karakteristik fisik dan aktivitas antioksidan ekstrak … · kedua orang tua, ayahanda usman dan...
TRANSCRIPT
i
KARAKTERISTIK FISIK DAN AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN EKSTRAK KAYU SECANG PADA
BAKSO DAGING SAPI SELAMA PENYIMPANAN
SKRIPSI
OLEH
DARTINA
I 111 13 028
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
KARAKTERISTIK FISIK DAN AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN EKSTRAK KAYU SECANG PADA
BAKSO DAGING SAPI SELAMA PENYIMPANAN
SKRIPSI
Oleh
DARTINA
I 111 13 028
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
v
ABSTRAK
DARTINA. I 111 13 028. Karakteristik Fisik dan Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Kayu Secang pada Bakso Daging Sapi selama Penyimpanan. Dibawah
bimbingan oleh EFFENDI ABUSTAM sebagai pembimbing utama dan
HIKMAH M. ALI sebagai pembimbing anggota.
Bakso merupakan salah satu produk olahan daging yang sangat populer
dan disukai semua kalangan masyrakat, salah satu upaya untuk mempertahankan
kualitas bakso maka perlu dilakukan penambahan ekstrak kayu secang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bentuk berbeda ekstrak kayu
secang terhadap karakteristik fisik dan aktivitas antioksidan ekstrak kayu secang
pada bakso daging sapi selama penyimpanan. Penelitian menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) pola faktorial, faktor A adalah bentuk ekstrak kayu secang
(ekstrak secang cair dan ekstrak secang bubuk), dan faktor B adalah masa
penyimpanan, (0, 7, dan 14 hari) masing-masing 3 kali ulangan. Parameter yang
diukur yaitu nilai TBA, susut masak dan daya putus bakso. Hasil penelitian
menunjukkan pemberian ekstrak kayusecang pada bentuk cair mampu
menurunkan nilai TBA dan bentuk bubuk menurunkan nilai susut masak dan daya
putus bakso. Semakin lama masa penyimpanan hingga 14 hari maka menurunkan
nilai susut masak serta daya putus bakso dan meningkatkan nilai TBA.
Penambahan ekstrak kayu secang pada bentuk berbeda pada tiap masa
penyimpanan memiliki respon yang sama terhadap susut masak, daya putus, dan
TBA bakso daging sapi. Hasil terbaik menggunakan ekstrak kayu secang
berbentuk bubuk dengan penyimpanan 14 hari.
Kata kunci: Bakso, kayu secang, TBA, susut masak dan daya putus bakso
vi
ABSTRACT
DARTINA. I 111 13 028. Physical Characteristics and Antioxidant Activity
Wood Extracts Secang On Meatball Beef During Storage. Under the guidance of
EFFENDI ABUSTAM as the main coach and HIKMAH M. ALI as Co-
Supervisor
Meatball is one of the meat processed products that are very popular and well
liked by all people, one of the efforts to maintain the quality of meatballs, it is
necessary to add the extract of secang wood. The purpose of this study is to
determine the effect of different forms of secang wood extract on physical
characteristics and antioxidant activity of secang wood extract on beef meatballs
during storage. The research using Randomized Completely Randomized Design
(RAL) factorial pattern, Factor A is the extract of secang wood (extract secang
liquid and extract of powder), and factor B is storage period (0, 7, and 14 days) .
Parameters measured were the value of TBA, cooking loss and shear force value
of meatballs. The results showed that giving secang wood extract in liquid form
can decrease the value of TBA and powder form decrease cooking loss value and
shear force value of meatball. The long storage period up to 14 days then decrease
the value of cooking loss and the shear force value of meatball and increase the
value of TBA. The addition of secang wood extract to different forms in each
storage period has the same response to cooking loss, shear force value, and TBA
of beef meatball. Best results using a secang powdered wood extract with 14 days
storage.
Keywords: Meatball, wood secang, TBA, cooking loss and shear force value of
meatball
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim…..
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji dan syukur penulis senantiasa panjatkan rahmat dan karunia Allah
SWT yang senantiasa memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir/ Skripsi pada waktu yang tepat. Skripsi
tersebut berjudul “Karakteristik Fisik dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kayu
Secang pada Bakso Daging Sapi selama Penyimpanan” sebagai Salah Satu Syarat
untuk memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Penulis dengan rendah hati mengucapakan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini
utamanya:
1. Segala hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir.
M.S. Effendi Abustam, M.Sc. selaku Pembimbing utama dan Bapak Dr.
