kasus 1 dr michael

27
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RS FAMILY MEDICAL CENTER, BOGOR Nama : Fransisca Hilda Carolina Pratiwi Nim : 11-2014-222 Tanda tangan .................. .................. ........ Dr Pembimbing : Dr. Michael I.L Sp.M .................. .................. ......... I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. S Umur : 28 tahun Pekerjaan : Ibu rumah tangga Agama : Islam Alamat : Ciparengga RT 003/005 1

Upload: siscahilda

Post on 15-Sep-2015

260 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

xczx

TRANSCRIPT

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

RS FAMILY MEDICAL CENTER, BOGORNama : Fransisca Hilda Carolina Pratiwi Nim : 11-2014-222Tanda tangan

............................................

Dr Pembimbing : Dr. Michael I.L Sp.M.............................................

I. IDENTITAS PASIEN

Nama

: Ny. SUmur

: 28 tahunPekerjaan

: Ibu rumah tanggaAgama

: Islam

Alamat

: Ciparengga RT 003/005Tanggal pemeriksaan: 10 Juni 2015II. ANAMNESISAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 10 Juni 2015, pukul 12.00 WIBKeluhan utamaPenglihatan mata kanan dan mata kiri kaburKeluhan tambahan : Saat malam hari penglihatan lebih kabur.Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke poli klinik mata RS FMC dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur sejak kecil, mata kabur pertama-tama pada mata kanan terlebih dahulu, lalu mata kiri pun menjadi kabur. Kabur pada penglihatan terjadi secara perlahan-lahan. Hal ini dirasakan pertama kali oleh penderita pada saat melihat tulisan di televisi. Mata kabur dirasakan pada saat melihat jauh, penderita mengeluh pusing setelah membaca tulisan dan melihat jauh. Mata berair tidak ada, mata nyeri tidak ada, melihat pelangi tidak ada, penglihatan berasap tidak adaRiwayat Penyakit Dahulu

a. Umum Asthma

: tidak ada Hipertensi

: tidak ada Diabetes Melitus: tidak ada Stroke

: tidak ada Alergi

: tidak adab. Mata

Riwayat sakit mata sebelumnya: tidak ada

Riwayat penggunaan kaca mata : tidak ada

Riwayat operasi mata

: tidak ada

Riwayat trauma mata sebelumnya: tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat kedua orang tua memakai kacamata

Penyakit mata lainnya: tidak ada

Asthma

: tidak adaDiabetes

: tidak ada

Alergi

: tidak adaHipertensi

: tidak adaIII. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum: BaikKesadaran

