kata pengantar - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi fakultas...

32
viii KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas segala bimbingan, rahmat, dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Perlawanan Masyarakat Bali Terhadap Simbol-Simbol Modernitas Di Denpasar 1990-2014dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, atas kesempatan, perhatian, dan fasilitas yang diberikan selama ini; 2. Dra. Anak Agung Ayu Rai Wahyuni, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Sejarah, dan Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo, S.S., M.Hum., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Sejarah, atas semangat, perhatian, bantuan, dan bimbingan yang diberikan selama masa perkuliahan; 3. Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U. selaku pembimbing satu, dan Dra. Sulandjari, M.A, selaku pembimbing dua, yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan arahan, semangat, motivasi, bimbingan dengan penuh kesabaran, dan yang telah bersedia membaca satu-persatu halaman skripsi

Upload: phamkhue

Post on 13-May-2018

228 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang

Maha Esa, atas segala bimbingan, rahmat, dan karunia-Nya sehingga skripsi yang

berjudul “Perlawanan Masyarakat Bali Terhadap Simbol-Simbol Modernitas Di

Denpasar 1990-2014” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun guna memenuhi

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) Program Studi Ilmu

Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Udayana, atas kesempatan, perhatian, dan fasilitas

yang diberikan selama ini;

2. Dra. Anak Agung Ayu Rai Wahyuni, M.Si., selaku Ketua Program Studi

Ilmu Sejarah, dan Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo, S.S., M.Hum.,

selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Sejarah, atas semangat, perhatian,

bantuan, dan bimbingan yang diberikan selama masa perkuliahan;

3. Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U. selaku pembimbing satu, dan Dra.

Sulandjari, M.A, selaku pembimbing dua, yang telah bersedia meluangkan

waktu, memberikan arahan, semangat, motivasi, bimbingan dengan penuh

kesabaran, dan yang telah bersedia membaca satu-persatu halaman skripsi

Page 2: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

ix

saya. Sejak proses penyusunan rancangan penelitian hingga penyelesaian

skripsi ini.

4. Fransiska Dewi Setiowati S, S.S., M.Hum., selaku pembimbing akademik

yang sangat sabar dengan saya dan teman-teman, serta terus-menerus

memberikan arahan, mengingatkan, dan memotivasi;

5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Udayana, Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U. Prof. Dr. Phill.

I Ketut Ardhana, M.A, Drs. F.X Sunaryo, M.S, Dr. I Gede Putu Suwitha,

S. U, Dra. Sulandjari, M.A, Drs. I Wayan Tagel Eddy, M.S, Drs. I

Nyoman Sukiada, M.Hum, Dra.Ida Ayu Putu Mahyuni, M.Si, Dra. A.A.

Ayu Rai Wahyuni, M.Si, Dr. I Nyoman Wijaya, M.Hum, Drs. Ida Bagus

Gede Putra, M.Hum, Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo, S.S, M.Hum,

A.A. Inten Asmariati, S.S, M.Si, Dr. Ida Ayu Wirasmini Sidemen, M.Hum

dan A.A.A. Dewi Girindra Wardani, S.S, yang dengan tulus memberikan

pengajaran dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan;

6. Seluruh staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang

diberikan selama ini;

7. Kedua orang tua tercinta, Imam Subair, Sundari dan seluruh keluarga

besar penulis yang memberikan pengajaran luar biasa kepada penulis

berupa materi yang diberikan dan tenaga yang selalu bermanfaat ;

8. Saudara penulis Ahmad Rofik, Dewi Rosidah, Nanik Sri Rahayu, Rustam

Nawawi, Ramadhan, Uis Indarti yang telah memberikan banyak bantuan,

Page 3: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

x

dan yang telah mengijinkan penulis untuk melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi;

9. Istri dan anakku tercinta Wulan Kustia Rini dan Muhammad Arkana

Ibrahim yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam menempuh

studi;

10. Teman-teman di Program Studi Ilmu Sejarah Keluarga Mahasiswa Sejarah

(KEMAS), khususnya teman-teman seangkatan Program Studi Ilmu

Sejarah 2012, Nurjaya, Agus Fahzuri R.A, Wildaniyati, Cesiya Ardila A.P,

Ni Made Ariani, Satria Prayoga, Tunggul Dibata Halomoan Siregar,

Kadek Yudiana dan Sri Lestari yang selalu memberikan semangat selama

menempuh studi dan menyempatkan waktunya untuk sekedar berdiskusi

memberikan informasi, serta semua pihak yang telah memberikan

dukungan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak

demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Denpasar, ….. Maret 2017

Penulis

Page 4: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN SAMPUL .......................................................................... ii

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA ............................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ......................................... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................ v

HALAMAN PENETAPAN UJIAN SKRIPSI .................................... vi

MOTTO ................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ........................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN ....................................................................... xvii

DAFTAR ISTILAH .............................................................................. xviii

ABSTRAK ............................................................................................. xix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

