎ) ’Îû y7Ï9ºsŒ ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9

tbrã©3xÿtGtƒ ÇËÊÈ ”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih

dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. “

Sementara menurut Undang-Undang Perkawinan Bab 1 pasal 1, menyatakan

bahwa, “Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau

rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Di dalam hadis Rasulullah SAW, pernah bersabda yang artinya: ”Janganlah

seseorang isteri sebagaimana binatang bersetubuh, dan hendaklah ada perantara

antara keduanya“. Beliau ditanya: ”Apakah perantara itu?”. Beliau menjawab :

”Ciuman dan rayuan”. (HR. Dailami)

Sementara itu menurut Nadhirah Mudjab, yang dikutip oleh Prof. Dr.H.

Wahyu, menyatakan bahwa tujuan terbentuknya suatu keluarga muslim adalah:

1. Mengatur potensi kelamin/kebutuhan seks yang sehat dan bersih

2. Melahirkan keturunan yang mulia

3. Merasakan kasih sayang dan penderitaan hidup

4. Mendidik generasi baru

5. Menjaga nasab

6. Menjaga harta pusaka. [12]

Sebuah keluarga Muslim merupakan landasan utama bagi terbentuknya

masyarakat Islami. Di dalam keluarga Muslim terkandung sebuah konsep

religius (al-mafhum al-dini), yaitu bahwa para anggota keluarga diikat oleh

sebuah ikatan agama untuk mewujudkan kepribadian yang luhur. Konsep ini

12

Page 13: Kelompok 14

menekankan bahwa sebuah keluarga Muslim harus dapat  membentuk para

anggotanya agar memiliki kepribadian yang luhur ini. Memiliki sifat kasih

dan sayang, cinta sesama, menghormati orang lain, jujur, sabar, qana’ah dan

pemaaf merupakan di antara indikator bagi sebuah kepribadian yang luhur.

Orangtua mempunyai andil yang cukup besar dalam membentuk

kepribadian seorang anak, karena memang dilingkungan keluargalah anak

akan dibentuk, dalam arti pertumbuhan dan perkembangan oleh orangtua.

Menurut Nasy’at Al-Masri dalam bukunya yang berjudul “Menyambut

Kedatangan Bayi”, mengatakan : ”Adapun pembinaan dan pendidikan bagi

seorang anak muslim dan muslimah yang baik, dapat direalisasikan dalam

tiga masalah:

Pertama; menumbuhkan dan mengembangkan segi-segi positif,

membangkitkan bakat-bakatnya yang luhur dan kreativitasnya yang

membangun dengan mewarnai ketiganya dengan warna dan corak Islam.

Kedua; meluruskan kecenderungan dan wataknya yang tidak baik, dengan

mengarahkannya menuju perangai dan watak yang terpuji.

Ketiga; menguatkan keyakinan, bahwa tujuan utama dari penciptaan

manusia, ialah untuk mengabdikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala”. [13]

Dalam membina kebahagiaan dan ketentraman keluarga ada syarat yang

perlu diketahui, sebagaimana yang nyatakan oleh Zakiah Darajat yang dikutip

oleh Prof.Dr.H. Wahyu, sebagai berikut : “Beberapa persyaratan yang perlu

diketahui dan dilakukan oleh setiap pasangan suami isteri, agar dapat tercapai

kebahagiaan dan ketentraman dalam keluarga.

Syarat-syarat itu antara lain, hendaknya suami isteri itu :

1. Saling mengerti antara suami isteri

a. Mengerti latar belakang pribadinya

b. Mengerti diri sendiri

[12] Ibid., h.5[13] Nasy’at Al-Masri, Uklhti Al Muslimah Kaifa Tastaqbilin Mauludiki Al-Jadid, diterjemahkan H. Salim

Basyarahil , dengan judul : Menyambut Kedatangan Bayi, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994). Cet.14,h.60

2. Saling menerima

a. Terimalah dia sebagaimana adanya

13

Page 14: Kelompok 14

b. Terimalah hobbynya dan kesenangannya

c. Terimalah keluarganya

3. Saling menghargai

a. Menghargai perkataan dan perasaan

b. Menghargai bakat dan keinginannya

4. Saling mempercayai

a. Percaya akan pribadinya

b. Percaya akan kemampuannya

5. Saling mencintai

a. Lemah lembut dalam berbicara

b. Tunjukkan perhatian kepadanya

c. Bijaksana dalam pergaulan

d. Jauhi sikap egoistis

e. Jangan mudah tersinggung, tentramkan batin sendiri, dan tunjukkan

rasa cinta. [14]

Sementara itu orangtua sebagai Pembina keluarga yang pertama dan utama

dalam sebuah rumah tangga wajib bertanggungjawab terhadap anak-anaknya, hal

ini sebagai amanah dari Allah SWT yang dititipkan kepada orangtua.

