kasus
DESCRIPTION
mataTRANSCRIPT
BAB I
KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. H
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 63 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Rawamangun
No. RM : 7839xx
II. Anamnesa
Keluhan Utama : Penglihatan mata kiri mengecil
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan ke RSIJ Pondok Kopi dengan penglihatan mata kiri mengecil sejak 2
bulan yang lalu. Saat melihat seperti melihat dari sedotan tapi penglihatan masih jelas. Gatal
kadang dirasakan pasien. Mata nyeri, terasa berat, berkedut dan mata berair disangkal
pasien. Pasien tidak merasa silau.
R iwayat P enyakit D ahulu :.
Riwayat trauma mata saat umur 12 tahun. Riwayat operasi glaukoma 18 tahun yang lalu.
Pasien memiliki Hipertensi dan DM.
R iwayat P enyakit K eluarga : Keluarga pasien tidak ada yang seperti ini.
Riwayat Psikososial :
Tidak ada kebiasaan khusus yang memperberat kerja mata, bekerja sebagai ibu rumah
tangga
Riwayat Pengobatan : Belum berobat sejak adanya keluhan
Riwayat alergi : pasien tidak mempunyai riwayat alergi
1
III. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
KU : Baik
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 68x/menit
Pemeriksaan Tonometri
Palpasi teraba bola mata menonjol
OD 2/10
2
OD OS
6/30 Visus 6/30
Orthoforia Kedudukan Bola Mata
Orthoforia
Baik kesegala arah, posisi sama
Pergerakan Bola Mata
Baik ke segala arah, posisi sama
Oedem(-),seluruh palpebra. hiperemis (-), nyeri (-)
Palpebra Superior Udem(-),seluruh palpebra. hiperemis (-), nyeri (-)
udem (-), hiperemis (-), nyeri (-)
Palpebra Inferior Udem (-), hiperemis (-), nyeri (-)
udem(-),hiperemis (-),korpus alienum (-)
Konjungtiva udem(-),hiperemis(-),corpus alienum (-)
Injeksi siliar(-),injeksi konjungtiva(-),injeksi episklera(-)
Injeksi siliar (-),injeksi konjungtiva (-), injeksi episklera (-)
Jernih, infiltrat (-), edema (-) Kornea Jernih, infiltrat (-), edem (+)
Sedang, tanda radang (-) COA Sedang, tanda radang (-)
Warna coklat , sinekia(-) Iris Warna coklat, sinekia (-)
Bulat, Anisokor, reflex cahaya (+)
Pupil Lonjong, Anisokor, Pupil lebih lebar, reflex cahaya (+) me↓
Jernih Lensa Jernih
Tidak dilakukan Vitreous Humor Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan
OS 7/7.5
IV. Resume
Penglihatan mata kiri mengecil sejak 2 bulan yang lalu. Mata kadang terasa gatal. Pasien
memiliki riwayat trauma okuli, riwayat operasi glaukoma, HT dan DM. TD: 120/80 mmHg
Pada pemeriksaan fisik mata di dapatkan kelainan pada mata :
Visus OD : 6/30 tidak dikoreksi
Visus OS : 6/30 tidak dikoreksi
OS : pupil anisokor, reflex cahaya (+) me↓
Pemeriksaan Tonometri : Palpasi teraba bola mata menonjol
OD 2/10
OS 7/7.5
V. Diagnosa Kerja
OD : Anomali refraksi
OS : Glaukoma Sudut terbuka
VI. Penatalaksanaan
1. Edukasi
- Minum tidak boleh sekaligus banyak
- Menjaga tekanan darah karena dapat mempengaruhi tekanan bola mata
- olahraga dapat merendahkan tekanan bola mata sedikit
2. Medikamentosa
a. Miotik
Pilokarpin membesarkan pengeluaran cairan air mata
b. Simpatomimetik
Epinefrin menghambat produksi aquous humor
c. Beta Blocker
Timolol Maleat menghambat produksi aquous humor
d. Carbonic anhidrase
Asetazolamid menghambat produksi aquous humor
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata
glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik, dan
menciutnya lapang pandang.
Peningkatan tekanan di dalam mata (intraocular pressure) adalah salah satu
penyebab terjadinya kerusakan syaraf mata (nervus opticus) dan menunjukkan adanya
gangguan dengan cairan di dalam mata yang terlalu berlebih. Ini bisa disebabkan oleh mata
yang memproduksi cairan terlalu berlebih, cairan tidak mengalir sebagaimana mestinya
melalui fasilitas yang ada untuk keluar dari mata (jaringan trabecular meshwork) atau
sudut yang terbentuk antara kornea dan iris dangkal atau tertutup sehingga menyumbat/
memblok pengaliran daripada cairan mata.
Tekanan bola mata umumnya berada antara 10-21 mmHg dengan rata-rata 16
mmHg. Tekanan bola mata dalam sehari dapat bervariasi yang disebut variasi diurnal. Pada
orang tertentu tekanan bola mata dapat lebih dari 21mmHg yang tidak pernah disertai
kerusakan serabut saraf optic (hipertensi okuli).
