kata pengantar - bpkp.go.id kinerja... · laporan kinerja perwakilan bpkp provinsi kalimantan barat...

97
Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | i KATA PENGANTAR Prinsip manajemen berbasis kinerja mengharuskan setiap instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya melalui Laporan Kinerja (LKj) instansi Pemerintah yang mencakup keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja. Hal ini juga merupakan wujud pemenuhan kewajiban Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat terhadap amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat telah menyelesaikan sejumlah progam dan kegiatan yang berkaitan dengan implementasi dari Revisi Perjanjian Kinerja Tahun 2016 yang merupakan masa transisi pelaksanaan Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2015-2019 yang memberikan arah dan fokus bagi pelaksanaan program dan kegiatan tersebut. LKj Instansi Pemerintah menyajikan perspektif keberhasilan dan kegagalan yang akan menjadi tantangan bagi Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat melalui peningkatan kinerja yang lebih baik, fokus dan terarah, pengembangan kompetensi SDM serta mengedepankan perspektif stakeholders, sehingga dapat menambah nilai manfaat hasil audit Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat dan sejalan dengan harapan dari stakeholders. Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat ini disusun berdasarkan data realisasi kinerja yang telah dikelola secara sistematis dengan menggunakan aplikasi New IPMS, aplikasi SIM-HP dan beberapa informasi lainnya yang diperoleh berdasarkan sistem pengumpulan data kinerja yang ada di Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat. Format dan substansi telah disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Upload: trandang

Post on 15-Apr-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | i

KATA PENGANTAR

Prinsip manajemen berbasis kinerja mengharuskan setiap instansi pemerintah untuk

mempertanggungjawabkan kinerjanya melalui Laporan Kinerja (LKj) instansi

Pemerintah yang mencakup keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan

yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi

organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja. Hal ini juga merupakan wujud

pemenuhan kewajiban Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat terhadap amanat

Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah.

Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat telah menyelesaikan sejumlah progam dan

kegiatan yang berkaitan dengan implementasi dari Revisi Perjanjian Kinerja Tahun 2016

yang merupakan masa transisi pelaksanaan Rencana Strategis Perwakilan BPKP

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2015-2019 yang memberikan arah dan fokus bagi

pelaksanaan program dan kegiatan tersebut.

LKj Instansi Pemerintah menyajikan perspektif keberhasilan dan kegagalan yang akan

menjadi tantangan bagi Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat melalui

peningkatan kinerja yang lebih baik, fokus dan terarah, pengembangan kompetensi SDM

serta mengedepankan perspektif stakeholders, sehingga dapat menambah nilai manfaat

hasil audit Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat dan sejalan dengan harapan dari

stakeholders.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat ini disusun berdasarkan

data realisasi kinerja yang telah dikelola secara sistematis dengan menggunakan

aplikasi New IPMS, aplikasi SIM-HP dan beberapa informasi lainnya yang diperoleh

berdasarkan sistem pengumpulan data kinerja yang ada di Perwakilan BPKP Provinsi

Kalimantan Barat. Format dan substansi telah disesuaikan dengan Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014

tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | ii

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ iii

RINGKASAN EKSEKUTIF...................................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1

A. Tugas, Fungsi dan Wewenang Organisasi ....................................................................................... 1

B. Aspek Strategis Organisasi ............................................................................................................. 5

C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi ....................................................................................... 6

D. Struktur Organisasi ........................................................................................................................ 7

E. Sistematika Penyajian .................................................................................................................... 9

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ........................................................................... 11

A. Rencana Strategis 2015 -2019 ..................................................................................................... 11

1. Pernyataan Visi ........................................................................................................................ 11

2. Pernyataan Misi ....................................................................................................................... 19

3. Tujuan ..................................................................................................................................... 25

4. Sasaran Strategis ..................................................................................................................... 26

5. Indikator Kinerja Utama ........................................................................................................... 26

B. Perjanjian Kinerja 2016 ................................................................................................................ 32

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ........................................................................................................... 34

A. Capaian Kinerja Organisasi .......................................................................................................... 34

Sasaran Program 1 “Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara/Korporasi” ...................................................................................................................... 38

1. Perbaikan Tatakelola, Manajemen Risiko, dan Pengendalian Intern, Pengelolaan Program Nasional....................................................................................................................................38

2. Persentase Tindak Lanjut Rekomendasi Tata Kelola, Manajemen Risiko dan Pengendalian Intern Pengelolaan Korporasi..................................................................................................41

3. Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada Aparat Penegak Hukum....................43

Sasaran Program 2 “Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP Pemda” .......................................... 46

1. Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi Level 3.............................................................................46

2. Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3)..............................................................46

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | iv

Sasaran Program 3 “Meningkatnya Kualitas Penerapan SPI Korporasi” ........................................ 51

Sasaran Program 4 “Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemda” ................................ 58

1. Persentase APIP Pemerintah Provinsi Level 2...........................................................................58

2. Persentase APIP Pemerintah Kabupaten/Kota yang berada Level 2.........................................59

3. Persentase APIP Pemerintah Kabupaten/Kota yang berada Level 1.........................................60

Sasaran Program 5 “Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya” ..... 63

1. Persentase Jumlah Rencana Penugasan Pengawasan yang Terealisasi...................................64

2. Persentase Tindak Lanjut Hasil Pengawasan............................................................................66

3. Tingkat Kepuasan Stakesholder atas Pelayanan Perwakilan BPKP...........................................69

4. Persepsi Kepuasan Pegawai Perwakilan Terhadap Layanan Kepegawaian.............................69

5. Persepsi Kepuasan Pegawai Perwakilan atas Pencairan Anggaran yang Diajukan Sesuai Prosedur….................................................................................................................................73

6. Persepsi Kepuasan Pegawai Perwakilan Terhadap Layanan Umum Perkantoran.................................................................................................................................77

B. Realisasi Anggaran............................................................................................................................ 79

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................... 82

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | v

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Kinerja (Lkj) Instansi Pemerintah merupakan bentuk akuntabilitas dari

pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah

atas penggunaan anggarannya. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan

laporan kinerja adalah pengukuran dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure)

secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 merupakan

Laporan Kinerja tahun kedua periode Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan

Barat 2015-2019 (masa transisi), yang hanya menyajikan capaian kinerja sasaran

program yang merupakan outcome dari target output yang telah ditetapkan di dalam

dokumen Perjanjian Kinerja dan revisi RKA/KL Tahun 2016.

A. Capaian Kinerja organisasi

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat ini disusun

berdasarkan data realisasi kinerja yang telah dikelola secara sistematis dengan

menggunakan Sistem Aplikasi New IPMS dan Aplikasi SIM-HP. Format Laporan

Kinerja disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis

Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja

Instansi Pemerintah.

Capaian kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat diukur dengan

merata-ratakan pencapaian keberhasilan Program yang diwakili oleh masing-

masing indikator yang telah ditetapkan dalam Renstra dan Revisi Perjanjian

Kinerja tahun 2016 yang dititikberatkan pada indikator outcome dari kegiatan di

dalam masing-masing program yang dilaksanakan tahun 2016.

Berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2016 yang telah direvisi dengan adanya

revisi RKA/KL berisikan 15 indikator kinerja utama (IKU) dari 4 Sasaran Program

Pengawasan dan 6 IKU dari 1 Sasaran Program Layanan Dukungan Manajemen

yang harus dicapai oleh 5 koordinator pengawasan serta 1 pejabat eselon III.

Capaian kinerja rata-rata yang dilaksanakan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | vi

Barat pada tahun 2016 adalah sebesar 84,67%. Capaian kinerja Perwakilan BPKP

Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :

No Uraian Indikator Kinerja Utama Program Satuan Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Perbaikan tatakelola, manajemen risiko, dan

pengendalian intern pengelolaan program nasional % 45,00 44,12 98,04

2 Persentase tindak lanjut rekomendasi tata kelola,

manajemen risiko dan pengendalian intern

pengelolaan korporasi

% 100,00 100,00 100,00

3 Penyerahan hasil pengawasan keinvestigasian

kepada aparat penegak hukum % 90,00 100,00 111,00

4. Maturitas SPIP Pemerintah Propinsi (level 3) % 100,00 0,00 0,00

5 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/kota (level

3) % 14,29 0,00 0,00

6 Persentase BUMN/anak perusahaan dengan skor

GCG baik % 100,00 100,00 100,00

7 Persentase BUMN/anak perusahaan yang kinerjanya

berpredikat minimal A (baik) % 100,00 100,00 100,00

8 Persentase BUMD yang kinerjanya minimal

berpredikat baik dari BUMD yang dibina % 20,00 26,67 133,33

9 Presentase BLUD yang kinerjanya minimal baik dari

BLUD yang dibina % 25,00 25,00 100,00

10 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) % 0,00 0,00 0,00

11 Kapabilitas APIP Pemerintah

Kabupaten/Kota(Level 3) % 0,00 0,00 0,00

12 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2) % 100,00 100,00 100,00

13 Kapabilitas APIP Pemerintah

Kabupaten/Kota(Level 2) % 28,57 28,57 100,00

14 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1) % 0,00 0,00 0,00

15 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota

(Level 1) % 71,43 71,43 100,00

16 Persentase jumlah rencana penugasan pengawasan

yang terealisasi % 100,00 100,00 100,00

17 Persentase Tindak Lanjut Hasil Pengawasan % 90,00 90,00 100,00

18 Tingkat Kepuasan Stakesholder atas Pelayanan

Perwakilan BPKP

Skala

Likert 7,00 7,21 103,00

19 Persepsi kepuasan pegawai perwakilan terhadap

layanan kepegawaian

Skala

Likert 7,80 7,22 92,56

20 Persepsi kepuasan pegawai perwakilan atas Skala 7,60 8,13 106,97

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | vii

Dari capaian kinerja program-program tersebut terdapat IKU pada sasaran

program “Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP Pemda” yang memiliki capaian

sebesar 0%. Tidak terealisasinya indikator pada sasaran program tersebut

disebabkan kondisi sebagai berikut :

a. Pemerintah Daerah telah melaksanakan pengendalian intern, namun tidak

terdokumentasi dengan baik dan pelaksanaannya sangat tergantung pada

individu dan belum melibatkan semua unit organisasi. Efektivitas

pengendalian belum dievaluasi sehingga banyak terjadi kelemahan yang

belum ditangani secara memadai. Rendahnya kapasitas dan kapabilitas

aparatur serta kurangnya komitmen juga ikut berkontribusi terhadap

rendahnya maturitas SPIP.

b. Kurangnya komitmen pimpinan daerah maupun pimpinan SKPD akan arti dan

pentingnya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang dapat diandalkan

untuk menjamin tercapainya tujuan organisasi dan sebagai sistem peringatan

dini yang efektif.

B. Upaya dalam Rangka Peningkatan Kinerja

Capaian sasaran kinerja program-program tahun 2016 belum merupakan capaian

optimal dan memerlukan perbaikan kinerja di masa yang akan datang dengan

meningkatkan upaya-upaya kegiatan assurance dan consultancy. Selain itu perlu

juga diambil langkah-langkah perbaikan penugasan pengawasan yang disesuaikan

dengan mandat terbaru sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014

tentang BPKP sehingga dapat menjawab tantangan yang dibebankan kepada

Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat dengan melaksanakan upaya-upaya

konkrit sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas Perencanaan Pengawasan dengan Pendekatan “BPKP

Sentris”, penetapan skala prioritas/strategi fokus, terukur dan jelas tahapannya,

pencairan anggaran yang diajukan sesuai prosedur Likert

21 Persepsi kepuasan pegawai perwakilan terhadap

layanan umum perkantoran

Skala

Likert 7,60 7,33 96,45

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | viii

komprehensif, berkesinambungan sehingga terwujud keselarasan tujuan

organisasi

2. Peningkatan opini BPK atas laporan Keuangan Pemerintah Daerah, opini

BUMN/BUMD serta opini wajar atas laporan dukungan PHLN dengan

melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Penguatan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Pemerintah

Daerah di Provinsi Kalimantan Barat.

b. Pendampingan penyusunan laporan keuangan dan pendampingan reviu

laporan keuangan Pemda bersama Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota.

c. Pendampingan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D).

d. Peningkatan kapasitas SDM pada Pemerintah Daerah.

e. Pembenahan sistem dan tata kelola, sistem akuntansi, manajemen aset,

asistensi penyusunan laporan keuangan maupun Good Corporate

Governance (GCG).

f. Kegiatan audit, evaluasi, dan reviu diarahkan kepada kesesuaian

penyelenggaraan risk management, control, dan governance process dengan

kualitas yang digariskan dengan kebijakan manajemen, standar, atau norma

yang diberlakukan untuk praktik yang sehat.

3. Pengawasan pelaksanaan Program Prioritas NAWACITA lebih diarahkan kepada

pencapaian target kinerja NAWACITA khususnya di Provinsi Kalimantan Barat,

dan untuk pengembangan kawasan perbatasan akan dilakukan monitoring dan

evaluasi lanjutan untuk memastikan semua program prioritas pemerintah pusat

dapat berjalan dengan baik sebagai upaya tindak lanjut evaluasi yang

dilaksanakan tahun 2016.

4. Peningkatan tata kepemerintahan yang baik dan bersih (good public

governance) dengan melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Mendorong Pemerintah Daerah untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat dengan mengoptimalkan capaian kinerja penyelenggaraan

Pemerintah Daerah.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | ix

b. Mendorong seluruh BUMN/BUMD dan BLUD yang ada di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat untuk menerapkan kriteria GCG dengan pembinaan pada

BUMN/BUMD serta BLUD melalui kegiatan evaluasi/pengembangan sistem

pengelolaan dan bimtek/konsultasi/sosialisasi/asistensi/pendampingan

penerapan GCG.

5. Mewujudkan iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan

pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat, dengan melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Pre-emptive dan Preventive pada implementasi Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) serta sistem pencegahan KKN (Fraud Control Plan) di

semua SKPD di wilayah Provinsi Kalimantan Barat.

b. Peningkatan komunikasi dengan instansi penegak hukum terkait dengan

permintaan audit investigasi maupun PKKN.

c. Melakukan sosialisasi tentang produk-produk Perwakilan BPKP Provinsi

Kalimantan Barat yang dapat dimanfaatkan stakeholders sesuai dengan

mandat yang ada, diantaranya dengan produk SIMDA, ekskalasi harga, FCP,

GCG, SIA BLUD, SIA PDAM, Billing System PDAM serta aplikasi SIM-HP.

d. Memfasilitasi peningkatan maturitas SPIP Pemerintah Daerah/Korporasi

sebagai wujud pengujian pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 60

Tahun 2008 pada seluruh Pemerintah Daerah di Provinsi Kalimantan Barat.

6. Peningkatan kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional

dan kompeten melalui kegiatan penyempurnaan tata kelola APIP, sehingga

seluruh Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat dapat ditingkatkan level kapabilitasnya.

7. Peningkatan kompetensi SDM Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

melalui PPM, workshop dan diklat.

8. Peningkatan efektivitas internal quality assurance melalui FGD hasil

pengawasan.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tugas, Fungsi dan Wewenang Organisasi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mengamanahkan BPKP untuk melakukan

(a) pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan negara dalam kegiatan yang

bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan

penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan kegiatan

berdasarkan penugasan oleh presiden, serta (b) pembinaan penyelenggaraan

SPIP. Sesuai dengan kondisi umum penyelenggaraan pemerintahan, sejauh ini,

pelaksanaan tugas BPKP terfokus pada akuntabilitas pelaporan keuangan baik

dari sudut pengawasan intern maupun dalam pembinaan SPIP untuk

peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

Selain itu, mandat baru yang diemban BPKP berdasarkan Peraturan Presiden

Nomor 192 Tahun 2014, BPKP mempunyai tugas menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah dan

pembangunan nasional. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPKP

menyelenggarakan dua fungsi utama yaitu fungsi pengarahan dan

pengoordinasian pengawasan intern dan fungsi pengawasan intern. Fungsi

pertama meliputi (a) fungsi perumusan kebijakan nasional pengawasan intern

terhadap akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional

meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum

negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum

Negara, dan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden dan (b) fungsi

pengoordinasian dan sinergi penyelenggaraan pengawasan intern terhadap

akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional bersama-

sama dengan aparat pengawasan intern pemerintah lainnya.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 2

Fungsi kedua berupa pengawasan intern yang terdiri dari: (a) pelaksanaan audit,

reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya terhadap

perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban akuntabilitas penerimaan

negara/daerah dan akuntabilitas pengeluaran keuangan negara/daerah serta

pembangunan nasional dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian

keuangannya dibiayai oleh anggaran negara/daerah dan/atau subsidi termasuk

badan usaha dan badan lainnya yang di dalamnya terdapat kepentingan

keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah

Daerah, serta akuntabilitas pembiayaan keuangan negara/daerah; (b)

pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan aset

negara/daerah; (c) pemberian konsultansi terkait dengan manajemen risiko,

pengendalian intern, dan tata kelola terhadap instansi/badan usaha/badan

lainnya dan program/kebijakan pemerintah yang strategis; (d) pengawasan

terhadap perencanaan dan pelaksanaan program dan/atau kegiatan yang dapat

menghambat kelancaran pembangunan, audit atas penyesuaian harga, audit

klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi

merugikan keuangan negara/daerah, audit perhitungan kerugian keuangan

negara/daerah, pemberian keterangan ahli dan upaya pencegahan korupsi; (e)

pelaksanaan reviu atas laporan keuangan dan laporan kinerja pemerintah pusat;

dan (f) pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan, dan konsultansi penyelenggaraan

sistem pengendalian intern kepada instansi pemerintah pusat, pemerintah

daerah, dan badan lainnya.

Sementara itu, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat sebagai bagian

integral dari BPKP tertuang dalam Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-

06.00.00.286/K/2001 tanggal 20 Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan sebagaimana

telah diubah dengan Perubahan Ketujuh Keputusan Kepala BPKP Nomor 11

Tahun 2013 tanggal 18 Februari 2013 mempunyai tugas pokok:

“Melaksanakan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan serta

Penyelenggaraan Akuntabilitas di Daerah Sesuai dengan Peraturan

Perundang-undangan yang Berlaku”.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 3

Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, fungsi Perwakilan BPKP adalah:

1. Penyiapan rencana dan program kerja pengawasan.

2. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara

dan pengurusan barang milik/kekayaan negara.

3. Pengawasan terhadap pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

dan pengurusan barang milik/kekayaan pemerintah daerah atas permintaan

daerah.

4. Pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas pemerintah yang bersifat

strategis dan/atau lintas Kementerian/Lembaga/Pemda.

5. Pemberian asistensi penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah Pusat dan Daerah.

6. Evaluasi atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pusat dan

Daerah.

7. Pemeriksaan terhadap badan usaha milik negara, pertamina, cabang usaha

pertamina, kontraktor bagi hasil, dan kontrak kerja sama, badan-badan lain

yang didalamnya terdapat kepentingan Pemerintah, pinjaman/bantuan luar

negeri yang diterima pemerintah pusat, dan badan usaha milik daerah atas

permintaan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

8. Evaluasi terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance dan laporan

akuntabilitas kinerja pada badan usaha milik negara, pertamina, cabang usaha

pertamina, kontrak bagi hasil, kontrak kerja sama, badan-badan lain yang di

dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

9. Investigasi terhadap indikasi penyimpangan yang merugikan negara, badan

usaha milik negara, dan badan-badan lain yang di dalamnya terdapat

kepentingan pemerintah, pemeriksaan terhadap hambatan kelancaran

pembangunan, dan pemberian bantuan pemeriksaan pada instansi penyidik

dan instansi pemerintah lainnya.

10. Pelaksanaan analisis dan penyusunan laporan hasil pengawasan serta

pengendalian mutu pengawasan.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 4

11. Pelaksanaan administrasi Perwakilan BPKP.

Sebagai bagian yang integral dari BPKP, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan

Barat sepenuhnya mendukung BPKP dalam menjalankan tugas pemerintahan di

bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Fungsi pengawasan BPKP tersebut, jika dikaitkan dengan fungsi Perwakilan BPKP

pada pasal 3 keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-286/K/2001, PP

60/2008, dan peran auditor internal, maka peran Perwakilan BPKP Provinsi

Kalimantan Barat adalah sebagai berikut:

1. Quality assurer bagi pengawalan RPJMD dalam konteks RPJMN.

2. Mitra kerja eksekutif dalam memperbaiki efektivitas manajemen risiko dan tata

kelola (governance) melalui pembangunan sistem pengendalian intern yang

efektif.

3. Promotor bagi pewujudan sinergi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dan

peningkatan kapasitas APIP.

Penyelenggaraan peran di atas, menekankan efektivitas dan efisiensi sebagai dasar

pencapaian tujuan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat. Untuk itu, disusun

strategi dalam model Balanced Scorecard (BSC) yang memuat rumusan dan

jaringan kinerja yang hendak dicapai. Model tersebut dilandasi oleh pemahaman

dan pengembangan tentang peningkatan modal SDM (kompetensi), perbaikan

modal organisasi (iklim kerja dan manajerial) dan peningkatan modal informasi.

Melalui proses internal akan terwujud kegiatan pengawasan yang berbasis risiko,

terbangunnya pola kemitraan yang efektif dengan stakeholders, serta terpenuhinya

kepatuhan terhadap kebijakan dan aturan.

Stakeholders Perwakilan BPKP terdiri dari stakeholders internal, serta eksternal

yaitu Pemerintah Daerah (Gubernur dan Bupati/Walikota), masyarakat

(beneficiaries), pelaksana kebijakan (Pemda, Instansi Vertikal, BUMN/D,

Universitas Negeri), komunitas profesi, BPK-RI Perwakilan, DPRD, dan para mitra

kerja (Inspektorat, Polri, Kejaksaan, dan KPK).

