kata pengantar - icmm advokasi | website · pdf filekami berharap penelitian ini dapat...

Download KATA PENGANTAR - ICMM Advokasi | Website · PDF fileKami berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk memajukan program keluarga berencana ... baik pada pria maupun wanita ... alat

If you can't read please download the document

Upload: trinhhanh

Post on 20-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan Riset Operasional Advokasi Keluarga Berencana untuk Meningkatkan Metode Ragam Kontrasepsi di Provinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat yang dilaksanakan dari Bulan April hingga Mei 2013. Laporan ini berisi hasil studi kualitatif di Kabupaten Tuban yang merupakan satu dari enam laporan studi kualitatif di tingkat kabupaten. Enam laporan tersebut berisi informasi terkait Keluarga Berencana di 3 kabupaten di Provinsi Jawa Timur yakni Kabupaten Kediri, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Tuban; serta 3 kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat yakni Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Timur, dan Kabupaten Sumbawa. Pengumpulan data dilaksanakan dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, hingga provinsi. Secara garis besar, informasi yang dikumpulkan adalah cakupan program Keluarga Berencana dan permasalahannya, manajemen program Keluarga Berencana, pendapat masyarakat terhadap Keluarga Berencana, serta pembelajaran yang diperoleh dari desa Metode Kontrasepsi Jangka Panjang tinggi dan rendah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar informasi upaya advokasi dan intervensi untuk meningkatkan ragam kontrasepsi di lokasi penelitian. Berlangsungnya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

    1. Susan Krenn, Direktur Johns Hopkins University Bloomberg School of Public Health Center for Communication Programs

    2. Duff Gillespie dari Bill & Melinda Gates Institute for Population and Reproductive Health 3. J. Douglas Strorey, Sarah V. Harland, Priya Emmart dan Jennifer Kreslake dari John

    Hopkins University Bloomberg School of Public Health Center for Communication Programs

    4. Fitri Putjuk, Eugenita Garot dan Anggita Florenita dari John Hopkins University Bloomberg School of Public Health Center for Communication Programs Indonesia Office

    5. Mayun Pudja, Dini Haryati dan Christiana Tri Desintawati dari Cipta Cara Padu Foundation

    6. Sabarinah Prasetyo (Direktur) dan seluruh staff Pusat Penelitian Kesehatan UI 7. Ruth Stella, Anwar Fachmy, Cahyowati, Halimatus Sadiyah, Menik Aryani, Rosmilawati,

    dari Universitas Mataram di Provinsi Nusa Tenggara Barat;sertaWindhu Purnomo, Irma Prasetyowati, Nimal Baroya, Annis Catur Adi, Riris Diana Rachmayanti, Nurul Fitriyah, dan Dini Ririn Andrias dari Universitas Airlangga sebagai mitra lokal di Provinsi Jawa Timur

    8. Serta semua informan yang bersedia berkontribusi dalam penelitian ini.

    Secara khusus, kami memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua peneliti yang terlibat, yakni Agus Dwi Setiawan, Christiana R. Titaley, Dadun, Dini Dachlia, Dwi Astuti Yunita Saputri, Ferdinand Siagian, Heru Suparno, dan Yudarini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Donal Husni, Hafizah, Vetty Yulianty, dan Ade W. Prastyani yang telah membantu proses akhir penyelesaian laporan ini. Kami berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk memajukan program keluarga berencana di Indonesia, khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Jawa Timur. Depok, 31 Maret 2014 Dr. dra. Rita Damayanti, MSPH Peneliti Utama

  • ii

    RINGKASAN EKSEKUTIF UNTUK KABUPATEN STUDI DI PROVINSI JAWA TIMUR

    1. Cakupan KB dan permasalahannya

    Pencapaian angka-angka terkait Keluarga Berencana (KB) di Provinsi Jawa Timur lebih tinggi dari rata-rata nasional. Sebagai contoh, peserta KB aktif pada tahun 2010 adalah 59,4%, sementara rata-rata untuk Indonesia 55,8%. Namun demikian, Total Fertility Rate (TFR) masih 2,3 sementara target Millenium Development Goals (MDGs) 2,1, demikian pula dengan unmet need yang masih berkisar pada 6,7% sementara targetnya adalah 5%. Permasalahan yang dihadapi adalah sulitnya menggeser penggunaan metode kontrasepsi jangka pendek (non-MKJP) menjadi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di masyarakat Jawa Timur.

    2. Non-MKJP versus MKJP

    Angka kepesertaan KB di Jawa Timur cenderung meningkat namun tidak diikuti dengan penurunan TFR. Hal ini menimbulkan pertanyaan pada para pemegang program KB. Data menunjukkan penggunaan kontrasepsi jenis non-MKJP jauh lebih tinggi dibandingkan MKJP karena masyarakat menggunakan KB untuk menjaga jarak anak dan bukan untuk membatasi anak. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap rendahnya cakupan MKJP adalah karakteristik masyarakat, aksesibilitas terkait letak geografis wilayah, jumlah, dan kinerja petugas/penyuluh KB, kondisi sosial ekonomi, kepercayaan masyarakat setempat, dan isu yang beredar. Namun demikian, semua kabupaten merasakan adanya peningkatan MKJP, terbukti dengan sering terjadinya kekurangan stok implan.

    Mengarahkan program momentum KB hanya untuk MKJP, dengan pelayanan yang tidak dilakukan di tempat-tempat darurat seperti pasar atau mobil pelayanan KB (kecuali untuk daerah terpencil). Hal ini untuk menjaga mutu serta mengurangi kesulitan dalam melacak dan menangani komplikasi.