Makin tinggi tekanan bola mata, makin cepat terjadi kerusakan pada serabut retina
saraf optik. Pada orang tertentu dengan tekanan bola mata rendah telah memberikan
kerusakan pada serabutsaraf optic (low tension glaucoma-glaukoma tekanan rendah).
Sebagian orang yang menderita glaukoma namun masih memiliki tekanan di dalam
bola matanya normal, penyebab dari tipe glaukoma semacam ini diperkirakan adanya
hubungan dengan kekurangan sirkulasi darah di daerah syaraf/nervus opticus mata. Meski
glaukoma lebih sering terjadi seiring dengan bertambahnya usia, glaukoma dapat terjadi
pada usia berapa saja. Risiko untuk menderita glaukoma diantaranya adalah riwayat
4
penyakit glaukoma di dalam keluarga (faktor keturunan), suku bangsa, diabetes, migraine,
tidak bisa melihat jauh (penderita myopia), luka mata, tekanan darah, penggunaan obat-
obat golongan cortisone (steroids).
Glaukoma adalah keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal disertai
gangguan lapang pandang dan atrofi papil saraf optic. Tekanan bola mata normal terletak
antara 15-21 dengan tonometer Schiotz. Bila tekanan mata 22mmHg suspek glaucoma.
Tekanan bola mata pada glaukoma tidak berhubungan dengan tekanan darah.
Tekanan bola mata yang tinggi akan mengakibatkan gangguan pembuluh darah retina
sehingga mengganggu metabolisme retina, yang kemudian di susul dengan kematian saraf
mata. Pada kerusakan serat saraf retina akan mengakibatkan gangguan pada fungsi retina.
Bila proses berjalan terus, maka lama-kelamaan penderita akan buta total.
3.2 Epidemiologi
Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk. Umumnya
penderita glaukoma telah berusia lanjut. Pada usia diatas 50 tahun, tingkat resiko menderita
glaukoma meningkat sekitar 10%. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari
bahwa mereka menderita penyakit tersebut.
3.3 Etiologi
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokular ini, disebabkan
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar.
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
(glaukoma hambatan pupil).
3. Penyakit keturunan.
4. Glaukoma dapat timbul akibat penyakit atau kelainan dalam mata (glaukoma
sekunder).
5. Glaukoma dapat diakibatkan penyakit lain di tubuh.
5
6. Glaukoma dapat disebabkan efek samping obat.
Glaukoma merupakan penyakit yang tidak dapat dicegah, akan tetapi bila
diketahui dini dan diobati maka glaukoma dapat diatasi untuk mencegah kerusakan
lanjutnya.
3.4 Patofisiologi
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel
ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti dalam
retina serta berkurangnya akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai
pembesaran cawan optik.
Efek peningkatan tekanan intraokular dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan besar
peningkatan tekanan intraokular. Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular
mencapai 60-80 mmHg, menimbulkan kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai
edema kornea dan kerusakan nervus optikus. Pada glaukoma sudut terbuka primer, tekanan
intraokular biasanya tidak meningkat lebih dari 30 mmHg dan kerusakan sel ganglion
terjadi setelah waktu yang lama, sering setelah beberapa tahun. Pada glaukoma tekanan
normal, sel-sel ganglion retina mungkin rentan mengalami kerusakan akibat tekanan
intraokular dalam kisaran normal atau mekanisme kerusakannya yang utama mungkin
iskemia caput nervus optikus.
Studi terbaru mendeteksi terhadap antibodi seorang pasien dengan tekanan normal
dan unsur pokok glaukoma. Terlihat juga perbedaan yang sangat signifikan antara riwayat
antibodi terhadap tekanan normal penderita glaukoma dan subjek kontrol cairan mata.
Pada glaukoma simpleks ditemukan perjalanan penyakit yang lama akan tetapi
berjalan terus sampai berakhir dengan kebutaan yang disebut sebagai glaukoma absolut.
Karena perjalanan penyakit demikian maka glaukoma simpleks disebut sebagai maling
penglihatan.
6
3.5 Klasifikasi Glaukoma
Klasifikasi Vaughen untuk glaukoma adalah sebagai berikut:
3.5.1 Glaukoma primer
Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan yang
merupakan penyebab glaukoma. Glaukoma ini didapatkan pada orang yang telah memiliki
bakat bawaan glaukoma seperti:
Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan anatomi
bilik mata yang menyempit.
Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan
(goniodisgenesis), berupa trabekulodisgenesis, irisdogenesis dan korneodisgenesis dan
yang paling sering berupa trabekulodisgenesis dan goniodisgenesis.
Glaukoma bersifat bilateral, yang tidak selalu simetris dengan sudut bilik mata
terbuka ataupun tertutup, pengelompokan ini berguna untuk pelaksanaan dan penelitian.
Glaukoma sudut primer dibagi menjadi dua, yaitu :
A. Glaukoma primer sudut tertutup (sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga
iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor
aqueos mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena
peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang
mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan
meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan
terlihat halo. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani
akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat. Glaukoma sudut tertutup adalah
glaukoma primer yang ditandai dengan sudut bilik mata depan yang tertutup, bersifat
bilateral dan herediter. Sudut sempit dengan hipermetropia dan bilik mata dangkal
berbahaya memakai obat antihistamin dan antispasme.