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 5

Pada perspektif stakeholders, kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh

Perwakilan BPKP harus menghasilkan laporan/dokumen yang bermanfaat dan

tepat waktu bagi stakeholders dan mendorong terwujudnya tata kelola

kepemerintahan yang baik.

B. Aspek Strategis Organisasi

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi pengawalan pencapaian target rencana

jangka menengah pemerintah, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat telah

menyusun Rencana Strategis (Renstra) 2015–2019 yang memuat visi, misi,

tujuan, program, dan kegiatan yang dilakukan dalam tahun 2016 – tahun2019

berikut target output dan outcome yang akan dicapai.

Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat periode 2015–2019 telah

diselaraskan dengan restrukturisasi program yang dilakukan oleh Bappenas dan

adanya mandat baru BPKP seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP)

Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

dan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP.

Mandat baru yang diemban BPKP adalah sebagai auditor Presiden yang memiliki

tugas melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara

dan sebagai pembina SPIP untuk seluruh instansi pemerintah. Peran pembina

SPIP terkait erat dengan peran pengawasan intern, karena dengan penguatan

SPIP maka pengendalian pelaksanaan kegiatan pemerintahan menjadi semakin

terjaga dari penyimpangan dan penyalahgunaan.

Mandat baru tersebut ditindaklanjuti dengan reposisi dan revitalisasi BPKP

melalui paradigma baru sebagai Auditor Presiden dengan menunjukkan kinerja

BPKP yang nyata dalam membantu pemerintah menyelesaikan permasalahan-

permasalahan yang dihadapi. Strategi penguatan (reposisi) BPKP ke depan

adalah:

Product Differences

Kekuatan BPKP tergantung pada kualitas produk yang dihasilkan. Kualitas

produk BPKP harus bersifat strategis, makro, nasional (lintas sektoral) yang

merupakan jiwa pasal 49 PP Nomor 60 Tahun 2008. Tugas BPKP bersifat

spesifik yaitu melakukan pengawasan atas pengelolaan keuangan negara

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 6

oleh para pengguna anggaran agar tercapai tujuan akuntabilitas Presiden

yang menjalankan amanah rakyat.

Market Differences

Agar produk BPKP menjadi bernilai, maka harus dikenali market BPKP. BPKP

memiliki pasar pengawasan yang jelas, yaitu Presiden sebagai stakeholders

utama dan stakeholders birokrasi yang lain yang terdiri dari legislatif,

yudikatif, organisasi pendidikan dan organisasi profesi. Banyak pihak yang

sudah terbantu oleh kinerja BPKP dan membutuhkan BPKP.

Methodology Differences

Dengan new BPKP perlu terus dikembangkan metodologi pengawasan yang

spesifik dan membawa manfaat misalnya program evaluations, policy

analysis, forensic audit, performance audit, dan internal control review.

C. Kegiatan dan Layanan Produk Organi sasi

BPKP melaksanakan kegiatan-kegiatan pengawasan sebagai berikut:

Pre-emptif

Kegiatan pre-emptif bertujuan agar auditan menyiapkan infrastruktur yang

diperlukan untuk pengembangan good governance, pelayanan publik, dan

pemberantasan KKN. Sasaran kegiatan ini adalah berkurangnya penyakit

birokrasi yang bersifat laten.

Preventif

Kelompok kegiatan preventif mencakup kegiatan konsultansi manajemen

untuk memecahkan permasalahan kesisteman yang mempengaruhi

penciptaan peringatan dini (early warning system) atas proses governance,

manajemen risiko, dan pencegahan KKN, berdasarkan pola kemitraan

dengan unsur-unsur manajemen pemerintah. Sasarannya adalah

meminimalisasi peluang terjadinya moral hazard di birokrasi.

Represif

Kelompok kegiatan represif berupa audit investigatif untuk menjustifikasi

perhitungan kerugian negara atas kasus-kasus dengan atau tidak

ditemukannya indikasi melawan hukum/tindak pidana korupsi. Sasarannya

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 7

adalah terungkap dan terselesaikannya kasus penyimpangan dan perbuatan

melawan hukum.

Tiga strategi tersebut kemudian diefektifkan pada dua peran yaitu assurance dan

consultancy. Peran assurance selanjutnya dispesifikkan lagi menjadi quality

assurance.

Peran assurance dilakukan melalui kegiatan audit, evaluasi, dan reviu. Peran ini

meminta para auditor intern untuk memberikan pendapatnya tentang

kesesuaian penyelenggaraan risk management, control, dan governance process

dengan kualitas yang digariskan dengan kebijakan manajemen, standar, atau

norma yang diberlakukan untuk praktik dimaksud.

Consulting dilakukan dengan sosialisasi, asistensi/bimbingan teknis,

pengembangan sistem. Pada peran consulting BPKP mempunyai keunggulan

untuk meningkatkan tata kelola pemerintahan. Hal ini tercermin dari

kepercayaan instansi-instansi pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah

dan BUMN/D menggunakan produk dan jasa BPKP dalam rangka membenahi

sistem dan tata kelolanya, antara lain sistem akuntansi, asistensi penyusunan

laporan keuangan maupun Good Corporate Governance (GCG).

Peran BPKP tersebut kemudian dipertegas dengan terbitnya dua Instruksi

Presiden (Inpres), yaitu Inpres Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan

Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Fungsi Pengawasan Intern

dalam rangka mewujudkan Kesejahteraan Rakyat dan Inpres Nomor 7 Tahun

2016 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2016. Kedua

inpres tersebut sangat strategis dalam mengukuhkan peran dan partisipasi BPKP

untuk meningkatkan kualitas, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

pembangunan nasional dan pelaksanaan APBN/APBD guna mempercepat

peningkatan kesejahteraan rakyat melalui penyelenggaraan Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah (SPIP) sekaligus pencegahan dan pemberantasan KKN.

D. Struktur Organisasi

Sesuai dengan Peraturan Kepala BPKP Nomor 1 Tahun 2016 tentang Koordinator

Pengawasan, maka struktur organisasi Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan

Barat terdiri dari Kepala Perwakilan, 1 Kepala Bagian, 5 (lima) Koordinator

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 8

Pengawasan, dan Kelompok Jabatan Fungsional. Tugas masing-masing

bagian/korwas adalah sebagai berikut :

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan

program pengawasan, urusan kepegawaian, keuangan, persuratan, urusan dalam,

perlengkapan, rumah tangga, pengelolaan perpustakaan, dan pelaporan hasil

pengawasan.

Koordinator Pengawasan Instansi Pemerintah Pusat mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan rencana, program, pelaksanaan pengawasan instansi

pemerintah pusat, dan pinjaman/bantuan luar negeri yang diterima pemerintah

pusat serta pengawasan penyelenggaraan akuntabilitas instansi pemerintah

pusat dan evaluasi hasil pengawasan.

Koordinator Pengawasan Akuntabilitas Pemerintah Daerah mempunyai

tugas melaksanakan penyusunan rencana, program, dan pengawasan instansi

pemerintah daerah atas permintaan daerah serta pelaksanaan pengawasan

penyelenggaraan akuntabilitas, dan evaluasi hasil pengawasan.

Koordinator Pengawasan Akuntan Negara mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan rencana, program, dan pelaksanaan pemeriksaan serta evaluasi

pelaksanaan Good Corporate Governance dan laporan akuntabilitas kinerja badan

usaha milik negara, pertamina, cabang usaha pertamina, kontraktor bagi hasil,

dan kontrak kerja sama, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat

kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah atas permintaan daerah

serta evaluasi hasil pengawasan.

Koordinator Pengawasan Investigasi mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan rencana, program, dan pelaksanaan pemeriksaan terhadap indikasi

penyimpangan yang merugikan negara, badan usaha milik negara, dan badan-

badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, pemeriksaan

terhadap hambatan kelancaran pembangunan dan pemberian bantuan

pemeriksaan pada instansi penyidik dan instansi pemerintah lainnya.

Koordinator Pengawasan P3A mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

rencana, program, dan pelaksanaan pemeriksaan terhadap indikasi

penyimpangan yang merugikan negara, badan usaha milik negara, dan badan-

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 9

badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, pemeriksaan

terhadap hambatan kelancaran pembangunan dan pemberian bantuan

pemeriksaan pada instansi penyidik dan instansi pemerintah lainnya.

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai

dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Gambar 1

Struktur Organisasi Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

E. Sistematika Penyajian

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016

melaporkan pencapaian kinerja selama tahun 2016. Capaian kinerja 2016

diukur dan dinilai berdasarkan Perjanjian Kinerja (Perkin) 2016 sebagai tolok

ukur keberhasilan tahunan organisasi. Perkin merupakan penjabaran Renstra

BPKP 2015–2019. Berikut sistematika Laporan Kinerja Perwakilan BPKP

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 10

Gambar 2

Sistematika Penyajian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Thun 2015

AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III

PENUTUP

BAB IV

PENDAHULUAN BAB I

RENCANA STRATEGIS 2015-2019

PERJANJIAN KINERJA 2016

BAB II

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 11

BAB II

PERENCANAAN DAN

PERJANJIAN KINERJA

A. Rencana Strategis 2015 -2019

1. Pernyataan Visi

Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat merupakan unit kerja eselon II BPKP

dimana dalam menyusun rencana strategis selalu mengacu kepada Rencana

Strategis BPKP 2015-2019. Penyusunan rencana strategis dilaksanakan secara

sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan

kendala yang ada atau yang mungkin timbul.

Perubahan paradigma, dari paradigma lama yaitu BPKP yang hanya sekedar

watchdog menuju ke paradigma baru, yaitu menjadi Auditor Presiden yang

mampu memberikan pengawalan terhadap target-target pembangunan nasional

yang tertuang dalam RPJMN/D dan RKP/RKPD, tidak terlepas dari pengaruh

pelaksanaan otonomi daerah yang diikuti dengan pemberian kewenangan

pengawasan kepada daerah yang bersangkutan.

Selain itu, terbitnya PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) dan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP

memberikan mandat baru kepada BPKP menjadi Pembina SPIP bagi seluruh

Instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah. Tanggung jawab sebagai Pembina

SPIP merupakan tantangan yang harus dijawab oleh Perwakilan BPKP Provinsi

Kalimantan Barat. Untuk mencapai hal tersebut, Perwakilan BPKP Provinsi

Kalimantan Barat menetapkan Visi:

“Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional di

Wilayah Provinsi Kalimantan Barat”

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 12

Pernyataan visi ini sekaligus mengartikan bahwa visi BPKP ini telah konsisten

dengan visi Presiden yang telah berwujud menjadi visi pembangunan nasional.

Sebagai gambaran yang diimpikan tahun 2019 atau setelahnya, visi Perwakilan

BPKP Provinsi Kalimantan Barat diharapkan menjadi acuan bagi setiap pegawai

BPKP di semua tingkatan untuk melaksanakan tugasnya. Terdapat beberapa kata

kunci yang perlu diberi makna secara khusus agar dapat membangun persepsi

yang sama di antara insan pegawai di lingkungan BPKP.

a. Auditor Internal Pemerintah RI

Terdapat dua kata kunci dalam frase auditor internal pemerintah RI yaitu

audit intern dan auditor pemerintah RI.

1) Audit Intern

Terdapat dua sifat aktifitas peran BPKP dalam melaksanakan pengawasan

intern yaitu sebagai pemberi jasa assurance dan pemberi jasa consultancy.

Melihat pendekatannya, pengawasan intern dimaksud menuntut jasa

assurance dan consultancy yang diperoleh dengan pendekatan yang

sistematis dan metodologis untuk mengevaluasi dan meningkatkan

efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance. Lebih

spesifik lagi, untuk program atau kebijakan pembangunan nasional,

pengawasan intern BPKP menuntut penerapan pendekatan evaluasi (riset

sosial) untuk menghasilkan rekomendasi perbaikan atas ketiga hal tersebut.

2) Auditor Pemerintah RI

Auditor pemerintah RI mengacu kepada posisi BPKP sebagai aparat

pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada

Presiden sebagai pemegang kekuasaan Pemerintah RI dalam bingkai

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai Auditor Pemerintah RI, BPKP

merupakan mata dan telinga Presiden yang difungsikan untuk melihat dan

mendengar secara langsung fakta lapangan dan memberikan respon berupa

informasi assurance melalui suatu sistem pengawasan, dalam hal ini sistem

informasi akuntabilitas.

Dalam posisi sebagai Auditor Presiden, BPKP mengemban amanah dan

tanggung jawab yang besar karena dituntut mampu mendeteksi berbagai

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 13

potensi ataupun simtom-simtom kelemahan maupun penyimpangan di

bidang keuangan negara. Dalam konteks tersebut, BPKP harus konsekuen

untuk meyakini bahwa alasan keberadaannya terutama bukan hanya untuk

melaksanakan fungsi atestasi terhadap asersi manajemen, tetapi juga

menekankan upaya perbaikan manajemen risiko, sistem pengendalian dan

proses governance.

Visi BPKP sebagai Auditor Internal Pemerintah RI merupakan visi yang

strategis dalam rangka meningkatkan prinsip independensi, baik in fact

maupun in appearance terhadap semua instansi di bawah Presiden yaitu

kementerian, lembaga dan pemerintah daerah dan korporasi. Dengan

demikian, informasi yang dihasilkan dari proses/kegiatan pengawasan oleh

BPKP diharapkan bersifat obyektif, tidak bias dan tidak diintervensi oleh

pihak-pihak lain yang menciderai penegakan prinsip independensi.

b. Auditor Berkelas Dunia

Terdapat tiga aspek yang menunjukkan kualitas BPKP sebagai auditor internal

berkelas dunia yaitu aspek SDM, aspek organisasi dan aspek produk.

1) Profesionalisme Sumber Daya Manusia

Sumber daya Manusia (SDM) BPKP wajib menerapkan due professional care

dalam setiap pelaksanaan penugasan pengawasan dan wajib memenuhi

persyaratan minimal. Kedua persyaratan tersebut biasanya ditetapkan

dalam standar pengawasan yang berlaku bagi BPKP sebagai organisasi

profesi.

SDM BPKP yang memiliki kompetensi bidang pengawasan, diarahkan

menjadi personel yang lebih memiliki kompetensi sesuai tujuan dan

sasaran strategis BPKP. Kompetensi yang memungkinkan kemahiran

profesional dalam pelaksanaan pengawasan intern, berdasarkan standard

operating procedure (SOP) yang berlaku dan memperhatikan standar audit

dari AAIPI atau IIA, dengan quality assurance berjenjang untuk memastikan

kualitas proses pelaksanaan pengawasan. Pemilihan obyek pengawasan

dilakukan sejak perencanaan stratejik sampai dengan perencanaan tahunan

dengan memperhatikan risiko (risk based planning). Demikian juga,

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 14

pelaksanaan pengawasannya tetap memperhatikan risiko pengawasan (risk

based audit) untuk melindungi timbulnya gugatan pihak ketiga.

2) Kewenangan dan Kapabilitas Organisasi

Kewenangan BPKP dalam pengawasan program lintas di kementerian,

lembaga dan pemerintah daerah diwujudkan dalam pemberian kualitas

yang independen dan obyektif atas pengendalian intern yang diterapkan

dalam sertifikasi profesi pengawasan. Setiap auditor BPKP memiliki

keahlian dan kapasitas yang memadai dalam melakukan koordinasi dan

kerjasama tim, paham atas budaya organisasi serta sistem dan proses yang

berlaku di BPKP. Di samping itu, BPKP selalu mengusahakan peningkatan

kompetensi dalam berbagai bidang terkait sehingga meningkatkan

kemampuan dalam mengidentifikasi masalah dan solusinya serta

memahami perubahan peraturan terkait dan standar baru di bidang

pengawasan.

Pengelolaan sumber daya manusia BPKP telah direncanakan untuk

memenuhi kebutuhan pengawasan dalam mencapai pengelolaan risiko,

proses governance yang efektif dan efisien serta tercapainya tujuan dan

sasaran. Laporan yang disampaikan kepada Menteri, Kepala Lembaga atau

Kepala Daerah yang bertanggung jawab langsung terhadap keberhasilan

program, diarahkan agar dapat memenuhi harapan Presiden sebagai Kepala

Pemerintahan RI terkait dengan kebijakan stratejik yang perlu diperbaiki

dari pelaksanaan program pembangunan nasional. Pelaksanaan peran

pengawasan intern tersebut telah dinyatakan dalam audit charter yang

telah mendefinisikan kewenangan, ruang lingkup dan tanggung jawab

BPKP. Pelaksanaan peran tersebut telah disetujui Presiden sebagaimana

tertuang dalam berbagai peraturan yang mendukung peran BPKP serta

menjadi landasan dan pedoman pelaksanaan peran pengawasan intern.

Untuk meningkatkan dan memperbaiki proses pengawasan selalu

dilakukan reviu dan melakukan pembelajaran dari proses pengawasan yang

berlangsung di negara-negara lain (best practices benchmarking) melalui

studi literatur maupun studi ke organisasi internal audit negara yang

bersangkutan. Dengan perbaikan yang terus-menerus tersebut, diharapkan

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 15

BPKP dapat menjadi pembina yang lebih kompeten bagi aparat pengawasan

pemerintah lainnya.

Kapabilitas pengelolaan organisasi dan profesional pengawasan BPKP

diarahkan pada kerangka penilaian Internal Audit Capability Model (IA-

CM)dengan target minimal kapabilitas pada level 3 pada tahun 2019,

dengan karakteristik sebagai berikut:

1) Peran dan jasa pengawasan BPKP saat ini berupa jasa assurance &

consulting diarahkan menuju kepada peran sebagai penggerak

perubahan (Service and Role of Internal Audit Element).

2) Pengelolaan SDM BPKP diarahkan untuk membangun pegawai yang

profesional, meningkatkan koordinasi serta meningkatkan kompetensi

dan kerjasama tim (People Management Element).

3) Pengawasan intern BPKP dalam rencana strategi pengawasan berfokus

pada kebutuhan shareholder dan stakeholder dengan memperhatikan

fokus prioritas dan risiko. Memperbaiki metodologi pengawasan

berdasarkan perbaikan proses internal maupun praktek-praktek

terbaik pengawasan (Professional Practices Element).

4) Mengembangkan manajemen kinerja pengawasan baik organisasi

maupun individu, melalui SIM HP dan SIM Monev Pengawasan untuk

kepentingan manajemen hasil pengawasan maupun untuk manajemen

sumber daya pengawasan (Performance Management and

Accountability Element).

5) Sinergitas dengan aparat pengawasan intern pemerintah lainnya dalam

melakukan pengawasan lintas sektor dan menjadi mitra pemerintah

dalam tindak lanjut perbaikan manajemen hasil pemeriksaan BPK RI.

Sementara itu, hasil pengawasan BPKP berupa rekomendasi kepada

Presiden, pimpinan K/L/P (kementerian/lembaga/pemprov/pemkab/

pemkot) dalam rangka mewujudkan hubungan yang harmonis dan

efektif dengan mitra kerja (Organizational Relationship and Culture

Element).

6) Dalam kedudukannya sebagai auditor Presiden, BPKP aktif untuk

melakukan pengawasan dalam rangka meningkatkan pengendalian

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 16

intern dalam memitigasi risiko, meningkatkan kepatuhan dan

mendorong tercapainya tujuan organisasi (Governance Structure

Element).

Pengembangan kapabilitas dan kapasitas pengawasan intern BPKP

senantiasa dilakukan dengan penerapan sistem pengendalian intern

pemerintah, untuk memberi keyakinan bahwa tujuan BPKP dapat tercapai.

Penerapan sistem pengendalian intern diarahkan pada penyelenggaraan

yang efektif dengan kerangka penilaian kematangan implementasi SPIP.

Maturitas penyelenggaraan SPIP ditargetkan berada padal level 3, dengan

karakteristik bahwa BPKP telah menetapkan kebijakan dan prosedur

pengendalian untuk semua kegiatan pokok BPKP, sebagai media

pengendalian (control design). Kebijakan dan prosedur atas kegiatan

pengelolaan keuangan dan atas beberapa kegiatan operasional telah mulai

dilaksanakan dan didokumentasikan secara konsisten.

3) Leverage Rekomendasi Hasil Pengawasan

Dari sudut perannya, hasil pengawasan internal BPKP dapat berupa

informasi assurance dan/atau consultancy. Informasi assurance

memberikan jaminan kepada Presiden dan pembantunya bahwa tata kelola

pemerintahan atas seluruh program-program prioritas pembangunan telah

dijalankan sesuai dengan standar, aturan, kebijakan atau instrumen

operasional manajemen risiko dan governance lainnya. Informasi

consultancy berwujud rekomendasi tentang perbaikan manajemen risiko,

aktivitas pengendalian dan proses governance dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan program pembangunan. Kualitas informasi assurance

dan rekomendasi strategis tersebut harus sedemikian rupa sehingga

mempunyai daya ungkit (leverage) yang cukup signifikan dalam

meningkatkan kinerja pemerintahan dan program pembangunan.

c. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional

Terdapat dua ruang lingkup utama terkait dengan akuntabilitas pengelolaan

keuangan dan pembangunan. Pertama, terkait dengan fungsi manajemen

lingkup pengawasan intern yang meliputi perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Kedua, terkait dengan

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 17

lingkup APBN, pengawasan intern akan meliputi fungsi penerimaan, program

prioritas nasional dan kebijakan fiskal. Pengawasan BPKP dilakukan untuk

merespon permasalahan yang mengemuka pada pembangunan nasional yang

menjadi perhatian Presiden atau masyarakat luas. Uraian lebih rinci dapat

dilihat di tujuan dan sasaran strategis.