1.2. Pertanyaan Penelitian..................................................................... 13

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 13

1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 13

1.5. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 14

1.6. Metodologi .................................................................................... 16

1.7. Kerangka Teoritis .......................................................................... 17

1.8. Kerangka Konseptual..................................................................... 18

1.9. Metode Penelitian dan Sumber ...................................................... 19

1.10. Sistematika Pembahasan ............................................................... 20

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA DENPASAR

2.1. Letak Geografis ............................................................................... 21

2.2 Kondisi Masyarakat Kota Denpasar ................................................. 23

2.3 Mata Pencaharian Masyarakat Denpasar ......................................... 24

2.4 Perkembangan dan Kondisi Pariwisata Di Denpasar ........................ 26

2.5 Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Denpasar ........... 34

2.5.1. Kondisi Sosial dan Budaya Masyarakat Denpasar ............. 34

2.5.2. Kondisi Ekonomi Masyarakat Denpasar ............................ 35

Page 5: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

xii

BAB III PROSES PERLAWANAN MASYARAKAT TERHADAP

PEMBANGUNAN SARANA PARIWISATA YANG

MENGGUNAKAN SIMBOL-SIMBOL MODERNITAS DI

DENPASAR

3.1. Kondisi Masyarakat Denpasar Sebelum Reklamasi ...................... 43

3.2. Perlawanan Masyarakat Denpasar Terhadap Reklamasi ................. 51

3.3. Kondisi Masyarakat Denpasar Pasca Reklamasi ............................. 67

BAB IV FAKTOR-FAKTOR MASYARAKAT BALI DI DENPASAR

MELAKUKAN PERLAWANAN TERHADAP SIMBOL-SIMBOL

MODERNITAS

4.1. Faktor Sosial ................................................................................. 75

4.2. Faktor Ekonomi ............................................................................ 79

4.3. Faktor Budaya ................................................................................ 84

4.4. Faktor Lingkungan ......................................................................... 91

BAB V IMPLIKASI PERLAWANAN TERHADAP PENGGUNAAN

SIMBOL-SIMBOL MODERNITAS DALAM PEMBANGUNAN

SARANA PARIWISATA DI DENPASAR

5.1. Implikasi Sosial ................................................................................ 94

5.2. Implikasi Budaya ............................................................................. 98

5.3. Implikasi Lingkungan ...................................................................... 99

5.4. Implikasi Ekonomi ........................................................................... 104

5.5. Implikasi Kepada Pemerintah .......................................................... 109

5.6. Implikasi Kepada Investor ............................................................... 110

BAB VI PENUTUP

6.1. Simpulan ........................................................................................ 112

6.2. Saran .............................................................................................. 114

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN .......................................................................... 115

LAMPIRAN ............................................................................................ 116

Page 6: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Kelompok Umur Tahun 2014.. 25

2. Banyaknya Hotel/Akomodasi di Kota Denpasar Tahun 2014 .................. 42

3. Jumlah Masyarakat Desa Serangan Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera tahun

1995 ............................................................................................................... 48

4. Jumlah Masyarakat Desa Kesiman Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera tahun

1995 .............................................................................................................. 49

5. Data Kependudukan Masyarakat Desa Kesiman Tahun 1994 ................. 49

6. Mata Pencaharian Penduduk Pulau Serangan Tahun 2011…........ ........... 69

7. Jumlah Masyarakat Desa Serangan Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera tahun

2007 ............................................................................................................. 70

8. Jumlah Kepadatan Masyarakat Denpasar Timur..................................... 72

9. Mata pencahariaan Penduduk Kecamatan Denpasar Timur ................... 73

10. Jumlah Masyarakat Desa Kesiman Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera

tahun 2007 .................................................................................................. 74

Page 7: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Persentase Luas Wilayah Kota Denpasar Menurut

Kecamatan Tahun 2014 ....................................................... 19

Gambar 2. Persentase Tenaga Kerja Menurut Sektor Lapangan Usaha

di Kota Denpasar Tahun 2013 ............................................. 21

Gambar 3. Persentase Banyaknya Hotel Berbintang dan Non Bintang

di Kota Denpasar Tahun 2014 .............................................. 38

Gambar 4. Persentase Penduduk Menurut Agama di Pulau Serangan

T a h u n 1 9 9 8 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 4

Gambar 5. Persentase bidang pekerjaan masyarakat Desa Kesiman ...... 50

Gambar 6. Denah lokasi reklamasi Pantai Padanggalak ......................... 61

Gambar 7. Para mahasiswa melakukan unjuk rasa menolak reklamasi

Pantai Padanggalak di depan gedung DPR RI .................... 65

Gambar 8. Nelayan warga Serangan yang menyeberangan para warga

yang mau ibadah upacara adat ............................................ 80

Gambar 9. Masyarakat Serangan menyeberang laut untuk upacara

Piodalan ............................................................................... 88

Gambar 10. Masyarakat Denpasar meyebrang laut untuk melakukan

upacara adat ......................................................................... 89

Page 8: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :

Lampiran 2 : Foto Pemerintah Bali meninjau proyek reklamasi Serangan, Jumat

tanggal 26 September 1997

Lampiran 3 :Foto tampak alat berat milik PT.GSD membongkar Pantai

Padanggalak Oktober 1997

Lampiran 4 : Foto Wali Kota Denpasar Made Suwendha meninjau perluasan

Pulau Serangan. Jumat tanggal 11 Oktober 1997

Lampiran 5 : Foto Jukung-jukung susah melau tertimbun lumpun galian

reklamasi Serangan, September 1997

Lampiran 6 : Foto Dandim Badung Letkol Soedjono meninjau Pantai

Padanggalak dan berdialog dengan Kusuma Wardana Tokoh

masyarakat Kesiman, Selasa 14 Oktober 1997

Lampiran 7 : Foto Masyarakat melakukan melasti di Pantai

Lampiran 8 : Foto Pemandangan Pulau Serangan tahun 90-an

Lampiran 9 : Foto pimpinan DPRD Bali I Ketut Suandra meninjau reklamasi

Pantai Padanggalak tanggal 20 oktober 1997

Lampiran 10 : Foto Kelompok Cipayung meninjau reklamasi Pantai

Padanggalak, Selasa tanggal 21 Oktober 1997

Lampiran 11 : Foto proyek redesain Pantai Padanggalak menggunakan alat

berat, kamis tanggal 23 Oktober 1997

Lampiran 12 : Foto Pulau Serangan tampak dari angkasa

Page 9: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

xvi

Lampiran 13 : Foto Kanal Pemisah, tanah milik masyarakat Serangan dengan

milik PT. BTID

Lampiran 14 : Foto jalan penghubung Pulau Serangan dengan Kota Denpasar

Lampiran 15 : Foto masyarakat Serangan memegang penyu di penangkaran

penyu

Lampiran 16 : Foto masyarakat Denpasar melakukan upacara melasti di Pantai

Padanggalak

Lampiran 17 : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 51 tahun 1993

tentang analisis mengenai dampak lingkungan Presiden

Republik Indonesia

Page 10: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

xvii

DAFTAR SINGKATAN

AMDAL : Analisis Dampak Lingkungan

BNR : Bali Nirwana Resort

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

HAM : Hak Asasi Manusia

HPL : Hak Pengelolaan

KPN : Koperasi Pegawai Negeri

KUD : Koperasi Unit Desa

MoU : Memorandum of Understanding

PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum

PHDI : Parisada Hindu Darma Indonesia

PHK : Pemutusan Hubungan Kerja

PU : Pekerjaan Umum

RSU : Rumah Sakit Umum

SD : Sekolah Dasar

SDM : Sumber Daya Manusia

SLTA :Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

STO : Stasiun Telepon Otomat

UED : Usaha Ekonomi Desa

Page 11: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

xviii

DAFTAR ISTILAH

Bhisama : Sebuah fatwa atau aturan yang dikeluarkan oleh tokoh

agama Hindu Bali.

Ekositem : Lingkungan hidup yang saling memengaruhi

Habitat : Tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang

biak.

Hayati : Berhubungan dengan hidup

Konsorsium : Pembiayaan bersama suatu proyek atau perusahaan yang

dilakukan oleh dua atau lebih bank atau lembaga

keuangan.