: Compos Mentis

Tanda Vital: Tekanan Darah: 120/80mmHg

Nadi

: 80 x/menit

Respirasi

: 20 x/menit

Suhu

: 36.7oCKepala/leher

: Pembesaran KGB tidak adaThorax, Jantung: dalam batas normalParu

: dalam batas normal

Abdomen

: dalam batas normal

Ekstremitas

: dalam batas normal

B. STATUS OPTHALMOLOGISKETERANGAN

OD

OS

1. VISUS

Visus 0.3 4/6

KoreksiS -2.00 C-1.750,8S -8.00 C-2.500,4

Addisi --

Distansi pupil60

Kacamata Lama--

2. KEDUDUKAN BOLA MATAEksoftalmosTidak adaTidak ada

EnoftalmosTidak adaTidak ada

DeviasiTidak adaTidak ada

Gerakan Bola MataBebas ke segala arah Bebas ke segala arah

Strabismus Tidak adaTidak ada

Nistagmus Tidak adaTidak ada

3. SUPERSILIA

WarnaHitamHitam

Simetris SimetrisSimetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

EdemaTidak adaTidak ada

Nyeri tekanTidak adaTidak ada

EktropionTidak adaTidak ada

EntropionTidak adaTidak ada

BlefarospasmeTidak adaTidak ada

TrikiasisTidak adaTidak ada

SikatriksTidak adaTidak ada

Ptosis Tidak adaTidak ada

5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR

HematomaTidak adaTidak ada

KrepitasiTidak adaTidak ada

FolikelTidak adaTidak ada

PapilTidak adaTidak ada

SikatriksTidak adaTidak ada

AnemisTidak adaTidak ada

Lithiasis Tidak adaTidak ada

Korpus alienumTidak adaTidak ada

6. KONJUNGTIVA BULBI

Sekret Tidak adaTidak ada

Injeksi KonjungtivaTidak adaTidak ada

Injeksi SiliarTidak adaTidak ada

Pendarahan SubkonjungtivaTidak adaTidak ada

PterigiumTidak adaTidak ada

PinguekulaTidak adaTidak ada

Nevus PigmentosusTidak adaTidak ada

Kista DermoidTidak adaTidak ada

7. SKLERA

WarnaPutih Putih

Ikterik Tidak AdaTidak ada

8. KORNEAKejernihanJernihJernih

PermukaanRata Rata

SensibilitasBaikBaik

InfiltratTidak adaTidak ada

Keratik PresipitatTidak adaTidak ada

SikatriksTidak adaTidak ada

UlkusTidak adaTidak ada

PerforasiTidak adaTidak ada

Arkus SenilisTidak adaTidak ada

EdemaTidak adaTidak ada

9. BILIK MATA DEPAN

KedalamanDalamDalam

KejernihanJernihJernih

HifemaTidak adaTidak ada

HipopionTidak adaTidak ada

10. IRIS

WarnaCoklatCoklat

Kripte--

SinekiaTidak adaTidak ada

KolobomaTidak adaTidak ada

11. PUPIL

LetakDitengahDitengah

BentukbulatBulat

Ukuran3 mm3 mm

Refleks Cahaya Langsung++

Refleks Cahaya Tak Langsung++

12. LENSA

KejernihanJernih Jernih

LetakDi tengahDi tengah

Shadow testNegative Negative

13. BADAN KACA

Kejernihan JernihJernih

14. FUNDUS OKULIBatasTegas Tegas

WarnaOrange Orange

EkskavasioTidak adaTidak ada

Rasio Arteri :Vena2:32:3

C/D Ratio0.30.3

Reflex Makula++

EksudatTidak adaTidak ada

Perdarahan Tidak adaTidak ada

SikatriksTidak adaTidak ada

Ablasio Tidak adaTidak ada

15. PALPASI

Nyeri TekanTidak adaTidak ada

Massa TumorTidak adaTidak ada

Tensi OkuliN/palpasiN/palpasi

Tonometri Schiotz--

16. KAMPUS VISI

Tes KonfrontasiBaik ke semua arah Baik ke semua arah

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Autorefraktometer V. RESUME

Anamnesis

Seorang perempuan berumur 28 tahun datang ke poli mata RS FMC dengan keluhan penglihatan kedua mata terasa kabur sejak kecil. Keluhan kabur bermula pada mata kanan, lalu mata kiri. Penglihatan kabur terjadi secara perlahan-lahan. Saat malam hari kabur yang dirasakan semakn parah. Hal ini dirasakan pertama kali oleh penderita pada saat melihat tulisan di televisi. Mata kabur dirasakan pada saat melihat jauh. Penderita sering memicingkan mata karena penglihatan menjadi lebih jelas. Untuk melihat dekat, pasien tidak memiliki keluhan apapun. Penderita juga mengeluh pusing setelah membaca tulisan dan melihat jauh. Mata berair tidak ada, mata nyeri tidak ada, melihat pelangi (-) dan penglihatan berasap (-).Dari status oftalmologis didapatkan :

OD

OSVisus 0.3 4/6

KoreksiS -2.00 C-1.750,8S -8.00 C-2.500,4

Distansi pupil60

VI. DIAGNOSIS KERJA Ambliopia anisometropia ODS

Mopia astigmat compositum ODSVII. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis miopia astigmat compositum ODS adalah miopia astigmat simpleks.VIII. PENATALAKSANAAN Astigmat miop kompositus : diberikan kaca mata dengan koreksi S -2,00, C -1,75, X 10 (1,0) OD. S-8,00 C -2,50 , X 180 (1,0) OS.

Edukasi

Kacamata harus selalu digunakan kecuali saat tidur dan aktivitas fisik lainnya seperti berenang. Membaca dalam cahaya yang cukup Kontrol untuk pemeriksaan visus setiap 1 tahun atau jika ada keluhan.IX. PROGNOSIS

OCCULI DEXTRA (OD)OCCULI SINISTRA (OS)Ad Vitam

:Bonam

BonamAd Fungsionam:Bonam

BonamAd Sanationam:Bonam

BonamTinjauan PustakaAmbliopia Ambliopia adalah suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimal sesuai dengan usia dan intelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan refraksinya. Pada ambliopia terjadi penurunan tajam penglihatan unilateral atau bilateral disebabkan kehilangan pengenalan bentuk, interaksi binocular abnormal, atau keduanya, dimana tidak ditemukan kausa organik dan pada pemeriksaan fisik mata dan pada kasus yang keadaan baik, dapat dikembalikan fungsinya dengan pengobatan.1Ambliopia ini dapat tanpa kelainan organik dan dapat pula dengan kelainan organik yang tidak sebanding dengan visus yang ada.

