karakteristik sarang dan tingkah laku bertelur...

65
KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR BURUNG MALEO (Macrochepalon maleo Sal Muller 1846) DI HUTAN MALIGANO KECAMATAN MALIGANO KABUPATEN MUNA SKRIPSI Oleh: KABUL BUDIANSYAH NIM. L1A1 12 089 JURUSAN PETERNAKAN - FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2016

Upload: vongoc

Post on 11-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

i

KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR BURUNG

MALEO (Macrochepalon maleo Sal Muller 1846) DI HUTAN

MALIGANO KECAMATAN MALIGANO

KABUPATEN MUNA

SKRIPSI

Oleh:

KABUL BUDIANSYAH

NIM. L1A1 12 089

JURUSAN PETERNAKAN - FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2016

Page 2: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

ii

KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR BURUNG

MALEO (Macrochepalon maleo Sal Muller 1846) DI HUTAN

MALIGANO KECAMATAN MALIGANO

KABUPATEN MUNA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Peternakan untuk memenuhi salah satu syarat untukmemperoleh gelar sarjana pada Jurusan Peternakan

Oleh:

KABUL BUDIANSYAH

NIM. L1A112089

JURUSAN PETERNAKAN-FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI2016

Page 3: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

iii

Page 4: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

iv

Page 5: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

v

Page 6: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 maret 1994, di Kendari,

Sulawesi Tenggara. Penulis adalah anak ke dua dari dua

bersaudara, putra dari Bapak Kamal Sumarna dan Ibu Marfuah,

pada tahun 2006 penulis lulus dari sekolah darar SDN Asembu

Mulya, tahun 2009 penulis lulus dari Sekolah Menengah

Pertama MTsN Andoolo, dan pada tahun 2012 penulis lulus dari Sekolah Menengah

Atas MAN Buke. Pada tahun 2012 diterima menjadi mahasiswa Fakultas Peternakan

Universitas Halu Oleo melalui jalur SLMPTN. Selama menempuh pendidikan penulis

aktiif dalam bidang seni pernah menjadi juara II lomba teater PORSAF 2013, kaya

tulis penah lolos seleksi proposal Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) 2014 dan

Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) 2015. Organisasi kemahasiswaan penulis

menjadi kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Kendari pada tahun 2012

dan menjadi anggota muda Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Halu Oleo

(MAHACALA UHO) angkatan 21. Penulis menerima biasiswa BBM (Semester

IV,V,VI,VII). Biasiswa bebas SPP (Semester VII) dan bebas Kuliah Kerja Nyata

(KKN) Semester VII.

Page 7: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

vii

ABSTRACT

Kabul Budiansyah (L1A112089). Characteristics of nest and nesting behavior ofMaleo (Macrocephalon maleo Sal. MULLER 1846) bird in Maligano forest, Sub-District Maligano, Muna Regency. Supervised by La Ode Nafiu as primarysupervisor and Achmad Slamet Aku as secondary supervisor).

Maleo bird is an endemic species in Sulawesi and must be conserved to avoidthe extinction. Maleo has begun to be threatened in existence and even has beendesignated as wildlife appendix 1. he aim of this research was to investigatecharacteristics of nest and nesting behavior of Maleo bird. This study was conductedat Hutan Suaka Alam Maligano, Muna Regency on February to April 2016. Researchwas using direct observation method supported by secondary data collecting throughliterature studies and interview with relevant parties. Variables that observed werecharacteristic of nest and nesting behavior of Maleo. Data that obtained was analyzedby explorative descriptive and percentage. Results showed that characteristics ofMaleo nest in Sub-District Maligano (1) has a conical shape and it was kind ofcommunal nest, soil structure was dominated by sand 68.88% (2) average of the nestdepth was 67.73 cm, (3) average of nest width was 56.2 cm, (4) average of nesttemperature was 35.34°C, (5) average of nest moisture was 67%, and (6) average ofthe soil acidity was 6.06%. Maleo nesting behavior (1) come to the nest location inthe morning at 05:15 and in the afternoon at 15:30, (2) Walking together and lookingfor proper location, (3) dig a hole alternately, (4) female Maleo will go in to the holeto lay their eggs, (5) make some ruse holes to deceive predators. Maleo egg weight inSub-District Maligano ranged between 180–224 g. The results this study concludedthat the Maleo spawn in open sand areas with heat source sunlight, cone-shaped nestswith varied size, behavior nesting begins with came to the nests area, digging, layingeggs, and create a nest indirection.

Keywords: Maleo bird, characteristics of nest, nesting behavior.

Page 8: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

viii

ABSTRAK

Kabul Budiansyah (L1A112089) Karakteristik Sarang dan Tingkah Laku BeertelurBurung Maleo (Macroceephalon maleo Sal. MULLER 1846) di Hutan MaliganoKecamatan Maligano Kabupaten Muna (dibimbing oleh La Ode Nafiu sebagaiPembimbing I dan Achmad Selamet Aku sebagai Pembimbing II).

Burung maleo adalah satwa endemik Sulawesi yang harus dilestarikan agartidak punah burung maleo mulai terancam keberadaanya bahkan ditetapkan sebagaisatwa appendix 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sarang dantingkah laku bertelur butung maleo. Penelitian ini di laksanakan di Hutan SuakaAlam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016. Penelitianmenggunakan metode observasi langsung yang didukung dengan pengumpulan datasekunder melalui studi literatur dan wawancara dengan pihak-pihak terkait. Variabelyang diamati yaitu karakteristik sarang dan tingkah laku bertelur burung maleo. Datayang diperoleh dari analisis deskriptif ekploratif dan presentase. Hasil penelitianmenunjukan bahwa karakteristik sarang burung maleo di Kecamatan Maligano (1),memiliki bentuk kerucut dan merupakan jenis sarang komunal struktur tanah didominasi oleh pasir 68.88% (2), kedalaman sarang rata-rata 67.73 cm (3), lebarsarang rata-rata 56.2 cm (4), suhu sarang rata-rata 36.34oC (5), kelembaban sarangrata-rata 67 % dan (6), keasaman tanah dengan rata-rata 6.06%. tingkah laku bertelurburung maleo: (1), Mendatangi lokasi sarang pada pagi hari yakni pukul 05:15 danpada sore hari pukul 15:30. (2), Berjalan beriringan dan mencari lokasi yang sesuai(3), Menggali lubang secara bergantian. (4), Burung maleo betina akan masukkedalam lubang untuk meletakan telurnya. (5) Membuat beberapa lubang tipuanuntuk mengecoh para predator. Berat telur burung maleo di Kecamatan Maliganoberkisar antara 180-224 g. Hasil penelitian disimpulkan bahwa burung maleo bertelurdi areal pasir terbuka dengan sumber panas sinar matahari, sarang berbentuk kerucutdengan ukuran yang berfariasi, tingkah laku bertelur di awali dengan mendatangiareal sarang, menggali, meletakan telur, dan membuat sarang tipuan.

Kata kunci: burung maleo, karakteristik sarang, tingkah laku bertelur.

Page 9: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-

Nya, serta salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan

sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan hasil penulisan yang

berjudul Karakteristik Sarang dan Tingkah Laku Bertelur Burung Maleo

(Macrocephalon maleo SAL. MULLER 1846) di Hutan Maligano Kecamatan

Maligano Kabupaten Muna.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghormatan kepada Bapak Dr.

Ir. La Ode Nafiu, M.Si. sebagai Pembimbing I dan Bapak Achmad Selamet Aku,

S.Pt., M.Si. sebagai Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan dan saran dalam penyusunan hasil

ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Rianse, M.S. selaku Rektor Universitas Halu Oleo,

Bapak Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si. selaku Dekan Fakultas Peternakan, Bapak

La Ode Arsad Sani, S.Pt., M.Sc. selaku Ketua Jurusan Peternakan yang telah

memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti pendidikan

di Universitas Halu Oleo.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Harapin Hafid, M.Si. selaku Ketua penguji, Bapak La Ode

Arsad Sani, S.Pt., M.Sc. selaku Sekretaris dan Bapak Rusli Badaruddin, S.Pt.,

M.Sc, terima kasih telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

Page 10: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

x

3. Bapak dan Ibu dosen beserta Staf di Fakultas Peternakan yang telah mendidik,

mengajar dan membimbing penulis selama menuntut ilmu di Universitas Halu

Oleo.

4. Sodaraku tercinta kakak semata wayang Oman Romansyah beserta istri Aminah

yang saya cintai temakasih atas doa dan dukunganya selama ini.

5. Keluarga Besar penulis yang telah memberikan dukungan moril maupun materil

selama penulis menuntut ilmu hingga sampai saat ini.

6. Teman dan Sahabatku di Awang Rosyadi, Indra Muhammad, Dina Nirmala Sari

Suldani, Sitti, Rachmita Dewi dan Taufik yang selalu ada dan seluruh senior dan

junior mahasiswa peternakan angkatan. 09, 010 ,011, 013, dan 014. Terima kasih

atas semua kerja sama dan bantuannya, semoga silaturahmi kita tetap terjaga dan

sukses selalu.

7. Teman-teman KKN Reguler UHO: Irvon, sem, chelly, maya, yani, dan Bapak

Kepala Desa dan sekeluarga beserta seluruh Masyarakat Desa Todanga, Kab.

Buton yang banyak mengajarkan arti bermasyarakat yang sesungguhnya.

8. Rekan-rekan di MAHACALA baik senior maupun junior. Terima kasih banyak

atas dukungan dan bantuannya. Semoga keakraban kita semua tetap terjaga.

9. Semua pihak yang telah terlibat dalam penalitian Bapak Rabiun sekeluarga,

Bapanya Feby sekeluarga, Mas Tris sekeluarga dan yang tidak sempat di tuliskan

namanya dengan tulus penulis hanturkan terima kasih dan semoga Allah SWT

memberi balasan yang sesuai.