Leteh : Kotor atau tidak suci

Mala : Keburukan

Mandek : Berhenti

Melasti : Upacara mensucikan diri di pantai

MoU : Nota Kesepahaman

Ngaben : upacara kremasi atau pembakaran jenazah di Bali

One stop place : Tempat pemberhentian pertama

Otonom : Kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas

daerah tertentu

Paruman : Bentuk musyawarah yang sangat demokratis

Pinandita : Rohaniawan hindu yang bertugas selaku pembantu

Pedanda

Reklamasi : Kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka

meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari

sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara

pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.

Sangker : Pembatas

Tawur gentuh : Permohonan untuk keharmonisan

Topografi : Studi tentang bentuk permukaan bumi

Tri hita karana : Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan

Wong gamang : Orang yang takut pada sesuatu

Page 12: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

xix

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Perlawanan Masyarakat Hindu Bali Terhadap

Reklamasi Di Denpasar 1990-2014”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

memberikan pembahasan mengenai proses perlawanan masyarakat Hindu

Denpasar melawan reklamasi dan implikasinya.

Selanjutnya, untuk teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

konflik sosial yang membahas mengenai proses perlawanan masyarakat Denpasar

melawan reklamasi dan implikasi bagi masyarakat di Kota Denpasar. Teori ini

mengedepankan pada faktor penyebab konflik adalah karena adanya kepentingan.

Selain itu, digunakan pula teori sejarah, khususnya kausalitas (sebab-akibat)

sebagai teori penunjang dalam penelitian ini. Selanjutnya, yang dipergunakan

metode dalam penelitian ini terbagi atas empat, yaitu heuristik; kritik sumber;

interpretasi; serta historiografi.

Kota Denpasar merupakan salah satu destinasi wisata di Provinsi Bali.

Pesatnya perkembangan pariwisata di Kota Denpasar membuat kebijakan

pembangunan berjalan begitu cepat di tahun 90-an. Pembangunan yang begitu

cepat membuat munculnya simbol-simbol modernitas, yaitu reklamasi Serangan

dan reklamasi Pantai Padanggalak. Namun kebijakan pembangunan yang

ditetapkan pemerintah tidak sejalan dengan aspirasi masyarakat Hindu Denpasar

yang membuat adanya perlawanan terhadap reklamasi tersebut.

Faktor penyebab masyarakat melakukan perlawanan dilatar belakangi oleh

berbagai faktor. Faktor tersebut antara lain, faktor sosial masyarakat, faktor

ekonomi masyarakat, faktor lingkungan, faktor budaya, dan faktor kebijakan yang

ditetapkan oleh pemerintah Kota Denpasar.

Perlawanan terhadap simbol-simbol modernitas memberikan implikasi

kepada masyarakat, pemerintah, dan investor. Implikasi yang ditimbulkan

meliputi berbagai aspek mulai dari sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan.

Kata Kunci : modernitas, reklamasi, Serangan, Padang Galak, perlawanan,

pariwisata, budaya, agama Hindu.

Page 13: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pariwisata mempunyai banyak peran dalam pembangunan Negara

Republik Indonesia, di antaranya memberikan manfaat yang sebesar besarnya

bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian pariwisata mampu

memberikan manfaat yang besar dalam penghapusan kemiskinan di berbagai

daerah yang miskin potensi ekonomi selain potensi alam dan budaya bagi

kepentingan pariwisata.1

Pembangunan kepariwisataan seharusnya mampu berkontribusi dalam

upaya pelestarian budaya suatu negara atau daerah yang meliputi perlindungan,

pengembangan dan pemanfaatan budaya negara atau daerah. UNESCO dan UN-

WTO dalam resolusi bersama mereka pada tahun 2002 telah menyatakan bahwa

kegiatan pariwisata merupakan alat utama pelestarian kebudayaan. Dalam konteks

tersebut, sudah selayaknya bagi Indonesia untuk menjadikan pembangunan

kepariwisataan sebagai pendorong pelestarian kebudayaan di berbagai daerah.

Namun dalam pelaksanaannya pemerintah sering kali tidak mampu

merealisasikan aspek pelestarian kebudayaan dalam peran dan fungsi

pembangunan pariwisata. Selain itu, Pembangunan pariwisata juga mampu

memberikan dampak yang positif maupun negatif bila tidak mampu mengelolanya

bahkan juga bisa merusak aset pariwisata tersebut.

1 A.A. Gde Putra Agung, Sejarah Kota Denpasar 1945-1979, (Jakarta :

Depdikbud, 1986), hlm. 96.

Page 14: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

2

Bali adalah salah satu destinasi wisata yang populer di tingkat nasional

maupun internasional. Sebagai salah satu tempat tujuan wisata yang populer,

membuat banyak investor yang ingin menanamkan modalnya di Bali. Hal tersebut

membuat pembangunan pariwisata di Bali berjalan sangat pesat. Perkembangan

pariwisata di Bali yang begitu cepat membuat arus modernisasi pariwisata juga

berkembang pesat. Arus modernisasi pariwisata di Bali yang begitu cepat

membuat munculnya simbol-simbol modernitas di Bali. Bentuk simbol-simbol

modernitas itu berupa, pembangunan lapangan bandar udara, pembangunan hotel

bertingkat, atau pembukaan lahan dengan cara mengurug wilayah pantai

(reklamasi). Bentuk dari simbol-simbol modernitas di atas dapat memberikan

dampak positif dan juga negatif bagi masyarakat. Simbol-simbol modernitas ini

akan didukung bila memberikan dampak positif bagi masyarakat, namun akan

mendapat perlawanan dari masyarakat bila memberikan dampak negatif bagi

masyarakat.

Dimulai dari salah satu bentuk simbol modernitas yang paling populer

pada tahun 2014 adalah reklamasi Tanjung Benoa. Simbol modernitas ini

berkembang dari PT. Tirta Wahana Bali Indonesia (TWBI) sebagai pengembang

yang akan membangun sebuah kawasan wisata terpadu yang dilengkapi tempat

ibadah untuk lima agama, taman budaya, taman rekreasi sekelas Disney Land di

Amerika Serikat.2

2 Anon, “Masyarakat Bali tolak reklamasi Teluk Benoa”, diunduh dari

http://www.forbali.org/id/faq-2/ pada tanggal 21 September 2014.

Page 15: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

3

Banyak pihak yang menolak adanya rencana reklamasi Tanjung Benoa.

