kel.1n
DESCRIPTION
nnTRANSCRIPT
LAPORAN MODUL 1 BLOK XIV
” DISPEPSIA ”
s
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2009/2010
1
Disusun oleh : Kelompok I
Afdhalia K. Sy.Auliaurrahmah
Ayu Putri AnggraeniErviani MaulidyaEvyarosna SinagaFitrie Widyastuti
Gaung Perwira YustikaRobby Rolanda
Yoga Alfian Noor
Tutor : dr. Agustina Rahayu, M. Kes
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nyalah laporan dengan tema “Dispepsia” ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Laporan ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil
dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami. Laporan ini secara garis besar berisikan
tentang penyakit-penyakit gastrointestinal yang berhubungan dengan dispepsia.
Dalam proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. dr. Agustina Rahayu , M. Kes selaku tutor kelompok I yang telah
membimbing kami dalam melaksanakan diskusi kelompok kecil
pada modul I
2. Dosen-dosen yang telah mengajarkan materi perkuliahan kepada
kami sehingga dapat membantu dalam penyelesaian laporan hasil
diskusi kelompok kecil ini
3. Teman-teman kelompok I yang telah mencurahkan pikiran, tenaga
dan waktunya sehingga diskusi kelompok kecil (dkk) 1 dan 2 dapat
berjalan dengan baik dan dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi
kelompok kecil (dkk) ini
4. Teman-teman mahasiswa kedokteran Universitas Mulawarman
angkatan 2007 yang telah bersedia untuk sharing bersama mengenai
materi yang kita bahas.
Penulis berharap laporan ini dapat berguna baik bagi penyusun maupun
bagi para pembaca di kemudian hari.
Penulis menyadari laporan ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi tercapainya
kesempurnaan dari isi laporan hasil diskusi kelompok kecil (dkk) ini.
Hormat Kami,
2
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul…………………………………………….........………........1
Kata pengantar………………………………………………….....…….......2
Daftar isi………….…………………………………………………...…......3
I. Pendahuluan
Latar belakang………………………………………………….................4
Tujuan…………………..………………………….……………………...4
II. Isi
Step 1 …………………………………………………….……………...5
Step 2 …………………………………………………...……………….5
Step 3………………………………………………………………...…..5
Step 4…………………………………………………………...………..8
Step 5………………………………………………...…………………..9
Step 6.........................................................................................................9
Step 7.........................................................................................................9
III. Penutup
Kesimpulan…………………………………..........…..............................51
Saran..........................................................................................................52
Daftar pustaka.................................................................................................53
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dispepsia merupakan suatu sindrom atau kumpulan gejala/keluhan yang
terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah,
sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa penuh. Dispepsia bukan suatu
penyakit tetapi merupakan suatu sindrom yang harus dicari penyebabnya.
Penyebab dispepsia ada bermacam-macam; a. Penyakit atau gangguan
dalam lumen saluran cerna (tukak gaster, duodenum, gastritis, tumor, dll), b.
obat-obatan (anti inflamasi non steroid, aspirin, beberapa antibiotik, digitalis,
teofilin, dll), c. Penyakit pada organ pendukung pencernaan (hepatitis,
pancreatitis, kolesisitik kronik), d. penakit sistemik (diabetes mellitus,
penyakit tiroid, penyakit jantung koroner), e. bersifat fungsional yaitu
dyspepsia yang terdapat pada kasus yang tidak terbukti adanya
kelainan/gangguan organik/structural biokimia.
B. Tujuan
Adapun tujuan kami dalam melakukan diskusi kelompok Modul 1 ini adalah:
1. Mengetahui penyebab dispepsia pada skenario
2. Mengetahui penyakit-penyakit yang terkait dengan dispepsia
3. Mengetahui penanganan pasien terkait penyakit-penyakit terkait
4
BAB II
ISI
SKENARIO
Heart Burn
Seorang wanita berusia 30 tahun datang ke dokter umum karena nyeri
epigastrium dan perut terasa penuh. Terkadang merasa dada seperti terbakar.
Step 1
1. Epigastrium : daerah perut bagian tengah atas yang terletak di bawah
annulus infra sternalis
2. Heart burn : dada serasa seperti terbakar;sensasi khusus yang sering
disebabkan oleh GERD yang terjadi di daerha
retrosternal;biasanya rasanya seperti gelombang hangat
dan bisa menyebar hingga ke leher
3. Dispepsia : nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau
dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan
penuh atau rasa sakit atau rasa terbakar di perut.
Step 2
1. Mengapa wanita tersebut mengeluh nyeri epigastrium dan perut terasa
penuh?
2. Mengapa dada wanita tersebut teraa seperti terbakar?
3. Apa Kemungkinan penyebab dan diagnosa sementara?
Step 3
Penyebab Dispepsia adalah :
1. Menelan udara (aerofagi)
2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
5
4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan
produknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Kecemasan atau depresi
1. Kemungkinan penyebab dan mekanismenya:
a. Gangguan pada lambung;infeksi,iritasi,
b. Ganggua pada esofagus;esofageal akalasia
c. Reflux esofagiis
d. IMA
e. Gangguan pankreas dan duodenum
f. Bakteri helcibacter pylori
g. Neurohormonalterjadi penurunan hormon motilin dan
kemungkinan peningkatan hormon progesterin dan estrogen
h. Stress
Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu :
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik
sebagai penyebabnya.Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan
yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus
dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.
2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia
nonulkus(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional
tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan
pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong
saluran pencernaan).
2. Perut terasa penuh,kemungkinan dikarenakan:
a. Terlalu banyak gas di lambung
b. Terdapa ganguan motilitas
6
c. Stress dan emosi
d. Penyakit sistemik lain: DM,kehamilan,obesitas
e. Obat-obatan: beta bloker CCB,kortikosteroid,NSAID
terasa nyeri di epigastrium kemungkinan di karenakan nyeri refferal atau
nyeri alih dari organ viceral yang terdapat pada rongga abdomen yang
mengalami gangguan.
3. Dada terasa terbakar kemungkinan di karenakan terjadi refluks gastric
juice ke dalam esofagus yang menyebabkan nyeri terbakar hebat di
karenakan gastric juice mengenai mukosa esofagus. Pada orang nornal
akan terdapat mekanikal claerence, kemikal clearence dan transien
relaksasi normal.
Kemungkinan etiologi;
Gangguan saraf sfingter
Terdapat tekanan dari bawah(bagian antrum)
Peningkatan produksi asam
Kelainan congenital
4. Kemungkinan diagnosa penyakit:
a. GERD
b. Hiatus hernia
c. Spasme esofagus difus
d. Akalasia
e. Ulcus pepticum
f. Gastritis
7
Step 4
8
Kelainan lambung dan duodenum
Nyeri epigastrum dan heart burn
Pemeriksaan fisik
anamnesa
Kelainan esofagus
Diagnosa sementara
Reflux:GERD
Hernia hiatus
Dismotilitas:Akalasia
Spasme esofagus difus
skleroderma
Gastritis
Ulcus pepticum
Pemeriksaan penunjang:Endoskopi
Kontras barium
Pemeriksaan feses
penatalaksanaan
Diagnosa pasti
Step 5
Megetahui definisi,etiologi,patogenesa,manifestasi
klinis,diagnosa,penatalaksanaan,komplikasi dan prognosa dari:
1. Akalasia esofagus
2. Spasme esofagus difus
3. GERD (gastroesofageal refluks disease)
4. Gastritis
5. Ulcus peptikum
Step 6
Belajar Mandiri
Pada step 6 ini masing-masing anggota diskusi melakukan belajar mandiri
sehubungan dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan pada langkah 5 untuk
mengetahui lebih dalam terhadap materi yang akan dibahas pada diskusi
kelompok kecil (dkk) 2.
Step 7
Sintesis Masalah
AKALASIA
Akalasia merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan tidak
adanya peristaltic korpus esophagus bagian bawah (SEB) yang hipertonik
sehingga tidak bias mengadakan relaksasi secara sempurna saat menelan
makanan. Secara histopatologik, kelaian ini ditandai oleh degenerasi ganglia
pleksus mienterikus. Akibat keadaan ini akan terjadi stasis makanan dan
selanjutnya akan timbul pelebaran esophagus. Keadaan ini akan menimbulkan
gejala dan kmomplikasi tergantung dari berat dan lamanya kelaian yang terjadi.
Secara klinis akalasia dibagi dalam akalasia primer dan akalasia sekunder yang
dihubungkan dengan etiologinya.
9
Etiologi dan Patofisiologi
Secara umum, esofagus dibagi menjadi 3 bagian fubgsional yaitu sfingter
esofagus bagian atas yang biasanya selalu tertutup untuk mencegah refluks
makanan dari korpus esofagus ke tenggorokan. Bagian kedua yang terbesar adalah
korpus esofagus yang berupa tabung muskularis dengan panjang sekitar 20 cm,
sedangkan bagian bawah yang terkhir adalah sfingter esofagus bagian bawah
(SEB) yang mencegah refluiks makanan dan asaam lambung dari gaster ke korpus
esofagus. Bila ditinjau dari segi etiologi, akalasia dibagi menjadi 2 bagian:
Akalasia primer. Penyebab yang kelas kelaiaan ini idiopatik. Diduga disebabkan
oleh virus neutropik yang berakibat lesi pada nukleus ndorsalis vagus pada batang
otak dan ganglia miesentrikus pada esofagus. Disamping itu, faktor keturunan
juga berpengaruh pada kelainan ini.
Akalasia sekunder. Kelainan ini dapat disebabkan oleh infeksi (penyakit chagas),
tumor intraluminer seperti pseudokista pankreas. Kemungkinan lain dapat
disebabkan oleh obat antikolinergik atau pasca vagotomi.
Menurut castell ada dua defek penting yang didapatkan pada pasien akalasia:
1. Obstruksi pada sambungan esofagus dan gaster akibat peningkatan SEB
basal jauh diatas normal dan gagalnya SEB untuk relaksasi sempurna.
Penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan kenaikan SEB dengan
sensitivitas terhadap hormon gastrin.Pada akalasia, tekanan SEB
meningkat kurang lebih 2 kali yaitu sekitar 50 mmHg. Terkadang
didapatkan tekanan sebesar nilai normal tinggi. Gagalnya relaksasi SEB
ini disebabakn penurunan tekanan sebesar 30-40% yang dalam keadaan
normal; turun sampai 100% yang akan mengakibatkan bolus makanan
tidak dapat masuk ke dalam gaster. Kegagalan ini berakibat tertahannya
makanan dan minuman di esogagus. Ketidaknmampuan relaksasi
sempurna akan menyebabkan adanyatekanan residual; bila tekanan
hidrosatatik disertai dengan gravitasi dapat melebihi tekanan residual
makanan dapat masuk ke dalam gaster.