Islam membebani kedua orangtua untuk bertanggungjawab memelihara

kehidupan, pendidikan, pertumbuhan fisik, dan perkembangan mental anak,

dengan pertimbangan bahwa anak merupakan amanat yang dibebankan kepada

mereka, dan Allah akan menghisab mereka atas amanat tersebut. Hal itu untuk

menghindarkan si anak dari beban melindungi dan mendidik dirinya sendiri yang

tidak mungkin dilakukannya karena ketidakmampuannya untuk melakukan itu.

Untuk itu Islam melimpahkan tanggungjawab mendidik anak kepada kedua

orangtua. [15]

[14] Wahyu, Op-Cit., h. 6[15] Dr. Al-Husaini Abdul Majid Hasyim, dkk, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung : Sinar Baru

Algensindo, 1994),h. 35

Tanggungjawab orangtua sebagai ayah dan ibu terhadap anak menurut

Umar Hasyim, yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Wahyu dapat dirincikan sebagai

berikut :

1. Memberi nama yang baik

14

Page 15: Kelompok 14

2. Membaguskan akhlaknya

3. Mengajar baca tulis al-Qur’an

4. Mengajar berenang

5. Mengajar memanah atau menembak

6. Menjodohkan kalau sudah dewasa

7. Mendidik tauhid dan keimanan

8. Membimbing shalat dan urusan ibadah lainnya. [16]

Sesungguhnya Allah SWT. Itu indah dan menyukai keindahan. Diantara

keindahan ialah memberi nama yang baik bagi anak. Islam adalah agama

kemudahan. Untuk itu, Islam menginginkan kemudahan meskipun menyangkut

pemberian nama. [17]

Nama yang baik bagi anak kelak akan memberikan nilai positif.

Sedangkan nama yang buruk tentu saja akan memberikan dampak negatif bagi

pemiliknya, dan bisa menjadi bahan ejekan atau celaan oleh kawan-kawannya

kelak.

Nama adalah lafaz dimana seseorang dipanggil dengannya. Islam memberi

perhatian sangat besar terhadap masalah ini, hingga Allah SWT pun menegaskan

hal ini dalam Al-Qur’an surah Maryam ayat 7, yang berbunyi :

!$ƒÌŸ2t“»tƒ $¯RÎ) x8çŽÅe³u;çR A »O n=äóÎ/

¼çmßJó™$# 4Ózøts† öNs9 @yèøgwU ¼ã&©! `ÏB

ã@ö6s% $wŠÏJy™ ÇÐÈ

“ Hai Zakaria, Sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan

(beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum

pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia”.(QS. Maryam : 7)

[16] Ibid.[17] Nur Kholish Rif’ani, Cara Bijak Rasulullah Dalam Mendidik Anak, ( Yogyakarta : Real Book, 2013), h.

51

Dari Abu Darda Ra, ia berkata bahwa ia telah mendengar Sabda Rasulullah

SAW :

15

Page 16: Kelompok 14

“Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama

kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama

kalian.”(HR. Abu Dawud)

Adapun untuk memberi nama anak, sebaiknya diambil dari nama-nama

orang shaleh, baik dari kalangan nabi, rasul, ataupun orang-orang shaleh lainnya.

Hal itu dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan cara

mencintai dan menghidupkan mereka. Rasulullah SAW, memberikan anjuran

untuk memakai nama seperti Abdullah dan Abdurrahman.

Dari Ibnu Umar ia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW :

“Sesungguhnya nama yang paling dicintai oleh Allah adalah ‘Abdullah dan

‘Abdurrahman”. (HR. Muslim dan Abu Dawud).