Salah satunya adalah Wahana Lingkungan Indonesia (WALHI). Mereka menilai

bahwa dengan adanya reklamasi di Tanjung Benoa akan mengakibatkan

terjadinya abrasi di wilayah lain. Selain itu, hal tersebut juga dapat menyebabkan

hilangnya mata pencaharian penduduk sekitar Tanjung Benoa sebagai nelayan.3

Pihak kontra menilai Surat Keputusan (SK) Gubernur Bali terkait

reklamasi Tanjung Benoa dicabut karena tidak sesuai dengan konstitusi dan aturan

yang berlaku atau cacat hukum. SK Gubernur ini dinilai cacat hukum karena

langsung memberikan ijin tanpa ada studi kelayakan tentang rencana pemanfaatan

dan pengembangan kawasan pariwisata.4

Salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mengatasnamakan

Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) menyebutkan bahwa ada

beberapa cacat hukum dalam masalah perizinan reklamasi Tanjung Benoa. SK

Gubernur Bali nomor : 2138/02-C/HK/2012 bertentangan dengan UU 27 Th

2007, Perpres no: 45 tahun 2011, Perpres no. 122 tahun 2012, Perda no. 16 tahun

2009. Selain hal tersebut SK Gubernur Bali juga bertentangan dengan UU no 26

tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai payung hukum dari Perpres 45

tahun 2011 tentang tata ruang Sarbagita dan Perda Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi (RTRWP) Bali No. 16 tahun 2009 dan UU no 32 tahun

3 Anon, “Kala Penolakan Reklamasi Teluk Benoa Makin Meluas,

Mengapa?”, diunduh dari http://www.forbali.org/id/faq-2/ pada tanggal 19

Oktober 2014.

4 ForBALI,”Newsletter” diunduh dari http://www.forbali.org/id/faq-2/

pada tanggal 19 Oktober 2014.

Page 16: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

4

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang

Undang tersebut adalah pedoman bagi seluruh kebijakan yang terkait dengan

lingkungan hidup. Setelah menuai penolakan karena terbitnya SK Gubernur Bali

dan dianggap cacat hukum, maka terbitlah Rekomendasi DPRD Provinsi Bali no:

900/2569/DPRD tertanggal 12 Agustus 2013 perihal: Peninjauan Ulang.

Berdasarkan rekomendasi tersebut di atas, maka SK Gubernur Bali nomor :

2138/02-C/HK/2012 pun dicabut.5

Terdapat banyak aksi perlawanan simbol modernitas di Bali , modernisasi

pariwisata yang pada awalnya bertujuan mensejahterakan masyarakat justru

menuai banyak sekali kritik dari masyarakat Bali. Peran pemerintah tentu sangat

vital dalam menentukan arah kebijakan modernisasi sarana pariwisata tersebut.

Bila aspirasi masyarakat tidak dihiraukan dan kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah bertentangan dengan hukum, tidak hanya hukum formal tapi juga

hukum adat maka masyarakat Bali akan terus menolak kebijakan tersebut.6

Melihat lebih jauh ke belakang berbagai aksi perlawanan masyarakat Bali

yang terkait dengan simbol-simbol modernitas pariwisata juga pernah terjadi.

Simbol-simbol modernitaspun mulai bermunculan dengan semakin ramainya

kawasan pariwisata di Bali. Banyak investor ingin menanamkan modal di

kawasan Bali. Seiring pesatnya sektor pariwisata di Bali, masyarakat Bali menilai

5 ForBALI,”Newsletter” diunduh dari http://www.forbali.org/id/faq-2/

pada tanggal 19 Oktober 2014.

6 Putu Setia, Mendebat Bali, (Denpasar: Pustaka Manikgeni, 2002), hlm.

56.

Page 17: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

5

tidak terjadinya keseimbangan antara pembangunan dengan pelestarian alam dan

budaya di wilayah Bali.7

Pembangunan pariwisata di Pulau Bali memang sangat pesat. Bali pulau

seribu pura. Pulau dengan sejuta keindahan didalamnya, alam dan budaya yang

terkenal sampai mancanegara. Bali pun dieksploitasi diberbagai sektor, sosial,

ekonomi, dan budaya. Budaya dan Adat istiadat adalah aset pariwisata bagi

masyarakat Bali. Budaya dan adat istiadat berkembang secara alami, hal tersebut

menyebabkan Bali tidak perlu membangun objek pariwisata tapi hanya perlu

membangun sarana pariwisata. Masyarakat Bali mayoritas beragama Hindu dan

dikenal sangat religius.8

Salah satu daya tarik pariwisata di Bali adalah budaya dan adat istiadat

masyarakat Bali. Budaya masyarakat Bali sebagai objek wisata terkadang terlalu

dieksploitasi. Akibatnya terjadi berbagai benturan dengan sarana pariwisata.

Benturan antara sarana pariwisata dan objek wisata sudah sering terjadi. Sebagai

contoh kegiatan ibadah umat Hindu seperti melasti karena adanya arogansi

pemilik sarana pariwisata seperti hotel, sering terjadi ketegangan antara pengelola

sarana pariwisata dengan warga adat. Sebagai contoh saat proses upacara melasti

yang dilakukan umat Hindu di pantai, banyak terjadi aksi demo masyarakat

karena akses jalan ke pantai ditutup oleh para pengelola hotel. Pantai Bali kini

7 A.A Gde Putra, Loc.cit.

8 Ibid., hlm.66.

Page 18: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

6

telah menjadi rebutan antara warga Desa Adat dengan bisnis turisme, antara

surgawi dan duniawi.9

Dimulai dari tahun 1990-an ketika pemerintah Bali berencana

mereklamasi Pulau Serangan, salah satu bentuk simbol modernitas yang asing

bagi masyarakat Bali. Awalnya, pulau ini akan dibuat sebagai (tempat

pemberhentian pertama) one stop place untuk informasi pariwisata. Kabarnya

tempat ini akan dibangun kasino-kasino model di Christmas Island. Akan tetapi

itu merupakan suatu rencana awal, rencana tersebut belum bisa terealisasi,

menyusul kejatuhan kepemimpinan presiden Soeharto10.

Langkah pemerintah Bali saat itu terkait reklamasi Pulau Serangan sama

halnya yang terjadi dalam reklamasi Tanjung Benoa. Pemerintah Bali pada masa

itu menyetujui proyek reklamasi Pulau Serangan yang sebenarnya ditolak oleh

masyarakat Pulau Serangan. Melalui Ketua Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Bali, Dewa Putu Tengah saat melakukan kunjungan dalam

rangka proyek reklamasi Pulau Serangan, Pemerintah Bali memberikan

pernyataan pro terhadap proyek reklamasi Pulau Serangan.11 Sikap Pemerintah

Bali yang pro terhadap proyek tersebut dianggap telah sesuai dengan aspirasi

masyarakat Bali.

