edited hipotiroidsme

41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain (Alvyanto, 2010). Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Konsep Dasar Penyakit Hipotiroidisme? 2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hipotiroidisme? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Sistem Endokrin| 1

Upload: tirta-okdelia

Post on 15-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Edited Hipotiroidsme

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang

menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk

mempengaruhi organ-organ lain (Alvyanto, 2010).

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan

memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk

mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling

berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,

medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf

(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua

kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.

B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Konsep Dasar Penyakit Hipotiroidisme?

2.      Bagaimana Asuhan Keperawatan Hipotiroidisme?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah

kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam

memecahkan masalah pada gangguan Hipotiroidisme.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mendeskripsikan konsep dasar penyakit Hipotiroidisme.

b. Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan Hipotiroidisme.

| 1

Page 2: Edited Hipotiroidsme

BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Hipotiroidisme adalah satu keadaan penyakit disebabkan oleh kurang

penghasilan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.

Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid

yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat

pembedahan atau ablasi radioisotope, atau  akibat destruksi oleh antibody

autoimun yang beredar dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat

juga menjadi penyebab tidak terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus

hipotiroidisme kongenital. Goiter dapat terlihat pada pasien hipotiroidisme

dengan dapat herediter dalam biosintesis hormone tiroid;  pada penderita

seperti ini terjadi peningkatan pelepasan TSH yang menyebabkan

pembesaran tiroid goiter dapat juga terlihat pada penderita tiroiditis

Hashimoto, suatu penyakit autoimun yang infiltrasi limfosit dan destruksi

kelenjar tiroidnya dikaitkan dengan antitiroglobulin atau antibodi

mikrosomal sel antiroid. Pasien dengan hipotoidisme sekunder mungkin

menderita tumor hipofisis dan defisiensi hormone-hormon trofik hipofisis

lainya. 

Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang

aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang

sangat berat disebut miksedema.

Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah.

Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.

Hipotiroidisme congenial atau kretinisme mungkin sudah timbul sejak

lahir, atau menjadi nyata dalam beberapa bulan pertama kehidupan.

Nanifestasi dini kritenisme antara lain ikterus fisiologik yang menetap,

tangisan parau, konstipasi, somnolen, dan kesulitan untuk mencapai

perkembangan normal. Anak yang menderita hipotiroidisme congenital

| 2

Page 3: Edited Hipotiroidsme

memperlihatkan tubuh yang pendek; profil kasar, lidah menjulur kkeluar;

hidung yang lebar dan rata; mata yang jaraknya jauh; rambut jarang; kulit

kering; perut menonjol; dan hernia umbilikalis.

Pemeriksaan radiologi rangka menunjukkan tulang yang mengalami

keterlambatan dalam pertumbuhan, disgenesis spifisis, dan keterlambatan

perkembangan gigi. Komplikasi utama dari hipotiroidisme congenial dan

hipotiroidisme juvenilis yang tidak diketahui dan tidak diobati adalah

retardasi mental. Keadaan ini dapat dicegah dengan memperbaiki

hipotiroidisme secara dini. Para ahli medis yang merawat bayi baru lahir

dan bayi kecil harus menyadari kemungkinan ini.

2. Klasifikasi Hipotiroidsme

Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme

primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu

sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar

hipofisis, hipotalamus atau keduanya disebut hipotiroidisme sentral

(hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh

hipofisis disebut hipotiroidisme tersier.(Brunner &Suddarth.2001).

Jenis Organ Keterangan

Hipotiroidism

e primer

kelenjar tiroid Paling sering terjadi. Meliputi penyakit

Hashimoto tiroiditis

(sejenis penyakit autoimmune) dan terapi

radioiodine(RAI) untuk merawat penyakit

hipertiroidisme.

Hipotiroidism

e sekunder

kelenjar

hipofisis(pituitari)

Terjadi jika kelenjar hipofisis tidak

menghasilkan cukup

hormon perangsang tiroid

(TSH) untuk merangsang kelenjar tiroid

untuk menghasilkan jumlah

tiroksin

| 3

Page 4: Edited Hipotiroidsme

 yang cukup. Biasanya terjadi apabila

terdapat tumor di kelenjar hipofisis, radiasi

atau pembedahan yang menyebabkan

kelenjar tiroid tidak lagi dapat

menghasilkan hormon yang cukup.