Sedangkan nama-nama yang dimakruhkan untuk diberikan kepada seorang

anak seperti :

a. Nama yang mengandung arti keberkahan atau yang menimbulkan rasa

optimis, misalnya nama : Aflah (beruntung), Nafi’ (bermanfaat), Rabah

(keuntungan), Yasar (kemudahan)

b. Nama yang berhubungan dengan hawa nafsu

c. Nama yang mengandung kesan jelek, baik lafaz ataupun makna

d. Nama orang-orang fasiq, kafir, dan orang jahat

e. Nama yang menunjukkan dosa dan maksiat

f. Nama orang-orang zalim .misalnya Firaun, Qarun, Haman, Abrahah dan

lainnya.

Hal utama yang harus dilakukan orang tua adalah membimbing anaknya

supaya berakhlak mulia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“Ajarkan kepada anak-anakmu tiga hal, yaitu : mencintai nabimu,

keluarganya, dan membaca Al-Qur’an. Karena sesungguhnya ahli

(melaksanakan) Al-Qur’an itu akan berada di bawah naungan ‘Arsy Allah pada

hari kiamat bersama para nabi dan orang-orang suci”. (HR. Thabrani)

Anak hendaknya terbiasa ditanamkan padanya akhlak mulia, etika, moral

dan nilai-nilai yang baik, sehingga akan menjadikannya makhluk yang bermanfaat

bagi dirinya, keluarganya, dan semua orang. Akhlak mulia dan agama merupakan

satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Orang yang agamanya

16

Page 17: Kelompok 14

baik tentu tercermin pada akhlaknya yang mulia. Anak jangan diberi, ditontonkan

akhlak tercela, seperti berbohong, mencuri, suka mencela, memperolok-olok,

menghina, mengumpat, ghibah, membicarakan kejelekkan orang lain, dan

sebagainya.

Salah satu ajaran Rasul adalah saling mendoakan antara satu dengan

lainnya, yakni menebarkan salam. Termasuk ketika kita ingin memasuki rumah

atau keluar rumah, baik rumahnyan sendiri maupun ketika sedang bertamu ke

rumah orang lain. Nabi SAW bersabda :

Artinya : “Wahai anakku, jika kamu masuk menemui keluargamu,

ucapkanlah salam, niscaya akan menjadi berkah bagimu dan bagi keluargamu”.

(HR. Tirmidzi)

Mengucapkan salam merupakan salah satu sunnah Rasulullah. Ia adalah

amal shaleh yang sangat agung, walaupun cukup ringan dilakukan. Menebarkan

salam dan mentradisikannya merupakan perbuatan yang kelak memasukkan

pelakunya ke dalam surga.

Selanjutnya menanamkan pendidikan aqidah atau tauhid kepada anak

merupakan hal yang sangat penting. Sebagaimana yang dilakukan oleh Lukman

Al-Hakim. Firman Allah Swt. Dalam Al-Qur’an Surah Luqman ayat 13 yang

berbunyi :

øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9

Ò ŠO Ïàtã ÇÊÌÈ “ Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

benar-benar kezaliman yang besar".

Begitu juga dalam hal perintah shalat dan ibadah lainnya

Allah SWT. Berfirman dalam al-Qur’an Surah Lukman ayat 17 yang

berbunyai:

¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã Ìs3ZßJø9$#

17

Page 18: Kelompok 14

÷ŽÉ9ô¹$#ur 4’n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷“tã Í‘qãBW{$# ÇÊÐÈ

“ Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang

baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah

terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu

termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”

Dalam memberikan pendidikan agama kepada anak, orangtua hendaknya

mendidik, membimbing dan mengawasi, terutama yang menyangkut ibadah

kepada Allah SWT, seperti shalat. Sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah

SAW dalam hadis beliau yang artinya :

“Dari Amr bin Suaib dari ayahnya dari kakeknya yang di ridhai oleh Allah

atasnya berkata, sabda Rasulullah SAW :”Suruhlah anak-anakmu mengerjakan

shalat ketika berusia 7 tahun dan pukullah mereka bila enggan mengerjakannya

ketika mereka berusia 10 tahun dan pisahkanlah tidur mereka“. (HR. Abu Daud) [18]

[18] Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy’as-As-Sijistani, Sunan Abi Daud I, (Beirut: Darul Fikr, t.th), h. 119

G. Penutupan

Keluarga adalah satuan sosial terkecil yang diikat oleh perkawinan. Proses

lahirnya sebuah keluarga atau rumah tangga dimulai dari hasrat dan keinginan

individu untuk menyatu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, terbentuknya

sebuah keluarga diawali dengan proses memilih yang dilakukan oleh individu

yang berlainan jenis kelamin, lalu melamar (khitbah), dan diakhiri dengan

perkawinan (al-nikâh).

