rmk 14 asp kls e kelompok 9

16
Tugas Kelompok PEMILIHAN LANGSUNG KEPALA DAERAH Disusun Oleh: Scania Evana Putri 1202112679 Gita Mustika 1202112753 Novi Fitriyani 1202112830 Monalisa 1202154438 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU 2014

Upload: novi-fitriyani

Post on 16-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Kelompok 9 ASP

TRANSCRIPT

Page 1: RMK 14 ASP Kls E Kelompok 9

Tugas Kelompok

PEMILIHAN LANGSUNG KEPALA DAERAH

Disusun Oleh:

Scania Evana Putri 1202112679

Gita Mustika 1202112753

Novi Fitriyani 1202112830

Monalisa 1202154438

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS RIAU

2014

Page 2: RMK 14 ASP Kls E Kelompok 9
Page 3: RMK 14 ASP Kls E Kelompok 9

BAB 14

PEMILIHAN LANGSUNG KEPALA DAERAH

PEMBAHASANPemilihan umum adalah suatu proses dimana para pemilih memilih orang untuk

mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Para pemilih dalam pemilu disebut dengan

konstituen. Dimasa kampanye, para peserta pemilu menawarkan janji dan programnya

kepada para konstituen tersebut. Pemilihan umum merupakan bagian dari demokrasi ,

Pengertian Pemilihan Umum adalah suatu proses di mana para pemilih memilih orang untuk

mengisi jabatan-jabatan politik tertentu.

Indonesia telah memasuki babak baru dalam perjalanan kenegaraannya, di mana hal

ini dapat dilihat dari acara demokrasi terbesar yaitu Pemilihan Umum 2004. Dalam pemilu

tersebut, Indonesia memakai sistem campura, yaitu

1. Sistem proporsional terbuka untuk calon anggota

2. Sistem distrik untuk daerah pemilihan (walaupun bukan sistem distrik murni)

Pada saat ini Indonesia sedang memasuki masa pra transisi demokrasi, yaitu menuju

ke suatu negara demokrasi modern dan setelah negara modern, merumuskan kembali

kedaulatannya menjadi suatu yang sangat penting.

Dalam menerapkan kedaulatan ke dalam negara, kedaulatan tersebut akan

dipraktikkan dalam kekuasaan lembag-lembaga negara yang mendapat mandate. Menurut

Montesqieu, kekuasaan di dalam negara dibagi menjadi 3 kekuasaan, yaitu :

Page 4: RMK 14 ASP Kls E Kelompok 9

1. Kekuasaan Legislatif

2. Kekuasaan Eksekutif

3. Kekuasaan Yudikatif

Pemilihan umum adalah cara untuk menentukan siapa yang akan menjalankan

kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislatif, sehingga pemilu sebagai cara untuk

menentukan bagaimana pelaksanaan kedaulatan rakyat dilaksanakan. Sangat diharapkan

dengan perpindahan kekuasaan, situasi dan kondisi negara akan bertambah baik sehingga

sistem demokratis dapat berjalan.

Pemilu dilakukan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta

untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat

dalam mewujudkan tujuan nasional sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia tahun 1945. Demikian tersurat jelas dalam penjelasan Undang-Undang

No.12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Sesuai dengan amanat reformasi, penyelenggaraan pemilu harus dilakukan secara

lebih berkualitas agar lebih menjamin derajat kompetisi yang sehat, partisipatif, mempunyai

derajat keterwakilan yang lebih tinggi, dan memiliki mekanisme pertanggungjawaban yang

jelas. Demi menjamin terlaksananya pemilu yang lebih berkualitas, dalam arti asas umum,

langsung, bebas dan rahasia, serta jujur dan adil benar-benar menjadi kenyataan, serta

dipatuhinya seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur pemilu, UU Pemilu harus

membentuk badan pengawas pemilu yang disebut Panitia Pengawas Pemilihan Umum.

Page 5: RMK 14 ASP Kls E Kelompok 9

UU pemilu menetapkan tugas dan wewenang pengawas pemilu, yakni :

1. Mengawasi semua tahapan penyelenggaraan pemilu

2. Menerima laporan penyelanggaraan peraturan perundang-undangan pemilu

3. Menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan pemilu

4. Meneruskan temuan dan laporan yang tidak dapat diselesaikan kepada institusi yang

berwenang.

Pemilu 2004 adalah pemilu yang menerapkan sistem proporsional terbuka dan sistem

distrik, dan juga sistem baru dalam Pemiliahan Umum yang pernah dilalui oleh sejarah

Pemilihan Umum di Indonesia, yaitu sistem pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara

langsung. Pemilihan Umum terbaru yang ada di Indonesia ini merupakan amat dari

perubahan ke-empat Undang-undang Dasar 1945, terutama pasal 6A. Sementara undang-

undang yang menjelaskan tentang tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara

langsung adalah UU No.23 tahun 2003.

