kasus 5

75
Case Tn.L 69 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak 10 hari yang lalu. Riwayat Penyakit Sekarang Sesak napas dirasakan bertambah berat sejak 2 hari yang lalu.Tanpa disertai bunyi mengi.Pasien juga mengeluhkan batuk tidak berdahak.Nyeri dada,demam dan bengkak di sekitar mata dan tungkai disangkal oleh pasien. Riwayat Penyakit Dahulu Sekitar 5 tahun yang lalu,pasien pernah menderita infeksi paru berulang dengan batuk berdahak.Sejak itu pasien beberapa kali mendapatkan terapi inhalasi.Pasien menderita hipertensi sejak usia 45 tahun dan mendapat pengobatan amlodipine 10 mg sekali sehari Riwayat Sosial Ekonomi Pasien merokok sejak usia 20 tahun dan berhenti sejak 7 tahun yang lalu.Tn.L adalah pensiunan guru. 1

Upload: ganang-aji-h

Post on 10-Aug-2015

89 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Makalah blok RS

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus 5

Case

Tn.L 69 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak 10 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang

Sesak napas dirasakan bertambah berat sejak 2 hari yang lalu.Tanpa disertai

bunyi mengi.Pasien juga mengeluhkan batuk tidak berdahak.Nyeri dada,demam

dan bengkak di sekitar mata dan tungkai disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

Sekitar 5 tahun yang lalu,pasien pernah menderita infeksi paru berulang dengan

batuk berdahak.Sejak itu pasien beberapa kali mendapatkan terapi

inhalasi.Pasien menderita hipertensi sejak usia 45 tahun dan mendapat

pengobatan amlodipine 10 mg sekali sehari

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien merokok sejak usia 20 tahun dan berhenti sejak 7 tahun yang lalu.Tn.L

adalah pensiunan guru.

1

Page 2: Kasus 5

Pemeriksaan Fisik

Tanda vital: TD:140/90 mmHg FN: 110x/menit S: 37derajat C RR: 32x/menit

Mata: Konjungtiva pucat

THT:Tidak ada kelainan

Leher:KGB tidak teraba membesar

Toraks:

Saat statis dada kiri lebih cembung dari kanan dan tertinggal saat

pergerakan

Palpasi:Vokal fremitus kiri lebih lemah dibanding kanan

Perkusi:Redup di lapang pau kiri mulai dari sela iga 3 ke bawah pada

garis midclavicular

Auskultasi:Suara napas vesikuler di lapang paru kanan,ronki (-) di

lapang paru kanan,di lapang paru kiri mulai dari sela iga 3 kebawah

suara napas vesikuler melemah dan menghilang sesudah sela iga 5

kebawah

Jantung:Dalam batas normal

Abdomen:Tidak ada kelainan

Ekstremitas:clubbing finger (-),edema (-)

2

Page 3: Kasus 5

Pemeriksaan penunjang:

Darah:

Hb: 8 gr/dl

Leukosit:10.200/mm

Hitung jenis:normal

Eritrosit:4.600.000/mm

LED:25/jam

Urin:Dalam batas normal

Rontgen thoraks:

Kondisi cukup.Hilus tidak membesar.Mediastinum tidak melebar.Jantung

CTR<50%.Corakan bronkovaskular normal.Perselubungan homogen di paru kiri

mulai sela iga 3 kebawah dan batas jantung kanan di linea parasternal dekstra.

3

Page 4: Kasus 5

Efusi Pleura

Definisi

Pengumpulan cairan dalam rongga pleura. Dapat berupa akibat dari transudasi

(hidrotoraks) atau eksudasi berlebihan.

• Transudasi adalah akumulasi cairan akibat proses non inflamasi:

- Peningkatan tek. hidrostatik dalam paru (CHF

- Penurunan tek. Onkotik kapiler (hipoproteinemia)

Mis. Albumin plasma menurun atau tek. vena meninggi

(CHF, hipoproteinemia, sirosis, neprotik sindrom, dll)

• Eksudasi adalah akumulasi cairan akibat proses inflamasi:

- Proses inflamasi yg menyebabkan peningkatan permeabilitas membran pleura atau

- Penurunan reabsorbsi limfatik

- Penyebab a.l : Infeksi TBC, infeksi bakteri atau jamur, Neoplasma, rheumatoid

disease, SLE.

Jenis efusi berdasarkan penyebabnya, yakni :

a. Bila efusi berasal dari implantasi sel-sel limfoma pada permukaan pleura,

cairannya adalah eksudat, berisi sel limfosit yang banyak dan sering hemoragik. 

b. Bila efusi terjadi akibat obstruksi aliran getah bening, cairannya bisa transudat

atau eksudat dan ada limfosit.

c. Bila efusi terjadi akibat obstruksi duktus torasikus, cairannya akan berbentuk

cairan kelenjar limfa (chylothorak)

d. Bila efusi terjadi karena infeksi pleura pada pasien limfoma maligna karena

menurunnya resistensi terhadap infeksi, efusi akan berbentuk empiema akut

atau kronik

Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi :

1. Transudat.

Transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid

osmotik terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan melebihi

reabsorpsi oleh pleura lainnya. Biasanya hal ini terdapat pada:

4

Page 5: Kasus 5

a)Meningkatnya tekanan kapiler sistemik  

b)Meningkatnya tekanan kapiler pulmonal

c)Menurunnya tekanan koloid osmotik dalam pleura

d)Menurunnya tekanan intra pleura

Penyakit-penyakit yang menyertai transudat adalah:

a)Gagal jantung kiri (terbanyak) 

b)Sindrom nefrotik

c)Obstruksi vena cava superior 

d)Asites pada sirosis hati (asites menembus suatu defek diafragma atau masuk melalui

saluran getah bening)

2.Eksudat

Cairan pleura yang terbentuk melalui membran kapiler yang permeable abnormal dan

berisi protein transudat. Terjadinya perubahan permeabilitas membran karena

peradangan pada pleura (infeksi, infark paru/neoplasma).

Protein yang terdapat dalam cairan pleura kebanyakan berasal dari saluran getah

bening. Kegagalan aliran protein getah bening akan menyebabkan peningkatan

konsentrasi protein cairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat.

Penyakit yang menyertai eksudat:

infeksi (TBC, pneumonia),

tumor pleura,

infark paru,

karsinoma bronkogenik,

SLE

Etiologi

Biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.

Terjadinya efusi pleura disebabkan oleh 2 faktor:

1. Infeksi penyakit.

TBC , abses paru, pleuritis

2. Non infeksi

5

Page 6: Kasus 5

Ca paru, Ca pleura (primer dan

sekunder), Ca mediastinum, tumor ovarium, bendungan jantung (gagal jantung), perikar

ditis konstruktifa, gagal hati, gagal ginjal.

Efusi pleura karena gangguan sirkulasi

1. Gangguan Kardiovaskuler Payah jantung -> akibat peningkatan tekanan vena

sistemik dan tekanan kapiler pulmonal -> menurunkan kapasitas reabsorbsi pembuluh

darah subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun (terhalang) sehingga

filtrasi cairan ke rongga pleura dan paru-paru meningkat.

2.Emboli Pulmonal -> Emboli menyebabkan turunnya aliran darah arteri pulmonalis ->

iskemia maupun kerusakan parenkim paru dan memberikan peradangan dengan efusi

yang berdarah (warna merah). Di samping itu permeabilitas antara satu atau kedua

bagian pleura akan meningkat, sehingga cairan efusi mudah terbentuk.

3.Hipoalbuminemia, seperti sindrom nefrotik, malabsorbsi atau keadaan lain dengan

asites serta anasarka. Efusi terjadi karena rendahnya tekanan osmotik protein cairan

pleura dibanding tekanan osmotik darah. Efusi yang terjadi kebanyakan bilateral dan

cairan bersifat transudat.

Patogenesis

Keadaan normal pada cavum pleura dipertahankan oleh:

1.Tekanan hidrostatik pleura parientalis 9 cmH2O

2.Tekanan osmotik pleura viceralis 10 cm H2O

3.Produksi cairan 0,1 ml/kgBB/hari

Akumulasi cairan pleura disebabkan oleh:

Pembentukan cairan pleura berlebih

karena peningkatan:

a. permeabilitas kapiler (peradangan, neoplasma)

b. tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke jantung / v. Pulmonalis (kegagalan

jantung kiri),

c. tekanan (-) intrapleural (atelektasis).

d. 3 faktor yang mempertahankan tekanan negatif paru normal.

