kasus uu edited

21
PRESENTASI KASUS KASUS MALPRAKTEK KEDOKTERAN DIPANDANG DARI BERBAGAI SUDUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Pembimbing : dr. Wawan Mulyawan, Sp.BS Oleh : Mellyana Fransisca Tamirin Emily Nadya Akman Patric Libut Philantophia Gadista Prasasti Annisa RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN UDARA DR. ESNAWAN ANTARIKSA

Upload: deedee2223

Post on 13-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

uu

TRANSCRIPT

PRESENTASI KASUS

KASUS MALPRAKTEK KEDOKTERAN

DIPANDANG DARI BERBAGAI SUDUT

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANPembimbing :

dr. Wawan Mulyawan, Sp.BS

Oleh :

Mellyana Fransisca TamirinEmily Nadya AkmanPatric Libut PhilantophiaGadista Prasasti AnnisaRUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN UDARA

DR. ESNAWAN ANTARIKSA

PERIODE 9 FEBRUARI 2015 14 MARET 2015BAB I

PENDAHULUAN

Di era yang modern ini sering kita mendengar berbagai berita yang mengemukakan mengenai dugaan malpraktik yang terjadi di dunia pelayanan kesehatan. Dugaan malpraktik ini umumnya dikaitkan dengan kelalaian dokter terhadap pasiennya. Dunia kedokteran yang dahulu seakan tak terjangkau oleh hukum, dengan berkembangnya kesadaran masyarakat akan kebutuhannya tentang perlindungan hukum menjadikan dunia pengobatan bukan saja sebagai hubungan keperdataan, bahkan sering berkembang menjadi persoalan pidana. Banyak persoalan-persoalan malpraktek yang kita jumpai, atas kesadaran hukum pasien maka diangkat menjadi masalah pidana. Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu pemikiran dan langkah-langkah yang bijaksana sehingga masing-masing pihak baik dokter maupun pasien memperoleh perlindungan hukum yang seadil adilnya. Hingga sekarang belum ada parameter yang tegas tentang batas pelanggaran kode etik dan pelanggaran hukum.

Pelayanan kesehatan pada dasarnya bertujuan untuk melaksanakan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit, termasuk didalamnya pelayanan medis yang dilaksanakan atas dasar hubungan individual antara dokter dengan pasien yang membutuhkan penyembuhan. Dalam hubungan antara dokter dan pasien tersebut terjadi transaksi terapeutik artinya masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban. Dokter berkewajiban memberikan pelayanan medis yang sebaik-baiknya bagi pasien. Pelayanan medis ini dapat berupa penegakan diagnosis dengan benar sesuai prosedur, pemberian terapi, melakukan tindakan medik sesuai standar pelayanan medik, serta memberikan tindakan wajar yang memang diperlukan untuk kesembuhan pasiennya. Adanya upaya maksimal yang dilakukan dokter ini adalah bertujuan agar pasien tersebut dapat memperoleh hak yang diharapkannya dari transaksi yaitu kesembuhan ataupun pemulihan kesehatannya.

Namun adakalanya hasil yang dicapai tidak sesuai dengan harapan masing-masing pihak. Dokter tidak berhasil menyembuhkan pasien, adakalanya pasien menderita cacat atau bahkan sampai terjadi kematian dan tindakan dokterlah yang diduga sebagai penyebab kematian tersebut. Dalam hal terjadi peristiwa yang demikian inilah dokter sering kali dituduh melakukan kelalaian yang pada umumnya dianggap sebagai malpraktek.