Dalam pemilu 2004, terutama dalam kaitannya dengan pemilihan calon legislatif terbagi atas

9 tahapan, yaitu :

1. Pendaftaran Pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan

2. Pendaftaran, penelitian, dan penetapan peserta pemilu yang terdiri dari Partai Politik

untuk pemilihan anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan

perseorangan untuk pemilihan anggota DPD.

3. Penetapan daerah pemilihan dan jumlah kursi untuk setiap daerah pemilihan anggota

DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.

4. Pencalonan anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota

5. Kampanye Pemilu

Page 6: RMK 14 ASP Kls E Kelompok 9

6. Pemungutan dan penghitungan suara, yang terdiri atas pemungutan suara dan

penghitungan suara di TPS dan TPSLN serta rakapitulasi hasil perhitungan suara di

PPS, PPK, PPLN, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, dan KPU

7. Penetapan hasil-hasil Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota.

8. Penetapan perolehan kursi dan calon terpilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan

DPRD Kabupaten/Kota.

9. Pengucapan janji/sumpah keanggotaan : DPR< DPD< DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota.

Dalam UU No.12 tahun 2003, pasal 120 dinyatakan bahwa untuk melakukan

pengawasan Pemilu, dibentuk Panitia Pengawasan Pemilu, Panitia Pengawas Pemilu

Provinsi, Paniian Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, dan Panitia Pengawas Pemilu

Kecamatan. Pengawas Pemilu mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :

1. Mengawasi semua tahapan penyelengaraan Pemilu.

2. Menerima laporan penganggaran Pemilu

3. Menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan Pemilu

4. Meneruskan temuan dan laporan yang tidak dapat diselesaikan pada instansi yang

berwenang.

Dalam mealkukan kegiatannya mengawasi pemilu, Panwas Pemilu membagi kegiatan

utamanya dalam 3 bidang, yaitu :

1. Pengawasan

2. Penerimaan dan tindak lanjut laporan

3. Penyelesaian sengketa

Page 7: RMK 14 ASP Kls E Kelompok 9

Bidang tersebut mempunyai fungsinya masing-masing tetapi salin terkait dalam

menangani pelanggaran yang terjadi dalam Pemilu 2004.

Pengawasan Pemilu dilakukan terhadap semua tahapan Pemilu. Pengawasan Pemilu akan

dilakukan secara aktif dengan cara :

1. Memilih satu atau beberapa tahapan

2. Melakukan pengawasan acak

3. Meminta informasi

Dalam Pengawsan Pemilu, pelanggaran Pemilu dapat berupa :

1. Tindak pidana Pemilu

2. Palanggaran Administratif

Dalam melakukan wewenangnya, Panwas Pemilu untuk mengawasi Pemilu. Batasan

kewenangan dari Panwas Pemilu adalah :

1. Memberikan sanksi

2. Menghentikan atau menunda kampanye

3. Menjadwal ulang atau memerintahkan Pemilu ulang

4. Mengharuskan saksi-saksi, wartawan dan partai yang dilaporkan untuk menghadiri

pertemuan dalam rangka member penjelasan.

5. Melakukan penyelidikan yang mendalam, yang merupakan fungsi dari kepolisian.

Bagian Penerimaan dan Tindak Lanjut Laporan merupakan bagian dari Panwas

Pemilu yang menerima laporan, membuat kajian laporan, dan menilai apakah perlu

ditindaklanjuti atau tidak. Kalau bersifat temuan, bidang pengawasan akan menelitinlebih

dalam dan mencari informasi kembali untuk menguatkan temuan tersebut.

Page 8: RMK 14 ASP Kls E Kelompok 9

Para pihak yang melapor sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing

bedasarkan undang-undang adalah :

1. Satu atau beberapa warga Negara Indonesia yang mempunyai hak pilih

2. Pemantau Pemilu

3. Peserta Pemilu.

Dan laporan tersebut bisa disampaikan secara lisan/tertulis yang berisi:

1. Nama dan alamat pelapor

2. Waktu dan tempat kejadian perkara

3. Nama dan alamat pelanggar

4. Nama dan alamat saksi-saksi

5. Uraian kejadian.

Laporan disampaikan kepada Pengawas Pemilu sesuai dengan tingkatannya masing-

masing. Dan, cara pelaporannya dapat melalui media/sarana berikut ini :

1. Surat

2. E-mail

3. SMS

4. MMS

5. Faksimili

6. Telepon

7. Handy Talkie ; atau kunjungan pribadi (secara lisan)

Laporan harus diserahkan paling lambat 7 hari sejak terjadinya pelanggaran (hari

pertama dikecualikan dan hari terakhir dimasukkan). Oleh karena itu, bila pelanggaran

dilakukan pada 3 Januari 2004, hari terakhir unuk memasukkan laporan harus pada tanggal

Page 9: RMK 14 ASP Kls E Kelompok 9

10 Januari 2004. Sebuah laporan yang dimasukkan pada tanggal 11 Januari 2004 akan

dianggap dilaporkan diluar batas waktu dan tidak akan diproses.