Hikmah M. Ali, S.Pt, M.Si. selaku pembimbing Anggota, atas segala bantuan
dan keikhlasannya untuk memberikan bimbingan, motivasi, nasehat dan saran-
saran sejak awal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
2. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada Ibu Dr. Wahniyathi
Hatta, S.Pt., M.Si, Ibu Endah Murpi Ningrum, S.Pt., M.P dan Bapak Dr.
Muhammad Yusuf, S.Pt. atas saran-saran dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Marhamah Nadir, SP, M.Si, Ph. D. selaku Penasehat Akademik.
viii
4. Ibu Prof. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc selaku Ketua Program Studi
Teknologi Hasil Ternak, terima kasih atas segala bantuan terhadap penulis
selama menjadi mahasiswa di Program Studi THT, Fakultas Peternakan.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku Dekan Fakultas
Peternakan dan seluruh Staf Pegawai Fakultas Peternakan, terima kasih atas
segala bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas
Peternakan.
6. Ibu dan Bapak Dosen tanpa terkecuali yang telah membimbing saya selama
kuliah di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
7. Bapak Prof. Dr. Ir. M.S. Effendi Abustam, M.Sc selaku Pembimbing
Praktek Kerja Lapang (PKL) yang telah membimbing penulis selama
pelaksanaan PKL.
8. Terima kasih kepada Kakanda Syamsuddin, S.Pt., selaku Pembimbing
Lapangan Selama Penelitian dan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang telah
banyak membantu penulis selama pelaksanaan PKL.
9. Kedua orang tua, ayahanda Usman dan ibunda Najji atas segala doa,
motivasi, teladan, pengetahuan dan dukungan penuh kasih sayang terbesar dan
selamanya sehingga penulis selalu berusaha dengan semangat dan percaya
diri. Kepada ketiga kakak penulis Darmawati, Sudirman dan Nurmiah S.Pd
yang selalu memberikan doa, bantuan dan dukungan yang telah banyak
memberikan semangat dan selalu menjaga penulis dengan penuh sikap tegas
serta selalu mengingatkan kodrat saya sebagai perempuan untuk menjaga
kesopanan dalam berpakaian dan bertutur kata. Keponakan penulis
ix
Muhammad Nufail Danish yang selalu menjadi sahabat setia penulis untuk
menjadi teman penghibur di saat lelah menghampiri.
10. Teman satu tim Praktek Kerja Lapang (PKL) Andi Tuang, Rahman,
Indrawati Basmar dan Eka Wahyuni terima kasih atas kerja sama dan
bantuannya mulai dari rencana sampai selesainya Praktek Kerja Lapang
(PKL).
11. Kakanda Team penelitian Nurul Ilmi Harun S.Pt, terima kasih telah
menjadi kaka yang memberihkan banyak pelajaran, bantuan dan ilmu yang
sangat berguna kepada penulis.
12. Kepada teman cimit-cimitku kak Nurul Ilmi Harun S.Pt, Abd.Rahman,
Indrawati Basmar dan Tuang terima kasih telah setia membantu penulis
dalam segala hal dan telah mengerti penulis meskipun terkadang penulis
banyak maunya, menjengkelkan dan susah diatur, tapi saya yakin bahwa rasa
sayang kalian lebih besar daripada rasa jengkelnya.
13. Kepada sahabat-sahabat setiaku “Kesayangan” Heriyana Muheyyade, Fitria
Ananda Eka putri AR, Andi Tuang, terima kasih atas segala kebaikan,
bantuan dan kebersamaan yang kalian berikan kepada penulis selama ini.
Kepada Ainun Raudya Tuz Zahira terima kasih atas segala motivasi, saran
dan bantuan yang diberikan kepada penulis dan telah menjadi pendengar yang
baik penulis.
14. Kepada sahabat sekaligus tempat curhat Nuhra Singgkeru, Ayu Handirsa,
Supardi Wiranata Subir dan A.umi Irma terima kasih atas segala kebaikan,
bantuan dan dukungan yang kalian berikan kepada penulis selama ini, yang
x
setia bertahan menemani dan mendukung penulis dan menjadi pendengar yang
baik penulis.
15. Seluruh Sahabat-sahabat LARFA-ku terima kasih telah menemani penulis
disaat suka maupun duka selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.
Kalian adalah bagian-bagian lembaran kehidupan yang sangat ingin aku
ceritakan kepada anak cucuku nanti.