Biasanya ambliopia disebabkan oleh kurangnya rangsangan untuk meningkatkan perkembangan penglihatan. Suatu kausa ekstraneural yang menyebabkan menurunnya tajam penglihatan (seperti katarak, astigmat, strabismus, atau suatu kelainan refraksi unilateral atau bilateral yang tidak dikoreksi) merupakan mekanisme pemicu yang mengakibatkan suatu penurunan visual pada orang yang sensitif.

Bila ambliopia ini ditemukan pada usia dibawah 6 tahun dapat dilakukan latihan penglihatan untuk memperbaiki penglihatan.

Sebab ambliopia adalah anisometropia, juling, oklusi, dan katarak atau kekeruhan media penglihatan.

Di perkirakan ada dua factor yang dapat menyebabkan ambliopia yaitu supresi dan nirpakai. Supresi akibat proses kortikal yang menyebabkan terjadinya skotoma. Sedangkan nirpakai akibat tidak dipergunakannya elemen visualretino kortikal pada kritis perkembangan terutama di bawah 9 tahun.1Patofisiologi

Pada ambliopia didapati adanya kerusakan penglihatan sentral, sedangkan daerah penglihatan perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Studi eksperimental pada binatang serta studi klinis pada bayi dan balita, mendukung konsep adanya periode kritis dalam perkembangan ambliopia. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan system penglihatan. Anak yang peka terhadap masukan abnormal yang diakibatkan rangsangan deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang signifikan. Secara umum, periode kritis ambliopia deprivasi terjadi lebih cepat dibanding strabismus maupun anisometropia. Periode kritis lebih singkat pada rasngsangan deprivasi.2Periode kritis tersebut adalah:

1. Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200 (6/60) hingga 20/20 (6/6), pada waktu lahir hingga 3-5 tahun.

2. Periode yang sangat beresiko tinggi untuk terjadinya ambliopia deprivasi, yaitu diusia beberapa bulan usia 7-8 tahun.

3. Periode dimana kesembuhan ambliopia masih dapat dicapai, yaitu sejak terjadinya deprivasi sampai usia remaja atau bahkan dewasa.

Walaupun mekanisme neurofisiologi penyebab ambliopia masih belum jelas dari percobadan terdapat masukan, pada binatang percobaan terdapat gangguan pada system penglihatan fungsi neuron yang dalam / besar diakibatkan pengalaman melihat abnormal dini. Sel pada korteks visual primer dapat kehilangan kemampuan dalam menanggapi rangsangan pada satu atau kedua mata, dan sel yang msaih responsive dapat terjadi penurunan fungsi. Kelainan juga dapat terjadi pada neuron badan genikulatum lateral. Keterlibatan retina belum dapat disimpulkan.2

System penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan terutama interaksi kompetitif antar jalur penglihatan dikedua mata pada visual korteks untuk berkembang hingga dewasa. Bayi sudah dapat melihat sewaktu lahir, tetapi mereka harus belajar menggunakan mata. Mereka belajar bagaimana untuk focus, dan bagaimana cara menggunakan kedua mata secara bersama.

Penglihatan yang yang baik harus jernih, bayangan terfokus pada kedua mata. Bila bayangan kabur pada satu mata, atau bayangan tersebut tidak sama pada kedua mata, maka jaras penglihatan tidak dapat melihat dengan baik, bahkan dapat memburuk. Bila hal ini terjadi, otak akan mematikan mata yang tidak focus dan orang tersebut akan bergantung pada satu mata untuk melihat.2

Klasifikasi ambliopia:

Ambliopia Strabismik

Ambliopia yang terjadi akibat juling lama (biasanyan juling ke dalam pada anak sebelum penglihatan tetap. Pada keadaan ini terjadi supresi pada mata tersebut untuk mencegah gangguan penglihatan (diplopia). Kelainan ini disebut sebagai ambliopia stabismik dimana kedudukan bola mata tidak sejajar sehingga hanya satu mata yang diarahkan pada benda yang dilihat.1,3

Ambliopia strabismik sering ditemukan pada penderita esotropia. Strabismus yang menyebabkan ambliopia adalah strabismus menifes, strabismus monocular, strabismus dengan sudut deviasi kecil, strabismus yang selalu mempunyai sudut deviasi diseluruh arah pandangnya.

Fiksasi silang (menggunakan mata kiri untuk melirik kekanan dan mata kanan untuk melirik ke kiri) merupakan anti uji ambliopia strabismik. Bila kondisi ini terjadi maka tidak akan terdapat ambliopia.

Ambliopia strabismik dapat pulih kembali pada usia di bawah 9 tahun dengan menutup total mata yang baik. Penyulit strabismik ambliopia bila mata baru mengalami juling akan terjadi keluhan diplopia.

Bila terjadi berlagsung lama dapat terjadi korespondensi retina yang abnormal. Korespondensi retina abnormal terjadi bila korteks serebri sudah dapat menyesuaikan diri terdapat 2 titik yang tidak sekorespoden menjadi satu titik yang sekoresponden. Akibatnya walaupun kedudukan mata tetap dalam posisi juling tidak didapatkan keluhan diplopia atau melihat ganda. Juling akan sukar diatasi bila sudah menjadi ambliopia atau sudah terjadi korespondensi retina yang abnormal.

Pada ambliopia dapat terjadi ambliopia supresi akibat proses mental dimana bayangan pada satu mata diabaikan.

Fiksasi Eksentrik

Fiksasi eksentrik mengacu kepada penggunaan region nonfoveal retina terus-menerus untuk penglihatan monocular oleh mata ambliopia. Fiksasi eksentrik terdapat sekitar 80% pasien ambliopia. Fiksasi eksentrik ringan (derajat minor), hanya dapat dideteksi dengan uji khusus, seperti visuskop, banyak dijumpai pada penderita ambliopia strabismik dan hilangya penglihatan ringan.3

Secara klinis bukti adanya fiksasi eksentrik, dapat dideteksi degan melihat reflex kornea pada mata ambliopia tidak pada posisi sentral, dimana ia memfiksasi cahaya, dengan mata dominan ditutup. Umumnya tajam penglihatan adalah 20/200 (6/60) atau lebih buruk lagi. Penggunaan region nonfoveal untuk fiksasi tidak dapat disimpulakan sebagai penyebab utama menurunnya penglihatan pada mata yang ambliopia. Mekanisme fenomena ini masih belum diketahui.

Ambliopia Anisometropik

Ambliopia anisometropik terjadi akibat terdapatnya kelainan refraksi kedua mata yang berbeda jauh. Akibat anisometropik mata bayangan benda pada kedua tidak sama besar yang menimbulkan banyangan pada retina secara relative diluar focus bila dibandingkan dengan mata lainnya. Bayangan yang lebih buram akan di supres biasanya pada mata yang lebih ametropik.

Beda refraksi mata yang besar menyebabkan terbentuknya bayangan kabur pada satu mata. Ambliopia yang terjadi akibat ketidakmampuan mata berdifusi, akibat terdapatnya perbedaan refraksi antara kedua mata, astigmat unilateral yang menyebabkan bayangan benda menjadi kabur.3

Ambliopia yang terjadi akibat perbedaan refraksi kedua mata besar atau lebih dari 2,5 dioptri, mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan binocular tunggal, demikian pula terjadi pada unilateral astigmatisme sehingga bayangan menjadi kabur. Pada mata sferis maka dapat tidak terjadi bila mata yang lebih berat minusnya dipakai untuk melihat dekat sedang yang normal dipakai untuk melihat jauh (terjadi melihat alternatif).

Pengobatannya dengan memberikan kaca mata hasil pemeriksaan referaksi secara objektif disertai penutupan mata yang baik. Ada faktor prnyulit bila fusi tepi kuat maka tidak terjadi strabismus menifes, sebab itu sering tidak terdeksi sampai ada pemeriksaan tajam penglihatandi sekolah. Bila fusi tepi tidak kuat maka dapat terjadi strabismus manifes, dalam hal ini terdapat mikrotopia atau sindrom monofiksasional.3Ambliopia Ametropik

Mata dengan hipermetropia dan astigmat sering memperlihatkan ambliopia akibat mata menurunnya tajam penglihatan mata dengan kelainan refraksi berat yang tidak dikoreksi (biasanya hipermetropia atau astigmat). Perbaikan tajam penglihatan dapat terjadi beberapa bulan setelah kaca mata dipergunakan.

Pada kedua mata tidak mencapai tajam penglihatan 5/5, biasanya pernderita hipermetropia tinggi (+ 7.0 D) atau astigmat tinggi (3.0 D) karena penderita tidak pernah melihat bayangan jelas. Dibutuhkan waktu untuk mengatasi ambliopia sangat lama sesudah koreksi tajam penglihatan terbaik. Pengobatan dengan memberikan kaca mata hasil pemeriksaan refraksi.3Ambliopia Eks Anopsia

Ambliopia akibat penglihatan terganggu pada saat perkembangan penglihatan bayi. Dahulu ambliopia ini diduga karena juling, pada saat ini ambliopia eks anopsia diduga disebabkan supresi atau suatu proses aktif dari otak untuk menekan kesadaran melihat. Ambliopia eks anopsia dapat terjadi akibat adanya katarak congenital. Ambliopia ini bila mulai terjadi sesudah berumur 4 tahun maka tajam penglihatan tidak akan kurang dari 20/200, sedangkan bila terjadi pada usia kurang dari 4 tahun maka tajam penglihatan dapat lebih buruk.3

Ambliopia akibat mata tidak dipergunakan dengan baik. Biasanya mengenai satu mata yang disertai dengan juling ke dalam atau penglihatan yang sangat buruk. Menurunnya penglihatan pada satu mata akibat hilangnya kemampuan melihat bentuk setelah fiksasi sentral tidak dipergunakan (akibat katarak, kekeruhan kornea dan ptosis).

Ambliopia eksanopsia diduga disebabkan supresi atau suatu proses aktif dari otak unutk menekan kesadaran melihat. Menurunnya penglihatan pada suatu mata akibat hilangnya kemampuan bentuk setelah fiksasi sentral. Kelainan ini dapat terjadi pada mata bayi dengan katarak, ptosis, ataupun kekeruhan korneaa sejak lahir terlambat diatasi.3

Pengobatan dengan menutup mata yang sehat dilakukan setelah mata yang sakit dibersihkan kekeruhan media penglihatannya. Katarak congenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strabismus.

Pemeriksaan Anjuran

Tajam Penglihatan

Penderita ambliopia kurang mampu untuk membaca bentuk/huruf yang rapat dan mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut. Tajam penglihtan yang dinilai dengan cara kovensional, yang berdasar kepada kedua fungsi tadi, selalu subnormal.

Telah diketahui bahwa penderita ambliopia sulit untuk mengidentifikasi huruf yang tersusun linear (sebaris) dibandingkan dengan huruf yang terisolasi, maka dapat kita lakukan dengan meletakkan balok disekitar huruf tunggal. Hal ini disebut Crowding Phenomenon.4

Terkadang mata ambliopia dengan tajam penglihatan 20/20 (6/6) pada huruf isolasi dapat turun hingga 20/100 (6/30) bila ada interaksi bentuk (countour interaction). Perbedaan yang besar ini terkadang muncul juga sewaktu pasien yang sedang diobati control, dimana tajam penglihatannya jauh lebih baik pada huruf isolasi daripada huruf linear. Oleh Karena itu, ambliopia belum dikatakan sembuh hingga tajam penglihatan linear kembali normal.

Menentukan tajam penglihatan mata ambliopia pada anak adalah pemeriksaan yang paling penting. Walaupun untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang dapat dipercaya sulit pada pasien anak-anak tapi untungnya penatalaksanaan ambliopia sangat efektif dan efisien pada anak-anak.

Anak yang sudah mengetahui huruf balok dapat di tes dengan kartu Snellen standar. Untuk Nonverbal Snellen, yang banyak digunakan adalah tes E dan tes HOTV. Tes lain adalah dengan symbol LEA. Bentuk ini mudah bagi anak 1 tahun (todler), dan mirip dengan konfigurasi huruf Snellen. Caranya sama dengan tes HOTV.1,4 Natural Density (ND) Filter Test

Tes ini digunakan untuk membedakan ambliopia fungsional dan organic. Filter densitas netral (Kodak No.96, ND 2.00 dan 0,50) dengan densitas yang cukup untuk menurunkan tajam penglihatan mata normal dari 20/20 (6/6) menjadi 20/40 (6/12) ditempatkan didepan mata yang ambliopik. Bila pasien menderita ambliopia tajam penglihatan dengan NDF tetap sama dengan visus semula atau sedikit membaik.4

Jika ada ambliopia organic, tajam penglihatan menurun dengan nyata bila digunakan filter, misalnya 20/100 (6/30) menjadi hitung jari atau lambaian tangan. Keuntungan tes ini bisa, digunakan untuk screening secara cepat sebelum, dikerjakan terapi oklusi, apabila penyebab ambliopia tidak jelas.

Menentukan Sifat Fiksasi

Pada pasien ambliopia, sifat fiksasi haruslah ditentukan. Peglihatan sentral terletak pada foveal; pada fiksasi eksentrik ditandai dengan tajam penglihatan 20/200 (6/60) atau lebih buruk lagi. Tidak cukup hanya dengan menentukan sifat fiksasi hanya pada posisi cahaya corneal. Fiksasi didiagnosis dengan mneggunakan visusskops. Dan dapat diokumentasikan dengan camera fundus Zepiess. Tes lain dapat dengan tes tutup alternat untuk fiksasi eksentik bilateral.4 Visuskop

Visuskop adalah oftalmoskop yang telah dimodifikasi yang memproyeksikan target fiksasi ke fundus. Mata yang tidak diuji ditutup. Pemeriksa memproyeksikan target fiksasi ke dekat macula, dan pasien mengarahkan pandangannya ke tanda bintik hitam (asterisk).4Posisi tanda asterisk di fundus pasien dicatat. Pengujian ini diulang beberapa kali utuk menentukan ukuran daerah fiksasi eksentrik. Pada fiksasi sentral, tanda asterisk terletak di fovea. Pada fiksasi eksentrik, mata akan bergeser sehingga asterisk bergerak ke daerah ekstrafoveal dan fiksasi retina.

Tes tutup alternat

Fiksasi eksentrik bilateral adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai dan terjadi pada pasien-pasien ambliopia kongenital kedua belah mata dan dalam hal ini pada penyakit macula bilateral dalam jangka lama. Misalnya bila kedua mata eksotropia atau esotarmia, maka bila matakontrlateral ditutup, maka yang satunya tetap pada posisi semula, tidak ada usaha untuk refraksi bayangan. Tes visuskop akan menunjukan adanya fiksasi eksentrik pada kedua belah mata.4

Penatalaksanaan

Ambliopia pada kebanyakan kasus , dapat ditatalaksana dengan efektif selama satu decade pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, semkin besar pula peluang keberhasilannya. Bila pada awal terapi berhasil, tidak menjamin penglihatan optimal akan tetap bertahan, maka para klinis harus tetap waspada dan bersiapuntuk melakukan pentalaksanaan hingga penglihatan matang (sekitar 10 tahun).1,4Penatalaksaan ambliopia meliputi:

Menghilangkan penghalang seperti katarak

Koreksi kelainan refraksi

Paksakan penggunaan mata yang lebih lama dengan membatasi penggunaan ,at ayang lebih baik

Pengangkatan Katarak

Katarak yang dapat menyebabkan ambliopia harus segera dioperasi, tidak perlu ditunda-tunda. Pengankatan katarak congenital pada usia 2-3 bulan pertama kehidupan, sangat penting dilakukan agar penglihatan kembali pulih dengan optimal. Pada kasus katarak bilateral, interval operasi yang pertama dan kedua setidaknya tidak lebih dari 1-2 minggu. Terbentuknya katarak trumatika berat dan akut pada anak dibawah 6 tahun harus diangkat dalam beberapa minggu setelah kejadian trauma, bila memungkinkan. Yang mana katarak traumatika itu sangat bersifat ambliopiogenik. Kegagalan dalam menjernihkan media, memperbaiki optikan, dan penggunaan regular mata yang terluka, akan mengakibatkan ambliopia berat dalam beberapa bulan, selambat-lambatnya pada usia 6 hingga 8 tahun.4Koreksi Refraksi

Bila ambliopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka dapat diterapi dengan kacamata atau lensa kontak. Ukuran kacamata untuk mata ambliopia diberi dengan koreksi penuh dengan sikloplegia. Bila dijumpai myopia tinggi unilateral, lensa kontak merupaka pilihan, karena bila memakai kacamata akan terasa berat dan penampilannya (estetika) buruk.

Karena kemampuan mata ambliopia untuk mengatur akomodasi cenderung menurun, maka ia tidak dapat mengkompensasikan hyperopia yang tidak dikoreksi seperti pada mata anak normal. Koreksi aphakia pada anak dilakukan segera mungkin untuk menghindarkan terjadinya deprivasi penglihatan akibat keruhnya lensa menjadi deficit optikal berat. Ambliopia anisometropik dan ambliopia isometropik akan sangat membaik walau hanya dengan koreksi kacamata selama beberapa bulan.

Oklusi dan Degradasi Optikal

1. Oklusi

Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-18 dan merupakan terapi pilihan, yang keberhasilannya baik dan cepat, dapat dilakukan oklusi penuh waktu (full time) atau paruh waktu (part-time).4

a. Oklusi Full Time

Pengertian oklusi full-time pada mata yang lebih baik adalah oklusi untuk semua atau setiap saat kecuali 1 jam waktu berjaga. (Occlusion for all or all but one waking hour), arti ini sangat penting dalam penatalaksanaan ambliopia dengan penggunaan mata yang rusak. Biasanya penutup mata yang digunakan adalah penutup adesif (adhesive patches) yang tersedia secara komersial.

Penutup (patch) dapat dibiarkan terpasang pada malam hari atau dibuka sewaktu tidur. Kacamata okluer (spectacle mounted ocluder) atau lensa kontak opak, atau Annisas Fun Patches dapat juga menjadi alternatif full-time patching bila terjadi iritasi kulit atau perekat patch-nya kurang lengket. Full-time patching baru dilaksanakan hanya bila strabismus konstan menghambat penglihatan binocular, karena full-time patching mempunyai sedikit resiko, yaitu bingung dalam hal penglihatan binocular.4

Ada duatu aturan/standard full-time patching diberi selama 1 minggu untuk setiap tahun usia, misalnya penderita ambliopia pada mata kanan berusia 3 tahun harus memakai full-time patch selama 3 minggu, lalu dievaluasi kembali. Hal ini untuk menghindarkan terjadinya ambliopia pada mata yang baik.

b. Oklusi Part-Time

Oklusi part-time adalah oklusi selama 1-6 jam per hari, akan member hasil sama dengan oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-nya tergantung dari derajat ambliopia.

Ambliopia Treatment Studies (ATS) telah membantu dalam penjelasan peranan full-time patching dibanding part-time. Studi tersebut menunjukkan, pasien usia 3-7 tahun dengan ambliopia berat (tajam penglihatan antara 20/100 = 6/30 dan 20/400 = 6/120) , full-time patching member efek sama dengan penutupan selama 6 jam per hari. Dalam studi lain, patching 2 jam/hari menunjukan kemajuan tajam penglihatan hampir sama dengan patching 6 jam/hari pada ambliopia sedang/moderate (tajam penglihatan lebih baik dari 20/100) pasien usia 3-7 tahun. Dalam studi ini, patching dikombinasi dengan aktivitas melihat dekat selama 1 jam/hari.1,4

Idealnya, terapi ambliopia diteruskan hingga terjadi fiksasi alternat atau tajam penglihatan dengan Snellen linear 20/20 (6/6) pada masing-masing mata. Hasil ini tidak selalu dapat dicapai. Sepanjang terapi terus menunjukkan kemajuan, maka penatalaksanaan harus tetap diteruskan.

2. Degradasi Optikal

Metode lain untuk penatalaksanaan ambliopia adalah dengan menurunkan kualitas bayangan (degradasi optikal) pada mata yang lebih baik hingga menjadi lebih buruk dari mata yang ambliopia, sering juga disebut penalisasi (penalization). Sikloplegik (biasanya atropine tetes 1% atau homatropine tetes 5%) diberi satu kali dalam sehari pada mata yang lebih baik sehingga tidak dapat berakomodasi dan kabur bila melihat dekat-dekat.