Peran penting BPKP sebagai auditor internal pemerintah RI yang selalu hadir

dalam membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif dan

terpercaya tersebut dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut:

1) Auditor Internal Pemerintah RI yang Selalu Hadir

Selalu hadir mempunyai makna suatu tindakan proaktif yang sudah sampai

pada tataran sebuah kebiasaan untuk berada pada suatu tempat, setiap saat

dibutuhkan oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam pemahaman ini, selalu

hadir diartikan sebagai keberadaan BPKP sebagai auditor internal

pemerintah selalu ada atau hadir untuk memberikan jawaban kepada

masyarakat dan pemerintah di bidang pengawasan pembangunan dan

pembangunan pengawasan.

Kehadiran fungsi pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan tersebut;

baik program lintas sektoral maupun program yang masuk dalam kategori

current issue mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada

pelaporan akuntabilitasnya diharapkan menghasilkan informasi hasil

pengawasan yang sifatnya strategis sebagai masukan penting bagi Presiden

dan Wakil Presiden, beserta kabinetnya. Kehadiran fungsi pengawasan

internal yang dilakukan oleh BPKP pada akhirnya diharapkan dapat

memberikan nilai tambah atau added value yang mempunyai makna

mendorong pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan.

2) Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih

Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih didefinisikan sebagai

membangun suatu kondisi pemerintahan yang para penyelenggaranya

menjaga diri dari perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan

tools pengawasan berupa sosialiasi, bimbingan teknis, diklat, audit, evaluasi,

verifikasi dan pemantauan. Terkait dengan Agenda Pembangunan Nasional,

fungsi pengawasan internal BPKP dilakukan melalui tindakan represif

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 18

untuk preventif, membantu Aparat Penegak Hukum dalam memberantas

Tindak Pidana Korupsi (TPK).

Untuk membangun sebuah tata kelola pemerintahan yang bersih, BPKP

dapat memfasilitasi dan mendorong kementerian/lembaga/pemprov/

pemkab/pemkot dengan cara membangun SPIP serta mendorong

peningkatan level maturitas SPIP pada setiap kementerian/lembaga/

pemda. Hal penting lainnya yang harus dilakukan adalah SPIP juga harus

diterapkan pada Program Lintas. Di samping itu, tindakan lain yang dapat

dilakukan adalah mendorong dan memfasilitasi APIP untuk meningkatkan

kapabilitas pengawasan intern masing-masing APIP. Jika beberapa upaya

penting di atas dapat terlaksana dengan baik maka tata kelola

pemerintahan di Indonesia akan semakin baik.

3) Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif

Membangun tata kelola pemerintahan yang efektif didefinisikan sebagai

upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan hasil

pelaksanaan pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran

pembangunan serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat luas.

Terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam bentuk penyediaan

barang/jasa dalam jumlah yang memadai dan berkualitas merupakan salah

satu indikator pemerintahan yang efektif.

Kehadiran fungsi pengawasan internal yang dilakukan oleh BPKP

hendaknya dapat memastikan bahwa program dan kegiatan pembangunan

nasional dapat menghasilkan output yang tepat secara jumlah dan kualitas

yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam kondisi demikian, pengawasan

internal sejak tahap perencanaan menjadi sangat penting dilakukan oleh

BPKP. Upaya ini dilakukan untuk menghindari terjadinya missing link

antara kebutuhan masyarakat dengan barang/jasa yang tersedia. Di

samping itu, pengawasan internal oleh BPKP dilakukan untuk memastikan

efektivitas pelaksanaan program tersebut.

d. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Terpercaya

Membangun tata kelola pemerintahan yang terpercaya didefinisikan sebagai

upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memulihkan

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 19

kepercayaan publik pada instansi pemerintah. Praktek birokrasi selama ini

dirasakan oleh sebagian masyarakat sebagai profil yang lambat dalam

memberikan pelayanan, berbelit dan berbudaya koruptif. Pemerintah pun

berupaya keras melakukan perbaikan agar kesan negatif tersebut tidak terus-

menerus menguat yang pada akhirnya menurunkan kepercayaan masyarakat

terhadap pemerintah.

Kehadiran fungsi pengawasan internal yang dilakukan oleh BPKP diharapkan

dapat mengurangi perilaku koruptif para penyelenggara pemerintahan dan

mendorong aparatur pemerintah untuk memberikan pelayanan prima kepada

masyarakat.

2. Pernyataan Misi

Dalam rangka mencapai visi, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

menetapkan 3 (tiga) misi, yaitu:

a. Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung

Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif di

Wilayah Provinsi Kalimantan Barat

Misi ini mengandung dua hal yaitu tugas dan fungsi BPKP serta manfaat BPKP.

Tugas dimaksud adalah “Pengawasan intern terhadap akuntabilitas

pengelolaan keuangan dan pembangunan” dan manfaatnya yaitu “mendukung

tata kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih dan efektif, yang

tercermin dari :

1) Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan

Pembangunan

a) Akuntabilitas

Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan

Pembangunan dalam misi ini akan bermuara pada pemberian informasi

assurance dan rekomendasi atas penyelenggaraan akuntabilitas

pengelolaan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional. Prinsip

dari akuntabilitas adalah kesiapan pemerintah untuk merespon

pertanyaan (scrutiny) masyarakat dan stakeholder lainnya tentang

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 20

pelaksanaan mandat dan penggunaan sumber daya yang diamanatkan

kepada penyelenggara pemerintahan.

Untuk kesiapan ini, dan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 192

Tahun 2014, serta peraturan perundang-undangan lainnya tentang fungsi

pengawasan, BPKP menjadi mitra kerja K/L/P melalui jasa assurance, jasa

consultancy. Jasa assurance mencakup pemberian informasi kepada

Presiden tentang capaian pelaksanaan tugas dari para mitra kerja BPKP

tersebut. Sedangkan jasa consultancy berwujud rekomendasi yang

mempunyai daya ungkit dalam peningkatan kinerja K/L/P sebagai mitra

kerja BPKP. Perwujudan peran pengawasan intern tersebut sekurang-

kurangnya harus memberikan keyakinan yang memadai melalui informasi

assurance atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian

tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah dan sasaran

pembangunan nasional.

Jasa assurance dan consultancy dihasilkan melalui pelaksanaan kegiatan

assurance dan konsultansi. Kegiatan dimaksud dapat mengacu kepada PP

60 Tahun 2008, Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 dan Instruksi

Presiden Nomor 9 tahun 2014. PP 60/2008 memberi batasan pengawasan

intern sebagai seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan,

dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi

organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa

kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah

ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam

mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

b) Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan

Sebagai auditor internal yang bertanggung jawab kepada Presiden, BPKP

melaksanakan fungsi pengawasan intern terhadap akuntabilitas

pengelolaan keuangan dan pembangunan. Dalam periode sebelumnya

fokus pengawasannya banyak diarahkan pada aspek pengelolaan

keuangan antara lain meliputi : pelaporan keuangan, kebijakan fiskal,

kebijakan alokasi atau transfer daerah, maka pada periode 2015 2019,

sesuai misi ini, sasaran program pengawasan intern BPKP termasuk

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 21

mengawal dan mendorong bagaimana program pembangunan nasional

dapat mencapai tujuannya dengan efektif dan efisien.

c) Pengelolaan Keuangan Negara dan Daerah

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan mengikuti

kerangka APBN. Dalam hal pengelolaan keuangan, pengawasan intern

BPKP akan berupaya meningkatkan kualitas akuntabilitas Presiden

sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan tertinggi di bidang keuangan

dan atau Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

Dalam hal pengawasan intern atas kualitas pelaporan, BPKP mendorong

mitra kerjanya untuk memenuhi persyaratan minimal kualitas laporan

keuangan yang direpresentasikan oleh opini WTP dari audit BPK atas

laporan keuangan K/L/P. Kegiatan pengawasan intern ini akan diarahkan

bagi K/L/P yang laporan keuangannya belum mendapatkan opini WTP

dari BPK.

Pengawasan intern atas kualitas kebijakan fiskal diarahkan baik kepada

penerimaan negara dan belanja negara termasuk kebijakan yang

diterapkan untuk mengalokasikan belanja negara dan kebijakan

pembiayaan. Dalam kaitan ini pengawasan intern diarahkan untuk

menghasilkan rekomendasi perbaikan kebijakan Kebendaharaan Umum

Negara baik dari substansi formulasi maupun implementasi kebijakan

pengelolaan keuangan negara/daerah termasuk korporasinya. Kegiatan

pengawasan atas pengelolaan keuangan negara/daerah ini akan

mencakup antara lain kebijakan: (a) Pengawasan terhadap Peningkatan

Penerimaan Negara/Daerah untuk meningkatkan ruang fiskal, (b)

Kebijakan Alokasi Anggaran (transfer) daerah, (c) Perencanaan dan

Pelaksanaan Pemanfaatan Aset dan Kekayaan Negara/Daerah, (d)

Pengelolaan Hutang, (e) Pengelolaan Subsidi, dan (f) Pengelolaan

Korporasi.

d) Pengelolaan Pembangunan Nasional

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 22

Terkait dengan pembangunan nasional, pengawasan intern dilakukan

secara menyeluruh mengikuti tahapan pengelolaan keuangan negara,

namun terfokus pada implementasi strategi pembangunan nasional.

Strategi pembangunan nasional membedakan tiga dimensi pembangunan,

yaitu: (1) dimensi pembangunan manusia yang sifatnya wajib, (2) dimensi

pembangunan sektor unggulan yang sifatnya prioritas; dan (3) dimensi

pemerataan dan kewilayahan.

Dengan kebijakan ini, pengawasan nasional pemerintah diarahkan untuk

melakukan pengawasan keuangan negara, keuangan daerah dan

pembangunan nasional secara komprehensif, sinergis dan integratif. BPKP

bersama APIP terkait mengawal pencapaian sasaran pembangunan lintas

sektor dalam RPJMN, APIP mengawal pencapaian sasaran pembangunan

terkait K/L/P-nya masing-masing, sedangkan BPKP meningkatkan

kapabilitas pengawasan intern APIP.

Fokus pengawasan pada sasaran pembangunan nasional harus konsisten

dan sejalan dengan amanah pengawasan yang ditugaskan kepada BPKP

yaitu program atau kegiatan yang bersifat lintas sektor. Dengan

melakukan pengawasan intern terfokus pada pembangunan nasional dan

yang menjadi prioritas dan perhatian pemerintah, BPKP berkontribusi

pada pencapaian tujuan pemerintah dan pembangunan yaitu peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Tiga Strategi Pembangunan Nasional, Sembilan Agenda Prioritas

(Nawacita) dan Enam Sasaran Pokok Pembangunan merupakan sarana

untuk mewujudkan tujuan pemerintah. Dalam program ini terdapat dua

atau lebih K/L/P yang bertanggung jawab mengelola keuangan untuk

pembangunan nasional. Masing-masing dibebankan tanggung jawab untuk

menyukseskan tujuan pembangunan nasional. Tanggung jawab ini

mengikuti struktur dan birokrasi K/L/P sesuai dengan kewenangan

masing-masing. Pelaksanaan kewenangan ini sering menghambat

sinergisitas yang pada akhirnya menghambat pencapaian tujuan semula.

Kehadiran peran pengawasan intern yang berkualitas dari BPKP

diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi untuk peningkatan kinerja

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 23

program pembangunan pusat, daerah dan korporasi, termasuk

rekomendasi perbaikan untuk mengatasi hambatan kelancaran

pembangunan.

2) Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan

Pembangunan

Pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan

pembangunan diselenggarakan untuk mendukung tata kelola pemerintah

yang bersih dan efektif, termasuk tata kelola korporasi. Pengawasan

intern BPKP diarahkan untuk memastikan bahwa governance process

dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan telah berjalan

secara partisipatif, akuntabel, transparan dan efektif. Di samping itu,

terdapat struktur organisasi dan mekanisme yang melibatkan stakeholder

kunci dalam menetapkan dan mengawasi (oversee) tujuan pemerintah dan

pembangunan termasuk korporasi.

Masyarakat juga diberi akses yang cukup terhadap informasi anggaran

dan target pemerintahan dan pembangunan serta laporan

pertanggungjawaban yang memungkinkan mereka mengetahui sejauh

mana tujuan pemerintahan dan pembangunan tercapai. Dengan kerangka

transparansi tersebut, para penyelenggara menyiapkan diri untuk

menjelaskan capaian targetnya dan menjelaskan jika terjadi kegagalan,

alasan kegagalan pengelolaan keuangan dan pembangunan atau

menjelaskan ukuran pencapaian efektivitas pencapaian tujuan dimaksud.

Dengan menjaga partisipasi masyarakat, transparansi dan akuntabilitas

tersebut diharapkan tercipta tata kelola pemerintahan dan korporasi yang

bersih dan efektif.

b. Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang

Efektif di Wilayah Provinsi Kalimantan Barat

Untuk menjamin pelaksanaan seluruh program dan kegiatan adalah dalam

rangka mencapai tujuan suatu organisasi, termasuk organisasi pemerintahan

dan pembangunan, dibutuhkan suatu sistem pengendalian intern yang dapat

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 24

memberi keyakinan memadai bahwa kegiatan berjalan efektif dan efisien,

diikuti dengan pelaporan keuangan yang handal, penanganan aset yang aman

dan taat terhadap peraturan perundang-undangan. Berdasarkan PP 60 Tahun

2008, sistem yang dimaksud adalah SPIP. Sesuai dengan PP tersebut, BPKP

diberikan mandat untuk melakukan pembinaan penyelenggaraan SPIP.

Pada periode 2015 – 2019, pembinaan penyelenggaraan SPIP diarahkan untuk

meningkatkan maturitas SPIP seluruh tingkat tatanan pemerintahan bahkan

hingga tingkat program (prioritas) pembangunan nasional. Penyelenggaraan

SPIP K/L/P memang bukan tanggung jawab BPKP, tetapi tanggung jawab

masing-masing K/L/P. BPKP sebagai pembina penyelenggaraan SPIP maka

seluruh insan pengawasan di BPKP diarahkan untuk meningkatkan kualitas

pembinaan dari sekedar pelaksanaan tugas penyusunan pedoman dan

pelatihan SPIP, menjadi pengawal implementasi seluruh elemen SPIP di

seluruh kegiatan utama dan tindakan manajemen pemerintah. Hal tersebut

dilakukan dengan membudayakan pengenalan dan pengendalian risiko oleh

semua personel dan pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan utamanya yang

dituangkan dalam kebijakan dan prosedur pelaksanaan kegiatan (SOP).

Pengkomunikasian dan evaluasi reguler terhadap konsistensi kebijakan dan

pelaksanaan kegiatan sesuai SOP diharapkan menyadarkan personel dan

pimpinan akan pencapaian tujuan pemerintahan dan pembangunan, yang

pada akhirnya akan meningkatkan kematangan implementasi SPIP secara

keseluruhan.

Dengan demikian, misi pembinaan penyelenggaraan SPIP ini terkait langsung

dengan Misi 1 yaitu pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan

keuangan dan pembangunan guna mewujudkan tata kelola pemerintahan dan

korporasi yang bersih dan efektif. Akan tetapi, terdapat perbedaan

karakteristik antara keduanya. Misi 1 menyangkut penggunaan sumber daya

pengawasan untuk penyelenggaraan fungsi pengawasan keuangan dan

pembangunan (pengawasan fungsional), sedangkan misi 2 menyangkut

penggunaan sumber daya pengawasan untuk membangun sistem pengawasan

itu sendiri, dalam hal ini Sistem Pengendalian Intern. Sistem pengendalian

intern, dalam sejarahnya adalah bentuk lanjutan dari pengawasan melekat.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 25

c. Mengembangkan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang

Profesional dan Kompeten di Wilayah Provinsi Kalimantan Barat

Salah satu unsur penting SPIP, yaitu Lingkungan Pengendalian, mewajibkan

setiap pimpinan instansi pemerintah untuk membentuk dan memelihara

lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif

untuk menerapkan budaya pengendalian di lingkungan organisasinya. Upaya

pembentukan budaya kendali ini antara lain diselenggarakan melalui

perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) yang efektif.

Untuk mewujudkan peran APIP sebagai aparat pengawasan intern diperlukan

kapabilitas untuk menjalankan tugas dan fungsinya.

Melanjutkan pembinaan yang telah dilaksanakan pada periode sebelumnya,

tugas dan fungsi pengembangan kapabilitas pengawasan intern tersebut,

sesuai dengan PP 60 Tahun 2008, difokuskan pada peningkatan kapabilitas

APIP. Kapabilitas APIP diarahkan untuk peningkatan kapasitas organisasi APIP

maupun peningkatan kompetensi auditornya. Peningkatan kapabilitas APIP

diarahkan pada peningkatan enam elemen kapabilitas APIP yaitu (a) peran

APIP dalam organisasi; (b) pola pengembangan auditor APIP; (c) praktek

profesionalisme pengawasan intern; (d) eksistensi manajemen kinerja dan

akuntabilitas; (e) kualitas hubungan Inspektur dengan pimpinan/atasan dan

pimpinan satuan kerja lainnya; dan (f) struktur tata kelola APIP termasuk

kualitas independensi APIP.

3. Tujuan

Dalam menyelenggarakan misinya, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

menetapkan tiga tujuan, yaitu kondisi yang ingin dicapai dalam periode 2015- 2019

yaitu:

1) Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan

Nasional yang Bersih dan Efektif;

2) Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah; dan

3) Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan

Kompeten.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 26

4. Sasaran Strategis

Terdapat 3 Sasaran strategis yang dilaksanakan guna mendukung tercapainya

tujuan yang telah ditetapkan yaitu :

1) Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan

Nasional di Wilayah Kalimantan Barat

2) Meningkatnya Maturitas SPIP Daerah Level 3

3) Meningkatnya Efektivitas SPI Korporasi

4) Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah pada Kementerian,

Lembaga dan Pemerintah Daerah serta Korporasi di Wilayah Kalimantan Barat”.

5. Indikator Kinerja Utama

a. Indikator Kinerja Tujuan

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi, yang

akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima

tahun. Tujuan dan indikator pengukurannya adalah sebagai berikut :

No Uraian Tujuan Indikator Kinerja Tujuan

Uraian Target 2019 1 Peningkatan Kualitas

Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan dan Pembangunan Nasional yang Bersih dan Efektif di Wilayah Provinsi

Kalimantan Barat

Minimal 73% Laporan Keuangan pemerintah

daerah di Provinsi

Kalimantan Barat memperoleh opini WTP

11 dari 15 Pemda

50% BUMD yang didampingi

penyelenggaraan akuntansinya mendapat

opini WTP

50% dari seluruh BUMD yang didampingi

penyelenggaraan akuntansinya mendapat

opini WTP

80% Pemerintah Daerah di Provinsi

kalimantan Barat

menerapkan prinsip

Kepemerintahan Good

Public Governance

12 dari 15 Pemda Kinerja

Penyelenggaraan

Pemerintah kategori

sangat tinggi

100% BUMN/BUMD di Provinsi Kalimantan

Seluruh BUMN/BUMD yang dibina memenuhi

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 27

No Uraian Tujuan Indikator Kinerja Tujuan

Uraian Target 2019 Barat memenuhi kriteria Good Corporate

Governance (GCG)

kriteria GCG

95% permintaan

bantuan dari Instansi Penegak Hukum dalam penanganan kasus

korupsi dapat ditindaklanjuti.

95% dari seluruh

permintaan APH

2 Peningkatan Efektivitas

Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah di Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat

Level Maturitas SPIP Pemda

3 dari skala 5

3 Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem

Pengendalian Intern Korporasi di Wilayah Provinsi Kalimantan

Barat

Efektivitas SPI Korporasi

3 dari skala 5

3 Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern

Pemerintah yang Profesional

dan Kompeten di Wilayah Kalimantan Barat

Level APIP Pemda 85% APIP berada di level 3

b. Indikator Kinerja Sasaran

Terdapat tiga sasaran strategis sebagai indikator pencapaian tujuan BPKP.

Pencapaian sasaran strategis ini merupakan cermin dari dampak yang

ditimbulkan dari pemanfaatan atau capaian outcome program yang

diselenggarakan. Untuk mengetahui dan dapat menilai keberhasilan atau

kegagalan pencapaian sasaran strategis ditetapkan target sasaran strategis

sebagai kondisi nyata pada tahun 2019 untuk empat sasaran strategis BPKP

yaitu :

No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Sasaran

Uraian Target 2019

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 28

No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Sasaran

Uraian Target 2019 1 Peningkatan Kualitas

Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan dan Pembangunan

Nasional yang Bersih dan

Efektif di Wilayah Provinsi Kalimantan Barat

Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan

3 dari skala 5

Persentase Tindak Lanjut rekomendasi

hasil pengawasan

90%

2 Meningkatnya Maturitas SPIP

pada Pemerintah Daerah Level Maturitas SPIP K/L/Pemda

75% Pemda level 3 maturitas SPIP

3 Meningkatnya Efektivitas SPI Korporasi

Efektivitas SPI

Korporasi

75% Korporasi level 3

maturitas SPI Korporasi

4 Meningkatnya Kapabilitas

Pengawas Intern K/L/Pemda Level APIP Pemda 85% Pemda kapabilitas

APIP level 3

6. Program dan Kegiatan Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan

Barat

Program BPKP merupakan penjabaran dari kebijakan sesuai dengan visi dan misi

BPKP yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi BPKP dan berisikan

kegiatan untuk mencapai hasil pengawasan dengan indikator kinerja yang terukur.

Kegiatan-kegiatan ini sekaligus penjabaran tugas dan fungsi BPKP untuk

mewujudkan sasaran strategis yang telah ditetapkan sebelumnya. Program BPKP

tersebut terdiri dari:

1) Program pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembangunan

nasional serta pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern

pemerintah (Program 06);

2) Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Perwakilan

BPKP (Program 01).

