referat michael raktion

38
BAB I PENDAHULUAN Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan. Malnutrisi masih merupakan masalah kesehatan utama di negara sedang berkembang dan melatar belakangi lebih dari 50% kematian balita. Sekitar 15% anak di Asia Selatan terancam menderita gizi kurang dan buruk dan 2% anak yang tinggal di negara sedang berkembang terancam severe acute malnutrition (SAM). Severe acute malnutrition atau malnutrisi akut berat atau disebut juga gizi buruk akut adalah keadaan dimana seseorang anak tampak sangat kurus ditandai dengan BB/PB<-3 SD dari median WHO child growth standard, atau didapatkan edema nutrisional dan pada anak umur 5-59 bulan lingkar lengan atas (LLA) < 110 mm 3 (Mansjoer, 2010). Faktor-Faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung, yaitu: konsumsi makanan yang dimakan dan adanya infeksi yang diderita. Anak yang makanannya tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya melemah. Sedangkan faktor tidak langsung, yaitu: tingkat pendapatan keluarga, pengetahuan gizi dan sanitasi lingkungan (Mansjoer, 2010). 1

Upload: michael-raktion

Post on 23-Dec-2015

228 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sdfsdfsdsdfsdfsd

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Michael Raktion

BAB I

PENDAHULUAN

Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional

serta memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan. Malnutrisi masih

merupakan masalah kesehatan utama di negara sedang berkembang dan

melatar belakangi lebih dari 50% kematian balita. Sekitar 15% anak di

Asia Selatan terancam menderita gizi kurang dan buruk dan 2% anak

yang tinggal di negara sedang berkembang terancam severe acute

malnutrition (SAM). Severe acute malnutrition atau malnutrisi akut berat

atau disebut juga gizi buruk akut adalah keadaan dimana seseorang anak

tampak sangat kurus ditandai dengan BB/PB<-3 SD dari median WHO

child growth standard, atau didapatkan edema nutrisional dan pada anak

umur 5-59 bulan lingkar lengan atas (LLA) < 110 mm3 (Mansjoer, 2010).

Faktor-Faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang dapat

dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung,

yaitu: konsumsi makanan yang dimakan dan adanya infeksi yang diderita.

Anak yang makanannya tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya melemah.

Sedangkan faktor tidak langsung, yaitu: tingkat pendapatan keluarga,

pengetahuan gizi dan sanitasi lingkungan (Mansjoer, 2010).

Kematian akibat Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya

asupan makanan  yang mengakibatkan kurangnya jumlah makanan yang

diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara

pemberian makanan yang salah. Selain itu juga karena adanya penyakit,

terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan

penggunaan nutrien oleh tubuh.

1

Page 2: Referat Michael Raktion

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gizi Buruk

Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan

nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi

menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut

kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut

marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi

pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh

membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk adalah suatu kondisi di

mana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan

lain status gizinya berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang

dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe

malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh

kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk

terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun (Santosa, 2009).

Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat

diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia

minimal 2 tahun (baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai

dengan pertambahan umur menurut suatu standar organisasi kesehatan

dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut bergizi

kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan

bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan

gizi tingkat berat atau akut.

2.2. Macam Gizi Buruk

Ada 3 jenis gizi buruk yang sering ditemui dan sangat berbahaya,

yaitu: kwashiorkor, marasmus dan marasmic-kwashiorkor (Depkes, 2008).

a. Kwashiorkor

Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (sugar baby),

bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan

protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat

2

Page 3: Referat Michael Raktion

adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua

punggung kaki sampai seluruh tubuh (Depkes, 2008) :

Bengkak pada seluruh tubuh terutama pada punggung kaki dan

bila ditekan akan meninggalkan bekas seperti lubang

Otot mengecil dan menyebabkan lengan atas kurus sehingga

ukuran LILA-nya kurang dari 14 cm

Timbulnya ruam berwarna merah muda yang meluas dan

berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas

Tidak nafsu makan

Rambutnya menipis berwarna merah seperti rambut jagung dan

mudah dicabut tanpa menimbulkan rasa sakit

Wajah anak membulat dan sembab (moon face)

Cengeng/rewel dan apatis

Sering disertai infeksi, anemia dan diare

b. Marasmus

Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.

Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut),

tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah

kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan

pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak

tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan,

karena masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus

adalah (Depkes, 2008) :

Anak sangat kurus tampak tulang terbungkus kulit.