16. Sahabat-sahabat ”THT 13 ; Ainun , Rahman, Eka, Tri Wahyuni, Indah,
Ita, Ani, Fitri Endang, Erna, Ira, Linda, Aci, Fira, Vika, Rifadha, Getri,
Bernice, Niar, Hikmah, Sukma, Atira, Nita, Sertin, Upy, Alim, Tyo,
Syafi’i, Akbar Hapdang, Ardi, Dhayat, Wahyu, Febriansyah, Gede, Ode,
Dede, Wawan, Ashyadi.” terima kasih yang setinggi-tingginya atas segala
pengorbanan, bantuan, pengertian, canda tawa serta kebersamaan selama ini.
persahabatan kita membawa kesuksesan.
17. Kepada Kakanda Syamsuddin, S.Pt, Kakanda Syachroni, S.Pt, Kakanda
Andri Teguh Prabowo, S.Pt, Kakanda Nurul Ilmi Harun S.Pt, Asmi
Mangalisu, S.Pt, Kakanda Syahriana sabil, S.Pt, Kakanda Rachmat
Budianto S.Pt, Kakanda Nur Ichwan Husain, S.Pt, Kakanda Haikal S.Pt,
Andi Dharmawan Wicaksono, S.Pt, dan kakanda Kartina S.Pt, terima kasih
atas bantuan dan motivasinya kepada penulis.
18. Terima kasih kepada Rekan-Rekan Asisten Teknologi Pengolahan Limbah
dan Sisa Hasil Ternak atas bantuan, pengalaman dan ilmu yang diberikan
selama penulis kuliah di Fakultas Peternakan.
xi
19. “SEMA FAPET-UH” atas segala bentuk pengalaman dan ilmu yang telah di
ajarkan kepada penulis.
20. “HIMATEHATE-UH” yang selalu memberi keceriaan dan bagian paling
bersejarah dalam harian penulis.
21. Kepada Tanduk 01, Caput 02, Spider 03, Hamster 04, Lebah 05, Colagen
06, 07 Rumput, Bakteri 08, Merpati 09, Matador 10, Situasi 10,
Solandeven 011, Flock Mentality 012, dan Larfa 013, Ant 014, Rantai 015,
Tanduk 016 penulis ucapkan banyak terima kasih.
22. Teman-teman KKN Reguler UNHAS angkatan 93 khususnya Kecamatan
Liliriaja, Kelurahan Appanang, Kabupaten Soppeng; Sudin , Afdal Karim,
Arisman, Misbah, Titis , Lisa , Metri dan Nuhra Singkerru. Terima Kasih
dukungan dan motivasi yang mengalir kepada penulis.
23. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, Terima Kasih atas
segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dengan limpahan berkah, rahmat,
karunia dan hidayah-Nya. Amin. Melalui kesempatan ini penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya mendidik, apabila dalam penyusunan skripsi ini
terdapat kekurangan dan kesalahan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca Amin. Wassalam.
Makassar, Mei 2017
Dartina
xii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Bakso ............................................................................. 3
Tinjauan Umum Kayu Secang .................................................................. 6
Tinjauan Umum Penyimpanan ................................................................. 9
Tinjauan Umum Antioksidan .................................................................... 12
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat .................................................................................... 14
Materi Penelitian ...................................................................................... 14
Rancangan Penelitian ............................................................................... 15
Prosedur Penelitian ................................................................................... 15
Pengukuran Parameter .............................................................................. 17
Analisa Data ............................................................................................. 21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai TBA (Thiobarbituric acid) ............................................................. 22
Susut Masak .............................................................................................. 26
Daya Putus Bakso .................................................................................... 29
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 33
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... 51
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Diagram Alir Prosedur Penelitian ............................................................. 20
xiv
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Standar Mutu Bakso ................................................................................... 4
2. Nilai Rata-Rata TBA (mg malonaldehida/kg) Bakso Daging Sapi
dengan Penambahan Ekstrak Kayu Secang pada Bentuk Berbeda serta
Lama Penyimpanan .................................................................................... 22
3. Nilai Rata-Rata Susut Masak (%) Bakso Daging Sapi dengan
Penambahan Ekstrak Kayu Secang pada Bentuk Berbeda serta Lama
Penyimpanan .............................................................................................. 26
4. Nilai Rata-Rata Daya Putus (kg/cm2) Bakso Daging Sapi dengan
Penambahan Ekstrak Kayu Secang pada Bentuk Berbeda serta Lama
Penyimpanan .............................................................................................. 29
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Teks
1. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Penambahan Bentuk Ekstrak Kayu
Secang pada Penyimpanan Berbeda terhadap Nilai TBA Bakso Daging
Sapi ............................................................................................................. 38
2. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Penambahan Bentuk Ekstrak Kayu
Secang pada Penyimpanan Berbeda terhadap Nilai Susut Masak Bakso
Daging Sapi ................................................................................................ 41
3. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Penambahan Bentuk Ekstrak Kayu
Secang pada Penyimpanan Berbeda terhadap Nilai Daya Putus Bakso
Daging Sapi ................................................................................................ 44
4. Dokumentasi Penelitian ............................................................................. 48
1
PENDAHULUAN
Bakso merupakan salah satu produk olahan daging yang sangat populer
dan disukai semua kalangan masyrakat. Bakso dikenal sebagai produk yang
praktis dan dapat dikomsumsi kapan saja, serta terdiri dari beraneka ragam varian
rasa. Kesukaan komsumen tersebut sangat bergantung terhadap kualitas bakso
yang disajikan, dimana kualitas ini dipengaruhi oleh bahan, cara pembuatan,
penyimpanan dan cara penyajianya.