Hipotiroidism

e tertier

Hipotalamus Terjadi ketika hipotalamus gagal

menghasilkan

TRH

yang cukup. Biasanya disebut juga disebut

hypothalamic-pituitary-axis

hypothyroidism.

3. Etiologi

Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,

atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka

kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH

karena tidak adanya umpan balik negative oleh HT pada hipofisis anterior dan

hipotalamus. Apabila hipotiroidism terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka

kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari

hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH

maupun HT. Hipotiroidism yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan

menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.

Penyakit Hipotiroidisme :

a. Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya

otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan

penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan

balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui,

tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetikuntuk mengidap penyakit

| 4

Page 5: Edited Hipotiroidsme

ini. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis

Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar

dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya

daerah kelenjar yang masih berfungsi.

b. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme.

Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan

hipotiroidisme.

c. Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam

makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi

iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan

hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang tersisa

dalam. darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH

yang tinggi karena minimnya umpan balik.Kekurangan yodium jangka

panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang

kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa.

d. Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari

hipotiroidisme di negara terbelakang.

e. Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme.

Namun, terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah

tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif

untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat

menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa anak-

anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga

dapatmeningkatkan  risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut

merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.

Hipotiroidisme disebabkan oleh kegagalan kelenjar tiroid untuk menghasilkan

hormon dalam jumlah yang adekuat. Kelainan ini dapat disebabkan oleh

pengangkatan kelenjer tiroid secara pembedahan atau ablasi kelenjer akibat

radioterapi. Hipotiroidisme juga dapat disebabkan oleh kegagalan kelenjar

| 5

Page 6: Edited Hipotiroidsme

untuk berkembang secara normal. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh

gondok,tumor, atau tiroiditis.

Terapi medis yang menggunakan L-tiroksin untuk memulihkan keadaan

metabolic normal member hasil yang sangat efektif. Sekitar 80% pasien yang

memperlihatkan gejala hipotiroidisme adalah wanita (Kaplan,1989)

1. Tanda dan Gejala Hipotiroidisme

1) penambahan berat badan

2) nyeri kepala

3) kelelahan

4) gangguan bicara

5) suara serak

6) kulit kering

2. Patofisiologi

Hipotiroidisme adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi

hormon tiroid yang dapat terjadi pada semua umur. Tanda hipotiroidisme infantil (

kongenital ). Atau kritinisme, tidak terlihat sampai beberapa bulan setelah lahir,

dan retardasi mental dan fisik biasannya bersifat irreversibel. Seseorang

dewasayang tidak mendapat pengobatan hipotiroidesme infantil.

Pada orang dewasa penyebab tersering hipotirooidesme adalah tiroiditis

autoimun, tetapi ablatif kerusakan, kelenjar tiroid dan idiopatik. Penyakit ini dapat

terjadi sekunder karena kegagalan hipofise dan kekurangan TSH atau karena

penyakit hipotalamus yang menyebabkan defisiensi tiroid releasing hormon. Pada

hipotiroidisme yang disebabkan gangguan hipofise atau hipotalamus, TSH ditekan

dan tidak terjadi hiperplasia.

Tanda-tanda dan gejala karena defisiensi T3 dan T4 menimbulkan

penurunan fungsi metabolik normal yang dikontrol oleh hormon-hormon ini.

Biasanya berubahan patofisiologis terjadi secara lambat dan awal. Gejala-gejala

yang timbul tidak jelas ( kelelahan, kelemahan, latergi dan intoleransi terhadap

| 6

Page 7: Edited Hipotiroidsme

dingin. Myxedema merupakan keadaan hipotiroidesma yang berat, pelambatan

fungsi metabolik dan akumulasi cairan yang hebat menimbulkan gambaran

myxedema yang khas.

