kata2.docx

6
Dalam pengolahan minyak bumi, PT. Pertamina RU V mempunyai 2 CDU (Crude Distillation Unit) yaitu CDU IV yang mempunyai kapasitas 200 MBSD dan CDU V yang mempunyai kapasitas 60 MBSD.Karena keterbatasan pasokan minyak bumi dari Handil dan Bekapai, maka CDU IV juga mengolah minyak bumi dari tempat lain yang berasal dari dalam dan luar negeri. Sebelum masuk ke CDU IV, minyak bumi dicampur (blending) dahulu sampai mencapai spesifikasi umpan yang mendekati desain CDU IV dan produk yang diinginkan. Umpan berupa Crude Oil dipanaskan melalui serangkaian penukar panas yang memanfaatkan panas dari produk fraksionator. Temperature awal pemanasan ini adalah 110 oC. Sebelum memasuki HE, crude diinjeksikan air dan diemulsifier. Penambahan air bertujuan untuk melarutkan garam–garam dalam minyak, sedangkan deemulsifier berguna untuk memecah emulsi crude dengan air sehingga air dalam fasa minyak mudah dipisahkan.Crude kemudian dihilangkan kandungan garamnya menggunakan unit desalter. Desalter adalah bejana horisontal dengan alat pemisah air dalam minyak berupa lempengan medan listrik. Air yang terpisah selanjutnya dikirim ke Sour Water Stripper untuk diregenerasi sedangkan crude yang keluar dari Desalter kemudian memasuki rangkaian HE. Keluaran HE kemudian dipanaskan dalam furnace sehingga temperaturnya mencapai 315 oC yang menjadi temperatur crude masuk kolom. Produk Overhead Gas (O/H) yang keluar dari puncak kolom diinjeksikan NH3 dan UNICOR-LHS (corrosion inhibitor). Gas amonia berfungsi untuk menetralisir air yang terkondensasi pada accumulator boot dan untuk mempertahankan pH pada range 7–9, sedangkan corrosion inhibitor berfungsi untuk melindungi sistem overhead dari korosi. Kondensat O/H gas yang terdapat di dalam accumulator selanjutnya dialirkan dalam Stabilizer Column untuk memisahkan fraksi LPG dan fraksi naphta. LPG dikirim ke LPG Recovery Unit, sedangkan fraksi naphta dimasukkan ke dalam Naphta Splitter untuk dipisahkan antara Light

Upload: dirie-he-el-po

Post on 21-Feb-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aaaaa

TRANSCRIPT

Page 1: kata2.docx

Dalam pengolahan minyak bumi, PT. Pertamina RU V mempunyai 2 CDU (Crude Distillation Unit) yaitu CDU IV yang mempunyai kapasitas 200 MBSD dan CDU V yang mempunyai kapasitas 60 MBSD.Karena keterbatasan pasokan minyak bumi dari Handil dan Bekapai, maka CDU IV juga mengolah minyak bumi dari tempat lain yang berasal dari dalam dan luar negeri. Sebelum masuk ke CDU IV, minyak bumi dicampur (blending) dahulu sampai mencapai spesifikasi umpan yang mendekati desain CDU IV dan produk yang diinginkan.

Umpan berupa Crude Oil dipanaskan melalui serangkaian penukar panas yang memanfaatkan panas dari produk fraksionator. Temperature awal pemanasan ini adalah 110 oC. Sebelum memasuki HE, crude diinjeksikan air dan diemulsifier. Penambahan air bertujuan untuk melarutkan garam–garam dalam minyak, sedangkan deemulsifier berguna untuk memecah emulsi crude dengan air sehingga air dalam fasa minyak mudah dipisahkan.Crude kemudian dihilangkan kandungan garamnya menggunakan unit desalter. Desalter adalah bejana horisontal dengan alat pemisah air dalam minyak berupa lempengan medan listrik. Air yang terpisah selanjutnya dikirim ke Sour Water Stripper untuk diregenerasi sedangkan crude yang keluar dari Desalter kemudian memasuki rangkaian HE. Keluaran HE kemudian dipanaskan dalam furnace sehingga temperaturnya mencapai 315 oC yang menjadi temperatur crude masuk kolom.