6

Page 7: Kasus 5

1. Jaringan elastis paru memberikan kontinu yang cenderung menarik  paru-paru

menjauh dari rangka thoraks. Tetapi, permukaan pleura viseralis dan pleura

parietalis yang saling menempel tidak dapat dipisahkan, sehingga tetap ada

kekuatan kontinyu yang cenderung memisahkannya. Kekuatan ini dikenal

sebagai kekuatan negatif dari ruang pleura.

2. Kekuatan osmotik yang terdapat diseluruh membran pleura.

Cairan dalam keadaan normal akan bergerak dari kapiler pleura parietalis ->

ruang pleura -> di serap kembali melalui pleura viseralis.

Pergerakan cairan bergantung pada selisih perbedaan antara tekanan

hidrostatik darah (cenderung mendorong cairan keluar) dan tekanan onkotik

protein plasma (cenderung menahan cairan agar tetap didalam).

Selisih perbedaan absorbsi cairan pleura melalui pleura viseralis lebih besar

daripada selisih perbedaan pembentukan cairan parietalis dan permukaan pleura

viseralis lebih besar daripada pleura parietalis sehingga pada ruang pleura

dalam keadaan normal hanya terdapat beberapa milliliter cairan.

3. Kekuatan pompa limfatik. Sejumlah kecil protein secara normal memasuki

ruang pleura tetapi akan dikeluarkan oleh sistem limfatik dalam pleura parietalis.

Manifestasi Klinis & Px. Fisis

- Kompresi patologis paru -> sesak napas (tanpa bunyi napas tambahan karena

bronkus normal)

- Batuk kering -> karena rangsangan pada pleura

- Sisi paru yang sakit tertinggal pd pernapasan

- Fremitus melemah

- Sela iga menonjol / konveks

- Perkusi daerah yang ada cairannya -> redup

- Suara napas melemah

- Pleural friction rub <- sebelum schwarte mencapai puncaknya, waktu pleura

viseral&parietal msh bisa bergerak bebas <- efusi pleura brbh jd fibrin (Schwarte atau

fibrotoraks)

7

Page 8: Kasus 5

Px. Penunjang

• Rontgen

- Cairan dalam pleura kadang-kadang menumpuk menggelilingi lobus paru

(biasanya lobus bawah) dan terlihat dalam foto sebagai bayangan konsolidasi

parenkim lobus.

- Sudut kostofrenikus tumpul

- Terdorongnya mediastenum pada sisi yang berlawanan dengan cairan.

< 300 CC : Secara fisik tak ada perubahan. Foto PA: sinus masih nampak lancip. Foto

Lat: sinus nampak mulai tumpul

500 cc : Gerak dada/ fremitus suara/fremitus raba menurun,suara ketok redup

> 1000 cc: dada cembung

> 2000 cc: mediastinum terdorong

• Torakosentesis (Aspirasi cairan pleura)

8

Page 9: Kasus 5

Dalam posisi duduk, aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru disela iga IX garis

aksilaris posterior dengan memakai jarum Abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran

cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1.000-1.500 cc

Px. Makroskopis Cairan

-Transudat : Putih jernih sepert air.

- Eksudat : Jernih kekuningan.

- Haemorhagic: merah bata dan cair.

-Cylotoraks: putih seperti susu.

-Empyema: kental, keruh, bau

Biokimia

secara biokimia di periksakan juga:

A.Kadar pH dan glukosa. Biasanya menurun pada penyakit-penyakit infeksi, arthritis

rheumatoid dan neoplasma

B.Kadar amylase. Biasanya meningkat pada pankreatitis dan metastasis

adenokarsinoma.

Sitologi

• Leukosit > 25.000 / mm3 : Empyema

• Netrophil > : infeksi akut transudat. Pneumonia, TBC, Pancreatitis

• Limfosit > : infeksi kronik. TBC, limphoma, keganasan

• Eosinofil > : Emboli , Parasit, Jamur

9

Page 10: Kasus 5

• Eritrosit 5 –10 ribu/mm3 : Pneumoni,Keganasan

• Eritrosit 100 ribu /mm3 : Keganasan, Trauma, Infark Paru

• Sel ganas : ditemukan pada 50 –60 %Keganasan

Penatalaksanaan

-Evakuasi cairan pleura / torakosentesis -> volume pengambilan maksimal 1000

ccsetiap kali pengambilan

-Pemasangan WSD

# Efusi Pleura massive

# Efusi Pleura haemorhagic

# Hematotoraks, Empyema

# Chylotoraks, Chiliform

-Terapi penyakit dasarnya ( antibiotika )

-Terapi Paliatif ( Efusi Pleura haemorhagic )

10

Page 11: Kasus 5

PNEUMOTORAKS

Batasan

Pneumotoraks adalah keadaan ketika ditemukannya udara di dalam rongga pleura.

udara tersebut menyebabkan tekanan di dalam paru tidak lagi bertekanan negatif.

Sehingga paru menjdi kempis, dan disebut sebagai kolaps.

Epidemiologi

• Lebih sering ditemukan pada orang dewasa berumur 40th

• Laki-laki lebih sering dari pada wanita

Prevalensi

Di RSU Dr. SOETOMO ± 50% kasus pneumotoraks disebabkn oleh penyakit dasar

seperti TB paru aktif, TB paru dengan fibrosis atau emfisema lokal, bronkitis kronik dan

emfisema. Pada Wanita bisa terjadi saat menstruasi yang sering disebut dengan

pneumotoraks katamenial.

Patogenesis

Udara dapat masuk ke dalam rongga pleura melalui lesi pada pleura ( bisa pleura

viseralis ataupun parietalis).

Contoh :

• Pneumotoraks traumatik dapat terjadi apabila ada trauma pada dinding dada

sehingga merobek dinding dada beserta pleura parietalis à udara dri atmosfer

langsung menembus dinding dada dan masuk ke dalam rongga pleura. Jika yg

terkena pleura viseralis maka udara atmosfer yg masuk akan melewati saluran

napas terlebih dahulu.

• Jika penyebabnya tidak diketahui disebut dengan à pneumotoraks spontan.

• Jika pneumotoraks nya diketahui sebagai komplikasi suatu penyakit yang

mendasari disebut dengan à pneumotoraks akibat penyakit tersebut.

11

Page 12: Kasus 5

Patofisiologi

Gejala yang disebabkan oleh pneumotoraks tergantung pada jumlah udara yang masuk

ke dalam rongga pleura. Semakin banyak udara yang masuk maka semakin luas paru

yang kolaps. Tekanan udara di dalam rongga toraks dapat sama atau lebih rendah dari

tekanan atmosfer. Jika tekanan nya postif maka akan terjadi pneumotoraks ventil atau

tension pneumotorax.

Klasifikasi

1. Berdasarkan terjadinya

- Artifisial : pneumotoraks yang disebabakn tindakan tertentu

- Traumatik : pneumotoraks yang disebabakn oleh jejas yang mengenai dada

- Spontan : pneumotoraks yang terjadi spontan tanpa diketahui penyebabnya.

2. Berdasarkan lokalisasi

- Pneumotoraks parietalis

- Pneumotoraks medialis

- Pneumotoraks basalis

3. Berdasarkan derajat kolaps

- Pneumotoraks totalis

- Pneumotoraks parsialis

4. Berdasarkan jenis fistel :

- Pneumotoraks terbuka

- Pneumotoraks tertutup

- Pneumotoraks ventil

Gejala klinis

Keluhan :

Pneumotoraks spontan : pencetus nya à batuk keras, bersin, mengangkat barang

berat, mengejan atau kencing. Setelah faktor pencetus tersebut à muncul sesak napas

yang makin lama makin berat.

12

Page 13: Kasus 5

- KU (pada pneumotoraks spontan) : sesak napas (progresiv), bernapas terasa

berat, nyeri dada(pada sisi yang sakit) & batuk, tertekan & terasa lebih nyeri

pada gerakan pernapasan.

Px.fisik :

1. Tampak sesak ringan s/d berat. Penderita bernapas tersengal, pendek-pendek

dengan mulut terbuka.

2. Sesak napas dengan atau tanpa sianosis.

3. Penderita tampak sakit mulai ringan s/d berat.

Berat ringan keadaan penderita tergantung pada tipe neumotoraks tersebut.