Page 11: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

xi

10. Semua pihak yang telah terlibat dalam bentuk apapun itu selama menempuh

kuliah yang tidak sempat tertulis, dengan tulus penulis hanturkan terima kasih dan

semoga Allah SWT memberi balasan yang sesuai.

Teristimewa hasil ini penulis persembahkan untuk ayahanda tercinta, Bapak

Kamal dan Ibunda Marfuah, terima kasih atas segala doa dan kasih sayang sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi ini. Terima kasih juga kepada kakakku tersayang,

Koman atas segala dukungan yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis.

Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan mendapat pahala dari Allah SWT.

Amin.

Penulis berharap hasil ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkannya dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.

Kendari, 03 Juni 2016

Penulis

Page 12: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA PENGUJI............................................ v

RIWAYAT HIDUP............................................................................................... vi

ABSTRACT.......................................................................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL................................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .................................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

D. Manfaat dan Kegunaan ............................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 5

A. Burung Maleo (Macrocephalon maleo Sal. MULLER 1846) .................. 5

B. Habitat .................................................................................................. 7

C. Sarang Burung Maleo ............................................................................... 8

D. Tingkah Laku Bertelur .............................................................................. 9

Page 13: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

xiii

E. Ukuran Telur Burung Maleo..................................................................... 12

F. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 13

G. Kerangka Pikir .......................................................................................... 15

III. METODE PENELITIAN................................................................................ 16

A. Waktu dan Tempat .................................................................................... 16

B. Alat dan Bahan ......................................................................................... 16

C. Prosedur Penelitian.................................................................................... 17

D. Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 17

E. Variabel Penelitian .................................................................................... 20

F. Analisis Data ............................................................................................. 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................... 21

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 21

B. Karakteristik Sarang Burung Maleo ......................................................... 23

a. Suhu Sarang Burung Maleo ................................................................ 24

b. Kelembaban Sarang ............................................................................ 25

c. Kedalaman dan Lebar Sarang ............................................................. 26

d. pH Tanah Pada Sarang ....................................................................... 28

e. Struktur Sarang Burung Maleo ........................................................... 29

C. Satwa Lain yang Ada di Habitat Burung Maleo ....................................... 30

D. Tingkah Laku Bertelur Burung Maleo di Areal Sarang............................ 34

E. Ukuran Telur ............................................................................................. 36

F. Kondisi Masyarakat .................................................................................. 38

V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................... 40

A. Kesimpulan .............................................................................................. 40

B. Saran.......................................................................................................... 40

DATAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Karakteristik lubang bertelur burung maleo di Kecamatan Maligano ............ 24

2. Komposisi material tanah pada sarang burung maleo..................................... 30

3. Pengamatan satwa lain disekitar lokasi sarang burung maleo ...................... 31

4. Ukuran telur burung maleo di Kecamatan Maligano...................................... 36

5. Prilaku masyarakat terhadap burung maleo .................................................... 38

Page 15: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Burung maleo (Macrocephalon maleo Sal. MULLER 1846)......................... 5

2. Kerangka pikir penelitian................................................................................ 15

3. Peta satelit lokasi penelitian di Kecamatan Maligano..................................... 23

4. Pengukuran kelembaban tanah pada sarang burung maleo di Kecamatan

Maligano ......................................................................................................... 26

5. Pengukuran kedalaman dan lebar sarang pada lubang bertelur burung

maleo di Kecamatan Maligano........................................................................ 27

6. Pengukuran pH tanah pada lubang bertelur burung maleo di Kecamatan

Maligano ......................................................................................................... 29

7. Babi rusa (Babyrousa celebensis) ................................................................... 31

8. Biawak (Veranus salvator) ............................................................................. 32

9. Monyet (Macaca nigra) .................................................................................. 32

10. Jingjing batu (Hemipus hirundinaceus) .......................................................... 32

11. Caladi balacan (Picoides canicapilus) ............................................................ 33

12. Burung rangkong (Rhyticeros cassidix) .......................................................... 33

13. Kadal (Eutropis rudis) .................................................................................... 33

14. Proses penggalian lubang pada areal sarang ................................................... 35

15. Pengukuran telur burung maleo ...................................................................... 37

Page 16: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Dokumentasi kegiatan..................................................................................... 45

2. Data pengukuran karakteristik sarang burung maleo...................................... 47

3. Data pengukuran dan penimbangan telur burung maleo................................. 49

Page 17: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaan sumber daya

alam, dengan flora dan fauna yang beraneka ragam dan hampir tersebar diseluruh

wilayahnya. Beberapa flora dan fauna merupakan spesies endemik yang dilindungi

bahkan terancam punah, sehingga memerlukan upaya pelestarian khusus. Upaya

mencegah kepunahan flora dan fauna endemik pemerintah membuat Taman Nasional,

Suaka Marga Satwa dan Penangkaran Satwa, yang merupakan salah satu bukti nyata

keperdulian pemerintah terhadap satwa endemik yang harus dilestarikan agar tidak

punah. Burung maleo mulai terancam keberadaanya khususnya di Sulawesi Tenggara

yang disebabkan alih fungsi hutan sebagai lahan pertanian, pertambangan, industri

serta perburuan burung dan telur maleo oleh manusia.

Kesadaran akan pentingnya kelangsungan hidup burung maleo ditinjau dari

segi kebudayaan, biodifersitas, ilmu pengetahuan, ekosistem alam serta kelestarian.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 421/KPTS/UM/8/1970

dan selanjutnya berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber

Daya Alam dan Ekosistemnya, yang dipertegas lagi oleh SK Menteri Kehutanan

Nomor 301/KPTS/II/1991 dan Nomor 882/KPTS/II/1992 serta Peraturan Pemerintah

Nomor 7 tahun 1999, tanggal 27 Januari 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan

Page 18: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

2

danSatwa. Convention on International Trade in Endangeren Species of wild Fauna

and Flora (CITES) menetapkan maleo kedalam Apendiks 1.

Pulau Sulawesi merupakan habitat dari banyak satwa langka dan endemik

diantaranya adalah Burung maleo (Macrocephalon maleo). Burung maleo termasuk

dalam keluarga Megapodidae (Megapoda yang artinya kaki besar), sementara

Macrocephalon itu sendiri berarti kepala besar. Burung maleo hanya dapat dijumpai

di Sulawesi bagian Utara (termasuk Gorontalo), Sulawesi Tengah, dan Sulawesi

Tenggara.

Burung maleo mulai terancam keberadaanya khususnya di Sulawesi Tenggara

yang disebabkan alih fungsi hutan sebagai lahan pertanian, pertambangan, industri

serta perburuan burung dan telur maleo oleh manusia. Kesadaran akan pentingnya

kelangsungan hidup burung maleo ditinjau dari segi kebudayaan, biodifersitas, ilmu

pengetahuan, ekosistem alam serta kelestarian (Nurhalim, 2013).

Kegiatan bertelur burung maleo diawali dengan membuat sarang. Sarang

adalah tempat yang dibuat hewan untuk menyimpan telur dan membesarkan anak.

Sarang dibuat dari ranting, rumput, lumpur, atau daun. Sarang bisa hanya merupakan

lekukan pada tanah, lubang pada pasir, lubang pada pohon, batuan, atau bangunan

dalam bentuk sederhana.

Maleo bertelur dengan cara menggali lubang di tanah berpasir dengan

kedalaman antara 50-80cm. Lubang itu kemudian ditutup pasir dengan cakarnya

yang kokoh, sehingga telur akan mendapat kehangatan dari pasir penutupnya, dan

baru menetas setelah hari ke-69 hingga 72 (Irwanto, 2006).

Page 19: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

3

Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu dimana suatu spesies

atau komunitas hidup. Dalam hidupnya, satwa liar burung membutuhkan pakan, air

dan tempat berlindung dari panas dan pemangsa serta tempat untuk bersarang,

beristirahat dan memelihara anaknya. Seluruh kebutuhan tersebut diperoleh dari

lingkungannya atau habitat dimana satwa liar hidup dan berkembang biak (Nurhalim,

2013).

Hewan memiliki cara yang unik dan beragam untuk merespon lingkunganya

yang disebut dengan tingkah laku. Hewan mempelajari cara yang sesuai untuk

mempertahankan hidupnya. Pengetahuan tentang tingkah laku ini sangat penting

untuk menjaga habitat maleo tetap sesuai dengan tingkah laku burung maleo dan

meleo tidak terganggu dengan kondisi lingkungan. Pengetahuan tingkah laku,

khususnya tingkah laku bertelur burung maleo dan karakteristik sarang, merupakan

faktor-faktor yang penting di pelajari agar dapat menemukan metode yang tepat

dalam upaya melestarikan burung maleo.

Berdasarkan latar belakang tersebut telah dilaksanakan penelitian tentang

karakteristik sarang dan tingkah laku bertelur burung maleo (Macrocephalon maleo

Sal MULLER 1846) di hutan maligano Kecamatan Maligano Kabupaten Muana.

Page 20: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

4

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dirumuskan permasalahan

penelitian :

1. Bagaimana karakteristik fisik sarang burung maleo di Kecamatan Maligano

Kabupaten Muna.

2. Bagaimana tingkah laku bertelur burung maleo di Kecamatan Maligano

Kabupaten Muna.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui karakteristik habitat burung maleo di Kecamatan Maligano

Kabupaten Muna.

2. Untuk mengetahui tingkah laku bertelur burung maleo di Kecamatan Maligano

Kabupaten Muna.

D. Manfaat dan Kegunaan

Manfaat dan kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Agar dapat memberikan informasi dari karakteristik habitat burung maleo di

Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.

2. Agar dapat memberikan informasi tentang tingkah laku bertelur burung maleo di

Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.