18

Page 19: Kelompok 14

Keluarga memiliki peran dan fungsi yang sangat signifikan dalam

kehidupan bermasyarakat, agama serta nusa dan bangsa, khususnya keluarga

muslim. Adapun tujuan utama pembinaan keluarga dapat kita temukan dalam

beberapa ayat al-Qur’an dan Hadits Rasulullah saw., yang intinya sebagai berikut:

(1) menegakkan hukum-hukum Allah SWT.;

(2) merealisasikan ketentraman jiwa;

(3) melaksanakan perintah Rasulullah SAW; dan

(4) merealisasikan kecintaan kepada anak-anak.

Sedangkan fungsi keluarga yaitu:

(1) fungsi pengaturan seksual;

(2) fungsi reproduksi;

(3) fungsi sosialisasi;

(4) fungsi afeksi;

(5) fungsi penentuan status;

(6) fungsi perlindungan; dan

(7) fungsi ekonomis.

H. Kesimpulan

1) Orangtua dalam keluarga Muslim hendaknya menjadikan agama Islam sebagai

landasan utama dan pertama dalam mengajarkan, mendidik dan membimbing

anak-anaknya agar menjadi keluarga yang terpelihara dari api neraka.

2) Orangtua mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada anak-

anaknya untuk bekal di dunia dan di akherat.

19

Page 20: Kelompok 14

3) Dalam membina keluarga sakinah mawadah warahmah

keluarga muslim berpegang kepada pedoman yang bersumber

dari Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW.

I. Saran

Sebaiknya kita bisa membentuk keluarga yang sesuai dengan ajaran Nabi

Muhammad SAW yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis. Keluarga merupakan

tiang awal pembentukkan insan yang bertawakal kepada Allah SWT. Oleh karena

itu, bentuklah keluarga yang sesuai dengan Konsep Keluarga Menurut Islam agar

mencapai yang namanya keluarga sakinah mawaddah wa rahmah.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy’as-As-Sijistani, Sunan Abi Daud I, (Beirut: Darul

Fikr, t.th), h. 119

Al-Masri, Nasy’at Uklhti Al Muslimah Kaifa Tastaqbilin Mauludiki Al-Jadid,

diterjemahkan H. Salim Basyarahil , dengan judul : Menyambut Kedatangan

20

Page 21: Kelompok 14

Bayi, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994).

Cet.14,h.60

Departemen Agam RI, Pedoman Pelaksanaan

PendidikanA gama Islam, (Jakarta : 1985/1986),h.

9

Dr. Al-Husaini Abdul Majid Hasyim, dkk, Pendidikan

Anak Menurut Islam, (Bandung : Sinar Baru

Algensindo, 1994),h. 35

http://blog.re.or.id/konsep-keluarga-sakinah-dalam-pandangan-islam.htm

Rif’ani,Nur Kholish Cara Bijak Rasulullah Dalam Mendidik Anak,

( Yogyakarta : Real Book, 2013), h. 51

Soelaeman, Munandar Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial,

(Bandung : PT. Eresco, 1992), h.55

Tim Dosen PIF-Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya-

Indonesia: Usaha Nasional, 1988), h. 4

Wahyu, Ilmu Sosial Dasar, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1986),h. 57

Wahyu, Op-Cit., h. 4

Wahyu, Op-Cit., h. 6

Wahyu, Pokok-pokok Materi Kuliah Sosiologi Pendidikan Islam,

(Banjarmasin ,2010) Bagian 9, h. 1

RIWAYAT HIDUP

Rahmad Hidayat , 7 September 1995 lahir di Desa Pasir yang terdapat di

Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Anak ke 3 dari 3 bersaudara. Anak dari Bapak

21

Page 22: Kelompok 14

Nurzal dan Ibu Darnis. Menamatkan Sekolah Dasar di SDN 19 Ampang Gadang

Kec. Ampek Angkek Kab. Agam. Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Ampek

Angkek Kab. Agam. Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Ampek Angkek Kab.

Agam. Sekarang melanjutkan pendidikan di Politeknik Negeri Jakarta dengan

Program Studi S1 Terapan Broadband Multimedia Jurusan Teknik Elektro.

22