ATS menunjukkan metode ini member hasil yang sama efektifnya dengan patching untuk ambliopia sedang (tajam penglihatan lebih baik daripada 20/100). ATS tersebut dilakukan pada anak usia 3-7 tahun. ATS juga memperlihatkan bahwa pemberian atropine pada akhir minggu (weekend) memberi perbaikan tajam penglihatan sama dengan pemberian atropine harian yang dilakukan pada kelompok anak usia 3-7 tahun dengan ambliopia sedang. Ada juga studi terbaru yang membandingkan atropine dengan patching pada 419 orang anak usia 3-7 tahun, menunjukan atropine merupakan pilihan efektif.1,4

Pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan disbanding dengan oklusi, yaitu tidak mengiritasi kulit dan lebih apik dilihat dari segi kosmetis. Dengan atropinisasi, anak sulit untuk menggagalkan metode ini. Evaluasinya juga tidak perlu sesering oklusi.

Metode pilihan lain yang prinsipnya sama adalah dengan memberikan lensa positif dengan ukuran tinggi (fogging) atau filter. Metode ini mencegah terjadinya efek samping farmakologik atropine.

Keuntungan lain dari metode atropinisasi dan metode non-oklusi pada pasien dengan mata yang lurus (tidak strabismus) adalah kedua mata dapat bekerjasama, jadi memungkinkan penglihatan binocular.1,4Astigmat Miop Kompositus

Dikenal ada 5 macam astigmatisma regular, yang dijelaskan berikut ini :51. Astigmatisma Miopik Simpleks adalah apabila meridian utama yang satu emetropik dan yang lainnya miopik, sehingga fokusnya satu tepat di retina dan yang lain di depan retina. Koreksinya dengan pemberian lensa silindris negative untuk memundurkan focus yang di depan retina agar bias menjadi satu dengan focus yang di retina.

2. Astigmatisma Miopik Kompositus adalah apabila ke dua meridian utama adalah miopik tetapi denga derajat yang berbeda sehingga kedua focus berada di depan retina tetapi jaraknya berbeda dari retina. Koreksinya dengan gabungan lensa sferis negative dan silindris negative (lensa silindris negative untuk memundurkan focus yang lebih jauh dari retina agar menjadi satu dengan focus yang lebih dekat ke retina, kemudian kedua focus yang sudah menyatu dimundurkan ke retina dengan sferis negative). Koreksi juga bisa dilakukan dengan gabungan sferis negative dan silindris positif dengan catatan kekuatan lensa sferis lebih besar dari silinder (focus yang lebih dekat ke retina dimajukan dulu bersatu dengan focus lain di depannya dengan silindris positif, kemudian dengan lensa sferis negative kedua focus dimundurkan ke retina.

3. Astigmatisma hipermetropik simpleks adalah apabila merdian utama yang satu emetropik dan yang lain hiperopik sehingga fokusnya satu di retina dan yang lain dibelakang retina. Koreksinya dengan lensa silindris positif untuk memajukan focus yang dibelakang retina ke depan sehingga jatuh tepat di retina.

4. Astigmatisma hipermetropik kompositus adalah apabila kedua merdian utama adalah hiperopik tetapi dengan derajat berbeda sehingga kedua focus berada dibelakang retina tapi jaraknya berbeda. Koreksinya dengan gabungan lensa sferis positif dan silindris positif. Bisa juga dengan gabungan lensa sferis positif dan silindris negative dengan catatan kekuatan lensa sferis lebih besar dari pada silindris.

5. Astigmatisma miktus adalah apabila merdian utama yang satu miopik dan yang satu hiperopik sehingga fokusnya satu didepan retina dan satu dibelakang retina. Koreksinya dengan gabungan lensa sferis negative dan lensa silindris positif dengan catatan kekuatan lensa silinder lebih besar dari pada sferis. Atau dengan gabungan lensa sferis positif dan lensa silindris negative dengan kekuatan lensa silinder lebih besar dari sferis

Daftar Pustaka

1. American Academy of Ophthalmology: Chapter 5: Amblyopia; Section 6; Basic and Clinical Science Course; 2004-2005; p.63-70.2. Yen, K G; Amblyopia. Available at: http://www.emedicine.com/OPH/topic316.htm3. Greenwald, M.J; Parks, M.M; in Duanes Clinical Ophthalmology; J.B. Lippincott Company; Philadelphia and Toronto; 1983; p.78-93.

4. Langston, D.P; Manual of Ocular Diagnosis and Therapy; 5th Edition; Lippincott Wlliams & Wilkins; Philadelphia; p.344-6.5. Suhardjo, Hartono. Ilmu kesehatan mata. Ed.2. Yogyakarta: Balai Ilmu Kesehatan Mata FK UGM. 2012. h.1533