7
Pembagian Glaukoma sudut tertutup:
a. Akut
Glaukoma akut mudah terjadi pada mata yang mempunyai bakat sudut bilik
matanya tetutup, seperti pada hipermetropia. Glaukoma primer dengan sudut mata
depan sempit atau tertutup bersifat bilateral dan herediter.
Serangan glaukoma akut dapat datang dengan tiba-tiba dan penglihatan
akan sangat turun, disertai dengan sakit yang berat di belakang kepala, mual dan
muntah terutama di malam hari. Pasien terlihat sakit, dan kadang-kadang akibat
adanya gejala yang disertai dengan muntah, maka sering disangkal penderita sakit
perut.
Mata pasien dengan kongestif akut sangat merah, konjungtiva sangat
kemotik, dengan injeksi siliar, kornea keruh, pupil setengah lebar dengan reaksi
terhadap sinar yang kurang atau sama sekali tidak ada. Bilik mata depan dangkal
dan di dalam bilik mata terdapat efek Tyndal yang positif. Mata pada perabaan
terasa keras seperti kelereng akibat tekanan bola mata yang sangat tinggi. Tekanan
bola mata sangat tinggi dan tidak jarang samapai mencapai 60-70 mmHg. Bila
tekanan bola mata tidak diturunkan segera, maka akan terjadi penurunan tajam
penglihatan yang menetap.
Glaukoma ini terjadi apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan
sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer dan akibat pergeseran diafragma
lensa-iris ke anterior disertai perubahan volume di segmen posterior mata.
Pengobatan glaukoma akut
Pertama-tama harus diingat bahwa glaukoma akut merupakan masalah
pembedahan. Pengobatan dengan obat-obatan harus dilaksanakan sebagai
pertolongan darurat.
8
Pengobatan dengan obat-obatan:
Miotik: yang paling mudah didapat adalah pilokarpin 2-4% tetes mata yang
diteteskan tiap menit 1 tetes selama 5 menit, kemudian disusul 1 tetes tiap jam
sampai 6 jam.
Carbonic anhidrase inhibitor: yang biasa dipakai adalah tablet asetozolamid
250 mg, 2 tablet sekaligus, kemudian disusul tiap 4 jam 1 tablet sampai 24
jam.
Obat hiperosmotik: yang paling mudah adalah larutan gliserin 50% yang
diberikan oral. Dosis 1-1,5 gram/kg BB (0,7-1,5 cc/ Kg BB). Untuk praktisnya
dapat dipakai 1 cc per KgBB. Gliserin ini harus diminum sekaligus. Tidak
banyak gunanya apabila diminum sedekit demi sedikit. Karena gliserin ini
terlalu manis, sehingga memberikan rasa mual pada penderita. Obat lain
hiperosmotik ialah mannitol 20% yang diberikan perinfus ± 60 tetes permenit
Morfin: suntikan 10-15 mg mengurangi rasa sakit dan mengecilkan pupil.
Hasil pilokarpin adalah miosis dan karenanya melepaskan iris dari jaringan
trabekulum. Sudut bilik mata depan akan terbuka. Daya kerja asetazolamid
adalah mengurangi pembentukan akuos humor. Gliserin dan mannitol
mempetinggi daya osmosis plasma.
Pembedahan
Obat-obatan di atas dapat diberikan bersama-sama, tetapi hanya
merupakan pengobatan darurat dan jangka pendek. Pembedahan tetap harus
direncakan.
Sebelum pembedahan. Tiap glaukoma akut harus diobati terlebih dahulu.
Dengan cara seperti tersebut dia atas, tekanan bola mata yang tadinya sangat
tinggi diturunkan dahulu sampai di bawah 25 mmHg. Apabila mata masih terlalu
merah, dapat ditunggu sampai mata lebih putih, dan kemudian penderita di bedah.
o Iridektomi perifer
Indikasi: pembedahan ini digunakan untuk glaukoma dalam fase
prodromal, glaukoma akut yang baru saja terjadi atau untuk tindakan
pencegahan pada mata sebelahnya yang masih sehat.
9
Teknik: pada prinsipnya dibuat lubang di bagian perifer iris.
Maksudnya adalah untuk menghindari hambatan pupil. Iridektomi ini
biasanya dibuat di sisi temporal atas.
o Pembedahan Filtrasi
Indikasi: Pembedahan filtrasi dilakukan kalau glaukoma akut sudah
berlangsung lama atau penderita sudah masuk stadium glaukoma kongestif
kronik.
Trepanasi Elliot: Sebuah lubang kecil berukuran 1,5 mm dibuat di
daerah kornea skleral, kemudian ditutup oleh konjungtica dengan tujuan agar
akuous humor mengalir langsung dari bilik mata depan ke subkonjungtiva.
Sklerotomi Scheie kornea-skleral dikauterisasi agar luka tidak
menutup kembali dengan sempurna, dengan tujuan agar aquoushumor
mengalir langsung dari bilik mata depan ke ruang subkonjungtiva.