Karakteristik hipotiroidisme berbeda-beda tergantung usia pada saat

penyakit timbul dan beratnya defisiensi. Terdapat penimbunan asam hyaluronat

dan perubahan substansi dasar menyebabkan edema mucinous. Keadaan ini

bertanggung jawab terhadap terjadinya penebalan jaringan tangan, kaki dan lidah

serta jaringan disekitar mata dan terhadap timbulnya efusi pleura, perikardium dan

sendi.

Pasien-pasien ini berkulit kasar mudah memar ( karena paningkatan

fragilitas kapiler ) dan pucat serta kuning ( karena anemia dan

hiperkarotenemia ). Rambut mudah kusam dan kering dan putus. Proses mental

berjalan lambat, kehilangan inisiatif, defisit memori dan bahasa yang meracau;

somnolen, konfius bahkan demensia dapat terjadi. Kekacaun otot dan sering

terjadi. Selera makan menurun dan penurunan paristaltik yang menyebabkan

konstipasi. Meskipun terjadi perubahan yang hebat, pada beberapa individu

tampaknya tidak peduli dengan perubahan fungsi fisik, penampilan dan tingkah

laku yang mereka alami.

Disfungsi kardiovaskuler merupakan keadaan serius yang terjadi pada

hipotiroidisme yang tidak diobati. Disamping bradikardi, mungkin pula terdapat

peningkatan tekanan darah diastolik dan kemungkinan efusi perikardial. Efusi

pleura dan asites mungkin pula jantung membesar. Selain itu, semua fungsi tubuh

melambat. Refleks tendon dalam berkurang, dan mungkin pula terdapat efusi

sendi.

Krisis myxydema terjadi dengan memburuknya myxedema. Pasien

menjadi kurang responsif dan dapat jatuh koma. Infeksi seperti pneumonia,

selulitis, atau pyeloneftritis dan meprisipitasi koma.

Kerusakan tiroid dapat terjadi karena:

a.    Operasi,

b.    Radiasi,

c.    Tiroiditis Autoimun,

| 7

Page 8: Edited Hipotiroidsme

d.   Karsinoma,

e.    Tiroiditis subakut,

f.     Dishormogenesis, dan

g.    Atrofi.

.

Pascaoperasi. Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi atau lebih

kecil), subtotal atau total. Tanpa kelainan lain, strumektomi parsial jarang

menyebabkan hipotiroidisme. Strumektomi subtotal M. Graves sering menjadi

hipotiroidisme dan 40% mengalaminya dalam 10 tahun, baik karena jumlah

jaringan dibuang tetapi juga akibat proses autoimun yang mendasarinya.

Pascaradiasi. Pemberian RAI (Radioactive iodine) pada hipertiroidisme

menyebabkan lebih dari 40-50% pasien menjadi hipotiroidisme dalam 10 tahun.

Tetapi pemberian RAI pada nodus toksik hanya menyebabkan hipotiroidisme

sebesar <5%. Juga dapat terjadi pada radiasi eksternal di usia <20 tahun : 52% 20

tahun dan 67% 26 tahun pascaradiasi, namun tergantung juga dari dosis radiasi.

Tiroiditis autoimun. Disini terjadi inflamasi akibat proses autoimun, di

mana berperan antibodi antitiroid, yaitu antibodi terhadap fraksi tiroglobulin

(antibodi-antitiroglobulin, Atg-Ab). Kerusakan yang luas dapat menyebabkan

hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi toksin, yodium, hormon (estrogen

meningkatkan respon imun, androgen dan supresi kortikosteroid), stres mengubah

interaksi sistem imun dengan neuroendokrin. Pada kasus tiroiditis-atrofis gejala

klinisnya mencolok. Hipotiroidisme yang terjadi akibat tiroiditis Hashimoto tidak

permanen.

Tiroiditis Subakut. (De Quervain) Nyeri di kelenjar/sekitar, demam,

menggigil. Etiologi yaitu virus. Akibat nekrosis jaringan, hormon merembes

masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis (bukan hipertiroidisme). Penyembuhan

didahului dengan hipotiroidisme sepintas.