9 Gde Aryantha Soethama, Bali Tusuk Bali, (Denpasar: Arti Foundation,

2004), hlm. 117.

10Anon, “Reklamasi Pulau Serangan di Bali”, diunduh dari

www.google.com pada tanggal 1 November 2014.

11 Anon, ,”BTID Buat Kesepakatan Dengan Masyarakat Serangan”, Bali

Post, 22 Oktober 1997 ( kliping koleksi Tri Sadhana Putra) tanpa halaman.

Page 19: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

7

Selain menuai dukungan reklamasi Pulau Serangan juga menuai

penolakan. Menurut IDP Putra Sastrawan, reklamasi Pulau Serangan akan

menimbulkan abrasi baru.12 Hal serupa juga diungkapkan oleh Putu Suasta bahwa

reklamasi yang terjadi di Pulau Bali berdampak pada hilangnya biota laut dan

berubahnya permukaan pantai yang mengakibatkan abrasi.13 Reklamasi

berlebihan dengan material bukan dari laut akan berdampak buruk pada

kelestarian biota laut. Oleh karena itu, langkah untuk mereklamasi pulau Serangan

perlu ditinjau ulang karena tidak hanya menimbulkan kerusakan lingkungan

melainkan juga kerusakan sosial budaya masyarakat Serangan. Dampak itu seperti

hilangnya sepuluh mata pencarian penduduk Serangan.14 Hal tersebut di atas

yang menjadi dasar penolakan masyarakat Pulau Serangan dan masyarakat Bali.

Proyek reklamasi Pulau Serangan dianggap mengganggu komponen

budaya di Pulau Serangan. Komponen budaya tersebut seperti tempat suci (Pura),

kawasan suci (tempat melasti) dan kawasan cagar budaya. Di Pulau Serangan ada

12 tempat suci. Salah satunya adalah Pura Dhang Kahyangan adalah Pura

12 Anon,“Haruskah Dilawan Dengan Reklamasi” Bali Post, 25 Oktober

1997 (Kliping koleksi Tri Sadhana Putra) tanpa halaman

13 Anon,“Haruskah Dilawan Dengan Reklamasi” Bali Post, 25 Oktober

1997 (Kliping koleksi Tri Sadhana Putra) tanpa halaman

14 Anon, “Mengkaji Dampak Reklamasi Pulau Serangan (2-Habis)” Bali

Post, 26 Oktober 1997 (Kliping koleksi Tri Sadhana Putra) tanpa halaman

Page 20: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

8

Sakenan.15 Menurut Anak Agung Ngurah Kusuma Wardhana, yang menyatakan

bahwa adanya reklamasi Pulau Serangan telah melanggar batas minimum

pembangunan gedung disekitar areal yang dianggap suci. Hal itulah yang menjadi

salah satu alasan penolakan proyek reklamasi Pulau Serangan .16 Sehingga simbol

modernitas tersebut dilawan oleh masyarakat Serangan.

Pada era reformasi perlawanan terhadap simbol-simbol modernitas

masyarakat Serangan direspon oleh pemerintah. Hari Rabu tanggal 23 Juni 1999

sekitar pukul 12:00 Wita kapal keruk dan berat yang digunakan untuk

mereklamasi meninggalkan lokasi reklamasi. Kepergian kapal tersebut

meninggalkan kondisi pantai yang amburadul, sehingga membuat masyarakat

gelisah.17 Masyarakat pun mempertanyakan sembilan poin yang menjadi

kesepakatan antara masyarakat dengan pihak Bali Turtle Island Development

(BTID). Akhirnya proyek reklamasi Pulau Serangan meninggalkan ketidakjelasan

kelanjutan proyek tersebut.

Selanjutnya, kebijakan pembangunan pemerintah Bali kembali dianggap

tidak sejalan dengan keinginan masyarakat Bali. Pembangunan di sektor

pariwisata kembali menuai perlawanan dari masyarakat. Kebijakan Pemerintah

dianggap hanya mementingkan kepentingan investor tanpa melihat kemauan atau

15 I Made Wisnawa, “Model Pemanfaatan Pulau Serangan Di Kota

Denpasar Pasca Reklamasi”, (Semarang : Universitas Semarang, 2002) hml.44.

Hasil tesis yang telah dipublikasi

16 Hasil wawancara dengan A.A. Ngurah Kusuma Wardana tanggal 25

Nopember 2014 di Denpasar.

17 Gde Aryantha Soethama, Loc. Cit.

Page 21: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

9

aspirasi masyarakat Bali. Simbol-simbol modernitas selanjutnya yang menemui

banyak perlawanan adalah reklamasi Pantai Padang Galak.18

Proyek reklamasi Pantai Padang Galak rencananya akan mengurug areal

sekitar tepi Pantai Padang Galak. Peristiwanya bermula pada tahun 1997 ketika

aset Pemerintah Daerah (Pemda) Bali berupa tanah diwilayah Padang Galak,

Sanur setiap tahunnya mengalami abrasi. Oleh karena itu perlu adanya sebuah

tindakan untuk mengurangi terjadinya proses abrasi tersebut.

Berdasarkan peristiwa diatas pemerintah Bali membuat suatu langkah

kebijakan untuk memanfaatkan lahan yang kritis tersebut. Melalui Badan

Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Pemda Bali memberikan hak pengelolaan tanah

seluas 17,05 hektar sesuai dengan sertifikat Hak Pengelolaan (HPL) atas nama

Pemda Bali yang berlokasi disebelah selatan Sungai Ayung.19 Pemanfaatan lahan

milik Pemda Bali dibagi 8,98 hektar kepada perusahaan daerah dan 8,10 hektar

diberikan kepada KPN Praja. Luas tanah tersebut didasarkan pada hasil

pengukuran yang dilakukan pada tanggal 24 Januari 199020. Sesuai dengan surat

Gubernur Bali No. 593/8399/perwat tanggal 1 Mei 1991 dan Surat DPRD Bali no.

18 Ibid.

19 Anon, “Membuat Usulan”Bali Post 12 Oktober 1996 (kliping koleksi

Tri Sadhana Putra) tanpa halaman.

20 Anon, “Membuat Usulan”Bali Post 12 Oktober 1996 (kliping koleksi

Tri Sadhana Putra) tanpa halaman.

Page 22: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

10

06/KPTS/DPRD/199/tanggal 26 Agustus 199121 tentang izin pemanfaatan lahan

milik Pemda Bali.

Pemerintah Bali pada masa itu menilai dengan diterbitkannya surat di atas

maka sudah sesuai dengan dengan keinginan masyarakat Bali,22 karena tidak

berdampak buruk pada lingkungan sosial dan budaya di wilayah Padang Galak.

Pemerintah menilai reklamasi Pantai Padang Galak tidak berdampak negatif,

namun masyarakat Bali masih menolak rencana tersebut. Salah satu tokoh

masyarakat daerah Kesiman menilai dengan adanya reklamasi pantai Padang

Galak akan menggaggu upacara umat Hindu dan dapat merusak ekosistem

diwilayah Padang Galak. Salah satu tokoh Puri Kesiman Anak Agung Ngurah

Kusuma Wardana mengatakan bahwa eksploitasi pariwisata di Bali yang

berlebihan bukanlah salah investor, tapi kebebasan pemerintah Bali yang dengan

mudah memberikan izin. Pantai Padang Galak tidak boleh dijadikan tempat bagi

para investor untuk merusak lingkungan sosial budaya, karena Pantai Padang

Galak adalah tempat yang disucikan oleh masyarakat Hindu di sekitar Pantai

Padang Galak.23

Sikap yang sama juga dilakukan oleh I Dewa Ngurah Swasta selaku

koordinator Forum Pemerhati Hindu Dharma Indonesia (FPHDI) mengatakan

21 Anon, “Membuat Usulan”Bali Post 12 Oktober 1996 (kliping koleksi

Tri Sadhana Putra) tanpa halaman

22 Anon, “Membuat Usulan”Bali Post 12 Oktober 1996 (kliping koleksi

Tri Sadhana Putra) tanpa halaman

23 Anon, “Heran, Gubernur “Kok” Begitu?”, Bali Post, 13 Oktober 1997

(Kliping koleksi Tri Sadhana Putra) tanpa halaman

Page 23: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

11

bahwa dengan direklamasinya Pantai Padang Galak maka akan mengakibatkan

hilangnya upacara melasti yang sering dilakukan di tempat tersebut. Hal yang

sama juga dikatakan oleh Anak Agung Ngurah Kusuma Wardana yang

mengatakan bahwa rencana reklamasi Pantai Padang Galak akan mengganggu

upacara Melasti umat Hindu disekitar pantai itu.24

Selain itu, dengan direklamasinya Pantai Padang Galak, maka akan

mengubah daerah yang suci menjadi daerah yang hedonis dan sekuler.25 Aksi

penolakan juga dilakukan oleh Ida Bagus Gde Wiyana selaku Pinandita dan

Ketua Ikatan Nasional Konsultan Indonesia menyatakan bahwa pelaksanaan

proyek reklamasi Pantai Padang Galak adalah proyek yang melanggar adat

istiadat dan cita-cita masyarakat Bali. Pantai merupakan tempat yang suci dan

tidak bisa dilepaskan dari masyarakat Bali khususnya masyarakat Hindu. Selain

dari para pemuka adat, para akademisi juga menolak adanya proyek reklamasi

Pantai Padang Galak. I Gde Pasek Suardika selaku Ketua Kesatuan Mahasiswa

Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) mengatakan bahwa proyek reklamasi Padang

Galak telah mengesampingkan ajaran Hindu dan tidak memperhatikan nilai-nilai

agama Hindu.26 Para Tetua adat masyarakat disekitar wilayah Pantai Padang

Galak juga menyuarakan penolakan reklamasi Pantai Padang Galak. Mereka

24 Hasi wawancara dengan A.A. Ngurah Kusuma Wardana tanggal 25

Nopember 2014 di Denpasar.

25 Kusuma Wardana”Dandim Badung Turun ke Padaggalak” Bali Post, 15

Oktober 1997 (Kliping koleksi Tri Sadhana Putra) tanpa halaman

26 Anon”Mahasiswa Hindu Tolak Reklamasi Padang Galak”Bali Post, 20

Oktober 1997 (Kliping koleksi Tri Sadhana Putra) tanpa halaman

Page 24: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

12

datang ke Puri Kesiman untuk menyampaikan aspirasi penolakan kepada Anak

Agung Ngurah Kusuma Wardana selaku raja di Puri Kesiman. Bila tuntutan

penolakan itu tidak dipenuhi, maka masyarakat akan datang ke Gedung DPRD

Bali dengan menggunakan pakaian putih.27 Perjuangan penolakan dari berbagai

masyarakat akhirnya menemui hasil, tepatnya pada tanggal 21 November 1997

proses redesain Pantai Padang Galak akhirnya menemui akhir. Kepala Dinas PU

Tk. I Bali, I Wayan Subagiarta mengatakan pengerjaan redesain telah selesai

dengan mengeruk kembali material reklamasi28 (lihat lampiran foto 11).

Penelitian ini nantinya akan mempunyai sekup temporal sampai tahun

2014 agar dapat mengetahui perbedaan sebelum dan setelah adanya proyek

reklamasi. Selain itu dipilihnya sekup temporal tersebut karena untuk

mempermudah peneliti mendapat sumber yang relevan. Sehingga dapat

menceritakan pristiwa sejarah secara kronologis.

Uraian tersebut di atas memerlihatkan ada suatu persoalan penting yang

terjadi di Pulau Bali, khususnya Kota Denpasar yang perlu dikaji secara historis.

Persoalan tersebut bermula dari diganggunya nilai-nilai luhur masyarakat Bali

karena adanya pembangunan simbol-simbol modernitas di Bali, mengakibatkan

adanya perlawanan masyarakat Hindu Bali di Kota Denpasar .

27 Hasil wawancara dengan A.A. Ngurah Kusuma Wardana tanggal 25

Nopember 2014 di Denpasar.

28 Menurut rencana Proyek Redesain Pantai Padang Galak selesai tanggal

23 November 1997. Anon”Selesai, Redesain Pantai Padang Galak” Bali Post, 22

November 1997 (Kliping koleksi Tri Sadhana Putra) tanpa halaman.

Page 25: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

13

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terlihat dengan jelas adanya

korelasi sebab akibat antara munculnya perlawanan terhadap simbol-simbol

modernitas dengan terganggunya agama dan budaya dalam masyarakat Hindu

Bali. Dari uraian tersebut didapatkan tiga buah pertanyaan penelitian, yakni :

1. Bagaimana proses perlawanan masyarakat Hindu terhadap reklamasi di

Denpasar?

2. Mengapa masyarakat Hindu di Denpasar melakukan perlawanan

terhadap reklamasi?