Penyajian bakso pada konsumen terdiri dari dua macam yaitu segar dan
beku. Bakso yang dijual segar akan langsung dikonsumsi oleh konsumen sesaat
setelah pembuatan, sedangkan untuk mengatasi kendala bakso segar yang tidak
dapat bertahan dalam waktu lama jika hanya disimpan di suhu ruang maka
dilakukan penyimpanan dalam bentuk beku. Pada penyimpanan beku, bakso
dapat bertahan selama beberapa minggu dengan beberapa perubahan sifat.
Menurut Rahmi (2009) Kayu secang merupakan sumber antioksidan alami.
khasiat tanaman secang sudah banyak diketahui, baik sebagai antimikroba,
antioksidan, maupun zat pewarna alami. Komponen brazilin merupakan spesifik
dari kayu secang yang dapat memberikan warna merah kecoklatan jika teroksidasi
atau dalam suasana basa. Selain itu, brazilin ini diduga juga dapat melindungi
tubuh dari keracunan akibat radikal kimia.
Bakso dengan penambahan ekstrak kayu secang dapat dijadikan sebagai
pangan fungsional yang tidak hanya enak dan disukai konsumen tetapi juga sehat.
Penambahan ekstrak kayu secang pada bakso diharapkan mampu
mempertahankan kualitas selama masa penyimpanan, dan produk dapat disukai
2
oleh konsumen. Hal inilah yang melatarbelakangi pelaksanaan penelitian
mengenai karakteristik fisik, dan organoleptik bakso dengan ekstrak kayu secang
pada masa penyimpanan.
Beberapa komponen penyusun daging dapat mempercepat pembusukan
sehingga mempengaruhi kualitas dan daya simpan bakso. Upaya memperbaiki
kualitas bakso daging sapi dilakukan penambahan ekstrak kayu secang pada
bentuk berbeda terhadap karakteristik fisik dan aktivitas antioksidan bakso daging
sapi pada penyimpanan yang berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bentuk berbeda ekstrak
kayu secang dan lama penyimpanan terhadap karakteristik fisik dan aktivitas
antioksidan bakso daging sapi. Kegunaan dari penelitian ini adalah memberikan
informasi ilmiah kepada masyarakat dan industri bahwa ekstrak kayu secang
dapat digunakan untuk menghasilkan bahan pangan fungsional serta
memanfaatkan ekstrak kayu secang dalam proses pengolahan bakso.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Bakso
Standar Nasional Indonesia (1995) menyebutkan bahwa bakso daging
merupakan makanan berbentuk bulatan atau lain yang diperoleh dari campuran
daging ternak (kadar daging tidak kurang dari 50%) dan pati atau serelia dengan
atau tanpa penambahan makanan yang diizinkan. Pada umumnya bahan baku
utama bakso terbuat dari daging segar yang belum mengalami rigor mortis.
Daging sapi fase pre-rigor mortis memiliki daya ikat air yang tinggi, dalam arti
kemampuan protein daging mengikat dan mempertahankan air tinggi sehingga
menghasilkan bakso dengan kekenyalan tinggi.