Program 01 bersifat generik antar K/L yaitu, Program Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPKP. Program ini ditujukan untuk memastikan

terciptanya kondisi yang diperlukan dalam melaksanakan tugas teknis pengawasan

oleh kedeputian teknis. Baik program teknis pengawasan (Program 06) maupun

program dukungan (Program 01) akan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan-

kegiatan oleh unit kerja atau satuan kerja di lingkungan BPKP.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 29

No Uraian Kegiatan Indikator Kinerja Program

Uraian Target 2019 1 Program pengawasan

intern akuntabilitas

keuangan negara dan

pembangunan nasional

serta pembinaan penyelenggaraan sistem

pengendalian intern

pemerintah

Perbaikan pengelolaan program prioritas nasional dan

pengelolaan

keuangan Negara

90%

Meningkatnya maturitas SPIP K/L/P

100%

Persentase Tindak Lanjut Rekomendasi Perbaikan SPI

Korporasi

95%

Peningkatan Kapabilitas APIP level 3 IA-CM

85%

2 Program dukungan

manajemen dan pelaksanaan tugas teknis

lainnya

Persentase jumlah rencana penugasan

pengawasan yang terealisasi

100%

Persentase Tindak

Lanjut Hasil Pengawasan (saldo

TPB)

95%

Persepsi kepuasan pegawai perwakilan terhadap layanan

kepegawaian

8,0 skala Likert

Persepsi kepuasan pegawai perwakilan

atas pencairan

anggaran yang diajukan sesuai prosedur

8,0 skala Likert

Persepsi kepuasan

pegawai perwakilan terhadap layanan

sarpras

8,0 skala Likert

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 30

Target kinerja sasaran kegiatan per indikator kinerja disajikan sebagai berikut :

Sasaran Kegiatan Indikator

Kinerja Output Satuan

Target

2015

Target

2016

Target

2017

Target

2018

Target

2019

1 Tersedianya

informasi hasil

pengawasan dalam

mencapai

perbaikan tata

kelola, perbaikan

sistem

pengendalian

intern pengelolaan

keuangan

negara/daerah dan

peningkatan

kapabilitas APIP

Rekomendasi

Hasil

Pengawasan

BPKP

Rek 122 125 155 156 156

Rekomendasi

Hasil

Pengawasan

BPKP

Nawacita

Rek - 30 35 40 45

Rekomendasi

Hasil

Pengawasan

Regional

Bidang

Otonomi

Daerah

Rek - 4 4 5 5

Rekomendasi

Perbaikan

Penyelenggara

an SPIP

Rek 2 34 34 35 35

Rekomendasi

Pembinaan

Kapabilitas

APIP

Rek 2 - 3 3 3

2 Tersedianya

dukungan

manajemen dan

pelaksanaan tugas

teknis lainnya

dalam mencapai

kepuasan layanan

Laporan

Dukungan

Manajemen

Perwakilan

BPKP

Lap 60 80 80 80 80

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 31

Sasaran Kegiatan Indikator

Kinerja Output Satuan

Target

2015

Target

2016

Target

2017

Target

2018

Target

2019

3 Termanfaatkannya

aset secara

optimal dalam

mencapai

kepuasan layanan

pegawai

Tersedianya

sarana dan

prasarana

BPKP

Unit

M2

43

1.846

-

746

35

800

36

800

40

800

Kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan 2 program tersebut di atas sebanyak 14

kegiatan pengawasan (program 06) dan 3 kegiatan dukungan manajemen dan

pelaksanaan tugas teknis lainnya Perwakilan BPKP (program 01), yang terdiri

dari:

1. Rekomendasi Hasil Pengawasan Instansi Pemerintah Pusat Perwakilan BPKP

2. Rekomendasi Hasil Pengawasan Akuntabilitas Pemerintah Daerah Perwakilan

BPKP

3. Rekomendasi Hasil Pengawasan Akuntan Negara Perwakilan BPKP

4. Rekomendasi Hasil Pengawasan Investigasi Perwakilan BPKP

5. Rekomendasi Hasil Pengawasan Nawacita Instansi Pemerintah Pusat

Perwakilan BPKP

6. Rekomendasi Hasil Pengawasan Nawacita Akuntabilitas Pemerintah Daerah

Perwakilan BPKP

7. Rekomendasi Hasil Pengawasan Nawacita Akuntan Negara Perwakilan BPKP

8. Rekomendasi Hasil Pengawasan Nawacita Investigasi Perwakilan BPKP

9. Rekomendasi Hasil Pengawasan Regional Bidang Otonomi Daerah Nawacita

10. Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPIP Pemerintah Daerah

11. Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPI Korporasi

12. Pembinaan administrasi dan pengelolaan perlengkapan serta pembeyaran

gaji/tunjangan;

13. Fasilitasi Dukungan Manajemen Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat;

14. Pengadaan dan Penyaluran Sarana dan Prasarana BPKP.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 32

B. Perjanjian Kinerja 2016

Penetapan indikator kinerja pada tingkat program dan kegiatan merupakan prasyarat

bagi pengukuran kinerja. Kriteria pengukuran yang dipakai adalah target kinerja yang

ditetapkan. Target kinerja menunjukkan komitmen dari pimpinan dan seluruh anggota

organisasi untuk mencapai hasil yang diinginkan dari setiap program dan kegiatan

yang dilakukan.

Indikator kinerja kegiatan terdiri atas indikator input dan output. Indikator kinerja

program diukur dengan indikator hasil (outcome) yang pada umumnya dikaitkan

dengan capaian outcome kegiatan yang dianggap sebagai penggerak kinerja utama atau

mempunyai kontribusi terbesar untuk pencapaian program.

Indikator kinerja input terdiri atas besarnya dana yang digunakan dan pemakaian

Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihitung dengan penggunaan Orang Hari (OH).

Indikator kinerja output berupa hasil yang diperoleh setelah kegiatan selesai

dilaksanakan, antara lain jumlah rekomendasi, jumlah laporan, dan jumlah aset.

Indikator kinerja outcome merupakan hasil atau manfaat dari output.

Sesuai dengan Perjajanjian Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat tahun

2016 dapat diuraikan indikator kinerja yaitu sebagai berikut :

Target Indikator Kinerja Kegitan tahun 2016

Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Target

1. Tersedianya informasi

hasil pengawasan dalam

mencapai perbaikan

tatakelola, perbaikan

system pengendalian

intern pengelolaan

keuangan Negara/daerah,

dan peningkatan

kapabilitas APIP

Rekomendasi Hasil Pengawasan 125

Rekomendasi Hasil Pengawasan Nawacita 30

Rekomendasi Pengawasan Regional Bidang

Otonomi Daerah

4

Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan

SPIP

34

Rekomendasi Pembinaan Kapabilitas APIP -

2. Tersedianya dukungan

manajemen dan

pelaksanaan tugas teknis

Layanan Perkantoran Gaji dan Tunjangan 13

Jumlah Layanan Dukungan Manajemen 80

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 33

Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Target

lainnya dalam mencapai

kepuasan layanan

Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

3. Termanfaatkannya aset

secara optimal

Tersedianya sarana dan prasarana BPKP 746 M2

Namun berdasarkan RKA/KL tahun 2016 yang telah direvisi beberapa target kinerja

kegiatan pengawasan berkurang 6 rekomendasi sehingga rekomendasi hasil

pengawasan menjadi 187 rekomendasi. Secara lengkap Revisi Perjanjian Kinerja

beserta dengan output yang harus dicapai pada tahun 2016 disajikan dalam Lampiran

1.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 34

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

Laporan Kinerja (LKj) Instansi Pemerintah merupakan bentuk akuntabilitas dari

pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayai kepada setiap instansi pemerintah atas

penggunaan anggarannya. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan

kinerja adalah pengukuran dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara

memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.

Pengukuran kinerja merupakan kegiatan membandingkan antara target kinerja yang

telah ditetapkan dengan realisasinya. Melalui perbandingan tersebut dapat diketahui

celah kinerja, yang merupakan selisih antara realisasi hasil program utama dengan

targetnya indikator yang diwakili masing-masing sasaran di dalamnya. Celah kinerja

tersebut kemudian dianalisis untuk dicari penyebab ketidakberhasilan yang dijadikan

dasar penetapan strategi peningkatan kinerja di masa datang.

Laporan kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016

menggambarkan capaian kinerja sasaran program dan kegiatan. Indikator kinerja

sasaran program mencerminkan manfaat/hasil dari output yang pada umumnya

dikaitkan dengan capaian kegiatan yang dianggap sebagai penggerak kinerja terdekat

atau mempunyai kontribusi terbesar untuk pencapaian program. Sedangkan indikator

kinerja kegiatan terdiri atas indikator input dan output, indikator kinerja input terdiri

atas jumlah dana yang digunakan dan pemakaian sumber daya manusia (SDM) yang

dihitung dengan penggunaan orang hari (OH) dan indikator kinerja output berupa hasil

yang diperoleh dari kegiatan yang dilaksanakan.

Untuk menyimpulkan keberhasilan kinerja program dan kegiatan dilakukan dengan

merata-ratakan setiap capaian indikator kinerja masing-masing dengan batas nilai

kinerja tertinggi adalah 100%.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 35

Dalam tahun 2016, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat melaksanakan 4

Sasaran Program Pengawasan dengan 15 indikator kinerja dan 1 Sasaran Program

mengenai Layanan Dukungan Manajemen dengan 6 indikator kinerja sebagaimana

dituangkan dalam Revisi Perjanjian Kinerja Tahun 2016. Adapun uraian capaian kinerja

masing-masing program beserta indikator kinerja adalah sebagai berikut:

Uraian Program

Indikator Kinerja Sasaran Program

Satuan Target Realisasi Capaian

(%)

Perbaikan

pengelolaan

program prioritas

nasional dan

pengelolaan

keuangan negara

1. Perbaikan tatakelola,

manajemen risiko, dan

pengendalian intern,

pengelolaan program

nasional

% 45,00 44,12 98,04

2. Persentase tindak lanjut

rekomendasi tata lelola,

manajemen risiko dan

pengedalian intern

pengelolaan korporasi

% 100,00 100,00 100,00

3. Penyerahan hasil

pengawasan keinvestigasian

kepada aparat penegak

hukum

% 90,00 100,00 111,11

Meningkatnya

kualitas

penerapan SPIP

Pemda/Korporasi

4. Maturitas SPIP Pemerintah

Propinsi (level 3) % 100,00 0 0

5. Maturitas SPIP Pemerintah

Kabupaten/kota (level 3) % 14,29 0 0

Meningkatnya

kualitas

penerapan SPI

Korporasi

6. Persentase BUMN/anak

perusahaan dengan skor

GCG baik

% 100,00 100,00 100,00

7. Persentase BUMN/anak

perusahaan yang kinerjanya

berpredikat minimal A(baik)

% 100,00 100,00 100,00

8. Persentase BUMD yang % 20,00 26,67 133,33

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 36

Uraian Program

Indikator Kinerja Sasaran Program

Satuan Target Realisasi Capaian

(%) kinerjanya berpredikat

minimal berpredikat baik

dari BUMD yang dibina

9. Persentase BLUD yang

kinerjanya minimal baik dari

BLUD yang dibina

% 25,00 25,00 100,00

Meningkatnya

kapabilitas

pengawasan

intern pemda

10 Kapabilitas APIP Pemerintah

Provinsi (Level 2) % 100,00 100,00 100,00

11 Kapabilitas APIP Pemerintah

Kabupaten/Kota (Level 2) % 28,57 28,57 100,00

12 Kapabilitas APIP Pemerintah

Kabupaten/kota (Level 1) % 71,43 71,43 100,00

Meningkatnya

kualitas pelayanan

dukungan teknis

dalam

pengawasan BPKP

B. Capaian Kinerja layanan:

1. Pelayanan Ketatausahaan

1.a. Persentase jumlah rencana

penugasan pengawasan yang

terealisasi

% 100,00 100,00 100,00

1.b. Persentase Tindak Lanjut

Hasil Pengawasan % 90,00 90,00 100

1.c. Tingkat Kepuasan

Stakeholder atas Pelayanan

Perwakilan BPKP

Skala

Likert 7 7,21 103,00

1.d. Persepsi kepuasan pengawai

perwakilan terhadap layanan

kepagawaian

Skala

Likert 7.8 7,22 92,56

1.e. Persepsi kepuasan pengawai

perwakilan atas pencaian

anggaran yang diajukan

sesuai prosedur

Skala

Likert 7.6 8,13 106,97

1.f. Persepsi kepuasan pengawai

perwakilan terhadap layanan

umum perkantoran

Skala

Likert 7.6 7,33 96,45

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 37

Capaian indikator utama sasaran program tahun 2016 sebagaimana pada Lampiran 2.

Adapun perbandingan indikator kinerja sasaran program tahun 2016 dengan tahun

2015 sebagaimana terlampir pada Lampiran 3.

Keseluruhan capaian indikator kinerja tersebut tidak dapat diperbandingkan dengan

tahun sebelumnya dikarenakan indikator tersebut baru digunakan di Tahun 2016

sebagaimana tertuang di dalam Revisi Perjanjian Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi

Kalimantan Barat tahun 2016. indikator tersebut berbeda dengan indikator yang

tertuang di dalam Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2015 –

2019.

Keberhasilan kinerja sasaran program di atas tidak terlepas dari keberhasilan

pelaksanaan kegiatan yang menghasilkan output rekomendasi sebagai berikut :

Sasaran Kegiatan

Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Target Realisasi Capaian

(%)

Tersedianya

informasi hasil

pengawasan

pada Perwakilan

BPKP

A. Rekomendasi Hasil

Pengawasan :

1. Rekomendasi Pengawasan

Perwakilan BPKP Rekomendasi 123 123 100

2. Rekomendasi Pengawasan

Perwakilan BPKP Nawacita Rekomendasi 29 29 100

3. Rekomendasi Pengawasan

Regional Bidang Otonomi

Daerah Nawacita

Rekomendasi 4 4 100

4. Rekomendasi Perbaikan

Penyelenggaraan SPIP Rekomendasi 31 31 100

Tersediannya

dukungan

manajemen dan

pelaksanaan

tugas teknis

lainnya dalam

mencapai

kupuasan

layanan

1. Layanan Perkantoran Gaji

dan Tunjangan Layanan 13 13 100

2. Jumlah layanan dukungan

manajemen perwakilan

BPKP

Laporan 80 80 100

Termanfaatnya 3. Terlaksanakannya M2 746 746 100

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 38

Sasaran Kegiatan

Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Target Realisasi Capaian

(%) asset secara

optimal dalam

mencapai

kepuasaan

layanan

ketatausahaan

rehabilitasi rumah dinas

negara dan gedung kantor

Rata-rata Capaian Kinerja Output 100

Untuk lebih rinci capaian indikator kinerja kegiatan tahun 2016 sebagaimana pada

Lampiran 4. Perbandingan capaian indikator kinerja kegiatan tahun 2016 dengan tahun

2015 sebagaimana pada Lampiran 5.

Adapun uraian capaian kinerja masing-masing Program berserta indikator kinerja

adalah sebagai berikut:

Sasaran Program 1 “Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas

Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara/Korporasi”

Program BPKP merupakan penjabaran dari kebijakan sesuai dengan visi dan misi

BPKP yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi BPKP dan berisikan kegiatan

untuk mencapai hasil pengawasan dengan indikator kinerja yang terukur. Kegiatan-

kegiatan ini sekaligus penjabaran tugas dan fungsi BPKP untuk mewujudkan sasaran

strategis yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sasaran program ini didukung oleh 3 (tiga) indikator kinerja utama, sebagai berikut :

Sasaran program ini didukung oleh 3(tiga) indikator kinerja utama, sebagai berikut :

1. Perbaikan Tatakelola, Manajemen Risiko, dan Pengendalian Intern, Pengelolaan

Program Nasional

Indikator ini diukur dengan cara membandingkan jumlah tindak lanjut atas rekomendasi hasil pengawasan, rekomendasi hasil pengawasan Nawacita, dan rekomendasi hasil pengawasan regional bidang otonomi daerah yang dilaksanakan oleh bidang IPP, APD dan AN. Dari 102 rekomendasi yang dihasilkan telah ditindaklanjuti sebanyak 45 rekomendasi atau terealisasi sebesar 44,12% atau mencapai 98,04% dari

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 39

target 45%, dengan uraian sebagai berikut :

No Uraian Output (rekomendasi) Jumlah Output

Tindak Lanjut Output

% Tindak Lanjut

1 Rekomendasi hasil pengawasan : Bidang IPP 36 22 61,11 Bidang APD 35 10 28,57

2 Rekomendasi hasil pengawasan Nawacita :

Bidang IPP 18 5 27,78 Bidang AN 2 0 0 Bidang APD 7 6 85,71

3 Rekomendasi Regional Bidang Otonomi Daerah

Bidang APD 4 2 50 Jumlah 102 45 44,12

Berikut tindak lanjut dari 45 rekomendasi hasil pengawasan bidang IPP dan APD,

antara lain :

1. Penyetoran ke kas Negara dan Daerah dari satker yang diperiksa.

2. Surat teguran kepada tim fasilitator sesuai dengan Surat Kepala Satker

Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi Kalimantan Barat atas Laporan

Keuangan PNPM Mandiri Perkotaan.

3. Pelatihan aplikasi SAIBA dan SIMAK BMN sesuai surat Kepala Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM No. W. 16-KU.05.02-5430 tanggal 15 Desember

2016.

4. Instruksi Kasatker PIP Program PAMSIMAS II Kabupaten Landak 2015 sesuai surat

Nomor 602/03-a/T/pamsimas/CK-DPUP/2016 kepada Ketua BPSPAMS Desa

Penerima Bantuan Program PAMSIMAS II 2015 Sekabupaten Landak perihal

Instruksi kepada pengurus BPSPAMS 2015, agar pengurus BPSPAMS (difasilitasi

oleh TFM/FK) segera menyusun Program Kerja dan melakukan musyawarah

dengan warga desa penerima manfaat untuk menetapkan besaran iuran pemakaian

dan pemeliharaan Sarana Air Minum (SAM) yang kemudian ditetapkan dengan

Surat Keputusan Kepala Desa dan mengimplementasikannya.

5. Pembuatan aturan di bidang ketahanan pangan berupa sesuai Surat Kepala Dinas

Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar

No.521.43/974/PlaDanAlsintan/2016 tgl 27 September 2016 tentang Lahan

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 40

Pertanian Pangan Berkelanjutan (LPPB).

6. Kepala Dinas Pendidikan telah mengusulkan anggaran dana pendamping untuk

pengelolaan DAK sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan, untuk 3 (tiga) Bupati

(Kabupaten Bengkayang, Sintang, Kapuas Hulu).

7. Bimbingan Teknis Akuntansi dan Laporan Keuangan dengan Nomor Laporan LBA-

286/PW14/3/2016 tanggal 22 Juni 2016 untuk meningkatkan kompetensi SDM

terkait Pengadaan Barang dan Jasa di Kabupaten Sanggau.

8. Surat Nomor 600/231.1/set-b/DPU/2016 tanggal 26 April 2016 dari Kadis PU

Kabupaten Kayong Utara mengenai Pengelolaan DAK Bidang Infrastruktur Jalan,

Irigasi, Air Minum, dan Sanitasi pada Kota Singkawang Tahun Anggaran 2015.

9. Pemerintah Kabupaten Kubu Raya telah menggunakan aplikasi e-Hibans untuk

mengelola dana hibah dan bansos di Kabupaten Kubu Raya.

Rekomendasi hasil pengawasan Nawacita yang dikontribusikan oleh Bidang Akuntan

Negara mengenai Kelistrikan sebagai berikut :

1. Berkoordinasi dengan PT PLN Engineering (Persero) agar segera melakukan kajian

atas desain pembangunan box culvert yang telah diajukan kontraktor sebagai

alternatif penyelesaian persilangan jalan.

2. Meningkatkan pemeliharaan dan pengamanan atas bangunan dan peralatan yang

telah terpasang sehingga dapat difungsikan sesuai spesifikasi teknis saat pelaksanaan

proyek dilanjutkan.

Saldo temuan yang belum ditindaklanjuti dari 57 rekomendasi akan ditindaklanjuti

tahun berikutnya dikarenakan beberapa penugasan dilakukan pada akhir tahun 2016.

Keberhasilan capaian indikator perbaikan tatakelola, manajemen risiko, dan

pengendalian intern, pengelolaan program nasional juga tidak terlepas dari penggunaan

dana sebesar Rp1.157.319.031,00 atau sebesar 88,96% dari target sebesar

Rp1.301.001.000,00 sehingga pelaksanaan kegiatan tersebut telah efisien. Penggunaan

SDM untuk melaksanakan indikator tersebut sebanyak 7.709 OH atau 96,47% dari

rencana di dalam PKP2T sebanyak 7.991 OH, sehingga dapat disimpulkan penggunaan

SDM telah efisien.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 41

Tingkat efisiensi baik keuangan maupun SDM tersebut dimanfaatkan untuk pelaksanaan

penugasan pengawasan yang tidak direncanakan sebanyak 39 penugasan pengawasan

bidang IPP, 46 penugasan pengawasan APD, dan 1 penugasan pengawasan AN serta

penugasan permintaan mitra.

Adapun capaian kinerja indikator perbaikan tatakelola, manajemen risiko, dan

pengendalian intern, pengelolaan program nasional tahun 2016 tidak dapat

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, disebabkan indikator kinerja tersebut baru

ditargetkan tahun 2016. Apabila dibandingkan dengan tahun 2019 capaian kinerja ini

tercapai 76% dari target 2019 yang sebesar 60%.

2. Persentase Tindak Lanjut Rekomendasi Tata Kelola, Manajemen Risiko dan

Pengendalian Intern Pengelolaan Korporasi

Indikator kinerja ini dikontribusikan oleh Bidwas Akuntan Negara dengan target

rekomendasi sebanyak 2 (dua) dengan pelaksanaan penugasan yang ditetapkan dalam

PKP2T Tahun 2016 sebanyak 3 (tiga) penugasan pengawasan. Indikator ini diukur

dengan cara membandingkan tindak lanjut dari rekomendasi yang diberikan untuk

perbaikan tatanan pelaksanaan kegiatan dengan target kinerja yang ditetapkan.