Page 21: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Burung Maleo (Macrocephalon maleo Sal Muller 1846 )

Burung maleo (Macrocephalon maleo) adalah salah satu jenis satwa liar

endemik Sulawesi yang langka. Burung ini termasuk spesies Burrow nester, yaitu

burung pembuat lubang atau liang dan tersebar hampir di semua daratan Sulawesi yang

meliputi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara (Tanari et al, 2008).

Gambar 1. Burung maleo (Macrocephalon maleo Sal Muller 1846) (foto surveyawal).

Burung Maleo tersebar di seluruh Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi

Tengah dan Sulawesi Tenggara. Populasinya terganggu oleh predator seperti biawak

dan perburuan oleh manusia (MacKinnon, 1981).

Kelas : Aves

Ordo : Galliformes

Sub Ordo : Gali

Famili : Megapodiidae

Sub Famili : Crocoidae

Genus : Macrocephalon

Spesies : Macrocephalon maleo Sal Muller, 1846 (Hermansyah, 2011).

Page 22: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

6

Burung maleo merupakan hewan yang berhabitat sangat khas, hanya bisa

hidup di dekat pantai berpasir panas atau di pegunungan yang memiliki sumber mata

air panas, sebab di daerah ini burung maleo bisa mengerami telurnya yaitu dengan

cara mengubur telur di dalam pasir hingga kedalaman 15 cm (Ruddiah, 2012). Burung

maleo tidak menggunakan panas tubuh untuk menetaskan telur mereka, melainkan

mengubur telur di pasir pantai terkena sinar matahari sepanjang pantai atau di tanah

vulkanik panas yang cukup untuk menetaskan telur burung maleo (Argeloo, 1994).

Burung maleo juga memiliki keunikan mulai dari struktur tubuh, habitat,

hingga tingkah lakunya yang anti poligami. Burung maleo (Macrocephalon maleo)

besarnya kira-kira sama dengan ayam betina piaraan, dengan bulu bagian dada agak

merah jambu keputih-putihan dan bagian lainnya berwarna hitam, di bagian dada ada

bintik-bintik kuning melingkar, ekornya tegak dan kepalanya memiliki tengkorak

gundul atau hampir tak berbulu dengan tonjolan menyerupai helm. Keistimewaan

hurung maleo ini adalah, meskipun besar tubuhnya relatif tidak jauh berbeda dengan

ayam kampung, namun telurnya 5-6 kali dari telur ayam kampong, sedangkan warna

telurnya relatif sama dengan telur ayam biasa yaitu mendekati warna merah dadu

(Gunawan, 1993).

Karakteristik unik dari maleo (Galliformes: Megapodiidae: Macrocephalon

maleo) membuat burung ini menjadi salah satu spesies penting di Sulawesi, dan juga

salah satu yang paling terancam punah di pulau Indonesia. Burung ini seperti ayam

hitam dan memiliki bulu berwarna merah muda di bagian dada (Gorog et al, 2005).

Page 23: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

7

B. Habitat

Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu dimana suatu spesies

atau komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung perkembangbiakan

organisme yang hidup di dalamnya secara normal. Habitat memiki kapasitas tertentu

untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu organisme. Dalam hidupnya, satwa

liar (burung) membutuhkan pakan, air dan tempat dari ancaman dan tempat untuk

bersarang, istirahat dan membesarkan anaknya (Yuliani, 2008).

Habitat alami burung maleo adalah hutan meliputi pantai hutan bakau

(mangrove) dan hutan dataran rendah. Burung maleo menyukai daerah berpasir yang

hangat untuk membuat sarang dan melakukan aktifitas lain, sedangkan daerah hutan

dan semak merupakan tempat mencari makan, berlindung, tidur dan kawin. (Addin,

1992).

Burung maleo (Marcochepalon maleo) hidup di hutan dataran rendah dan

perbukitan sampai ketinggian 1.200 m dpl. Mereka turun untuk berbiak di pantai atau

areal hutan terbuka dengan substrat berpasir, pada areal pantai burung maleo berbiak

di belakang mangrove (Gunawan, 1994).

Burung maleo hidup secara liar terutama di dalam belukar mulai dari pantai

datar yang panas dan terbuka sampai ke hutan pegunungan yang lebat dengan batas

ketinggian yang belum jelas. Selain itu di habitat alaminya burung maleo hidup di

hutan-hutan, tidak kurang dari 25 jenis pohon yang dihinggapi untuk berteduh,

istirahat atau tidur. Burung maleo hidup secara liar terutama di dalam semak belukar

Page 24: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

8

dari tempat datar yang panas dan terbuka sampai ke hutan pegunungan yang lebat

dengan dengan batas ketinggian yang belum jelas (Nurhalim, 2013).

Di habitat alamnya burung maleo selalu menyembunyikan diri di semak

belukar atau hutan apabila ada hal-hal yang dianggap membahayakan

keselamatannya. Pendengaran burung maleo kurang baik sehingga dapat didekati

bila memperhatikan arah angin dan posisi burung maleo (Addin, 1992).

C. Sarang Burung Maleo

Menurut Nurhalim (2013), sarang burung maleo berada didalam hutan terbuka

dataran rendah yang dekat atau dikelilingi dengan sungai. Burung maleo bertelur

diareal yang tidak bervegatasi dan letakknya lebih tinggi dari sungai. Struktur tanah

datar yang terdiri dari pasir, debu dan liat yang terus-menerus mendapatkan

penyinaran matahari.

Kelembaban dan suhu sarang merupakan hal penting dalam usaha penetasan

telur burung maleo, kelembaban dan suhu dipengaruhi oleh kondisi alam,

kelembaban tanah di habitat bertelur berkisar atara 28-97% dengan rata- rata 59,44%

(±8,29%). Sarang yang mempunyai kelembaban tinggi letaknya diperkirakan dekat

dengan garis pantai (Asmara, 2002).

Burung maleo (Macrocephalon maleo) membangun sarangnya khusus untuk

telur telurnya. Maleo jantan menggali sebuah lubang besar dan mengisinya dengan

tanaman mati yang basah. Burung maleo melakukan hal itu dengan tujuan yang

penting. Bakteri dalam tanaman yang sudah mati menghasilkan panas sehingga dapat

Page 25: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

9

menghangatkan sarang. Guna mempertahankan suhu, burung jantan membuat celah

celah tebuka untuk peredaran udara (Yuliani, 2008).

Kedalaman letak telur burung maleo bervariasi antara 10-15 cm dan 80-100

cm, tergantung pada tinggi kedalaman air (water tabel), jarak dari sumber panas, suhu

tanah, kondisi cuaca beberapa hari sebelumnya, frekuensi penggunaan dan umur

sarang (Yuliani, 2008).

Dari hasil pengukuran, suhu tanah pada lubang pengeraman di lokasi

penelitian berkisar antara 31-33oC dengan rata-rata 32,22oC (±0,87oC) suhu ini masih

berada dalam kisaran normal penetasan telur Maleo. Suhu tanah untuk menetaskan

telur Maleo berkisar antara 32-39oC (Asmara, 2002).

D. Tingkah laku bertelur

Maleo termasuk burung yang bersifat monogamy, setiap pasang jantan dan

betina hampir dipastikan akan selamanya menjadi pasangan yang tidak tepisahkan.

Burung maleo (Macrocephalon maleo) tidak mengerami telurnya seperti bangsa

burung pada umumnya, tetapi meletakan telurnya di dalam tanah atau pasir yang

memiliki sumber panas dari bumi. Jumlah telur yang seekor maleo betina pertahun

atau permusim tidak di ketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan setiap 12-13 hari

atau sekitar 30 butir per tahun (Saerang et al, 2011).

Faktor kunci bagi Maleo senkawor dalam memilih lokasi bertelur adalah: (1)

sumber panas, (2) aksesibilitas, (3) keamanan dari gangguan, dan (4) musim (untuk

lokasi bersumber panas matahari). Dalam menentukan sarang untuk meletakkan telur,

Page 26: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

10

Maleo senkawor cenderung lebih menyukai tempat dengan kondisi: (1) aman dari

gangguan manusia, (2) efektivitas sumber panas, (3) kelembaban tanah, (4) pengaruh

iklim mikro di atas permukaan tanah (terutama hujan), dan (4) keamanan dari

predator (Gunawan, 2000).

Menurut Buchart dan Baker (1999) puncak musim kawin burung maleo antara

bulan januari hingga maret. Burung maleo Seperti semua megapoda lainnya, maleo

tidak menetaskan telur mereka dengan tubuh panas tapi menggunakan sumber panas

alternatif. Untuk reproduksi mereka mereka sepenuhnya tergantung pada tanah

vulkanik panas dan pantai yang terpapar sinar matahari, di mana mereka mengubur

telur mereka pada suhu sekitar 34°C. Setelah bertelur, burung kembali ke hutan dan

burung maleo akan kembali ke sarang hanya untuk fase bertelur berikutnya (Dekker,

1990).

Penggalian lubang dimulai pada pukul tujuh dan berlangsung antara 1 sampai

3 jam hingga selesai. Apabila ada bahaya (kedatangan manusia), mereka langsung

terbang dan meninggalkan pekerjaannya yang belum selesai, tetapi biasanya datang

kembali pada tengah hari hingga sore harinya (12:00–15:00). Penggalian tanah

dilakukan bergantian antara betina dan jantan, bila betina sedang menggali yang

jantan menjaga dan mengawasi keadaan sekitar. Pergantian pekerjaan berinterval

antara 15–20 menit. Lamanya penggalian dan kedalaman lubang berhubungan dengan

kondisi tekstur tanah (Gunawan, 1993).