Pada umumnya bahan baku utama bakso biasanya terbuat dari daging segar
yang belum mengalami rigor mortis. Daging sapi fase pre-rigor mortismemiliki
daya ikat air yang tinggi, dalam arti kemampuan protein daging mengikat dan
mempertahankan air tinggi sehingga menghasilkan bakso dengan kekenyalan
tinggi. Hal ini didukung oleh perubahan daging sapi fase pre-rigor mortis ke rigor
mortisselama penggilingan, pencampuran, penghalusan, pencetakan dan
perebusan sangat memacu kekenyalan bakso (Prastuti, 2010).
Bakso merupakan produk olahan daging dimana daging tersebut telah
dihaluskan terlebih dahulu dan dicampur dengan bumbu, tepung dan kemudian
dibentuk bola-bola kecil lalu direbus dalam air panas (Montolalu et al., 2013).
(Sunarlim R 1992) menyatakan Bakso yang ada di pasaran umumnya
merupakan bakso yang berasal dari daging sapi. Secara tidak disengaja daging
yang dipasarkan terutama di pasar-pasar tradisional, mengalami proses pelayuan
4
pada suhu kamar, namun waktu/lamanya tidak tertentu, dapat singkat sampai
panjang, sehingga mutu yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan.
Bakso merupakan produk pangan yang populer dan digemari semua lapisan
masyarakat dan salah satu produk industri pangan, memiliki standar mutu yang
telah ditetapkan. standar mutu bakso menurut Standar Nasional Indonesia, dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar Mutu Bakso
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan
1.1 Bentuk - Normal, khas daging
1.2 Bau - Gurih
1.3 Rasa - Normal
1.4 Warna - Kenyal
2 Air %b/b Maks 70,0
3 Abu %b/b Maks 3,0
4 Protein %b/b Min 9,0
5 Lemak %b/b Maks 2,0
6 Boraks - Tidak boleh ada
7 Bahan Tambahan Makanan
Sesuai dengan SNI
8 Cemaran logam
8.1 Timbal mg/kg Maks 2,0
8.2 Tembaga mg/kg Maks 20,0
8.3 Seng mg/kg Maks 40,0
8.4 Timah mg/kg Maks 40,0
8.5 Raksa mg/kg Maks 0,03
9 Cemaran Arsen mg/kg Maks 1,0
10 Cemaran Mikroba
10.1 Angka Lempeng Total koloni/g Maks 1 x 105
10.2 Bekteri bentuk koli APM/g Maks 10
10.3 E. Coli APM/g <3
10.4 Enterococci koloni/g Maks 1 x 103
10.5 Clostridium perfingens koloni/g Maks 1 x 102
10.6 Salmonella - Negatif
10.7 Staphylococcus aureus koloni/g Maks 1 x 102
Sumber : Standar Nasional Indonesia, 1995
5
Pada pembuatan bakso daging, kesegaran dan jenis daging sangatlah
mempengaruhi mutu dari bakso tersebut. Oleh karena itu, digunakan jenis daging
yang baik dan bermutu tinggi. Sebaikknya dipilih jenis daging yang masih segar,
berdaging tebal, dan tidak banyak lemak sehingga rendemennya tinggi. Selain itu,
cara pengolahan bakso juga sangat mempengaruhi mutu bakso yang dihasilkan,
misalnya jika lemak atau kulit terambil, warna bakso yang dihasilkan kotor atau
agak abu-abu (Wibowo, 1995).
Bakso terdiri dari dua yaitu bakso langsung konsumsi atau bakso dengan
penyimpanan. Bakso langsung dikonsumsi adalah bakso yang dimasak dengan air
panas dan kemudian dijual langsung ke konsumen pada hari yang sama di pasar
tanpa dikemas sedangkan bakso dengan penyimpanan adalah bakso yang
didinginkan, dikemas vakum kemudian dijual di refigerator toko-toko ataupun
yang disimpan dalam suhu ruang. Sejumlah besar bakso dijual dalam keadaan
dikemas vakum dan dibekukan. (Feiner, 2006).
Bakso yang tidak dikemas kadang-kadang dicelupkan dalam larutan yang
mengandung benzoat atau sorbat, yang melapisi permukaan dan bertindak sebagai
pengawet, akan tetapi penyimpanan yang terlalu lama dapat menurunkan kualitas
dari produk yang dibekukan. Bakso yang dikemas vakum sering diperoleh pada
swalayan atau mini market dengan menggunakan berbagai macam bahan
pengemasan yang dibuat untuk mempertahankan kualitas bakso kemasan tersebut.