2. Peristaltik esofagus yabng tidak normal disebabkan karena aperistaltik dan
dilatasi 2/3 bagian bawah korpus esofagus. Akibat lemah dan tidak
10
terkoordinasinya peristaltik sehingga tidak efektif dalam mendorong bolus
makanan melewati SEB. Dengan berkembangnya penelitian ke arah
motilitas, secara obyektif dapat ditentukan motilitas esofagus secara
manometrik pada keadaan normal dan akalasia.
Gejala Klinis
Gejala klinis subyektif yang terutama ditemukan adalah disfagia, baik
untuk makanan padat maupun cair yang didapatkan pada lebih dari 90% kasus.
Sifatnya pada permulaan hilang timbul yang dapat terjadi bertahun-tahun sebelum
didiagnosis diketahui secara jelas. Letak obstruksi biasanya dirasakan pada
retrosternal bagian bawah.
Gejala klinis lain yang sering adalah regurgitasi yaitu pada 70% kasus.
Regurgitasi ini berhubungan dengan posisi pasien dan sering terjadi pada malam
hari eleh karena adanya akumulasi makanan pada esofagus yang melebar. Hal ini
dihubungkan dengan posisi berbaring. Sebagai tanda bahwa regurgitasi ini
berasalk dari esofagus adalah pasien tidak merasa asam atau pahit. Keadaan ini
dapat berakibat aspirasi pneumonia. Pada anak-anak gejala ini dihubungkan
dengan gejala batuk pada malam hari atau adanya pneumonia.
Penurunan berat badan merupakan gejala ketiga yang sering ditemukaan.
Hal ini disebabkan pasien takut makan akibat timbulnya odinofagia. Gejala yang
menyertai keadaan ini adalah nyeri dada. Bila keadaan ini berlangsung lama akan
dapat terjadi kenaikkan berat badan \kembali karena akan terjadi pelebaran
esifagus akibat tetensi makanann dan keadaan ini dapat meningkatkan tekanan
hodrotastik yang akan melebihi ntekanan SEB.
Nyeri dada didapat6kan pada 30% kasusb yang biasanya tidak begitu
dirasakan pasien. Sifat nyeri dengan lokasi subsrternal dan dapat menjalar ke
belakang, bahu rahang dan tangan biasanya dirasakann bila minum air dingin.
Gejala lain yang biasa didapatkan adalah akibat komplikasi retensi maakanann
dalam bentuk batuk-batuk dan pneumonia.
11
Pemeriksaan fisik tidak banyak membantu dalam menentukan diagnosis
akalasia, karena tidak menunjukkan gejala obyektif yang nyata. Mungkin
pemurunan berat badan dan terkadang disertai anemia defisiensi.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis selain gejala klinis yang dapat memberika
kecurigaan adanya akalasia perlu beberapa pemeriksaan penunjang seperti
radiologis (esofagogram), endoskkopi saluran cerna atas dan manometri.
Pemeriksaan radioloagis dengan foto polos dadaakan menunjukkan
gambaran konrture ganda dia atas mediastiunum melebar dan adanya gambaran
batas cairan dan udara. Keadaan inmni akan didapatkan pada stadium lanjut. Pada
pemeriksaan fluoroskopi terlihat tidak adanya kontraksi esofagus. Pada
pemeriksaan radiologis dengan barium pada akalisa beratv akabn terlihat adanya
dilatasi esofagus, disertai berkelok-kelok dan memnajang dengna ujung distal
meruncing disertai permukaan haklus berbentuk patuh barung. Pemeriksaan
radiologis lain yang dapat dilakuakan adalah skintigrafi dengan memberikan
makanan yang mengandung radioisotop dan akan memperlihatkan dilatasi
esofagus tanpa kontraksi. Disfagia itu juga didapatkan pemanjangan waktu transit
makanan ke dalan gaster akibat gangguan pengosongan esofagus.
Pemeriksaan endoskopi pada pasien ini harus dipersiapkan sengan baik
dalam bentuk kumbah esofagus dengan memakai kanul besar. Tujuan kumbah
esogfgus ini untuk membersihkan makanan padat atau cair yang terdapat dalam
esofagus, meskipun sudah dipuasakan dalam waktu yang cukup lama. Seperti
sigmoid, endoskopi agak sukar penilaiannya karena banyaknya lengkungan dan
belokan.
Daerah kardia gaster harus bievaluasi secermat mungkin untuk
menyingkirkan kemungkinan akalasi sekunder akibat kanker. Biopsi harus
dilakuakan bila didapatkan gambaran tidak normal pada kardia terutama pada
pasien di atasdi atas umur 50 tahun dengan gejala yang cepat berkembang dalam
waktu pendek. Endoskopi pada akalsia selain untuk diagnostic juga dapat
12
membantu terapi, sebagai alat pemasangan kawat petunjuk arah sebelum tindakan
dilatasi pneumatic.
Pemeriksaan manometrik esophagus penting untuk konfirmasi diagnostic.
Penemuan-penemuan karakteristik adalah 1). Tonus SEB tinggi, 2). Relaksasi
sfingter tidak sempurna waktu menelan, 3). Tidak adanya peristaltic esophagus,
dan 4). Tekanan korpus esophagus pada keadaan istirahat lebih tinggi dari tekanan
gaster.
Diagnosis banding akalasi aprimer adaalah akalaisi sekunder seperti
adenokarsinoma gaster yang meluas ke esophagus, karsinoma paru (sel oat),
sarcoma sel reticulum, karsinoma pancreas. Penyakit chagas juga dapat
memberikan akalasia, akan tetapi biasanya gangguannya hanya pada kontraksi
saja tanpa gannguan SEB.
Pengobatan
Pengobatan akalasia abtara lain dengan cara medikamentosa oral, dilatasi
atau peregangan SEB, esofagotomi, dan injeksi toksin botulium (Botox) ke
sfingter esophagus.
Medikamentosa Oral
Preparat oral yang digunakan dengan harapan dapat merelaksasikan SEB
anatara lain nitrat (isosorbid dinitrat) dan channel blockers (nifedipin dan
verapamil). Meskipun pasien dengan kelainan ini khususnya pada fase awal
mendapat perbaikan klinis tetapi sebagian besar pasien tidak berespon bahkan
efek sampaing obat lebih banyak ditemukan . Umumnya pengobatan ini
digunakan unuk jangka pendek untuk mengurangi keluhan pasien.
Pengobatan medikamentosa untuk memperbaiki proses pengosongan
esophagus pada akalasia, pertama dengan pemberian amil nitrit pada waktu
pwemeriksaan esofagogram yang akan berakiabat relaksasi pada daerah
kardia. Saat ini isosorbid dinitrat dapat menurunkan tekanan SEB dan
meningkatkan pengosongan esophagus. Obat-obat lain yang akan memberikan
efek seperti diatas adalkah tingtur beladona, atrofin sulfat pada beberapa
13
kasus. Dengan ditemukan oabt antagonis kalsium nifedipin 10-20 mg peroral
dapat menurunkansecara bermakna tekanan SEB pasien dengan akibat
perbaikan proses pengosonagn esophagus. Dengan pengobatan ini didapatkan
perbaiakn gejala klinis pasien samapi dengan 18 bulan bila dibandingkan
dengan placebo. Pemakaian preparat sublingual, 15-30 menit sebelum makan
memberikan hasil yang lebih baik.
Dilatasi /Peregangan SEB
Pemngobatam dengan cara dilatasi secara bertahap akan mengurangi
keluhan sementara. Cara yang sederhana dengan businasi Hurt, yang terbuat
dari bahan karet yang berisi air raksa dalam satuan ukuran F (French)
mempunyai 4 jeins ukuran. Prinsip kerjanya berdasarkan gaya berat dipakai
dari ukuran yang terkecil sampai terbesar secara periodic. Keberhasilan
businasi ini hanya pada 50% kasus tanpa kambuh, 35% terjadi kambuh,
sedangkan 15% gagal.
Cara yang dianjurkan adalah dilatasi SEB dengan alat yang dunamakan
pneumatic. Cara ini dipakai lebih dari 30 tahiun dengan hasil yang cukup baik.
Hasil terbaik didaptkan pada 75-85% kasus. Hasil dilatasi akan lebih
memuaskan setelah dilakuakn bebrapaa kali. Jarang didapatkan komplikasi
seperti refluks gastroesofageal atau perforasiesofagus. Teknik khusus untuk
dilatrasi ini tidak hanya dalam berbagi ukuran akan tetapi juga tergantung dari
lamnaya pemgembangan SEB yang dapat berkisar dari beberapa detik sampai
5 menit. Pengoibatan cara ini memerlukan seni dan pengalaman operatornya.
Sebelum pemasangan balon ini harus dilakukan dulu pengecekan, tentang
simetrinya, garis tengahnya harus diukur agar tidak bocor.
Pasien dipuasakan sejak malam hari dan keesokan hatinya dilakukan
pemasangan dengan panduan fluoroskopi. Posoisi balon setengah berada di
atas hiatus diafragmatika dan setengah lagi dalam gaster. Balon dikembangkan
dengan maksimal dan secepat mungkin agar pengembangan SEB seoptimal
mungkin, selama 60 detik setelah itu dikempiskan. Selanjutnya setelah 60
detik balon dikembangkan kembali untuk bebrapa menit lamanya. Untuk satu
kali pengobatan pengembangan balon tidak boleh melebihi 2 kali.
14
Tanda-tanda pengobatan berhasil bila pasien merasakan nyeri bila balon
ditiup dan segera menghilang bila balon dikempiskan. Bila nyeri menetap,
kemungkinan adanya perforasi. Sesudah dilator dilelurakan dimasukkan
kontras barium sebmnayak 15-30 ml sampai bagian distal esophagus melalui
tuba nasogastrik, dengna posisi pasoen berdiri.
Bila pada pemeriksaan barium didaptylkan perforasi kecil, harus
dsilakukan observasi secermat ,menungkin . Bila tetap tanpa gejala dan
terdapat kenaikan suhu, perlu segera diberikan antibiotic. Pada keadaan ini
cukup dengan pengobatan konservatif saja. Akan tetapi bila terjadi barium
mengisi mediastinum dan dada kiri, perlu segera dilakukan tindakan operasi.
Esofagomitomi
Tindakan bedah esofagomiotomi dianjurkan bila terdapat: 1). Beberapa
kali (>2 kali) doilatasi tidak berhasil; 2). Adanya rupture esophagus akibat
dilatsasi; 3). Kesukaran menmpatkan dilator pneumatic karena dilatasi
esophagus yang sangat hebat; 4). TIdak dapat menyingkirkan kemungkinan
tumor esophagus; 5). Akalasia pada anak berumur kurang dari 12 tahun.
Operasi esofagomiotomi distal juga menbetikan hasil yang memuaskan.
Pervaikan gejala diudaptkan pada 80-90% kasus. Komplikasi yang dapat
terjadi adalah masih mempunyai gejala-gejala disfagia karena miotomi yang
tidak adekuat atau refluks gastroesofageal.