BAB IIKRONOLOGIS KASUS

Pada bulan Mei 2008, Ny. Juliana melahirkan bayi kembar Jared-Jayden di Rumah Sakit Omni dalam keadaan prematur. Jared lahir dengan berat 1,5 kilogram dan Jayden 1,3 kilogram. Oleh karena terlahir dalam keadaan prematur, keduanya harus masuk inkubator dan mendapatkan perawatan intensif. Namun setelah 42 hari dirawat dalam inkubator, setelah imunisasi pertama dan pemeriksaan mata, diketahui Jared mengalami buta permanen dan kedua mata Jayden mengalami kelainan silindris 2,5. Dari hasil pemeriksaan disebutkan bahwa syaraf mata Jared lepas dan sudah masuk stadium 4. Hal tersebut tentunya menjadi pukulan yang berat bagi kedua orang tuanya.Menurut ibunya, Jared, selama bayinya dirawat ia tidak pernah mendapatkan saran atau permintaan dokter agar anak-anaknya itu mendapatkan pemeriksaan lainnya. Padahal sepengetahuan Ny. Juliana berdasarkan informasi yang ia dapatkan dari berbagai macam buku yang dibacanya dan dari internet, terhadap bayi prematur seharusnya dilakukan pemeriksaan mendalam, termasuk pemeriksaan mata. Ny. Yuliana sendiri sempat menanyakan hal tersebut ke dokter yang menangani kedua anaknya, tetapi dokter yang bersangkutan hanya mengatakan nanti, nanti, dan nanti saja kalau diperlukan.Kemudian belakangan pula diketahui bahwa ternyata saat keduanya menjalani perawatan di dalam inkubator, keduanya mendapatkan pasokan oksigen tanpa takaran tertentu dan memang menurut dokter yang menangani Jared-Jayden saat dimintai keterangan dikatakan bahwa tidak ada takaran tertentu dalam pemberian oksigen.

Ny. Juliana menggugat dua pihak dalam kasus malpraktik itu yaitu dokter Ferdy Limawan dan Rumah Sakit Omni internasional. Dengan tuduhan melanggar pasal 360 KUHP tentang kelalaian yang mengakibatkan luka berat atau cacat.BAB IIIPEMBAHASAN DAN ANALISA KASUSDari kasus tersebut, kita dapat mempelajari berbagai pandangan hukum yang ada di Indonesia tentang praktek kedokteran di Indonesia. Berikut adalah berbagai peraturan perundang-undangan yang dapat menyoroti kasus di atas.A. TINJAUAN PELANGGARAN MENURUT UU PRAKTIK KEDOKTERANUU No 23 tahun 1992 tentang KesehatanPasal 55 ayat(1) : Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan

Syarat kelalaian :

DUTY

DERELICTION

DAMAGES

DIRECT CAUSALSHIPDokter dalam hal ini memenuhi syarat kelalaian seorang dokter yaitu menyebabkan cedera (damage) sehingga pasien tersebut merasa dirugikan.

UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokterana) Pasal 39

Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.b) Pasal 44(1) Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi,(2) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan.c) Pasal 45

(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup:a. diagnosis dan tata cara tindakan medis;

b. tujuan tindakan medis yang dilakukan;

c. alternatif tindakan lain dari risikonya;

d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis maupun lisan.(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh pihak yang berhak memberikan persetujuan.

d) Pasal 49 Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran gigi wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biayae) Pasal 51Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban:a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.

b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan; merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

c. Melakukan pertolongan darurat ataas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melaksanakannya.

d. Menambah pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.

e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.

f) Pasal 52Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat 3

b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain

c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis

d. Menolak tindakan medis

e. Mendapatkan isi rekam medis

Analisa Kasus berdasar UU Praktik Kedokteran :

Sebagai dokter yang merawat bayi premature, dapat dipastikan bahwa dokter tersebut adalah seorang yang memiliki keahlian dalam bidang anak maupun perinatal yang lebih dari sekedar dokter umum biasa. Oleh karena itu, kompetensi yang dimilikinya seharusnya dapat mendorongnya untuk melakukan pemeriksaan yang tepat, teliti, dan sesuai standar kompetensi yang yang dimilikinya. Dokter tersebut juga tidak menkonsulkan Jared dan Jayden kepada pihak lain untuk mendapatkan pemeriksaan sedini mungkin terhadap matanya dan untuk penatalaksanaan selanjutnya. Dokter juga tidak memberikan penjelasan yang memenuhi point-point dalam pasal 45 walaupun ibu pasien telah memintanya. Dalam hal ini pasien tidak mendapatkan haknya tentang penjelasan yang lengkap dan pelayanan medis yang sesuai kebutuhan. Ketidaktelitian dokter tersebut dipandang sebagai kurangnya kompetensi dokter tersebut, yang seharusnya dokter harus terus meningkatkan mutu dan kompetensinya dalam bidang ilmu kedokteran.B. TINJAUAN PELANGGARAN BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)a) Pasal 360 KUHP(1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan oranglain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjarapaling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satutahun.