Trabekulektomi yaitu dengan mengankat trabekulum sehingga
terbentuk celah untuk mengalirkan cairan mata masuk ke dalam kanal Sclemm
b. Subakut
Faktor-faktor etiologi yang berperan pada glaukoma sudut tertutup
subakut sama dengan yang berperan pada tipe akut, kecuali bahwa episode
peningkatan tekanan intraokularnya berlangsung singkat dan rekuren. Episode
peningkatan TIO berlangusng singkat dan rekuren. Episode penutupan sudut
membaik spontan, tetapi terjadi akumulasi kerusakan pada sudut bilik mata depan
disertai pembentukan sinekia anterior perifer. Glaukoma sudut tertutup subakut
kadang-kadang berkembang menjadi glaukoma sudut tertutup akut.
Didapatkan riwayat serangan berulang berupa nyeri, kemerahan, dan
kekaburan penglihatan disertai halo di sekitar cahaya pada satu mata. Serangan
sering terjadi pada malam hari dan sembuh dalam semalam. Pemeriksaan diantara
waktu serangan mungkin hanya memperlihatkan sudut bilik mata depan yang
10
sempit disertai dengan sinekia anterior perifer. Diagnosis dapat dipastikan dengan
gonioskopi. Terapinya adalah iridotomi perifer dengan laser.
c. Kronik
Pasien dengan predisposisi anatomi penutupan sudut bilik mata depan
mungkin tidak pernah mengalami episode peningkatan tekanan intraokular akut,
tetapi mengalami sinekia anterior perifer yang semakin meluas disertai dengan
peningkatan TIO secara bertahap. Para pasien ini bermanifestasi seperti yang
diperlihatkan oleh pasien glaukoma sudut terbuka primer, sering dengan
penyempitan lapangan pandang yang ekstensif di kedua mata. Sesekali pasien-
pasien tersebut mengalami serangan penutupan sudut subakut.
Pada pemeriksaan dijumpai peningkatan tekanan intraokular, sudut bilik
mata depan yang sempit disertai sinekia anterior perifer dalam berbagai tingkat
serta kelainan diskus optikus dan lapangan pandang.
Pada jenis glaukoma kronik penderita jarang mengeluhkan mata, karena
umumnya peningkatan tekanan yang terjadi telah berlangsung lama dan mata
penderita telah beradaptasi. Keadaan ini sangat berbahaya, penyakit berjalan terus
sedangkan penderita tidak menyadarinya.
Sakit kepala ringan
Hilang penglihatan berangsur-angsur, yang diawali dengan penyempitan
lapang pandang tepi. Pada akhirnya akan terjadi penyempitan lapang pandang
yang menyebabkan penderita sulit melihat benda-benda yang terletak di sisi
lain ketika penderita melihat lurus ke depan (disebut penglihatan
terowongan/tunnel vision).
Gambar 3. Pandangan pada penderita glaukoma
11
Gambar 4. Penglihatan berkabut seperti terowongan
Penglihatan menjadi kabur atau berkabut
Halo
Terapi
Iridotomi perifer dengan laser harus selalu dilakukan sebagai langkah
pertama penanganan pasien-pasien ini. Apabila mungkin, tekanan intraokular
kemudian dikontrol secara medis, tetapi luasnya sinekia anterior perifer dan
lambatnya aliran keluar aqueous humor melalui anyaman trabekular yang
tersisa menyebabkan pengontrolan tekanan sangat sulit dilakukan. Jadi, sering
kali diperlukan tindaan drainase secara bedah. Ekstraksi katarak dengan
implantasi lensa intraokular dapat mengendalikan tekanan intraokular secara
efektif; tindakan ini menyebabkan penutupan sudut akibat sinekia tidak lebih
dari dua kuadran. Epinefrin dan miotik kuat tidak boleh dipakai, kecuali bila
sebelumnya telah dilakukan iridotomi atau iridektomi perifer sebab obat-obat
tersebut akan memperparah penutupan sudut.
d. Iris plateau
Iris plateau adalah suatu kelainan yang jarang. Pada iris plateau,
kedalaman kamera okuli anterior sentral normal tetapi sudut kamera okuli
anterior sangat sempit karena insersi iris secara kongenital terlalu tinggi. Mata
12
dengan kelainan ini jarang mengalami sumbatan papil, tetapi dilatasi akan
menyebabkan merapatnya iris perifer sehingga menutup sudut sekalipun telah
dilakukan iridektomi perifer. Biasanya datang dengan dengan glaukoma sudut
tertutup akut pada usia muda dan kambuh setelah tindakan iridektomi perifer.
Pada pasien iris plateau, dilatasi pupil untuk pemeriksaan fundus
cenderung menimbulkan penutupan akut sudut dan dapat mencetuskan
kejadian serupa pada mata lain yang dengan kamera anterior dalam
diakibatkan oleh pendesakan sudut bukan oleh mekanisme penyumbatan
pupil yang terjadi pada mata dengan kamera anterior dangkal.
Terapi diperlukan terapi miotik jangka panjang atau iridoplasti dengan
laser.
Gambar 5. Glaukoma sudut tertutup
B. Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis)
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ), yang meliputi kedua
mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut
terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran
schlemm, dan saluran yang berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi.
13
Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut
ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata
yang timbul.
Glaukoma sudut terbuka primer adalah glaukoma yang penyebabnya tidak
ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.
Mekanisme glaukoma sudut terbuka ini lain daripada mekanisme glaukoma
sudut tertutup. Kalau yang terkahir ini diakibatkan jaringan trabekulum tertutup oleh
iris, hambatan pada glaukoma sudut terbuka terletak di dalam jaringan trabekulum
sendiri. Akuos humor dengan leluasa mencapai lubang-lubang trabekulum, tetapi
sampai di dalam terbentur celah-celah trabekulum yang sempit hingga akuos humor
tidak dapat keluar dari bola mata dengan bebas.
Gambaran kliniknya yaitu
Glaukoma sudut terbuka tidak memberi tanda-tanda dari luar
Perjalanan penyakit perlahan-lahan dan progresif dengan merusak papil saraf
optik (ekskavasi)
Biasanya penderita baru sadar bila keadaan telah lanjut
Diagnosis sering baru dibuat kalau dilakukan tonometri rutin pada penderita
yang misalnya datang hanya untuk ganti kaca mata. Sifat glaukoma jenis ini
adalah bilateral, tetapi biasanya yang satu mulai lebih dahulu. Kebanyakan
ditemukan pada penderita umur 40 tahun ke atas.
Tajam penglihatan umumnya masih baik kalau keadaan belum lanjut. Tetapi
tajam penglihatan tidak boleh menjadi patokan akan adanya glaukoma atau
tidak. Tekanan bola mata lebih dari 24 mmHg dan tidak terlalu tinggi seperti
pada glaukoma kronik.
Pada funduskopi ditemukan ekskavasi apabila glaukoma sudah berlangsung
lama. Pemeriksaan lapangan pandang perifer tidak menunjukkan kelainan
selama glaukoma masih dini, tetapi lapang pandangan sentral sudah
menunjukkan skotoma parasentral.
14
Apabila glaukoma sudah lebih lanjut, lapang pandangan perifer pun akan
menunjukkan kerusakan. Pada gonioskopi akan ditemukan sudut bilik mata
depan yang lebar.
Gambar 6. Sumbatan pada trabekular meshwork memperlambat aliran aqueos,
sehingga meningkatkan TIO.
Pengobatan glaukoma sudut terbuka diberikan secara teratur dan pembedahan
hanya dilakukan bila pengobatan tidak mencapai hasil yang memuaskan.
Pengobatan dengan obat-obatan:
- Miotik:
o Pilokarpin 2-4%, 3-6 kali 1 tetes sehati (membesarkan pengeluaran cairan
mata-outflow)
o Eserin ¼-1%, 3-6 kali 1 tetes sehari (membesarkan pengeluaran cairan mata-
outflow)
- Simpatomimetik
o Epinefrin 0,5-2%, 1-2 kali 1 tetes sehari (menghambat produksi akuos humor)
- Beta-bloker
15
o Timolol maleate 0,25-0,50%, 1-2 kali tetes sehari (menghambat produksi
akuos humor)
- Carbonic anhidrase inhibitor
o Asetozolamid 250 mg, 4 kali I tablet (menghambat akuos humor). Kalau pada
glaucoma akut obat-obat diberi bersamaan, pada glaucoma sudut terbuka,
obat-obat diberikan satu demi satu atau kalau perlu kemudian baru
dikombinasi. Kalau tidak berhasil, frekwensi tetes mata dinaikan atau
prosentasi obat ditingkatkan atau ditambah dengan obat tetes lain seperti
epinefrin atau tablet asetozolamid.
Pembedahan
Apabila obat-obatan yang maksimal tidak berhasil menahan tekanan bola mata
di bawah 21mmHg dan lapang pandangan terus mundur, dilakukan pembedahan.
Jenis pembedahan yang dipakai adalah trepanasi Elliot atau pembedahan sklerotomi
Scheie. Akhir-akhir ini operadi yang menjadi popular adalah trabekulektomi.
3.5.2 Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang diketahui penyebab yang
menimbulkannya. Peningkatan TIO yang terjadi sebagai suatu manifestasi dari penyakit
mata lain disebut glaucoma sekunder. Kelainan mata lain dapat menimbulkan
meningkatnya tekanan bola mata. Glaukoma timbul akibat kelainan di dalam bola mata,
yang dapat disebabkan:
Kelainan lensa, katarak imatur, hipermatur dan dislokasi lensa.
Kelainan uvea, uveitis anterior.
Trauma, hifema dan inkarserasi iris.
Pascabedah,blokade pupil, goniosinekia.
Terapinya ialah pengontrolan TIO dengan cara-cara medis dan bedah, serta
mengatasi penyakit yang mendasari apabila mungkin.
A. Glaukoma akibat kelainan lensa
16
Dislokasi lensa
Lensa kristalina dapat mengalami dislokasi akibat trauma atau secara spontan,
misalnya pada sindrom Marfan. Dislokasi anterior dapat menimbulkan sumbatan pada
aperture pupil yang menyebabkan iris bombe dan penutupan sudut. Dislokasi posterior
ke dalam vitreus juga berkaitan dengan glaucoma meskipun mekanismenya belum
jelas. Hal ini mungkin disebabkn oleh kerusakan sudut pada waktu dislokasi traumatik.