Bila dibandingkan tinfakan dilatasi dan pembedahan, kedua tindakan ini
efektif. Keuntungan dilatasi jarang disertai refluks yang jelas tapi ada resiko
perforasi esophagus. Perbaikan terhadap gejala disfagia pada kedua tindakan
ini hampir disama dibanding saat perawatan pada dilatasi lebih pendek. Hasil
optimal dilatasi ini didapatkan dengan dilatasi esophagus sedang dan disfagia
lebih dari 5 tahun.
Injeksi Botulium
Pengobatan terakhir ini yang sering digunakan saat ini adalah penyuntikan
toksin botulium ke SEB yang lemah dengan menggunakan endoskopi. Terapi
15
ini lebih aman tetapi hanya berjangka pendek dan perlu penyuntikan yang
berulang. Pilihan terapi ini sangat bermanfaat pada pasien dengan resiko
tinggi untuk menjalani operasi atau pasien yang lansia.
SPASME ESOFAGUS DIFUS
DEFINISI
Spasme esophagus difus merupakan gangguan motorik dari otot polos
esophagus yang ditandai oleh kontraksi spontan majemuk dan kontraksi yang
diinduksi oleh menelan yang timbulnya secara simultant, amplitude besar, durasi
lama, dan timbulnya secara berturut-turut.
PATOFISIOLOGI
Patogenesa dari beberapa kelainan peristaltik pada spasme esophagus difus
tidak diketahui. Penelitian histopatologi lebih menunjukkan adanya bercak-bercak
degenerasi neural yang terletak pada prosessus saraf.
Varain spasme esophagus difus, seperti amplitude yang besar dengan
kontraksi peristaltic (nut-cracker) atau amplitude normal dengan kontraksi
simultan, sering kali muncul sebagai penyakit primer atau muncul beserta
berbagai penyakit, seperti juga stress emosional dan penuaan. Penyakit vascular
kolagen, neuropati diabetikum, esofagitis refluks, esofagitis iradiasi, obstruksi
esophagus, dan obat kolinergik dan antikolinegik dapat menyebabkan kelainan
motorik esophagus. Hubungan antara esofagitis refluks dengan kelainan motorik
masih controversial. Gambran spasme esophagus dan akalasia yang tumpang
tindih terjadi pada akalasia berat.
GAMBARAN KLINIS
Pasien simptomatik dengan spasme difus atau lainnya datang dengan nyeri
dada, disfagia atau keduanya. Nyeri dada terutama jelas pada pasien dengan
kontraksi esophagus amplitudo besar dan durasi lama. Nyeri dada biasanya terjadi
pada waktu istirahat tetapi mungkin terjadi pada waktu menelan atau stress
emosional. Nyeri bersifat retrosternal; nyeri menyebar ke punggung, sisi dada,
kedua lengan, atau sisi rahang dan berakhir dalam beberapa detik sampai beberapa
16
menit. Nyeri ini mungkin akut dan berat, menyerupai nyeri pada iskemik miokard.
Disfagia pada bentuk padat dan cairan dapat terjadi dengan atau tanpa nyeri dada.
Spasme esophagus difus harus dibedakan dari sebab nyeri dada lainnya,
terutama penyakit jantung iskemik dengan angina yang tidak khas seringkali
pemeriksaan jantung yang lengkap dilakukan sebelum etiologi esophagus
ditemukan. Adapun disfagia dalam hubungannya dengan nyeri sebaiknya
mengarah ke esophagus sebagai tempat penyakit.
DIAGNOSIS
Menelan barium menunjukkan bahwa rangkaian peristaltic normal
dibawah arkus aorta digantikan oleh kontraksi simultant, yang tidak terkoordinasi
yang menimbulkan gambaran gulungan/riak majemuk, pembentukan kantong, dan
pseudodivertikula (esophagus skrup gabus). Kadang kontraksi esophagus
menyumbat lumen, dan barium didorong ke dua arah. SEB terbuka secara normal.
Manometri mengungkapkan karakteristik kontraksi dengan amplitude
besar yang memanjang dan repetitif, yang timbul bersamaan pada esophagus
bagian bawah. Hanya ada satu atau dua dari kelainan-kelainan ini yang dapat
terlihat dalam varian spasme difus. Karena spasme bersifat episodic, manometri
bisa normal saat penelitian dilakukan; sehingga, beberapa tehnik digunakan dalam
upaya merangsang spasme esophagus. Penelanan makanan atau minuman yang
dingin menimbulkan nyeri dada tetapi tidak menghasilkan spasme pada penelitian
manometrik. Bolus makanan padat dan obat farmakologik, terutama edrofonium,
menimbulkan nyeri dada dan kelainan motorik. Meskipun demikian, tidak ada
korelasi yang jelas antara induksi nyeri dan perubahan motilitas. Ergonovin dapat
menyebabkan kelainan motorik namun juga dapat menyebabkan spasme arteri
koroner, dan oleh karena itu tidak dipakai. Secara keseluruhan manfaat tes
provokatif farmakologik adalah terbatas.
TERAPI
Antikolinergik biasanya pada nilai terbatas. Obat menyebabkan relaksasi
otot polos seperti nitrogliserin sublingual (0,3-0,6 mg) atau obat-obat yang bekerja
lebih lama seperti ISDN (2,5 – 10 mg sublingual sebelum makan0 dan nifedipin
(10-20 mg sebelum makan) dapat membantu pada beberapa kasus. Dilatasi
17
esophagus dengan dilator karet yang berisi air raksa dapat menyebabkan
pertolongan simptomatik dengan meregangkan esophagus bagian bawah atau
karena efek placebo. Pemulihan keyakinan dan tranquilizer membantu dalam
menghilangkan kekuatiran pasien. Dilatasi balon kadang diusahakan tetapi dapat
berbahaya pada tangan yng tidak berpengalaman. Pada kasus-kasus yang beratdan
resisten terhadap semua terapi, dilakukan miotomi longitudinal pada otot sirkuler
esophagus; ini menghilangkan nyeri pada lebih dari dua pertiga pasien.
REFLUKS GASTROESOFAGEAL
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Penyakit refluks gastroesofageal bersifat multifaktoral. Esofagitis dapat
terjadi sebagai akibat dari refluks gastroesofageal apabila 1). Terjadi kontak dalam
waktu yang cukup lama antara bahan refluksat dengan mukosa esophagus,2)
terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa esophagus, walaupun waktu kontak
antara bahan refluksat dengan esophagus tidak cukup lama.
Esophagus dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi yang di hasilkan
oleh kotraksi. Pada individu normal, pemisah ini akan di pertahankan kecuali pada
saat menelan, atau aliran retrograde yang terjadi pada saat sendawa atau muntah.
Aliran balik dari gaster ke esophagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus
LES tidak ada atau sangat rendah.
Refluks esofaggeal pada pasien GERD melalui 3 mekanisme yaitu 1).
Refluks spontan pada saat relaksasi LES yang tidak adekuat.2). aliran retrograde
yang mendahului kembalinya tonus LES setelah menelan.3). meningkatnya
tekanan intra abdomen.Dengan demikian dapat diterangkan bahwa patogenesis
terjadinya GERD menyangkut keseimbangan antara faktor defensif dan faktor
ofensif dari bahan refluksat. Yang dimaksud faktor defensif esophagus ialah :
1. Pemisah antirefluks. Pemeran terbesar pemisah antirefluks ialah tonus
LES. Menurunnya tonus LES dapat menyebabkan timbulnya refluks
retrogad pada saat terjadinya peningkatan intra abdomen.
18
2. Ketahanan epithelial esophagus. Berbeda dengan lambung dan
duodenum, esophagus tidak memiliki lapisan mucus yang melindungi
mukosa esophagus.
Mekanisme ketahanan epithelial esophagus terdiri dari : membrane sel,
batas intraselular yang membatasi difus H ke jaringan esophagus, aliran
darah esophagus yang mensuplai nutrient, oksigen, dan bikarbonat serta
mengeluatkan ion H dan CO2, sel-sel esophagus mempunyai kemampuan
untuk mentranspot ion H dan CL intraselular dengan Na dan bikarbonat
ekstraselular.
Nikotin dapat menghambat transport ion Na melalui epitel sofagus,
sedangkan alkohol dan aspirin meningkatkan permeabilitas epitel terhadap
ion H. yang dimaksud dengan faktor ofensif adalah potensi daya rusak
refluksat. Kandungan lambung yang menambah potensi daya rusak
refluksat terdiri dari HCL, pepsin, garam empedu, enzim pancreas.
Faktor ofensif dari bahan refluksat bergantung pada bahan yang
dikandungnya. Derajat kerusakan mukosa esophagus makin meningkat
pada Ph<2, atau adanya pepsin atau garam empedu.
Faktor-faktor lain yang turut berperan dalam timbulnya gejala GERD
adalah kelainan lambung yang meningkatkan refluks fisiologis, anatra
lain : dilatasi lambung.
19
MENIFESTASI KLINIK
Gejala yang khas dari GERD adalah timbulnya rasa nyeri atau rasa tidak
enak di epigastrium atau retrosternal bagian bawah. Rasa nyeri biasanya
dideskripsikan seperti rasa terbakar, kadang-kadang bercampur dengan rasa
dispagia, mual dan rasa pahit di lidah. Walau demikian derajat berat ringannya
keluhan heartburn ternyata tidak berkolerasi dengan temuan endoskopik. Kadang-
kadang timbul rasa tidak enak retrosternal yang mirip dengan keluhan pada
serangan angina pectoris. Disfagia yang timbul pada saat makan makanan padat
mungkin terjadi karena struktur atau keganasan yang berkembang dari barretts
esophagus. Odinofagia bisa terjadi setelah jika sudah terjadi ulserasi esophagus
yang berat.
GERD dapat juga menimbulkan menifestasi gejala ekstra esopagal yang
atipik dan sangat bervariasi mulai dari nyari dada non-kardiak, suara serak,
laryngitis, batuk karena aspirasi sampai timbulnya bronkietasis atau asma.
Dilain pihak, beberapa penyakit paru dapat menjadi faktor predisposisi
untuk timbulnya GERD karena timbulnya perubahan anatomis di daerah
gastroesiphageal. Akibat obat-obatan yang menurunkan tonus LES.
DIAGNOSIS
Di samping anamnesis dan pemeriksaan fisisk yang seksama beberapa
pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis GERD
yaitu :
Endoskopi saluran cerna bagian atas. Pemeriksaan endoskopi saluran
cerna bagian atas merupakan standar baku untuk diagnosis GERD dengan
ditemukannya mucosal break di esophagus. Dengan melakukan
pemeriksaan endoskopi dapat dinilai dari perubahan makroskopik dari
mukosa esophagus. Serta dapaat menyingkirkan gejala patologis lain yang
dapat menimbulkan gejala GERD. Jika tidak ditemukan mucosal break
pada pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas pasien dengan
gejala khas pasien GERD
20
Esofagografi dengan barium. Di bandingkan dengan endoskopi
pemeriksaan ini kurang peka dan sering kali tidak menunjukkan kelainan.