3. Apa implikasi dari perlawanan terhadap reklamasi di Denpasar?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui proses perlawanan masyarakat terhadap reklamasi di

Denpasar.

1.3.2 Mengetahui faktor penyebab masyarakat Hindu Bali di Denpasar

melakukan perlawanan terhadap reklamasi.

1.3.3 Mengetahui implikasi dari perlawanan terhadap reklamasi di Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Di bidang akademis akan menambah khazanah ilmu terkait perlawanan

masyarakat Hindu Bali terhadap reklamasi di Denpasar.

1.4.2 Dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi para pengambil kebijakan

dalam membuat suatu kebijakan pembangunan di Bali.

Page 26: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

14

1.5 Tinjauan Pustaka

Dalam bab tinjauan pustaka ada beberapa referensi yang dapat dijadikan

sebagai bahan untuk mengkaji permasalahan diatas. Pertama tulisan Mingione

dalam buku Ensiklopedia Ilmu-Ilmu Sosial menjelaskan bahwa modernitas

menunjukkan bahwa kewajiban timbal balik antar individu masih tetap diakui

dalam masyarakat modern. Dan ikatan agama memegang peranan yang penting :

“.....kewajiban timbal-balik antar individu masih tetap diakui dalam

masyarakat modern. Ikatan keagamaan maupun kekerabatan, solidaritas etnis,

dan identitas seksual memainkan peranan yang amat penting dalam proses

pengalokasian kekuasaan dan pendistribusian sumber daya.”29

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa ikatan keagamaan masyarakat

Bali memainkan peranan penting dalam pengalokasian kekuasaan dan

pendistribusiaan sumber daya. Hal tersebut menyebabkan pembuatan suatu

kebijakan pemerintah Bali harus sesuai dengan ikatan keagamaan masyarakat Bali

karena pentingnya peranan ikatan keagamaan tersebut.

Selanjutnya, buku kedua, Collins menjelaskan dalam buku Ensiklopedia

Ilmu-Ilmu Sosial berpendapat bahwa pemaksaan dan kekerasan sebagai cara

penting untuk menciptakan kontrol dan mengakui pentingnya sebuah simbol

dalam sebuah konflik.

“Collins menganggap pemaksaan, termasuk kekerasan sebagai cara penting

untuk menciptakan kontrol, meskipun ia juga mengakui pentingnya simbol

dalam konflik, baik itu ditingkat individual maupun di sosial struktural.”30

29 Adam Kuper & Jesicca Kuper, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial 2, terj

Haris Munandar dkk, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008)., hlm. 672.

30 Ibid., hlm.156.

Page 27: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

15

Dengan demikian peranan kekerasan dan simbol dalam konflik yang

terjadi antara investor dengan masyarakat Denpasar sangatlah besar. Baik

kekerasan fisik maupun kekerasan mental, dan simbol keagamaan Hindu

mempunyai peranan yang sangat besar dalam terjadinya konflik tersebut.

Dalam buku ketiga Bali Tikam Bali Gde Aryantha Soethama menjelaskan

bahwa adat istiadat menjadi pegangan hidup dan bukan hanya menjadi alat

pengatur kehidupan masyarakat adat di Bali tetapi sebagai pandangan hidup :

“Dan di Bali, adat pun menjadi tak Cuma dibutuhkan, tetapi harus ada. Ia tak

hanya berarti peraturan, undang-undang, juga takaran nilai, patokan yang

diharapkan menuntun setiap orang. Adat lantas menjadi pegangan hidup.”31

Dengan demikian masyarakat Bali sangat patuh dan taat kepada adat

istiadat yang mereka yakini. Saat adat istiadat tersebut diabaikan maka timbulah

perlawanan untuk melawan pelecehan terhadap adat istiadat mereka.

Selanjutnya, Dalam Skripsi berjudul Pulau Serangan : Dampak

Pembangunan pada Lingkungan dan Masyarakat karya Lisa Woinarski

menjelaskan bahwa proyek reklamasi Pulau Serangan lebih memberikan dampak

negatif seperti, adanya pelanggaran hak asasi manusia, hilangnya mata

pencahariaan masyarakat, dan dan berbagai masalah sosial lainnya.32 Oleh karena

itu, keberadaan proyek reklamasi tersebut banyak dilawan dan ditentang oleh

masyarakat Kota Denpasar khususnya masyarakat Pulau Serangan.

31 Gde Aryantha Soethama, Op.cit, hlm. 28.

32 Lisa Woinarski, “Pulau Serangan : Dampak pada Lingkungan dan

Masyarakat”, Skripsi yang telah dipublikasikan (Malang: Universitas

Muhammadiyah Malang, 2002), hlm. 1-5.

Page 28: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

16

Berdasarkan sejumlah bahan pustaka di atas dapat dijelaskan bahwa

masyarakat Bali akan melawan simbol-simbol modernitas bila menyinggung nilai-

nilai luhur adat istiadat masyarakat di Kota Denpasar.

1.6 Metodologi Sejarah Yang Digunakan

Dalam penulisan peristiwa sejarah perlu digunakan metodologi untuk

menuntun suatu penelitian sejarah. Metotodologi menyangkut pendekatan yang

digunakan untuk mengetahui fenomena penelitian. Selanjutnya, di dalam Ilmu

Sejarah terdapat tiga pendekatan yaitu pertama pendekatan genetis, sejarah yang

menekankan pada kesinambungan dan perubahan. Kedua pendekatan paralelisme,

yaitu kesejajaran antara masa kini dengan masa lalu. Ketiga adalah pendekatan

sejarah perbandingan.33 Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dari sejarah sosial. Tema lain yang dapat digarap oleh sejarah sosial adalah

tentang pristiwa-pristiwa sejarah.34

Berdasarkan pemaparan di atas, dalam penelitian ini akan meneliti pristiwa

sejarah yaitu reklamasi Pantai Padang Galak dan Serangan. Selain itu digunakan

juga pendekatan sejarah perbandingan untuk membandingkan kedua pristiwa

sejarah di atas.

1.7 Kerangka Teoritis

Sebuah kajian historis bertujuan untuk merekontruksi masa lalu dengan

cara mengumpulkan, mengevaluasi, verifikasi serta mengumpulkan bukti-bukti

33 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, ), hlm.

40.

34 Ibid.

Page 29: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

17

untuk memperoleh fakta guna memperoleh simpulan yang kuat.35 Dalam

prakteknya diperlukan kajian secara mendalam untuk memperoleh fakta sejarah

yang kuat. Untuk memperoleh sebuah fakta sejarah tersebut diperlukan teori

untuk membantu peneliti dalam melakukan sebuah penelitian sejarah.