Dekker (1990) menyatakan bahwa pola peneluran burung maleo yang teratur

yakni membuat lubang tiruan di sekeliling sarang yang berisi telur. Burung maleo

Page 27: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

11

bertelur sekali setiap 7–9 hari selama periode 2–3 bulan. Produksi telur diperkirakan

8–12 butir per induk pertahun.

Burung maleo akan menggali lubang sebagai sarang peneluran, induk maleo

meletakkan telurnya di dalam lubang tersebut dan menimbunnya kemudian dengan

bekas galian (Gunawan, 1993).

Setelah telur diletakkan dan ditimbun dengan dengan aman, sepasang induk

maleo itupun terbang meninggalkan tempat bertelurnya untuk kemudian beristirahat

di cabang–cabang pohon dekat lokasi peneluran. Setelah meningggalkan telurnya

induk maleo tidak pernah mengawasi atau mengusiknya lagi hingga telur tersebut

menetas dengan bantuan panas matahari atau panas bumi. Mereka sama sekali tidak

peduli apakah telurnya menetas, dimakan predator, pecah, busuk atau diambil pencuri

(Gunawan, 1993).

Telur maleo yang diletakkan di tanah tersebut akan menetas setelah 60–80

hari. Induk maleo akan kembali bertelur setelah interval waktu 9–14 hari dan telurnya

diletakkan pada lubang yang berbeda dengan telur sebelumnya, jadi dalam satu

lubang hanya terdapat satu telur. Setiap sekali bertelur hanya sebutir dan dalam satu

musim bertelur induk maleo dapat menghasilkan 8–12 butir (Gunawan, 1993).

Menurut Gunawan (1993), musim bertelur maleo di hutan berlansung antara

Oktober–April setiap tahun dan di pantai berlangsung antara Juni-September. Diduga

musim tersebut merupakan kondisi terbaik untuk penetasan dimana hujan tidak

banyak turun dan sinar matahari di pantai cukup terik sehingga memberikan kondisi

pengeraman yang optimal.

Page 28: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

12

Belum diketahui dengan pasti apakah maleo yang bertelur di pantai

merupakan populasi yang berbeda dengan maleo yang bertelur di hutan atau bila

musim panas maleo bertelur di pantai dan bila musim hujan bertelur di hutan dekat

dengan sumber air panas. Dengan demikian ada kemungkinan maleo dapat bertelur

sepanjang tahun (Gunawan, 1993).

Apabila tidak busuk, pecah, dimakan predator atau diambil pencuri maka telur

maleo akan menetas. Anak maleo yang baru menetas akan menggali pasir dan

langsung terbang mencari pohon terdekat, bila tidak dimakan predator (biawak, ular

atau elang). Anak maleo memerlukan waktu 1–2 hari untuk memecah kulit telur dan

menggali lubang untuk keluar (Gunawan, 1993).

E. Ukuran Telur Burung Maleo

Telur untuk semua jenis burung memiliki warna, bentuk, ukuran dan ciri khas

tersendiri, telur maleo mempunyai bobot antara 190-280 gram, panjang 92,1–112,6

mm dan lebar 56,6–57,6 mm. Telur maleo mempunyai kuning yang lebih banyak

yaitu berkisar antara 60-64% dan albumen 35-39% dari kandungan telur seluruhnya

(Dekker, 1990).

Kuning telur yang besar merupakan persediaan makanan yang cukup banyak

bagi anak maleo karena sejak menetas anak maleo harus sepenuhnya mandiri di

hutan. Warna telur burung maleo adalah putih berbentuk kemerahan, jika warna

merah terlalu dominan, maka hal itu menunjukkan bahwa kerabangnya tipis sekali

atau mudah retak. Telur burung maleo ini tidak dierami, tetapi telurnya diletakkan di

Page 29: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

13

tanah yang memiliki temperatur cukup hangat untuk menetaskannya, kehangatan ini

dipengaruhi oleh panas matahari, panas bumi atau oleh keduanya. Selama

perkembangan dan pertumbuhan embrional berlangsung diperlukan lingkungan dan

suhu yang stabil dan memadai. Perkembangan dan pertumbuhan embrional sangat

ditentukan oleh kondisi lingkungannya yaitu suhu dan kelembaban (Bulletin

Rimbawan TNBNW, 2011).

F. Penelitian Terdahulu

Nurhalim 2013, menyatakan bahwa dari hasil pengamatan yang dilakukan di

blok hutan pampaea dapat diketahui bahwa tingkah laku bertelur dilakukan dengan

mendatangi lokasi bertelur pada pagi hari sekitar pukul 05.30 dan pada sore hari pada

pukul 15.30. Sebelum melakukan penggalian dan peneluran, burung maleo selalu

melakukan pengintaian baik dari atas pohon maupun saat berada di lokasi

penelurannya. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan keadaan lokasi tersebut

aman dari gangguan manusia dan predator.

Temperatur permukaan tanah juga cukup bervariasi yang sangat dipengaruhi

oleh peyinaran matahari. Suhu terendah permukaan tanah terjadi pada pagi hari yaitu

pada lokasi pertama berkisar 27,30C–30,10C dengan rata-rata 28,680C, untuk lokasi

kedua 26,80C–380C 30,97%. Suhu permukaan tanah ini terus meningkat seiring

semakin tingginya matahari sehingga suhu tertinggi permukaan tanah terjadi pada

siang hari yaitu pada lokasi pertama 46,50C–42,70C dengan rata-rata 44,630C, untuk

lokasi kedua 320C–45,40C dengan rata-rata 40,350C. Suhu permukaan tanah pada

Page 30: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

14

sore hari cukup tinggi tetapi mengalami penurunan dibandingkan pada siang hari

yaitu pada lokasi satu 30,70C–33,10C dengan rata-rata 31,640C dan lokasi kedua

32,50C–39,70C dengan rata-rat 36,010C.

Bobot telur burung maleo di TNRAW yaitu 250–255 gram. Bobot telur

tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain seperti; daerah Tambun,

Tumokang dan pusian. Sementara ancaman kelestarian burung maleo di Blok Hutan

Pampaea TNRAW berupa predator biawak (Varanus salvator) dan aktivitas

masyarakat di sekitar TNRAW yang memasang jerat serta mengambil telur burung

maleo.

Menurut Asmara (2002) kedalaman, suhu dan kelembaban rata-rata sarang

burung maleo di SMPTM masih normal. Kisaran ekstrim kedalaman, suhu dan

kelembaban yang diukur selama penelitian disebabkan pengukuran dilakukan pada

kondisi cuaca yang berbeda pada waktu musim hujan yang belum berakhir.

Kelembaban tanah di habitat bertelur berkisar atara 28-97% dengan rata- rata 59,44%

(±8,29%). Dari hasil pengukuran, suhu tanah pada lubang pengeraman di lokasi

penelitian berkisar antara 31-33 0C dengan rata-rata 32,22 0C (±0,87 0C) suhu ini

masih berada dalam kisaran normal penetasan telur Maleo. Kedalaman lubang

pengeraman di lokasi penelitian berkisar antara 40-100 cm dengan rata-rata 65,45 cm

(±10,25 cm).

Page 31: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

15

Burung maleo (Macrocephalon maleo)

Pelestarian maleo

G. Kerangka pikir

Burung maleo merupakan satwa endemik Sulawesi yang tersebar hampir

diseluruh pulau Sulawesi. Burung maleo terancam punah keberadaanya, banyak

faktor yang mempengaruhi penurunan populasi burung maleo diantaranya adalah

pembalakan hutan, predator, perburuan baik telur maupun burung maleo itu sendiri

dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang siklus hidup burung maleo.

Penelitian mengenai Karakteristik Fisik Sarang dan Tingkah Laku Bertelur Burung

Maleo bertujuan untuk memberikan informasi kepada stakeholder dengan harapan

burung maleo dapat dilestarikan. Secara skematis kerangka pikir penelitian dapat

dilihat pada Gambar 2

Gambar 2. Kerangka pikir penelitian.

Endemik Sulawesi

Terancam punah

Karakteristik fisik sarang dan tingkah laku bertelur

Bahan rujukan stakeholder

Page 32: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

16

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 Di Hutan

Suaka Alam Maligano Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai habitat

alami burung maleo.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan sebagai berikut :

a. GPS, digunakan untuk menentukan dan mengetahui arah dilapangan.

b. Pita ukur/meteran, digunakan untuk mengukur kedalaman lubang peneluran

maleo.

c. pH meter, digunakan untuk mengukur kadar keasaman tanah.

d. Moisture meter digunakan untuk mengukur kelembabantanah.

e. Termometer, digunakan untuk mengukur temperatur udara. Untuk temperatur

tanah digunakan termometer tanah.

f. Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan hasil–hasil pengamatan di

lapangan.

g. Timbangan Digital, digunakan untuk mengukur berat telur maleo.

h. Jangka Sorong, digunakan untuk mengukur diameter telur burung maleo.

i. Alat tulis–menulis, digunakan untuk mencatat hasil–hasil pengamatan.

Page 33: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

17

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Burung maleo, digunakan sebagai obyek pengamatan.

b. Tanah, digunakan sebagai sampel pengamatan tekstur tanah.

c. Telur burung maleo obyek pengamatan.

d. Kantong plastik, digunakan sebagai tempat/wadah sampel yang dikumpulkan.

e. Kertas label, digunakan untuk mengkode sampel yang akan diamati.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan. Pengamatan tingkah laku dilakukan

setiap hari yaitu pada pagi hari mulai pukul 05:00-09:00 dan dilanjutkan pengamatan

pada sore hari pada pukul 15:00-17:00. Berdasarkan informasi yang diperoleh pada

survey awal lokasi penelitian, pada waktu–waktu tersebut burung maleo melakukan

aktivitas. Selama pengamatan digunakan alat bantu berupa kamera.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data hasil pengamatan secara langsung di

lapangan.

D. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka

Penelitian diawali dengan melakukan studi pustaka yang bertujuan untuk

mengumpulkan dan informasi mengenai burung maleo, karakteristik fisik sarang dan

Page 34: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

18

tingkah laku burung maleo serta keadaan umum lokasi penelitian di Hutan Suaka

Alam Kecamatan Maligano Kabupaten Muna,

b. Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan untuk mengetahui kondisi areal penelitian, menentukan

tempat pengintaian serta mengetahui karakteristik habitat burung maleo.

c. Pengamatan Tingkah Laku

Selanjutnya dilakukan pengamatan tingkah laku burung maleo berupa tingkah

laku bertelur. Pengamatan aktivitas burung maleo ini dilakukan setiap hari selama

satu bulan.

d. Pengamatan karakteristik sarang

Pengamatan mengenai karakteristik sarang, pengukuran temperatur udara dan

kelembaban baik pada permukaan tanah maupun lubang-lubang bertelur dilakukan

menggunakan termometer dan barometer yang diletakkan di dalam lubang peneluran

maupun di permukaan tanah. Pengukuran temperatur ini dilakukan pada waktu yang

berbeda yaitu pukul 08.00, pukul 13.00 dan pukul 17.00 waktu setempat.

e. Pengamatan Struktur Sarang

Pengukuran kedalaman dan lebar sarang burung maleo menggunakan

meteran. Kedalam di ukur tegak lurus dari permukaan tanah sampai bagian tanah

tempat peletakan telur burung maleo dan untuk panjang-lebar sarang peneluran

diukur memotong melintang secara tegak lurus sebanyak dua kali ditiap lubang

peneluran. Untuk pengukuran pH menggunakan pH meter analog yang di tancapkan

ke lubang (sarang burung maleo), sedangkan untuk pengukuran suhu dan kelembaban

Page 35: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

19

menggunakan thermometer digital dan moisture meter yang di tancapkan ke dalam

lubang (sarang).

Selanjutnya mengamati struktur sarang bertelur dengan mengambil sampel

tanah ditiga lubang peneluran dengan kedalaman yang berbeda dan tiga sampel tanah

yang bukan lokasi peneluran dengan kedalaman sampel yang akan diamati 50 cm di

masing-masing lokasi selanjutnya dianalisis di laboratorium Unit Tanah Fakultas

Pertanian Universitas Haluoleo untuk mengetahui persentase material penyusun

sarang.

f. Pengamatan Satwa Lain yang Ada di Sekitar Sarang Burung Maleo

Pengamatan mengenai satwa lain yang berada di sekitar sarang burung maleo

dilakukan secara langsung pada saat pengamatan dan melalui wawancara kepada

warga yang sering beraktivitas di sekitar hutan Maligano.

g. Data Pendukung

Data pendukung juga diperoleh baik dari buku, jurnal, hasil penelitian,

informasi di taman nasional serta data yang diperoleh di internet tentang karakteristik

fisik sarang burung maleo, tingkah laku bertelur, keadaan umum lokasi penelitian dan

satwa-satwa lain di Hutan Suaka Alam Kecamatan Maligano yang bertujuan untuk

memperlancar kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan dan sebagai pembanding.

Untuk melengkapi informasi yang di perlukan dilakukan pula wawancara

dengan masyarakat setempat yang memgetahui kondisi sarang di lokasi bertelur

burung maleo. Instrument wawancara adalah daftar pertanyaan atau kuisioner.

Page 36: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

20

E. Variabel Penelitian

Variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi:

a. Karakteristik sarang:

a) Struktur tanah.

b) suhu sarang peneluran.

c) kelembaban pada lubang-lubang bertelur.

d) kedalaman dan lebar sarang burung maleo.

e) pH tanah sarang bertelur burung maleo.

f) satwa lain yang ada di habitat burung maleo.

b. Tingkah laku bertelur burung maleo di areal sarang.

c. Ukuran telur burung maleo meliputi: panjang, lebar dan berat telur burung maleo.

F. Analisis Data

Penelitian karakteristik habitat alami dan tingkah laku satwa dianalisis secara

deskriptif eksploratif dan persentase. Deskriptif eksploratif untuk menguraikan

tingkah laku secara umum, sedangkan deskriptif persentase untuk menggambarkan

proporsi kegiatan menurut jumlah dan lamanya waktu.

Page 37: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umun Lokasi Penelitian

Kabupaten Muna merupakan daerah kepulauan yang terletak di jazirah

Sulawesi Tenggara meliputi bagian utara Pulau Buton dan Pulau Muna serta pulau-

pulau kecil yang tersebar disekitarnya yang berjumlah 237 buah dengan kategori 22

buah pulau berpenghuni, 10 buah pulau berpenghuni sementara dan 205 buah pulau

tidak berpenghuni. Secara geografis Kabupaten Muna terletak di bagian Selatan

Khatulistiwa pada garis lintang 4º 06’ sampai 5.15’ Lintang Selatan dan 122º 8’ Bujur

Timur sampai dengan 123º 15’ Bujur Timur. Kabupaten Muna berbatasan pada

sebelah utara dengan Selat Tiworo dan Kabupaten Konawe Selatan, sebelah Timur

berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara, sebelah Selatan berbatasan dengan

Kabupaten Buton dan sebelah Barat berbatasan dengan Selat Spelman. Luas daratan

Kabupaten Muna adalah sebesar 2.963,97 km atau 296.397 Ha. Luas tersebut

dibagi menjadi 33 kecamatan, yang terdiri dari 205 desa, 31 kelurahan, dan 3 (tiga)

Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT). Wilayah Kabupaten Muna memiliki batas-

batas wilayah sebagai berikut :

a) Bagian Utara Kabupaten Muna berbatasan dengan Selat Spelman.

b) Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara.

c) Bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Buton.

d) Bagian Barat berbatasan dengan Selat Tiworo. (Hermansyah, 2011).

Page 38: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

22

Kecamatan Maligano merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Muna

yang terletak di sebelah utara Pulau Buton yaitu melintang dari Barat ke selatan kira

- kira 4o 36’ LS - 4° 45’ LS dan membujur dari Barat ke Timur antara 122°50’ BT

122°56’ BT. Dimana:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batu Kara

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Buton

Kecamatan Maligano pada umumnya merupakan dataran degan ketinggian

0-1000 meter di atas permukaan laut dengan luas 98,09 Km2, namun demikian

topografis sebagian besar berada pada kisaran 25-100 meter dan 100-500 meter di

atas permukaan laut dengan persentase masing-masing antara 32,37% dan 37,70%

(BPS Kabuparen Muna, 2015). Lokasi penelitian berada di hutan Maligano

Kecamatan Maligano, kondisi lokasi penelitian dekat dengan lading perkebunan

warga dan terdapat aktifitas pembalakan hutan seperti pembakaran hitan dan

penebangan pohon, lokasi penelitian kurang lebih berjarak 3 km dari desa terdekat,

Lokasi sarang burung maleo di Kecamatan Maligano berada di areal pasir terbuka

sekitar aliran sungai dengan titik kordinat 04o 38′ 34.4″ LS dan 122o 52′ 47.4″ BT

dengan ketinggian 34 Mdpl habitat burung maleo di Kecamatan Maligano berada

pada dataran rendah. Visualisasi lokasi penelitian dapat di lihat pada Gambar 3.

Page 39: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

23

Gambar 3. Peta satelit lokasi penelitian di Kecamatan Maligano (foto penelitian).

B. Karakteristik Sarang Burung Maleo

Lokasi sarang burung maleo di kecamatam Maligano di sekitar aliran sungai

pada pasir yang yang lebih tinggi dari aliran sungai dan memiliki sumber panas dari

sinar matahari kondisi areal yang terbuka dan terpapar sinar matahari langsung tanpa

terhalang oleh pepohonan jenis sarang burung maleo di Kecamatan Maligano adalah

sarang komunal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurhalim (2013), sarang burung

maleo berada di dalam hutan terbuka dataran rendah yang dekat atau dikelilingi

dengan sungai. Burung maleo bertelur di areal yang tidak bervegatasi dan letakknya

lebih tinggi dari sungai. Struktur tanah datar yang terdiri dari pasir, debu dan liat

yang terus-menerus mendapatkan penyinaran matahari.

Page 40: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

24

Tabel 1. Karakteristik lubang bertelur burung maleo di Kecamatan Maligano

NoKedalaman

(cm)Lebar (cm) Suhu (oc)

Kelembaban(%)

Keasamantanah (pH)

1 66 40 33.4 70 62 68 40 37.9 60 63 80 68 35.8 50 64 61 72 37.0 70 65 73 45 38.2 70 66 66 54 35.1 60 67 85 51 36.2 70 68 65 40 33.8 70 69 64 70 39.8 80 6

10 68 60 35.3 70 611 56 58 39.1 50 712 54 71 37.0 80 613 68 60 34.2 65 614 72 60 34.4 60 615 70 54 37.9 80 6

Rata-rata

67.73(±8.01) 56.2(±11.32) 36.34(±1.98) 67(±9.60) 6.06(±0.26)

a. Suhu Sarang Burung Maleo

Burung maleo tidak memiliki naluri mengeram dan mengasuk anaknya,

burung maleo hanya mengubur telurnya di dalam lubang lalu meninggalkanya,

Temperatur merupakan hal penting dalam proses penetasan, temperatur yang sesuai

akan mendukung tumbuh kembang embrio. Hasil pengukuran di lapangan (tabel 1)

menunjukan bahwa suhu tanah pada sarang bertelur burung maleo berada pada

kisaran 33.4-39.8 oC dengan rata-rata 36.34 oC suhu ini masih berada pada kisaran

normal untuk penetasan telur burung maleo. Hasil ini diperkuat pernyataan

mackinnon (1981), bahwa burung maleo dapat bersarang di pasir manapun dengan

kisaran suhu 32-38 oC.

