kasus pasien obgyn

Upload: reza-akbar

Post on 14-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kasus Pasien Obgyn

TRANSCRIPT

Kasus Pasien Puskesmas Batoh

DISMENOREADiajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalankan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Family Medicine Fakultas Kedokteran Unsyiah RSUD dr. Zainoel Abidin Banda AcehDISUSUNOleh :RISTIANA SUCI0707101010080

Pembimbing:dr. Andalas, Sp.OG

BAGIAN/SMF FAMILY MEDICINE FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat izin dan ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan presentasi kasus yang berjudul Dismenorea. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para sahabat, yang berkat perjuangan mereka kita dapat merasakan nikmatnya iman dan Islam. Presentasi kasus ini merupakan salah satu tugas dalam menjalani Kepanitraan Klinik Senior pada bagian Ilmu ilmu Family medicine Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh. Penulis menyadari bahwa penyusunan presentasi kasus ini tidak terwujud tanpa ada bantuan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih tidak terhingga kepada pihak yang telah membantu penulis.Penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam penulisan presentasi kasus ini, namun penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu sumbangan gagasan, kritikan, saran dan masukan yang membangun akan penulis terima dengan senang hati demi kesempurnaan tugas ini. Akhir kata penulis berharap semoga presentasi kasus ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan.

Banda Aceh, Februari 2013

Penulis

I. Identitas PenderitaNama : Nn. FUmur: 15 tahunJenis Kelamin: PerempuanSuku: AcehAgama: IslamPekerjaan: Pelajar Alamat: Batoh Tanggal pemeriksaan: 23 Februari 2013

II. ANAMNESISKeluhan Utama: nyeri perut bawah Keluhan Tambahan: lemas, mual, selera makan berkurangRiwayat Penyakit SekarangPasien datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah sejak 4 hari yang lalu ketika sedang masa menstruasi. Rasa nyeri terasa seperti rasa kejang perut terasa ditusuk-tusuk. Keluhan berlangsung lebih kurang selama 2 jam. Pasien juga mengeluhkan rasa mual dan nyeri kepala. Muntah, demam, diare tidak dikeluhkan pasien. Keluhan perih di lambung, nyeri ulu hati dan rasa panas di dada tidak dikeluhkan. Pasien juga merasakan selera makannya berkurang.Riwayat menstruasiMenarche: 13 tahunSiklus:28 hari, teratur, lama perdarahan 5 hari, softex 2x/hari, dismenore (+)

Riwayat pernikahanBelum menikah

Riwayat Penyakit Dahulu disangkal

Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada keluarga pasien yang mengalami hal seperti ini, riwayat tekanan darah tinggi dan DM disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK1. Status PresentKeadaan umum: BaikKesadaran: Compos mentisTekanan darah: 100/70 mmHgNadi: 98x/menitPernafasan: 20 x/menitSuhu: 36,70C

2. Status InternusKulit: Kecoklatan, turgor sedikit lambat kembali, pucat (-)Mata: tampak sedikit cekungTelinga:Meatus acusticus eksternus (N), nyeri tekan mastoid (-)Leher: JVP (N), Pembesaran kelenjar thyroid (-), Kaku kuduk (-)

3. Sistem Pernafasan Inspeksi: Simetris, retraksi (-), penggunaan otot-otot bantu napas (-)Palpasi: fremitus (N/N)Perkusi: Sonor/sonorAuskultasi: Ves (N/N), Ronkhi (-/-) Whezing (-/-)

4. Sistem KardiovaskularInspeksi: Cardiac bulging (-)Palpasi: Ictus kordis tidak terabaPerkusi: Batas-batas jantungAtas: ICR III SinistraKanan: Linea parasternal dextraKiri: 1 cm media midclavicula sinistraAuskultasi: BJ I > BJ II, regular, bising (-)

5. Sistem GastrointestinalInspeksi: Simetris, asites (-), distensi (-)Palpasi: Nyeri tekan (-), Lien dan hepar tidak terabaPerkusi: Timpani, pekak hati (-)Auskultasi: Peristaltik (N)

6. Sistem urogenital: Dalam batas normal. 7. Kulit: Dalam batas normal

V. DIAGNOSA SEMENTARADismenorea primer

VI. PENATALAKSANAAN Non-Farmakologis Makan makanan dengan gizi seimbang Istirahat yang cukup Olahraga Farmakologis Paracetamol 3 x 500 mg

VI. ANJURAN PEMERIKSAAN-VII PROGNOSISQua ad vitam: dubia ad bonamQua ad sanam: dubia ad bonamQua ad visam: dubia ad bonamQua ad kosmestik: dubia ad bonam

Dismenorea Primer1. DefinisiDismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberap jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diarea, iritabilitas dan sebagainya.

2. EtiologiBanyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenorea primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenorea primer, antara lain: 1. Faktor kejiwaanPada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenorea.2. Faktor konstitusiFaktor ini, yang erat hubngannya dengan faktor tersebut di atas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea3. Faktor obstruksi kanalis servikalisSalah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenorea primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenorea.4. Faktor endokrinPada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus.5. Faktor alergiTeori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria, migrain atau asma bronkial.3. PenangananPenerangan dan nasihatPerlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau takhayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.

Pemberian obat analgesikDewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simtomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan.Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan sebagainya.

Terapi hormonalTujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenorea primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi

Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin memegang peranan yang makin penting terhadap dismenorea primer. Termasuk di sini indometasin, ibuprofen dan naproksen; dalam kurang lebih 70 % penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid dimulai; 1 sampai 3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid.

Dilatasi kanalis servikalis dapat memberi keringanan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya. Neurektomi prasakral (pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan neurektomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik yang ada di ligamentum infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-usaha lain gagal.

DAFTAR PUSTAKA

1. P. Simanjuntak. Gangguan Haid dan Siklusnya. dalam Ilmu Kandungan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 20092. Asih, Kampono, & Prihartono. (2009). Hubungan pajanan infeksi helicobacter pylori dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia. Vol 33, No 3 Juli 2009.3. Chaterine. M, Graham. R.H & Robson. S.C. (2008). Caring for women with nausea and vomiting in pregnancy: new approaches. British Journal Of Midwifery, May 2008, Vol 16, No 5.4. Vitoratos. N, et.al.(2006). Sever liver Injury due to hyperemesis gravidarum. Journal Obstetric Gynaecology 2006; 26(2):172-1725. Simpson, et.al. (2001). Psychological Factors and Hyperemesis Gravidarum. Journal of Womens Health & Gender-Based Medicine. Volume 10, Number 5, 2001.6. Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obsetri. Jilid I, Jakarta; EGC7. Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta; Tridasa Printer8. Panesar, N.S., dkk. 2001. Are thyroid hormones or hCG responsible for hyperemesis gravidarum? A matched paired study in pregnant Chinese women. Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica, 80:519524.9. Bin, X.L dkk. 2004. Relationship Between Hyperemesis Gravidarum And Helicobacter Pylori Seropositivity. Chinese Medical Journal2004;117(2):301-30210. Soltani. H & Taylor.G.M. 2003. Changing Attitudes and Perceptions to Hyperemesis Gravidarum. RCM Midwives 2003 : 6(12): 520-52411. Lao, T.T., 1988. Low Birth Weight and Hyperemesis Gravidarum. European Journal of Obstetric and Gynecology and Reproduktive Biology. 28: 179-183.