Capaian kinerja untuk indikator tersebut telah mencapai 100% dari target kinerja.

Hasil ini diperoleh dari jumlah tindak lanjut atas rekomendasi yang dihasilkan pada

kelompok penugasan indikator tersebut. Keberhasilan tersebut didukung dengan

pelaksanaan 3 (tiga) penugasan pengawasan yaitu :

1. Pengawasan Optimalisasi Aset BUMN Jasa Lainnya (aset Perum Bulog)

2. Reviu atas Laporan Verifikasi Pelaksanaan Hibah Air Minum pada Pemerintah Kota

Pontianak dan Kabupaten Landak Tahun 2016

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 42

Adapun rekomendasi strategis yang dihasilkan dari 3 (tiga) penugasan tersebut

sebanyak 2 (dua) rekomendasi strategis yaitu :

1) Direkomendasikan Direksi Perum Bulog melakukan koordinasi untuk

mengoptimalisasikan pemanfaatan aset tetap Perum Bulog, namun tidak

membatasi Perum Bulog untuk mengambil keputusan lain.

2) Direkomendasikan Direksi PDAM untuk memproses lebih lanjut SR yang tidak

memenuhi syarat sesuai aturan yang berlaku di PDAM.

Terhadap 2 (dua) rekomendasi tersebut telah ditindaklanjuti dengan adanya himbauan

Direktur Perum Bulog untuk pegawai yang berada di Bulog untuk

mengoptimalisasikan pemanfaatan aset tetap dan Direktur PDAM telah

menindaklanjuti SR yang tidak memenuhi syarat telah sesuai dengan aturan yang

berlaku di PDAM.

Keberhasilan pelaksanaan indikator tersebut juga tidak terlepas dari penggunaan dana

sebesar Rp85.346.720,00 atau sebesar 97,71% dari target sebesar Rp87.345.000,00

sehingga dapat dipastikan pelaksanaan kegiatan tersebut dari sisi pendanaan telah

efisien. Sementara itu penggunaan SDM untuk melaksanakan indikator tersebut adalah

sebanyak 624 OH atau 98,42% dari rencana di dalam PKP2T sebanyak 634 OH,

sehingga dapat disimpulkan penggunaan SDM telah efisien.

Adapun capaian kinerja untuk indikator kinerja kegiatan diukur dari rekomendasi

pengawasan bidang akuntan negara yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari 3

pengawasan penugasan tersebut telah dihasilkan sebanyak 2 rekomendasi dari target

2 rekomendasi atau sebesar 100%.

Adapun capaian kinerja indikator persentase tindak lanjut rekomendasi tata kelola,

manajemen risiko dan pengedalian intern pengelolaan korporasi tahun 2016

meningkat sebanyak 5% dari capaian kinerja indikator tahun 2015. Apabila

dibandingkan dengan tahun 2019 capaian kinerja ini sudah terpenuhi.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 43

3. Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada Aparat Penegak Hukum

Indikator kinerja ini dikontribusikan oleh Bidang Investigasi, dengan target yang

ditetapkan dalam Revisi Perjanjian Kinerja sebanyak 37 (tiga puluh tujuh)

rekomendasi dengan pelaksanaan penugasan yang ditetapkan dalam PKP2T Tahun

2016 sebanyak 37 penugasan pengawasan. Indikator ini diukur dengan cara

membandingkan jumlah rekomendasi atau masukan perbaikan yang telah

disampaikan dibandingkan dengan dari target rekomendasi yang ditargetkan.

Realisasi indikator kinerja tersebut adalah sebesar 100% dengan capaian kinerja

111,11% dari target sebesar 90,00%. Keberhasilan tersebut didukung dengan

pelaksanaan 36 (tiga puluh enam) penugasan pengawasan dan 1 (satu) penugasan

nawacita. Rekomendasi yang dihasilkan dari hasil pengawasan keinvestigasian antara

lain sebagai berikut :

1) Forum investigasi menjadi bahan evaluasi kinerja keinvestigasian dan kepatuhan

standar serta pedoman.

2) Pelaksanaan bimbingan teknis Fraud Control Plan (FCP) di Lingkungan PDAM Tirta

Raya Kabupaten Kubu Raya berupa Pembuatan Strategi Pengendalian Fraud di

PDAM.

3) Kegiatan sosialisasi FCP di Lingkungan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah Kabupaten Sanggau yang bertujuan untuk memberikan gambaran kepada

pimpinan entitas pemerintahan mengenai instrumen yang dapat memperkuat

pengendalian intern instansi pemerintah yang dirancang secara spesifik untuk

mencegah, menangkal, dan memudahkan pengungkapan kejadian yang berindikasi

korupsi.

Pelaksanaan kegiatan sosialisasi FCP, tersebut adalah :

Tanggal Kegiatan Narasumber Peserta

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 44

(Orang)

5 September 2016 Sosialisasi Fraud Control Plan (FCP) Korwas Investigasi 30

4) Audit PKKN dan audit investigatif terhadap 12 kasus TPK menghasilkan

rekomendasi dan pertimbangan bagi pihak penyidik dalam memnuhi unsur

kerugian keuangan negara.

5) Audit Penyesuaian Harga atas Kontrak Paket Pembangunan Jembatan Tayan

menghasilkan pertimbangan untuk evaluasi eskalasi secara total dalam rangka

pembayaran kontrak.

6) Audit Klaim terhadap 3 kontrak pada PT PLN (Persero) yang menghasilkan bahan

pertimbangan dalam pembayaran klaim kepada kontraktor.

7) Sosialisasi Program Anti Korupsi (SosPAK)sebanyak 1 kegiatan sebagai berikut : Kegiatan Sosialisasi Program Anti Korupsi

Tanggal Kegiatan Narasumber Peserta

(Orang)

24 Maret 2016 Sosialisasi Program Anti Korupsi

di Lingkungan Pemerintah

Kabupaten Sintang Tahun 2016

Korwas Investigasi 800

Pada saat kegiatan Sospak juga dilakukan pengukuran tingkat pemahaman dan

kepedulian peserta (focus group) terhadap permasalahan korupsi, dilakukan

penyebaran kuesioner/daftar pertanyaan kepada peserta yang mengikuti SosPAK.

Semakin besar nilai yang dihasilkan menunjukan semakin setuju responden dan

responden memahami materi yang diberikan.

8) Pemberian Keterangan Ahli dalam bidang akuntansi dan auditing kepada penyidik

atau di dalam persidangan dalam rangka membuat terang suatu perkara sebanyak

16 kali.

9) Kajian Pengawasan terhadap pelaksanaan Hibah dan Bantuan Sosial yang

merupakan rekomendasi terkait dengan Nawacita.

Keberhasilan pelaksanaan indikator di atas baik yang direncanakan maupun tidak

direncanakan tidak terlepas dari penggunaan dana sebesar Rp630.450.000,00 atau

sebesar 99,61% dari target sebesar Rp 632.905.000,00 sehingga dapat dipastikan

pelaksanaan kegiatan tersebut dari sisi pendanaan telah efisien. Sementara itu

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 45

penggunaan SDM untuk melaksanakan indikator tersebut adalah sebanyak 2.146 OH

atau 69,82% dari rencana di dalam PKP2T sebanyak 2.386 OH, sehingga dapat

disimpulkan penggunaan SDM telah efisien.

Tingkat efisiensi tersebut baik keuangan maupun SDM juga dimanfaatkan untuk

pelaksanaan penugasan pengawasan yang tidak direncanakan 85 penugasan

pengawasan yaitu sebagai berikut :

1. Pemberian Keterangan Ahli di Pengadilan Negeri Pontianak kepada penyidik

sebanyak 70 penugasan, serta sidang di PTUN sebanyak 13 kali.

2. Briefing Peserta Overseas Training Breaking Silos Collaboration and Inovation in

Government Agencies.

3. Workshop Digital Media Acquisition and Triage.

4. Pemeriksaan Fisik atas Pekerjaan Gardu Induk 150 KV Tayan Kabupaten Sanggau,

Gardu Induk 150 KV Kabupaten Bengkayang dan Gardu Induk 150 KV Kabupaten

Sambas) pada Proyek Pembangunan Ketenagalistrikan pada Unit Induk Pembangkit

Kalimantan Bagian Barat.

5. Audit Tujuan Tertentu pada PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) Tahun 2013

s.d. 2015.

6. Koordinasi pengawasan sebanyak 3 kegiatan.

Adapun capaian kinerja untuk indikator kinerja kegiatan diukur dari rekomendasi

pengawasan bidang investigasi yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari 36 pengawasan

penugasan tersebut telah dihasilkan sebanyak 36 rekomendasi dari target 36 rekomendasi

atau sebesar 100%. Sedangkan pada rekomendasi nawacita dari 1 pengawasan penugasan

tersebut telah dihasilkan sebanyak 1 rekomendasi dari target 1 rekomendasi atau sebesar

100%.

Adapun capaian kinerja indikator penyerahan hasil pengawasan keinvestigasian kepada

aparat penegak hukum tahun 2016 meningkat sebanyak 22,22% dari capaian kinerja

indikator tahun 2015. Jika dibandingkan dengan tahun 2019 capaian kinerja ini sudah

terpenuhi.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 46

Sasaran Program 2 “Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP Pemda”

Sasaran program ini didukung oleh 3(tiga) indikator kinerja utama, sebagai berikut :

1. Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi Level 3

Indikator ini diukur berdasarkan hasil penilaian Maturitas SPIP pada Pemerintah

Provinsi yang dikontribusikan oleh Korwas JFA Bidang APD. Kegiatan evaluasi

maturitas SPIP untuk Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dilaksanakan melalui

penugasan Non PKPT beban perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat, sehingga

tidak menghasilkan output (rekomendasi). Namun untuk hasil penilaian maturitas

SPIP untuk Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat masih berada di Level 2, dengan

demikian capaian kinerja IKU ini adalah nol karena tidak dapat memenuhi target

Revisi Perjanjian Kinerja tahun 2016 yang berada pada Level 3 sebesar 100%.

Adapun capaian kinerja indikator maturitas SPIP Pemerintah Provinsi Level 3 tahun

2016 tidak dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dikarenakan indikator

kinerja tersebut baru ditargetkan tahun 2016. Jika dibandingkan dengan tahun 2019

capaian kinerja ini masih kurang 100% dari target 2019.

2. Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3)

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 47

Indikator ini diukur berdasarkan hasil penilaian Maturitas SPIP pada Pemerintah

Kabupaten/Kota. Dalam tahun 2016 rencana penugasan evaluasi maturitas SPIP

sebanyak 5 PP seluruhnya telah dilaksanakan yaitu evaluasi maturitas SPIP Kota

Singkawang, Kabupaten Sintang, Kabupaten Landak, Kabupaten Kubu Raya dan

Kabupaten Mempawah. Atas evaluasi tersebut telah diterbitkan output

(rekomendasi) sebanyak 5 rekomendasi dan hasilnya seluruh penyelenggaraan SPIP

masih berada di level 2 menuju level 3, dengan demikian capaian kinerja IKU ini

adalah nol.

Adapun rekomendasi strategis yang dihasilkan dari 5 (lima) penugasan tersebut

sebanyak 5 (lima) rekomendasi strategis yaitu :

a) Pemerintah Kabupaten Mempawah melakukan evaluasi secara berkala atas

efektivitas prosedur pengendalian dan pemantauan yang terintegrasi dalam

kegiatan secara otomatis.

b) Memerintahkan kepada Kepala SKPD untuk melakukan identifikasi dan analisis

risiko di lingkungan Pemerintah Kabupaten Landak.

c) Membuat/menyusun RTP dalam pegendalian risiko dan analisis risiko untuk

seluruh kegiatan utama yang ditetapkan oleh pimpinan organisas di Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Kubu Raya.

d) Untuk mencapai tingkat maturitas optimum, Pemerintah Kabupaten Sintang harus

melakukan evaluasi secara berkala atas efektivitas prosedur pengendalian dan

pemantauan yang terintegrasi dalam kegiatan secara otomatis.

e) Meningkatkan maturitas SPIP secara bertahap di lingkungan Pemerintah Kabupaten

Singkawang melalui pemenuhan unsur-unsur fokus penilaian SPIP sesuai Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008

Berdasarkan informasi dari formulir entry sheet data kinerja terlihat bahwa 5

rekomendasi yang dihasilkan 2 rekomendasi yang telah ditindaklanjuti, namun

belum dapat meyakinkan tercapainya IKU tersebut sesuai dengan targetnya

dikarenakan penilaian Maturitas SPIP Kabupaten/Kota tidak mencapai Level 3.

Berikut Penilaian Maturitas SPIP Kabupaten/Kota :

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 48

Adapun

capaian

kinerja

indikator

maturitas

SPIP Pemerintah

Provinsi

Level 3 tahun

2016 tidak dapat

dibandingkan dengan tahun sebelumnya disebabkan indikator kinerja tersebut baru

ditargetkan tahun 2016. Jika dibandingkan dengan tahun 2019 capaian kinerja ini

masih kurang 36% dari target 2019.

Permasalahan tidak dapat terpenuhinya penilaian maturitas SPIP pada Perwakilan

BPKP Provinsi Kalimantan Barat adalah sebagai berikut :

Internal :

Pemerintah Daerah telah melaksanakan pengendalian intern, namun tidak

terdokumentasi dengan baik dan pelaksanaanya sangat tergantung pada individu dan

belum melibatkan semua unit organisasi. Efektivitas pengendalian belum dieevaluasi

sehingga banyak terjadi kelemahan yang belum ditangani memadai. Rendahnya

kapasitas dan kapabilitas aparatur serta kurangnya komitmen juga ikut

berkontribusi terhadap rendah nya maturitas SPIP

No APIP Data Kinerja SPIP

A Provinsi 1 Inspektorat Provinsi

Kalimantan Barat 2,202

B Kabupaten

1 Inspektorat Kab. Sintang 2,249 2 Inspektorat Kab. Kubu Raya 2,26

3 Inspektorat Kab. Mempawah 2,08

4 Inspektorat Kab. Landak 2,12 C Kota 1 Inspektorat Kota Singkawang 2,172

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 49

Eksternal :

Kurangnya komitmen pimpinan daerah maupun pimpinan SKPD akan arti dan

pentingnya Sistem Pengendalian Intern pemerintah yang dapat diandalkan untuk

menjamin tercapainya tujuan organisasi dan sebagai sistim peringatan dini yang

efektif

Controllable :

Aparatur Pemerintah Daerah masih bisa diarahkan, dididik dan dilatih untuk lebih

memahami pentingnya pengendalian, aware terhadap risiko dan governance process

yang semakin baik dan berkualitas.

Uncontrollable :

Poltical Will dari anggota Dewan (DPRD) yang kurang mendukung sepenuhnya

keberhasilan pencapaian tujuan dalam pembangunan daerah seperti yang

dirumuskan dalam RPJMD Pemerintah Daerah.

Solusi yang telah dilaksanakan :

Melakukan serangkaian langkah-langkah untuk lebih mendekatkan memahamkan

dan merubah mind set Pemerintah Daerah pentingnya Penguatan Pengendalian

Internal melalui : Bimbingan teknis, Sosialisasi, workshop, quality assurance maupun

pendampingan penyusunan terkait dengan penguatan pengendalian internal instansi

pemerintah seperti identifikasi risiko dan diagnostic assestment risiko suatu entitas

atau kegiatan utama pada beberapa SKPD di Pemerintah Daerah.

Rencana penugasan pengawasan yang menghasilkan rekomendasi Perbaikan

Penyelenggaran SPIP Pemerintah Daerah selain untuk meningkatkan Maturitas SPIP

Pemerintah Daerah, juga terdapat 9 penugasan pengawasan lain yang mendukung

rekomendasi tersebut, yaitu:

1. Asistensi SIMDA pada Kabupaten Bengkayang

2. Asistensi Pengelolaan Keuangan Daerah berbasis SIMDA Akrual pada Pemerintah

Kabupaten Sanggau

3. Asistensi SIMDA pada Kabupaten Landak

4. Bimbingan Teknis Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Sanggau

Tahun Anggaran 2015

5. Evaluasi Penggunaan Dana Desa Mungguk Tahun Anggaran 2015

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 50

6. Evaluasi Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Kubu Raya

7. Bimtek Penyusunan Rencana Aksi atas Hasil Audit BPK Kabupaten Bengkayang

8. Evaluasi Penggunaan Dana Desa Sui Rambah Tahun 2016 dan SILPA Dana Desa

Tahun2015

9. Evaluasi Penggunaan Dana Desa Sosok Tahun 2016 dan SILPA Dana Desa Tahun

2015

Adapun rekomendasi strategis yang dihasilkan dari 9 penugasan tersebut yang dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat

tetap dilaksanakan dengan menggunakan Aplikasi SIMDA berbasis Akrual.

2. Tim Reviu LKPD/LKPD memahami mengenai pelaporan keuangan daerah melalui

bimbingan teknis terkait dengan pedoman pelaksanaan reviu atas LKPD, pengelolaan

keuangan daerah dan standar akuntansi pemerintahan.

3. Aparatur Desa lebih tertib dalam melaporkan pertanggungjawaban tahap I, II dan III

dan memenuhi seluruh persyaratan mekanisme dan penyaluran penggunaan Dana

Desa.

4. Melakukan reviu RPJMD/Renstra secara berkala dan mencantumkan indikator

kinerja tujuan; menyusun Rencana Aksi atas Kinerja; mengukur kinerja eselon III dan

IV; melakukan pemantauan capaian kinerja serta hambatannya; melakukan evaluasi

internal atas SAKIP SKPD tepat waktu serta menyampaikan dan mengkomunikasikan

hasil evaluasi tersebut ke pimpinan SKPD.

5. Memperkuat Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sehingga program dan

kegiatan dapat dilakukan secara efektif dan efisien, pengamanan aset dapat

dilakukan secara memadai, pelaporan keuangan dapat disajikan secara akuntabel

serta terpenuhinya ketaatan terhadap peraturan perundangan.

Pelaksanaan sasaran program ini tidak terlepas dari penggunaan dana sebesar

Rp249.923.129,00,00 atau sebesar 89,99% dari target sebesar Rp269.900.200,00 sehingga

dapat dipastikan pelaksanaan kegiatan tersebut dari sisi pendanaan telah efisien.

Sementara itu penggunaan SDM untuk melaksanakan indikator tersebut adalah sebanyak

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 51

910 OH atau 99,89% dari rencana di dalam PKP2T sebanyak 911 OH, sehingga dapat

disimpulkan penggunaan SDM telah efisien.

Sasaran Program 3 “Meningkatnya Kualitas Penerapan SPI Korporasi”

Sasaran program ini didukung oleh 3 (tiga) indikator kinerja utama, sebagai berikut :

1. Persentase BUMN/Anak Perusahaan dengan Skor GCG Baik

Indikator kinerja ini dikontribusikan oleh Koordinator Pengawasan JFA Bidang

Akuntan Negara (AN). Ditargetkan dalam Revisi Perjanjian Kinerja Tahun 2016

100% BUMN/anak perusahaan dengan skor GCG baik. Indikator Persentase

BUMN/anak perusahaan dengan skor GCG baik dihitung dari jumlah BUMN/anak

perusahaan yang memiliki kerjasama dengan BPKP. Adapun BUMN yang ada di

Kalimantan Barat adalah 1 (satu) BUMN, yaitu PTPN XIII dimana untuk tahun buku

2015 telah dilakukan self assessment penerapan GCG oleh manajemen PTPN XIII

dengan skor 80,48, predikat “baik”.

Rincian capaian hasil pelaksanaan self assessment GCG PT Perkebunan Nusantara

XIII tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Uraian Hasil Assessment Penerapan GCG PT Perkebunan Nusantara XIII

No Aspek Governance Bobot Capaian

Perusahaan

Persentase

(%)

I Komitmen terhadap penerapan

Tata Kelola Secara

berkelanjutan

7 6,493 92,76

II Pemegang Saham dan

RUPS/Pemilik Modal 9 8,120 90,22

III Dewan Komisaris 35 29,915 85,47

IV Direksi 35 30,204 86,30

V Pengungkapan Informasi dan 9 5,745 63,83

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 52

No Aspek Governance Bobot Capaian

Perusahaan

Persentase

(%)

Transparansi

VI Faktor lainnya 5 - -

Total 100 80,477 80,48

Adapun capaian kinerja indikator persentase BUMN/anak perusahaan dengan skor

GCG Baik tahun 2016 tidak dapat dibandingkan dari tahun 2015 dikarenakan indikator

tersebut baru ditargetkan tahun 2016. Jika dibandingkan dengan tahun 2019 capaian

kinerja ini sudah terpenuhi.

2. Persentase BUMN/Anak Perusahaan yang Kinerjanya Berpredikat Minimal A

(Baik)

Indikator kinerja ini dikontribusikan oleh Koordinator Pengawasan JFA Bidang

Akuntan Negara (AN). Ditargetkan dalam Revisi Perjanjian Kinerja Tahun 2016

100% BUMN/anak perusahaan yang kinerjanya berpredikat minimal A (baik).