b) Pasal 304 KUHPBarang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan dia wajib memberi kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.c) Pasal 306 KUHP(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan Pasal 304 dan Pasal 305 mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun enam bulan.d) Pasal 90 KUHPLuka berat berarti: jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;

tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian;

kehilangan salah satu pancaindera;

mendapat cacat berat;

menderita sakit lumpuh;

terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;

gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

Analisa Kasus Berdasarkan KUHP :Pada kasus ini, dokter yang merawat kedua anak tersebut karena kealpaannya telah membuat kedua anak tersebut menjadi luka berat, yang seharusnya luka berat tersebut dapat dihindari atau diminimalkan dengan pemeriksaan yang lengkap, teliti, sedini mungkin serta penanganan yang tepat. Terhadap kasus Jared-Jayden, terutama Jared yang mengalami retinopathy of prematurity (ROP), patut dipertanyakan mengenai standar medis dan upaya yang dilakukan oleh dokter yang kurang memenuhi prinsip proporsional. Berdasarkan ilmu kedokteran, ROP dapat terjadi jika selama dalam inkubator bayi mendapatkan pasokan oksigen rutin tetapi berlebihan. Terkait dengan hal tersebut, patut dipertanyakan mengenai ketelitian dan kehati-hatian dokter dalam bertindak yang mengakibatkan luka berat pada pasiennya.

C. TINJAUAN PELANGGARAN BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (KUH PERDATA)a) Pasal 1365 KUH PerdataTiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada setiap orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, menggantikan kerugian tersebut.b) Pasal 1366 KUH PerdataSetiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan kelalaian atau kesembronoannya.c) Pasal 1367 KUH PerdataSeseorang tidak hanya bertanggung jawab, atas kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.d) Pasal 1371Menyebabkan luka atau cacat anggota badan seseorang dengan sengaja atau karena kurang hati-hati, memberi hak kepada korban selain untuk menuntut penggantian biaya pengobatan, juga untuk menuntut penggantian kerugian yang disebabkan oleh luka atau cacat badan tersebut. Juga penggantian kerugian ini dinilai menurut kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak dan menurut keadaan. Ketentuan terakhir ini pada umumnya berlaku dalam hal menilai kerugian yang ditimbulkan oleh suatu kejahatan terhadap pribadi seseorang.Analisa Kasus Berdasarkan KUH Perdata :

Pasal 1366 dan pasal 1371 diarahkan kepada dokter yang merawat Jared-Jayden. Dimana dalam kasus ini dokter tersebut lalai untuk melakukan pemeriksaan dan perawatan yang sesuai dengan standar pelayanan medis. Pasal 1367 ditujukan kepada dokter tersebut karena kesalahan dalam pemberian oksigen pada kedua bayi tersebut. Walaupun dalam hal ini, yang memberikan oksigen adalah perawat, tetapi dokter berlaku sebagai orang yang memiliki kewenangan di atas perawat, dan perawat tersebut bekerja dibawah pengawasan dan instruksi dari dokter tersebut.

D. TINJAUAN PELANGGARAN BERDASARKAN UU NO. 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKITa) Pasal 13

(1) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien.b) Pasal 46Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.Analisa Kasus berdasarkan UU Tentang RS :

Ini ditujukan untuk Rumah Sakit tempat Jared-Jayden dirawat, dimana Rumah sakit dipandang sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas kealpaan dokter yang merawat bayi-bayi tersebut hingga menimbulkan kecacatan pada bayi-bayi tersebut.