Intumesensi Lensa
Lensa dapat menyerap cukup banyak cairan sewaktu mengalami perubahan-
perubahan katarak sehingga ukurannya membesar secara bermakna. Lensa ini
kemudian dapat melanggar batas bilik mata depan, menimbulkan sumbatan pupil dan
pendesakan sudut, serta menyebabkan glaucoma sudut tertutup. Terapi berupa ekstraksi
lensa, segera setelah tekanan intraocular terkontrol secara medis.
Glaukoma fakolitik
Sebagian katarak stadium lanjut dapat mengalami kebocran kapsul lensa
anterior dan memungkinkan protein-protein lensa yang mencair masuk ke dalam bilik
mata depan. Terjadi reaksi peradangan di bilik mata depan, anyaman trabekular
menjadi edema dan tersumbat oleh protein-protein lensa, dan menimbulkan
peningkatan TIO akut. Ekstraksi lensa merupakan terapi definitive, dilakukan segera
setelah TIO terkontrol secara medis dan terapi steroid topical telah mengurangi
peradangan intraocular.
B. Glaukoma akibat kelainan uvea
Uveitis
TIO pada uveitis biasanya di bawah normal karena corpus cilare yang meradang
berfungsi kurang baik. Namun, dapat pula terjadi peningkatan TIO melalui beberapa
mekanisme yang berlainan. Anyaman trabekular dapat tersumbat oleh sel-sel radang
dari bilik mata depan, disertai edema sekunder, atau kadang-kadang dapat terlibat
dalam proses peradangan yang secara spesifik mengenai sel-sel trabekula (trabekulitis).
Salah satu penyebab meningkatnya tekanan intraocular pada individu dengan uveitis
adalah penggunaan steroid topical. Uveitis kronik ataurekuren menyebabkan gangguan
17
fungsi trabekula yang permanen, sinekia anterior perifer, dan kadang-kadang
neovaskularisasi sudut; semua kelainan tersebut meningkatkan kemungkinan glaucoma
sekunder. Seklusio pupilae akibat sinekia posterior 360 derajat menimbulkan iris
bombe dan glaucoma sudut tertutup akut. Sindrom-sindrom uveitis yang cenderung
berkaitan dengan glaucoma sekunder adalah siklitis heterokromik Fuchs, uveitis
anterior akut terkait-HLA-B27, dan uveitis akibat herpes zoster dan herpes simpleks.
Terapi utama ditujukan untuk mengontrol uvetitis disertai pemberian terapi
glaucoma sesuai keperluan; miotik dihindari karena dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya sinekia posterior. Latanoprost mungkin juga harus dihentikan karena
dilaporkan menimbulkan eksaserbasi dan reaktivitas uvitis. Terapi jangka panjang,
diantaranya tindakan bedah, sering diperlukan karena kerusakan anyaman trabekular
yang bersifat reversible. Penutupan sudut akut akibat seklusi pupil dapat dipulihkan
dengan midriasis intensif, tetapi sering memrlukan iridotomi perifer dengan laser atau
iridektomi bedah. Setiap uveitis dengan kecenderungan pembentukan sinekia posterior
harus diterapi dengan midriatik selama uveitisnya aktif untuk mengurangi risiko seklusi
pupil.
C. Glaukoma akibat trauma
Cedera kontusio bola mata dapat disertai dengan peningkatan dini TIO akibat
perdarahan ke dalam bilik mata depan (hifema). Darah bebas menyumbat anyaman
trabekular, yang juga mengalami edema akibat cedera. Terapi awal dilakukan dengan
obat-obatan, tetapi mungkin dilakukan tindakan bedah bila tekanannya tetap tinggi,
yang kemungkinan besar terjadi bila ada episode perdarahan kedua.
Cedera kontusio berefek lambat pada tekanan intraocular; efek ini timbul akibat
kerusakan langsung pada sudut.Selang waktu antara cedera dan timbulnya glaucoma
mungkin menyamarkan hubungan tersebut. Secara klinis, bilik mata depan tampak
lebih dalam daripada mata yang satunya, dan gonioskopi memperlihatkan resesi sudut.
Terapi medis biasanya efektif, tetapi mungkin diperlukan tindakan bedah.
Laseradi atau robek akibat kontusio pada segmen anterior sering disertai dengan
hilangnya ilik mata depan. Apabila bilik mata tidak segera dibentuk kembali setelah
18
cedera-baik secara spontan, dengan inkasersarsi iris ke dalam luka, atau secara bedah-
akan terbentuk sinekia anterior perifer dan menyebabkan penutupan sudut yang
ireversibel.
D. Glaukoma pascabedah okular
Glaukoma sumbatan siliarin (glaukoma maligna)
Tindakan bedah pada mata yang menimbulkan peningkatan tekanan intraocular
yang bermakna dan sudut sempit atau tertutup dapat menyebabkan glaucoma sumbatan
siliaris. Segera setelah pembedahan, TIO meningkat hebat dan lensa terdorong ke
depan akibat penimbunan aqueous di dalam dan dibelakang korpus vitreus. Pasien
awalnya merasakan penglihatan jauh yang kabur, tetapi penglihatan dekatnya
membaik. Ini diikuti dengan nyeri dan peradangan.
Terapi terdiri atas siklopegik, midriatik, penekan aqueous humor dan obat-obat
hiperosmotik. Obat hiperosmotik digunakan untuk menciutkan korpus vitreum dan
membiarkan lensa bergeser ke belakang.