Indikator Persentase BUMN/anak perusahaan yang kinerjanya berpredikat baik

dinilai dari hasil analisis kinerja BUMN dan evaluasi penerapan SPI pada BUMN

yang memiliki kerjasama dengan BPKP, yaitu PTPN XIII. Dari hasil survey dan

analisis kinerja untuk tahun 2015 dan 2016, kinerja PTPN XIII dapat dikategorikan

berpredikat “Baik”. Sedangkan dari hasil pelaksanaan evaluasi penerapan SPI pada

PTPN XIII untuk tahun 2015, PTPN XIII masuk dalam kategori “Efektif” dengan skor

75,977 sebagaimana pada tabel di bawah ini:

Evaluasi Internal Control PT Perkebunan Nusantara XIII

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 53

No Komponen Penerapan Sistem

Pengendalian Intern Bobot Nilai

% Capaian

Efektivitas

1. Lingkungan Pengendalian 30 25,688 85,627

2. Penilaian Risiko 20 8,141 40,703

3. Aktivitas Pengendalian 20 16,882 84,411

4. Informasi dan Komunikasi 15 14,518 96,786

5. Monitoring 15 10,748 71,653

Total 100 75,977 75,977

Sehingga capaian indikator kinerja untuk persentase BUMN/anak perusahaan yang

kinerjanya minimal berpredikat minimal A (baik) terealisasi sebanyak 1 BUMN

sesuai dengan target 1 BUMN atau sebesar 100%.

Adapun capaian kinerja indikator persentase BUMN/anak perusahaan yang kinerjanya

berpredikat minimal A (baik) tahun 2016 tidak dapat dibandingkan dari tahun 2015

dikarenakan indikator tersebut baru ditargetkan tahun 2016. Jika dibandingkan

dengan tahun 2019 capaian kinerja ini sudah terpenuhi.

3. Persentase BUMD yang Kinerjanya Minimal Berpredikat Baik dari BUMD yang

Dibina

Indikator kinerja ini dikontribusikan oleh Koordinator Pengawasan JFA Bidang

Akuntan Negara (AN). Ditargetkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016 3 (tiga)

BUMD yang kinerjanya minimal berpredikat baik dari 16 BUMD yang dibina.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 54

Indikator persentase BUMD yang kinerjanya minimal berpredikat baik dari BUMD

yang dibina dihitung dari hasil evaluasi kinerja BUMD, penugasan asistensi dan

bimbingan teknis, serta hasil survey dan analisis pada akhir tahun terhadap BUMD

yang memiliki kerjasama dengan BPKP.

Upaya peningkatan kinerja BUMD dilakukan untuk mengukur pencapaian/ prestasi

kerja yang telah dilakukan manajemen atas strategi pencapaian visi dan misi

organisasi. Pengukuran ini menitikberatkan pada proses penilaian atas

keberhasilan kinerja korporasi apakah telah dilaksanakan secara ekonomis, efisien,

dan efektif.

Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat pada semester II tahun 2016 telah

melaksanakan evaluasi kinerja pada 12 BUMD dari 13 PDAM, dan 1 Perusahaan

Daerah di wilayah Provinsi Kalimantan Barat yang dilakukan sesuai dengan

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 tanggal 31 Mei 1999

tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yakni

sebagai berikut

1. PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak;

2. PDAM Kabupaten Kapuas Hulu;

3. PDAM Kabupaten Melawi;

4. PDAM Kabupaten Landak;

5. PDAM Kabupaten Mempawah;

6. PDAM Tirta Muare Ulakan Kabupaten Sambas;

7. PDAM Kabupaten Bengkayang;

8. PDAM Kota Singkawang;

9. PDAM Kabupaten Ketapang;

10. PDAM Pancur Aji Kabupaten Sanggau;

11. PDAM Kabupaten Kubu Raya;

12. PDAM Kabupaten Sintang;

13. PD. Aneka Usaha

Sedangkan kinerja 3 (tiga) perusahaan daerah lainnya Bank Kalbar, Bank Pasar

Pontianak dan PDAM Kabupaten Sekadau diukur berdasarkan survey dan analisis

serta penugasan asistensi dan bimbingan teknis yang dilakukan selama tahun 2016.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 55

Selain itu, untuk peningkatan kinerja BUMD telah dilaksanakan kegiatan

pengawasan sebagai berikut:

1. Evaluasi SPI BUMD Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak

2. Asistensi/Bimbingan Teknis Manajemen Aset PDAM Kabupaten Ketapang

3. Asistensi/Bimbingan Teknis SIA dan Billing Sistem PDAM Kabupaten Landak

4. Bimbingan Teknis GCG (Code of Conduct) PDAM Kabupaten Ketapang

5. Evaluasi SPI pada PD BPR Bank Pasar Kota Pontianak.

6. Reviu SKAI Bank Kalbar

7. Bimbingan Teknis Penyusunan Code of Corporate Governance pada PD BPR

Bank Pasar Kota Pontianak.

8. Bimbingan Teknis GCG (Code of Conduct) PDAM Gunung Poteng Kabupaten

Singkawang

9. Reviu atas Laporan Keuangan PDAM Tirta Galaherang Kabupaten Mempawah

10. Asistensi Penyusunan Pedoman Akuntansi PDAM Sirin Meragun Kabupaten

Sekadau

11. Reviu atas Laporan Keuangan PDAM Kabupaten Bengkayang

12. Asistensi Penyusunan Corporate Plan PDAM Kota Pontianak Tahun 2016-2020

13. Reviu Perhitungan Tarif Air Minum PDAM Tirta Melawi Kabupaten Melawi

14. Pendampingan Ekspose Penyesuaian Tarif Air Minum PDAM Tirta Melawi

Kabupaten Melawi Tahun 2016

15. Reviu Dokumen Corporate Plan pada PDAM Tirta Galaherang Kabupaten

Mempawah

16. Asistensi Penyusunan Corporate Plan PDAM Tirta Muare Ulakan Kabupaten

Sambas

17. Reviu Draft Corporate Plan pada PDAM Kabupaten Kapuas Hulu

18. Audit dengan Tujuan Tertentu atas Pekerjaan Pengembangan Jaringan

Distribusi Pipa di Jalan Pemda Pontianak Timur

19. Pendampingan Ekspose Penyesuaian Tarif Air Minum PDAM Kabupaten

Bengkayang Tahun 2016

20. Reviu atas Laporan Verifikasi Pelaksanaan Hibah Air Minum APBN Tahun 2016

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 56

pada Pemerintah Kabupaten Landak

Dari hasil yang diperoleh berdasarkan evaluasi kinerja, survey dan analisis, serta

asistensi dan bimbingan teknis yang dilakukan pada 16 (enam belas) BUMD diatas ada

4 BUMD yang kinerjanya tergolong baik yaitu, PDAM Tirta Khatulistiwa Kota

Pontianak, PDAM Kota Singkawang, PDAM Kabupaten Sintang, serta Bank Kalbar.

Capaian indikator kinerja untuk persentase BUMD yang kinerjanya minimal

berpredikat baik dari BUMD yang dibina sebanyak 4 BUMD tersebut melebihi target

kinerja tahun 2016 (3 BUMD) atau sebesar 133,33%.

Adapun capaian kinerja indikator persentase BUMD yang kinerjanya minimal

berpredikat baik dari BUMD yang dibina tahun 2016 tidak dapat dibandingkan dengan

tahun 2015. Jika dibandingkan dengan tahun 2019 capaian kinerja ini sudah tercapai

45% dari target 2019 yang sebesar 60%.

4. Persentase BLUD yang Kinerjanya Minimal Baik dari BLUD yang Dibina

Indikator kinerja ini dikontribusikan oleh Koordinator Pengawasan JFA Bidang

Akuntan Negara (AN). Ditargetkan dalam Revisi Perjanjian Kinerja Tahun 2016 ada

3 (tiga) BLUD yang kinerjanya minimal baik dari 12 BLUD yang dibina. Indikator

persentase BLUD yang kinerjanya minimal berpredikat baik dari BLUD yang dibina

dihitung dari hasil evaluasi kinerja BLUD, survey dan analisis yang dilakukan pada

akhir tahun 2016, yang memiliki kerjasama dengan BPKP.

Upaya peningkatan kinerja BLUD dilakukan untuk mengukur pencapaian/ prestasi

kerja yang telah dilakukan manajemen atas strategi pencapaian visi dan misi

organisasi. Pengukuran ini menitikberatkan pada proses penilaian atas

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 57

keberhasilan kinerja korporasi apakah telah dilaksanakan secara ekonomis, efisien,

dan efektif.

Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2016 telah melaksanakan

evaluasi kinerja untuk tahun 2015 pada 3 BLUD dari 12 BLUD yang dibina yaitu:

1. BLUD RSUD Sekadau;

2. BLUD RSUD Landak; dan

3. BLUD RSUD Singkawang.

Dari hasil yang diperoleh berdasarkan evaluasi kinerja, survey dan analisis, serta

asistensi dan bimbingan teknis yang dilakukan pada 12 (dua belas) BLUD diatas ada,

indikator kinerja BLUD yang kinerjanya minimal baik dari BLUD yang dibina

mencapai 100% atau sebanyak 3 (tiga) BLUD dari target 3 (tiga) BLUD yang

kinerjanya minimal berpredikat baik dari BLUD yang dibina, yaitu RSUD dr. Abdul

Aziz Singkawang, RSUD Kabupateng Sekadau, dan RSUD Kabupaten Landak.

Terdapat 22 rekomendasi strategis yang dihasilkan dari penugasan tersebut.

Adapun capaian kinerja indikator persentase BLUD yang kinerjanya minimal

berpredikat baik dari BLUD yang dibina tahun 2016 tidak dapat dibandingkan

dengan tahun 2015 dikarenakan indikator ini baru ditargetkan pada tahun 2016.

Jika dibandingkan dengan tahun 2019 capaian kinerja ini sudah tercapai 38,46%

dari target 2019.

Keberhasilan pelaksanaan indikator sasaran program tersebut juga tidak terlepas

dari penggunaan dana sebesar Rp474.375.986,00 atau sebesar 97,40% dari target

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 58

sebesar Rp487.031.000,00 sehingga dapat dipastikan pelaksanaan kegiatan tersebut

dari sisi pendanaan telah efisien. Sementara itu penggunaan SDM untuk

melaksanakan indikator tersebut adalah sebanyak 1.881 OH atau 96,29% dari

rencana di dalam PKP2T sebanyak 1.944 OH, sehingga dapat disimpulkan

penggunaan SDM telah efisien.

Tingkat efisien tersebut baik keuangan maupun SDM juga dimanfaatkan untuk

pelaksanaan penugasan pengawasan yang tidak direncanakan sebanyak 51

penugasan pengawasan.

Sasaran Program 4 “Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern

Pemda”

1. Persentase APIP Pemerintah Provinsi Level 2

Indikator kinerja ini dikontribusikan oleh Koordinator Pengawasan JFA Bidang

Program, Pelaporan dan Pembinaan JFA dengan pelaksanaan penugasan yang

ditetapkan dalam PKP2T Tahun 2016 sebanyak 1 penugasan pengawasan dengan

ditetapkan target rekomendasi pada Revisi Perjanjian Kinerja Tahun 2016. Indikator

ini diukur dengan cara melakukan assesment tata kelola APIP di Inspektorat Provinsi

Kalimantan Barat dibandingkan dengan target kinerjanya.

Capaian kinerja untuk indikator tersebut telah mencapai 100% dari target kinerja

100%. Hasil ini diperoleh dari hasil evaluasi tim BPKP terhadap APIP Inspektorat

Provinsi yang telah berada di level 2 IA-CM sampai dengan akhir tahun 2016.

Adapun realisasi rekomendasi strategis yang dihasilkan dari penugasan tersebut

sebanyak 1 rekomendasi strategis yaitu :

Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat agar menerapkan standar kendali mutu, sesuai

Permenpan RB Nomor 19 Tahun 2009, melakukan telaah sejawat antar Irban,

melakukan analisis kebutuhan pegawai, menyusun rencana pengembangan SDM

(auditor), pendidikan latihan, workshop, pelatihan di kantor sendiri di lingkungan

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 59

Inspektorat Provinsi serta melengkapi persyaratan dokumen yang harus ada seperti

SOP Ikhtisar Hasil Pengawasan, serta pembenahan infrastruktur kapabilitas APIP

lainnya yang merujuk pada Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-1633/K/JF/2011 guna

meningkatkan kapabilitasnya ke level 3 (integrated).

Adapun capaian kinerja indikator persentase APIP Pemerintah Provinsi yang berada

Level 2 IA-CM tidak dapat dibandingkan dengan tahun 2015 dikarenakan indikator ini

baru ditargetkan pada tahun 2016. Jika dibandingkan dengan tahun 2019 capaian

kinerja ini masih tergolong tinggi dari target 2019 dikarenakan APIP Pemerintah

Provinsi yang berada Level 2 IA-CM diharapkan pada tahun 2019 meningkat menjadi

Level 3 IA-CM.

2. Persentase APIP Pemerintah Kabupaten/Kota Level 2

Indikator kinerja ini dikontribusikan oleh Koordinator Pengawasan JFA Bidang

Program, Pelaporan dan Pembinaan JFA dengan pelaksanaan penugasan yang

ditetapkan dalam PKP2T Revisi Tahun 2016 sebanyak 1 (satu) penugasan pengawasan

yaitu Evaluasi Pembinaan Kapabilitas APIP di Kabupaten Sintang. Indikator ini diukur

dengan cara melakukan assesment tata kelola APIP di Wilayah Kabupaten/Kota se-

Provinsi Kalimantan Barat dibandingkan dengan target kinerjanya. Sehingga untuk

memenuhi target IKUsebesar 28,57% atau sebanyak 4 kabupaten/kota yang berada di

level 2 IA-CM dilakukan 3 (tiga) penugasan Non PKP2T untuk menunjang ketercapaian

target outcome tersebut.

Capaian kinerja untuk indikator tersebut telah mencapai 28,57% atau sebesar

100,00% dari target kinerja 28,57%. Hasil ini diperoleh dari jumlah APIP yang telah

berada di level 2 IA-CM sampai dengan akhir tahun 2016 sudah 4 (empat) APIP yaitu

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 60

Inspektorat Kabupaten Sintang, Inspektorat Kota Singkawang, Inspektorat Kabupaten

Kubu Raya, dan Inspektorat Kota Pontianak.

Adapun rekomendasi strategis yang dihasilkan dari 4 (empat) penugasan tersebut

sebanyak 1 (satu) rekomendasi strategis yaitu :

Inspektorat Kabupaten/Kota agar menerapkan standar kendali mutu sesuai

Permenpan RB Nomor 19 Tahun 2009, menyusun audit ketaatan, kinerja dan pedoman

audit pengadaan barang dan jasa, melakukan analisis kebutuhan pegawai, menyusun

rencana pengembangan SDM (auditor), dan merujuk pada Peraturan Kepala BPKP

Nomor PER-1633/K/JF/2011 guna meningkatkan kapabilitasnya ke level 3

(integrated).

Adapun capaian kinerja indikator persentase APIP Pemerintah Kabupaten/Kota yang

berada Level 2 IA-CM meningkat sebesar 21,90% dari tahun 2015 yang sebesar 6,67%.

Jika dibandingkan dengan tahun 2019 capaian kinerja ini masih tergolong tinggi dari

target 2019 dikarenakan APIP Pemerintah Kabupaten/Kota yang berada Level 2 IA-CM

diharapkan pada tahun 2019 meningkat menjadi Level 3 IA-CM.

3. Persentase APIP Pemerintah Kabupaten/Kota Level 1

Indikator kinerja ini dikontribusikan oleh Koordinator Pengawasan JFA Bidang

Program, Pelaporan dan Pembinaan JFA yang dilaksanakan dengan penugasan

pengawasan yang tidak direncanakan. Indikator ini diukur dengan cara melakukan

assesment tata kelola APIP di Wilayah Kabupaten/Kota se-Provinsi Kalimantan Barat

dibandingkan dengan target kinerjanya. Sehingga untuk memenuhi target IKUsebesar

71,43% atau sebanyak 10 kabupaten yang berada di level 1 IA-CM dilakukan 5 (tiga)

penugasan Non PKP2T untuk menunjang ketercapaian target outcome tersebut yaitu

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 61

Pembinaaan Kapabilitas APIP Kabupaten Mempawah, Sambas, Kayong Utara, Melawi

dan Ketapang.

Capaian kinerja untuk indikator tersebut telah mencapai 71.43% atau sebesar

100,00% dari target kinerja 71,43%. Hasil ini diperoleh dari jumlah APIP yang telah

berada di level 1 IA-CM sampai dengan akhir tahun 2016 adalah 10 (sepuluh) APIP

yaitu Inspektorat Kabupaten Mempawah, Sambas, Sanggau, Bengkayang, Landak,

Sekadau, Kayong Utara, Kapuas Hulu, Melawi dan Ketapang.

Adapun rekomendasi strategis yang dihasilkan dari 7 (tujuh) penugasan tersebut

sebanyak 1 (satu) rekomendasi strategis yaitu :

Inspektorat agar menerapkan standar kendali mutu sesuai Permenpan RB Nomor 19

Tahun 2009, menyusun rancangan internal audit charter, melakukan analisis

kebutuhan pegawai, menyusun rencana pengembangan SDM (auditor), melengkapi

SOP pengawasan, penyusunan pedoman Audit Ketaatan, penelaahan sejawat antar

Irban serta pembenahan infrastruktur kapabilitas APIP yang merujuk pada Peraturan

Kepala BPKP Nomor PER-1633/K/JF/2011 guna meningkatkan kapabilitasnya ke level

2 (infrastructure).

Adapun capaian kinerja indikator persentase APIP Pemerintah Kabupaten/Kota yang

berada Level 1 IA-CM tidak dapat dibandingkan dengan tahun 2015 dikarenakan

indikator ini baru ditargetkan pada tahun 2016. Dan apabila dibandingkan dengan

tahun 2019 capaian kinerja ini 1070,91% dari target 2019 dikarenakan APIP

Pemerintah Kabupaten/Kota yang berada Level 1 IA-CM diharapkan pada tahun 2019

meningkat menjadi Level 2 IA-CM.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 62

Keberhasilan sasaran program tersebut tidak terlepas dari penggunaan dana sebesar

Rp64.190.871,00 atau sebesar 94,11% dari target sebesar Rp68.204.800.000,00

sehingga dapat dipastikan pelaksanaan kegiatan tersebut dari sisi pendanaan efisien.

Sementara itu penggunaan SDM untuk melaksanakan indikator tersebut adalah

sebanyak 311 OH atau 100% dari rencana di dalam PKP2T sebanyak 311 OH, sehingga

dapat disimpulkan penggunaan SDM telah efisien (termasuk kegiatan pendukung

mengikuti Forum Komunikasi JFA dan APIP yang menyerap dana sebesar

Rp4.527.87,00 dengan penggunaan SDM sebanyak 5 OH).

Sampai dengan akhir tahun 2016, hasil Assessment Tata Kelola APIP yang diukur

dengan level IA-CM adalah sebagai berikut:

No Nama Inspektorat/APIP Level IA-CM

1 Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat 2

2 Inspektorat Kota Pontianak 2

3 Inspektorat Kota Singkawang 2

4 Inspektorat Kabupaten Mempawah 1

5 Inspektorat Kabupaten Sambas 1

6 Inspektorat Kabupaten Bengkayang 1

7 Inspektorat Kabupaten Landak 1

8 Inspektorat Kabupaten Sanggau 1

9 Inspektorat Kabupaten Sekadau 1

10 Inspektorat Kabupaten Sintang 2

11 Inspektorat Kabupaten Melawi 1

12 Inspektorat Kabupaten Kapuas Hulu 1

13 Inspektorat Kabupaten Ketapang 1

14 Inspektorat Kabupaten Kayong Utara 1

15 Inspektorat Kabupaten Kubu Raya 2

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 63

Sasaran Program 5 “Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya”

Program ini bersifat generik yang ditujukan untuk memastikan terciptanya kondisi yang

diperlukan dalam melaksanakan tugas teknis pengawasan yang dibebankan deputi

rendal BPKP.

Berikut adalah capaian kinerja sasaran Program Dukungan Manajemen dengan

penggunaan dana sebesar Rp17.325.470.195.00 atau mencapai 96,49% dari target di

dalam RKA/KL tahun 2016 sebesar Rp17.955.182.000,00 sehingga terjadi efisiensi,

sementara itu sisi penggunaan SDM mencapai 955 OH atau mencapai 100% dari target

PKAU sebesar 955 OH sehingga telah terjadi efisiensi penggunaan SDM. Adapun Rincian

keberhasilan pelaksanaan program tersebut adalah sebagai berikut:

Uraian Program

Indikator Kinerja Sasaran Program

Satuan Target Realisasi Capaian

(%)

Meningkatnya

kualitas pelayanan

dukungan teknis

dalam pengawasan

BPKP

1 Persentase jumlah rencana

penugasan pengawasan yang

terealisasi

% 100 100

100

2 Persentase Tindak Lanjut Hasil

Pengawasan % 90 90 100

3 Tingkat Kepuasan Stakeholder

atas Pelayanan Perwakilan

BPKP

Skala 7 7,21

103

4 Persepsi kepuasan pegawai

perwakilan terhadap layanan

kepegawaian

Skala 7.8 7,22

92,56

5 Persepsi kepuasan pegawai

perwakilan atas pencairan

anggaran yang diajukan sesuai

prosedur

Skala 7.6 8,13

106,97

6 Persepsi kepuasan pegawai

perwakilan terhadap layanan

umum perkantoran

Skala 7.6 7,33

96,45

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 64

Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung keberhasilan program

tersebut adalah sebagai berikut :

Sasaran Kegiatan

Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Target Realisasi Capaian

(%)

Tersedianya

dukungan

manajemen dan

pelaksanaan tugas

teknis lainnya

dalam mencapai

kepuasan layanan

1 Jumlah Layanan Dukungan

Manajemen Perwakilan BPKP

Provinsi Kalimantan Barat

Laporan 80 80 100

Termanfaatnya

asset secara

optimal dalam

mencapai

kepuasaan

layanan ke Tata-

usahaan

1 Terlaksananya rehabilitasi

rumah dinas negara M2 200 200 100

2 Terlaksananya rehabilitasi

berat rumah dinas

M2 100 100 100

3 Terlaksananya rehabilitasi

pagar komplek rumah negara

M2 326 326 100

4 Terlaksananya rehabilitasi

pagar kantor Perwakilan

M2 120 120 100

Rata-rata Capaian Kinerja Output 746 746 100

Uraian masing-masing capaian indikator kinerja program adalah sebagai berikut :

1. Persentase Jumlah Rencana Penugasan Pengawasan yang Terealisasi

Indikator tersebut dimaksudkan untuk menilai tingkat keberhasilan penugasan

pengawasan yang direalisasikan sebagaimana ditargetkan di dalam PKP2T. Sehingga

perhitungan pencapaian outcome dilakukan dengan membandingkan antara jumlah

penugasan dalam PKP2T yang terealisasi dengan rencana penugasan dalam PKP2T.