Terutama pada esofagitis ringan. Pada kelainan yang lebih berat, gambar
radiology dapat berupa penebalan dinding dan lipatan mukosa., ulkus, atau
penyempitan lumen. Walaupun pemeriksaan ini sangat tidak efektif untuk
diagnostic GERD.
Pemantauan pH 24 jam. Episode refluks gastroesofageal menimbulkan
asidifikasi bagian distal esophagus. Episode ini akan di rekam dan di
monitor dengan menempatkan mikroelektroda pH bagian distal esophagus.
Pengukuran pH pada eshopagus bagian distal dapat memastikan ada
tidaknya refluks gastroesopageal. pH dibawah 4 pada jarak 5 cm diatas
LES dianggap diagnostic untuk refluks gastroesopageal.
Manometri esophagus. Tes manometri akan memberikan manfaat yang
berarti jika pada pasien-pasien dengan gejala epigastrium dan regurgitasi
yang nyata di dapatkan esofagografi barium dan endoskopi yang normal.
Sintigrafi gastroesofageal. Pemeriksaan menggunakan cairan atau
campuran makanan cair yang padat yang dilabel dengan radioisotop yang
tidak diabsorbsi, biasanya technetium. Selanjutnya sebuah penghitung
gamma eksternal akan memonitor transit dari cairan atau makanan yang di
label tersebut.
PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penatalaksaan GERD terdiri dari modifikasi gaya hidup,
terapi medikamentosa, terapi bedah serta akhir2 ini sering dilakukan terapi
endoskopik.
Target penatalaksanaan GERD adalah 1). Menyembuhkan lesi esophagus. 2).
Menghilangkan gejala atau kekambuhan.3). mencegah kekambuhan.4).
memperbaiki kualitas hidup.5). mencegah timbulnya komplikasi.
Modifikasi gaya hidup.
Hal-hal yang diperlukan diperhatikan dalm modifikasi gaya hidup
adalah.:
21
1. Meninggikan posisi kepalaa pada saat tidur serta menghindari
makan sebelum tidur dengan tujuan untuk meningkatkan bersihan
asam selama tidur serta mencegah refluks asam dari lambung.
2. Berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol karena dapat
menurunkan tonus LES sehingga secara langsung mempengaruhi
sel-sel epitel.
3. Mengurangi mengkonsumsi lemak serta porsi makan karena
keduanya dapat menyebabkan distensi lambung.
4. Menurunkan berat badan pada pasien yang mengalami kegemukan.
5. Menghindari makanan atau minuman seperti coklat, the,
papermint, kopi.
6. Jika memungkinkan untuk menghindari obat-obatan yang
menyebabkan turunnya tonus LES.
Terapi medikamentosa
Terdapat dua alur pendekatan terapi medikamentosa. Yaitu step up dan step
down. Pada step up pengobatan dimulai dengan yang kurang kuat dalam
menskresi asam.atau golongan prokinetik. Sedangkan pada step down dimulai
dengan PPI dan setelah berhasil dapat dapat dilanjutkan dengan terapi
pemeliharaan dengan menggunakan dosis yang lebih rendah.
Pada umumnya studi memperlihatkan hasil tingkat kesembuhan diatas
80%dalam waktu 6-8 minggu. Untuk selanjutnya dapat dilanjutkan dengan
terapi pemeliharaan.
Berikut ini adalah terapi yang digunakan pada GERD:
Antacid. Golongan obat ini sangat efektif menghilangkan gejala GERD tetapi
tidak menghilangkan lasi esofagitis. Kelemahan pada obat ini :a). rasanya
kurang menyenangkan, 2). Dapat mnimbulkan diare terutama yang
mengandung magnesium, 3). Penggunaanya saat terbatas dengan pasien
gangguan fungsi ginjal. Dosis sehari 4X1 sendok makan .
Antagonis reseptor H2. yang termasuk golongan obat ini adalah simetidin,
raniditin, famotidin, dan nizatidin. Sebagai penekan sekresi asam,
22
golongan obat ini efektif dalam pengobatan penyakit refluks esophageal
jika di berikan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus.
Golongan obat ini hanya efektif pada pengobatan esofagitis derajat ringan
sampai sedang serta tanpa komplikasi. Dosis pemberian :
Simetidin : 2X800 mg atau 4X400 mg
Ranitidine : 4X150 mg
Famotidin : 2X20 mg
Nizatidin 2X150 mg.
Obatan-obatan prokinetik. Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk
pengobatan GERD karena penyakit ini labih condong kea rah gangguan
motilitas.
Metoklopiramid :
Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor
dopamine.
Efektivitasnya rendah dalam mengurangi
gejala tidak berperan dalam penyembuhan lesi di esophagus
kecuali dala kombinasi dengan antagonis reseptor h2 atau
penghambat pompa proton.
Karena melalui sawar darah otak, maka
dapat tumbuh efek terhadap susunan saraf pusat berupa
mengantuk, pusing, agitasi, tremor dan diskinea.
Dosis 3X10 mg.
Cisapride
Sebagai suatu antagonis reseptor 5HT4, obat ini dapat
mempercepat pengososngan serta dapat meningkatkan tekanan
tonus LES.
Efektivitasnya dalam menghilangkan gejala serta penyembuhan
lesi esophagus
Dosis 3X 10mg.
Sukralfat. Berbeda dengan antacid dan penekan sekresi asam, obat ini tidak
mempunya efek langsung terhadap lambung. Obat ini bekerja dengan cara
23
meningkatkan pertahanan mukosa esophagus, sebagai buffer terhadap
HCL di esophagus serta dapat mengikat pepsin dan garam empedu.
Golongan ini cukup aman di berikan karena bersifat topical.
Terapi pada komplikasi. Komplikasi yang sering terjadi adalah striktur dan
perdarahan. Sebagai dampak adnya rangsangan kronik asam lambung terhadap
mukosa esophagus. Deapat terjadi perubahan mukosa esophagus dari
nskuamosa menjadi epitel kolumnar.
Striktur esophagus. Jika pasien mengeluh disfagia dengan diameter striktur
kurang dari 13mm, dapat dilakukan dilatasi busi. Jika dilatasi busi gagal,
dapat dilakukan operasi.
Esophagus barret. Dapat diobati secara medikamentosa. Berikut ini adalah
algoritme penatalaksanaan barrets esophagus pada pasien GERD.
Terapi bedah. Beberapa keadaan dapat menyebabkan gagalnya terapi
medikamentosa, yaitu :1) diagnosa tidak benar. 2). Pasien GERD sering
di di sertai gejala-gejala lain misalnya kembung, mual, cepat kenyang. 4).
Kadang-kadang pasien barrets tidak memberikan respon terhadp terapi
PPI. 5). Terjadi striktur. 6). Terdapat stasis lambung dan disfungsi LES.
Terapi endoskopi.
Walaupun laprannya masih terbatas serta terbatas serta masih dalam konteks
penelitian, akhir-akhir ini mulai di kembangkan pilihan terapi endoskopi
pada pasien GERD, yaitu :
Penggunaan energi radiofrekuensi.
Plikasi gastric endoluminal.
Implantasi endoskopis, yaitu dengan menyuntikkan zat implant di
bawah mukosa esophagus bagian distal, sehingga lumen esophagus
bagian distal menjadi lebih kecil.
GASTRITIS
24
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu
gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang
sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu
Helicobacter pylori. Tetapi faktor – faktor lain seperti trauma fisik dan pemakaian
secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan
gastritis.
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu
gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang
sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu
Helicobacter pylori. Tetapi faktor – faktor lain seperti trauma fisik dan pemakaian
secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan
gastritis.
Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok
(ulcer) dan dapat meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi
banyak orang, gastritis bukanlah penyakit yang serius dan dapat segera membaik
dengan pengobatan.
Gejala-gejala
Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda –
tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya. Gejala-gejala tersebut
antara lain :
Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi
lebih baik atau lebih buruk ketika makan
Mual
25
Muntah
Kehilangan selera
Kembung
Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
Kehilangan berat badan
Gastritis yang terjadi tiba – tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual
dan sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang
secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut
bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis
kronis tidak menyebabkan apapun.
Kadang, gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal
ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok pada
lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau
terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera.
Karena gastritis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit
pencernaan dengan gejala - gejala yang mirip antara satu dengan yang lainnya,
menyebabkan penyakit ini mudah dianggap sebagai penyakit lainnya seperti :
Gastroenteritis. Juga disebut sebagai flu perut (stomach flu), yang
biasanya terjadi akibat infeksi virus pada usus. Gejalanya meliputi diare,
kram perut dan mual atau muntah, juga ketidaksanggupan untuk
mencerna. Gejala dari gastroenteritis sering hilang dalam satu atau dua
hari sedangkan untuk gastritis dapat terjadi terus menerus.
Heartburn. Rasa sakit seperti terbakar yang terasa di belakang tulang dada
ini biasanya terjadi setelah makan. Hal ini terjadi karena asam lambung
naik dan masuk ke dalam esophagus (saluran yang menghubungkan antara
tenggorokan dan perut). Heartburn dapat juga menyebabkan rasa asam
pada mulut dan terasa sensasi makanan yang sebagian sudah dicerna
kembali ke mulut.
26
Stomach ulcers. Jika rasa perih dan panas dalam perut terjadi terus
menerus dan parah, maka hal itu kemungkinan disebabkan karena adanya
borok dalam lambung. Stomach (peptic) ulcer atau borok lambung adalah
luka terbuka yang terjadi dalam lambung. Gejala yang paling umum
adalah rasa sakit yang menjadi semakin parah ketika malam hari atau
lambung sedang kosong. Gastritis dan stomach ulcers mempunyai
beberapa penyebab yang sama, terutama infeksi H. pylori. Penyakit ini
dapat mengakibatkan terjadinya gastritis dan begitu juga sebaliknya.
Nonulcer dyspepsia. Merupakan kelainan fungsional yang tidak terkait
pada penyakit tertentu. Penyebab pasti keadaan ini tidak diketahui, tetapi
stress dan terlalu banyak mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau
makanan berlemak diduga dapat mengakibatkan keadaan ini. Gejalanya
adalah sakit pada perut atas, kembung dan mual.
Penyebab
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian
kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai
panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung
makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong,
maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi
dan mengembang, lipatan - lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus,
sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung
(esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke
lambung. Setelah masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri
dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding
lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama,
kelenjar - kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai
27
mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim - enzim dan asam lambung) untuk
lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini
sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding
lambung dilindungi oleh mukosa - mukosa bicarbonate (sebuah lapisan
penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga
menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif
asam hidroklorida.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan
mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab
yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
Infeksi bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri
H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi
dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana
bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut
terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman
yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada
masa kanak - kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan
perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab
utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis.
Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan
menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan
pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic
gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam
lambung secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat
asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang
dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara
sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya)
dari kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H.
28
pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala
gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat
sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat
analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan
secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat mengiritasi dan
mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung
lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan
pendarahan dan gastritis.
Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar
atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta
pendarahan pada lambung.
Kelainan autoimmune. Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika
sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam
dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap
menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil
asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat
yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12,
akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius
yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh.
Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
Crohn's disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan
peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang
dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika
29
lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn's disease (yaitu
sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok
daripada gejala-gejala gastritis.
Radiasi and kemoterapi. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi
dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang
selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika
tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya
sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut
menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
Penyakit bile reflux. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu
mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati.
Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan
menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang
berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir
balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar,
maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan
peradangan dan gastritis.
Faktor-faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi
kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati
atau ginjal.
Kapan harus pergi ke dokter
Hampir setiap orang pernah mengalami penyakit pencernaan dan iritasi
lambung. Dalam banyak kasus, terjadi hanya sebentar dan tidak membutuhkan
perawatan medis. Tapi jika terdapat gejala-gejala gastritis yang terjadi secara
terus menerus selama seminggu atau lebih, segera temui dokter. Dan pastikan
untuk menginformasikan semua yang anda rasakan terutama bila anda merasakan
sakit setelah meminum obat-obat bebas seperti aspirin atau yang lainnya.
30
Jika terjadi muntah darah atau terdapat darah dalam feces, segera temui
dokter untuk menemukan penyebabnya.
Screening dan diagnosa
Bila seorang pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan
dengan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan tersebut meliputi :
Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi
H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien
pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu
tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat gastritis.
Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien
terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.
Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam
feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces.
Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat
adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin
tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan
sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke
dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan
untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada
jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan
waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
31
disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek
dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak
ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak
nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-
tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta
menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan
ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di
ronsen.
Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic
ulcers dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat
meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus
menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada
sel-sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat
infeksi H. pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H. pylori
adalah MALT (mucosa associated lymphoid tissue) lymphomas, kanker ini
berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding
lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.
Terapi
Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin
memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau, dalam kasus yang
jarang, pembedahan untuk mengobatinya.
Terapi terhadap asam lambung
32
Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan
menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi
sebagian besar tipe gastritis, terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi
atau menetralkan asam lambung seperti :
Anatsida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan
atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi
gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat
menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa
sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti
cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah
asam lambung yang diproduksi.
Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi
asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel
lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam
dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat
golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan
esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk
melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang
termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum
obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya
menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective
agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat
aktivitas H. pylori.
Terapi terhadap H. pylori
Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering
digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton.
Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk
33
membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa
sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik.
Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk
membunuh H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan.
Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi
dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu
dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas.
Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali
setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces
adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak
adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama
beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut
sudah hilang.
Pencegahan
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran
untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis :
Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama
makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama
pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan
adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang
cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis
lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan
pendarahan.
Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung
lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok.
Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda
penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker
34
lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama
bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang
dapat membantu untuk berhenti merokok.
Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan
kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot
usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara
lebih cepat.
Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan
stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya
permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan
melambatkan kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang
tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara
effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga
teratur dan relaksasi yang cukup.
Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan
AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan
dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti
dengan penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen.
Ikuti rekomendasi dokter
ULKUS PEPTIKUM
Lambung sebagai reservoir/lumbung makanan berfungsi menerima
makanan/minuman, menggiling, mencampur dan mengosongkan makanan
kedalam duodenum. Lambung yang selalu berhubungan dengan semua jenis
makanan, minuman dan obat-obatan akan mengalami iritasi kronik.
Lambung dilindungi terhadap faktor iritan oleh lapisan mukus/mukus
barierr, epitel, tetapi beberapa faktor iritan seperti makanan minuman dan obat
anti inflamasi non-steroid (OAINS), alkohol dan empedu yang dapat mnimbulkan
defek lapiasn mukus dan terjadi difusi balik ion H+, sehingga timbul gastritis
akut/kronik dan tukak gaster.
35
Dengan ditemukannya H.Pylori sebagai penyebab gastritis dan tukak
peptik, saat ini diangap H.Pylori merupakan penyebab utama tukak gaster,
disamping OAINS, dan penyebab yang jarang adalah Sindroma Zollinger Ellison
dan penyakit Crohn Duodenal.
DEFINISI
Tukak gaster jinak adalah suatu gambaran bulat atau semi bulat/oval.
Ukuran > 5mm kedalaman sub mukosal pada lambung akibat terputusnya
kontinuitas/integritas mukosa lambung. Tukaka gaster merupakan luka terbuka
dengan pinggir edema disertai indurasi dengan dasar tukak ditutupi febris.
EPIDEMIOLOGI
Tukak gaster tersebar diseluruh duni dengan prevalansi berbeda tergantung
pada sosial ekonomi, demografi, dijumpai lebih banyak pada pria meningkat pada
usia lanjut dan kelompok sosial ekonomi rendah degan puncak pda dekade
keenam. Insidensi dan kekambuhan/rekurensi saai ini menurun sejak ditemukan
kuman H.Pylori sebagai penyebab dan dilakukan terapi eradikasi. Di Britania
Raya sekitar 6-20% penduduk menderita tukak pada usia 55 tahun, sedang
prevalnsinya 12% pada pria dan 10% perempuan dengan angka kematian pasien
15.000 pertahun dan menghabiskan dana $10 milyar/tahun.
Secara klinis tukak duodeni lebih sering dijumpai pada tukak gaster. Pada
beberapa negara seperti jepang dijumpai lebih banyak tukak gaster daripada tukak
duodeni. Pada autopsi tukak gaster dan duodeni dijumpai hampir sama banyak,
hal ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Autopsi biasanya dilakukan pada usia lanjut, dimana pemakaian obat
OAINS menngkat, sehingga kejadian tukak gaster juga meningkat. Tukak gaster
ukuran lebih besar dan lebih menonjol, sehingga pada pemeriksaan autopsi lebih
sering/mudah dijumpai dibandingkan tukak duodeni.
FISIOLOGI GASTER
36
Anatomi gaster Epitel gaster dari rugae yang mengandung gastric
pits/lekukan berukuran mikroskopis. Setiap rugae bercabang menjadi empat atau
lima kelenjar gaster dari sel-sel epitel khusus. Susunan kelenjar tergantung letak
anatomisnya. Kelenjar di daerah cardia terdiri <5 % kelenjar gaster mengandung
mucus dengan sel-sel endokrin . Sebagian terletak di dalam mukosa oksintik
mengandung sel-sel leher mukosa, parietal, chief, endokrin dan
selenterokromafin. Kelenjar pilorik mengandung mucus dan sel-sel endokrin
(termasuk sel-sel gastrin) dan didapati di daerah antmengandung antrum .
Sel parietal juga dikenal sebagai oksintik biasanya didapati di daerah leher
atau isthmus atau kelenjar oksintik. Sel parietal yang tidak terangsang , punya
sitoplasma tubulovesikel dan kanakuli interseluler yang berisi mikrovili ukuran
pendek sepanjang permukaan atas/apical. Enzim H+, K+-ATPase didapati
didaerah membrane tubulovesikel. Bila sel dirangsang, membrane ini dan
membrane apical lainnya diubah menjadi jaringan padat dari kanakuli intra seluler
apical yang mengandung mikroskopik ukuran panjang. Sekresi HCL dari kanakuli
ke lumen lambung memerlukan energy besar berasal dari pemecahan H+,K+-ATP
oleh enzim H+, K+-ATPase α, terjadi pada permukaan atas kanakuli yang
dihasilkan 30-40% jumlah total mitokondria.
Fase pertahanan Mukosa Gastro Duodenal
Epitel gaster mengalami iritasi terus-menerus oleh 2 faktor perusak :
37
Perusak endogen (HCL, pepsinogen/pepsin garam empedu)
Perusak Eksogen (obat-obatan, alkohol dan bakteri)
Untuk penangkal iritasi tersedia system biologi canggih dalam
mempertahankan keutuhan dan perbaikan mukosa lamnung bila ada kerusakan .
Sistem pertahanan mukosa gastroduodenal terdiri dari 3 rintangan , yakni : Pre
epitel, post epitel,/ sub epitel.
Lapisan Pre epitel berisi mucus – bikarbonat bekerja sebagai rintangan
fisikokemika terhadap molekul seperti ion hydrogen , mucus yang di sekresi sel
epitel permukaan yang mengndung 95 % air dan campur lipid dengan fosfolipid ,
membentuk lapisan penahan air / hidrofobik dengan asam lemak yang muncul
keluar dari membrane sel . Lapisan mukosa yang tidak tembus air merintangi
difus ion dan molekul seperti pepsin. Bikarbonat memiliki kemampuan
mempertahankann peerbedaan pH 1-2 di dalam lumen lambung dengan pH 6-7 di
dalam sel epitel. Sekresi bikarbonat dirangsang oleh Ca2+. PG, cholinergic, dan
keasaman lumen.
Sel epitel permukaan adalah pertahanan kedua dengan kemampuan:
Menghasilkan mucus
Transportasi ionic serta produksi bikarbonat yang dapat mempertahankan
pH intraseluler (6-7)
Intraseluler tight junction
Bila pertahanan pre epitel dapat ditembus oleh faktor agresif maka sel
epitel yang berbatasan sdengan daerah yang rusak berpindah atau migrasi
38
memperbaiki kerusakan/restitusi. Proses ini merupakan pembelahan sel
memerlukan sirkulasi darah yang baik dan mileu aklkali. Beberapa faktor
pertumbuhan memegang peranan sepertin : EGF, FGF, TGF a dalam membantu
proses restitusi.
Kerusakan berat yang tidak dapat diperbaiki melalui proses restitusi
dilaksanakan prolifereasi sel. Regenerasi sel epitel diatur oleh PG, FGF, dan TGF
a. berurutan dengan pembaruan sel epitel, terjadi pembentukan pembuluh darah
baru (angiogenesis) Dalam area kerusakan. FGF dan VEGF memegang peranan
penting dalam proses angogenesis ini.
System mikrovaskulker yang rapi di dalam sel lapisan lambung adalah
komponen kunci dari pertahanan/perbaikan subepitel. Sirkulasi yang baik yang
dapat menghasilkan bikarbonat untuk menetralkan HCl yang disekresi sel parietal
memberikan asupan mikronutrien dan oksigen serta membuang hasil metabolisme
toksik.
PG yang banyak ditemukan pada mukosa lambung, duhasilkan dari
metabolisme asam arakidonat memegang peran sentral pada pertahanan dan
perbaikan sel epitel lambung, menghasilkan mucus bikarbonat, menghambat
sekresi sel parietal, mempertahankan sirkulasi mukosa dan restitusi sel epitel.