    Rekomendasi:

    Meningkatkan jumlah stok implan. Meningkatkan kualitas pemasangan MKJP melalui pelatihan dan praktek pemasangan alat

    kontrasepsi MKJP seperti Intra Uterine Device (IUD) dan implan. Memperluas akses masyarakat terhadap MKJP melalui Bidan Praktek Swasta (BPS). Mempertegas kewenangan bidan dalam layanan pemasangan alat kontrasepsi MKJP.

    Khususnya alat kontrasepsi IUD dan implan karena adanya kesimpangsiuran interpretasi peraturan kewenangan bidan dalam melakukan pemasangan IUD dan implan.

    Meningkatkan promosi MKJP melalui strategi inovatif seperti melibatkan tokoh agama atau tokoh masyarakat, khususnya untuk menghadapi tantangan terkait rumor negatif tentang ketidaknyamanan saat pemasangan dan efek samping dari masing-masing alat kontrasepsi.

    3. Kebijakan dan alokasi anggaran

    Dukungan pemerintah kabupaten di Jawa Timur terhadap program KB cukup bervariasi namun relatif baik, misalnya Kabupaten Tuban yang berkomitmen untuk menyediakan alat kontrasepsi gratis bagi seluruh penduduknya. Alokasi anggaran KB juga cukup memadai dan program KB dimasukkan kedalam jaminan kesehatan daerah. Namun ada pula kabupaten yang membuat peraturan daerah tentang tarif jasa dan bahan habis pakai sehingga memberatkan masyarakat.

  • iii

    Meninjau ulang peraturan daerah yang menghambat keterjangkauan alat kontrasepsi KB bagi seluruh lapisan masyarakat, seperti di Kediri, tentang tentang tarif jasa, dan bahan habis pakai.

    Rekomendasi:

    Kebijakan desentralisasi menyebabkan ketidaksinambungan program dari pusat ke provinsi dan kabupaten. Program-program yang dicanangkan dari pusat sering kali tidak mendapatkan anggaran dari pemerintah tingkat kabupaten sehingga tidak dapat dilaksanakan. Untuk tingkat kabupaten/kota, telah dibentuk unit yang salah satu tugasnya menangani KB seperti Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB).

    Meningkatkan koordinasi antara tiga instansi di tingkat kabupen/kota, mengingat dengan adanya satu instansi lagi yang menangani KB, sehingga program KB dapat dilaksanakan di tingkat kabupaten/kota.

    Rekomendasi:

    4. Pengadaan dan distribusi alat kontrasepsi

    Pengadaan alat kontrasepsi dilakukan di tingkat pusat. Kewenangan provinsi dan kabupaten adalah hanya pada pendistribusiannya saja, walau pemerintah daerah kadang memiliki dana untuk melakukan pengadaan untuk menutupi kekurangan alat kontrasepsi dalam jumlah yang tidak banyak. Alat kontrasepsi dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) langsung didistribusikan melalui jalur BKKBN dan unit KB di tingkat kabupaten. Dari Unit KB kabupaten ada dua cara yang dapat digunakan. Pertama, Puskesmas diminta mendistribusikan alat kontrasepsi baik ke bidan didesa maupun BPS. Kedua, Unit Pelaksana Teknis (UPT) KB langsung mendistribusikan alat kontrasepsi ke Puskesmas, bidan di desa dan bidan klinik swasta. Dari kedua cara ini, Dinas Kesehatan tidak dilibatkan dimana hal ini menimbulkan rentang koordinasi yang lemah dengan petugas kesehatan yang melayani KB.

    Melibatkan pihak Dinas Kesehatan dalam pendistribusian alat kontrasepsi mulai dari tingkat provinsi hingga Puskesmas.

    Rekomendasi:

    5. Pelayanan KB dan biayanya

    Ada tiga tingkat pelayanan KB berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan. Tingkat pertama adalah Pondok Bersalin Desa(Polindes) yang hanya menyediakan pelayanan KB sederhana seperti pil dan suntik. Tingkat berikutnya adalah Puskesmas, dimana pada tempat ini pelayanan pemasangan IUD dapat dilakukan. Sementara Rumah Sakit dapat menyediakan pelayanan KB yang kompleks seperti sterilisasi baik pada pria maupun wanita. Sementara unit pelayanan dapat berada di bawah naungan pemerintah maupun non-pemerintah. Keterlibatan dan dukungan klinik non-pemerintah terhadap MKJP cukup baik sehingga dapat menjadi perpanjangan tangan pelayanan KB.

    Meningkatkan keterlibatan pihak swasta dalam pelayanan KB.

    Rekomendasi:

    Memperbaiki sistem pelaporan klinik swasta atau BPS. Melakukan pelatihan Contraceptive Technology Update(CTU) juga pada pihak pelayanan

    KB swasta sehingga dapat di update pula pengetahuannya dan ketrampilannya.

  • iv

    Kabupaten Tuban dan Lumajang sudah menerapkan KB gratis bagi seluruh penduduknya, bukan hanya untuk mereka yang miskin saja. Ada dua komponen biaya pelayanan dalam perhitungan pembiayaan: komponen biaya alat kontrasepsi dan bahan habis pakai, dan komponen biaya pelayanan. Untuk non-MKJP seperti pil, pasien hanya membayar biaya pendaftaran, sedangkan alat kontrasepsi sudah dibiayai oleh BKKBN namun tidak termasuk untuk obat jika ada efek samping. Untuk MKJP, pasien membayar biaya registrasi, konsultasi