Berdasarkan data Aplikasi New IPMS, realisasi penugasan pengawasan sampai dengan

31 Desember 2016 adalah sebanyak 205 penugasan pengawasan dari 205 penugasan

pengawasan yang direncanakan yang sebelumnya ada pembatalan dari deputi rendal

sebanyak 4 PP atau 100%. Terdapat penugasan yang tidak direncanakan selain

penugasan PKP2T sebanyak 395 penugasan pengawasan yang didominasi permintaan

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 65

dari pusat serta penugasan atas permintaan berupa bimbingan teknis, sosialisasi, dan

evaluasi.

Penugasan pengawasan yang telah dilaksanakan baik PKP2T dan Non PKP2T

menggunakan anggaran sebesar Rp2.661.605.737,00 atau 93,51% dari anggaran

sebesar Rp2.846.387.000,00 dengan penggunaan sumber daya pengawasan sebanyak

13.601 OH atau 95,82% dari target PKP2T sebanyak 14.197 OH.

Terdapat 4 (empat) penugasan pengawasan yang tidak dilaksanakan yang yaitu

penugasan Bidwas IPP yang dibatalkan dari deputi rendal sebagai berikut :

1. Evaluasi Pengawasan Pilkada

2. Monitoring Tindak Lanjut Hasil Audit Pengelolaan PNBP BHP Frekuensi pada UPT

Balai/Loka/Pos Monitoring Ditjen SDPPI Kementerian Komunikasi dan

Informatika.

3. Evaluasi Aksesibilitas Pendidikan Pada Kemendikbud Kabupaten C.

4. Reviu Pengadaan Pembangunan Gedung Universitas Tanjungpura Pontianak.

Seluruh penugasan selain dari PKPT yang dibatalkan dapat dilaksanakan sesuai

dengan PKP2T tahun 2016.

Dengan demikian capaian kinerja indikator tersebut adalah sebesar 100%. Capaian

kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2015 terjadi peningkatan

sebesar 2,33% dimana capaian tahun 2015 adalah sebesar 97,67%.

Laporan-laporan kegiatan pendukung selain kegiatan PKP2T dan non PKP2T

seluruhnya telah dikirimkan kepada Biro Perencanaan Pengawasan dan pemangku

laporan di BPKP secara tepat waktu yaitu sebagai berikut :

Target dan Realisasi Kegiatan Pendukung Penugasan Pengawasan

Kegiatan Sasaran Target Realisasi Capaian

(%)

1. Dokumen Perencanaan Kebutuhan

Sarana Prasarana

Dokumen 1 1 100

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 66

2. Persentase Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.

Indikator tersebut dimaksudkan untuk menilai tingkat tindak lanjut hasil pengawasan

yang dapat dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat dengan

kegiatan Monitoring Tindak Lanjut yang dilaksanakan setiap bulan. Indikator ini

dihitung dengan merata-ratakan tindak lanjut hasil pengawasan sampai dengan tahun

2. Dokumen Perencanaan Kebutuhan

SDM

Dokumen 1 1 100

3. Jumlah Dokumen Perjanjian Kinerja

(PK)

Dokumen 1 1 100

4. Jumlah Dokumen Rencana Anggaran

(RKAKL)

Dokumen 2 2 100

5. Jumlah Dokumen Rencana Kinerja

Tahunan (RKT)

Dokumen 1 1 100

6. Jumlah Laporan BMN Laporan 2 2 100

7. Jumlah Laporan Budaya Kerja Laporan 2 2 100

8. Jumlah Laporan GDN Laporan 12 12 100

9. Jumlah Laporan Kearsipan Laporan 4 1 100

10. Jumlah Laporan Keuangan Laporan 13 13 100

11. Jumlah Laporan Kinerja (Lapkin) Laporan 16 16 100

12. Jumlah Laporan Mutasi, Promosi,

dan Kenaikan Pangkat Terpadu

Pegawai

Laporan 2 2 100

13. Jumlah Laporan Pelaksanaan

Rencana Pembangunan (PP39)

Laporan 4 4 100

14. Laporan Kehumasan Laporan 4 4 100

15. Laporan Konservasi energi /

Penghematan energi

Laporan 2 2 100

16. Laporan Penyelenggaraan SPIP Laporan 4 4 100

17. Laporan Program Pelatihan Mandiri

(PPM)

Laporan 4 4 100

18. Laporan Tindak Lanjut Hasil

Pengawasan

Laporan 4 4 100

19. Laporan Tindak Lanjut Hasil Raker Laporan 1 1 100

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 67

2016 yang dapat ditindaklanjuti baik dari sisi kejadian ataupun nilai rupiah nya yang

dibandingkan dengan target kinerja tahun 2016.

Berdasarkan data dari Aplikasi SIM–HP sampai dengan akhir tahun 2016 terlihat

kondisi temuan sebanyak 4.946 kejadian dengan nilai sebesar Rp110.812.601.897,71

telah ditindaklanjuti sebanyak 4.411 kejadian atau sebesar 89,18% dari jumlah

kejadian dengan nilai Rp100.324.578.242,61 atau sebesar 90,53% dari nilai temuan

dengan rincian sebagai berikut:

No. Instansi Temuan Tindak Lanjut Saldo

Kej Nilai

(Rp)

Kej Nilai

(Rp)

Kej Nilai

(Rp)

1. Kementerian

Koordinator

35 165.009.000,00 23 165.009.000,00 12 0,00

2. Kementerian/

Lembaga

3548 53.927.857.223,32 3192 46.461.483.534,65 356 7.466.373.688,67

3. Non

Kementerian/

Lembaga

103 569.924.664,63 74 303.304.436,63 29 266.620.228,00

4 Pemda 800 44.595.446.829,37 729 42.609.755.012,56 71 1.985.691.816,81

5. BUMN 215 4.199.923.668,84 188 3.840.382.203,82 27 359.541.465,02

6. BUMD 220 7.282.765.809,55 180 6.872.969.352,95 40 409.796.456,60

7. Lembaga

Tinggi dan

Tertinggi

Negara

25 71.674.702,00 25 71.674.702,00 0 0,00

Jumlah 4946

110.812.601.897,71

4411

100.324.578.242,61

535

10.488.023.655,10

Berdasarkan tabel di atas, tindak lanjut berdasarkan jumlah kejadian telah mencapai

90% dan berdasarkan nilai temuan telah mencapai 90,53%. Apabila dirata-ratakan

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 68

nilai capaian kinerja indikator persentase tindak lanjut hasil pengawasan adalah

sebesar 89,86% dan apabila dibandingkan dengan target kinerja di dalam Renstra

Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat untuk Tahun 2016 sebesar 90%, maka

capaian kinerja indikator tersebut adalah sebesar 100%.

Capaian kinerja tersebut sudah termasuk adanya hasil pemeriksaan tahun 2016 atas

pelaksananaan penugasan yang diminta oleh beberapa Satker pada Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang bukan pelaksanaan PKP2T tahun 2016

yang digolongkan ke dalam temuan hasil pemeriksaan yang tindak lanjutnya menjadi

tanggung jawab Satker yang meminta penugasan pengawasan tersebut (pengelolaan

SIM-HP masuk kategori 09) yaitu atas penugasan sebagai berikut :

1. Laporan LATT-341/PW14/2/2015 tanggal 11 Agustus 2015 yaitu Audit Tujuan

Tertentu Atas Paket Pembangunan Jalan Akses Jembatan Tayan Pada Satuan Kerja

Pembangunan Jembatan Tayan Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2012-

2014 dengan temuan sebanyak 3 (tiga) kejadian sebesar Rp27.949.982,00.

2. Laporan LATT-479/PW14/2/2015 tanggal 27Oktober 2015 yaitu Audit Paket

Peningkatan Struktur Jalan Batas Kota Sanggau-Sekadau I dengan temuan sebanyak

2 (dua) kejadian sebesar Rp 5.044.070.737,62.

3. Laporan LATT-528/PW14/2/2015 tanggal 23 Nopember 2015 yaitu Audit Paket

Peningkatan Struktur Jalan Balai karangan - Entikong - bts. Sarawak Tahun

Anggaran 2014 sebanyak 1 (satu) kejadian.

Keberhasilan kinerja indikator tersebut tidak terlepas dari pelaksanaan kegiatan

monitoring tindak lanjut yang telah dilaksanakan selama tahun 2016 yaitu sebanyak

13 kali dari target didalam RKA/KL sebanyak 12 kali dengan rincian sebagai berikut :

1. Satker di Provinsi Kalimantan Barat sebanyak 2 (dua) Kali.

2. Satker di Kota Pontianak sebanyak 2 (dua) Kali.

3. Satker di Kabupaten Mempawah sebanyak 2 (dua) kali.

4. Satker di Kabupaten Kubu Raya sebanyak 1 (satu) kali.

5. Satker di Kabupaten Sintang sebanyak 1 (satu) kali.

6. Satker di Kabupaten Sanggau sebanyak 1 (satu) kali.

7. Satker di Kabupaten Melawi sebanyak 1 (satu) kali.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 69

8. Satker di Kabupaten Kapuas Hulu sebanyak 1 (satu) kali.

9. Satker di Kabupaten Bengkayang sebanyak 1 (satu) kali.

10. Satker Kementerian Pendidikan Nasional di seluruh Provinsi Kalimantan Barat

sebanyak 1 (satu) kali.

Capaian Indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan dengan tahun sebelumnya

dikarenakan indikator tersebut baru digunakan di Tahun 2016 sebagaimana tertuang

di dalam Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016 – 2019 yang

mana indikator tersebut berbeda dengan indikator yang tertuang di dalam Renstra

Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2010 – 2014.

3. Tingkat Kepuasan Stakesholder atas Pelayanan Perwakilan BPKP

Indikator tersebut dimaksudkan untuk menilai persepsi kepuasan terhadap pelayanan

perwakilan BPKP terhadap stakesholder. Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan

BPKP, diukur dengan menyebarkan kuesioner kepada stakesholder Perwakilan BPKP

Provinsi Kalimantan Barat, dengan indeks kepuasan sebagaimana skor berikut:

1 = Sangat Tidak Setuju

2 = Tidak Setuju

3 = Setuju

4 = Sangat Setuju

Terhadap seluruh jawaban kuesioner terhadap 23 pertanyaan yang masuk dirata-

ratakan untuk memberikan suatu kesimpulan yang menghasilkan pernyataan bahwa

stakesholder menunjukkan kepuasan yang baik terhadap layanan kinerja BPKP yang

dikonversikan pada indeks kepuasan sebesar 7,21.

4. Persepsi Kepuasan Pegawai Perwakilan Terhadap Layanan Kepegawaian.

Indikator tersebut dimaksudkan untuk menilai persepsi kepuasan terhadap pelayanan

pengelola kepegawaian. Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan pada Subbagian

Kepegawaian, diukur dengan menyebarkan kuesioner kepada pegawai Perwakilan

BPKP Provinsi Kalimantan Barat, dengan indeks kepuasan sebagaimana skor berikut:

Tidak Puas (0 – 5,49)

Cukup Puas (5,50 –6,99)

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 70

Puas (7,00 –8,49)

Sangat Puas (8,50 –10,00)

Terhadap seluruh jawaban kuesioner yang masuk selanjutnya dirata-ratakan untuk

memberikan suatu kesimpulan terhadap 11 pertanyaan yang akan dinilai, yaitu:

1) Apakah anda merasa puas atas pelayanan pengurusan/penetapan angka kredit?

2) Apakah anda merasa puas atas pelayanan terhadap kenaikan pangkat?

3) Apakah anda merasa puas dengan perlakuan penerapan disiplin di lingkungan

Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat?

4) Apakah anda merasa puas dengan perlakuan penerapan sanksi pelanggaran disiplin

pegawai di lingkungan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat?

5) Apakah anda merasa puas dengan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

dalam memberikan penghargaan bagi setiap pegawai yang berprestasi?

6) Apakah anda merasa puas atas pelayanan terhadap pengurusan hak cuti?

7) Apakah anda merasa puas atas pelayanan hak-hak kepegawaian lainnya seperti

askes, sertifikat dan pensiun telah berjalan dengan baik?

8) PKS yang dilaksanakan telah memberikan manfaat bagi peningkatan wawasan dan

pengetahuan pegawai?

9) Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat telah memberikan kesempatan yang

sama bagi pegawai untuk mengikuti diklat?

10) Bagaimana menurut pendapat anda atas pengaturan kesempatan bagi pegawai

untuk mengikuti diklat apakah telah dilaksanakan dengan baik?

11) Secara umum, apakah pelayanan kepegawaian telah memuaskan pegawai?

Berdasarkan olah data atas jawaban kuesioner yang telah diterima dari 54 responden

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan pengurusan/penetapan angka

kredit,diperoleh angka sebesar 7,19 .

2) Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan kenaikan pangkat, diperoleh angka

sebesar 7,52 .

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 71

3) Indeks kepuasan pegawai terhadap perlakuan penerapan disiplin di lingkungan

Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat, diperoleh angka sebesar 7,07 .

4) Indeks kepuasan pegawai terhadap perlakuan penerapan sanksi pelanggaran

disiplin di lingkungan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat, diperoleh angka

sebesar 6,80 .

5) Indeks kepuasan pegawai terhadap penghargaan yang diberikan oleh Perwakilan

BPKP Provinsi Kalimantan Barat, diperoleh angka sebesar 6,63 .

6) Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan pengurusan hak cuti, diperoleh angka

sebesar 7,80.

7) Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan hak-hak kepegawaian lainnya (Askes,

Sertifikat, Pensiun, dan lain-lain), diperoleh angka sebesar 7,41 .

8) Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan atas pelaksanaan PKS, diperoleh

angka sebesar 7,57 .

9) Indeks kepuasan pegawai atas kesempatan untuk memperoleh diklat, diperoleh

angka sebesar 6,98 .

10) Indeks kepuasan pegawai atas pengaturan kesempatan untuk memperoleh diklat

bagi JFA, diperoleh angka sebesar 7,06 .

11) Indeks pelayanan kepegawaian secara umum, diperoleh angka sebesar 7,37.

Secara rata-rata, maka capaian realisasi untuk indeks kepuasan kepegawaian ini

mencapai 7,22 dan apabila dibandingkan dengan target kinerja tahun 2016 sebesar

7,8% maka capaian indikator “Persepsi kepuasan pegawai perwakilan terhadap

layanan kepegawaian” tercapai sebesar 92,56%.

Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2015 mengalami

peningkatan sebesar 0,01. Untuk mencapai indikator kinerja outcome tersebut

didukung dengan kegiatan sebagai berikut:

1) Penyusunan Laporan Triwulanan PKS

Realisasi penyusunan laporan triwulanan Pelaksanaan PKS dan Evaluasi

Pelaksanaan PKS selama tahun 2016 sebanyak 4 laporan atau 100 % dari target

sebanyak 4 laporan.

2) Penyusunan Laporan Semesteran Budaya Kerja

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 72

Realisasi penyusunan laporan Semesteran Budaya Kerja selama tahun 2016

sebanyak 2 laporan atau 100 % dari target sebanyak 2 laporan.

3) Penilaian Angka Kredit

DUPAK yang diterima oleh Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit JFA selama tahun

2015 sampai dengan 2016 berjumlah 152 DUPAK yang terdiri dari 74 untuk masa

penilaian semester II tahun 2015 dan 78 untuk semester I tahun 2016. Dari jumlah

tersebut seluruhnya telah dinilai oleh Tim Penilai Angka Kredit JFA.

4) SK Pengangkatan, Pemberhentian, Pembebasan dan Alih Jabatan PFA

Selama tahun 2016 terdapat pengangkatan pertama PFA sebanyak 2 orang,

pembebasan sementara sebagai PFA sebanyak 1 orang, kenaikan jabatan PFA

sebanyak 1 orang. Dalam tahun 2016 tersebut tidak terdapat pengangkatan kembali

sebagai PFA , pemberhentian dan alih jabatan PFA.

5) Pemrosesan DP3

Selama tahun 2016 telah dilaksanakan Penilaian Prestasi Kerja (SKP) sebanyak 105

pegawai atau 100%.

6) Pembuatan Surat Izin Cuti

Dari 105 jumlah pegawai yang mengajukan cuti selama tahun 2016 sebanyak 191

kali termasuk didalamnya pegawai yang mengajukan cuti lebih dari 1 kali dalam

setahun dan seluruhnya telah dikeluarkan surat izin cutinya. Pengajuan cuti PNS

sebanyak 191 kali tersebut terdiri atas cuti tahunan sebanyak 164, cuti alasan

penting 20, cuti besar 3, dan cuti bersalin 4.

7) Pemrosesan Inpassing/Penyesuaian/KGB Gaji Pokok PNS

Selama tahun 2016 telah dilaksanakan pemrosesan inpassing/penyesuaian gaji

pokok PNS sesuai Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2016 tentang Penyesuaian

Gaji Pokok PNS sebanyak 110 SK inpassing.

Pada tahun 2016 pemrosesan Kenaikan Gaji Berkala dilakukan untuk 35 pegawai

atau 100 % dari usulan, dengan rincian sebagai berikut:

Periode Januari 2016 : 23 orang

Periode April 2016 : 3 orang

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 73

Periode Juli 2016

Periode Agustus 2016

:

:

1 orang

8 orang

Jumlah : 35 Orang

8) Pemrosesan Pengangkatan PNS

Dalam tahun 2016, telah diusulkan pengangkatan CPNS menjadi PNS sebanyak 20

PNS. Dari usulan tersebut telah diterima SK pengangkatan sebagai PNS sebanyak 20

PNS.

Rincian SK pengangkatan PNS tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Periode Per 1 Maret 2016

Usulan Pengangkatan PNS : 3 orang

SK Pengangkatan PNS : 3 orang

9) Pemrosesan Kenaikan Pangkat Terpadu

Dalam tahun 2016, telah diusulkan kenaikan pangkat sebanyak 7 PNS. Dari usulan

tersebut telah diterima SK kenaikan pangkat sebanyak 7 PNS.

Rincian SK kenaikan pangkat tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Periode Per 1 April 2016

Usulan Kenaikan Pangkat : 1 orang

SK Kenaikan Pangkat : 1 orang

Periode per 1 Oktober 2016

Usulan Kenaikan Pangkat : 6 orang

SK Kenaikan Pangkat : 6 orang

5. Persepsi Kepuasan Pegawai Perwakilan atas Pencairan Anggaran yang Diajukan

Sesuai Prosedur.

Indikator ini diukur melalui hasil pengisian kuesioner oleh pegawai mengenai

pelayanan Subbagian Keuangan. Indikator ini diukur dengan skala likert 1-10 dan

berdasarkan hasil survey nilai yang diperoleh oleh Subbagian Keuangan secara rata-

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 74

rata adalah 8,13 skala likert. Apabila dibandingkan dengan target tahun 2016 sebesar

7,74 skala likert, maka capaian indikator kinerja “Persepsi kepuasan pegawai

perwakilan atas pencairan anggaran yang diajukan sesuai prosedur” adalah

sebesar 105,03% atau dengan predikat “sangat berhasil”.

Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2015 mengalami

peningkatan sebesar 0,39.

Indeks persepsi kepuasan pegawai atas pencairan anggaran yang diajukan sesuai

prosedur sebesar 8,13 skala likert tersebut diperoleh dengan menyebarkan kuesioner

atas 7 pertanyaan kepada 54 pegawai. Hasil kuesioner tersebut dirata-ratakan dengan

urutan tingkat kepuasan sebagai berikut:

Tidak Puas (0 – 5,49)

Cukup Puas (5,50 – 6,99)

Puas (7,00 – 8,49)

Sangat Puas (8,50 – 10,00)

Kuesioner yang disampaikan kepada para pegawai terkait dengan hal sebagai berikut:

1) Kepuasan atas pelayanan pengurusan gaji;

2) Kepuasan atas pelayanan pengurusan tunjangan kinerja;

3) Kepuasan atas pelayanan terhadap pengurusan rapel gaji/tunjangan kinerja;

4) Kepuasan atas pelayanan terhadap pengurusan uang makan;

5) Kepuasan atas pelayanan pemrosesan kenaikan gaji berkala;

6) Kepuasan atas pelayanan pengurusan biaya perjalanan dinas; dan

7) Kepuasan atas pelayanan subbagian keuangan secara umum.

Hasil tabulasi terhadap persepsi kepuasan terhadap pelayanan Subbagian Keuangan

adalah sebagai berikut:

1) Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan pengurusan gaji, capaian indeks

kepuasan mencapai 8,26.

2) Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan pengurusan tunjangan kinerja,

capaian indeks kepuasan mencapai 8,24.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 75

3) Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan pengurusan, capaian indeks

kepuasan mencapai 8,17.

4) Indeks Kepuasan pegawai terhadap pelayanan pengurusan uang, capaian indeks

kepuasan mencapai 8,24.

5) Indeks Kepuasan pegawai terhadap pelayanan pemrosesan kenaikan gaji berkala,

capaian indeks kepuasan mencapai 8,28.