Produk Overhead Gas (O/H) yang keluar dari puncak kolom diinjeksikan NH3 dan UNICOR-LHS (corrosion inhibitor). Gas amonia berfungsi untuk menetralisir air yang terkondensasi pada accumulator boot dan untuk mempertahankan pH pada range 7–9, sedangkan corrosion inhibitor berfungsi untuk melindungi sistem overhead dari korosi. Kondensat O/H gas yang terdapat di dalam accumulator selanjutnya dialirkan dalam Stabilizer Column untuk memisahkan fraksi LPG dan fraksi naphta.

LPG dikirim ke LPG Recovery Unit, sedangkan fraksi naphta dimasukkan ke dalam Naphta Splitter untuk dipisahkan antara Light Naphta dan Heavy Naphta. Selanjutnya Light Naphta dikirim ke storage untuk kemudian digunakan sebagai komponen blending produk premium, sedangkan Heavy Naphta sebagian diumpankan ke Naphta Hydrotreater sedangkan yang sebagian lagi disimpan dalam Heavy Naphta Storage.

Kerosene yang merupakan produk samping, dikeluarkan dari tray 18 dan 19 dikirim ke Kerosene Stripper untuk dipisahkan antara kerosene dengan fraksi ringan yang masih terbawa. Kerosene yang telah terpisahkan fraksi naphtanya dimasukkan dalam storage. Fraksi LGO yang merupakan produk antara tray 32 dan 33 dikirim ke LGO Stripper untuk dipisahkan antara fraksi LGO dengan fraksi ringan yang terbawa. Produk LGO dimasukkan kedalam storage dan digunakan sebagai komponen blending ADO. Fraksi HGO yang merupakan produk dari tray 34 sampai 44 dikirim ke HGO Stripper untuk dipisahkan antara HGO dengan fraksi ringan yang terbawa. Stripping dilakukan dengan injeksi Low Pressure Steam (LPS) 10 kg/cm²-g. Produk bawah HGO Stripper dikirim ke tangki penyimpanan. Reduced Crude (Long Residue) yang tidak dapat difraksinasi lagi pada tekanan atmosferik diumpankan kedalam High Vacuum Unit II (HVU II).

A. Wax Fractionation

Page 2: kata2.docx

Proses ini merupakan Proses fisik yang beroperasi untuk memproduksi lilin dengan kandungan minyak rendah

B. Wax ManufacturingProses ini merupakan umpan yang mengandung lilin dengan kadar minyak

tinggi untuk memproduksi lilin tanpa minyak. Pada mulanya proses ini dikembangkan oleh Texaco Development Corp dan Union Oil Co, dan dilisensi oleh Texaco. Namum pada tahun 1954, Union Oil Co. Mulai mengoperasikna fasilitas Wax Manufacturing pada kilang Oleun yang menggunakan air dan MIBK jenuh (metil isobutil keton) sebagai pelarut.

C. Continuous Wax MouldingSuatu operasi otomatis yang sinambung untuk memproses lilin cair menjadi

padat berbentuk slab. Unit pertama telah dipasang pada 1950 dikilang Magnolia Pertroleum (sekarang Mobile Oil Co) di Beaumont, Texas.

Page 3: kata2.docx

URAIAN PROSES DEWAXING UNITTeknologi proses dewaxing adalah proses dewaxing dengan menggunakan solvent dan

proses dengan chilling-pressing. Proses dewaxing menggunakan solvent banyak diaplikasikan pada proses produksi lube base dengan cara melarutkan wax dari paraffin distillate pada temperature yang ditentukan sehingga wax dapat dipisahkan dari minyak. Proses dewaxing dengan chilling-pressing adalah tipe proses yang sederhana menggunakan proses pendinginan umpan dan proses filtrasi bertekanan untuk memisahkan kristal paraffin. Pemisahan berbagai grade kristal paraffin secara umum didasarkan pada perbedaan properties melting point dengan pengaturan temperatur pendinginan proses dewaxing.