Kualitas bakso dipengaruhi oleh beberapa kriteria , mulai dari penyediaan bahan
baku sampai dengan proses pengolahan menjadi bola-bola bakso, (Feiner, 2006).
6
Tinjauan Umum Kayu Secang
Secang (Caesilpinia sappan L.) merupakan tumbuhan perdu yang berduri
banyak, dengan tinggi 5 sampai 10 m. Tumbuhan ini umumnya tumbuh pada
pegunungan yang berbatu tetapi beriklim tidak terlalu dingin. Akar secang
berserabut dan berwarna gelap. Bagian batang secang dapat mencapai diameter 14
cm berwarna coklat keabuan (Heyne, 1987). Secang dikenal dengan berbagai
nama, seperti seupeueng, (Aceh), sepang (Gayo), sopang (Toba), lacang
(Minangkabau), secang (Sunda), secang (Madura), sepang (Sasak), supa (Bima),
sepel (Timor), hape (Sawu), hong (Alor), sepe (Roti) sema (Manado), dolo (Bare),
sapang (Makassar), sepang (Bugis), sepen (Halmahera selatan), savala (
Halmahera utara), dan suou (Jepang).
Kayu Secang merupakan tanaman yang telah lama dimanfaatkan sebagai
tanaman obat. Di Indonesia, kayu secang dimanfaatkan sebagai pewarna merah
minuman. Biji tumbuhan ini berfungsi sebagai bahan sedatif, kayu dan batangnya
dapat mengobati TBC, diare, dan disentri, sedangkan daun-daunnya dapat
dimanfaatkan untuk mempercepat pematangan buah pepaya dan mangga
(Adawiyah et. al., 2003). Kayu secang juga berkhasiat mengaktifkan aliran darah,
melarutkan gumpalan darah, mengurangi bengkak (swelling), meredakan nyeri
(analgesik), menghentikan perdarahan, antiseptic dan masih banyak kandungan
dari kayu secang yang dapat dimamfaatkan terutama dalam pengobatan
(Dalimartha, 2009).
Menurut Safitri (2002), ekstrak kayu secang mengandung lima senyawa
aktif jenis flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan. Asam lemak tidak jenuh
7
sangat rentan terhadap reaksi oksidasi, terutama reaksi autooksidan. Reaksi ini
meliputi tiga tahap reaksi oksidasi, yaitu tahap inisiasi, propogasi, dan terminasi.
Menurut Hariana, (2006) Kandungan kimia kayu secang ada 4 yang sangat
penting yaitu sebagai berikut.
1. Brazilin merupakan kristal berwarna kuning, akan tetapi jika teroksidasi akan
menghasilkan senyawa brazilein (C16H12O5) yang berwarna merah. Brazilien
merupakan senyawa antioksidan yang mempunyai katekol dalam struktur
mempunyai efek melindungi tubuh dari keracunan akibat radikal kimia.
Brizilien mempunyai efek anti-inflamasi dan anti bakteri.
2. Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik
yang banyak merupakan pigmen tumbuhan. Fungsi kebanyakan flavonoid
dalam tubuh manusia adalah sebagai antioksidan. Antioksidan melindungi
jaringan terhadap kerusakan oksidatif akibat radikal bebas yang berasal dari
proses-proses dalam tubuh atau dari luar.
3. Tanin adalah komponen zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari
senyawa fenolik yang mempunyai berat molekul 500-3000 serta dapat bereaksi
dengan protein. Tanin bersifat sebagai antibakteri dan astringent atau
menciutkan dinding usus yang rusak karena asam atau bakteri.
4. Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan.
Fenolik memiliki cincin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi (OH) dan
gugus – gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama
senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakkan memiliki gugus
hidroksil lebih dari satu sehingga disebut polifenol. Pada industri makanan dan
8
minuman, senyawa fenolik berperan dalam memberikan aroma yang khas
pada produk makanan dan minuman, sebagai zat pewarna makanan dan
minuman, dan sebagai antioksidan. Pada industri farmasi dan kesehatan,
senyawa ini banyak digunakan sebagai antioksidan, antimikroba, antikanker
dan lain-lain, contohnya obat antikanker (podofilotoksan), antimalaria
(kuinina) dan obat demam (aspirin).