Page 41: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

25

Kondisi lokasi penelitian di Kecamatan Meligano merupakan hamparan pasir

terbuka dengan penyinaran matahari langsung, paparan sinar matari langsung terjadi

sepanjang hari dan sangat berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban tanah sehingga

perkembangan embrio dapat terjaga. Gunawan (2000) Menyatakan bahwa habitat

tempat bertelur burung maleo yang bersumber panas dari radiasi matahari maka

temperatur tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca (seperti lamanya penyinaran

matahari dan curah hujan). Burung maleo membuat sarang di hamparan pasir yang

terbuka untuk mendapatkan panas yang maksimal, tanah berpasir dipilih karena tidak

membutuhkan banyak energi untuk menggalinya jika di bandingkan dengan jenis

tanah lain seperti liat tanah jenis ini melekat sehingga menyulitkan burung maleo

untuk melakukan penggalian.

b. Kelembaban Sarang

Kelembaban merupan hal penting selanjutnya dalam proses penetasan telur

burung maleo, kelembaban tanah di pengaruhi oleh iklim. Pada masa inkubasi

kelembaban dan temperatur merupakan dua hal penting untuk mendukung tumbuh

kembang embrio. Kelembaban dan temperatur dibentuk oleh lingkungan selain

paparan sinar matahari tanah menjadi faktor penting sebagai media sarang burung

maleo untuk menyediakan kelembaban dan temperature yang stabil selama masa

inkubasi telur. Kelembaban sarang burung maleo di lokasi penelitian hutan maligano

berada pada kisaran 60-80% dengan rata-rata 67% kondisi ini masih berada dalam

kisaran normal. Kelembaban yang tinggi di pengaruhi oleh kondisi cuaca saat musim

Page 42: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

26

hujan. Visualisasi pengukuran kelembaban tanah menggunakan pH-moisture meter

dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pengukuran kelembaban tanah pada sarang burung maleo di KecamatanMaligano. (foto penelitian).

Hasil ini tidak jauh berbeda dengan Tanari (2007), menyatakan bahwa

kelembaban normal sarang burung maleo yaitu 70.7% pada pagi hari dan 89.5% pada

sore hari, hal ini diperkuat dengan pernyataan Gunawan (2000), bahwa kelembaban

normal sarang burung maleo berkisar antara 60-85%. Hal ini berbeda dengan

pernyataan asmara (2002), yang menyatakan kelembaban sarang bertelur burung

maleo berkisar atara 28-97% dengan rata-rata 59,44%.

c. Kedalaman dan Lebar Sarang

Sarang bagi burung maleo memiliki arti penting demi mendukung regenerasi,

sarang burung maleo tidak memiliki bentuk dan ukuran yang seragam hal ini

disebabkan oleh kondisi lingkungan, tekstur tanah dan naungan vegetasi, burung

Page 43: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

27

maleo membuat sarang di areal tanah berpasir yang sesuai dengan kebutuhan guna

penetasan telur, dalam membuat sarang burung maleo akan mengukur suhu dan

kelembaban yang sesuai, sarang burung maleo bukan berdasarkan ukuran. Gunawan

(2000) menyatakan bahwa penutupan permukaan tanah oleh tumbuhan bawah atau

vegetasi sekunder lainnya di lokasi bertelur dapat menyulitkan burung maleo dalam

menggali sarang, mengurangi areal sarang dan menghalangi proses pemanasan tanah

oleh radiasi matahari. Sarang burung maleo berbentuk kerucut terbalik dengan

permukaan lubang memiliki diameter yang lebih lebar dan mengecil di bagian dasar

lubang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurhalim (2013) Lubang peneluran yang

ada di dua lokasi bertelur berbentuk seperti huruf V yang menjorok masuk ke depan

dengan lebar yang semakin mengecil. Pengukuran pada sarang burung maleo

menggunakan meteran, pengukuran kedalaman dilakukan dari dasar lubang hingga ke

permukaan, sedangkan pengukuran lebar sarang burung maleo di lakukan pada

permukaan lubang. Visualisasi pengukuran kedalaman srang dan lebar sarang dapat

dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pengukuran kedalaman (kiri) dan lebar sarang (kanan) pada lubangbertelur burung maleo di Kecamatan Maligano (foto penelitian).

Page 44: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

28

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Kacamatan Maligano menunjukan

hasil ukuran yang tidak seragam pada lebar sarang sementara itu kedalaman sarang

masih dalam kategori seragam dalam ukuran sarang, kedalaman sarang bervariasi

berkisar antara 54-85 cm dengan rata-rata 67.73 cm. Sementara itu lebar sarang

berkisar antara 40-72 cm dengan rata-rata 56.2 cm. Asmara (2002) menyatakan dalam

penelitian yang dilakukan di Suaka Margasatwa Pinjan-Tanjung Matop Sulawesi

Tengah kedalaman sarang berkisar antara 40-100 cm dengan rata-rata 65,45 cm (±

10,25). Nurhalim (2013), dalam penelitianya yang di lakukan pada dua blok hutan

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai menunjukan bahwa ukuran lubang di lokasi

pertama yaitu panjang 40–60 cm dengan rata-rata 50 cm, sementara ukuran lebar 50–

60 cm dengan rata-rata 56,66 cm. Lokasi peneluran kedua terlihat ukuran lubang

lebih kecil, dengan ukuran panjang lubang berkisar 35–43 cm dengan rata-rata 39,66

cm, sementara ukuran lebar lubang berkisar antara 25–42 cm dengan rata-rata 33,33

cm.

d. pH tanah pada sarang bertelur

pengukuran keasaman tanah (pH) dilakukan menggunakan alat pH-moisture

meter, dapat di lihat pada gambar 4 menunjukan keasaman tanah berada pada angka 6

hal ini membuktikan bahwa pH tanah di dalam lubang berada pada kondisi asam.

Visualisasi pengukuran keasaman tanah dapat di lihat pada Gambar 6.

Page 45: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

29

Gambar 6. Pengukuran pH tanah pada lubang bertelur burung maleo di KecamatanMaligano (foto penelitian).

Keasaman tanah (pH) pada lubang bertelur burung maleo berkisar antara 6-7

dengan rata-rata 6.06, dari 15 lubang hanya terdapat satu lubang yang memiliki pH 7

(normal) dan 14 lubang lainya memiliki pH 6 (asam). Hal ini tidak jauh berbeda

dengan pernyataan Nurhalim (2013) Keasaman tanah (pH) sarang peneluran burung

maleo cukup beragam dari dua lokasi pengamatan pada lokasi pertama yang

merupakan pilihan lokasi bertelur yaitu berkisar antara 6,77–6,84 dengan rata-rata

6,81 dan pada lokasi yang bukan pilihan tempat bertelur berkisar antara 5,36–6,58

(6,05). Sedangkan pH tanah yang menjadi pilihan lokasi bertelur pada lokasi kedua

berkisar 6,87–6,96 dengan rata-rata 6,90, sedangkan untuk lokasi yang bukan pilihan

bertelur berkisar 3,07–6,54 dengan rata-rata 5,36.

e. Struktur Sarang Burung Maleo

Sarang burung maleo berada pada pemukaan tanah berpasir yang dapat

menyimpan panas, tanah dengan tekstur seperti ini dipilih karena berkaitan dengan

temperatur, kelembaban, dan proses penggalian. Pasir yang berada di lokasi

Page 46: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

30

penelitian berwarna hitam pudar dengan batuan kecil hingga sedang, sedangkan

lokasi yang bukan sarang memiliki batuan sedang hingga besar. Hasil uji

laboratorium komposisi tanah pada lubang peneluran burung maleo dapat di sajikan

pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi material tanah pada sarang burung maleo di Kecamatan MaliganoNo sarang Kerikil (%) Pasir (%) Debu (%) Liat (%)

1 13.88 63.55 16.53 6.044 7.51 68.88 16.07 7.549 8.23 72.26 14.79 4.72

Rata-rata 9.87(±3.49) 68.23(±4.39) 15.79(±0.90) 6.1(±1.41)

Berdasarkan data diatas dari uji laboratorium yang menggunakan 3 sampel

tanah penyusun sarang burung maleo didominasi oleh pasir pada kisaran 63.55-72.26

dengan rata-rata 68.23 ±4.39%, debu 14.79-16.59% dengan rata-rata 15.79 ±0.90%,

kerikil 7.51-13.88 dengan rata-rata 9.87 ±3.49%, liat 4.72-7.54 dengan rata-rata 6.1

±1.41%. tektur tanah penyusun sarang burung maleo di Kecamatan Maligano berbeda

dengan tektur tanah penyusun sarang di TNRAW Nurhalim (2013) menyatakan

bahwa penyusun terbesar tempat bertelur pada lokasi pertama adalah pasir dengan

kisaran 89,23–97,90% dengan rata-rata 92,75%, debu 0,87–7,22% dengan rata-rata

4,76% dan liat 1,23–3,55% dengan rata-rata 2,48%.

C. Satwa lain yang ada di habitat burung maleo

Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian satwa lain yang sering

terlihat pada lokasi bertelur burung maleo sebagaimana disajikan pada Tabel 3.

Page 47: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

31

Tabel 3. Pengamatan satwa lain yang terdapat di sekitar lokasi sarang burung maleoNo Nama satwa1 Biawak (Varanus salvator)2 Kadal (Eutropis rudis)3 Elang sulawesi (Spizeatus ianceolatus)4 Burung rangkong (Rhyticeros cassidix)5 Elang bandol (Haliastur indus)6 Babi rusa (babyrousa celebensis)7 Semut8 Ular sanca (phyton raticulatus)9 Monyet (macaca nigra)11 Jingjing batu (hemipus hirundinaceus)

Tabel 3. Menunjukan bahwa terdapat satwa lain yang beraktivitas di lokasi

sarang burung maleo. Saat pengamatan berlangsung terlihat beberapa jenis satwa liar,

satwa liar yang peneliti temui tidak memiliki interaksi langsung dengan burung maleo

beberapa diantaranya bahkan justru tidak menunjukan interaksi sama sekali.