Mungkin diperlukan sklerotomi posterior, vitrektomi dan bahkan ekstraksi lensa.
Sinekia anterior perifer
Seperti halnya trauma pada segmen anterior, tindakan bedah yang menyebabkan
mendatarnya bilik mata depan akan menimbulkan pembentukan sinekia anterior
perifer. Diperlukan pembentukan sinekia anterior perifer. Diperlukan pembentukan
kembali bilik mata depan melalui tindakan bedah dengan segera apabila hal tersebut
tidak terjadi secara spontan.
3.5.3 Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital, khususnya sebagai glaukoma infantil (buftalmos), adalah
glaukoma akibat penyumbatan pengaliran keluar cairan mata oleh jaringan sudut bilik mata
yang terjadi oleh adanya kelainan kongenital. Kelainan ini akibat terdapatnya membran
kongenital yang menutupi sudut bilik mata pada saat perkembangan bola mata, kelainan
19
pembentukan kanal schlemm dan saluran keluar cairan mata yang tidak sempurna
terbentuk.
Tanda klinis glaukoma kongenital
Lima puluh persen kasus glaucoma congenital bermanifestasi sejak lahir, 70%
kasus didiagnosis dlama 6 bulan pertama dan 80% kasus terdiagnosis di akhir tahun
pertama dan 80% kasus terdiagnosis di akhir tahun pertama. Gejala paling dini dan paling
sering adalah epifora. Dapat dijumpai fotofobia dan berkurangnya kilau kornea. Tanda
utamanya adalah peningkatan tekanan intraocular. Pencekungan diskus optikus akibat
glaucoma merupakan kelainan yang terjadi relative dini dan yang terpenting. Temuan-
temuan lanjut meliputi peningkatan diameter kornea (melebihi 11,5 mm dianggap
bermakna), edema epitel, robekan membrane Descement, dan peningkatan kedalaman bilik
mata depan (yang disertai pembesaran generalisata segmen anterior mata), serta edema
dan kekeruhan stroma kornea.
Pengobatan pada glaukoma infantil adalah pembedahan. Pada anomali
perkembangan segmen anterior, angka keberhasilan goniotomi jauh lebih rendah, dan
mungkin dianjurkan trabekulotomi atau trabekulektomi. Paada kasus aniridia (iris tidak
berkembang), dilakukan tindakan bedah drainase glaukoma.
Gambar 7. Glaukoma kongenital (Buftalmos)
20
3.5.4 Glaukoma Absolut
Glaukoma absolute merupakan stadium akhir glaukoma, dimana sudah terjadi
kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada
glaukoma absolute, kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvakasi
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Sering mata dengan buta ini
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya
glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolute dapat dengan memberikan sinar beta badan siliar
untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengankatan bola
mata karena telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
3.6 Pemeriksaan Khusus Glaukoma
Sebelum melakukan penanganan lanjut hendaknya dilakukan pemeriksaan terlebih
dahulu sesuai dengan gejala yang ada pada penderita:
3.6.1 Tonometri Palpasi
Adalah pemeriksaan umtuk menentukan tekanan bola mata dengan cepat, yaitu
dengan memakai ujung jari pemeriksa tanpa alat khusus (tonometer). Dengan menekan
bola mata dengan jari pemeriksa diperkirakan besarnya tekanan didalam bola mata.
Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat menyatakan
tekanan mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang menyatakan tekanan mata lebih
tinggi atau lebih rendah daripada normal.
3.6.2 Tonometer Schiotz
Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan
kornea dengan beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya. Pada tonometer Schiotz
bila tekanan rendah atau bolamata empuk maka beban akan dapat mengidentasi lebih
dalam dibanding bila tekanan bola mata tinggi atau bola mata keras.
Bila tekanan lebih tinggi 20 mmHg dicurigai adanya glaukoma, bila tekanan lebih
dari pada 25 mmHg pasien menserita glaukoma
21
Tonometer Schiotz T. Non Kontak T. Aplanasi Goldmann
Gambar 8. Macam-macam Tonometer
3.6.3 Oftalmoskopi
Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina. Dengan oftalmoskop dapat
dilihat saraf optik didalam mata dan akan dapat ditentukan apakah tekanan bola mata telah
mengganggu saraf optik.
3.6.4 Tonografi
Tonografi bertujuan untuk mengukur daya kemampuan pengaliran aquous humor
atau daya pengosongan cairan mata pada sudut bilik mata.
Dengan mempergunakan tonometer Schiotz elektrik dihubungkan dengan alat
pencatat untuk mengetahui hasil tekanan yang menurunkan tekanan bola mata bila diberi
tekanan berkesinambungan. Pencatatan pada kertas yang berkesinambunganm akan
memberikan gambaran tonogram.
3.6.5 Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata dengan
goniolens. Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan patologik sudut
mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada susut bilik mata seperti benda asing.
Dengan gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma penderita dan malahan dapat
menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder.