Fisiologi Sekresi Gaster
HCL dan pepsin yang paling utama yang dapat menimbulkan kerusakan mukosa
lambung. Sekresi asam basal dalam pola sikardia, tertinggi terjadi pada malam
hari dan terendah pada pagi hari. Faktor kolinergik melalui nervus vagus dan
faktor histaminergik melalui sumber lokal digaster memmpengaruhi produksi
asam basal tersebut. Sekresi asam akibat pengosongan dihasilkan dalam 3 fase
yang berbeda tergantung sumber rangsang (sefalik, gastrik, dan intestinal).
39
Penglihatan, penciuman, dan rasa dari makanan merupakan komponen
fase sefalik melalui perangsangan nervus vagus. Fase gastrik terjadi pada saat
makanan masuk ke dalam lambung, komponen sekresi adalah kandungan
makanan yang terdapat di dalamnya ( asam amino dan amino bentuk lain) yang
secara langsung merangsang sel G untuk melepaskan gastrin yang selanjutnya
mengaktivsai sel-sel parietal melalui mekanisme langsung maupun mekanisme
tidak langsung. Peregangan dinding lambung memicu pelepasan gastrin dan
produksi asam.
Fase terakhir (intestinal) sekresi asam lambung dimulai pada saat makanan
masuk keadaan usus dan diperantarai oleh adanya peregangan usus dan
pencampuran kandungan makanan yang ada.
Beberapa cara untuk menghambat sekresi asam juga berlangsung
bersamaan. Sematostatin, suatu hormon gastrointestinal yang dilepaskan sel-sel
endokrin didapati pada mukosa gaster (sel D) dalam rangka merespon HCL.
Sematostatin dapat menghambat produksi asam melalui mekanisme langsung (sel-
sel parietal) maupun tidak langsung (menurunkan pelepasan histamin dari sel-sel
enterokromafin (ECL) dan menimbulkan pelepasan melalui sel G). Faktor
rangsang tambahan yang dapat mengimbangi sekresi asam, antara lain neural
(sentral dan perifer) dan hormonal (sekretin dan kolesistokinin). Dalam keadaan
fisiologis fase-fase tersebut berlangsung seara bersamaan.
40
PATOFISIOLOGI TUKAK PEPTIK
Faktor Asam Lambung “ No Acid No Ulcer “ Schwarts 1910; Pengaturan
Sekresi Asam Lambung Pada Sel Parietal
Sel parietal / oxynitic mengeluarkan asam lambung HCL, sel
peptik/zimogen mengeluarkan pepsinogen yang oleh HCL dirubah menjadi pepsin
dimana HCL dan pepsin adalah faktor agresif terutama pepsi mileu pH < 4 (sangat
agresif terhadap mukosa lambung). Bahan iritan akan menimbulkan defejk barier
mukosa dan terjadi difusi balik ion H+. Histamin terangsang untuk lebih banyak
mengeluarkan asam lambung, timbul dilatasi dan peningkatan permeabilitas
pembuluh kapiler, kerusakan mukosa lambung, gastritis akut/kronik, dan tukak
gaster.
Membran plasma sel epitel lambung terdiri lapisan-lapisan lipid bersifat
pendukung barier mukosa. Sel parietal dipengaruhi faktor genetik, yaitu seorang
yang mempunyai massa sel parietal yang besar/ sekresi sel lebih banyak. Tukak
gaster yang letaknya dekat pilorus atau dijumpai bersamaan dengan tukak
duodeni/antral gastritis biasanya disertai hipersekresi asam, sedangkan bila
lokasinya pada tempat lain di lambung/ pangastritis biasanya disertai hiposekresi
asam.
Shay and Sun : Balance Theory 1974 :
Tukak peptik bila terjadi gangguan keseimbangan antara faktor agresif/
asam dan pepsin dengan defensif (mukus, bikarbonat, aliran darah, PG), bisa
faktor agresif meningkat atau faktor defensif menurun.
Helycobacrter Pylori (HP), “NO HP No Ulcer” Warren and Marshall 1983
HP adalah kuman patogen gram negatif berbentuk batang/spiral,
microaerofilik berflagela hidup pada permukaan epitel, mengandung urease (Vac
A, cag A, PAI dapat mentrans lokasi cag A ke dalam sel host), hidup diantrum,
migrasi ke proksimal lambung dpat berubah menjadi kokoid suatu bentuk dorman
41
bakteri. Infeksi kuman HP akut dapat menimbulkan pan gastritis kronik diikuti
atrofi sel mukosa korpus dan kelenjar, metaplasia intestinal dan hipoasidositas.
Proses ini dipengaruhi oleh faktor host, lamanya infeksi (lokasi, respon inflamasi,
genetik), bakteri (virulensi, struktur, adhesin, porins, enzim (urease vac A, cag
A,dll) dan lingkungan (asam lambung, OAINS, empedu faktor iritan lainnya) dan
terbentukalah gastritis kronik tukak gaster, mucosal Asociated Lymphoid Tissue
(MALT) limfoma dan kanker lambung.
HP dapat menyebabkan gastritis kronis aktif tipe B dan tukak peptikum.
HP merupakan penyebab terbanyak dari tukak pada antrum gaster dan tukak
duodeni, dan selanjutnya kuman ini berperan dalam pembentukan MALT.
Tukak gaster kebanyakan disebabkan infeksi HP (30-60%) dan OAINS
sedangkan tukak duodeni hampir 90 % disebabkan oleh HP, penyebab lain adalah
sindroma Zollinger Elison.
Kebanyakan kuman patogen memasuki barier dari mukosa gaster, tetapi
HP sendiri jarang memasuki epitel mukosa tersebut. Biasanya infeksi HP yang
terjadi bersifat asimptomatik. Terjadinya penyakit ataupun asimptomatik
tergantung dua hal, yaitu faktor host dan adanya perbedaan genetik dari strain
yang ada.
Bila HP bersifat patogen maka yang pertama kali terjadi adalah HP dapat
bertahan di dalam suasana lambung; kemudian terjadi penetrasi terhadap mukosa
lambung, dan pada akhirnya HP berkolonisasi di lambung tersebut. Sebagai
akibatnya HP berproliferasi dan dapat mengabaikan sistem mekanisme pertahanan
tubuh yang ada. Pada keadaan tersebut beberapa faktor dari HP memainkan
peranan penting diantaranya urease memecah urea menjadi amoniak yang bersifat
basa lemah yang melindungi kuman tersebut mileu asam HCL.
Garis besar pengobatan tukak peptik adalah eradikasi kuman HP serta
pengobatan / pencegahan gastropati OAINS.
GAMBARAN KLINIS
Secara umum pasien tukak gaster biasanya mengeluh dispepsia. Dispepsia
adalah suatu sindroma klinik / kumpulan keluhan beberapa penyakit saluran cerna
42
seperti mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa/ terapan, rasa terbakar,
rasa penuh ulu hati dan cepat merasa kenyang. Dispepsia secara klinis dibagi
atas : 1. Dispepsia akibat gangguan motilitas. 2. Dispepsia akibat tukak. 3.
Dispepsia akibat refluks. 4. Dispepsia tidak spesifik.
Pada dispepsia akibat gangguan motilitas keluhan yang paling menonjol
adalah perasaan kembung, rasa penuh ulu hati setelah makan, cepat merasa
kenyang disertai sendawa. Pada dispepsia akibat refluks keluhan yang menonjol
berupa perasaan nyeri ulu hati dan rasa seperti terbakar, harus disingkirkan adanya
pasien kardiologis.
Pasien tukak peptik ,emberikan ciri-ciri keluhan seperti nyeri ulu hati, rasa
tidak nyaman/discomfort disertai muntah. Pada tukak duodeni rasa sakit timbul
waktu pasien merasa lapar, rasa sakit bisa membangunkan pasien tengah malam,
rasa sakit hilang setelah makan dan minum obat antasida (Hunger Pain Food
Relief = HPFR). Rasa sakit tukak gaster timbul setelah makan, berbeda dengan
tukak duodeni yang merasa enak setelah makan, rasa sakit tukak gaster sebelah
kiri dan rasa sakit tukak duodeni sebelah kanan garis tengah perut. Rasa sakit
bermula pada satu titik (pointing sign) akhirnya difus bisa menjalar kepunggung.
Ini kemungkinan disebabkan penyakit bertambah berat atau mengalami
komplikasi berupa penetrasi tukak keorgan pankreas.
Walaupun demikian rasa sakit saja tidak dapat menegakkan diagnosis
tukak gaster karena dispepsia non tukaka juga bisa menimbulkan rasa sakit yang
sama, juga tidak dapat digunakan lokasi sakit sebelah kiri atau kanan tengah perut.
Adapun tukak akibat obat OAINS dan tukak pada usia lanjut/manula biasanya
tidak menimbulkan keluhan, hanya diketahui melalui komlikasinya berupa
perdarahan dan perforasi. Muntah kadang timbul pada tukak peptik disebabkan
edema dan spasme seperti tukak kanal pilorik (obstruksi gastric outlet). Tukak
papilorik dan duodeni bisa menimbulkan gastric outlet obstruction melalui
terbentuknya fibrosis/oedem dan spasme.
PEMERIKSAAN FISIK
43
Tukak tanpa komplikasi jarang menunjukkan kelainan fisik. Rasa sakit
nyeri ulu hati, di kiri garis tengah perut, terjadi penurunan berat badan merupakan
tanda fisik yang dapat dijumpai pada tukak gaster tanpa komplikasi. Perasaan
sangat nyeri, nyeri tekan perut, perut diam tanpa terdengar peristaltik usus
merupakan tanda peritonitis. Goncangan perut atau succusion splashing dijumpai
4-5 jam setelah makan disertai muntah-muntah yang dimuntahkan biasanya
makanan yang dimakan beberapa jam sebelumnya merupakan tanda adanya
retensi cairan lambung, dari komlikasi tukak/gastric outlet obstruction atau
stenosis pilorus. Takikardi, syok hipovolemik, tanda dari suatu perdarahan.
Laboratorium tidak ada yang spesifik untuk penyakit tukak gaster.
Pemeriksaan Penunjang : Radiologi dan Endoskopi
Pemeriksaan radiologi dengan barium meal kontras ganda dapat digunakan
dalam menegakkan diagnosis tukak peptik, tetapi akhir-akhir ini berhubung para
ahli radiologi sudah lebih memantapkan diri pada radiologi intervensional dan
pakar gastroenterologi sudah mengembangkan diri sedemikian maju dalam bidang
diagnostik dan terapi endoskopi maka untuk diagnostik tukak peptik lebih
dianjurkan pemeriksaan endoskopi. Disamping itu untuk memastikan diagnosa
keganasan tukak gaster harus dilakukan pemeriksaan histopatologi, sitologi
brushing dengan biopsi melalui endoskopi.