Visualisasi satwa lain di lokasi penelitian di Kacamatan Maligano dapat dilihat pada

Gambar berikut 7-14.

Gambar 7. Babi rusa (Babyrousa celebensis) pemangsa telur burung maleo (fotopenelitian).

Page 48: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

32

Gambar 8. Biawak (Varanus salvator) pemangsa telur burung maleo (fotopenelitian).

Gambar 9. Monyet (Macaca nigra) (foto penelitian).

Gambar 10. Jingjing batu (Hemipus hirundinaceus) (foto penelitian).

Page 49: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

33

Gambar 11. Caladi balacan (Picoides canicapillus) (foto penelitian).

Gambar 12. Burung rangkong (Rhyticeros cassidix) (foto penelitian).

Gambar 13. Kadal (Eutropis rudis) (foto penelitian).

33

Gambar 11. Caladi balacan (Picoides canicapillus) (foto penelitian).

Gambar 12. Burung rangkong (Rhyticeros cassidix) (foto penelitian).

Gambar 13. Kadal (Eutropis rudis) (foto penelitian).

33

Gambar 11. Caladi balacan (Picoides canicapillus) (foto penelitian).

Gambar 12. Burung rangkong (Rhyticeros cassidix) (foto penelitian).

Gambar 13. Kadal (Eutropis rudis) (foto penelitian).

Page 50: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

34

Pengamatan yang dilakukan terhadap satwa lain yang hidup di lokasi sarang

burung maleo tidak menunjukan interaksi antara burung maleo dan satwa lain,

predator seperti babi rusa dan biawak beraktivitas di areal sarang hanya saat burung

maleo telah meninggalkan lokasi sarang. Sedangkan satwa lain seperti monyet,

kadal, jingjing batu, burung rangkong dan caladi balacan tidak berinteraksi sama

sekali dengan burung maleo mereka hanya beraktivitas di pepohonan dan disekitar

lokasi sarang burung maleo. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurhalim (2013)

bahwa keberadaan predator ini sama sekali tidak mengganggu aktivitas burung maleo

saat sudah berada di lokasi bertelur. Akan tetapi, saat maleo masih melakukan

pengintaian dan melihat keberadaan biawak di lokasi penelurannya, maleo akan tetap

berada di atas pohon dan hanya akan turun saat merasa aman.

Menurut Addin (1992) dari beberapa jenis satwa liar yang dijumpai pada

lokasi bertelur burung maleo hanya tiga jenis yang diduga mempunyai interaksi

dengan burung maleo, yaitu babi hutan (Sus scrofa), biawak (Varanus salvator) dan

elang bondol (Haliastur Indus) sedangkan jenis-jenis satwa liar lainnya belum

diketahui secara pasti.

D. Tingkah Laku Bertelur Burung Maleo di Areal Sarang

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada lokasi penelitian dapat diketahui

bahwa tingkah laku bertelur burung maleo dimulai dengan mendatangi lokasi sarang

pada pagi hari umumnya pada pukul 05:15 dan pada sorehari umumnya pada pukul

15:30. Burung maleo berjalan beriringan dan mencari lokasi yang sesuai untuk

Page 51: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

35

dijadikan sarang. Burung maleo jantan lebih aktif dalam mencari lokasi sarang di

bandingkan dengan burung maleo betina. Setelah mendapatkan lokasi yang sesuai

burung maleo akan menggali lubang secara bergantian, pada saat burung maleo

melakukan penggalian maka pasanganya akan melakukan pengawasan di sekitar areal

sarang, penggalian lubang dilakukan kurang lebih selama 30 menit.

Setelah penggalian selesai barulah burung maleo betina akan masuk kedalam

lubang untuk meletakan telurnya. Setelah burung maleo betina selesai meletkan

telurnya maka burung maleo jantan akan menutup lubang. Kemudian burung maleo

akan membuat beberapa lubang tipuan untuk mengecoh para predator. Setelah semua

proses pembuatan sarang selesai burung maleo berjalan menjauhi lokasi sarang.

Burung maleo di Kacamatan Maligano bahkan tidak terbang ketika melihat ada

manusia di sekitar lokasi sarang. Proses penggalian lubang sarang burung maleo

dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Proses penggalian lubang pada areal sarang (foto penelitian).

Hal ini berbeda dengan pernyataan Nurhalim (2013) bahwa ketika burung

maleo di atas pohon (habitatnya), pengintaian dilakukan dengan cara berpindah dari

pohon ke pohon serta mengeluarkan suara atau bunyi yang sangat khas. Sekitar 30

Page 52: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

36

menit melakukan pengintaian, burung maleo akan turun dari atas pohon, dimana

biasanya maleo betina turun terlebih dahulu dan maleo jantan tetap mengawasi

keadaan di sekitar lokasi peneluran atau turun secara bersama-sama.

E. Ukuran Telur

Telur burung maleo memiliki bentuk oval dengan dengan perbandingan 4-5

kali berat telur ayam kamung. Telur burung maleo berwarna coklat keputih putihan

dengan tekstur kerabang yang agak kasar. Menurut Nurhalim (2013), ukuran telurnya

bervariasi berdasarkan lokasi peneluran. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan

habitat yang menunjang proses pembentukan telur tersebut. Makanan adalah faktor

terpenting yang dapat menentukan hal tersebut, ukuran telur burung maleo di

Kecamatan Maligano dapat disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Ukurang telur burung maleo di Kecamatan Maligano

Berat Telur (g)panjang telur

(cm)lebar telur (cm)

indeks telur(%)

1 200 9.5 5.8 61.052 194 9.2 5.9 64.133 199 10.1 5.1 50.504 217 10.3 5.9 57.285 221 9.5 6.1 64.216 193 9.8 5.7 58.167 180 9.6 5.5 57.298 224 10.3 6 58.259 224 10.4 5.9 56.73

Rata-rata 205.78(±16.08) 9.86(±0.43) 5.77(±0.30) 58.62(±4.20)Data diatas menunjukan bahwa berat telur burung maleo berkisar antara 180-

224 g dengan rata-rata 205.75(±16.08) g, panjang telur berkisar antara 9.2-10.4 cm

dengan rata-rata 9.86(±0.43) cm, lebar telur berkisar antara 5.1-6.1 cm dengan rata-

Page 53: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

37

rata 5.77 (±0.30) cm. indeks telur berada pada kisaran 50.50-64.21 % dengan rata-rata

58.62(±4.20) %. Ukuran telur di Kacamatan Maligano masih tergolong seragam.

Ukuran telur burung maleo di Kacamatan Maligano lebih kecil dari ukuran telur

burung maleo yang berada di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW)

Nurhalim (2013) menyatakan bahwa telur burung maleo beratnya berkisar antara

250–255 gram dengan rata-rata 252,6 gr yang 4 kali lipat lebih berat dari telur ayam.

Sementara panjang telur burung maleo berkisar antara 110–112 mm (110,6 mm)

dengan lebar berkisar 63–66 mm (64,33 mm). Pengukuran telur burung maleo

menggunakan jangka sorong dan timbangan analitik untuk mengukur berat telur.

Proses pengukuran telur burung maleo dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Pengukuran telur burung maleo di Kecamatan Maligano (foto penelitian).

Menurut Gunawan (1993), musim bertelur maleo di hutan berlansung antara

Oktober–April setiap tahun dan di pantai berlangsung antara Juni-September. Diduga

musim tersebut merupakan kondisi terbaik untuk penetasan dimana hujan tidak

Page 54: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

38

banyak turun dan sinar matahari di pantai cukup terik sehingga memberikan kondisi

pengeraman yang optimal.

F. Kondisi Masyarakat

Prilaku masyarakat belum sejalan dengan usaha konservasi burung maleo,

pengetahuan yang kurang tentang siklus hidup burung maleo menjadi faktor utama

tidak terjaganya habitat alami burung maleo. Hal tersebut diindikasikan masih adanya

masyarakat yang mengambil telur, memasang jerat untuk induk burung maleo,

mengambil hasil hutan seperti bamboo, rotan dan kayu sehingga dapat mengganggu

habitat burung maleo.

Table 5. Prilaku masyarakat terhadap burung maleo

No Uraian BanyaknyaPresentase

(%)1 Latar belakang pendidikan

Tidak tamat SD 3 30SD 4 40SMP 3 30SMA - 0

2 Mengetahui keberadaan maleo 10 1003 Mengetahui bahwa maleo dilindungi 8 804 Mengetahui lokasi sarang maleo 10 1005 Mengambil induk 3 306 Mengambil telur 10 100

Dikonsumsi 6 60Dijual 4 40

Dari data diatas masyarakat mengetahui keberadaan burung maleo dari 10

responden sebanyak 100% mengetahui keberadaan burung maleo di Kacamatan

Malogano, namun tidak semua masyarakat mengetahui bahwa burung maleo

Page 55: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

39

dilindungi hanya 80% masyarakat yang mengetahui, mengetahui lokasi sarang

burung maleo 100%, mengambil induk burung maleo 30%, mengambil telur burung

maleo 100% masyarakat mengambil telur burung maleo dengan alasan dijual 40%

dan dikonsumsi 60%. Mengambil telur burung maleo bukanlah pekerjaan utama hal

ini dilakukan karena harga jual telur burung maleo di Kecamatan Maligano cukup

tinggi yaitu Rp. 50.000,-/butir hasil penjualan telur cukup menggiurkan bagi mereka.