22
3.6.6 Penilaian diskus Optikus
Diskus optikus normal memiliki cekungan di bagian tengahnya (depresi sentral)-
cawan fisiologik-yang ukurannya tergantung pada jumlah relative serat penyusun nervus
optikus terhadap ukuran lubang sclera yang harus dilewati oleh serat-serat tersebut. Pada
mata hiperopia, lubang skleranya kecil, sehingga cawan optic juga kecil; pada matamiopia
hal yang sebaliknya terjadi. Atrofi optikus akibat glaucoma menimbulkan kelainan-
kelainan diskus khas yang terutama ditandai oleh berkurangnya substansia diskus yang
terdeteksi sebagai pembesaran cawan diskus optikus disertai dengan pemucatan diskus di
daerah cawan. Bentuk-bentuk lain atrofi optikus menyebabkan pemucatan luas tanpa
peningkatan pencekungan diskus optikus.
Pada glaucoma, mungkiin terdapat pembesaran kosentrik cawan optic atau
pencekungan (cupping) superior dan inferior dan disertai pembentukan takik (notching)
fokal di tepi diskus optikus. Kedalaman cawan optic juga meningkat karena lamina
kribrosa tergeser ke belakang. Seiring dengan pembentukan cekungan, pembuluh retina di
diskus tergeser kea rah hidung. Hasil akhir proses pencekungan pada glaucoma adalah apa
yang tidak memperlihatkan jaringan saraf di bagian tepinya.
Rasio cawan-diskus adalah cara yang berguna untuk mencatat ukuran diskus
optikus pada pasien glaucoma. Besaran tersebut adalah perbandingan antara ukuran cawan
optic terhadap diameter diskus, misalnya cawan kecil-rasionya 0,1 dan cawanbesar-0,9.
Apabila terdapat kehilangan lapangan pandang atau peningkatan tekanan intraocular, rasio
cawan-diskus lebih dari 0,5 atau terdapat asimetri yang bermakna antara kedua mata
sangat diindikasikan adanya atrofi glaukomatosa.
Penilaian klinis diskus optikus dapat dilakukan dengan optalmoskopi langsung atau
dengan pemeriksaan menggunakan lensa 78 dioptri atau lensa kontak kornea khusus yang
member gambaran tiga dimensi.
Bukti klinis lain adanya kerusakan neuron pada glaucoma adalah atrofi lapisan serat
saraf retina, yang mendahului timbulnya kelainan diskus optikus. Kerusakan ini dapat
terdeteksi dengan oftalmoskopi atau foto fundus, keduanya dilengkapi dengan cahaya
bebas-merah, optical coherence tomography, scanning laser polarimetry, atau scanning
laser tomography.
3.6.7 Pemeriksaan Lapangan Pandang (Perimetri)
23
Perimetri dilakukan untuk mencari batas luar persepsi sinar perifer dan melihat
kemampuan penglihatan daerah yang sama dan dengan demikian dapat dilakukan
pemeriksaan defek lapangan pandang.
Gambar 9. Pemeriksaan Lapangan Pandang (Perimetri)
3.6.8 Pachymetry
Adalah suatu tes yang relatif baru digunakan untuk managemen glaucoma.
Pachymetry menentukan ketebalan dari kornea. Setelah mata dibuat mati rasa dengan obat-
obat tetes bius, ujung dari pachymeter disentuhkan dengan ringan pada permukaan depan
mata (kornea). Studi-studi terakhir menunjukkan bahwa ketebalan kornea pusat dapat
mempengaruhi pengukuran tekanan intraocular. Kornea yang lebih tebal dapat
memberikan pembacaan tekanan mata yang tinggi secara salah dan kornea yang lebih tipis
dapat memberikan pembacaan tekanan yang rendah secara salah. Lebih jauh, kornea-
kornea tipis mungkin adalah suatu faktor risiko tambahan untuk glaucoma.
3.7 Pencegahan
Pencegahan kebutaan akibat glaukoma:
1. Pada orang yang telah berusia 20 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola
mata berkala secara teratur setiap 3 tahun.
2. Bila terdapat riwayat adanya glaukoma pada keluarga maka lakukan pemeriksaan ini
setiap tahun.
3. Secara teratur perlu dilakukan pemeriksaan lapang pandangan dan tekanan mata pada
orang yang dicurigai akan timbulnya glaukoma.
24
4. Sebaiknya diperiksakan tekanan mata, bila mata menjadi merah dengan sakit kepala
yang berat.
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kebutaan akibat glaukoma dapat dicegah apabila doagnosis sudah dibuat sejak
dini. Glaukoma kronik dengan sudut bilik mata depan terbuka sebaiknya dikelola oleh
seorang dokter spesialis mata. Dokter umum dapat membantu dengan mengukur tekanan
bola mata secara rutin kemudian kalau perlu penderita dirujuk ke dokter spesialis mata.
Glaukoma akut sudah harus diobati ketika masih ditangani dokter umum, pertolongan
pertama pada glaukoma akut seringkali menentukan apakah mata yang bersangkutan
akan buta atau tidak.
25
DAFTAR PUSTAKA
Vaughan, Daniel, Taylor Asbury, Paul Riordan. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta ;
Widya Medika. 2002.
Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2009.
Ilyas, Sidarta, Muzakkir Tanzil, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008.
26
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Sagung Seto.
2002.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001615.htm
http://www.allaboutvision.com/conditions/congenital-cataracts.htm
27