6) Indeks Kepuasan pegawai terhadap pelayanan pengurusan biaya perjalanan dinas,

capaian indeks kepuasan mencapai 7,54.

7) Indeks Kepuasan pegawai terhadap pelayanan keuangan secara, capaian indeks

kepuasan mencapai 8,20.

Dari tabulasi tersebut dapat diketahui bahwa persepsi tertinggi/indeks tingkat

kepuasan pelayanan, diberikan atas jasa pelayanan pengurusan tunjangan kinerja,

yaitu dengan skor 8,28. Sedangkan indeks terendah berkenaan dengan pelayanan

terhadap pengurusan biaya perjalanan dinas dan rapel dengan skor 7,54.

Selain itu Subbagian Keuangan juga melaksanakan kegiatan lainnya yang terkait

dengan administrasi keuangan, yaitu:

1) Pembayaran gaji sebanyak 13 kali pembayaran (Laporan SPJ);

2) Tunjangan kinerja bulanan sebanyak 13 kali pembayaran (Laporan SPJ);

3) Pembayaran uang makan sebanyak 12 kali (Laporan SPJ); dan

4) Pembayaran honor pada pegawai honorer 13 kali.

Pada Tahun anggaran 2015, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat mendapatkan

Alokasi Anggaran berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

(DIPA) Tahun Anggaran 2015 Nomor : DIPA-089.01.2.450598/2016 tanggal 7

Desember 2015 dengan alokasi anggaran sebesar Rp22.190.135.000,00 dan setelah

beberapa kali revisi mengalami peningkatan anggaran menjadi Rp20.801.569.000,00

yang keseluruhan digunakan untuk pelaksanaan kegiatan rutin kantor.

Selama tahun anggaran 2016, terhadap DIPA Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan

Barat telah mengalami 4 (empat) kali revisi dengan uraian sebagai berikut :

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 76

1) Revisi Pertama pada tanggal 23 juni 2016, Dalam rangka menindaklanjuti Surat

Kepala BPKP kepada Menteri Keuangan Nomor S-421/K/SU/2016 tanggal 19 mei

2016 hal Penyampaian Penghematan/Pemotongan Anggaran TA 2016.

Revisi tersebut tidak mempengaruhi pagu anggaran sebesar Rp22.190.135.000,00,

hanya terdapat Self Blocking (Bintang) pada belanja 52 (Barang dan Jasa) senilai

Rp288.566.000,00 dengan rincian di Program 01 senilai Rp94.925.000,00 dan

program 06 senilai Rp193.641.000,00.

2) Revisi Kedua pada tanggal 3 Agustus 2016, pelaksanaan revisi terkait dengan

pemotongan anggaran pada belanja 52 (Barang dan Jasa) senilai Rp288.566.000,00

dengan rincian dengan rincian di Program 01 senilai Rp94.925.000,00 dan program

06 senilai Rp193.641.000,00.

Atas revisi tersebut terdapat perubahan pagu anggaran yang semula

Rp22.190.135.000,00 menjadi Rp21.901.569.000,00.

3) Revisi Ketiga pada tanggal 19 September 2016, pelaksanaan revisi karena

menindaklanjuti Surat Kepala BPKP kepada Menteri Keuangan Nomor S-

421/K/SU/2016 tanggal 19 Mei 2016 hal Penyampaian Penghematan/Pemotongan

Anggaran Tahap II TA 2016, dengan rincian sebagai berikut :

Pemotongan Anggaran pada Program 01 pada Belanja Pegawai (51) senilai

Rp1.100.000.000,00.

Penghematan/Self Blocking pada Program 06 pada belanja Barang dan Jasa (52)

senilai Rp122.998.000,00.

Atas revisi tersebut terdapat perubahan pagu anggaran yang semula

Rp21.901.569.000,00 menjadi Rp20.801.569.000,00.

4) Revisi Keempat pada tanggal 22 November 2016, pelaksanaan revisi karena hal-hal

sebagai berikut :

Memenuhi kebutuhan anggaran kegiatan Pengawasan Intern Akuntabilitas

Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah sampai dengan bulan Desember 2016.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 77

Memenuhi kebutuhan anggaran Belanja Pegawai sampai dengan bulan

Desember 2016.

Memenuhi kebutuhan anggaran belanja operasional yaitu belanja obat-obatan,

belanja pemeliharaan peralatan dan mesin serta belanja pemeliharaan gedung

dan bangunan sampai dengan bulan Desember 2016.

Atas revisi tersebut tidak mengubah pagu anggaran.

Berdasarkan Revisi Keempat tersebut, DIPA Perwakilan BPKP sebesar

Rp20.801.569.000,00 yang digunakan untuk kegiatan rutin kantor sampai dengan

19 Desember 2016 realisasi penyerapan sebesar Rp19.987.075.9322,00 atau

96,08%.

6. Persepsi Kepuasan Pegawai Perwakilan Terhadap Layanan Umum Perkantoran

Fungsi dukungan manajemen BPKP diantaranya dilaksanakan melalui penyediaan dan

pengelolaan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan di lingkungan BPKP.

Indikator ini diukur dari tingkat persepsi kepuasan terhadap pelayanan pengelolaan

umum perkantoran yang dapat diberikan oleh unit layanan yang bertanggung jawab

atas pengelolaan sarpras.

Keberhasilan capaian IKU ditunjukkan dengan tingginya tingkat kepuasan penerima

layanan atas penyediaan sarana dan prasarana aparatur negara. Target yang

ditetapkan pada 2016 di dalam Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

tahun 2016-2019 adalah sebesar 7,60 dari skala likert 1-10. Dari target yang

ditetapkan tersebut, terealisasi sebesar 7,33 yaitu berdasarkan nilai yang diberikan

oleh pegawai atas pelayanan Subbagian Umum, sehingga capaian kinerja indikator

tersebut adalah sebesar 96,44%.

Capaian kinerja indikator tersebut dibandingkan dengan tahun 2015 mengalami

peningkatan sebesar 2,52.%.

Secara umum capaian kegiatan Pengadaan Inventaris Kantor dan

Rehabilitasi/Perbaikan Sarana dan Prasarana Kantor telah sesuai dengan tergetnya.

Namun berdasarkan persepsi kepuasan pegawai atas terpenuhinya sarana dan

prasarana yang diukur dengan menyebarkan kuesioner untuk dijawab oleh 54

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 78

pegawai Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat atas 7 pernyataan dengan hasil

sebagai berikut :

1) Gedung kantor telah terawat dengan baik dengan nilai 7,52.

2) Pemeliharaan dan kebersihan lingkungan kantor telah berjalan dengan baik

dengan nilai 7,43.

3) Sarana dan prasarana telah terpelihara dengan baik dengan nilai 7,33.

4) Layanan surat-menyurat telah dilaksanakan dengan baik dengan nilai 6,96.

5) Penyediaan sarana dan prasarana untuk mendukung tugas dan fungsi kantor telah

memenuhi harapan pegawai dengan nilai 7,13.

6) Subbagian umum peduli atas masukan, keluhan, dan pengaduan terkait layanan

terhadap pegawai dengan nilai 7,43.

7) Secara umum, pelayanan umum telah memuaskan pegawai dengan nilai 7,52.

Dibandingkan dengan targetnya sebesar 7,5 terlihat bahwa kinerja indikator tersebut

telah baik, namun demikian tetap diperlukan kearifan dari para pegawai penerima

layanan dalam hal:

1) Pemanfaatan listrik kantor terkait dengan penghematan energi. Dengan listrik yang

ada sebesar 155.000 VA maka kebutuhan listrik kantor sudah tercukupi, namun

demikian penggunaaan listrik kantor harus digunakan sesuai kebutuhan dan

mematikan AC, listrik ruangan serta mematikan peralatan listrik lainnya apabila

telah digunakan.

2) Pemanfaatan rumah negara telah di manfaatkan sesuai peruntukannya dan rumah

negara tersebut di manfaatkan oleh pegawai yang memenuhi syarat yang telah

ditetapkan oleh Perwakilan sebab jumlah rumah negara yang tersedia tidak

sebanding dengan kebutuhan yang ada.

Selain tingkat kepuasan atas pelayanan umum perkantoran, perlu juga dilihat tingkat

Pemanfaatan Aset digunakan untuk mengukur penggunanaan, pengelolaan, dan

pengembangan kapasitas sarana dan prasarana di Perwakilan BPKP Provinsi

Kalimantan Barat yang dilaksanakan Bagian Tata Usaha.

Jumlah aset yang digunakan untuk menunjang kegiatan kantor diluar aset tanah yang

pemanfaatannya tidak mengalami perubahan (statis) adalah 7 unit kendaraan roda

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 79

empat dan 1 unit kendaraan roda dua dan yang tidak digunakan sebanyak 1 unit roda

empat karena kondisinya rusak berat (RB) dari kelompok aset Peralatan dan Mesin;

Gedung dan Bangunan; Jaringan dan Aset Tetap Lainnya.

Keberhasilan pelaksanaan sasaran program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas

lainnya tidak terlepas dari penggunaan dana sebesar Rp17.325.470.195.000,00 atau

sebesar 96,49% dari target sebesar Rp17.955.182.000,00 sehingga dapat dipastikan

pelaksanaan kegiatan tersebut dari sisi pendanaan tidak efisien. Penggunaan SDM untuk

melaksanakan indikator tersebut adalah sebanyak 955 OH atau 100% dari target PKAU

sebanyak 955 OH sehingga dapat disimpulkan penggunaan SDM telah efisien.

B. Realisasi Anggaran

1. Realisasi DIPA 2015

Realisasi belanja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat adalah sebesar

Rp19.998.616.871,00 atau 96,04% dari anggaran yaitu sebesar

Rp20.801.569.000,00 dengan rincian sebagai berikut:

a. Realisasi belanja per jenis program, yaitu sebagai berikut:

Kode

Program

Uraian Program Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

01 Program Dukungan

Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya BPKP

17.955.182.000 17.325.470.195 96,49

06 Program Pengawasan Intern

Akuntabilitas Keuangan

Negara dan Pembinaan

Penyelenggaraan SPIP

2.846.387.000 2.661.605.737 93,51

Jumlah 20.801.569.000 19.987.075.932 96,08

b. Realisasi belanja perjenis belanja yaitu sebagai berikut:

No Jenis Belanja Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Belanja Pegawai 14.369.252.000 13.910.762.695 96,87

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 80

2 Belanja Barang 5.816.857.000 5.463.450.237 93,92

3 Belanja Modal 615.460.000 612.863.000 99,58

Jumlah 20.801.569.000 19.987.075.932 96,08

Belanja pegawai merupakan pengeluaran yang dibayarkan langsung kepada

pegawai Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat, dengan rincian sebagai

berikut:

No Jenis Belanja Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Belanja Gaji dan Tunjangan PNS 7.087.574.000 6.774.296.491 95,65

2 Belanja Lembur 173.904.000 172.640.000 99,27

3 Belanja Tunjangan Khusus 7.107.774.000 6.963.826.204 98,02

Jumlah 14.369.252.000 13.910.762.695 96,87

Belanja Barang merupakan pengeluaran rutin kantor berupa pembelian barang

habis pakai, perjalanan dinas, dan jasa, dengan rincian sebagai berikut:

No Jenis Belanja Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Belanja Barang Operasional 1.023.202.000 1.000.566.506 97,79

2 Belanja Barang non Operasional 54.751.000 21.300.500 38,90

3 Belanja Barang Persediaan 437.710.000 318.967.696 72,87

4 Belanja Jasa 240.300.000 176.809.520 73,58

5 Belanja Pemeliharaan 573.411.000 572.990.267 99,93

6 Belanja Perjalanan Dinas Dalam

Negeri 3.487.483.000 3.372.815.748 96,71

Jumlah 5.816.857.000 5.463.450.237 93,92

Belanja Modal merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

penambahan sarana dan prasarana kantor yang menambah nilai aset, dengan

rincian sebagai berikut :

No Jenis Belanja Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Belanja Modal Gedung dan

Bangunan 615.460.000 612.863.000 99,58

Jumlah 615.460.000 612.863.000 99,58

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 81

2. Biaya Penugasan Beban Pihak Ketiga

Perwakilan BPKP provinsi Kaliamantan Barat dalam menjalankan tugas yang

diamanatkan juga menggunakan pembiayaan dari dana mitra yang bersumber dari

Kementerian/Lembaga, dan Pemerintah Daerah.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 82

BAB IV

PENUTUP

Dalam menjalankan mandat yang diamanahkan sebagaimana tercantum dalam

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah (SPIP) dan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang

BPKP yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional. Dalam

melaksanakan tugas tersebut, BPKP menyelenggarakan dua fungsi utama yaitu fungsi

pengarahan dan pengoordinasian pengawasan intern dan fungsi pengawasan intern.

Amanah tersebut dituangkan dalam Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi

Kalimantan Barat tersebut mengacu kepada Rencana Strategis (Renstra) BPKP 2015

– 2019 yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima)

tahun yaitu tahun 2016 – 2019.

Laporan Kinerja (LKj) Instansi Pemerintah merupakan bentuk akuntabilitas dari

pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah

atas penggunaan anggarannya. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan

laporan kinerja adalah pengukuran dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure)

secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.

A. Capaian Kinerja organisasi

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat ini disusun

berdasarkan data realisasi kinerja yang telah dikelola secara sistematis dengan

menggunakan Sistem Aplikasi New IPMS dan Aplikasi SIM-HP. Format disusun

berdasarkan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian

Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah.

Capaian kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat diukur dengan

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 83

merata-ratakan pencapaian keberhasilan Program yang diwakili oleh masing-

masing indikator yang telah ditetapkan dalam Renstra dan Revisi Perjanjian

Kinerja tahun 2016 yang dititikberatkan pada indikator outcome dari kegiatan di

dalam masing-masing program yang dilaksanakan tahun 2016.

Berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2016 yang telah direvisi dengan adanya

revisi RKA/KL berisikan 15 indikator kinerja utama (IKU) dari 4 Sasaran Program

Pengawasan dan 6 IKU dari 1 Sasaran Program Layanan Dukungan Manajemen

yang harus dicapai oleh 5 koordinator pengawasan serta 1 pejabat eselon III.

Capaian kinerja yang dilaksanakan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :

No Uraian Indikator Kinerja Utama Program Satuan Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Perbaikan tatakelola, manajemen risiko, dan

pengendalian intern pengelolaan program nasional % 45,00 44,12 98,04

2 Persentase tindak lanjut rekomendasi tata kelola,

manajemen risiko dan pengendalian intern

pengelolaan korporasi

% 100,00 100,00 100,00

3 Penyerahan hasil pengawasan keinvestigasian

kepada aparat penegak hukum % 90,00 100,00 111,11

4. Maturitas SPIP Pemerintah Propinsi (level 3) % 100,00 0,00 0,00

5 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/kota (level

3) % 14,29 0,00 0,00

6 Persentase BUMN/anak perusahaan dengan skor

GCG baik % 100,00 100,00 100,00

7 Persentase BUMN/anak perusahaan yang kinerjanya

berpredikat minimal A (baik) % 100,00 100,00 100,00

8 Persentase BUMD yang kinerjanya minimal

berpredikat baik dari BUMD yang dibina % 20,00 26,67 133,33

9 Presentase BLUD yang kinerjanya minimal baik dari

BLUD yang dibina % 25,00 25,00 100,00

10 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) % 0,00 0,00 0,00

11 Kapabilitas APIP Pemerintah

Kabupaten/Kota(Level 3) % 0,00 0,00 0,00

12 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2) % 100,00 100,00 100,00

13 Kapabilitas APIP Pemerintah

Kabupaten/Kota(Level 2) % 28,57 28,57 100,00

14 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1) % 0,00 0,00 0,00

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 84

Dari capaian kinerja program-program tersebut terdapat IKU pada sasaran

program “Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP Pemda” yang memiliki capaian

sebesar 0%. Tidak terealisasinya IKU pada sasaran program tersebut disebabkan

kondisi sebagai berikut :

b. Pemerintah Daerah telah melaksanakan pengendalian intern, namun tidak

terdokumentasi dengan baik dan pelaksanaanya sangat tergantung pada

individu dan belum melibatkan semua unit organisasi. Efektivitas pengendalian

belum dieevaluasi sehingga banyak terjadi kelemahan yang belum ditangani

memadai. Rendahnya kapasitas dan kapabilitas aparatur serta kurangnya

komitmen juga ikut berkontribusi terhadap rendah nya maturitas SPIP.

c. Kurangnya komitmen pimpinan daerah maupun pimpinan SKPD akan arti dan

pentingnya Sistim Pengendalian Intern pemerintah yang dapat diandalkan

untuk menjamin tercapainya tujuan organisasi dan sebagai sistim peringatan

dini yang efektif.

B. Upaya dalam Rangka Peningkatan Kinerja

Capaian kinerja sasaran kinerja program-program tahun 2016 belum merupakan

capaian optimal dan memerlukan perbaikan kinerja di masa yang akan datang

dengan meningkatkan upaya-upaya kegiatan assurance dan consultancy. Selain itu

15 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota

(Level 1) % 71,43 71,43 100,00

16 Persentase jumlah rencana penugasan pengawasan

yang terealisasi % 100,00 100,00 100,00

17 Persentase Tindak Lanjut Hasil Pengawasan % 90,00 90,00 100,00

18 Tingkat Kepuasan Stakesholder atas Pelayanan

Perwakilan BPKP

Skala

Likert 7,00 7,21 103,00

19 Persepsi kepuasan pegawai perwakilan terhadap

layanan kepegawaian

Skala

Likert 7,80 7,22 92,56

20 Persepsi kepuasan pegawai perwakilan atas

pencairan anggaran yang diajukan sesuai prosedur Skala

Likert 7,60 8,13 106,97

21 Persepsi kepuasan pegawai perwakilan terhadap

layanan umum perkantoran

Skala

Likert 7,60 7,33 96,45

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 85

perlu juga diambil langkah-langkah perbaikan penugasan pengawasan yang

disesuaikan dengan mandat terbaru sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 192

Tahun 2014 tentang BPKP sehingga dapat menjawab tantangan yang dibebankan

kepada Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat dengan melaksanakan upaya-

upaya konkrit sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas Perencanaan Pengawasan dengan Pendekatan “BPKP

Sentris”, penetapan skala prioritas/strategi fokus, terukur dan jelas tahapannya,

komprehensif, berkesinambungan sehingga terwujud keselarasan tujuan

organisasi (Goals Congcruence).

2. Peningkatan opini BPK atas laporan Keuangan Pemerintah Daerah, opini

BUMN/BUMD serta opini wajar atas laporan dukungan PHLN dengan

melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Penguatan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Pemerintah

Daerah di Provinsi Kalimantan Barat.

b. Pendampingan penyusunan laporan keuangan dan pendampingan reviu

laporan keuangan Pemda bersama Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota.

c. Pendampingan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D).

d. Peningkatan kapasitas SDM pada Pemerintah Daerah.

e. Pembenahan sistem dan tata kelola, sistem akuntansi, manajemen aset,

asistensi penyusunan laporan keuangan maupun Good Corporate Governance

(GCG).

f. Kegiatan audit, evaluasi, dan reviu diarahkan kepada kesesuaian

penyelenggaraan risk management, control, dan governance process dengan

kualitas yang digariskan dengan kebijakan manajemen, standar, atau norma

yang diberlakukan untuk praktik yang sehat.

3. Pengawasan pelaksanaan Program Prioritas NAWACITA lebih diarahkan kepada

pencapaian target kinerja NAWACITA khususnya di Provinsi Kalimantan Barat,

dan untuk pengembangan kawasan perbatasan akan dilakukan monitoring dan

evaluasi lanjutan untuk memastikan semua program prioritas pemerintah pusat

dapat berjalan dengan baik sebagai upaya tindak lanjut evaluasi yang

dilaksanakan tahun 2016.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 86

4. Peningkatan tata kepemerintahan yang baik dan bersih (good public

governance) dengan melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Mendorong Pemerintah Daerah untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat dengan mengoptimalkan capaian kinerja penyelenggaraan

Pemerintah Daerah.

b. Mendorong seluruh BUMN/D dan BLUD yang ada di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat untuk menerapkan kriteria GCG dengan pembinaan pada

BUMN/BUMD serta BLUD melalui kegiatan evaluasi/ pengembangan sistem

pengelolaan dan bimtek/konsultasi/sosialisasi/asistensi/pendampingan

penerapan GCG.

5. Mewujudkan iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan

pengungkapan kasus yang merugikan keuangan Negara di Wilayah Provinsi

Kalimantan Barat, dengan melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Pre-emptive dan Preventive pada implementasi Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) serta sistem pencegahan KKN (Fraud Control Plan) di

semua SKPD di wilayah Provinsi Kalimantan Barat.

b. Peningkatan komunikasi dengan instansi penegak hukum terkait dengan

permintaan audit investigasi mapun PKKN.

c. Melakukan sosialisasi tentang produk-produk Perwakilan BPKP Provinsi

Kalimantan Barat yang dapat dimanfaatkan stakeholders sesuai dengan

mandat yang ada, diantaranya dengan produk SIMDA, ekskalasi harga, FCP,

GCG, SIA BLUD, SIA PDAM, Billing System PDAM serta aplikasi SIM-HP.

d. Memafasilitasi peningkatan maturitas SPIP sebagai wujud pengujian

pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pada seluruh

Pemerintah Daerah di Provinsi Kalimantan Barat.

6. Peningkatan kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional

dan kompeten melalui kegiatan penyempurnaan tata kelola APIP, sehingga

seluruh Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat dapat ditingkatkan level kapabilitasnya.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 87

7. Peningkatan kompetensi SDM Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

melalui PPM, workshop dan diklat.

8. Peningkatan efektivitas internal quality assurance melalui FGD hasil

pengawasan.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 | 88