Tulang rusuk menonjol

Wajahnya seperti orang tua (monkey face)

Kulit keriput (jaringan lemak sangat sedikit sampai tidak ada )

Cengeng/rewel

Perut cekung sering disertai diare kronik (terus menerus) atau

susah buang air kecil

Otot paha mengendor (baggy pant).

3

Page 4: Referat Michael Raktion

c. Marasmic-kwashiorkor

Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik

kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup

mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang

normal. Pada penderita demikian disamping menurunnya berat badan

< 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti

edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan

biokimiawi terlihat pula (Depkes, 2008).

2.3. Patofisiologi Gizi Buruk

Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau

anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik

seperti suasana makan, pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut

mudah rontok dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan

vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting

bagi rambut (Miller, 2009).

Pasien juga seringkali mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi

karena defisiensi vitamin A dan protein. Pada retina ada sel batang dan

sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa membedakan cahaya terang dan

gelap. Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu

protein. Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut

akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada cahaya yang gelap.

Inilah yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu. Jadi,

rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi rodopsin.

Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air

(dehidrasi). Reflek patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin

pada tendon patella dan degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangan

protein, Cu dan Mg seperti gangguan neurotransmitter. Sedangkan,

hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan

protein, maka terjadi penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini

membuat penurunan HDL dan LDL. Karena penurunan HDL dan LDL,

maka lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke jaringan-jaringan, pada

akhirnya penumpukan lemak di hepar (Watson, 2008).

4

Page 5: Referat Michael Raktion

Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting

edema adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula.

Pitting edema disebabkan oleh kurangnya protein, sehingga tekanan

onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi

ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke

intrasel, karena pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi dari

ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga

keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi

protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada

intertisial lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran

sel dan mengembalikannya membutuhkan waktu yang lama karena posisi

sel yang rapat. Edema biasanya terjadipada ekstremitas bawah karena

pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik (Watson, 2008).

Sedangkan menurut Miller (2009), penyebab utama marasmus

adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak

cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan orang tua

dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi

kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara

kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada

beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir,

didugaberpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar

sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut :

a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat

masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak

sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang

tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang

terlalu encer.

b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama

infeksi enteral misalnya infantil gastro enteritis, bronkho

pneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital.

5

Page 6: Referat Michael Raktion

c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan,

penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, stenosis

pylorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.

d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan

tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang

kurang kuat.

e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan

tambahan yang cukup.

f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hyper

calcemia, galactosemia, lactose intolerance.

g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru

ditegakkan bila penyebab maramus yang lain disingkirkan.

h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan

tambahan yang kurang akan menimbulkan marasmus.

i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk

timbulnya marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula

perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti

dengan pemberian susu manis dan susu.yang terlalu encer akibat

dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang

terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam

marasmus.

2.4. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena

merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan

kematian.

2.5. Penilaian Status Gizi Anak

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok

masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia

yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian

status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan

dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

6

Page 7: Referat Michael Raktion

a. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi,

kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang

salah. Penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya

adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan

umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak

diperhitungkan.

b. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan

gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat

peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi

maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan

dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan

penilaian dengan melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran

dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan

kini.

c. Tinggi Badan

Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu

terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan

kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk

Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat

Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi

badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali.

Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator

status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan

komposisi tubuh.

7

Page 8: Referat Michael Raktion

Tabel 2.1. Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS

NoIndeks yang

dipakaiBatas

PengelompokanSebutan Status Gizi

1BB/U < -3 SD Gizi buruk

- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang

- 2 s/d +2 SD Gizi baik

> +2 SD Gizi lebih

2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek

- 3 s/d <-2 SD Pendek

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Tinggi

3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus

- 3 s/d <-2 SD Kurus

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Gemuk

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan

dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku

(standar deviation score = z).

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan

mengurangi Nilai Individual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku

Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan

Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :

8

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Page 9: Referat Michael Raktion

Gambar 2.1. WHO Child Growth Standards Tables

Gambar 2.2. WHO Child Growth Standards Tables

9

Page 10: Referat Michael Raktion

Gambar 2.3. WHO Child Growth Standards Tables

Gambar 2.4. WHO Child Growth Standards Charts

10

Page 11: Referat Michael Raktion

2.6. Faktor Penyebab Gizi Buruk

Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :

1. Penyebab Langsung. Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang

dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita

penyakit kanker. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering

diserang atau demam akhirnya menderita kurang gizi.

2. Penyebab tidak langsung, ketersediaan Pangan rumah tangga,

perilaku, pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor

kesehatan, tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah

kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan

kerja. Oleh karena itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama

lintas sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga dalam

memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah

yang cukup baik maupun gizinya (Sugeng, 2009).

Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan

makanan yang kurang atau anak sering sakit, atau terkena infeksi.

Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara

lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup salah

mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kaitan

infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar

diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat.

Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi

sendiriakan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga

memudahkan terjadinya infeksi (Santosa, 2009).

Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan

zat-zat gizi ensensial, yang bisa disebabkan oleh: asupan yang kurang

karena makanan yang jelek atau penyerapan yang buruk dari usus

(malabsorbsi), penggunaan berlebihan dari zat-zat gizi oleh tubuh, dan

kehilangan zat-zat gizi yang abnormal melalui diare, pendarahan, gagal

ginjal atau keringat yang berlebihan.

11

Page 12: Referat Michael Raktion

2.7. Tata Laksana Gizi Buruk

Dalam proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah fase

stabilisasi, fase transisi dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus

trampil memilih langkah mana yang cocok untuk setiap fase. Tatalaksana

ini digunakan baik pada penderita kwashiorkor, marasmus maupun

marasmik-kwarshiorkor.

Tahap Stabilisasi

Pada fase stabilisasi penderita dianjurkan dirawat di ruangan khusus

non infeksi dengan suhu ruangan yang cukup (tidak dingin). Segera beri

makanan formula 75 (F75) setiap 2-3 jam sekali dan pada 2 jam pertama

F75 diberikan ¼ dari jumlah yang dibutuhkan setiap 30 menit. Dilakukan

pemantauan akseptabilitas, tanda-tanda vital, gula darah dan waspadai

kemungkinan kelebihan cairan.

Tindakan pada fase stabilisasi bertujuan untuk mengatasi

kedaruratan medis dan menstabilkan kondisi klinis anak, seangkan tujuan

fase rehabilitasi adalah pemulihan serta tumbuh kejar yang memerlukan

waktu lebih lama. Walaupun secara klinis terdapat perbedaan antara

kwashiorkor dan marasmus tetapi penatalaksanaannya tetap sama.

Tabel 2.2. 10 Langkah Penatalaksanaan Gizi Buruk di Indonesia (Sjarif Rusli, 2011).

Langkah Fase

Stabilisasi Rehabilitasi Tindak lanjut

Hari 1-2 Hari 3-7 Minggu 2-6 Minggu 7-26

Hipoglkemia

Hipotermia

Dehidrasi

Elektrolit

Infeksi

Mikronutrien -------Tanpa------------- +Fe

Pemberian makanan Fe

Tumbuh kejar

Stimulasi sensoris

12

Page 13: Referat Michael Raktion

Persiapan tindak lanjut

di rumah

Langkah 1 (Atasi/cegah hipoglikemia)

Semua anak gizi buruk berisiko untuk terjadi hipoglikemia (kadar gula

darah ˂ 3 mmol/dl atau ˂54 mg/dl), seringkali merupakan penyebab

kematian pada 2 hari pertama perawatan. Hipoglikemia dapat terjadi

karena adanya infeksi berat atau anak tidak mendapat makanan selama

4-6 jam. Hipoglikemia dan hipotermia seringkali terjadi bersamaan dan

biasanya merupakan petanda infeksi. Monitor:

Kadar gula darah : setelah 2 jam, ulangi pemeriksaan gula dara

(menggunakan gula darah dari jari atau tumit). Selama terpai

umumnya anak akan stabil dalam 30 menit. Bila gula darah masih

rendah ulangi pemberian 50 ml bolus glukosa 10% atau larutan

sukrosa, kemuadian lanjutkan pemberian makan F-75 setiap 2 jam

hingga anak stabil.

Terapi :

Bila anak sadar dan dapat minum Bila anak tidak sadar

Bolus 50ml larutan glukosa

10% atau sukrosa 10% (1 sdt

gula dengan 50 ml air) baik

per oral maupun dengan pipa

nasogastrik. Kemudian mulai

pemberian F75 setiap 2 jam,

untuk 2 jam pertama berikan

¼ dari dosis makanan tiap 30

menit.

Antibiotik spektrum luas

Pemberian makanan per 2

jam, siang dan malam

Glukosa 10% IV (5 mg/ml)

diikuti dengan 50 ml glukosa

10% atau sukrosa lewat pipa

NGT. Kemudian mulai

pemberian F75 setiap 2 jam,

untuk 2 jam pertama berikan

¼ dari dosis makanan tiap 30

menit.

Antibiotik spektrum luas

Pemberian makanan per 2

jam, siang dan malam

13

Page 14: Referat Michael Raktion

Langkah 2 (Atasi/cegah hipotermi)

Jika suhu axilla< 350C, lakukan pemeriksaan suhu rectal menggunakan

termometer air raksa. Jika suhu rektal <350C:

Berikan makanan secara langsung (atau mulai rehidrasi bila

diperlukan).

Hangatkan anak: pakaikan pakaian dan tutup dengan selimut

sampai menutupi kepala (kecuali wajah) atau tempatkan di dekat

penghangat atau lampu (jangan gunakan botol air panas), atau

letakkan anak dekat dengan dada ibu (skin to skin) lalu tutupi

keduanya.

Berikan antibiotik spektrum luas.

Monitor:

Suhu tubuh: lakukan pemeriksaan rektal tiap 30 menit hingga

mencapai suhu >36,50C

Ukur kadar gula darah ketika didapati hipotermi.

Langkah 3 (Atasi/ cegah dehidrasi)

Tidak mudah menentukan adanya dehidrasi pada anak gizi buruk. Tanda

dehidrasi seperti mata cowong dan tugor kulit yang menurun sering

didapati pada anak dengan gizi buruk walaupun tanpa dehidrasi. Di sisi

lain anak gizi buruk dengan dehidrasi dapat menimbulkan komplikasi lain

seperti hipoglikemi dan letargi. Diagnosis pasti adanya dehidrasi adalah

dengan pengukuran berat jenis urin (>1,030) selain tanda klinis khas bila

ada, antara lain rasa haus dan mukosa mulut kering.

Terapi:

Larutan garam standar untuk rehidrasi oral (75 mmol Na/L) mengandung

terlalu banyak Natrium dan terlalu sedikit K bagi anak malnutrisi berat.

Oleh karena itu deiberikan larutan rehidrasi khusus yaitu rehidration

solution for malnutrition (Resomal) dengan cara 5 ml/kg setiap 30 menit

baik per oral atau lewat NGT selama 2 jam pertama. Kemudian 5-10

ml/kg/jam selama 4-10 jam berikutnya. Bila sudah rehidrasi hentikan

pemberian Resomal dan lanjutkan F75 setiap 2 jam. Bila masih diare, beri

14

Page 15: Referat Michael Raktion

Resomal setiap anak diare: <2 tahun 50-100 ml dan anak> 2 tahun: 100-

200 ml.

Monitor

Observasi tiap 30 menit selama 2 jam pertama kemudian tiap 1 jam

untuk 6-12 jam berikutnya: Vital sign, frekuensi miksi, frekuensi

defekasi/ muntah.

Rehidrasi berhasil bila: adanya air mata, mulut yang lembab, mata

dan fontanella yang sudah tidak cekung dan perbaikan turgor kulit.

Jika frekuensi nadi dan nafas meningkat selama rehidrasi

menandakan adanya infeksi atau over rehidrasi.

Langkah 4 (Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit)

Anak dengan malnutrisi berat mengalami kelebihan Na walaupun kadar

Na darah rendah (dapat menyebabkan kematian). Defisiensi K dan Mg

juga terjadi dan membutuhkan waktu minimal 2 minggu untuk melakukan

koreksi. Edema muncul disebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Jangan

memberikan diuretik sebagai terapi edema. Berikan:

Ekstra Kalium 3-4 mmol/kg/hari.

Ekstra magnesium 0,4-0,6 mmol/kg/hari.

Saat rehidrasi berikan cairan rendah Natrium (Resomal).

Siapkan makanan tanpa garam.

Langkah 5 (Obati/ cegah infeksi)

Pada malnutrisi tanda infeksi seperti panas sering tidak terlihat. Oleh

karena itu beri secara rutin saat rawat inap antibiotik spektrum luas dan

vaksin campak jika anak > 6 bulan dan belum mendapat imunisasi (tunda

jika kondisi klinis buruk atau dalam keadaan syok)

Pilihan antibiotik spektrum luas:

a. Jika tidak terdapat komplikasi atau infeksi tidak nyata:

Kotrimoksasol 5 ml larutan pediatrik per oral 2 kali sehari selama 5

hari (2,5 ml jika berat < 6 kg)

b. Jika ada komplikasi: Ampisilin 50 mg/ kg IM/IV per 6 jam selama 2

hari, kemudian dilanjutkan dengan amoksisilin per oral 15 mg/kg

15

Page 16: Referat Michael Raktion

per 8 jam untuk 5 hari atau jika amoksisilin tidak tersedia lanjutkan

dengan ampisilin per oral 50 mg/ kg per 6 jam.

c. Ditambah dengan gentamisin 7,5 mg/kg IM/IV sekali sehari selama

7 hari.

d. Tidak ada perbaikan klinis tambahkan: Kloramfenikol 25

mg/kg/IM/IV per 8 jam selama 5 hari.

Langkah 6 (Koreksi defisiensi mikronutrien)

Anak dengan malnutrisi sering terjadi anemia, pada periode awal

(stabilisasi, transisi) tidak boleh diberikan preparat besi tetapi ditunggu

sampai anak memiliki nafsu makan baik dan dimulai saat berat badan

bertambah. Pemberian preparat besi dapat memperburuk keadaan infeksi

serta terjadinya reaksi oksidatif oleh besi yang akan merusak membran

sel dan berakibat fatal.

Pemberian pada hari I

Vitamin A per oral (dosis >12 bulan 200.000 SI, 6-12 bulan 100.000

SI, 0-5 bulan 50.000 IU) ditunda bila kondisi memburuk.

Asam folat 5 mg oral.

Pemberian harian selama 2 minggu:

Suplemen multivitamin.

Asam folat 1 mg/hari.

Zinc 2 mg/kgbb/hari.

Copper 0,3 mg/kgbb/hari.

Preparat besi 3 mg/kg/hari (pada fase rehabilitasi).

Langkah 7 (Pemberian makanan)

Pemberian makanan sebaiknya diberikan sedini mungkin setelah pasien

masuk. Hal-hal penting pemberian makanan pada fase stabilisasi adalah:

Pemberian makanan dengan porsi kecil dan sering dengan

osmolaritas rendah dan rendah laktosa (F75).

Pemberian makanan secara oral atau lewat pipa nasogastrik

(jangan lewat parenteral).

Energi: 80-100 kcal/kgbb/hari.

16

Page 17: Referat Michael Raktion

Protein: 1-1,5 g/kgbb/hari.

Cairan: 130 ml/kgbb/hari cairan (100 cc/kgbb/hari bila anak

mengalami edema berat).

Jadwal yang direkomendasikan, dimana volume secara bertahap

ditingkatkan dan frekwensi secara bertahap dikurangi sebagai berikut:

Hari Frekwensi Volume/kgbb/

pemberian

Volume/kg/hari

1-2 Tiap 2 jam 11 cc 130

3-5 Tiap 3 jam 16 cc 130

6-7+ Tiap 4 jam 22 cc 130

Jika karena sesuatu sebab (muntah, diare, letargi, dll) asupan tidak dapat

mencapai 80 kkal/kgbb/hari (jumlah minimal yang harus dicapai),

makanan harus diberikan melalui NGT untuk mencapai jumlaj asupan.

Jangan melebihi 100 kcal/kg/hari.

Langkah 8 (Mencapai kejar-tumbuh)

Formula yang dianjurkan pada fase ini adalah F100 yang mengandung

100 kkal/100ml dan 2,9 g protein/100 ml. Untuk mengubah dari pemberian

makanan awal ke makanan kejar tumbuh (Transisi) :

Ganti formula F75 dengan F100 dalam jumlah yang sama dalam 48

jam.

Kemudian volume ditambah bertahap sebanyak 10-15 ml per kali

(bila sulit dalam pelaksanaannya, kenaikan volume dapat dilakukan

per hari) hingga mencapai 150 kkal/kgbb/hari.

Energi: 100-150 kkal/kgbb/hari.

Protein: 2-3 g/kgbb/hari.

Bila anak masih mendapat ASI tetap berikan di antara pemberian

formula.

Monitor fase transisi terhadap tanda gagal jantung :

Bila frekwensi napas meningkat 5 kali atau lebih/menit dan

frekwensi nadi 25 atau lebih/menit selama dua kali pemantauan dalam 4

jam berturut-turut, kurangi volume per kali makan (berikan tiap 4 jam F100

16 ml/kgbb/makan selama 24 jam, kemudian 19 ml/kgbb/makan selama

17

Page 18: Referat Michael Raktion

24 jam, kemudian 22 ml/kgbb/makan selama 48 jam, kemudian tingkatkan

jumlah pemberian makan 10 ml tiap kali pemberian.