Biopsi diambil dari pinggiiran dan dsar tukak minimal 4 sampel untuk 2
kuadran, bila ukuran tukak besar diambil sampel dari 3 kuadran dari dasar, pinggir
dan sekitar tukak (minimal 3 X 2) = 6 sampel). Dengan ditemukannya kuman
Helicobacter Pylori sebagai etiologi tukak peptik maka dianjurkan pemeriksaan
tes CLO, serologi, dan UBT dengan biopsi melalui endoskopi.
Gambaran radiologi suatu tukak berupa crater/kawah dengan batas jelas
disertai lipatan mukosa yang teratur keluar dari pinggiran tukak dan niche dan
gambaran suatu proses keganasan lambung biasanya dijumpai suatu filling defect.
Gambaran endoskopi untuk suatu tukak jinak berupa luka terbuka dengan
pinggiran teratur, mukosa licin dan normal disertai lipatan yang teratur keluar dari
pinggiran tukak. Gambran tukak gaster akibat keganasan adalah : Boorman
44
I/polipoid, B II/ulceratif, B III infiltratif, B IV/ linitis plastika (schirus). Karena
tingginya kejadian keganasan pada tukak gaster (70%) maka dianjurkan untuk
dilakukan biopsi dan endoskopi ulang setelah 8-12 minggu terapi eradikasi.
Kelebihan endoskopi dibanding radiologi : 1. Lesi kecil diameter < 0,5 cm
dapat dilihat, dilakukan pembuatan foto dokumentasi adanya tukak. 2. Lesi yang
ditutupi oleh gumpalan darah dengan penyemrotan air dapat dilihat. 3. Radiologi
tidak dapat memastikan apakah suatu tukak ganas atau tidak, tidak dapat
menentukan adanya kuman HP sebagai tukak.
Sugesti seseorang menderita penyakit tukak perlu dipikirkan bila
ditemukan : 1. Adanya riwayat pasien tukak dalam keluarga.2. Rasa sakit klasik
dengan keluhan yang spesifik, 3. Faktor predisposisi seperti pemakaian OAINS,
perokok berat dan alkohol, 4. Adanya penyakit kronik seperti PPOK dan sirosis
hati, 5. Adanya hasil positif kuman HP dari serologi / IgG anti HP atau UBT.
DIAGNOSIS
Diagnosis tukak gaster ditegakkan berdasarkan
Pengamatan klinis, dispepsia, kelainan fisik yang dijumpai, seperti tukak
Hasil pemeriksaan penunjang(radiologi dan endoskopi)
Hasil biopsi untuk pemeriksaantes CLO, histopatologi kuman Hp.
DIAGNOSA BANDING
Tukak peptik : dispepsia non tukak, dispepsia fungsional, tumor lambung/saluran
cerna atas proksismal, GERD, penyakit vaskular, penyakit pankreato bilier,
penyakit gastroduodenal Crohn’s
KOMPLIKASI
Komplikasi menurun setelah datangnya obat ARH2/PPI dan terapieradikasi
kuman Hp. Komplikasi terdiri atas : perdarahan, perforasi/penetrasi,
obstruksi/stenosis.
Perdarahan, insiden 15-25% meningkat pada usia lanjut akibat adanya
penyakit degeneratif dan meningkatnya pemakaian OAINS. Sebagian
45
besar perdarahan berhenti spontan, sebagian memerlukan tindakan
endoskopi terapi, bila gagal dilanjutkan operasi.
Perforasi, rasa sakit tiba-tiba, sakit berat, sakit difus pada perut.
Stenosis pilorik/Gastric outlet Obstruction, keluhannya berupa cepat
kenyang, muntah berisi makanan tak tercerna, mual, sakit perut setelah
makan/post prandial, berat badan turun. Terapi : dekompresi, pasang
nasogastric tube, aspirasiu isi lambung, puasa/TPN, dilanjutkan
pemasangan balon dilatasi dengan endoskopi dan bila gagal dilakukan
tindakan operasi piloroplasti.
TERAPI
Tujuan terapi :
Menghilangkan keluhan
Menyembuhkan atau memperbaiki sembuhan tukak
Mencegah kekambuhan atau rekurensi tukak
Mencegah komplikasi
Non Medikamentosa
Istirahat, penyembuhan akan lebih cepat dengan rawat inap walaupun
mekanismenya belum jelas, kemungkinan oleh bertambahnya jam istirahat
berkurangnya refluks empedu, sters, dan penggunaan analgetik. Stres dan
kecemasan memegang peran dalam peningkatan asam lambung dan penyakit
tukak. Sebaiknya hidip tenga dan menerima stres dengan wajar.
Secara klinik pasien dengan keluhan dispepsia(tidak mempunyai simptom alarm
dan usia 45 tahun). Dapat dilakukan terapi empiris: 1) dismotilitas like, keluhan
cepat kenyang atau rasa penuh diberi prokinetik,anatasida, ARH2/PPI. 2) refluks
like, rasa terbakar ulu hati diberi prokinetik PPI per dosis ganda 3) ulcer like,
keluhan nyeri , muntah sakit tengah malam/HPFR diberi PPI/ARH2 4) tidak jelas
diberi , terapi campuran.
Selain melakukan terapi empiris pada pasien dispepsia uninvestigated dapat
dilakukan pendekatan melalui 3 cara :
46
Empiris, berdasarkan simptom predomiunan(tidak ada rtanda alarm dan
umur <45 tahun)
Test and trick(periksa Hp dengan UBT, serologi validated) dan bila Hp (+)
diberi terapi eridikasi
Prompt endoskopi(55%) investigated dispepsia(ada tanda alarm, umur.40
tahun), terapi berdasarkan lesi yang dijumpai diet
Diet, Merokok menghalangi penyembuhan tukak gaster kronik, menghambat
sekresi bikarbonat, menambah keasaman bulbus duodeni, menambah refluks
duodenogastrik akibat relaksasi sfingter pilorus sekaligus meningkatkan
kekambuhan tukak. Merokok sebenarnya tidak mempengaruhi sekresi asam
lambung tetapi dapat memperlambatkan kesembuhan luka tukak serta
mningkatkan angka kematian karena efek penigkatan kekambuhan penyakit
saluran pernapasan, penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) dan penyakit
jantung koroner. Obat-obatan, OAINS sebaiknya dihindari.idak berbentuk/loo
Medikamentosa
Antasida. Preparat yang mengandung magnesium dapat menyebabkan BAB/tidak
berbentuk/loose, tidak dianjurkan pada gagal ginjal karena menimbulakn
hipermagnesia dan kehilangan fosfat sedangkan alumunium dan kehilangan posfat
sedangkan alumunium menyebabkan konstipasi dan neurotoksik tapi bila
kombinasi kedua komponen saling menghilangkan . Dosis 3 x 1 tablet, 4 x 30 cc(3
kali sehari dan sebelum tidur 3 jam setelah makan). Efek samping berinteraksi
obat digitalis, INH, barbiturat, salisilat dan kinidin. Antasida yang mengandung
kalsium karbonat menimbulkan MAS / Milk Alkaline Syndrome (hiperkalsemia,
hiperfosfatemia, renal kalsinosis) dan progresi ke arah gagal ginjal.
Obat penangkal kerusakan mukus.
Koloid Bismuth (Coloid Bismuth Subsitrat/CBS dan Bismuth SubSalisilat/BSS).
Mekanisme kerja belum jelas, kemungkinan membentuk lapisan pernangkal
bersama protein pada dasar tukak dan melindunginya terhadap pengaruh asam dan
pepsin, berikatan dengan pepsin sendiri, merangsang sekresi PG, bikarbonat,
mukus. Efek samping jangka panjang dosis tinggi khusus CBS neuro toksik.
47
Obat ini memiliki efek penyembuhan hampir sama dengan ARH2 serta adanya
efek bakterisidal terhadap Helycobacter pylori sehingga kemungkinan relaps
berkurang. Dosis : 2 x 2 tablet sehari. Efek samping tinja berwarna kehitaman
sehingga menimbulkan keraguan dengan perdarahan.
Sukralfat. Suatu komplek garam sukrosa dimana grup hidroksil diganti dengan
aluminium hidroksida sulfat. Mekanisme kerja kemungkinan melalui pelepasan
kutub aluminium hidroksida yang berikatan dengan kutub positif molekul protein
membentuk lapisan fisikokemikal pada dasar tukak, yang melindungi tukak dari
pengaruh agresif asam dan pepsin. Efek samping knstipasi, tidak dianjurkan pada
gagal ginjal kronik. Dosis : 4x1 gram sehari.
Prostaglandin. Mengurangi sekresi asam lambung menambah sekresi mukus,
bikarbonat dan meningkatkan aliran darah mukosa serta pertahanan dan perbaikan
mukosa. Biasanya digunakan sebagai penangkal terjadinya tukak gaster pada
pasien yang menggunakan NSAID. Dosis 4x200 mg atau 2x400 mg pagi dan
malam hari. Efek samping diare, mual, muntah, dan menimbulkan kontraksi otot
uterus atau perdarahan sehingga tidak dianjurkan pada perempuan yang bakal
hamil dan yang menginginkan kehamilan.
Antagonis reseptor H2/ARH2. Mekanisme kerjanyamemblokir efek histamin pada
sel parietal sehingga sel parietal tidak dapat dirangsang untuk mengeluarkan asam
lambung. Dosis terapeutik :
Simetidin : dosis 2x400 mg atau 800 mg per malam hari
Ranitidin : 300 mg malam hari
Nizatidine : 1x300 mg malam hari
Famotidine : 1x40 mg malam hari
Roksatidine : 2x75 mg atau 150 mg malam hari
Efek samping simetidin lebih besar dari famotidin karena dosis terapeutik
ebih besar. Dosis pemeliharaan : simetidin 450 mg dan ranitidin 150 mg, nizatidin
150 mg, roksatidin 75 mg malam hari.
Efek samping sangat kecil, antara lain agranulositosis, pansitopenia,
neutropenia, anemia, dan trombositopenia (0,01-0,2%), ginekomastia, konfusi
48
mental khusus pada usia lanjut dan gangguan fungsi ginjal dijumpai terutama
pemberian simetidin.
Proton pump inhibitor/PPI (Omeprezol, Lansoprezol, Pantoprazol, Rabenprazol,
Esomesoprazol). Omeprazol dan Lansoprazol obat terlama digunakan, keasaman
labil dalam bentuk enteric coated granules, dipecah dalam usus denagn PH 6.
Rabeprazol dana Pantoprazol enteric coated tablet, lipofilik terperangkap ke
dalam system tubulovesikular dan kanalikuli.
Mekanisme kerja PPI adalah memblokir kerja enzim K+H+-ATPase yang akan
memecah K+H+- ATP menghasilkan energi yang digunakan untuk mengeluarkan
asam HCl dari kanalikuli sel parietal ke dalam lumen lambung.
Esomeprazol adalah sangat potensial karena punya isomer optikal S dan R. Efek
penekan sekresi asam PPI maksimal 2-6 jam dan dalamnya efek kerja 72-96 jam.
PPI menggangu absorpsi dari obat ampisilin, ketonazole, besi dan oksigen. Dosis:
Omeprazol 2 20 mg/ standar dosis atau 140 mg/double dosis
Lansoprazol/Pantoprazol 2 40 mg/standar dosis atau 160 mg/double
dosis
Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kenaikan gastrin darah dan dapat
menimbulkan tumor karsinoid pada tikus percobaan belum terbukti pada manusia.
Rebeprazol, Esomesoprazol, Pantoprazol sebaiknya jangan dikombinasi dengan
penggunaan walfarin, penitoin, dan diazepam.
PPI mencegah pengeluaran asam lambung dari kanalikuli, menyebabkan
pengurangan rasa sakit pasien tukak, mengurangi aktivitas faktor agresif pepsin
dengan Ph >4 serta meningkatkan eradikasi oleh regimen triple drugs.
Penatalaksanaan Infeksi Helicobacter pylori
Seleksi khusus
Pasien dengan HP positif yang mendapat terapi eradikasi, dibagi menjadi 3
kelompok:
Sangat Dianjurkan : tukak duodeni, tukak gaster, pasca reseksi kanker
lambung dini, limfoma MALT.
49
Dianjurkan : dispepsia tipe tukak, gastritis kronik aktif berat (gambaran
PA), gastropati OAINS, gastritis erosiva berat, gastritis hipertrofik.
Tidak Dianjurkan : pasien asimtomatik (kelompak studi HP Indonesia,
KSHPI).
Saat ini beberapa konsesus telah disepakati antara lain : NIH/National Instituti of
Health consesus development (USA), American Digestive Health Foundation,
European Maastricht Consesus, Asia Pacific Consesus Conference, KSHPI
Indonesia (kelompok studi HP Indonesia).
Konsensus : HP pada tukak peptik dianjurkan untuk di eradikasi, tidak
tergantung apakah episode pertama atau tidak, keparahan keluhan, terdapatnya
faktor pemberat seperti OAINS atau sedang masa remisi tukak. Tukak dengan HP
positif (serologi validated dan UBT), dianjurkan untuk dieradikasi. MALT
Limfoma akan mengalami kesembuhan lebih separunya bila di eradikasi HP.
Eradikasi HP pada dispepsia non tukak untuk emncegah keganasan lambing atau
pasien GERD dimana pemakaian obat harus diberi waktu lama masih
kontroversial.
Terapi Dual Dengan Antibiotik
Seandainya akan diberikan terapi dual antara PPI/ARH2 dengan salah satu
antibiotik tidak dianjurkan karena : efek eradikasi sangat minimal kurang dari
80% dan cepat menimbulkan resisten kuman.
Regiman Terapi
Terapi Tripel. Secara historis regima terapi eradikasi yang pertama digunakan
adalah : Bismuth, Metronidazol, Tetrasiklin. Regiman tripel terapi (PPI 21,
Amoxicilin 21000, Klaritromisin 2500, Metronidazol 3500, Tetrasiklin 4500)
yang banyak digunakan saat ini :
PPI 21 + Amoksisilin 21000 + Klaritromisin 2500 rejimen terbaik
PPI 21 + Metronidazol 3500 + Claritromisin 2500 ( bila alergi
penisilin )
PP1 21 + Metronidazol 3500 + Amoksisilin 2 1000 : kombinasi yang
termurah
50
PPI 21 + Metronidazol 3500 + Tetrasiklin 4500 bila alergi terhadap
Klaritromisin dan penisilin.
Dari laporan-laporan uji klinis di berbagai negara, obat golongan PPI mempunayi
efek yang hampir sama dalam terapi eradikasi HP. Dosis :
PPI (Omeprazol) 220 mg
Amoksisilin 21000 mg
Klaritromisin 2500 mg
Metronidazol 3500 mg
Tetrasiklin 4500 mg
Bismuth 4120 mg
Lama pengobatan eradikasi HP 1 minggu (Esomesoprazole), 5 hari rabeprazole.
Ada anjuran lama pengobatan eradikasi 2 minggu, untuk kesembuhan tukak, bisa
dilanjutkan pemberian PPI selama 3-4 minggu lagi. Keberhasilan eradikasi
sebaiknya diatas 90%. Efek samping triple terapi 20-30%.
Kegagalan pengobatan eradikasi biasanya karena timbulnya efek samping dan
compliance dan resisten kuman. Infeksi dalam waktu 6 bulan pasca eradikasi
biasanya suatu rekrudensi dengan infeksi kuamn lain.
Tujuan eradikasi HP :
Mengurangi keluhan/simtom
Penyembuhan tukak
Mencegah kekambuhan (4% dibanding 59% TL, 6% dibanding 67%/TD)
Eradikasi selain dapat mencegah kekambuhan tukak juga mencegah perdarahan
dan keganasan.
Terapi Kuadrupel
Jika gagal dengan terapi tripel, maka dianjurkan memberikan regimen terapi
kuadrupel yaitu: PPI 2sehari, Bismuth Subsalisilat 42 tab. MNZ 425,
Tetrasiklin 4500, bila bismuth tidak tersedia diganti dengan tripel terapi.
Kombinasi PPI, Amoxicilin dan Rifabutin selama 10 hari hasil >80% tereradikasi
pada pasien yang telah resisten dapat dianjurkan, bila belum juga berhasil
dianjurkan kultur atau tes sensitifitas.
51
Tukak gaster refrakter adalah tukak yang belum sembuh walaupun telah diberi
terapi eradikasi penuh selama 14 hari diikuti pemberian PPI selama 10 minggu
lagi (total 12 minggu) dengan syarat :
obat tetap diamkan/complience
bukan suatu keganasan
tidak sedang mengalami infeksi HP, tidak menggunakan OAINS dan
bukan perokok berat
diagnosis benar( bukan Crohn’s, SZE, amyloidosis, sarcaidosis, TBC,
syphilis) bukan keganasan.
Tukak refrakter bisa sembuh lebih 90% bila dosis PPI ditingkatkan/dosis ganda
Omeprazol 40 gram, Lansoprazole 60 mg bila ini pun masih gagal dilakukan
tindakan operasi elektif.
Untuk daerah denagn resistensi yang tinggi terhadap metronidazol, maka dapat
digantikan dengan regimen PPI+Bismuth+Tetrasiklin+amoxicilin. Bila bismuth
tersedian diganti triple drugs, (PPI,Amox,Clary).
Tindakan Operasi
1. Elektif (tukak refrakter/gagal pengobatan)
2. Darurat (komplikasi: perdarahan, perforasi,stenosis pilorik)
3. tukak gaster denagn sangkaan keganasan (corpus dan fundus, 70%
keganasan)
Tindakan operasi saat ini frekuensinya menurun akibat kebersihan terapi
medikamentosa dan endoskopi terapi. Tukak refrakter saat ini jarang dijumpai.
Prosedure operasi yang dilakukan pada penyakit tukak gaster ditentukan adanya
pernyertaan tukak duodenum :
1. tukak antrum dilakukan anterektomi (termasuk tukaknya) dan Bilroth 1
anastomosis/gastroduodenostomi, bila disertai TD dilakukan vagotomi.
Tingginya kejadian rekurensi tukak pasca operasi maka prosedure ini
kuarang diminati
2. tukak gaster dekat EG junction tindakan operasi dilakukan lebih
radikal/sub total gastrektomi dengan Rou-en-Y/esofagogastro
jejunostomi )prosedur Csendo). Bila keadaan pasien kurang baik lokasi
52
tukak proksimal dilakukan prosedure Kelling Madlener termasuk
anterektomi, biopsi tukak intra operatif ddan vagomi, rekurensi tukak
30%.
Komplikasi Operasi :
primer akibat perubahan anatomi gaster pasca operasi semakin radikal
tindakan operasi semakin berkurang kekambuahn tukak tapi semakin
meningkat komplikasi pasca operasi
Morbiditas operasi < 1-5%, mortalitas ,1 %
tukak rekurensi /kambuh
sindrome afferent loop
sindrom dumping
diare pasca Vagotomi
gastropati refluks empedu 9belum terbukti refluks menyebabkan tukak,
terapi cisapride)
malasorbsi dan madigestif
adenokarsinoma lambung ( refluk alkali, prolifersi bakteri, hipoasiditas,
endoskopi ulangan dilakukan untuk mendeteksi timbulnya keganasan).
Problem khusus tukak gaster
Tukak stress (stress ulcer)
Dijumpai erosi yang multiple pada daerah fundus dan korpus lambung
yang biasanya tanpa keluhan/asimptomatik. Kadang-kadang disertai hemetemesis
atau melena. Konfirmasi diagnosis lebih baik dengan endoskopi karena letak
tukak stress agak superfisial kadang-kadang ditutupi gumpalan darah yang tidak
akan terlihat dengan foto lambung. Tukak stress dijumpai pada kasus-kasus berat
dirawat di unit gawat darurat yang biasanya akibat luka bakat/Curling’s ulcer,
juga pada pasien gangguan sirkulasi otak atau operasi otak/Cushing’s ulcer.
Bagaimana mekanisme timbulnya suatu tukak stress belum diketahui
dengan jelas, kemungkinan akibat kurang baiknya sirkulasi darah ke
lambung/renjatan, pengaruh garam empedu dan malnutrisi. Tidak dijumpai
53
adanya hipersekresi asam lambung dan luka biasanay dembuh dalam beberapa
hari.
Tukak akibat obat/Drug Induce Ulcer/Gatropati OAINS
Terapi tukak gastropati OAINS. Intervensi pengobatan:
mencegah timbulnya tukak (selektif Cox 2 inhibitor/ profilaksis (misoproston
4250/PPI pada gastropati OAINS menyembuhkan tukak aktif (OAINS di stop
diberi ARH2/PPI, OAINS diteruskan diberi PPI.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluhan pada pasien gastrointestinal (GI) dapat berkaitan dengan
gangguan lokal atau intra luminal saluran cerna (ulkus peptikum, gastritis dan
sebagainya) atau dapat pula disebabka oleh penyakit sistemik (diabetes
melitus). Diperlukan anamnesis yang teliti tentang tanda dan gejala, akurat
dan bertahap untuk memformulasikan gangguan yang terjadi sehingga bila
dikombinasikan dengan hasil pemeriksaan fisik, dokter dapat merencanakan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa.
B. Saran
Pada pasien gangguan Gastroinestinal perlu dilakukan penanganan yang
intensif. Penanganan intensif berdasarkan tanda dan gejala penyakit. Goal
utama penatalaksanaan gangguan Gastroinestinal adalah: a. Menghilangkan
gejala dan tanda pada penyakit tersebut, b. menghilangkan kemungkinan
terjadinya komplikasi, c. menurunkan angka kematian dan kesakitan
54
DAFTAR PUSTAKA
Sylvia A Price, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi ed. 1. Jakarta: EGC
Guyton AC. 2002. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Sudoyo dkk, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi IV. Jakarta:
FKUI
55