E. TINJAUAN PELANGGARAN BERDASARKAN UU NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMENa) Pasal 4

Konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

Konsumen berhak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. b) Pasal 7Pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.c) Pasal 62Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku. Analisa Kasus berdasarkan UU Tentang Perlindungan Konsumen :

Rumah Sakit dan dokter yang merawat bayi-bayi tersebut seharusnya memenuhi kewajiban untuk memberikan informasi yang sejelas-jelasnya yang dibutuhkan oleh keluarga pasien yang dalam hal ini disebut sebagai konsumen yang berhak atas informasi tersebut. Rumah Sakit dan dokter juga bertanggung jawab atas kecacatan yang terjadi pada kedua bayi yang dalam hal ini merupakan konsumen.BAB IVKESIMPULAN

Di era yang modern ini sering kita mendengar berbagai berita yang mengemukakan mengenai dugaan malpraktik yang terjadi di dunia pelayanan kesehatan. Dugaan malpraktik ini umumnya dikaitkan dengan kelalaian dokter terhadap pasiennya. Kasus ini merupakan salah satu kasus dugaan malpraktik yang terjadi di Indonesia.

Pada kasus ini, Ny. Juliana melahirkan bayi kembar Jared-Jayden di Rumah Sakit Omni dalam keadaan prematur, karena itu keduanya harus masuk inkubator dan mendapatkan perawatan intensif. Namun setelah 42 hari dirawat dalam inkubator, diketahui Jared mengalami buta permanen dan kedua mata Jayden mengalami kelainan silindris.Menurut ibunya, Jared, selama bayinya dirawat ia tidak pernah mendapatkan saran atau permintaan dokter agar anak-anaknya itu mendapatkan pemeriksaan lainnya. Ny. Yuliana sendiri sempat menanyakan hal tersebut ke dokter yang menangani kedua anaknya, tetapi dokter yang bersangkutan hanya mengatakan nanti saja kalau diperlukan. Diketahui pula bahwa ternyata saat keduanya menjalani perawatan di dalam inkubator, keduanya mendapatkan pasokan oksigen tanpa takaran tertentu.

Ny. Juliana menggugat dua pihak dalam kasus malpraktik itu yaitu dokter Ferdy Limawan dan Rumah Sakit Omni internasional. Dengan tuduhan melanggar pasal 360 KUHP tentang kelalaian yang mengakibatkan luka berat atau cacat.Untuk mendapatkan solusi pada kasus ini dibutuhkan saksi dan bukti yang adekuat agar kasus ini dapat diselesaikan, berdasarkan dasar-dasar hukum yang meliputi :

1. UU Kesehatan dan Praktik Kedokteran

a. Pasal 55 ayat 1 UU RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan

b. Pasal 39 UU RI No 29 tahun 2004

c. Pasal 44 UU RI No 29 tahun 2004

d. Pasal 45 UU RI No 29 tahun 2004

e. Pasal 49 UU RI No 29 tahun 2004

f. Pasal 51 UU RI No 29 tahun 2004

g. Pasal 52 UU RI No 29 tahun 2004

2. KUHP

a. Pasal 360 KUHPb. Pasal 304 KUHP

c. Pasal 90 KUHP

3. KUH Perdata

a. Pasal 1365 KUH Perdata

b. Pasal 1366 KUH Perdata

c. Pasal 1367 KUH Perdata

d. Pasal 1371 KUH Perdata4. UU Tentang RS

a. Pasal 13 UU RI No 44 tahun 2009

b. Pasal 46 UU RI No 44 tahun 20095. UU Tentang Perlindungan Konsumen

a. Pasal 4 UU RI No 8 tahun 1999

b. Pasal 7 UU RI No 8 tahun 1999

c. Pasal 62 UU RI No 8 tahun 1999

DAFTAR PUSTAKA1. UU RI No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan 2. UU RI No 29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

3. Kitab Undang-undang Hukum Pidana

4. Kitab Undang-undang Hukum Perdata5. UU RI No 44 tahun 2009 Tentang RS6. UU RI No 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen