kartul kimia.docx

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program peningkatan produksi tanaman pangan untuk memenuhi kebutuhan dan memenuhi swasembada pangan terus dilakukan dengan berbagai cara dan usaha, baik secara tradisional maupun modern. Peningkatan produksi pangan yang harus dicapai diharapkan selan dari segi kualitas juga dari segi kuantitas. Dalam kaitannya dengan hal ini, peran pemupukan pada usaha pertanian sangat penting. Untuk meningkatkan kualitas produk, penggunaan pupuk kimia organik sebagai substitusi pupuk kimia sangat diperlukan, karena produk yang dihasilkan bersifat organik dan bersifat ramah lingkungan. Selama ini, bahan baku yang digunakan untuk pembuatan pupuk hanya berasal dari kotoran hewan dan bahan-bahan kimia. Selain membutuhkan biaya yang mahal,

Upload: dwi-ita

Post on 10-Dec-2015

252 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program peningkatan produksi tanaman pangan untuk memenuhi kebutuhan

dan memenuhi swasembada pangan terus dilakukan dengan berbagai cara dan

usaha, baik secara tradisional maupun modern. Peningkatan produksi pangan yang

harus dicapai diharapkan selan dari segi kualitas juga dari segi kuantitas. Dalam

kaitannya dengan hal ini, peran pemupukan pada usaha pertanian sangat penting.

Untuk meningkatkan kualitas produk, penggunaan pupuk kimia organik sebagai

substitusi pupuk kimia sangat diperlukan, karena produk yang dihasilkan bersifat

organik dan bersifat ramah lingkungan.

Selama ini, bahan baku yang digunakan untuk pembuatan pupuk hanya

berasal dari kotoran hewan dan bahan-bahan kimia. Selain membutuhkan biaya

yang mahal, pupuk dari bahan kimia juga dapat mencemari lingkungan. Berkaitan

dengan hal pencemaran tersebut, selama ini populasi tanaman eceng gondok yang

menjadi penghambat arus sungai yang semakin bertambah banyak. Pemanfaatan

eceng gondok selama ini juga hanya sebatas sebagai media tanam budidaya jamur

tiram putih dan sebagai bahan kerajinan tangan. Padahal, eceng gondok yang

merupakan gulma ini sangat mudah berkembang biak sehingga apabila dapat

dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan pupuk, tidak terlalu sulit untuk

mendapatkannya. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian pembuatan pupuk dengan menggunakan bahan baku

tanaman eceng gondok.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1.1.1 Dapatkah eceng gondok dijadikan alternatif bahan pembuatan pupuk?

1.1.2 Baik atau tidakkah jika eceng gondok dijadikan pupuk? Jika baik,

kandungan apa yang terdapat didalam eceng gondok tersebut sehingga

baik dijadikan pupuk.

1.2 Batasan Masalah

Pada karya tulis ini, penulis hanya membatasi masalah mengenai dapat atau

tidaknya eceng gondok dibuat menjadi pupuk, tetapi tidak membandingkan

penggunaannya dengan pupuk lainnya.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini ialah:

1.3.1 Untuk mengetahui apakah eceng gondok dapat dijadikan sebagai alternatif

bahan pembuatan pupuk.

1.4 Manfaat

Penelitian karya tulis ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Bagi Pelajar

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan daya kreatif siswa terhadap

sumber daya alam agar potensinya dapat lebih dimaksimalkan lagi.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Khususnya bagi petani sayur dan buah-buahan, hasil penelitian yang

berupa pupuk eceng gondok dapat mengurangi kelangkaan pupuk, dan dapat

digunakan untuk pengembangan tanaman guna mendapatkan produk organik yang

ramah lingkungan serta dapat mengurangi populasi eceng gondok yang

menghambat arus sungai. Penggunaan pupuk organik juga dimaksudkan sebagai

substitusi penggunaan pupuk kimia yang diharapkan dapat mengurangi dampak

terhadap lingkungan.

1.4.3 Bagi Peneliti

Dapat dijadikan sebagai kajian awal untuk penelitian lanjutan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Eceng Gondok

Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah

satu jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok,

di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di

daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan

nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal

dengan nama Tumpe.

Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang

ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani

berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di

Sungai Amazon Brasil. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi

sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan

perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air

lainnya.

Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam

tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya

tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai

daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau.

Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk

tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga

dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.

Penelitian menunjukan bahwa tanaman eceng gondok banyak mengandung

asam humat. Senyawa itu menghasilkan fitohormon yang mampu mempercepat

pertumbuhan akar tanaman. Selain itu eceng gondok juga mengandung asam

sianida, triterpenoid, alkaloid dan kaya kalsium.

Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran

air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat

mentolerir perubahan yang ektrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan

ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air.

Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang

mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan

potasium (Laporan FAO). Kandungan garam dapat menghambat pertumbuhan

eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-danau di daerah pantai Afrika

Barat, di mana eceng gondok akan bertambah sepanjang musim hujan dan

berkurang saat kandungan garam naik pada musim kemarau.

Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya

ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar

kemampuan eceng gondok oleh peneliti Indonesia antara lain oleh Widyanto dan

Susilo (1977) yang melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu

menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing

sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur.

Eceng gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g

berat kering apabila logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan

logam lain. Lubis dan Sofyan (1986) menyimpulkan logam chrom (Cr) dapat

diserap oleh eceng gondok secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya,

logam Cr semula berkadar 15 ppm turun hingga 51,85 persen. Selain dapat

menyerap logam berat, eceng gondok dilaporkan juga mampu menyerap residu

pestisida. Tumbuhan ini dapat mentolerir perubahan yang ekstrim dari ketinggian

air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun

dalam air.

Keberadaan eceng gondok (Eichhornia crassipes) di perairan merupakan

masalah.  Eceng gondok yang merupakan tumbuhan air dan lebih sering dianggap

sebagai tumbuhan pengganggu perairan, memiliki tingkat pertumbuhan yang

sangat cepat.  Dalam waktu 3–4 bulan saja, eceng gondok mampu menutupi lebih

dar 70% permukaan danau. Cepatnya pertumbuhan eceng gondok dan tingginya

daya tahan hidup menjadikan tumbuhan ini sangat sulit dikendalikan. 

Pada beberapa negara, pengendalian eceng gondok secara mekanik, kimia dan

biologi tidak pernah memberikan hasil yang optimal. Eceng gondok berpotensi

menghilangkan air permukaan sampai empat kali lipat jika dibandingkan dengan

permukaan terbuka.  Pertumbuhan populasi eceng gondok yang tidak terkendali

menyebabkan pendangkalan ekosistem perairan dan tertutupnya sungai serta

danau (Gopal dan Sharma, 1981).

2.2 Klasifikasi Tanaman Eceng Gondok

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Commelinales

Famili : Pontederiaceae

Genus : Eichhornia Kunth

Spesies : E. crassipes

Nama Binomial : Eichhornia crassipes (Mart.) Solms

2.3 Pupuk

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman

untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu

berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun

non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan

baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara

suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.

Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk

tanaman dengan tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Bahan pupuk

yang paling awal adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu.

Pemakaian pupuk kimia kemudian berkembang seiring dengan ditemukannya

deposit garam kalsium di Jerman pada tahun 1839.

Dalam pemilihan pupuk perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis unsur

hara yang dikandungnya, serta manfaat dari berbagai unsur hara pembentuk pupuk

tersebut. Setiap kemasan pupuk yang diberi label  yang menunjukkan jenis dan

unsur hara yang dikandungnya.

2.3.1 Penggolongan Pupuk

A. Pupuk berdasarkan Sumber Bahan

Dilihat dari sumber pembuatannya, pupuk digolongkan menjadi dua, yakni

pupuk organik dan pupuk anorganik.

1) Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah

melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Pupuk organik

mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis

unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik pupuk

ini termasuk tinggi. Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari

sisa-sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, contohnya adalah

pupuk kandang dan pupuk kompos.

1. Pupuk Kandang

Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak.

Kualitas pupuk kandang sangat tergantung pada jenis ternak, kualitas pakan

ternak, dan cara penampungan pupuk kandang. Pupuk kandang dari ayam atau

unggas memiliki unsur hara yang lebih besar daripada jenis ternak lain.

Penyebabnya adalah kotoran padat pada unggas tercampur dengan kotoran

cairnya. Umumnya, kandungan unsur hara pada urine selalu lebih tinggi daripada

kotoran padat.seperti kompos, sebelum digunakan, pupuk kandang perlu

mengalami proses penguraian. Dengan demikian kualitas pupuk kandang juga

turut ditentukan oleh C/N rasio.

Dalam dunia pupuk kandang, dikenal istilah pupuk panas dan pupuk dingin.

Pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguraiannya berlangsung

cepat sehingga terbentuk panas. Pupuk dingin terjadi sebaliknya, C/N yang tinggi

menyebabkan pupuk kandang terurai lebih lama dan tidak menimbulkan panas.

Ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimiawi. Ciri

fisiknya yaitu berwarna cokelat kehitaman, cukup kering, tidak menggumpal, dan

tidak berbau menyengat. Ciri kimiawinya adalah C/N rasio kecil (bahan

pembentuknya sudah tidak terlihat) dan temperaturnya relatif stabil.

2. Kompos

Kompos adalah kasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh

aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos ditentukan oleh besarnya

perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N ratio). Jika C/N rasio

tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna.

Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama

dibanding dengan C/N rasio rendah.

Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12-15. Bahan

kompos seperti sekam, jerami padi, batang jagung dan serbuk gergaji memiliki

C/N rasio antara 50-100. daun segar memiliki C/N rasio sekitar 10-20. Proses

pembuatan kompos akan menurunkan C/N rasio hingga 12-15. sampai dengan

proses penguraian sempurna, tanaman akan bersaing dengan mikroorganisme

tanah untuk memperebutkan unsur hara. Karena itu disarankan untuk menambah

pupuk buatan apabila bahan kompos yang belum terurai sempurna terpaksa

digunakan. Kandungan unsur hara dalam kompos sangat bervariasi. Tergantung

dari jenis bahan asal yang digunakan dan cara pembuatan kompos. Kandungan

unsur hara kompos sebagai berikut.

1) Nitrogen 0,1 – 0,6%

2) Fosfor 0,1 – 0,4%

3) Kalium 0,8 – 1,5%

4) Kalsium 0,8 – 1,5%

Ciri fisik kompos yang baik adalah berwarna cokelat kehitaman, agak lembab,

gembur dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi. Penggunaan dosis

tertentu pada pupuk kompos lebih berorientasi untuk memperbaiki sifat fisik dan

kimia tanah daripada untuk menyediakan unsur hara.

Cara aplikasi pupuk organik lebih sulit karena pupuk organik dibutuhkan

dalam jumlah yang lebih besar daripada pupuk kimia dan tenaga kerja yang

diperlukan juga lebih banyak. Namun, hingga sekarang pupuk organik tetap

digunakan karena fungsinya belum tergantikan oleh pupuk buatan.

Berikut ini beberapa manfaat dari pupuk organik.

a. Mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro meskipun dalam

jumlah yang jauh lebih kecil.

b. Memperbaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat

meningkatkan kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah, dan

meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air.

c. Mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas

tukar kation tanah.

d. Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme

tanah.

e. Pada tanah asam, penambahan pupuk organik dapat membantu

meningkatkan pH tanah.

f. Penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan air.

2) Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh

pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki

prosentase kandungan hara yang tinggi.

Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat

dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk.

1. Pupuk Tunggal

Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu

macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea hanya

mengandung unsur nitrogen. Hampir seluruh tanaman dapat menyerap

nitrogen dalam bentuk nitrat atau amonium yang disediakan oleh pupuk.

Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih cepat tersedia bagi tanaman. Amonium

juga akan diubah menjadi nitrat oleh mikroorganisme tanah, kecuali pada

tembakau dan padi. nitrogen mudah berubah menjadi gas N2.

Umumnya pupuk dengan kadar N yang tinggi dapat membakar daun

tanaman sehingga pemakaiannya perlu lebih hati-hati. Pupuk Urea

(CO(NH2)2) mengandung 46% nitrogen (N). Karena kandungan N yang

tinggi menyebabkan pupuk ini sangat higroskopis. Urea sangat mudah

larut dalam air dan bereaksi cepat, juga menguap dalam bentuk amonia.

2. Pupuk majemuk

Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis

unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis karena hanya dengan satu

kali penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Namun, dari sisi

harga pupuk ini lebih mahal. Contoh pupuk majemuk antara lain

diamonium phospat yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor.

Pemakaian pupuk majemuk saat ini sudah sangat luas. Berbagai merk,

kualitas dan analisis telah tersedia di pasaran.kendati harganya relatif lebih

mahal, pupuk majemuk tetap dipilih karena kandungan haranya lebih

lengkap.

Pupuk majemuk berkualitas prima memiliki besaran butiran yang seragam

dan tidak terlalu higroskopis, sehingga tahan disimpan dan tidak cepat

menggumpal. Hampir semua pupuk majemuk bereaksi asam, kecuali yang

telah mendapatkan perlakuan khusus, seperti penambahan Ca dan Mg.

Beberapa merk pupuk majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat

pengatur tumbuh atau zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas

penyerapan hara yang diberikan.

Variasi analisis pupuk mejemuk sangat banyak. Meskipun demikian,

perbedaan variasinya bisa jadi sangat kecil, misalnya antara NPK

15.15.15  dan NPK 16.16.16. Variasi analisis pupuk, seperti 15.15.15,

16.16.16, dan 20.20.20 menunjukkan ketersediaaan unsur hara yang

seimbang. Fungsi pupuk majemuk dengan variasi analisis seperti ini antara

lain untuk mempercepat perkembangan bibit; sebagai pupuk pada awal

peneneman; dan sebagai puk susulan saat tanaman memasuki fase

generatif, seperti saat mulai berbunga.

Dalam memilih pupuk majemuk perlu dipertimbangkan beberapa

faktor, antara lain kandungan unsur hara yang tinggi, kandungan unsur

hara mikro dan harga perkilogramnya.contoh cara mempertimbangkan

pemilihan pupuk majemuk, variasi analisis pupuk NPK 20.20.20 memiliki

kandungan hara yang lebih tinggi daripada NPK 15.15.15, tetapi sifatnya

sangat higroskopis sehingga mudah sekali menggumpal.

Karena itu, variasi analisis pupuk ini sebaiknya tidak dipilih karena

bagian yang menggumpal tidak dapat digunakan.

B. Pupuk berdasarkan Cara Aplikasinya

Menurut cara aplikasinya, pupuk dibedakan menjadi dua yaitu pupuk daun dan

pupuk akar.

1) Pupuk Daun

Daun memiliki mulut yang dukenal dengan nama stomata. Sebagian besar

stomata terletak di bagian bawah daun. Mulut daun ini berfungsi untuk

mengatur penguapan air dari tanaman sehingga air dari akar dapat sampai

daun. Saat suhu udara terlalu panas, stomata akan menutup sehingga tanaman

tidak akan mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas,

stomata akan membuka sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk

dalam jaringan daun. Dengan sendirinya unsur hara yang disemprotkan ke

permukaan daun juga masuk ke dalam jaringan daun.

Sebenarnya, kandungan unsur hara pada pupuk daun identik dengan

kandungan unsur hara pada pupuk majemuk. Bahkan pupuk daun sering lebih

lengkap karena ditambah oleh beberapa unsur mikro. Pemilihan analisis yang

tepat pada pupuk daun perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang sama

dengan analisis pada pupuk majemuk. Hanya saja, faktor sifat fisik dan kimia

tanah tidak dijadikan sebagai faktor utama. Sebagai faktor utamanya adalah

manfaat tiap unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun bagi perkembangan

tanaman dan peningkatan hasil panen. Pupuk daun berbentuk serbuk dan cair.

Kualitasnya dianggap baik jika mudah larut di dalam air tanpa menyisakan

endapan.

Karena mudah larut dalam air, sifat pupuk daun menjadi sangat

higroskopis. Akibatnya tidak dapat disimpan terlalu lama jika kemasannya

telah dibuka. Kentungan menggunakan pupuk daun antara lain respon terhadap

tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu,

tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada tanaman, dengan catatan

aplikasinya dilakukan secara benar.

Dalam pemakaian pupuk daun dikenal istilah konsentrasi pupuk atau

kepekatan larutan pupuk. Besarnya konsentrasi pupuk daun dinyatakan dalam

bobot pupuk daun yang harus dilarutkan kedalam satuan volume air. Penentuan

volume air dapat diketahui dengan membaca skala pada alat semprot. Angka

konsentrasi ini sering dicantumkan p[ada kemasan pupuk. Jika konsentrasi

pupuk yang digunakan melebihi konsentrasi yang disarankan, daun akan

terbakar.

Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi atau pada sore

hari karena bertepatan pada saat membukanya stomata. Prioritaskan

penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata.

Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan pupuk daun. Dua

jam setelah penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan

mengurangi efektifitas penyerapan pupuk.

Tidak disarankan menyemprotkan pupuk daun pada saat suhu udara sedang

panas karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun cepat meningkat

sehingga daun dapat terbakar. Contoh pupuk daun yang beredar di pasaran

yaitu Gandasil Daun 14.12.14 dilengkapi dengan Mn, Mg, B, Cu dan Zn,

Gandasil B dan D, Grow More, dan Vitabloom.

2) Pupuk Akar

Pupuk akar diserap tanaman lewat akar dengan cara penebaran di tanah.

Contoh pupuk akar adalah urea, NPK, dan Dolomit.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui pembuatan pupuk eceng gondok. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2006:767), metode adalah cara yang telah teratur dan

terpikir baik-baik untuk mencapai maksud tertentu dan untuk menambah ilmu

pengetahuan. Sedangkan eksperimen adalah percobaan. Jadi, metode eksperimen

dapat diartikan sebagai suatu cara yang dilakukan secara teratur dan terpikir baik

dengan maksud menambah ilmu pengetahuan suatu percobaan.

3.1 Waktu dan Tempat

Percobaan dilakukan di rumah penulis yang beralamat di Jalan Lingkar

Terminal 51 Muara Siban Lahat pada 13 Maret 2011.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat :

pisau, cobek, karung goni, wadah tertutup.

3.2.2 Bahan:

eceng gondok, dedak, EM-4.

3.3 Prosedur Kerja

1. Eceng gondok  dicincang atau digiling halus.

2. Dicampur dengan dedak sebanyak 10%.

3. Dicampur dengan EM-4 dengan perbandingan 1:1 selama seminggu.

Campuran bahan tersebut disimpan tertutup selama +/- 4 hari. Bisa dalam

bak atau wadah tertutup beralaskan plastik dan ditutup karung goni.

4. Kemudian akan terjadi peningkatan suhu campuran bahan tersebut

menjadi +/- 50o celcius. Proses pembuatan pupuk selesai jika suhu telah

turun menjadi +/- 30o celcius

.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 13 Maret 2011 dipeoleh data bahwa

eceng gondok dapat dijadikan alternatif bahan pembuatan pupuk. Pada penelitian

awal, sebelum dijadikan bahan pembuatan pupuk, tanaman eceng gondok

berwarna hijau, dan tidak berbau, tetapi sesudah diolah menjadi pupuk, tanaman

eceng gondok mengalami perubahan menjadi berwarna cokelat kehitaman dan

berbau pesing.

Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini

dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Walaupun

eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan

dalam menangkap polutan logam berat. Sehingga logam yang diserap eceng

gondok dapat bermanfaat sebagai unsur hara bagi tanaman.

Selain banyak mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman, eceng

gondok banyak mengandung asam humat. Senyawa itu menghasilkan fitohormon

yang mampu mempercepat pertumbuhan akar tanaman. Sehingga eceng gondok

baik untuk dijadikan sebagai pupuk.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kandungan Tanaman Eceng Gondok sehingga Baik untuk Dijadikan

Pupuk

Eceng gondok banyak mengandung asam humat (humic acid). Asam humat

adalah zat organik yang memiliki struktur molekul kompleks dengan berat

molekul tinggi (makromolekul) atau dapat disebut sebagai polimer organik yang

mengandung gugus aktif. Di alam, asam humat terbentuk melalui proses fisika,

kimia, dan biologi dari bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan maupun hewan,

yang disebut proses humifikasi. Oleh karena struktur asam humat terdiri dari

campuran senyawa organik alifatik dan aromatik (diantaranya ditunjukkan dengan

adanya gugus aktif asam karboksilat dan quinoid), maka asam humat memiliki

kemampuan untuk menstimulasi dan mengaktifkan proses biologi dan fisiologi

pada organisme hidup dalam tanah. Beberapa sifat penting lain dari asam humat

yang berhubungan dengan perannya dalam memperbaiki kondisi tanah dan

pertumbuhan tanaman adalah Kapasitas Tukar Kation (Cation Exchange

Capacity) yang tinggi, memiliki kemampuan mengikat air (Water Holding

Capacity) yang besar, sebagai zat pengompleks (Chelating/Complexing Agent),

dan kemampuan untuk mengikat (fiksasi) polutan dalam tanah.

Dari keunggulan sifat-sifat yang dimilikinya, berikut ini beberapa manfaat

yang dapat diperoleh dari penggunaan asam humat :

1) Meningkatkan masukan (uptake) nutrient melalui konversi hara menjadi

bentuk tersedia dan meningkatkan permeabilitas membran tanaman.

2) Mengikat dan mengatur pelepasan hara (slow release) sesuai kebutuhan

tanaman sehingga dapat meningkatkan efektivitas penggunaan pupuk dan

mengurangi kehilangan hara karena terlarut atau menguap.

3) Merangsang pertumbuhan tanaman dan mempercepat pertumbuhan akar

atau tunas muda sehingga tanaman lebih cepat tumbuh serta menambah

hasil dan kualitas tanaman.

4) Memperbaiki struktur tanah secara fisika maupun kimia (kegemburan, pH,

pengikatan air, sifat koloid, katalis organik, dsb.) sehinga mampu

menopang pertumbuhan tanaman dengan baik dan tanaman tidak mudah

stress.

5) Menstimulasi peningkatan aktivitas mikrobiologi tanah yang

menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman.

A. Pengaruh Asam Humat pada Sifat Fisika Tanah

1. Asam humat mempunyai kemampuan arbsorsi air sekitar 80-90%.

Sehingga pergerakan air secara vertikal (infiltrasi) semakin meningkat

dibanding secara horisontal, berguna untuk mengurangi resiko erosi pada

tanah. Selain itu juga meningkatkan kemampuan tanah menahan air.

2. Asam humat berperan sebagai granulator atau memperbaiki struktur

tanah. Terjadi karena tanah mudah sekali membentuk kompleks dengan

humid acid , terjadi karena meningkatnya populasi mikroorganisme tanah,

diantaranya adalah jamur, cendawan dan bakteri. Karena humic acid

digunakan sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya. Cendawan

tersebut mampu menyatukan butir tanah menjadi agregat.

Sedangkan bakteri berfungsi sebagai semen yang menyatukan agregat,

sementara jamur dapat meningkatkan fisik dari butir-butir prima. Hasilnya

adalah tanah yang lebih gembur berstruktur remah dan relatif lebih ringan.

3. Meningkatkan aerasi tanah akibat dari bertambahnya pori tanah

(porositas) akibat pembentukan agregat,. Udara yang terkadung dalam pori

tanah tersebut umumnya didominasi oleh gas-gas O2, N2, dan CO2. Hal

ini penting bagi pernapasan (respirasi) mikro-organisme tanah dan akar

tanaman.

4. Menggelapkan warna tanah menjadi semakin coklat kehitaman,

sehingga meningkatkan penyerapan radiasi sinar matahari yang akan

meningkatkan suhu tanah menjadi lebih hangat.

B. Pengaruh Asam Humat pada Sifat Kimia Tanah

1. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK). Peningkatan tersebut

menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara atau

nutrisi. Humic acid membentuk kompleks dengan unsur mikro sehingga

melindingi unsur tersebut dari pencucian oleh air hujan. Unsur N,P, dan K

diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme sehingga

dapat dipertahankan dan sewaktu-waktu dapat diserap oleh tanaman.

Sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia.

2. Humic acid mampu mengikat logam berat (membentuk senyawa

khelate) kemudian mengendapkannya sehingga mengurangi keracunan

tanah.

3. Meningkatkan pH tanah asam akibat penggunaan pupuk kimia yang

terus menerus. Terutama tanah yang banyak mengandung alumunium.

Karena humic acid mengikat Al sebagai senyawa kompleks yang sulit larut

dalam air (insoluble) sehingga tidak dapat terhidrolisis

4. Ikatan kompleks yang terjadi antara humic acid dengan Fe dan Al

merupakan antisipasi terhadap ikatan yang terjadi antara unsur P

(phosphorus) dengan Al dan Fe, sehingga unsur P dapat terserap secara

maksimal oleh tanaman.

C. Pengaruh Asam Humat pada Sifat Biologi Tanah

1. Akibat pengaruh humic acid terhadap sifat fisika dan kimia tanah,

sehingga menciptakan situasi tanah yang kondusif untuk menstimulasi

perkembangan mikroorganisme tanah yang berfungsi dalam proses

dekomposisi yang menghasilkan humus (humification).

2. Aktifitas mikroorganisme di atas tanah akan menghasilkan hormon-

hormon pertumbuhan seperti auxin, sitokinin., dan giberillin

a. Auxin, berfungsi :

1) Merangsang proses perkecambahan biji;

2) Memacu proses terbentuknya akar dan pertumbuhannya;

3) Merangsang pucuk tanaman dan akar yang tak mau berkembang

menjadi mampu berkembang kembali.

b. Sitokinin, berfungsi :

1) Memacu pembelahan dan pembesaran sel sehingga mampu

memacu pertumbuhan;

2) Merangsang pembentukan tunas-tunas baru;

3) Mencegah kerusakan pada hasil panenan, sehingga lebih awet.

c. Giberelin, berfungsi:

1) Meningkatkan pembungaan dan pembuahan;

2) Meningkatkan prosentase jadinya bunga dan buah;

3) Mengurangi kerontokan bunga dan buah;

4) Mendorong partenokarpi atau pembuahan tanpa proses

penyerbukan.

Asam Humat juga bermanfaaat untuk merangsang pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Terdapat dua proses penting yaitu:

1. Peningkatan energi sel tanaman dan sebagai hasilnya adalah intensifikasi

proses pertukaran ion. Sehingga mempercepat pertumbuhan sistem akar dan

membuat akar lebih panjang.

2. Peningkatan penetrasibilitas (kemampuan penyerapan) membran sel

tanaman. Memudahkan nutrisi untuk terserap ke dalam sel serta mempercepat

proses pernapasan (respirasi) tanaman.

Pembentukan sistem akar yang kuat dan panjang memberikan efek yang

baik tanaman. Daya serap dan jelajah akar semakin maksimal untuk mencari

unsur hara dan nutrisi dalam tanah. Kemampuan sel tanaman dalam menyerap

nutrisi semakin baik, sebagai akibat dari kapasitas tukar kation (KTK) humic acid

sangat tinggi (perlu diketahui bahwa penyerapan nutrisi oleh tanaman melalui

mekanisme pertukaran ion.

(Sumber : teravita.com)

4.2.2 Kandungan Eceng Gondok setelah Dijadikan Pupuk Kompos

Kandungan N, P, K dalam kompos eceng gondok masing-masing adalah

0,4% N, 0,114% P dan 7,53% K sedangkan C-organik adalah 47,61% bahan

kering (Wahyu, 2008). Manfaat dari nitrogen ialah untuk Memacu pertumbuhan

tanaman secara umum, terutama pada fase vegetatif, Berperan dalam

pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain.

Manfaat dari posfor ialah untuk membantu pertumbuhan protein dan mineral yg

sangat tinggi bagi tanaman. Bertugas mengedarkan energi keseluruh bagian

tanaman. Merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar. Mempercepat

membungaan dan pembuahan tanaman. Serta mempercepat pemasakan biji dan

buah. Sedangkan manfaat dari kalium ialah untuk membantu pembentukan

protein, karbohidrat dan gula. Membantu pengankutan gula dari daun ke buah.

Memperkuat jaringan tanaman, serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa tanaman

eceng gondok yang dianggap sebagai gulma di perairan, selain berperan dalam

menangkap polutan logam berat juga dapat bermanfaat sebagai pupuk organik

penyedia unsur hara bagi tanaman. Selain itu, eceng gondok juga banyak

mengandung asam humat yang berpengaruh pada sifat fisika, kimia, dan biologi

tanah sehingga eceng gondok sangat baik untuk dijadikan pupuk.

5.2 Saran

Penulis menyarankan kepada pembaca yang ingin melakukan penelitian

tentang pupuk eceng gondok mengenai:

1. Pada pembuatan pupuk eceng gondok ini, dedak yang dipakai merupakan

dedak yang umumnya digunakan untuk bahan pakan ternak.

2. EM 4 adalah mikroorganisme yang berbentuk cair didalam botol kuning dan

dapat beli di toko pertanian.

3. Sebaiknya dilakukan perbandingan hasil pemupukan tanaman dengan pupuk

eceng gondok dan pemupukan tanaman dengan pupuk lainnya terhadap

kesuburan tanaman.