Pada penelitian (Suryo, 2011) menyatakan secang yang ditambahkan pada
pembuatan sosis sapi mempengaruhi karakteristik sosis sapi dari aktivitas
antioksidan, total fenol dan karakteristik sensori yang dihasilkan. Secang yang
digunakan sebagai antioksidan alami pada penelitianya dari dua variasi, yaitu
ekstrak secang cair dan bubuk ektrak secang, dimana pada pengujian
antioksidan menujukkan bahwa penambahan ekstrak secang cair berpengaruh
terhadap aktivitas antioksidan dimana semakin besar konstentrasi ekstrak
secang yang digunakan dalam adonan sosis sapi maka semakin tinggi aktivitas
antioksidannya. Berbeda dengan penambahan ekstrak secang bubuk yang
mempunyai aktivitas antioksidan lebih kecil daripada penambahan ekstrak
secang cair. Ekstrak kayu secang bubuk memiliki nilai antioksidan yang tinggi,
artinya nilai aktivitas ekstrak kayu secang bubuk sebaiknya digunakan pada
produk pangan.
9
Tinjauan Umum Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menahan atau
menunda suatu barang sebelum dipakai tanpa mengubah bentuk barang tersebut
(Winarno dan Laksmi, 1974). Tujuan dari penyimpanan tersebut adalah untuk
menjaga dan mempertahankan mutu dan komoditi yang disimpan dengan
cara menghindari, mengurangi dan menghilangkan berbagai faktor yang dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas komoditi (Soesarsono, 1988).
Keterbatasan dalam mengkonsumsi habis produk pangan adalah salah
satu faktor dilakukan penyimpanan produk agar dapat dikonsumsi lagi pada saat
diperlukan. Akan tetapi, masalah yang kemudian yang akan terjadi adalah bahwa
penyimpanan yang terlalu lama dapat menurunkan mutu bahan makanan (Hall,
1970).
Penyimapanan bakso di suhu ruang maupun secara beku akan
menyebabkan beberapa perubahan antara lain oksidasi lemak. Secara umum,
oksidasi adalah reaksi yang terjadi antara oksigen dengan ikatan ganda pada
asam lemak. Oksidasi lemak meliputi tiga tahapan mekanisme radikal bebas,
yaitu inisiasi, propogasi, dan terminasi. Inisiasi meliputi pembentukan radikal
bebas dari lemak melalui katalis, seperti panas, ion logam, dan iradiasi. Radikal
bebas yang terbentuk ini kemudian bereaksi dengan oksigen dan membentuk
radikal peroksil. Selama proses propogasi, radikal peroksil tersebut bereaksi
dengan molekul lemak lain untuk membentuk hidroperoksida dan radikal bebas
yang baru. Terminasi akan terjadi ketika pembentukan radikal bebas tersebut
saling berinteraksi membentuk produk non-radikal (Halminton, 1983).
10
Prinsip dasar penyimpanan pada suhu rendah adalah menghambat
pertumbuhan mikroba dan reaksi-reaksi enzimatis, kimiawi serta biokimiawi.
Penyimpanan dengan suhu rendah dibedakan antara pendinginan dan pembekuan.
Pendinginan atau refrigerasi ialah penyimpanan dengan suhu rata-rata yang
digunakan masih di atas titik beku bahan, biasanya antara –1oC sampai 4oC.
Pembekuan atau freezing ialah penyimpanan di bawah titik beku bahan, jadi
bahan disimpan dalam keadaan beku biasanya pada suhu antara –12oC sampai –
24oC (Mokhtar et. al., 2014).
Penggunaan suhu rendah dapat digunakan untuk mempertahankan sifat
segar bakso. Meskipun tetap masih terjadi perubahan-perubahan, tetapi perubahan
tersebut tidak begitu berarti jika dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu
kamar atau pada suhu tinggi.
Perubahan-perubahan sifat ini bukan tidak disengaja atau tanpa tujuan
tetapi kebanyakan memang ditujukan untuk mendapatkan sifat optimal yang
disukai. Perubahan-perubahan tersebut meliputi (Mokhtar et. al., 2014):
1. Perubahan sifat fisik
Terbentuknya kristal es, Perubahan struktur dan tekstur bakso dan
Perubahan pada jaringan daging bakso
2. Perubahan sifat kimiawi
Perubahan pada protein daging (perubahan pada protein miofibrilar dan
perubahan pada protein sarkoplasma), Perubahan lemak, Perubahan enzim dan
Perubahan pH bakso.
11
3. Perubahan kandungan air bakso.
4. Perubaan warna bakso selama pembekuan.
Lama penyimpanan mempengaruhi terjadinya ketengikan pada makanan.