Teori ilmu-ilmu sosial yang dipergunakan untuk menkaji pemasalahan di

atas adalah teori konflik Dahrendorf sebagai berikut :

“Mode perilaku yang sama adalah karakteristik dari kelompok kepentingan

yang direkrut dari kelompok semu yang lebih besar. Kelompok kepentingan

adalah kelompok dalam pengertian sosiologi yang ketat; dan kelompok ini

adalah agen riil dari konflik kelompok. Kelompok ini mempunyai struktur,

bentuk organisasi, tujuan atau program dan anggota perorangan.”36

Berdasarkan teori konflik menurut Dahrendorf dapat dijelaskan bahwa

konflik yang terjadi antara masyarakat Bali khususunya kota Denpasar melawan

kebijakan pembangunan sarana pariwisata karena adanya kepentingan dari

investor ataupun dari masyarakat Bali sendiri. Mereka bergerak secara terstruktur

dan terorganisir untuk kepentingan mereka.

Konflik yang terjadi antara masyarakat Bali di Kota Denpasar dengan

investor membuat munculnya kelompok kepentingan yang mempunyai tujuan

masing-masing. Tujuan masyarakat yang ingin menjaga nilai luhur masyarakat

Bali sedangkan investor yang ingin menanamkan modalnya di Bali. Kedua

35 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV Rajawali,

1992), hlm. 16.

36 Geoge Ritzer & Duglas J.Goodman,Teori Sosiologi Modern,

(Jakarta:Kencana,2004), hlm.156.

Page 30: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

18

kelompok kepentingan ini mempunyai anggota dan struktur yang jelas untuk

mencapai tujuan tersebut.

1.8 Kerangka Konseptual

Pada dasarnya konsep merupakan unsur-unsur abstrak yang mewakili kelas-

kelas fenomena dalam satu bidang studi, dengan demikian konsep merupakan

penjabaran dari teori.37 Pernyataan ini dapat dipakai menjabarkan konsep-konsep

yang terkandung di dalam teori konflik Dahrendorf.

Modernitas biasanya dicirikan dengan tiga hal : dalam bidang budaya,

pengandalan pada penalaran dan pengalaman menyebabkan pertumbuhan ilmu

pengetahuan dan kesadaran ilmiah, sekularitas, dan rasionalitas instrumental;

kedua, sebagai modal kehidupan didasarkan pada pertumbuhan masyarakat

industri, mobilitas sosial, ekonomi pasar, kemelekan huruf, birokrasi, dan

kosolidasi negara-bangsa; ketiga ia membesarkan sebuah kosepsi bahwa manusia

adalah bebas, otonom, bisa mengendalikan diri, dan reflektif.38 Kelompok adalah

sebagai sekumpulan orang yang disatukan oleh suatu prinsip, dengan pola

rekrutmen, hak dan kewajiban tertentu.39

Perlawanan masyarakat Kota Denpasar adalah suatu tindakan protes atau rasa

tidak setuju baik menggunakan kontak fisik maupun non fisik oleh sekumpulan

37 Maria S.W Sumardjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian,

Sebuah Panduan Dasar, (Jakarta: PT. Gramedia Pustama Utama, 1996) , hlm. 20.

38 Ibid., hlm.671.

39 Ibid., hlm.421.

Page 31: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

19

orang yang terdiri dari berbagai kalangan dan tinggal di Kota Denpasar dan

memiliki hukum adat, norma-norma serta berbagai peraturan yang harus ditaati.

1.9 Metode Penelitian dan Sumber

Suatu proses meneliti, menguji dan menganalisa secara kritis dan teliti

rekaman-rekaman, bekas-bekas, jejak, bukti-bukti, kesaksian-kesaksian,

peninggalan-peninggalan umat manusia dimasa lampau. Selain itu juga meliputi

usaha sintesa/analisa/pemahaman, termasuk memasukan konsep-konsep dan teori

ilmu-ilmi sosial sehingga menjadi penulisan sejarah (historiografi).40

Pencarian sumber dalam penelitian ini dimulai dari wawancara dengan

beberapa informan yaitu bapak Kusuma Wardana yaitu tokoh masyarakat desa

kesiman, warga desa Kesiman I Made Sabah, warga Desa Serangan I Made Tara,

Wayan Patut dan beberapa informan lainnya. Langkah pencarian sumber yang

relevan mulai terbantu dengan didapatkannya kliping surat kabar dari Kantor Tri

Sadhana Putra (TSP) dan surat kabar. Dengan adanya sumber ini penulis sangat

terbantu dalam menyelesaikan penelitian ini. Selain menggunakan sumber dari

surat kabar sumber dari media internet dan dokumen juga dipergunakan untuk

membantu pencarian sumber.

Setelah mendapatkan sumber-sumber yang relevan penulis mengkritisi segala

sumber yang ada sehingga didapat sebuah rangkain fakta yang relevan.

Menganalisis fakta-fakta yang relevan menjadi pokok bahasan. Setelah sumber

sumber dikritisi dan dibagi berdasarkan relevansinya, menulis rangkaian sumber

40 Gede Suwitha, Metodologi Sejarah I, (Denpasar: Tanpa Penerbit, 2007),

hlm. 27.

Page 32: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id staf/pegawai perpustakaan, akademik, dan administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama ini;

20

relevan menjadi hal yang menarik. Peceritaan kasus perlawanan masyarakat Kota

Denpasar harus disusun secara kronologis dari masa lampau menuju masa

sekarang.

1.10 Sistematika Pembahasan

Di dalam sistematika pembahasan dalam proses penelitian di tahap awal,

khusunya pada BAB 1 merupakan pengantar yang bertujuan untuk menjelaskan

latar belakang masalah yang berisikan informasi reklamasi yang dilawan

masyarakat Hindu di Denpasar.

Selanjutnya, pada BAB II menggambarkan secara umum kondisi

masyarakat Hindu di Denpasar.

Selanjutnya di BAB III. menjelaskan proses perlawanan masyarakat

terhadap reklamasi di Denpasar akan dibahas dalam bab ini.

Pada pembahasan selanjutnya, di BAB IV menjelaskan faktor-faktor

penyebab masyarakat Hindu Bali di Denpasar melakukan perlawanan terhadap

reklamasi.

Pada pembahasan di BAB V menjelaskan implikasi perlawanan terhadap

reklamasi di Denpasar.

Pada Bab VI simpulan dan saran, yang berisikan komentar atau pendapat

atas jawaban pertanyaan penelitian studi ini.