Pada pabrik lilin di PT. Pertamina (Persero) UP V Balikpapan, bahan baku Paraffinic Oil Distillate (POD) dihasilkan dari Unit Distilasi Vacuum (HVU-III) dan berasal dari pengolahan Minyak Mentah Parafinis, mode operasi secara batch pada setiap tahapan proses dan POD diumpankan secara batch ke masing-masing Filter Press setelah mengalami proses pendinginan pada unit chiller. Proses penyaringan (Filter Press) Dewaxing berlangsung secara bertingkat (3-seri) pada kondisi operasi (temperature) yang berbeda untuk mendapatkan grade slack wax yang berbeda.

DISKRIPSI PROSES SWEATING UNIT

Proses Sweating umumnya didasarkan pada hasil percobaan (experiment) dan pengalaman (experience). Proses sweating adalah proses wax deoiling dengan prinsip kesetimbangan fase antara cair-padat (proses rekristalisasi). Efek deoiling terjadi karena kadar minyak dalam fase liquid lebih tinggi dibandingkan dalam fase padat, sehingga proses melting akan memisahkan oil dari padatan slack wax. Pemanasan secara bertahap (gradually) padatan slack wax akan melelehkan low melting point paraffin bersamaan dengan kandungan oil dipisahkan yang pada target tertentu akan didapatkan wax dengan melting point lebih tinggi.

Fasilitas proses sweating di Wax Plant UP-V terdiri dari Vertical Tube Stove (VTS) yang dioperasikan untuk grade wax domestic dan Sweating Box untuk grade ekspor dengan prinsip proses pada dasarnya sama. Proses Sweating berlangsung secara batch dengan jumlah umpan sesuai kapasitas alat. Tahapan proses secara umum terdiri dari (a) water filling, (b) slack wax filling, (c) cooling, (d) sweating (gradually heating) dan (e) melting. Untuk proses cooling dan heating dilengkapi dengan sistem sirkulasi air dingin dan cooling tower system dan sirkulasi air panas dengan sumber pemanasan berasal dari steam.

Page 4: kata2.docx

DISKRIPSI PROSES TREATING UNITProses treating produksi wax yang cukup dikenal luas adalah tipe Acid Clay dan

Hydrotreating. Acid clay treating melibatkan proses yang sederhana dan efektif, namun adanya rugi-rugi (losses) hasil reaksi, pemakaian asam sulfat pekat dan ekses buangan limbah acid sludge harus dipertimbangkan dalam aplikasinya. Tujuan proses treating adalah stabilisasi kualitas produk wax dengan menghilangkan senyawa-senyawa hydrocarbon paraffin yang tidak diinginkan seperti cyclo, aromat dan senyawa hydrocarbon tidak jenuh.

DISKRIPSI MOULDING / FINISHINGProses moulding di PT. Pertamina (Persero) UP V dilakukan dengan pemompaan wax

dari rundown tank ke moulding machine yang beroperasi secara batch. Moulding machine yang telah penuh terisi wax mengalami proses pendinginan di cooling plate dengan media pendinginan air laut selama +2 jam. Dengan proses pendinginan selama 2 jam tersebut, diperhitungkan telah menjadi padat sempurna dan selanjutnya dibongkar / diambil untuk dikemas ke dalam karung.Ukuran Slab Wax yang dihasilkan dari Kilang PT Pertamina (Persero) UP-V Balikpapan terdiri dari 2 dimensi yaitu (a) 60 x 30 x 4 cm dan (b) 48 x 30 x 4 cm.