Setelah fase transisi, anak masuk ke fase rehabilitasi:

Lanjutkan menambah volume pemberian F100 hingga ada

makanan sisa yang tidak termakan oleh anak. Tahapan ini

biasanya terjadi pada saat pemberian makanan mencapai 30

ml/kgbb/makan (200 ml/kgbb/hari).

Pemberian makanan yang sering sedikitnya tiap 4 jam.

Energi: 150-220 kcal/kg/hari.

Protein: 4-6 gram protein/kg/hari.

Bila anak masih mendapat ASI tetap diberikan diantara pemberian

formula.

Monitor kemajuan setelah transisi dengan menilai peningkatan berat

badan:

Timbang berat badan tiap pagi sebelum makan, plot pada formulir

pemantauan berat badan.

Tiap minggu hitung dan catat pertambahan berat badan dalam

satuan gram/kgbb/hari.

Bila kenaikan berat badan:

Buruk (<5 gram/kgbb/hari) anak perlu dilakukan penilaian ulang

secara menyeluruh, apakah target asupan makanan memenuhi

kebutuhan atau cek apakah ada tanda infeksi.

Sedang (5-10 gram/kgbb/hari), lanjutkan tatalaksana.

Baik (>10 gram/kgbb/hari), lanjutkan tatalaksana.

Langkah 9 (Memberikan stimuli fisik, sensorik dan dukungan

emosional)

Pada malnutrisi berat didapatkan perkembangan mental dan perilaku yang

terlambat, maka dari itu diperlukan:

Perawatan dengan kasih sayang.

Kegembiraan dan lingkungan nyaman.

Terapi bermain yang terstruktur 15-30 menit/hari.

Aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan psikomotor anak.

18

Page 19: Referat Michael Raktion

Keterlibatan ibu (contoh kenyamanan, makan, mandi, bermain).

Langkah 10 (Persiapan tindak lanjut setelah perawatan)

Bila anak sudah mencapai persentil 90% BB/TB (setara -1SD) maka anak

sudah pulih dari keadaan malnutrisi, walaupun mungkin BB/U masih

rendah karena umumnya anak pendek (TB/U rendah). Pola makan yang

baik dan stimulasi fisik dan sensorik dapat dilanjutkan di rumah. Tunjukan

kepada orang tua atau pengasuh bagaimana:

Pemberian makan secara sering dengan kandungan energi dan

nutrien yang memadai.

Berikan terapi bermain yang terstruktur.

Saran untuk orang tua atau pengasuh:

Membawa anak kontrol secara teratur.

Memberikan imunisasi booster.

Memberikan vitamin A setiap 6 bulan.

2.8. Dampak Gizi Buruk

Gizi Buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu

saja terkait dengan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun

negara, di samping berbagai konsekuensi yang diterima anak itu sendiri.

Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan sistem, karena

kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi (kekurangan)

asupan mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi

buruk akan memporak porandakan sistem pertahanan tubuh terhadap

mikroorganisme maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali

terkena infeksi.

Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam

jiwa karena berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul

antara lain hipotermi (mudah kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis,

hipoglikemia (kadar gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan

kekurangan elektrolit dan cairan tubuh. Jika fase akut tertangani dan

namun tidak di follow up dengan baik akibatnya anak tidak dapat ”catch

19

Page 20: Referat Michael Raktion

up” dan mengejar ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini

berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun perkembangannya.

Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan performance

anak, akibat kondisi ”stunting” (postur tubuh kecil pendek) yang

diakibatkannya dan perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi

terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dangan derajat

beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Dampak

terhadap pertumbuhan otak ini menjadi fatal karena otak adalah salah

satu aset yang vital bagi anak.

Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk

terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami

gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan

dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan

perkembangan kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan

pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu

saja merosotnya prestasi anak (Watson, 2008).

2.9. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya

berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu

pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan

dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada

tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif

sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan

panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi

kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Perkembangan(development) adalah

pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.

Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan,

organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga

masing-masing dapat memenuhi fungsinya. (Soetjiningsih, 2008).

Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perubahan ukuran,

perubahanproporsi, hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya ciri-ciri baru.

Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang berbeda-beda

20

Page 21: Referat Michael Raktion

di setiap kelompok umur dan masing – masing organ juga mempunyai

pola pertumbuhan yang berbeda. Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat,

yaitu masa janin, masa bayi 0 – 1 tahun, dan masa pubertas.

Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan,

sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.

Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf

pusat dengan organ yang dipengaruhinya. Perkembangan fase awal

meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik,

emosi, sosial, dan bahasa. Perkembangan pada fase awal ini akan

menentukan perkembangan fase selanjutnya. Kekurangan pada salah

satu aspek perkembangan dapat mempengaruhi aspek lainnya.

2.10. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan,

dan berkesinambungan dimulai sejak pembuahan sampai dewasa.

Walaupun terdapat variasi, namun setiap anak akan melewati suatu pola

tertentu. Tanuwijaya (2003) memaparkan tentang tahapan tumbuh

kembang anak yang terbagi menjadi dua, yaitu masa pranatal dan masa

postnatal. Setiap masa tersebut memiliki ciri khas dan perbedaan dalam

anatomi, fisiologi, biokimia, dan karakternya.

Masa pranatal adalah masa kehidupan janin di dalam kandungan.

Masa ini dibagi menjadi dua periode, yaitu masa embrio dan masa fetus.

Masa embrio adalah masa sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8

minggu, sedangkan masa fetus adalah sejak umur 9 minggu sampai

kelahiran.

Masa postnatal atau masa setelah lahir terdiri dari lima periode.

Periode pertama adalah masa neonatal dimana bayi berusia 0 - 28 hari

dilanjutkan masa bayi yaitu sampai usia 2 tahun. Masa prasekolah adalah

masa anak berusia 2 – 6 tahun. Sampai dengan masa ini, anak laki-laki

dan perempuan belum terdapat perbedaan, namun ketika masuk dalam

masa selanjutnya yaitu masa sekolah atau masa pubertas, perempuan

berusia 6 – 10 tahun, sedangkan laki-laki berusia 8 - 12 tahun. Anak

21

Page 22: Referat Michael Raktion

perempuan memasuki masa adolensensi atau masa remaja lebih awal

dibanding anak laki-laki, yaitu pada usia 10 tahun dan berakhir lebih cepat

pada usia 18 tahun. Anak laki-laki memulai masa pubertas pada usia 12

tahun dan berakhir pada usia 20 tahun.

2.11. Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

anak. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2

golongan, yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar

(eksternal/lingkungan). Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil

interaksi dua faktor tersebut.

Faktor internal terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga,

umur, jenis kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom. Anak yang

terlahir dari suatu ras tertentu, misalnya ras Eropa mempunyai ukuran

tungkai yang lebih panjang daripada ras Mongol. Wanita lebih cepat

dewasa dibanding laki-laki. Pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh

lebih cepat daripada laki-laki, kemudian setelah melewati masa pubertas

sebalinya laki-laki akan tumbuh lebih cepat. Adanya suatu kelainan

genetik dan kromosom dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak, seperti yang terlihat pada anak yang menderita

Sindroma Down.

Selain faktor internal, faktor eksternal/lingkungan juga mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak. Contoh faktor lingkungan yang

banyak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah gizi,

stimulasi, psikologis, dan sosial ekonomi.

Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses

tumbuh kembanganak. Sebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi yang

terdapat dalam darah ibu. Setelah lahir, anak tergantung pada tersedianya

bahan makanan dan kemampuan saluran cerna. Hasil penelitian tentang

pertumbuhan anak Indonesia (Sunawang, 2002) menunjukkan bahwa

kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi pada usia 6-18 bulan.

Penyebab gagal tumbuh tersebut adalah keadaan gizi ibu selama hamil,

pola makan bayi yang salah, dan penyakit infeksi.

22

Page 23: Referat Michael Raktion

Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh stimulasi dan psikologis.

Rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya dengan

penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota

keluarga lain akan mempengaruhi anak dalam mencapai perkembangan

yang optimal. Seorang anak yang keberadaannya tidak dikehendaki oleh

orang tua atau yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di

dalam pertumbuhan dan perkembangan.

Faktor lain yang tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan dan

perkembangan anak adalah faktor sosial ekonomi. Kemiskinan selalu

berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek,

serta kurangnya pengetahuan. (Tanuwijaya, 2009).

2.12. Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak

meliputi gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa,

emosi, dan perilaku.

1. Gangguan Pertumbuhan Fisik

Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas

normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat

badan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara

mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan anak. Menurut Soetjiningsih

(2008) bila grafik berat badan anak lebih dari 120% kemungkinan anak

mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan, apabila grafik

berat badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi,

menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga

menjadi salah satu parameter yang penting dalam mendeteksi gangguan

pertumbuhan dan perkembangan anak. Ukuran lingkar kepala

menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan serebrospinal.

Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai pada anak yang

menderita hidrosefalus, megaensefali, tumor otak ataupun hanya

merupakan variasi normal. Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari

normal dapat diduga anak menderita retardasi mental, malnutrisi kronis

ataupun hanya merupakan variasi normal. Deteksi dini gangguan

23

Page 24: Referat Michael Raktion

penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu dilakukan untuk

mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis gangguan

penglihatan yang dapat diderita oleh anak antara lain adalah maturitas

visual yang terlambat, gangguan refraksi, juling, nistagmus, ambliopia,

buta warna, dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik, glaukoma, dan

lain sebagainya. (Soetjiningsih, 2003). Sedangkan ketulian pada anak

dapat dibedakan menjadi tuli konduksi dan tuli sensorineural Menurut

Hendarmin (2000), tuli pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal

dan postnatal. Faktor prenatal antara lain adalah genetik dan infeksi

TORCH yang terjadi selama kehamilan. Sedangkan faktor postnatal yang

sering mengakibatkan ketulian adalah infeksi bakteri atau virus yang

terkait dengan otitis media.

2. Gangguan perkembangan motorik

Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa

hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah

kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskular. Anak dengan serebral

palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai

akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum

tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan

keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti

muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan

berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik

selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta

kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam

perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk

belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat

mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik.

3. Gangguan perkembangan bahasa

Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system

perkembangan anak. Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan

motorik, psikologis, emosional, dan perilaku (Widyastuti, 2008). Gangguan

perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu

24

Page 25: Referat Michael Raktion

adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensia rendah,

kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat,

dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan

karena adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi.

Gagap juga termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang

dapat disebabkan karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara

jelas (Soetjingsih, 2008).

4. Gangguan Emosi dan Perilaku

Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai

gangguan yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu

gangguan yang muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi

khusus apabila mempengaruh interaksi sosial dan perkembangan anak.

Contoh kecemasan yang dapat dialami anak adalah fobia sekolah,

kecemasan berpisah, fobia sosial, dan kecemasan setelah mengalami

trauma. Gangguan perkembangan pervasif pada anak meliputi autisme

serta gangguan perilaku dan interaksi sosial. Menurut Widyastuti (2008)

autism adalah kelainan neurobiologist yang menunjukkan gangguan

komunikasi, interaksi, dan perilaku. Autisme ditandai dengan

terhambatnya perkembangan bahasa, munculnya gerakan-gerakan aneh

seperti berputar-putar, melompat-lompat, atau mengamuk tanpa sebab.

25

Page 26: Referat Michael Raktion

DAFTAR PUSTAKA

Beck, Mary E. 2009. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk Perawat dan Dokter. Jakarta : Yayasan Essentia Medico.

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. Pedoman Respon Cepat Penanggulanagn Gizi Buruk. 2008.

Lubis NU, Marsida AY. Penanatalaksanaan Busung Lapar Pada Balita. Langsa: Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU Langsa. 2009.

Mansjoer, dkk. 2010, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakarta.

Miller, Michael Krawinkel. Malnutrition and Health in Developing Countries. CMAJ. AUG. 2, 2009; 173 (3) 279. CMA Media Inc. Or its Licencors.

Santosa, Sugeng. 2009. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.

Sjarif Rusli D,dkk. 2011. Buku ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Cetakan pertama. Jakarta: Badan penerbit IDAI.

Solihin Pudjiadi. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi Keempat. 2009. FKUI. Jakarta.

Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Tanuwijaya, S. 2009. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC

Watson, Roger. 2008. Perawatan Pada Anak. Jakarta : EGC

Widyastuti, D, dan Widyani, R. 2008. Panduan Perkembangan Anak 0

Sampai 1 Tahun. Jakarta: Puspa Swara.

WHO. 2014. Child Growth Standards. Dikutip dari

http://www.who.int/childgrowth/standards/cht_wfa_boys_z_0_5.pdf

diakses pada tanggal [03/01/2014]

26