Dishormogenesis. Ada defek pada enzim yang berperan pada langkah-

langkah proses hormogenesis. Keadaan ini diturunkan, bersifat resesif. Apabila

defek berat maka kasus sudah dapat ditemukan pada skrining hipotiroidisme

neonatal, namun pada defek ringan, baru pada usia lanjut.

| 8

Page 9: Edited Hipotiroidsme

Karsinoma. Kerusakan tiroid karena karsinoma primer atau sekunder, amat

jarang.Hipotiroidisme sepintas. Hipotiroidisme sepintas (transient) adalah keadaan

hipotiroidisme yang cepat menghilang. Kasus ini sering dijumpai. Misalnya pasca

pengobatan RAI, pasca tiroidektomi subtotalis. Pada tahun pertama pasca operasi

morbus Graves, 40% kasus mengalami hipotiroidisme ringan dengan TSH naik

sedikit. Sesudah setahun banyak kasus pulih kembali, sehingga jangan tergesa-

gesa memberi substitusi.

| 9

Page 10: Edited Hipotiroidsme

Pathway

| 10

Page 11: Edited Hipotiroidsme

3. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH,

dan TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di

tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.

Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid

biasanyaN menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang

tinggi. Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot

selama pemeriksaan refleks.

Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya

rontok, rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh,

lengan dan tungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang.

Tanda-tanda vital menunjukkan perlambatan denyut jantung, tekanan

darah rendah dan suhu tubuh rendah.Pemeriksaan rontgen dada bisa

menunjukkan adanya pembesaran jantung.

4. Manifestasi Klinis

a. Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung

lambat

b. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung

miksedema), dan penurunan curah jantung.

c. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di

pergelangan kaki.

d. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori,

penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cerna.

e. Konstipasi

f. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi

g. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan

rapuh

h. Manifestasi klinis per sistem:

| 11

Page 12: Edited Hipotiroidsme

1) Sistem integumen: kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan

menebal; pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal; rambut

kering, kasar; rambut rontik dan pertumbuhannya buruk.

2) Sistem pulmonari: hipoventilasi, dipsnea

3) Sistem kardiovaskular: bradikardi, disritmia, pembesaran

jantung, hipotensi, toleransi terhadap aktivitas menurun.

4) Metabolik: penurunan metabolisme basal, penurunan suhu

tubuh, intoleransi terhadap dingin.

5) Sistem muskuloskeletal: nyeri otot, kontraksi dan relaksasi

yang melambat

6) Sistem neurologi: intelektual yang melambat, berbicara lambat

dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi

atau somnolen, bingung, hilang pendengaran.

7) Sistem gastrointestinal: anoreksia, peningkatan berat badan,

konstipasi, distensi abdomen.

8) Sistem reproduksi: pada wanita terjadi perubahan menstruasi

seperti amenore,atau masa menstruasi yang memanjang

9) Psikologis: apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri.

5. Penatalaksaan

Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang

ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme

termasuk hipotermi tanpa menggigi,hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi,

dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila

tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat

(misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.

Tes-tes laboratium yang digunakan untuk memastikan

hipotiroidisme antara lain: kadar tiroksin dan dan triyodoronin serum yang

rendah, BMR yang rendah, dan peningkatan kolesterol serum. Kadar TSH

serum mungkin tinggi mungkin pula rendah, bergantung pada jenis

hipotiroidisme. Pada hipotiroidisme primer, kadar TSH serum akan tinggi,

| 12

Page 13: Edited Hipotiroidsme

sedangkan kadar tiroksin rendah. Sebaliknya, kedua pengukuran tersebut

akan rendah pada pasien dengan hipotiroidisme sekunder.

Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin,

biasanya dimulai dalam dosis rendah (50 µg/hari), khususnya pada pasien

yang lebih tua atau pada pasien dengan miksedema berat, dan setelah

beberapa hari atau minggu sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai

akhirnya mencapai dosis pemeliharaan maksimal 150 µg/hari. Pada

dewasa muda, dosis pemeliharaan maksimal dapat dimulai secepatnya.

Pengukuran kadar TSH pada pasien hipotiroidisme primer dapat

digunakan untuk menentukan manfaat terapi pengganti. Kadar ini harus

dipertahankan dalam kisaran normal. Pengobatan yang adekuat pada

pasien dengan hipotiroidisme sekunder sebaiknya ditentukan dengan

mengikuti kadar tiroksin bebas.

Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon

tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang

banyak disukai adalah hormone tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah

tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).

Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon

tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan

efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai

kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang

hidup penderita.

Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai

pengganti hormone tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan

dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi,

radiasi, atau pembedahan.

| 13

Page 14: Edited Hipotiroidsme

6. Komplikasi

a. Koma miksedema

Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai

oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk

hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan

penurunan kesadaran hingga koma. Dalam keadaan darurat (misalnya

koma miksedema), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.

b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Kretinisme)

Jika hipotiroidisme yang berat sudah terjadi sewaktu hidup fetal, maka kita

akan mendapatkan penderita yang cebol dan mungkin imbesil. Pada waktu

lahir tidak ditemukan kelainan tetapi pada umur 2-3 bulan sudah bisa

timbul gejala lidah tebal dan jarak antara ke dua mata lebih besar dari

biasanya. Pada waktu ini kulit kasar dan warnanya agak kekuningan.

Kepala anak besar, mukanya bulat dan raut mukanya (ekspresi) seperti

orang bodoh sedangkan hidungnya besar dan pesek, bibirnya tebal,

mulutnya selalu terbuka dan juga lidah yang tebal dikeluarkan.

Pertumbuhan tulang juga terlambat. Sedangkan keadaan psikis berbeda-

beda biasanya antara agak cerdik dan sama sekali imbesil.

1) Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi

semua gejala dengan segera.

2) Penyakit Hashimoto

Disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat otoantobodi yang merusak

jaringan tiroid. Ini menyebabkan penurunan HT disertai

peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik  negatif yang

minimal.

| 14

Page 15: Edited Hipotiroidsme

c. Gondok Endemic

Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-

sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk

menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah

akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan

balik.

d. Karsinoma Tiroid

Karsinoma Tiroid dapat  terjadi akibat terapi tiroidektomi,  pemberian obat

penekan TSH atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan

tiroid. Terapi- terapi tersebut akan merangsan proliferasi dan hiperplasia

sel tiroid.

(Long, Barbara.C,2000:261 dan Hudak and Gallo,1996:479)

| 15

Page 16: Edited Hipotiroidsme

BAB III

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipotiroidsme

1. Pengkajian

Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh

karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat

menggali sebanyak mungkin informasi antara lain :

Anamnesis

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam

MRS, nomor register, dan diagnosis medis.

b. Riwayat Kesehatan

c. Keluhan utama klien

d. Mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;

1) Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea

2) Sistem pencernaan : anoreksia, opstipasi, distensi abdomen

3) Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi, distrimia, cardiomegali

4) Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot

lambat

5) Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual

lambat, berbicara lambat dan terbata – bata, gangguan memori

6) Sistem reproduksi : perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan

libido

7) Metabolik : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh,

intoleransi terhadap dingin

e. Riwayat penyakit saat ini

Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis

kelenjar teroid yang mengalami atrofi. Perawat harus menanyakan dengan

| 16

Page 17: Edited Hipotiroidsme

jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh,

atau bertambah buruk.

f. Riwayat penyakit  dahulu

Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan

adanya hubungan atau menjadi predisposisi.

g. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.

Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota

keluarga yang menderita penyakit yang sama.

h. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :

1) Pola makan

2) Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).

3) Pola aktivitas.

i. Riwayat Psikososial

Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya,

mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan

ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup

kelima komponen konsep diri.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar

mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah

tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan

pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.

b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun

c. Perbesaran jantung

d. Disritmia dan hipotensi

e. Parastesia dan reflek tendon menurun

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum

| 17

Page 18: Edited Hipotiroidsme

b. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi

peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat

menurun atau normal).

Pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada pasien hipotiroidisme

didapatkan hasil sebagai berikut:

1) TSH meningkat pada hipotiroid primer

2) TSH rendah pada hipotiroid sekunder

3) Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80% kasus

4) Peningkatan kolesterol

5) Pembesaran jantung pada sinar X dada

6) EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS&

gelombang T datar atau invensi

Tes Diagnostik Fungsi Tiroid

Tes Prosedur dan persiapan Interprestasi

Kadar serum T4

Kadar serum T3

TBG

Sempel darah

Tanpa persiapan khusus

sampel darah radioassay

tanpa persiapan khusus

sampel darah

tanpa persiapan khusus

Mengukur Tiroksin

Sirkulasi Yang Bebas Dan

Terikat: Normal, 3-7

Ug/100 Ml; Dapat

Dipengaruhi Oleh

Kehamilan, Esterogen,

Glukokotiroid, Dan

Hipoproteinemia.