Dalam mengevaluasi laporan/keberatan, anggota Panwas Pemilu harus melakukan

pencarian fakta awal secara aktif untuk menyaring laporan tersebut dengan cara:

1. Mengevaluasi laporan untuk kecukupan, kajelasan dan ketepatan informasi dan;

2. Meminta pelapor dan saksi-saksi untuk datang dan memberikan penjelasan, bila

diperlukan.

3. Memberikan kesempatan kepada terlapor atau partai yang dilaporkan untuk

memberikan jawaban, dengan cara meminta mereka datang untuk memberikan

penjelasan dan menyerahkan pernyataan mereka bila mereka menginginkannya.

Mekanisme akhir dari laporan tergantung dari hasil tindak lanjut laporan. Jika laporan

dianggap tidak perlu diteruskan, maka akan ada pengumuman dari Panwas, dan jika laporan

perlu ditindaklanjuti, maka aka nada 2 jenis, yaitu yang mengandung unsure pidana dan yang

merupakan pelanggaran administrative. Jadi ada dua jenis laporan yang harus ditindaklanjuti,

yaitu :

1. Laporan yang mengandung unsur pidana akan diteruskan kepada penyidik yaitu

Kepolisian Republik Indonesia. Laporan tersebut diteruskan kepada penyidik

selambat-lambatnya 3 hari setelah diputuskan.

2. Laporan yang merupakan pelanggaran administrative diteruskan kepada KPU sesuai

dengan tingkatannya. Laporan tersebut diteruskan kepada KPU sesuai dengan

tingkatannya. Laporan tersebut diteruskan kepada KPU sesuai dengan tinkatannya

selambat-lambatnya 3 hari setelah diputuskan.

Page 10: RMK 14 ASP Kls E Kelompok 9

Bidang penyelesaian sengketa adalah bidang yang menyelesaikan sengketa antara 2

pihak atau lebih yang ditimbulkan oleh adanya :

1. Perbedaan penafsiran antara para pihak

2. Suatu ketidaksepakatan tertentu

Pihak-pihak yang dapat terlibat dalam sengkea Pemilu adalah :

1. Penyelenggara Pemilu

2. Partai Pemilu peserta Pemilu

3. Peserta Pemilu perseorangan untuk pemilihan anggota DPD

4. Anggota dan/atau pengurus partai politik peserta Pemilu

5. Warga negara yang mempunyai hak pilih

6. Pemantauan Pemilu.

Sengketa pemilu dapat diselesaikan dengan jalan alternatif, diluar pengadilan seperti :

1. Memfasilitasi komunikasi, pengertian, keinginan, dan kemampuan dari pihak-pihak

yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketa oleh mereka sendiri.

2. Mengajukan alternatif atau rekomendasi

3. Keputusan

Berdasarkan Proses Penyelesaian Sengketa Pemilu, maka sengketa Pemilu dapat

dibagi kedalam 3 tahap, yaitu :

1. Tahap pertama : penyelesaian sengketa melalui jalur musyawarah dan mufakat

2. Tahap kedua : Penyelesaian sengketa melalui alternatif dan Pengawas Pemilu

3. Tahap ketiga : Pengawas pemilu mengeluarkan Keputusan Final dan MEngikat

Page 11: RMK 14 ASP Kls E Kelompok 9

Dalam proses pengawasan Pemilu, kendala yang dihadapi sangatlah beragam.,

sebagai berikut:

1. Permasalahan dana

2. Permasalahan SDM

3. Karakteristik dan kondisi geografis masyarakat Inonesia

4. Tingkat pendidikan pemilih dan kesadaran masyarakat

Dasar hukum pelaksanaan Pemilihan Langsung Kepala Daerah di Indonesia adalah

UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 76, 78, dan 79.

Point dan tahapan pilkada :

1. Dilaksanakan oleh KPUD yang bertanggungjawab pada DPRD

2. Dilaksanakan secara langsung

3. Pemda dilibatkan dalam membantu pendistribusian alat kelengkapan

4. Terbuka kemungkinan bagi calon independen/nonparpol untuk maju melalui

parpol/gabungan parpol

5. Proses penyaringan bakal calon di masing-masing parpol/gabungan parpol

dilaksanakan secara terbuka.

6. Kampanye dilaksanakan dengan ketentuan seperti pilpres langsung. Penyelenggara

kampanye pilkada diwajibkan menggelar debat public mengenai visi-misi antar

kandidat

7. Sumbangan pihak ketiga dibatasi maksimal Rp50juta (pribadi) dan maksimal

Rp350juta (badan hukum)

8. Pemegang ditentukan berdasar jumlah suara separo plus satu.

9. Sengketa pemilu diputus oleh MA, tidak seperti pilpres yang diputus oleh MK.

Page 12: RMK 14 ASP Kls E Kelompok 9

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga