kasus patokologi klinik
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan
khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urine
(air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk menentukan diagnosis
atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang
lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya.
Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk tujuan
tetrtentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau
perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lain-lain.
Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan
potensial membahayakan. Pemeriksaan yang juga merupakan proses General
medical check up (GMC) meliputi : Hematologi Rutin, Urine Rutin, Faeces Rutin,
Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fotafase Alkali, Gamma GT, Protein
Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N, Kreatinin, Asam Urat, Cholesterol Total,
Trigliserida, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL-Direk.
Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi,
serologi, mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik. Metode pemeriksaan
pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan
dengan cara manual, semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti
peralatanpun berkembang dari yang sederhana sampai yang canggih dan mahal
hingga biaya tespun dapat meningkat. Oleh karena itu hasil suatu pemeriksaan
laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan
penyakit, serta menentukan prognosa dari suatu penyakit atau keluhan pasien.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. WBC ( White Blood Cell )
Sel darah putih atau disebut juga leukosit (bahasa Inggris: white
blood cell, WBC, leukocyte) dan beredar di sistem peredaran tubuh
manusia adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini
berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai
bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki
inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler /
diapedesis
Jenis Sel Darah Putih
Leukosit dapat dibedakan menjadi dua, yaitu leukosit granulosit
(plasmanya bergranula = basofil , eosinofil, neutrofil) dan leukosit
agranulosit ( plasmanya tidak bergranula = limfosit, monosit )
Neutrofil : Berfungsi sebagai fagositosis
Eosinofil : Sebagai sitoksis terhadap parasit
Basofil : Mengeluarkan histamine, heparin, seratinin
Limfosit : Sebagai pertahanan tubuh lewat sel limfosit T dan limfosit B
Monosit :Sebagai fagositosis ekstravaskuler
Pembentukan & Fungsi Sel Darah Putih
Leukosit dibentuk dalam sumsum tulang merah, limpa, kelenjar limpa, dan
jaringan retikuloendotelium. Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting
dalam perlindungan badan terhadap mikroorganisme. dengan kemampuannya
sebagai fagosit (fago- memakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk
ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak
3
10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu menjalankan
fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat
bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari
seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat:
Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap organisme
hidup dan menghancurkannya,menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-
kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai
granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan
merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya. dengan cara ini
jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya
dimungkinkan
Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama
sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat
terbentuk nanah. Nanah berisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang
terbunuh dalam kinerjanya disebut sel nanah. demikian juga terdapat
banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar
jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh
granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.
Nilai normal WBC adalah :
1. Dewasa : 4,8-10,8 (103/µl)
2. Anak-anak : 6,0-17,5 (103/µl)
2. HGB ( Hemoglobin )
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi
sebagai media transport yang mengangkut oksigen dari paru ke seluruh jaringan
tubuh dan membawa karbondioksida dari seluruh jaringan ke paru. Kandungan zat
besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah.
4
Nilai Normal HGB adalah :
1. Bayi baru lahir : 15.2 - 23.6 gr/dl
2. Anak usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8 gr/dl
3. Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 gr/dl
4. Dewasa (Pria) : 13- 18 gr/dl
5. Dewasa (Wanita) : 12 - 16 gr/dl
Ada dua hasil pemeriksaan yaitu:
1. HGB Meningkat Ditemukan pada Orang yang hidup didataran tinggi, perokok.
Beberapa penyakit seperti Radang paru-paru, tumor, preeklamsi, hemokosentrasidll
2. HGB Menurun atau Hemoglobin dalam darah rendah dikenal dengan Amenia.
Anemia disebabkan oleh banyak hal seperti: perdarahan, kekurangan gizi,
gangguan sumsum tulang, akibat kemoterapi, hemolisis, penyakit sistemik (kanker,
lupus, sarcoidosis)dll
3. HCT ( Hematokrit )
Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah merah, dan
Iain-Iain) dengan jumlah cairan darah. Semakin tinggi persentase HCT berarti
konsentrasi darah makin kental. Hal ini terjadi karena adanya perembesan
(kebocoran) cairan ke luar dari pembuluh darah sementara jumlah zat padat tetap,
maka darah menjadi lebih kental.Diagnosa DBD (Demam Berdarah Dengue)
diperkuat dengan nilai HMT > 20 %
Nilai Normal Hematokrit :
a. Bayi baru lahir: 55% -68%
b. Satu (1) minggu usia: 47% -65%
c. Satu (1) bulan umur: 37% -49%
d. Tiga (3) bulan umur: 30% -36%
5
e. Satu (1) tahun usia: 29% -41%
f. Sepuluh (10) tahun: 36% -40%
g. Pria dewasa : 40-48%
h. Wanita dewasa : 37-43 %
4. PLT ( Platelet )
Trombosit atau Platelet adalah bagian dari sel darah yang berfungsi
dalam pembekuan darah dan menjaga intergritas vaskuler. Beberapa
kelainan yang dapat ditemukan pada trombosit yaitu giant platelet
(trombosit besar) dan platelet clumping (trombosit bergerombol).
Kelainan :
a. PLT Meningkat, Trombosis yang tinggi disebut Trombositosis
pada beberapa orang tidak ada keluhan
b. PLT Menurun, Trombosis yang rendah disebut Trombositopenia
ini ditemukan pada kasus Demam Berdarah DBD, Idiopatik
trombositopenia Purpur (ITP), Supresi Sumsum tulang dll
Nilai Normal PLT, Wanita/Pria adalah 200.000 – 500.000 /μl darah
5. BUN ( Blood Urea Nitrogen )
BUN adalah indikator lain dari fungsi ginjal. Dan merupakan produk
akhir metabolisme protein yang dibuat oleh hati dan dikeluarkan oleh ginjal.
Urea juga merupakan produk sampingan metabolisme yang dapat
mendeteksi jika fungsi ginjal terganggu.
Kadar BUN meningkat bisa menjadi sinyal malfungsi ginjal, namun
lebih sering merupakan pertanda dehidrasi. Bila rasio BUN:Kreatinin >
20:1, Anda harus mengasup lebih banyak cairan. Tingkat kreatinin harus
terus dipantau untuk pengidap diabetes / hipertensi karena penyakit ini dapat
6
menyebabkan komplikasi ginjal. Kreatinin > 1.4 mg/dl bisa menjadi
pertanda masalah ginjal
Nilai Normal BUN adalah :
a. Dewasa : 5-25 mg/dl
b. Anak : 5-20 mg/dl
c. Bayi : 5-25 mg/dl
6. Cr ( Creatinin )
Pemeriksaan Creatinin (Cr) ini dilakukan untuk mengetahui keadaan
ginjal seseorang, apakah ada kerusakan ginjal. Kreatinin merupakan produk
penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir
semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat
(creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis
ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin
fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase
(creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil
diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh
glomerulus dan diekskresikan dalam urin.
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih
bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat
metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek.
Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera
fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan
masif pada otot
Metabolisme Kreatinin
Kreatinin adalah anhidrida dari kreatin, ia dibentuk sebagian besar dalam
otot dengan pembuangan air dari kreatinfosfat secara tak reversibel dan non
enzimatik. Kreatinin bebas terdapat dalam darah dan urin. Pembentukan
kreatinin rupanya adalah langkah permulaan yang diperlukan untuk ekskresi
sebagian besar kreatinin
7
Manfaat Pemeriksaan Kreatinin
Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter
yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma
dan ekskresinya di urin dalam 24 jam relatif konstan. Kadar kreatinin darah
yang lebih besar dari normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal.
Pemeriksaan kreatinin darah dengan kreatinin urin bisa digunakan untuk
menilai kemampuan laju filtrasi glomerolus. Selain itu tinggi rendahnya kadar
kreatinin darah juga memberi gambaran tentang berat ringannya gangguan
fungsi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada gangguan fungsi ginjal yang berat
yaitu jika kadar kreatinin lebih dari 7 mg / dl serum. Namun dianjurkan bahwa
sebaiknya hemodialisis dilakukan sedini mungkin untuk memghambat
progresifitas penyakit.
Nilai Normal Creatinin adalah :
a. Dewasa : laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl.
b. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (wanita sedikit lebih rendah karena
massa otot yang lebih rendah daripada pria).
c. Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl.
d. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl.
e. Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6 mg/dl.
f. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. kadar agak meningkat seiring
dengan bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.
g. Lansia : kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan
massa otot dan penurunan produksi kreatinin.
Tingginya level BUN dan kreatinin dapat menunjukkan masalah pada
ginjal.
7. GDA ( Glukosa Darah Acak )
Glukosa adalah karbohidrat yang tidak dihidrolisis atau diuraikan
menjadi sakarida lain yang lebih sederhana.Glukosa juga merupakan bentuk
8
karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan
sumber energi.
Gula Darah Acak (GDA) adalah Pemeriksaan gula darah yang
dilakukan tanpa persiapan yang bertujuan untuk melihat kadar gula darah
sesaat tanpa puasa dan tanpa pertimbangan waktu setelah makan.
Nilai Normal Gula darah acak adalah < 200 mg/dl
8. PCT ( plateletcrit )
Platelet hematokrit atau plateletcrit (PCT) Adalah parameter untuk
mendeteksi proporsi volume seluruh darah yang ditempati oleh trombosit.
Nilai PCT diperoleh dari hitung trombosit dan volume trombosit rata-rata
(Mean Platelet Volume) Biasanya trombokrit membuat 0,15-0,4%.
Plateletcrit Sebagai Alat Diagnostik untuk Membedakan Trombositopenia
dan Pseudotrombositopenia
Trombosit yang dilepaskan dari sumsung tulang akan berada dalam limpa
selama 36 jam sebelum masuk ke sirkulasi. Masa hidup trombosit adalah 7-
10 hari. Jumlah trombosit untuk semua kelompok umur adalah 150 ribu –
450 ribu per mikroliter darah. Jumlah trombosit dibawah nilai 150 ribu
dikatakan sebagai trombositopenia. Hal ini disebabkan oleh produksi
trombosit yang kurang, kelainan distribusi, atau destruksi yang berlebihan.
Nilai Normal PCT adalah 0,15-0,4 %.
9. Alb ( Albumin )
Albumin adalah protein yang larut air, membentuk lebih dari 50%
protein plasma, ditemukan hampir di setiap jaringan tubuh. Albumin
diproduksi di hati, dan berfungsi untuk mempertahankan tekanan koloid
osmotik darah sehingga tekanan cairan vaskular (cairan di dalam pembuluh
darah) dapat dipertahankan.
9
Penurunan albumin mengakibatkan keluarnya cairan vascular (cairan pembuluh
darah) menuju jaringan sehingga terjadi oedema (bengkak). Penurunan albumin
bisa juga disebabkan oleh :
1. Berkurangnya sintesis (produksi) karena malnutrisi, radang
menahun, sindrom malabsorpsi, penyakit hati menahun, kelainan
genetik.
2. Peningkatan ekskresi (pengeluaran), karena luka bakar luas,
penyakit usus, nefrotik sindrom (penyakit ginjal).
Nilai Normal Albumin :
a. Dewasa : 3,8 – 5,1 gr/dl
b. Anak : 4,0 – 5,8 gr/dl
c. Bayi : 4,4 – 5,4 gr/dl
d. Bayi baru lahir : 2,9 – 5,4 gr/dl
10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Studi Kasus 4
Jenis Kelamin Pasien : Pria ( Dewasa )
Parameter
Satuan
Tanggal
13 14 15 17 25 27
WBC 10ˆ3/μl 17,9 24,4 19,1 11,2 11,2 9,9
HGB g/dl 6,0 6,2 5,4 9,5 8 8,6
HCT % 17,6 21,0 18,3 31 26,6
PLT 10ˆ3/μl 463 450 383 337 297 345
BUN Mg/dl 114 136,3
Cr Mg/dl 16,38 21,29
GDA Mg/dl 100 89
PCT % 0,41 0,310 0,252 0,219 0,198
Alb g/dl 2,4
1. WBC ( White Blood Cell )
Nilai Normal WBC : 4,8-10,8 (103/µl)
Parameter Satuan Tanggal
13 14 15 17 25 27
WBC 10ˆ3/μl 17,9 24,4 19,1 11,2 11,2 9,9
Berdasarkan tanggal pemeriksaan 13,14,15,17,25 dan 27 diperoleh hasil
bahwa WBC atau sel darah putihnya lama kelamaan normal namun pada awal
pemeriksaan menunjukkan bahwa sel darah putihnya lebih dari normal kemudian
saat pemeriksaan keesokan harinya, sel darah putihnya meningkat tinggi. Namun
pemeriksaan berikutnya turun tidak begitu jauh lalu setelah beberapa hari menurun
terus sampai tgl 27 sel darah putihnya normal.
11
Hal ini dapat terjadi karena pada tanggal pemeriksaan tersebut si pasien
yang berjenis kelamin laki-laki sedang sakit infeksi/radang atau daya tahan
tubuhnya lemah sehingga dia meminum obat, sebagai contoh obat aspirin. karena
merasa badannya meriang atau tidak enak. Aspirin ini dapat meningkatkan jumlah
leukosit. Setelah 2 hari minum aspirin lalu dia periksakan kembali leukositnya.
Setelah pemeriksaan didapatkan data lab bahwa leukosit makin tinggi. Untuk itu ia
diberi antibiotic golongan sulfonamide sehingga keesokannya saat pemeriksaan
hasil menunjukkan turun. Lalu setelah menkonsumsi antibiotic selama 10 hari,
jumlah leukositnya menjadi turun dan kembali normal.
Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya
proses infeksi atau radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis
(radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan
Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin,
prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin,
streptomycin, dan Iain-Iain.
Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi
tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat
disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi kanker,
antidiabetika oral, antibiotika (penicillin, cephalosporin, kloramfenikol),
sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan oleh bakteri).
2. HGB ( Hemoglobin )
Nilai Normal HGB Dewasa (Pria) : 13- 18 gr/dl
Parameter Satuan Tanggal
13 14 15 17 25 27
HGB g/dl 6,0 6,2 5,4 9,5 8 8,6
Dari hasil data pemeriksaan diatas pada tanggal 13,14,15,17,25 dan
27 diperoleh kadar HGB yang dibawah normal. Pada tanggal 13 diperoleh
HGB 6,0 g/dl, dan esok harinya diperoleh kadar HGB meningkat sebanyak
0,2. Kemudian tanggal 15 menurun kembali menjadi 5,4 g/dl yang dapat
12
disebabkan oleh beberapa faktor faktor. Lalu pada tanggal 17 meningkat
banyak menjadi 9,5 g/dl dan menurun kembali pada tanggal 27, yaitu
8,6g/dl.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin
a. Perdarahan
Ketika mengalami perdarahan yang cepat, tubuh akan berusaha
mengganti cairan plasma dalam waktu satu sampai tiga hari yang akan
menyebabkan konsentrasi sel darah merah menjadi rendah. Bila perdarahan
tidak berlanjut maka konsentrasi sel darah merah akan kembali ke keadaan
normal dalam waktu tiga sampai enam minggu. Pada kehilangan darah yang
kronik, tubuh tidak dapat mengabsorbsi cukup besi dari usus untuk
membentuk hemoglobin secepat darah yang hilang. Maka terbentuklah sel
darah merah yang berukuran jauh lebih kecil dari ukuran normalnya dan
mengandung sedikit hemoglobin. Keadaan ini dapat menimbulkan anemia.
b. Kelainan pada sel darah merah
Berbagai kelainan sel darah merah banyak didapat secara keturunan.
Sel-sel darah merah bersifat rapuh sehingga akan mudah pecah ketika
melewati kapiler terutama ketika melalui limpa. Kelainan sel darah merah
dapat berupa ukurannya yang sangat kecil dan berbentuk sferis, terdapat
kandungan hemoglobin abnormal dalam darah serta reaksi antibodi yang
abnormal dalam darah yang menyebabkan rapuhnya sel darah merah.
Keadaan-keadaan tersebut dapat menyebabkan keadaan anemia yang parah.
c. Kekurangan zat besi
Jumlah total besi dalam tubuh sebesar 4 sampai 5 gram, 65
persennya terdapat dalam bentuk hemoglobin. 4 persennya dalam bentuk
mioglobin dan 1 persennya dalam bentuk variasi senyawa heme yang
memicu oksidasi intra sel, sedangkan 15 sampai 30 persen disimpan untuk
penggunaan di sistem retikuloendotelial dan sel parenkim hati terutama
dalam bentuk feritin.
Ketika besi diarbsorbsi dari usus halus, besi bergabung dengan beta
globulin dalam plasma darah kemudian membentuk transferin. Bila jumlah
13
besi dalam plasma sangat rendah, beberapa besi yang terdapat dalam tempat
penyimpanan feritin dilepaskan dan diangkut dalam bentuk transferin di
dalam plasma ke area tubuh yang membutuhkan. Di dalam eritrobals
transferin akan melepaskan besi secara langsung ke mitokndria, tempat
heme disintesis. Pada orang yang tidak memiliki transferin dalam jumlah
cukup dalam darahnya, dapat terjadi kegagalan pengangkutan besi ke
eritroblas sehingga sel darah merah mengandung lebih sedikit hemoglobin
atau disebut anemia hipokromik.
d. Usia.
Semakin bertambah usia manusia makan akan semakin mengalami
penurunan fisilogis semua fungsi organ termasuk penurunan sum-sum
tulang yang memproduksi sel darah merah. Selain itu kemampuan sistem
pencernaan dalam menyaerap zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh terutama
dalam hal ini adalah Fe juga berkurang. Sehingga pada orang tua atau usia
lanjut mudah mengalami penurunan kadar hemoglobin jika terjadi
perdarahan atau ketika melakukan aktivitas berat. Pada orangtua toleransi
terhadap penurunan kadar hemoglobin kurang baik karena adanya efek
kekurangan oksigen pada organ jika terjadi gangguan kompensasi
kardiovaskular normal (peningkatan curah jantung karena peningkatan
volum sekuncup dan takikardia).
e. Aktivitas fisik
Kegiatan fisik yang berat seperti olahraga dapat meningkatkan
resiko penurunan kadar hemoglobin. Hal ini dikarenakan saat berolahraga
meningkatkan kebutuhan metabolik sel-sel otot. Dimana dalam sistem
metabolik tubuh dibutuhkan oksigen yang memadai sedangkan oksigen
dibawa oleh hemoglobin. Jika pembentuk hemoglobin yaitu Fe dalam tubuh
tidak memadai maka produksi hemoglobin juga dapat menurun.
14
f. Pengaruh Obat
Obat yang mempengaruhi Hb Rendah : antibiotik (kloramfenikol
[chloromycetin], penisilin, tetrasiklin), aspirin, antineoplastik, doksapram
(dopram), derivat hidantoin, vitamin A dosis besar, hidralazin (Apresoline),
indometasin (Indocin), inhibitor MAO, primakuin, rifampin, sulfonamid,
trimetadion (Tridione).
Obat yang mempengaruhi Hb Tinggi : gentamisin, metildopa
(Aldome)
Kelainan Hb :
Penurunan kadar Hb dapat mengakibatkan terjadinya: anemia
(defisiensi besi, aplastik, hemolitik, dsb), perdarahan hebat, leukemia,
kanker (usus besar, usus halus, rektum, hati, tulang, dsb), thalasemia,
penyakit ginjal, penyakit Hodgkin, kehamilan, sarkoidosis, kelebihan cairan
intra-vena.
Peningkatan kadar Hb dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
jumlah sel darah merah (polisitemia), dehidrasi, obat-obatan (diuretik), luka
bakar, stres berkepanjangan, dan tekanan darah tinggi, perokok berat,
penyakit paru menahun.
Penanganan :
Biasakan makan-makanan yang banyak mengandung zat besi.
Diantaranya zat besi banyak terdapat pada sayuran yang
berwarna hijau atau Daging dan hati ayam, daging bebek, ikan,
kacang-kacangan, dan lain-lain.
Banyak memakan buah-buahan yang mengandung vitamin C
karena vitamin C akan membantu penyerapan dari zat besi.
Mengonsumsi suplemen penambah darah
Membatasi makanan dan minuman yang memperlambat
penyerapan zat besi seperti kafein
Periksa kondisi secara rutin atau berkala minimal 1 atau 3 bulan
sekali untuk mengecek kesehatan dan olahraga secara teratur
15
3. HCT ( Hematokrit )
Nilai normal HCT Pria dewasa : 40-48%
Parameter Satuan Tanggal
13 14 15 17 25 27
HCT % 17,6 21,0 18,3 31 26,6
Dapat disimpulkan dari data tersebut bahwa nilai hematokrit pasien berada
dibawah normal. Hematokrit pada tanggal 13 adalah 17,6% dan sempat mengalami
kenaikan pada tanggal 17, yaitu 31%. Tetapi esoknya menurun kembali menjadi
26,6%. Penurunan hematokrit terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan
darah akut, anemia, leukemia, dan kondisi lainnya.
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hematokrit yaitu :
a. apakah orang itu menderita anemia atau tidak
b. jenis kelamin
c. tingkat aktivitas tubuh, dan
d. ketinggian tempat di mana orang tinggal
Kelainan HMT :
Penurunan HMT terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah
akut (kehilangan darah secara mendadak, misal pada kecelakaan), anemia,
leukemia, gagal ginjal kronik, mainutrisi, kekurangan vitamin B dan C,
kehamilan, ulkus peptikum (penyakit tukak lambung), sirosis hati, pneumonia.
Peningkatan HMT terjadi pada dehidrasi, diare berat,eklampsia (komplikasi
pada kehamilan), efek pembedahan, dan luka bakar, penyakit Addison, luka
bakar, diabetes melitus, dan polisitemia
16
4. PLT ( Platelet )
Nilai Normal PLT adalah 200.000 – 500.000 /μl darah
Parameter Satuan Tanggal
13 14 15 17 25 27
PLT 10ˆ3/μl 463 450 383 337 297 345
Dari hasil data pemeriksaan diatas pada tanggal 13,14,15,17,25 dan 27
diperoleh kadar PLT yang normal, yaitu antara 200.000 – 500.000 /μl darah. Pada
tanggal 13 sampai dengan 17 mengalami penurunan dari 463(10ˆ3/μl) ke
337(10ˆ3/μl). Kemudian menurun kembali pada tanggal 25 yaitu 297 (10ˆ3/μl) dan
pada tanggal 27 mengalami kenaikan kembali, yaitu 345 (10ˆ3/μl). Walaupun kadar
PLT dari tanggal 13 – 27 mengalami penurunan dan kenaikan tetapi nilai/kadar PLT
yang dihasilkan masih dalam batas normal.
5. BUN ( Blood Urea Nitrogen )
Nilai Normal BUN Dewasa : 5-25 mg/dl
Parameter Satuan Tanggal
13 14 15 17 25 27
BUN Mg/dl 114 136,3
Pada tanggal 14 kadar BUN pasien yaitu 114 mg/dl dan hari
esoknya meningkat menjadi 136,3 mg/dl. Dapat disimpulkan bahwa pasien
memiliki kadar Urea yang tinggi. Kadar BUN meningkat bisa menjadi
sinyal malfungsi ginjal, namun lebih sering merupakan pertanda dehidrasi.
Bila rasio BUN:Kreatinin > 20:1, Anda harus mengasup lebih banyak
cairan.
17
Faktor yang mempengaruhi nilai ureum :
1. Peningkatan Kadar Ureum
Peningkatan kadar urea disebut uremia. Azotemia mengacu pada
peningkatan semua senyawa nitrogen berberat molekul rendah (urea,
kreatinin, asam urat) pada gagal ginjal. Penyebab uremia dibagi menjadi
tiga, yaitu penyebab prarenal, renal, dan pascarenal. Uremia prarenal
terjadi karena gagalnya mekanisme yang bekerja sebelum filtrasi oleh
glomerulus.
Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal (penyebab tersering) yang
menyebabkan gangguan ekskresi urea. Gagal ginjal akut dapat
disebabkan oleh glomerulonefritis, hipertensi maligna, obat atau logam
nefrotoksik, nekrosis korteks ginjal. Gagal ginjal kronis disebabkan oleh
glomerulonefritis, pielonefritis, diabetes mellitus, arteriosklerosis,
amiloidosis, penyakit tubulus ginjal, penyakit kolagen-vaskular.
Beberapa jenis obat dapat mempengaruhi peningkatan urea, seperti :
obat nefrotoksik; diuretic (hidroklorotiazid, asam etakrinat, furosemid,
triamteren); antibiotic (basitrasin, sefaloridin (dosis besar), gentamisin,
kanamisin, kloramfenikol, metisilin, neomisin, vankomisin); obat
antihipertensi (metildopa, guanetidin); sulfonamide; propanolol,
morfin; litium karbonat; salisilat. Sedangkan obat yang dapat
menurunkan kadar urea misalnya fenotiazin.
2. Penurunan Kadar Ureum
Penurunan kadar urea sering dijumpai pada penyakit hati yang berat.
Pada nekrosis hepatik akut, sering urea rendah asam-asam amino tidak
dapat dimetabolisme lebih lanjut. Pada sirosis hepatis,
terjadipengurangan sintesis dan sebagian karena retensi air oleh sekresi
hormone antidiuretik yang tidak semestinya.
Pada karsinoma payudara yang sedang dalam pengobatan dengan
androgen yang intensif, kadar urea rendah karena kecepatan anabolisme
18
protein yang tinggi. Pada akhir kehamilan, kadar urea kadang-kadang
terlihat menurun, ini bisa karena peningkatan filtrasi glomerulus, diversi
nitrogen ke fetus, atau karena retensi air. Penurunan kadar urea juga
dijumpai pada malnutrisi protein jangka panjang. Penggantian
kehilangan darah jangka panjang, dekstran, glukosa, atu saline
intravena, bisa menurunkan kadar urea akibat pengenceran.
Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan BUN hampir
selalu disatukan dengan kreatinin (dengan darah yang sama). Rasio
BUN terhadap kreatinin merupakan suatu indeks yang baik untuk
membedakan antara berbagai kemungkinan penyebab uremia. Rasio
BUN/kreatinin biasanya berada pada rentang 12-20. Peningkatan kadar
BUN dengan kreatinin yang normal mengindikasikan bahwa penyebab
uremia adalah nonrenal (prarenal). Peningkatan BUN lebih pesat
daripada kreatinin menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Pada dialysis
atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat daripada
kreatinin. Pada gangguan ginjal jangka panjang yang paranh, kadar yrea
terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar,
mungkin akibat akskresi melalui saluran cerna.
6. Cr ( Creatinin )
Nilai Normal Kreatin Pria : 0,6-1,3 mg/dl.
Parameter Satuan Tanggal
13 14 15 17 25 27
Cr Mg/dl 16,38 21,29
Pada awal pemeriksaan tanggal 14 didapat hasil kreatinin pasien yaitu 16,38
mg/dl. Lalu pada tanggal 15 didapat hasil kreatinin meningkat menjadi 21,29 mg/dl.
Dengan kadar kreatinin yang tinggi diduga pasien mengalami masalah/ kelainan
pada ginjalnya.
19
Faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah :
a. Perubahan massa otot.
b. Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam
setelah makan.
c. Aktifitas fisik yang berkebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin darah.
d. Obat obatan seperti sefalosporin, aldacton, aspirin dan co-trimexazole dapat
mengganggu sekresi kreatinin sehingga meninggikan kadar kreatinin darah.
e. Kenaikan sekresi tubulus dan destruksi kreatinin internal.
f. Usia dan jenis kelamin pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi daripada
orang muda, serta pada laki-laki kadar kreatinin lebih tinggi daripada wanita
jika kadar kreatinin lebih dari 7 mg / dl serum, maka dapat dilakukan
hemodialysis, yaitu pengobatan yang dilakukan pada gangguan fungsi ginjal yang
berat. Namun dianjurkan bahwa sebaiknya hemodialisis dilakukan sedini mungkin
untuk memghambat progresifitas penyakit.
7. GDA (Gula Darah Acak )
Nilai normal Gula Darah Acak Dewasa : < 200 mg/dl
Parameter Satuan Tanggal
13 14 15 17 25 27
GDA Mg/dl 100 89
Pada awal pemeriksaan tanggal 14 didapat kadar GDA, yaitu 100 mg/dl.
Dan esoknya menurun menjadi 89 mg/dl. Dapat disimpulkan bahwa kadar
Glukosa pasien berada dalam keadaan normal dan hampir mengalami
hipoglikemi. Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah <80
mg/dL,dengan gejala klinis
20
Penyebab menurunnya Glukosa :
1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas sehingga menurunkan
kadar gula darah
2. Dosis insulin terlalu tinggi yang diberikan kepada penderita diabetes
untuk menurunkan kadar gula darahnya
3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati
Penanganan :
Istirahat yang sangat penting bagi yang menderita rendah gula. Sebuah
pikiran yang tenang adalah sangat penting dalam kondisi ini. Gugup ketegangan
dan kegelisahan harus dihilangkan dengan metode sederhana meditasi dan
relaksasi. Dan mengonsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan dan
sayuran serta vitamin.
8. PCT ( Plateletcrit )
Nilai normal PCT adalah 0,15-0,4 %
Parameter Satuan Tanggal
13 14 15 17 25 27
PCT % 0,41 0,310 0,252 0,219 0,198
Pada awal pemeriksaan tanggal 13 kadar PCT sedikit diatas normal yaitu
0,41%. Dan mengalami penurunan secara terus menerus sampai tanggal 25, yaitu
kadar PCT menjadi 0,198%. Dapat disimpulkan bahwa nilai PCT pasien dalam
keadaan normal.
Faktor Penyebabnya :
a. Obat-obatan. Obat-obat tertentu dapat mengurangi jumlah trombosit dalam
darah Anda dengan membingungkan sistem kekebalan tubuh dan
menyebabkan ia menghancurkan trombosit. Contohnya termasuk heparin,
21
quinidine, kina, antibiotik sulfa yang mengandung interferon, antikonvulsan
dan garam emas.
b. Trombosit terjebak di Limpa. Limpa adalah organ kecil seukuran kepalan
tangan Anda berada tepat di bawah tulang rusuk di sisi kiri perut Anda.
Biasanya, limpa Anda bekerja untuk melawan infeksi dan bahan yang tidak
diinginkan filter dari darah Anda. Pembesaran limpa – yang dapat
disebabkan oleh sejumlah gangguan – dapat menyokong terlalu banyak
trombosit, menyebabkan penurunan jumlah trombosit dalam sirkulasi.
c. Penyakit autoimun. Penyakit lain di mana sistem kekebalan tubuh Anda
menyerang jaringan sehat dapat menyebabkan trombositopenia. Contohnya
termasuk lupus dan rheumatoid arthritis.
d. Bakteri dalam darah. Infeksi bakteri parah yang melibatkan darah
(bakteremia) dapat menyebabkan kerusakan trombosit.
e. Sindrom uremik hemolitik. Gangguan ini jarang menyebabkan penurunan
tajam dalam trombosit, penghancuran sel darah merah dan gangguan fungsi
ginjal. Kadang-kadang dapat terjadi dalam kaitannya dengan infeksi bakteri
Escherichia coli (E. coli), seperti dapat diperoleh dari makan daging mentah
atau setengah matang.
f. DBD. Penurunan PLT hingga di bawah batas normal memang kerap
diidentikkan dengan demam berdarah, khususnya di kalangan awam.
Padahal tidak selamanya demikian. Dalam keadaan tidak normal, trombosit
yang berperan dalam pembekuan darah ini bisa turun. Keadaan ini disebut
dengan trombositopenia, yakni trombosit berada dalam keadaan rendah.
Demam berdarah hanyalah salah satu penyakit yang ditandai oleh kadar
trombosit turun.
22
9. Alb ( Albumin )
Nilai Normal albumin adalah 3,8 – 5,1 gr/dl
Parameter Satuan Tanggal
13 14 15 17 25 27
Alb g/dl 2,4
Pada tanggal 15 didapat kadar albumin 2,4 gr/dl. Dapat disimpulkan bahwa
pasien memiliki kadar albumin yang rendah.
Albuminuria adalah kelainan pada ginjal karena terdapat albumin dan
protein di dalam urine. Hal ini merupakan suatu gejala kerusakan alat filtrasi pada
ginjal. Penyakit ini menyebabkan terlalu banyak albumin yang lolos dari saringan
ginjal dan terbuang bersama urine. Albumin merupakan protein yang bermanfaat
bagi manusia karena berfungsi untuk mencegah agar cairan tidak terlalu banyak
keluar dari darah. Penyebab albuminuria di antaranya adalah kekurangan protein,
penyakit ginjal, dan penyakit hati.
PEMBAHASAN
Dari data diatas terdapat kadar Kreatinin (Cr) dan Blood Ureum Nitrogen
(BUN) yang diatas normal. Sehingga pasien dapat dikatakan memiliki
kelainan/infeksi pada ginjalnya. Sehingga dapat menurunkan kadar albumin dalam
tubuh. Oleh karena itu pengujian/tes albumin sering dilakukan untuk menilai
kerusakan ginjal. Ginjal menyaring darah dari kotoran yang kemudian dikeluarkan
dalam bentuk urin. Urin tidak boleh mengandung albumin.
Molekul albumin berukuran besar sehingga tidak akan melewati filter ginjal
dan akan kembali dalam aliran darah. Keluarnya protein terutama albumin lewat
urine terjadi karena adanya gangguan pada sistem filter (penyaringan) di ginjal
tepatnya di glomerulus yang mengakibatkan banyak protein yang keluar atau
‘bocor’. Akibat dari banyak protein terutama albumin yang ‘bocor’ tadi, maka kadar
albumin dalam darah menjadi turun (hipoalbuminemia).
23
Albumin berfungsi mengikat komponen darah sehingga memastikan cairan darah
tidak terpisah atau bocor ke dalam jaringan tubuh. Dengan kata lain, albumin seperti
agen pengikat yang memastikan konstituen darah tetap terikat bersama. Penurunan
tingkat albumin menyebabkan cairan dalam darah terpisah sehingga menumpuk di
berbagai bagian tubuh dan menyebabkan edema.
kelainan ginjal ini disebut dengan Sindrom Nefrotik. Kelainan ginjal ini
menyebabkan tubuh mengeluarkan terlalu banyak protein dalam urine. seperti
adanya protein dalam urin (proteinuria), penurunan kadar albumin dalam darah
(hipoalbuminemia), peningkatan kadar kolesterol darah (hiperkolesterolemia) dan
lipid dalam darah (hiperlipidemia) dan pembengkakan tubuh (edema).
Sindrom nefrotik sekitar 80% tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik.
Sindrom nefrotik dianggap sebagai penyakit autoimun, dimana ada reaksi antigen
antibodi di dalam organ ginjal sendiri, sehingga pengobatannya dengan memberi
obat penekan sistem imun.
Lalu Pada awal pemeriksaan leukosit didapat nilai leukosit diatas normal
yang disebabkan adanya infeksi ginjal. Tingginya sel darah putih pertanda adanya
peningkatan produksi sel-sel untuk melawan infeksi. Sementara itu pula adanya
kemungkinan dari gangguan sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan
peningkatan produksi sel darah putih. Karena pada pasien gagal ginjal biasanya
diobati dengan obat diuretik dan imunosupresan, sehingga kadar leukositnya dapat
menurun.
Dan Saat ginjal kita bermasalah, maka kita dapat mengalami anemia, karena:
1. Terlalu sedikit sel darah merah karena Hemoglobin menurun drastis pada kisaran
6-9
2. Terlalu sedikit zat besi. Bisa disebabkan oleh:
- Pembatasan asupan gizi karena diet, sehingga kadar Glukosa menurun
- Tubuh tidak dapat menyerap zat besi dalam jumlah yang mencukupi
- Sejumlah darah hilang saat cuci darah.
24
Sedangkan bila terjadi anemia maka otomatis nilai HMT pun ikut menurun.
Karena adanya sindrom nefrotik maka Fungsi platelet dan sel darah putih akan
terganggu. Secara klinis, hal ini dimanifestasikan sebagai pemanjangan waktu
perdarahan dan gampang terkena infeksi. Pada pasien dengan penurunan aktivitas
platelet faktor III (faktor trombosit), dan juga penurunan ikatan dan agregrasi
platelet. Karena Sindrom nefrotik dapat meningkatkan risiko infeksi dan
pembekuan darah.
Gejala yang sering di rasakan pada penderita penyakit gagal ginjal
Perubahan kencing seperti berkurangnya urin pada saat buang air kecil
Mengalami pembengkakan pada area kaki yang di sebabkan oleh terlalu
banyak menyimpan cairan di dalam tubuh
Adanya perasaan ngantuk
Mudah lelah
Mengalami rasa bingung
Sering mual
Pada kasus yang sudah parah akan mengalami kejang atau koma
Adanya rasa nyeri atau rasa tertekan pada dada
Pengobatannya :
a). Diuretik
Diuretik ansa henle (loop diuretic) misalnya furosemid (dosis awal 20-40
mg/hari) atau golongan tiazid dengan atau tanpa kombinasi dengan
potassium sparing diuretic (spironolakton) digunakan untuk mengobati
edema dan hipertensi. Penurunan berat badan tidak boleh melebihi 0,5
kg/hari.
b). Diet.
Diet untuk pasien SN adalah 35 kal/kgbb./hari, sebagian besar terdiri dari
karbohidrat. Diet rendah garam (2-3 gr/hari), rendah lemak harus diberikan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa pada pasien dengan penyakit ginjal
25
tertentu, asupan yang rendah protein adalah aman, dapat mengurangi
proteinuria dan memperlambat hilangnya fungsi ginjal, mungkin dengan
menurunkan tekanan intraglomerulus. Derajat pembatasan protein yang
akan dianjurkan pada pasien yang kekurangan protein akibat sindrom
nefrotik belum ditetapkan. Pembatasan asupan protein 0,8-1,0 gr/
kgBB/hari dapat mengurangi proteinuria. Tambahan vitamin D dapat
diberikan kalau pasien mengalami kekurangan vitamin ini.
c) Terapi antikoagulan
Bila didiagnosis adanya peristiwa tromboembolisme , terapi antikoagulan
dengan heparin harus dimulai. JUmlah heparin yang diperlukan untuk
mencapai waktu tromboplastin parsial (PTT) terapeutik mungkin meningkat
karena adanya penurunan jumlah antitrombin III. Setelah terapi heparin
intravena , antikoagulasi oral dengan warfarin dilanjutkan sampai sindrom
nefrotik dapat diatasi.
d) Terapi Obat
Terapi khusus untuk sindroma nefrotik adalah pemberian kortikosteroid
yaitu prednisone 1 – 1,5 mg/kgBB/hari dosis tunggal pagi hari selama 4 – 6
minggu. Kemudian dikurangi 5 mg/minggu sampai tercapai dosis
maintenance (5 – 10 mg) kemudian diberikan 5 mg selang sehari dan
dihentikan dalam 1-2 minggu. Bila pada saat tapering off, keadaan penderita
memburuk kembali (timbul edema, protenuri), diberikan kembali full dose
selama 4 minggu. Obat kortikosteroid menjadi pilihan utama untuk
menangani sindroma nefrotik (prednisone, metil prednisone). Obat
antiradang nonsteroid (NSAID) telah digunakan pada pasien dengan
nefropati membranosa dan glomerulosklerosis fokal untuk mengurangi
sintesis prostaglandin yang menyebabkan dilatasi. Ini menyebabkan
vasokonstriksi ginjal, pengurangan tekanan intraglomerulus, dan dalam
banyak kasus penurunan proteinuria sampai 75 %.
Sitostatika diberikan bila dengan pemberian prednisone tidak ada respon,
26
kambuh yang berulang kali atau timbul efek samping kortikosteroid. Dapat
diberikan siklofosfamid 1,5 mg/kgBB/hari.
Obat anti proteinurik misalnya ACE inhibitor (Captopril 3*12,5 mg),
kalsium antagonis (Herbeser 180 mg) atau beta bloker. Obat penghambat
enzim konversi angiotensin (angiotensin converting enzyme inhibitors) dan
antagonis reseptor angiotensin II dapat menurunkan tekanan darah dan
kombinasi keduanya mempunyai efek aditif dalam menurunkan proteinuria
27
BAB IV
KESIMPULAN
Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk tujuan
tetrtentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau
perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lain-lain.
Dari hasil kasus diatas dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki kelainan ginjal
karena Kadar creatinin dan ureum yang tinggi. Kelainan ginjal ini termasuk dalam
sindrom nefrotik, yaitu Kelainan ginjal ini menyebabkan tubuh mengeluarkan
terlalu banyak protein dalam urine. Sindrom nefrotik sekitar 80% tidak diketahui
penyebabnya atau idiopatik. Sindrom nefrotik dianggap sebagai penyakit autoimun,
dimana ada reaksi antigen antibodi di dalam organ ginjal sendiri. Jika kadar
kreatinin lebih dari 7 mg / dl serum, maka dapat dilakukan hemodialisis
Untuk mengetahui tingkat keparahan rusaknya ginjal, dapat di lakukan uji
laboratorium yaitu dengan uji WBC, HGB, HCT, PLT, BUN, Cr, GDA, PCT, dan
Alb. Kelainan ginjal menyebabkan keluarnya protein terutama albumin lewat urine
terjadi karena adanya gangguan pada sistem filter (penyaringan) di ginjal tepatnya
di glomerulus yang mengakibatkan banyak protein yang keluar atau ‘bocor’. Akibat
dari banyak protein terutama albumin yang ‘bocor’ tadi, maka kadar albumin dalam
darah menjadi turun (hipoalbuminemia) yaitu 2,4 g/dl. Kelainan ginjal ini juga
menyebabkan HGB dan HCT menurun drastis karena sejumlah darah hilang saat
cuci darah. Dan penurunan Glukosa karena adanya pembatasan asupan gizi oleh
diet. Dan sindrom nefrotik ini dapat meningkatkan risiko infeksi dan pembekuan
darah.
28
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Suku Patafisiologi (hands book of
pathophysiologi) Jakarta: EGC.
C. Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta: Gramedia.
Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9,
Editor: Irawati Setiawan. Jakarta :EGC.
Harper, H. A., V. W. Rodwell, and P. A. Mayes. 1979. Biokimia (Review of
physiological chemistry). Alih bahasa: M. Muliawan. Lange Medical
Publications. Los Altos, California.
Sodeman, W.A dan Sodeman T.M. (1995). Sodeman Patofisiologi. Edisi 7. Jilid II.
Penerjemah: Andry Hartono. Jakarta: Hipokrates.
Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Sukandar E. 1997. Tinjauan Umum Nefropati Diabetik in Nefropati Klinik. Edisi
ke- 2. Bandung : Penerbit ITB.
Sylvia & Lorraine. 1994. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Underwood. 1997. Patologi Umum & Sistematik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.