kehamilan degan tbc.ppt

34

Upload: tha-rie

Post on 16-Nov-2015

46 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • DefenisiTuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi kronis, akut, subakut yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculose yang sifatnya tahan asam, aerob dan merupakan basil gram negatif yang pada umumnya menyerang struktur alveolar paru.Sebagian besar kuman TBC menyerang paru-paru tetapi juga dapat menyerang organ lainnya.

  • PatofisiologiMasuknya kuman tuberculosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta daya tahan tubuh manusia.Penularan TBC dapat terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan secara droplet infection yaitu udara yang dihirup ketika bernapas. Percikan halus akan segera mengering tetapi bagian terkecil akan tetap melayang di udara selama beberapa jam. Bila seseorang menghirup udara yang mengandung cukup basil TBC maka basil tersebut akan masuk alveoli dan terjadi infeksi, hanya pertikel yang kurang dari 10 mikromilimeter yang dapat mencapai alveoli paru.

  • Tempat implantasi kuman TBC yang paling sering adalah permukaan alveoli dan parenkim paru pada bagian bawah lobus atas atau bagian lobus bawah.Reaksi yang ditimbulkan oleh basil ini merupakan proses peradangan alveoli yang akut. Tahap tersebut dapat sembuh sendiri, dapat pula berkembang lebih lanjut di mana peradangan menjadi degeneratif dan eksudat menjadi lebih banyak dan ada kalanya eksudat dapat terbawa melalui kelenjar limfe atau aliran darah yang mengakibatkan peradangan pada organ lain seperti peritonitis tuberculosis, perikarditis tuberculosis, meningitis, limfadenitis tuberculosis.

  • EtiologiMycobacterium tuberculoseMycobacterium bavis.

    Faktor faktor yang menyebabkan seseorang yang terinfeksi oleh mycobacterium tuberculose ini adalah herediter, jenis kelamin, usia, keadaan stress, meningkatnya sekresi steroid adrenal dan anak yang mendapat terapi kortikosteroid serta nutrisi.

  • KomplikasiMeningitisSpondilitisPleuritisBronkopneumoniaAtelektasisPneumothoraksTuberkulosa perikarditisPeritonitisLimfadenitis

  • Tanda dan gejalaDemam, malaise, BB turun, anoreksiaPucat, anemia, lemah, berkeringat pada malam hariSesak napas pada penyakit yang lebih lanjutNyeri dada tetapi jarang, terjadi timbul bila infiltrasi radang sampai pleuraBatuk, pada awalnya batuk kering lalu batuk produktif sampai batuk berdarah/hemaptoe.Pembengkakan kelenjar limfe, crackles di daerah apeks paru

  • Klasifikasi berdasarkan pemeriksaan sputumTuberkulosis BTA positifTuberkulosis BTA negatif

  • Tipe penderita berdasarkan pengobatanKasus baruKambuhanPindahanSetelah lalaiLain-lain: gagal, kasus kronik

  • Pemeriksaan diagnostikPemeriksaan fisikReaksi terhadap tuberculin = reaksi positif bila diameter 10 mm atau lebih sesudah 24 72 jam menunjukkan adanya infeksi promerRadiologi : terdapat kompleks primer dengan atau tanpa pengapuran, pembesaran kelenjar paratrakeal, penyebaran milier, penyebaan bronkogen, atelektasis, pleuritis dengan efusi pleura, cairan ascites.Kultur sputum, kultur bilasan lambung, cairan pleura, urine, cairan spinalis, cairan nodus limfe ditemukan basil tuberculosis.Patologi anatomi : dilakukan pada kelenjar getah bening, hepar, pleura, peritoneumUji BCGAnalisa Gas darah(AGD)Laju endap darah meningkat

  • PenatalaksanaanPencegahan : pengisolasian untuk pencegahan penularan melalui udara bila diperlukanNutrisi adekuat : tinggi protein, tinggi karbohidratKemoterapi : obat utama = INH, ethambutol, Rifampisin, streptomisinAnalgesikPembedahan : drainage abses paru, dilakukan bila kemoterapi tidak berhasilTerapi lanjut pada keluarga dan orang orang yang dekat dengan penderita setelah pulang.

  • Asuhan KeperawatanData SubjektifAnoreksia, mual.Malaise.Dispnoe/sesak napas.Sputum kental dan sulit keluar.Nyeri dada.Keluar keringat banyak, terutama malam hari.

  • data ObjektifBB menurun.Anemis/ikterik.Batuk dengan /tanpa darah.Batuk dengan produksi dahak yang terus menerus.Demam , suhu > 38 0C.RR > 24 kali/menit.Pembengkakan kelenjar limfe.Suara napas ronki.Lekositosis ringan.Terkadang Hb turun.

  • Diagnosa 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan produksi sputum yang berlebihan ditandai dengan : keluhan sesak napas lendir yang kental dan sulit keluar, ronki (+), RR > 24 kali/menit.Tujuan Keperawatan : Bersihan jalan napas kembali efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan.Kriteria Hasil :Sesak napas berkurang.Ronki(-).Sputum tidak kental(encer) dan dapat dibatukkan.

  • Intervensi :Kaji kualitas pernapasan : bunyi napas, irama, frekuensi, kedalaman dan penggunaan otot aksesoris.Kaji kemampuan batuk dan pengeluaran sputum.Atur posisi klien : semi fowler/fowler(berikan ekstra bantal/sandaran).Bantu dan ajarkan klien untuk membuang sputum pada tempat yang bertutup dan diisi antiseptik.Bila perlu lakukan suction untuk mengeluarkan sputum yang kental.Ajarkan batuk efektif dan postural drainage serta anjurkan melakukan minimal 5 kali sehari.Pertahankan masukan cairan oral kurang lebih 2000 2500 mL/hari.Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian oksigen, mukolitik dan obat batuk.

  • Diagnosa 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan jaringan paru pada membran alveolar-kapiler ditandai dengan sesak napas, RR > 24kali/menit, sianosis, LED meningkat, Lekositosis, pada rontgen ada gambaran lesi dan kavitasi, AGD abnormal(saturasi O2 menurun PaO2 menurun dan PaCO2 meningkat).Tujuan Keperawatan : Pertukaran gas kembali adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan.Kriteria Hasil :Sesak napas (-).LED dalam batas normal.Leukosit dalam batas normal.AGD dalam batas normal.Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat.

  • Intervensi :Kaji kualitas dan kuantitas : bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman, pengguanaan otot aksesoris, sianosis.Observasi perubahan keadaan umum, kesadaran dan tanda vital.Maksimalkan tirah baring dan batasi aktifitas klien.Monitor pemberian oksigen sesuai indikasi.Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD ulangan dan pemberian obat .

  • Diagnosa 3 : Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang ditandai dengan anoreksia, BB turun, mual/muntah, banyak lendir di tenggorokan, porsi makan tidak habis.Tujuan Keperawatan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.Kriteria Hasil :Nafsu makan meningkat.Mual/muntah (-).Sputum berkurang.BB meningkat.Klien dapat menghabiskan makanan yang disediakan.

  • Intervensi :Kaji status nutrisi dan kebutuhan nutrisi dalam sehari.Kaji gangguan dalam status nutrisi : anoreksia, mual/muntah, jumlah sputum dan bising usus.Berikan makanan Diet TKTP dalam keadaan hangat, porsi kecil tapi sering, bila memungkinkan berikan makanan kesukaan klien bila tidak kontra indikasi.Atur posisi klien saat makan untuk menghindari tersedak(semi fowler)Timbang berat badan tiap 2 3 hari sekali.Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya nutrisi yang seimbang dan cukup selama terapi.Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian obat dan vitamin serta obat anti emetik.

  • Diagnosa 4 : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi dan infeksi dalam tubuh ditandai dengan suhu meningkat > 38 0 C, klien mengeluh badan badan panas dan pegal dengan/tanpa menggigil, lekositosis ringan, sakit kepala(+), nadi takikardi.Tujuan Keperawatan : Suhu tubuh kembali normal setetelah dilakukan tindakan.Kriteria Hasil :Suhu tubuh dalam batas normal (362 - 374 0 C ).Sakit kepala berkurang.Leukosit dalam batas normal.

  • Intervensi :Observasi tanda vital tiap 4 jam dan laporkan perubahannya kepada dokter.Berikan kompres hangat bila suhu panas.berikan baju tipis menyerap keringat.Anjurkan untuk memberikan minum sebanyak/semampu klien.Atur dan ciptakan lingkungan ruang agar sirkulasi udara lancar.Kolaborasi pemberian obat antipiretik.

  • Diagnosa 5 : Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan malaise, klien tampak lemas dan lesu, klien mengeluh tidak dapat melakukan aktivitas sendiri.Tujuan Keperawatan : kebutuhan aktivitas terpenuhi secara bertahapKriteria Hasil :Klien tampak lebih segar. Klien dapat beraktivitas dengan cara bertahap.Klien dapat melakukan kegiatan dengan mandiri.

  • Intervensi :Kaji tingkat ketergantungan klien.Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.Latih klien untuk mandiri dalam beraktivitas .Bantu dan Latih klien untuk melakukan ROM aktif .Kaji status nutrisi klien.Dekatkan alat-alat yang diperlukan klien sehari-hari.Libatkan keluarga dalam membantu klien memenuhi kebutuhannya.Kaji dan catat perubahan klien dalam beraktivitas.

  • Diagnosa 6 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan regiment terapeutik TB paru ditandai dengan pernyataan klien dan keluarga tentang ketidaktahuan tentang penyakit.Tujuan Keperawatan : Pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit dan terapi meningkat setelah dilakukan pendidikan kesehatan.Kriteria Hasil :Klien dapat menyebutkan definisi, penyebab, gejala dan tanda penyakit TB paru serta dapat menyebutkan terapi yang dijalankan saat ini.

  • Intervensi :Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit TB paru.Berikan informasi tentang definisi, penyebab dan gejala/tanda TB paru dengan bahasa yang sederhana dan jelas.Berikan penjelasan tentang pentingnya menjaga kebersihan dan lingkungan yang sehat di ruangan klien.Jelaskan kepada klien keluarga tentang system pengisolasian.Jelaskan pentingnya tetap memenuhi kebutuhan nutrisi sehari.Jelaskan tentang terapi yang dijalankan.

  • Diagnosa 7 : Perubahan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan penyakit dan pengisolasian dari orang lain ditandai dengan klien mengatkan malu dan sedih denga penyakitnya, klien mengatakan bosan minum obat, klien sering berdiam diri dan melamun.Tujuan Keperawatan : Harga diri meningkat setelah diberikan pendidikan kesehatan.Kriteria Hasil :Klien mengungkapkan dapat menerima diri sendiri dan keadaannya selama sakit.Klien dapat berpartisipasi dalam interaksi social.Klien dapat menunjukkan tindakan positif.

  • Intervensi :Kaji konsep diri dan gambaran diri klien.Kaji persepsi klien tentang penyakit TB Paru.Kaji penerimaan klien dan keluarga tentang kondisi sakit dan terapi saat ini.Eksplorasi dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya .Tunjukkan sikap menerima keadaan klien dengan empati yang tulus.Beri reward untuk kemajuan yang dicapai oleh klien.Jelaskan tujuan dari pengobatan dan hasil pengobatan bila klien patuh.Libatkan keluarga dalam mendukung klien.Diskusikan koping yang dapat dipakai untuk menguatkan klien.

  • Diagnosa 8 : Resiko tinggi penyebarluasan infeksi berhubungan dengan organisme virulen.Tujuan Keperawatan : Penyebaran infeksi tidak terjadi.Kriteria Hasil :Keluarga mengetahui tentang pencegahan penyebarluasan infeksi.

  • Intervensi :Kaji patologi penyakit (aktif/tidak aktif) dan potensial penyebarluasan infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara dan tertawa.Identifikasi orang lain yang beresiko terutama anggota rumah, sahabat karib.Anjurkan klien batuk /bersin mengeluarkan ludah pada tisu dan menghindari meludah sembarangan tempat. Kaji pembuangan tisu pada tempat yang bertutup dan tehnik cuci tangan yang tepat.Kaji tindakan kontrol infeksi sementara contoh masker atau isolasi pernapasan.Identifikasi faktor resiko individu terhadap penyakit berulang tuberkulosa, contohn : alkoholisme, malnutrisi.Tekankan pentingnya melanjutkan terapi.Jelaskan pentingnya mengikuti kultur sputum ulang secara periodic.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian agen anti infeksi sesuai indikasi.

  • Langkah penanganan TBC Pada KehamilanSebelum kehamilan

    @Konseling mengenai pengaruh kehamilan dan TBC serta pengobatan@Pemeriksaan penyaring tuberkulosis pada populasi risiko tinggi@Perbaikan keadaan umum (gizi, anemia)

  • Selama Kehamilan

    @Tuberkulosis bukan merupakan indikasi untuk melakukan pengguguran kandungan@Pengobatan dengan regimen kombinasi dapat segera dimulai begitu diagnosisditegakkan@Antenatal care dilakukan seperti biasa, dianjurkan pasien datang paling awal atau paling akhir untuk mencegah penularan pada orang disekitarnya

  • Saat Persalinan

    @Persalinan dapat berlangsung seperti biasa. Penderita diberi masker untuk menutupi hidung dan mulutnya agar tidak terjadi penyebaran kuman ke sekitarnya@Pemberian oksigen adekuat@Tindakan pencegahan infeksi (kewaspadaan universal)@Ekstraksi vakum/forceps bila ada indikasi obstrektik@Sebaiknya persalinan dilakukan di ruang isolasi, cegah perdarahan pascapersalinan dengan uterotonika

  • Pasca Persalinan

    @Observasi 6-8 jam kemudian penderita dapat langsung dipulangkan, bila tidak mungkin dipulangkan penderita harus dirawat di ruang isolasi@perawatan bayi harus di dipisahkan dari ibunya sampai tidak terlihat tanda proses aktif lagi ( dibuktikan dengan pemeriksaan sputum sebanyak 3 kali dengan hasil selalu negatif@Pemberian ASI tidak merupakan komtraindikasi meskipun ibu mendapatkan OAT@Profilaksis neonatus dengan isoniazid 10 mg/kg/hari dan vaksinasi BCG

  • IUGR = Intra Uteri Growth Retardation