1. Pneumotoraks tertutup/ terbuka à sering tidak berat

2. Pneumotoraks ventil dengan tekanan Positif à sering dirasakan lebih berat.

Berat ringannya pneumotoraks tergantung juga pada keadaan paru yang lain.

Nadi cepat & pengisian masih cukup baik bila à sesak masih ringan, tetapi bila

sesaknya berat à nadi menjadi cepat & kecil disebabkan pengisian yang kurang.

• Pada px.fisik toraks ditemukan :

1. Inspeksi

- Dapat trjadi pencembungan pada sisi yang sakit

- Pada respirasi à bagian yang sakit gerakannya tertinggal

- Trakea & jantung terdorong ke sisi yang sehat.

2. Palpasi

- Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar.

- Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat

- Fremitus suara melemah/ menghilang pada sisi yang sakit.

3. Perkusi

- Terdengar hipersonor s/d timpani pada sisi yang sakit

- Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehatà apabila tekanan Intrapleura

tinggi.

4. Auskultasi

- Suara napas melemah s/d menghilang pada bagian yang sakit

- Suara napas terdengar amforik bila ada fistel bronkopleura yang cukup besar

pada pneumotoraks terbuka

13

Page 14: Kasus 5

- Suara vokal melemah dan tidak menggetar

“coin test” : terdengar bunyi metalik yang dapat didengarkan dengan telinga yang

ditempelkan di punggung. Jika pneumotoraks tadi sebenarnya suatu bula, maka suara

metalik tidak terdengar.

Px.penunjang lain

Foto toraks

Bagian Pneumotoraks akan tampak hitam,rata dan paru yang kolaps akan tampak garis

yang merupakan tepi paru.

- Kadang rongga tidak tampak, karena sangat sempit.

- Paru yang mengalami kolaps akan tampk seperti masa pada daerah hilus à

menunjukkan kolaps paru yang luas.

- Amati apakah trakea/ jantung nya terdorong pada paru yang sehat : karena

mengindikasikan bahwa telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan

Intrapleura yang tinggi.

14

Page 15: Kasus 5

Perhatikan juga :

• Pneumomediastinum : terdpt ruang/ celah hitam pd tepi jantung, mulai dri basis

s/d apeks.

• Emfisema subkutan : dpt diketahui bila ada rongga hitam dibawah kulit.

• Bila ada cairan di dlm rongga pleura, maka akn tampak permukaan cairan

sebagai garis datar diatas diafragma.

15

Page 16: Kasus 5

Cara menentukan ukuran (persentase) pneumotoraks

- menjumlahkn jarak terjauh antara celah pleura pd garis vertikal

- Ditambah dg jarak terjauh celah pleura pda garis horizontal

- Ditambah dg jarak terdekat celah pleura pd garis horizontal

- Dibagi 3 dan dikalikan 10

Penatalaksanaan

• Tujuan : mengeluarkan udara dri rongga pleura dan menurunkan kecenderungan

untuk kambuh lagi.

• British thoracic society dan american college of chest physicians membrikan

rekomendasi u/ prinsip2 penanganan nya :

1. Observasi & pemberian tambahan oksigen

2. Aspirasi sederhana dg jarum & pemasangan tube torakostomi

3. Torakoskopi dg pleurodesis & penanganan adanya bula

4. Torakotomi : tindakan pembedahan, dg indikasi bila torakoskopi gagal

16

Page 17: Kasus 5

Hemothorax

Definisi

Hemotoraks adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan adanya atau

timbulnya darah di rongga pleura

Etiologi

Trauma, merupakan penybab tersering terjadinya hemotorax

Dislokasi fraktur dari vertebra torakal

Ruptur pembuluh darah kecil yang terletak diantara pleura visceralis dan

parietalis

Cedera paru

Operasi

Faktor Resiko

Pernah menjalani operasi

Menderita gangguan perdarahan

Kanker paru

Klasifikasi

Hemothorak Kecil

Tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada foto rontgen, perkusi

pekak sampai iga IX.  

Hemothorak Sedang

15 – 35 % tertutup bayangan pada foto rontgen, perkusi pekak sampai iga

VI.

Hemothorak Besar

Lebih 35 % pada foto rontgen, perkusi pekak sampai cranial, iga IV

17

Page 18: Kasus 5

Patologi

Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru atau

arteri, menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau

peluru menembus paru-paru. mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi

atau menutupi thorak dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya

darah ke dalam rongga pleura.

Manifestasi klinis

Nyeri dada

Sesak nafas yang mungkin sifatnya progresif

Denyut jantung cepat

Kulit pucat, dingin dan berkeringat

Anemia

Syok hipovolemik

Diagnosis

- Anamnesis : biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri dada dan sesak

nafas, dan disertai gejala tambahan lain seperti anemia, syok, denyut nadi cepat,

kulit pucat, dingin dan berkeringat

- Pemeriksaan Fisik Torax

Inspeksi à gerakan nafas tertinggal mungkin pucat karena perdarahan

Palpasi à Fremitus mungkin lebih keras dari sisi yang lain.

Perkusi à perkusi pekak pada sisi dada yang mengalami trauma.

Auskultasi à bising nafas mungkin tidak terdengar atau menghilang.

- Foto Torax

18

Page 19: Kasus 5

Terapi

- Water Sealed Drainage

- Resusitasi cairan.

- Pembedahan (torakotomi )

Torakotomi dilakukan bila dalam keadaan :

o Jika pada awal hematotoraks sudah keluar 1500ml

o Pada beberapa penderita pada awalnya darah yang keluar < 1500ml,

tetapi perdarahan tetap berlangsung terus.

o Bila didapatkan kehilangan darah terus menerus sebanyak 200cc / jam

dalam waktu 2 – 4 jam.

Komplikasi

1.        Kegagalan pernafasan

2.        Fibrosis atau parut

3.        Syok

4.        Kematian

19

Page 20: Kasus 5

Chylothorax

Anatomi duktus thoracicus

20

Page 21: Kasus 5

Fungsi duktus thoracicus

Tingkat vertebra lumbalis kedua dan meluas ke akar leher. Duktus thoracikus

membawa chilus dan cairan limfe dari usus halus, hati, dinding perutdan ekstrimitas

bawah ke sistem vena sistemik. Fungsi utama duktus thoracikus adalah untuk

membawa lemak dari pencernaan ke sistem vena. Hampir semua chilus berasal dari

system lacteal intestinal yang menyebabkan gambaran chilus seperti susu. Konsentrasi

protein chilus adalah sekitar 0,4-6 g/dL pada orangdewasa. Chilus juga mengandung

400-6800 leukosit/mL, sebagian besar adalah limfosit. Pada orang dewasa, saluran

torakalis mengangkut sampai 4 L getah bening per hari. Transportasi getah bening di

saluran torakalis terutama disebabkan oleh aksi pernapasan, dibantu oleh otot polos

saluran dan oleh katup internal yang mencegah getah bening mengalir kembali turun

lagi.  Ada juga dua katup di persimpangan saluran dengan vena subklavia kiri, untuk

mencegah aliran darah vena ke saluran tersebut.  Ketika saluran toraks diblokir atau

rusak sejumlah besar getah bening dengan cepat menumpuk dalam rongga pleura,

situasi ini disebut chylothorax. 

Definisi

Chylothorax adalah akumulasi cairan getah bening di rongga pleura akibat

kerusakan atau kebocoran dari duktus thoracicus.

Etiologi

1. Traumatic

a) Trauma 

Trauma adalah penyebab utama kedua chylothorax (25%).

- Cedera iatrogenik pada saluran toraks telah dilaporkan dengan

prosedur yang paling toraks. 

- operasi kardiotoraks telah dikaitkan dengan 69- 85% dari kasus

chylothorax pada anak-anak

b) Cedera traumatik Nonsurgical adalah penyebab langka, biasanya

sekunder akibat trauma tembus.

2. Non traumatic

21

Page 22: Kasus 5

a) Etiologi ganas mencapai lebih dari 50% dari diagnosis chylothorax dan

dipisahkan menjadi limfomatous dan nonlymphomatous. 

Limfoma adalah penyebab paling umum, mewakili sekitar 60% dari

semua kasus, dengan limfoma non-Hodgkin lebih mungkin dibandingkan

limfoma Hodgkin menyebabkan chylothorax. Sebagai perbandingan,

penyebab nonlymphomatous jarang. 

b) Etiologi nonmalignant dipisahkan menjadi : idiopatik, bawaan, dan lain-

lain. Chylothorax bawaan merupakan penyebab utama efusi pleura pada

neonatus [1]. 

Penyebab Miscellaneous termasuk sirosis, TBC, sarkoidosis, amiloidosis,

dan filariasis.  

Dokter harus menyingkirkan semua penyebab ganas mungkin sebelum menunjuk

chylothorax sebagai idiopatik. 

Chylothorax harus dibedakan dari pseudochylothorax, atau pleurisy kolesterol, yang

hasil dari akumulasi kristal kolesterol dalam efusi kronis yang ada. Penyebab paling

umum dari pleurisy pseudochylothorax kronis arthritis, diikuti oleh tuberkulosis dan

empiema buruk diperlakukan. 

Gejala klinis

1. Biasanya, pasien tetap asimtomatik sampai jumlah besar chyle terakumulasi

di rongga pleura. 

2. Periode laten rata-rata antara penghinaan dan timbulnya gejala adalah 7-10

hari.

3. Gejala meliputi: 

Nafas yg sulit 

Tachypnea 

Klasik gejala efusi pleura 

22

Page 23: Kasus 5

Diagnosis

1. Diagnosis chylothorax ditegakkan berdasarkan analisis cairan pleura.Kadar

trigliserida > 110 mg/dL sangat sugestif kearah efusi chilus.

2. Pada kasus dengan kadar trigliserida 50 – 110 mg/dL, diperlukan

pemeriksaan elektroforesis lemak untuk memastikan diagnosis Adanya

chylomicron pada cairan pleura

dapat didemonstrasikan dengan elektroforesis

3. Kadar trigliserida < 50 mg/dL dapat menyingkirkan diagnosis chylothorax

4. Penampilan cairan yang keruh dapat disebabkan oleh sel,debris atau kadar

lemak yang tinggi. Penampilan cairan yang menyerupai susu

dapat mengarahkan kecurigaan pada chylothorax. 

5. Jika etiologi chylothorax tidak diketahui, memperoleh CT scan dada dan perut

untuk menyingkirkan keganasan. 

6. Lymphangiography berguna ketika anatomi saluran torakalis perlu

didefinisikan sebelum operasi atau ketika lokasi kebocoran tidak jelas secara

klinis. 

Terapi

1. Pasien dengan chylothorax dapat diobati dengan cara konservatif atau

pembedahan.

2. Prinsip-prinsip tertentu yang umum untuk kedua pilihan pengobatan,

termasuk mengobati penyebab yang mendasari, penurunan produksi chyle,

pengeringan dan melenyapkan ruang pleura, memberikan cairan yang tepat

dan penggantian gizi, dan melembagakan perawatan pernapasan

diperlukan. 

3. Selalu mempertimbangkan manajemen konservatif karena kebocoran saluran

toraks menutup spontan di hampir 50% dari pasien. Gejala sedikit atau tidak

ada dan kerugian chyle minimal ciri kasus ini. 

4. Dekompresi rongga pleura dengan torakostomi tabung atau thoracentesis

berulang untuk menjaga paru-paru diperluas terhadap dinding dada dan

mediastinum. 

23

Page 24: Kasus 5

5. Mengurangi produksi chyle dengan membentuk nutrisi parenteral total atau

diet lemak dibatasi lisan ditambah dengan trigliserida rantai menengah. 

6. Kemoradiasi dapat mempromosikan resolusi chylothorax dan harus

digunakan pada pasien dengan chylothorax ganas yang tidak kandidat

bedah. 

7. Somatostatin, octreotide atau analog, telah digunakan dengan sukses dalam

sejumlah kasus pediatrik chylothorax pasca operasi dan iatrogenik. dosis

efektif berkisar somatostatin intravena 3,5-12 mcg / kg / jam. efek samping

dari terapi somatostatin, termasuk diare, hipoglikemia hipotensi, dan. 

8. Waktu manajemen bedah adalah kontroversial dan tergantung pada etiologi

dari chylothorax dan kondisi keseluruhan pasien

9. sebelum operasi, melokalisasi kebocoran duktus toraks dengan cara

lymphangiography, oral krim, atau suntikan 1% Evans biru pewarna.. Cream

tinggi dalam rantai panjang asam lemak dan bekerja dengan meningkatkan

aliran chyle. Hal ini diberikan secara enteral pada 60-90 mL / jam selama 3-6

jam sampai perubahan warna cairan pleura dicatat. Evans biru pewarna

dapat disuntikkan dari jari-jari kaki untuk penyerapan ke dalam ruang limfatik

atau ditambahkan ke krim untuk meningkatkan visualisasi. 

10. Indikasi untuk intervensi bedah meliputi: 

1. Chyle bocor lebih besar dari 1 L / d selama 5 hari atau kebocoran

persisten selama lebih dari 2 minggu meskipun manajemen

konservatif 

2. Gizi atau komplikasi metabolik, termasuk deplesi elektrolit dan

imunosupresi 

3. Loculated chylothorax, gumpalan fibrin, atau paru-paru terperangkap 

4. Postesophagectomy chylothorax (Pasien dengan membawa tingkat

kematian yang tinggi jika diobati secara konservatif.)

11.Pilihan operasi tergantung pada lokasi cedera dan etiologi chylothorax

tersebut. 

Ligasi duktus toraks adalah standar kriteria. Saluran ini biasanya diligasi

antara vertebra toraks kedelapan dan kedua belas, tepat di atas hiatus aorta. 

24

Page 25: Kasus 5

12.Sebuah shunt pleuroperitoneal bisa sukses untuk chylothorax refraktori tetapi

dapat rumit oleh infeksi dan obstruksi. 

13.Pleurodesis sering digunakan untuk chylothorax ganas, tapi itu tidak akan

berhasil dalam kasus chylothorax loculated atau paru-paru terjebak. 

14.Pleurectomy Bedah adalah pilihan pengobatan

25

Page 26: Kasus 5

Empyema

Definisi :

Suatu keadaan dimana nanah dan cairan dari jaringan yang terinfeksi terkumpul di

suatu rongga tubuh. Kata ini berasal dari bahasa Yunani “ empyein “ yang artinya

menghasilkan nanah (supurasi). 

Etiologi :

Empyema thoraks dapat disebabkan oleh infeksi yang berasal dari paru atau luar paru. 

-infeksi berasal dari paru

-pneumonia

-abses paru bila timbul di perifer paru dan berdekatan dengan plura visceralis, kadang-

kadang dinding abses bias pecah serta ikut pula merobek pleura visceralis yang pada

akhirnya menjadi empyema

-fistel bronkopleura

-bronkiektasis

-tuberculosis paru

-aktinomikosis pau

-infeksi berasal dari luar paru

-trauma thoraks

-pembedahan thoraks

-torakosentesis masuknya jarum ke dinding dada untuk mengalirkan cairan di rongga

pleura, biasanya jarang terjadi

26

Page 27: Kasus 5

-abses subfrenik,missal abses hati karena amuba

Klasifikasi :

Berdasarkan perjalanan penyakitnya empyema thoraks dapat dibagi dua :

 

-Empyema akut

Terjadi sekunder akibat infeksi ditempat lain. Terjadinya peradangan akut yang

diikuti pembentukan eksudat

-Empyema kronis

Batas tegas antara empyema akut dan kronis sukar ditentukan. Empyema disebut

kronis, bila prosesnya berlangsung lebih dari 3 bulan

Patogenesis :

Terjadinya empyema thoraks dapat melalui tiga jalan :

 

1.Sebagai komplikasi penyakit pneumonia atau bronchopneumonia dan

abscessus pulmonum, oleh karena kuman menjalar per continuitatum dan menembus

pleuravisceralis

2.Secara hematogen , kuman dari focus lain sampai di pleura visceralis

3.Infeksi dari luar dinding thorax yang menjalar ke dalam rongga pleura, misalnya

padatrauma thoracis, abses dinding thorax

27

Page 28: Kasus 5

Gejala :

- batuk kering

- demam

- keringat yang berlebihan

- ketidaknyamanan atau kegelisahan

- nyeri dada

- panas dingin atau menggigil

- penurunan berat badan

-sesak napas

Diagnosis :

Diperlukan foto rontgen thorax (AP dan lateral) yang dibuat baik dalam posisi

tiduranatau tegak, yang menunjukkan cairan dalam rongga pleura misalnya

perselubungan yang homogeny, penebalan pleura, sinus phrenicocostalis menghilang,

sela iga melebar.

Penatalaksanaan :

Penanganan dan pengobatan empyema dapat berbeda tergantung pada kondisi pasien

dan tergantung penyakit yang dideritanya. Pilihan pengobatan :

- antibiotic

-dekortikasi

-drainase postural

28

Page 29: Kasus 5

Kanker paru

Epidemiologi

Insidensi tertinggi usia 55-65 tahun

Berkaitan dengan kebiasaan merokok

Kematian akibat kanker paru 2X lebih banyak di perkotaan daripada pedesaan

Sering pada masyarakat ekonomi rendah dan berkurang pada kelas yang lebih

tinggi.

Etiologi

Merokok

Pada 90% dari seluruh tipe karsinoma bronkogenik adalah perokok, dan 10%

sisanya yang bukan perokok menderita kanker paru yang biasanya berupa

adenokarsinoma.

Bahan industri

Pada pekerja dengan asbes risiko meningkat 10 kali lipat contoh mesotelioma

jinak local dan ganas difus dari pleura. Diduga asbes memicu terjadinya fibrosis.

Polusi udara

Factor lain

Yaitu antara lain kecendrungan familial, dimana terdapat mutasi pada

protoonkogen dan gen penekan tumor . serta di duga ada pengaruh dari

makanan/ nutrisi.

Klasifikasi WHO untuk neoplasma pleura dan paru

Karsinoma bronkogenik

I. Karsinoma epidermoid (skuamosa)

II. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat)

III. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar)

IV. Karsinoma sel besar

V. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid

29

Page 30: Kasus 5

Lain-lain

VI. Tumor karsinoid (adenoma bronkus)

VII. Tumor kelenjar bronchial

VIII. Tumor papilaris dari epitel permukaan

IX. Tumor campuran dan karsinosarkoma

X. Sarcoma

XI. Tak terklasifikasi

XII. Mesotelioma

XIII. Melanoma

SCLC NSCLC

histologi Sitoplasma sedikit,

nukleus kecil

hiperkromatik dengan

pola kromatin halus;

nukleolus tidak jelas;

lembaran-lembaran sel

yg difus

Sitoplasma banyak;

nukleus pleomorfik dg

pola kromatin kasar;

nukleolus sering

mencolok; arsitektur

glandular atau

skuamosa

Penanda

neuroendokrin

Biasanya ada Biasanya tidak ada

Penanda epitel ada Ada

musin Tidak ada Ada pada

adenokarsinoma

Pembentukan hormon

peptida

Hormon adenokorteks,

hormon antidiuretik,

PTH-rp

30

Page 31: Kasus 5

peptida pelepas gastrin,

kalsitonin

Kelainan gen penekan

tumor

• Delesi 3p >90% >80%

• Mutasi RB Sekitar 90% Sekitar 20%

• Mutasi p16/

CDKN2A

Sekitar 10% >50%

• Mutasi TP 53 >90% >50%

Kelainan onkogen

dominan

• Mutasi K-RAS < 1% Sekitar 30%

(adenokarsinoma)

• Ekspresi

berlebihan famili

MYC

>50% >50%

Respons terhadap

kemoterapi dan

radioterapi

Sering respon tuntas Jarang respons tuntas

Karsinoma sel skuamosa (epidemoid) merupakana tipe histologik karsinoma

bronkogenik yang sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan

epitel termasuk metaplasia, atau dysplasia akibat merokok jangka panjang, secara khas

mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di hius,

dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa

31

Page 32: Kasus 5

sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus,

dinding dada dan mediastinum. Karsinoma sel skuamosa seringkali disertai batuk dan

hemoptisis akibat iritasi atau ulserasi, pneumonia, dan pembentukan abses akibat

obstruksi dan infeksi sekunder. Karena tumor ini cenderung agak lamban dalam

bermetastasis, maka pengobatan dini dapat memperbaiki prognosis.

Adenokarsinoma mempunyai susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat

mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen

bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru dan

fibrosis interstitial kronik. Lesi seringkali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada

stadium dini, dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-

gejala.

Karsinoma sel bronchial alveolar merupakan subtype adenokarsinoma yang jarang

ditemukan, dan yang berasal dari epitel alveolus atau bronkiolus terminalis. Awitan

pada umumnya tidak nyata, disertai tanda-tanda yang menyerupai pneumonia. Pada

beberapa kasus, secara mikroskopis, tampak kelompok-kelompok alveolus yang

32

Page 33: Kasus 5

dibatasi oleh sel-sel jernih penghasil mukus, dan terdapat banyak sputum mukoid.

Prognosinya buruk kecuali kalau dilakukan pembuangan lobus yang terserang pada

saat penyakit masih dini. Adenokarsinoma adalah satu-satunya tipe histology kanker

paru yang tidak mempunyai kaitan jelas dengan merokok.

Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk

dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung

timbul pada jaringan perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke

tempat-tempat yang jauh.

Karsinoma sel kecil, seperti tipe sel skuamosa, biasanya terletak di tengah di sekitar

percabangan utama bronki. Tidak seperti kanker paru yang lain, jenis tumor ini timbul

dari sel-sel Kulchitsky, komponen normal epitel bronkus. Secara mikroskopis, tumor ini

terbentuk dari sle-sel kecil (sekitar dua kali ukuran limfosit)

dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Sel-sel

ini sering menyerupai biji oat, sehingga diberi nama karsinoma

sel oat. Karsinoma sel kecil memiliki waktu pembelahan yang

tercepat dan prognosis yang terburuk dibandingkan dengan

semua karsinoma bronkogenik. Metastasis dini ke

mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke

organ-organ distal, sering dijumpai. Sekitar 70% dari semua pasien memiliki bukti-bukti

penyakit yang ekstensif (metastasis ke distal) pada saat diagnosis dan angka

kelangsungan hidup 5 tahun lebih kecil dari 5%.

Diagnosis dan penentuan stadium kanker paru

Alat utama untuk mendiagnosis kanker paru adalah radiologi, bronkoskopi, dan sitologi.

Nodul soliter, sirkumkripta, atau coin lesion pada radiogram dada sangat penting dan

mungkin merupakan petunjuk dini untuk mendeteksi karsinoma bronkogenik.

Pembagian stadium tumor berdasarakan system TNM untuk kanker paru dilakukan oleh

American Joint Committee on Cancer merupakan metode yang diterima secara luas

untuk menentukan perluasan kanker jenis NSCLC.

33

Page 34: Kasus 5

Sedangkan untuk SCLC digunakna suatu system pembagian dua stadium yang

sederhana. Stadium penyakit yang masih terbatas didefinisikan sebagai SCLC yang

masih terbatas pada satu hemitorakas dan keenjar bening regional, dan stadium

penyakit yang sudah meluas yaitu saat penyakit sudah meluas lebih dari batasan di

atas. Pada sebagian kasus, stadium penyakit yang masih terbatas berhubungan

dengan apakah tumir tersebut dapat diberi terapi radiasi.

34

Page 35: Kasus 5

Hipertensi Pulmonal

Hipertensi pulmonal adalah suatu penyakit yang jarang didapat namun progresif oleh

karena peningkatan resistensi vaskuler pulmonal yang menyebabkan menurunnya

fungsi ventrikel kanan oleh karena peningkatan afterload ventrikel kanan.

Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan,

lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian

pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival dari awitan

penyakit sampai timbulnya gejala sekitar 2-3 tahun.

Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National Institute of Health;

bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau “mean” tekanan arteri

pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas

dan tidak didapatkan adanya kelainan valvular pada jantung kiri, penyakit myokardium,

penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.

Definisi

Hipertensi pulmonal adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan

darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing

dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal

dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam

melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh

Dr Ernst von Romberg pada tahun 1891.

Hipertensi pulmonal terbagi atas hipertensi pulmonal primer dan sekunder. Hipertensi

pulmonal primer adalah hipertensi pulmonal yang tidak diketahui penyebabnya

sedangkan hipertensi pulmonal sekunder adalah hipertensi pulmonal yang disebabkan

oleh kondisi medis lain. Istilah ini saat ini menjadi kurang populer karena dapat

menyebabkan kesalahan dalam penanganannya sehingga istilah hipertensi pulmonal

primer saat ini diganti menjadi Hipertensi Arteri Pulmonal Idiopatik.