Mengukur T3 Terikat;

Normal 100-170 Ug/100 Ml

Mengukur Kadar TBG,

TBG Dapat Naik Turun Dan

Dapat Merubah Kadar T4

Dan T3

| 18

Page 19: Edited Hipotiroidsme

T3 resin uptake

( T3u )

Pemeriksaan tingkat

hipofise TSH

radioimmunoassay

Tes stimulasi TSH

sampel darah diambil;

resin dan T3 radioaktif

ditambah kedalamannya

T3 radioktif akan akan

berkaitan pada tempat

yang kosong pada TBG;

jumlah radioktif pada

darah dan resin dihitung

untuk menentukan jumlah

T3 yang terikat pada resin.

sampel darah

tanpa persiapan khusus

Kadar TSH basal diukur,

500ug TRH diberikan 30

menit kemudian, TSH

diukur kembali.

Mengukur Perubahan Kadar

Thyroid Binding Protein

Normal; 25%-30% T3

radioktif berikatan dengan

renin

Jika tempat ikatan protein

jenuh oleh T4 kadar T3u

yang lebih tinggi mungkin

menunjukkan

hipertiroidisme dan rendah

hipotoidisme.

Mungukur TSH secara

langsung, pengukuran

membatu membedakan

hipertiroidisme primer atau

skunder. Nilainya

meningkat pada

hipertiroidisme primer

karena tidak ada kontrol

umpan balik negatif.

Normal : TRH

meningkatkan TSH 15-30

ug/ml peningkatan 5m/u

diatas nilai basal, respon

dsar menunjukan

hipotiroidisme, repons yang

hebat menunjukkan

hipertiroidisme primer

| 19

Page 20: Edited Hipotiroidsme

Pemeriksaan tingkat

tiroid radioaktif iodine

uptake ( RIAU )

SCAN tiroid

USG tiroid

Tes antibodi tiroid

Iodin radioaktif dosis kecil

per os. Pada 2, 6, dan 24

jam . detektor scintilasi

ditempatkan didaerah

tiroid dan jumlah

radioaktif yang terkumpul

dihitung iodine pada

makanan, obatbatuk,

mmedia x-ray, obat lain,

dan makanan yang

diperkaya iodine

merendahkan pembacaan.

Perlu puasa

Diberikan 131 I, scintilasi

dilakukan, gambaran

distribusi radioaktif

dicatat.

Tanpa persiapan

Sampel darah

Mengukur tingkat aktivitas

tiroid

Tiroid normal menangakap

5% -35% dosis peningkatan

penangkapan terjadi pada

hipertiroidisme, kelebihan

dosis tracer diekskresi urin

dan dapat diukur. Urin 24

jam ditampung penurunan

jumlahnya dalam urine

menunjukkan

hipertiroidisme.

Ukuran, bentuk, dan fungsi

anatomi kelenjar diperiksa,

terdapat area penangkapan

yang tinggi dan rendah,

ingesti iodin ( dalam obat

dan zat kontras )merubah

hasil pengukuran.

USG digunakan untuk

mencari kelainan struktur:

kistik, nodul atau masa yang

lain antibodi tiroglobulin

dan mikrosom terdapat pada

tiroiditis hashimoto

Jika terdapat antibodi TSI:

konfirmasi untuk penyakit

grave

| 20

Page 21: Edited Hipotiroidsme

Thyroid stimulating

imunoglobulin. (TSI)

Basal metabolik rate

( MBR )

Kadar kolestrol serum

Sampel darah

Pasien beristirahat dan

berpuasa; jumlah oksigen

saat istirat dihitung,

oksigen yang digunakan

dibandingkan dengan nilai

standar pada orang denan

jenis klamin. Usia dan

ukuran yang sama.

Sampel: pasien puasa

mulai malam hari

Normal: -15%-+15% pada

pasien hipertiroidisme MBR

> +15% , <-15% pada

hipertiroidisme BMR

kurang akurat daripada tes

lainnya tapi dapat

digunakan untuk

mengevaluasi terapi.

Normal: tiap laboratorium

berbeda-beda kadarnya yang

tinggi terdapat pada

hipotiroidisme dan rendah

pada hipertiroidisme dan

menunjang data lain.

4. Diagnosa Keperawatan

a. Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan

metabolisme sekunder terhadap hipotiroidisme

b. Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan

penurunan peristaltic.

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi

ventilasi.

| 21

Page 22: Edited Hipotiroidsme

5. Intervensi Keperawatan

N

o

Diagnosa Tujuan Kriteria

Hasil

Intervensi Rasionalisasi

1 Intoleran aktifitas

berhubungan

dengan

penurunan

metabolism

sekunder

terhadap

hipotiroidisme

Tolerasi

aktivitas

membaik.

Melaporkan

sedikit lelah

pada AKS

1.Anjurkan

aktivitas sesuai

tolerasi.

2.Bantu aktivitas

perawatan

mandiri ketika

pasien berada

dalam keadaan

lelah.

Istirahat

membantu

menghemat

energy.

Memberikan

kesempatan

pada pasien

berada dalam

keadaan lelah

2 Resiko tinggi

terhadap

konstipasi

berhubungan

dengan

penurunan

peristaltic

Hilang dari

konstipasi

Melaporkan

pasase

bentuk feses

lunak

1.Berikan makanan

yang kaya serat.

2.Ajarkan pada

pasien tentang

jenis – jenis

makanan yang

banyak

mengandung air.

3.Kolaborasi

pemberian obat

pencahar dan

enema bila

Meningkatkan

massa feses

dan frekuensi

buang air

besar.

Untuk

peningkatan

asupan cairan

kepada pasien

agar feses tidak

keras.

Untuk

mengencerkan

feses.

| 22

Page 23: Edited Hipotiroidsme

diperlukan.

3 Pola nafas tidak

efektif

berhubungan

dengan depresi

ventilasi

Perbaikan

dan pola

nafas normal

Melaporkan

dapat

bernafas

dengan

efektif

1. Pantau frekuensi,

kedalaman, pola

pernafasan.

2. Dorong pasien

untuk nafas dalam

dan batuk.

Mengidentifika

si hasil

pemeriksaan

dasar untuk

memantau 

perubahan

selanjutnya dan

mengevaluasi

efektivitas

intervensi.

Mencegah

aktifitas dan

meningkatkan

aktifitas yang

adekuat.

6. Implementasi

Implementasi sesuai dengan intervensi

| 23

Page 24: Edited Hipotiroidsme

7. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan merupakan

perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan

tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan pasien  dan

sesama tenaga kesehatan. Evaluasi pada pasien dengan gangguan system endokrin

hipotiroidsme adalah :

1.      Perbaikan dan pola nafas normal.

2.      Tolerasi aktivitas membaik.

3.      Klien dapat beraktivitas kembali

4.      Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

| 24

Page 25: Edited Hipotiroidsme

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan

memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk

mempertahankan homeostasis tubuh.

Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang

mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau

ablasi radioisotope, atau  akibat destruksi oleh antibody autoimun yang beredar

dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab tidak

terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.

Hipotiroidism adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan

menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut

miksedema.

Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah.

Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.

B. Saran

Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan

endokrin hipotiroidsm ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami,

mengetahui dan mengerti tentang cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien

yang mengalami gangguan endokrin hipotiroidsme.

| 25

Page 26: Edited Hipotiroidsme

DAFTAR PUSTAKA

Engram, Barbara. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta ; EGC

A.Prince, Sylvia & M.Wilson, Lorraine. (2009). Patofisiologi konsep klinis

proses penyakit. Jakarta : EGC

Brunner &Suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8.

Vol 2. Jakarta: EGC

Guyton, Arthur C.Fisiologi Manusia. 2009. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

C.long Barbara. 2009. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : ikatan alumni

pedidikan keperawatan pajajaran.

Ganong william F.2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta ; EGC

| 26