Tanari (2007) menyatakan bahwa kegagalan utama konsevasi didominasi oleh

kerusakan hutan, alih fungsi lahan yang bahkan mengarah ke hilangnya habitat,

kesadaran masyarakat yang rendah terhadap konservasi burung maleo.

Page 56: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

40

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sarang Burung Maleo berada disekitar aliran sungai berpasir, yang lebih

tinggi dari aliran sungai, memiliki sumber panas, pada areal yang terbuka dan

terpapar sinar matahari langsung tanpa terhalang pepohonan, dengan ukuran yang

tidak seragam. Keasaman tanah (pH) pada lubang bertelur berkisar 6-7 dengan.

Kelembaban 60-80%.

Tingkah laku bertelur burung maleo yaitu mendatangi lokasi sarang pagi hari

umumnya pada pukul 05:15 dan pada sore hari umumnya pada pukul 15:30, mencari

lokasi yang sesuai, menggali lubang secara bergantian, meletakan telurnya dan

membuat beberapa lubang tipuan untuk mengecoh para predator, berat telur berkisar

antara 180-224 g. yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain.

B. Saran

Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah populasi,

habitat, daerah penyebaran serta peranan masyarakat dalam menjaga serta

melestarikan flora dan fauna di sekitar hutan Maligano. Selain itu Guna menjaga

kelestarian burung maleo, diperlukan upaya pengamanan dengan melakukan

penangkaran di habitat alami burung maleo.

Page 57: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

41

DAFTAR PUSTAKA

Addin, A, 1992. Karakteristik mikro habitat tempat bertelur burung maleo(Macrocephalon maleo SAL. Muller 1846) pada habitat alami dalam upayapenangkaran di Suaka Margasatwa Buton Utara Sulawesi Tenggara. SkripsiFakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Argeloo M, 1994. The Maleo Macrocephalon maleo: New information on thedistribution and status of Sulawesi's Endemic Megapode, Bird ConservationInternational / Volume 4 / Issue 04 / December 1994, pp 383 - 393DOI:10.1017/S0959270900002896, Published online: 11 May 2010,http://journals.cambridge.org/BCI.

Asmara, IY, 2002. Karakteristik Fisik Sarang Burung Maleo (Macrocephalon Maleo)di Suaka Marga Satwa Pinjani-Tanjung Matop, Sulawesi Tengah. JurnalFakultas Peternakan, UNPAD, Bandung.

Buchart, S.H.M, Backer Gillian C,. 1999. Priority Sites For Conservation Of Maleos(Macrocephalon Maleo) In Central Sulawesi, Department of Zoology,Downing Street, Cambridge CB2 3EJ, UK, 102a Chester Terrace, BrightonBN1 6GD, UK, Biological Conservation 94 (2000) 7991.

Bulletin Rimbawan, 2011. Suara maleo. Edisi 1/Maret. Hal 07. Sulawesi Tengah.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupatan Muna, 2015. Statistik Daerah KecamatanMaligano 2015, No. Publikasi: 7402111.1502 Katalog BPS:1401001.7402111, Muna.

Convention on International Trade In Endangered Species of Wild Fauna and Flora,2012. Appendices I, II and III, valid from 3 April 2012, Unep.

Dekker, R.W.R.J, 1990. the distribution and status of nesting grounds of the maleomacrochepalon maleo in sulawesi, indonesia, institute of taxonomiczoology, University of Amsterdam.

Gorog, J.A, Pamungkas, Bhayu, J. Lee, Robert, 2005. Nesting ground abandonmentby the maleo (Macrocephalon Maleo) in north Sulawesi: IdentifyingConservation Priorities for Indonesia’s Endemic Megapode, BiologicalConservation 126 (2005) 548–555.

Page 58: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

42

Gunawan, H, 1993. Burung maleo (Macrocephalon Maleo SAL. MULLER 1846)satwa langka endemik Sulawesi. Buletin Rimba Sulawesi. Ujung Pandang,Volume : hlm 12-23.

Gunawan, H, 1994. Karakteristik lapangan peneluran alami burung maleo(macrocephelon maleo) di taman nasional dumoga Bone, Sulawesi Utara.Jurnal penelitian kehutanan 7(1): 176-188.

Gunawan, H, 2000. Strategi burung maleo (Macrocephalon maleo SALL. MULLER1846) dalam seleksi tempat bertelurnya di Sulawesi. Tesis. Programpascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hermansyah, L.O, 2011. Kajian Potensi Kawasan Hutan Suaka Margasatwa ButonUtara dan Keterkaitannya Dengan Masyarakat. Universitas Indonesia.Tesis. Program Studi Kajian Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana.Jakarta. Juli 2011.

Irwanto, 2006. Rencana Perbaikan Habitat Satwa Liar Burung Pasca Bencana AlamGunung Meletus. Diakses tanggal 02 April 2012 pukul 21.30 WIB.

MacKinnon, John, 1981. Methods for the Conservation of Maleo Birds,Macrochephalon Maleo on the Island of Sulawesi, Indonesia.

Nurhalim, 2013. Karakteristik Habitat dan Tingkah laku Bertelur Burung Maleo(macrocephalon maleo sal. Muller 1846) di Blok Hutan Pampaea TamanNasional Rawa Aopa Watumohai, Skripsi, Jurusan Peternakan, FakultasPeternakan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 1999. Nomor 7 Tahun 1999 tentangPengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa, Presiden Republik Indonesia.

Ruddiah, 2012. Kajian Tentang Respon Fisiologis Burung Maleo (MacrocephalonMaleo) Balai Penelitian Daerah, Sulawesi Tengah.

Saerang J.L.P., Vonny R.W.R., dan Lucia L.,2011. Teknologi penetasan burungmaleo (Macrocephelon maleo) sebagai upaya untuk mengatasi kepunahan.Univerrsitas Sam Ratulangi. Manado.

Surat Keputusan Menteri Kehutanan, 1991. Nomor: 301/kpts-ii/1991, TentangInventarisasi Satwa yang Dilindungi Undang-Undang Dan Atau Bagian-Bagiannya yang Dipelihara Oleh Perorangan.

Page 59: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

43

Surat Keputusan Menteri Kehutanan, 1992. Nomor 882/KPTS-II/1992 Tahun 1992Tentang Penetapan Tambahan Beberapa Jenis Satwa Yang DilindungiUndang-Undang Disamping Jenis-Jenis Satwa yang Telah Dilindungi.

Surat Keputusan Mentri Pertanian, 1970. Nomor. 421/kpts/Um/8/1970 tentangTambahan Ketentuan Dierenschbechermings Ordonatie 1931 Jo,Dierenschbechermings Verordening 1931, Melindungi Jenis-Jenis BinatangLiar Yang Dilindungi.

Tanari, M, Rusiyantono, Y, Hafsah, 2008. Teknologi Penetasan Telur Burung Maleo(Macrocephalon Maleo Sal. Muller 1846) Sebagai Upaya Konservasi.Jurnal Agroland 15 (4) : 336 - 342.

Tanari Mobius. 2007. Karakteristik Habitat, Morfologi dan Genetik SertaPengembangan Teknologi Penetasan Ex Situ Burung Maleo(macrocephalon maleo Sal Muller 1846) Sebagai Upaya MeningkatkanEvektivitas Konservasi, Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, Institut PertanianBogor, Bogor.

Undang Undang No. 5 Tahun 1990, Tentang : Konservasi Sumberdaya Alam Hayatidan Ekosistemnya, 10 Agustus 1990, LN 1990/49; TLN NO. 3419, Jakarta.

Yuliani, N. 2008. Burung Maleo ( Macrocephalon maleo) Salah Satu SatwaEndemikSulawesi yang Terancam Punah. Jurnal Nusa Sylva. Vol. 8: 24–30.

Page 60: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

LAMPIRAN

Page 61: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

45

Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan

Pengamatan karakteristik sarang burung maleo.

Page 62: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

46

Pengamatan tingkah laku bertelur burung maleo.

Wawancara dengan warga

Page 63: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

47

Lampiran 2. Data pengukuran karakteristik sarang burung maleo.

Data karakteristik sarang burung maleo.

NoKedalaman

(cm)Lebar(cm)

Suhu (oc)Kelembaban

(%)Keasaman tanah

(pH)1 66 40 33.4 70 62 68 40 37.9 60 63 80 68 35.8 50 64 61 72 37.0 70 65 73 45 38.2 70 66 66 54 35.1 60 67 85 51 36.2 70 68 65 40 33.8 70 69 64 70 39.8 80 6

10 68 60 35.3 70 611 56 58 39.1 50 712 54 71 37.0 80 613 68 60 34.2 65 614 72 60 34.4 60 615 70 54 37.9 80 6

Hasil analisis tanah Laboratorium Unit Tanah Fakultas Pertanian.

No sarang Kerikil (%) Pasir (%) Debu (%) Liat (%)1 13.88 63.55 16.53 6.044 7.51 68.88 16.07 7.549 8.23 72.26 14.79 4.72

Page 64: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

48

Page 65: KARAKTERISTIK SARANG DAN TINGKAH LAKU BERTELUR …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/L1A112089_sitedi_skripsi.pdf · Alam Maligano Kabupaten Muna pada bulan Februari sampai April 2016

49

Lampiran 3. Data pengukuran dan penimbangan telur burung malo.

Data bobot telur burung maleo

Berat Telur (g)panjang telur

(cm)lebar telur (cm)

indeks telur(%)

1 200 9.5 5.8 61.052 194 9.2 5.9 64.133 199 10.1 5.1 50.504 217 10.3 5.9 57.285 221 9.5 6.1 64.216 193 9.8 5.7 58.167 180 9.6 5.5 57.298 224 10.3 6 58.259 224 10.4 5.9 56.73