35

Page 36: Kasus 5

Etiologi

Penyebab tersering dari hipertensi pulmonal adalah gagal jantung kiri. Hal ini

disebabkan karena gangguan pada bilik kiri jantung akibat gangguan katup jantung

seperti regurgitasi (aliran balik) dan stenosis (penyempitan) katup mitral. Manifestasi

dari keadaan ini biasanya adalah terjadinya edema paru (penumpukan cairan pada

paru).

Penyebab lain hipertensi pulmonal antara lain adalah : HIV, penyakit autoimun, sirosis

hati, anemia sel sabit, penyakit bawaan dan penyakit tiroid. Penyakit pada paru yang

dapat menurunkan kadar oksigen juga dapat menjadi penyebab penyakit ini misalnya :

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), penyakit paru interstitial dan sleep apnea,

yaitu henti nafas sesaat pada saat tidur.

Patogenesis

Hipertensi pulmonal dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah pada dan di

dalam paru. Hal ini memperberat kerja jantung dalam memompa darah ke paru. Lama-

kelamaan pembuluh darah yang terkena akan menjadi kaku dan menebal hal ini akan

menyebabkan tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah juga

terganggu. Hal ini akan menyebabkan bilik jantung kanan membesar sehingga

menyebabkan suplai darah dari jantung ke paru berkurang sehigga terjadi suatu

keadaan yang disebut dengan gagal jantung kanan. Sejalan dengan hal tersebut maka

aliran darah ke jantung kiri juga menurun sehingga darah membawa kandungan

oksigen yang kurang dari normal untuk mencukupi kebutuhan tubuh terutama pada saat

melakukan aktivitas.

36

Page 37: Kasus 5

Gejala dan Tanda

Gejala yang timbul biasanya berupa:

♪ sesak nafas yang timbul secara bertahap

♪ kelemahan

♪ batuk tidak produktif

♪ pingsan atau sinkop

♪ edema perifer (pembengkakan pada tungkai terutama tumit dan kaki)

♪ dan gejala yang jarang timbul adalah hemoptisis (batuk berdarah)

Hipertensi Arteri Pulmonal biasanya tidak disertai gejala orthopnea (sesak nafas akibat

perubahan posisi) atau Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (sesak nafas pada saat tidur).

Gejala-gejala tersebut biasanya timbul pada Hipertensi Vena Pulmonal.

Rasa nyeri akibat hipertensi pulmonal akut dirasakan ditengah-tengah dada seperti

digencet dan diperas dan seringdikacaukan dengan rasa nyeri akibat infark miokard.

Bedanyaialah rasa nyeri akibat hipertensi pulmonal akut tidak menjalar ke bahu, ke

punggung dan ke bawah rahang. Biasanyadirasakan retrosternal dalam dan penderita

merasa cemasdan takut akan mati. Rasa nyeri ini timbul akibat pelebaranpembuluh

darah secara mendadak.

Tanda hipertensi pulmonal berupa :

Distensi vena jugularis

Impuls ventrikel kanan dominan

37

Page 38: Kasus 5

Komponen katup paru menguat.

S3 jantung kanan

Murmur trikuspid

Hepatomegali

Edema perifer

Klasifikasi Klinik Hipertensi Pulmonal (Venice 2003)

Hipertensi arteri pulmonal

♪ Idiopatik atau primer

♪ Familial

♪ Hipertensi yang berhubungan dengan :

§ Penyakit kolagen pada pembuluh darah

§ Shunt kongenital sistemic ke pulmonal

§ Hipertensi portal

§ Infeksi HIV

§ Toksin dan obat-obatan

§ Penyakit lain

38

Page 39: Kasus 5

♪ Yang berhubungan dengan keterlibatan vena atau kapiler

§ Penyakit oklusi vena pulmonal

§ Hemangiomatosis kapiler pulmonal

Hipertensi Pulmonal dengan penyakit jantung kiri

S Penyakit atrium atau ventrikel kiri jantung

S Penyakit katup jantung kiri.

Hipertensi pulmonal yang dihubungkan dengan penyakit paru dan atau hipoksia:

© Penyakit paru obstruksi kronis

© Penyakit jaringan paru

© Gangguan napas saat tidur

© Kelainan hipoventilasi alveolar

© Tinggal lama di tempat yang tinggi

© Perkembangan abnormal

Hipertensi Pulmonal oleh karena penyakit emboli trombitik kronik

¨ Obstruksi tromboembolik arteri pulmonalis proksimal

¨ Obstruksi tromboembolik arteri pulmonalis distal

¨ Emboli pulmonal non trombotik (tumor, parasit, benda asing)

Miscellaneous

Sarcoidosis, histiocytosis-X, lymphangiomatosis, penekanan pembuluh darah paru

(adenopati,tumor,fibrosis mediatinitis)

39

Page 40: Kasus 5

Diagnosis

Untuk mendiagnosa hipertensi pulmonal, dokter dapat melakukan satu atau lebih tes

untuk mengevaluasi kerja jantung dan paru-paru pasien. Hal ini termasuk X-ray di

daerah dada untuk menunjukkan pembesaran dan ketidaknormalan pembuluh paru-

paru, echocardiograms yang menunjukkan visualisasi jantung, mengukur besar ukuran

jantung, fungsi dan aliran darah, dan mengadakan pengukuran tidak langsung terhadap

tekanan di pembuluh paru-paru.

Elektrokardiograf

Gambaran pada EKG brupa strain ventrikel kanan dan pergeseran aksis ke kanan

dapat membantu menegakkan diagnosis hipertensi pulmonal.

Radiologi

Khas parenkim paru pada hipertensi pulmonal bersih. Foto torak dapat membantu

diagnosis atau membantu menemukan penyakit lain yang mendasari hipertensi

pulmonal. Gambaran khas foto toraks pada hipertensi pulmonal ditemukan bayangan

hilar, bayangan arteri pulmonalis dan pada foto toraks lateral pembesaran ventrikel

kanan.

MRI

Hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan serta pergeseran aliran dari kiri ke kanan juga

terjadi.

Angiografi

Kateterisasi jantung merupakan baku emas untuk diagnosis hipertensi arteri pulmonal.

Kateterisasi membantu diagnosis dengan menyingkirkan etiologi lain seperti penyakit

jantung kiri dan memberikan informasi penting untuk dugaan prognostik pada pasien

dengan hipertensi pulmonal. Tes vasodilator dengan obat kerja singkat (seperti

adenosisn, inhalasi nitrit oxid atau epoprostenol) dapat dilakukan selama kateterisasi,

40

Page 41: Kasus 5

respons vasodilatasi positif bila didapatkan penurunan tekanan arteri pulmonalis dan

resistensi vaskular paru sedikitnya 20% dari tekanan awal. Pasien dengan hipertensi

arteri pulmonal yang berespon positif dengan vasodilator akut pada pemeriksaan

kateterisasi, survivalnya akan meningkat dengan pengobatan blokade saluran kalsium

jangka lama. Dengan katerisasi jantung juga dapat memberikan informasi mengenai

saturasi oksigen pada vena sentral, atrium dan ventrikel kanan dan arteri pulmonal

yang berguna dalam menilai prognostik hipertensi pulmonal

Penatalaksanaan

Pengobatan hipertensi pulmonal bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi jantung kiri

dengan menggunakan obat-obatan seperti : diuretik, beta-bloker dan ACE inhibitor atau

dengan cara memperbaiki katup jantung mitral atau katup aorta (pembuluh darah

utama). Pada hipertensi pulmonal pengobatan dengan perubahan pola hidup, diuretik,

antikoagulan dan terapi oksigen merupakan suatu terapi yang lazim dilakukan, tetapi

berdasar dari penelitian terapi tersebut belum pernah dinyatakan bermanfaat dalam

mengatasi penyakit tersebut.

Obat-obatan vasoaktif

Obat-obat vasoaktif yang digunakan pada saat ini antara lain adalah antagonis reseptor

endotelial, PDE-5 inhibitor dan derivat prostasiklin. Obat-obat tersebut bertujuan untuk

mengurangi tekanan dalam pembuluh darah paru. Sildenafil adalah obat golongan

PDE-5 inhibitor yang mendapat persetujuan dari FDA pada tahun 2005 untuk

mengatasi hipertensi pulmonal

Untuk vasodilatasi pada paru, ada beberapa obat-obatan yang dapat digunakan. Antara

lain Beraprost sodium (Dorner), infus PGI, Injeksi lipo PGE-1, ACE Inhibitor, Antagonis

Kalsium dan Inhalasi NO. Beraprost sodium efeknya tidak hanya sebagai vasodilator,

tetapi juga efek pleiotropik, seperti menghambat agresi platelet, mencegah cedera sel

endotel dan memperbaiki cedera sel endotel.

Pasien yang diberikan Beraprost, memiliki harapan hidup yang lebih baik (86%)

dibandingkan yang tidak diberi Beraprost (75%). Hal ini karena Beraprost bekerja

41

Page 42: Kasus 5

sebagai vasodilator yang menurunkan curah jantung dan ini mengurangi beban

ventrikel kanan, menghambat progresifitas gagal jantung kanan, memperbaiki toleransi

olahraga dan meningkatkan harapan hidup.

Terapi bedah

Pembedahan sekat antar serambi jantung (atrial septostomy) yang dapat

menghubungkan antara serambi kanan dan serambi kiri dapat mengurangi tekanan

pada jantung kanan tetapi kerugian dari terapi ini dapat mengurangi kadar oksigen

dalam darah (hipoksia). Transplantasi paru dapat menyembuhkan hipertensi pulmonal

namun komplikasi terapi ini cukup banyak dan angka harapan hidupnya kurang lebih

selama 5 tahun.

42

Page 43: Kasus 5

Emboli Paru

• Adalah obstruksi sebagian atau total sirkulasi A. pulmonalis/cabang2 akibat

tersangkutnya emboli trombus/emboli lainnya.

• Emboli paru->tersumbatnya aliran darah menuju jar.paru->nekrosis parenkim

paru ->infark paru

• Pasokan darah parenkim paru ada 2, yaitu a.pulmonalis & a.bronkialis

Etiologi

• Lepasnya trombus di pembuluh vena tungkai bawah/jantung kanan

• Tumor yg telah menginvasi sirkulasi vena (emboli tumor)

• Material emboli beredar dalam peredaran darah sampai di sirkulasi pulmonal &

tersangkut pd cabang2 a.pulmonal

Faktor Predisposisi

• Adanya aliran darah lambat (statis)

• Kerusakan dinding PD vena

• Keadaan darah mudah membeku (hiperkoagulasi)

Patogenesis

• Trombus

43

Page 44: Kasus 5

– Arteri->rusaknya lapisan intima

– Vena-> *aliran darah vena lambat

*pembekuan darah dlm vena bila ada kerusakan endotel vena

*pecahan trombus besar yg terbawa aliran vena

• Trombus vena->ikut aliran darah vena ke jantung kanan->tersangkut di sirkulasi

pulmonal->tersangkut pd bbrp cabang a.pulmonalis->obstruksi total/sebagian

• Hanya 10% emboli paru yg diikuti oleh infark paru, krn paru memperoleh O2 dr 3

cara:

– Sirkulasi a. pulmonalis

– Sirkulasi a. bronkialis

– Saluran udara pernapasan

Patofisiologi

• Gangguan Hemodinamik

– Obstruksi -> timbul refleks neurohumoral -> vasokonstriksi cabang2

a.pulmonalis -> peningkatan resistensi vaskular paru & hipertensi

pulmonal -> gagal jantung kanan

• Gangguan respirasi

– Obstruksi total/parsial:

• Refleks bronkokonstriksi yg terjadi setempat pd daerah paru yg

emboli

• Wasted ventilation

• Hilang/menurunnya surfaktan paru pd alveoli daerah paru yg

terkena

44

Page 45: Kasus 5

• Hipoksemia arterial

Gambaran Klinis

• Emboli Paru Masif

– Pingsan mendadak, pucat, berkeringat, nyeri dada sentral, sesak nafas

– Kesadaran hilang sementara, denyut nadi kecil & cepat, hipotensi

– Bag. Perifer pucat&dingin, sianosis tipe sentral

– JVP penuh, hepatojugular refluks (+), tanda2 hipertrofi RV

• Emboli Paru ukuran Sedang

– Nyeri pleura, sesak nafas, demam >37.5, hemoptisis

– Tdk sinkop, tdk hipotensi

– Friction rub, fremitus mengeras, perkusi redup, suara bronkial mengeras,

dada cembung, gerakan nafas menurun

• Emboli Paru ukuran Kecil

– Sesak nafas saat kerja

– Hipertensi pulmonal, hipertrofi RV

– Mudah lelah, sinkop

Px. Lab

45

Page 46: Kasus 5

A. darah tepi: kadang2 leukositosis & LED sedikit meninggi

B. Kimia darah

– Peningkatan SGPT, LDH, CPK

– Peningkatan kadar FDP

C. AGD

– PaO2 rendah

– PaCO2 <40mmHg

D. EKG

– Gel T inverted pd sandapan V1-V5/V6

– RBBB komplit/inkomplit

– Gel P pulmonal pd II, III, aVF

E. Radiologis

– Pembesaran a.pulmonalis desendens

– Peninggian diafragma bilateral

– Pembesaran jantung kanan

– Densitas paru terkena & tanda Wester Mark (hiperlusen paru)

Diagnosis

a. Sidikan Paru Perfusi & Ventilasi

– Menunjukan adanya gg perfusi

– Menentukan kemungkinan letak emboli/onfark paru

b. Angiografi Paru

46

Page 47: Kasus 5

– Menyuntikan bahan kontras radioopak mll kateter jantung ke a.pulmonalis

– Gambaran dx: penghentian mendadak aliran kontras yg menunjukan filling

defect

Differential Diagnosis

• DD emboli paru masif disertai nyeri dada mendadak & hipotensi

– IMA, aneurisma aorta, gagal jantung kiri, ruptur esofagus

• DD emboli paru ukuran sedang tanpa infark paru

– Sindrom hiperventilasi, asma bronkial, alveolitis alergik

• DD emboli paru akut dgn infark paru

– Pneumonia, sumbatan bronkus oleh lendir pekat, Ca paru, TB paru,

empiema

Pengobatan

1. Tindakan utk memperbaiki KU pasien

• Beri O2 utk cegah hipoksemia

• Beri cairan infus utk mempertahankan kestabilan keluaran ventrikel kanan

& aliran darah

2. Pengobatan atas dasar indikasi khusus

– Obat vasopresor, obat inotropik, anti aritmia, digitalis

3. Pengobatan utama thdp emboli/infark paru

– Antikoagulan dgn heparin & warfarin

– trombolitik

47

Page 48: Kasus 5

Antikoagulan

• Cara pemberian heparin

– Drip heparin dgn infus IV

– Suntikan IV intermiten

– Suntikan subkutan

• Dosis: bolus 3000-5000 unit IV diikuti sebanyak 30.000-35.000 unit/hari dlm infus

glukosa 5%/NaCL 0.9%

• Lama pengobatan 7-10 hari, lalu lanjut dgn antikoagulan oral

• Emboli paru tdk masif: heparin 5000 unti tiap 4 jam, sesudah 48 jam diberi

antikoagulan oral

• Emboli paru masif: dosis heparin ditingkatkan jd 10000 unit tiap 48 jam

• Heparin subkutan

– Pemberian lbh mudah, mobilisasi lbh cpt, bs utk pasien rawat jln

– Dosis dimulai dgn suntikan bolus IV 3000-5000 unit bersama suntikan

subkutan pertama

– Lalu suntikan subkutan diberikan 5000 unit/4jam atau 10.000 unit/8 jam

atau 15.000-20.000 unit tiap 12 jam

• Warfarin

– Menghambat aktifitas vitamin K

– Mempengaruhi sintesis prokoagulan primer (faktor II, VII, X)

– Dosis 10-15 mg/kgBB

– Pemberian oral slm 3 bulan terus menerus

48

Page 49: Kasus 5

Trombolitik

• Mempercepat resolusi emboli paru, menurunkan tekanan a.pulmonalis&jantung

kanan, perbaiki fx. LV&RV

• Streptokinase

– Dosis awal 250.000 unit dlm larutan NaCL/glukosa 5% IV slm 30 menit

– Dosis pemeliharaan 100.000 unit slm 24-72 jam

• Urokinase

– Dosis awal 4.400 unit/kgBB dlm larutan NaCL/glukosa 5% slm 15-30

menit

– Dosis pemeliharaan 4.400 unit/kgBB/jam slm 12-24 jam

Pengobatan Lainnya

• Venous interruption

– Mencegah emboli ulang dr trimbus vena dalam tungkai bawah

– Pemasangan filter di vena kava inferior scr IV

– Dpt mencegah emboli >2mm

• Embolektomi Paru

Pencegahan

• Tindakan fisis

– Pemasangan stocking elastik

– Kaki diletakkan lebih tinggi

– Kompresi udara intermiten pd tungkai bawah

49

Page 50: Kasus 5

• Suntikan heparin dosis rendah 5000 unti SC tiap 8-12 jam, dimulai 2 jam sblm

operasi

• Obat2an antiplatelet

Prognosis

• Jika terapi tepat & segera -> baik

• Dpt mati mendadak

• Resolusi emboli paru

– Dgn trombolitik yg progresif

– Resolusi komplit terjadi dlm 7-19 hari

50

Page 51: Kasus 5

Water Seal Drainage ( WSD )

Adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan water seal untuk mengalirkan udara

atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura)

Tujuan :

• Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan

tekanan negatif rongga tersebut

• Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit

cairan pleura / lubrican.

Perubahan Tekanan Rongga

Pleura Tekanan

Istirahat Inspirasi Ekspirasi

Atmosfir 760 760 760

Intrapulmoner 760 757 763

Intrapleural 756 750 756

Indikasi :

• Hemotoraks, efusi pleura

• Pneumotoraks ( > 25 % )

• Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk

• Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

51

Page 52: Kasus 5

Kontraindikasi :

• Infeksi pada tempat pemasangan

• Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.

Cara Pemasangan WSD

1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksillaris

anterior dan media.

2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan.

3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus

interkostalis.

4. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan. Masukkan jari

melalui lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh

paru.

5. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan

menggunakan Kelly forceps

6. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke dinding dada

7. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan.

8. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.

Ada Beberapa Macam WSD :

1. WSD dengan satu botol

• Merupakan sistem drainage yang sangat sederhana

• Botol berfungsi selain sebagai water seal juga berfungsi sebagai botol penampung.

• Drainage berdasarkan adanya grafitasi.

• Umumnya digunakan pada pneumotoraks

52

Page 53: Kasus 5

2. WSD dengan dua botol

• Botol pertama sebagai penampung / drainase

• Botol kedua sebagai water seal

• Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level.

• Dapat dihubungkan sengan suction control

3. WSD dengan 3 botol

• Botol pertama sebagai penampung / drainase

• Botol kedua sebagai water seal

• Botol ke tiga sebagai suction kontrol, tekanan dikontrol dengan manometer.

53

Page 54: Kasus 5

KOMPLIKASI Trauma Thorax

• Laserasi, mencederai organ ( hepar, lien )

• Perdarahan

• Empisema subkutis.

• Tube terlepas

Infeksi • Tube tersumbat.

Perawatan yang perlu dilakukan :

• Fiksasi chest tube pada dinding dada dan fiksasi semua sambungan selang dengan

baik.

• Awasi chest tube supaya tidak terlipat atau tertekuk

• Catat tanggal dan waktu pemasangan WSD dan jenis WSD yang digunakan.

• Cek level water seal chamber dan suction control chamber

•Perhatikan gelembung udara pada water seal.

• Monitor tanda – tanda vital dan status pernafasan.

• Perhatikan dan catat cairan drainase yang keluar, jumlah dan konsistensinya.

• Rawat luka drainase.

54

Page 55: Kasus 5

Interpret

Tn.L 69 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak 10 hari yang lalu.

Sesak napas:Dapat disebabkan penyakit paru

(PPOK,asma,bronchitis,pneumonia,TB,efusi pleura,emphiema dll) maupun sistemik

(anemia,asidosis,gagal jantung,gagal ginjal,sepsis,dll)

Riwayat Penyakit Sekarang

Sesak napas dirasakan bertambah berat sejak 2 hari yang lalu.Tanpa disertai

bunyi mengi.Pasien juga mengeluhkan batuk tidak berdahak.Nyeri dada,demam

dan bengkak di sekitar mata dan tungkai disangkal oleh pasien.

Bertambah berat:Penyakit bersifat progresif

Tanpa mengi:melemahkan asma

Batuk tidak berdahak:Penyakit bukan karena inflamasi saluran nafas,melemahkan TB

Riwayat Penyakit Dahulu

55

Page 56: Kasus 5

Sekitar 5 tahun yang lalu,pasien pernah menderita infeksi paru berulang dengan

batuk berdahak.Sejak itu pasien beberapa kali mendapatkan terapi

inhalasi.Pasien menderita hipertensi sejak usia 45 tahun dan mendapat

pengobatan amlodipine 10 mg sekali sehari

Infeksi paru berulang dengan batuk berdahak: Mungkin PPOK atau bronchitis

Terapi inhalasi:menguatkan PPOK

Hipertensi sejak usia 45:DD tambahan hipertensi

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien merokok sejak usia 20 tahun dan berhenti sejak 7 tahun yang lalu.Tn.L

adalah pensiunan guru.

Riwayat merokok:Mungkin berkaitan dengan penyakitnya.

DD:

Paru:

PPOK,asma,bronchitis,pneumonia,TBC,efusi pleura,emphiema,tumor paru

Sistemik:

Hipertensi,anemia,asidosis,gagal jantung,gagal ginjal,sepsis

Pemeriksaan Fisik

Tanda vital: TD:140/90 mmHg FN: 110x/menit S: 37derajat C RR: 32x/menit

TD tinggi:memastikan hipertensi

Mata: Konjungtiva pucat

Konjungtiva pucat:gejala anemia

56

Page 57: Kasus 5

THT:Tidak ada kelainan

Leher:KGB tidak teraba membesar

KGB tidak membesar:melemahkan adanya TB maupun penyebaran tumor/keganasan

Toraks:

Saat statis dada kiri lebih cembung dari kanan dan tertinggal saat

pergerakan

Kelainan terletak pada paru kiri

Palpasi:Vokal fremitus kiri lebih lemah dibanding kanan

Vocal fremitus menunjukkan adanya perambatan udara.Jika vocal fremitus lebih

lemah,menandakan adanya suatu benda tidak padat (cairan).

Perkusi:Redup di lapang paru kiri mulai dari sela iga 3 ke bawah

pada garis midclavicular

Menguatkan adanya cairan di paru kiri mulai dari sela iga 3 kebawah

Auskultasi:Suara napas vesikuler di lapang paru kanan,ronki (-) di

lapang paru kanan,di lapang paru kiri mulai dari sela iga 3 kebawah

suara napas vesikuler melemah dan menghilang sesudah sela iga 5

kebawah

Paru kanan:normal

Paru kiri:suara napas yang menghilang menunjukkan adanya suatu massa/cairan di

paru kiri

Jantung:Dalam batas normal

Abdomen:Tidak ada kelainan

Ekstremitas:clubbing finger (-),edema (-)

Mencoret penyakit penyakit sistemik non paru.

57

Page 58: Kasus 5

Pemeriksaan penunjang:

Darah:

Hb: 8 gr/dl

Tanda anemia

Leukosit:10.200/mm

Adanya peningkatan leukosit,menunjukkan adanya reaksi system imun

Hitung jenis:normal

Eritrosit:4.600.000/mm

LED:25/jam

Peningkatan LED menunjukkan inflamasi

Urin:Dalam batas normal

Rontgen thoraks:

Kondisi cukup.Hilus tidak membesar.Mediastinum tidak melebar.Jantung

CTR<50%.Corakan bronkovaskular normal.Perselubungan homogen di paru kiri

mulai sela iga 3 kebawah dan batas jantung kanan di linea parasternal dekstra.

Bronkovaskular normal menunjukkan tak ada inflamasi saluran napas sampai

alveoli.Perselubungan menunjukkan adanya cairan,namun tidak sampai menekan

jantung ke kanan.

Dx:Efusi pleura ec.hipertensi.

Penatalaksanaan:

WSD

58

Page 59: Kasus 5

Amlodipine.

Daftar Pustaka

Patofisiologi Sylvia

IPD jilid 3

Patologi Robin Kumar

Respirologi dr.Darmanto

59