Hal ini dikarenakan semakin lama disimpan maka semakin tinggi pula nilai TBA
yang dihasilkan. Peningkatan nilai TBA terjadi karena pada proses penyimpanan
dalam waktu yang relatif lama sehingga memicu terjadinya reaksi oksidasi
lemak. Menurut Febrina (2012) yang menyatakan bahwa nilai rata-rata TBA
berpengaruh dengan lama penyimpanan yang disebabkan oleh perolehan fisik
daging yang mengalami proses oksidasi lemak yang dapat meningkatkan nilai
TBA. Batas ambang nilai TBA yaitu 1-2 mg/kg.
Aktifitas mikroba selama penyimpanan mengakibatkan terjadinya
dekomposisi senyawa kimia yang dikandung daging, khususnya protein akan
dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana dan apabila proses ini berlanjut
terus akan menghasilkan senyawa yang berbau busuk, seperti indol, skatol,
merkaptan, amin-amin dan H2S yang dapat menyebabkan ketengikan pada produk
daging pada masa penyimpanan (White, 1972; Frazier dan Westhoff, 1981).
Pendinginan atau refrigerasi ialah penyimpanan dengan suhu rata-rata yang
digunakan masih di atas titik beku bahan. Kisaran suhu yang digunakan biasanya
antara – 1oC sampai + 4oC. Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses
biokimia akan terhambat. Pendinginan biasanya akan mengawetkan bahan pangan
selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada jenis bahan
pangannya. Pendinginan yang biasa dilakukan adalah dalam lemari es yang
mempunyai suhu –2oC sampai + 16Oc (Mokhtar et. al., 2014).
12
Tinjauan Umum Antioksidan
Menurut Fenneme, (1985) dalam Priatna, (1992) antioksidan merupakan
senyawa yang digunakan untuk mencegah atau mengurangi kecepatan oksidasi
lemak. Antioksidan yang digunakan pada bahan pakan harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut (Priatna, 1992) :
1) Dapat aktif pada konsentrasi rendah,
2) Tidak menimbulkan keracunan,
3) Tidak menimbulkan perubahan bau, rasa dan warna pada
bahan pakan,
4) Mudah dicampur kedalam bahan,
5) Mudah diperoleh dan murah,
6) Mudah dideteksi, diidentifikasi maupun diukur.
Fungsi utama antioksidan yaitu digunakan untuk memperkecil terjadinya
proses oksidasi lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses kerusakan
dalam makanan, memperpanjang masa pemakaian dalam industri makanan,
meningkatkan stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan. Antioksidan
dikelompokan menjadi dua yaitu, antioksidan primer dan antioksiden sekunder.
Antioksidan primer adalah suatu zat yang dapat menghentikan reaksi
berantai pembentukan radikal yang melepaskan hidrogen. Zat-zat yang termasuk
golongan ini dapat berasal dari alam dan buatan. Antioksidan alam antara lain
tokoferol, lesitin, gosipol dan asam askorbat. (Tahir dkk 2003).
Antioksidan adalah senyawa yang dapat memperlambat proses oksidasi
lipid. Antioksidan alami dan sintetis banyak digunakan dalam Ritonang, S.N.,
13
dkk., pengolahan bahan makanan (Afrianti, 2010). Dalam industri pengolahan
daging, antioksidan sintetik, seperti butylated hydroxytoluene (BHT) dan
butylated hydroxyanisole (BHA), sering digunakan untuk menghambat
pembentukan radikal bebas dan mencegah oksidasi lipid otomatis dan
pembusukan makanan. Dalam beberapa tahun terakhir banyak negara (Jepang
dan beberapa negara Eropa) telah menekan penggunaan antioksidan sintetis
karena potensi toksisitas dan karsinogenik (Tang et. al., 2001).
14
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2017 di
Laboratorium Daging dan Telur Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan daging dari jenis otot Longissimus dorsi (has
luar) sapi Bali jantan umur 2,5 - 3 tahun sebanyak 3 kg yang diperoleh dari RPH
Tamarunang Kabupaten Gowa dan kayu secang diperoleh dari pasar
Sungguminasa. Bahan untuk pembuatan ekstrak kayu secang adalah kayu secang,
air, maltodekstrin, dan kertas saring sedangkan untuk pembuatan bakso adalah
tepung tapioka sebagai bahan pengisi, garam, es batu, bahan perasa (merica dan
bawang putih).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan untuk membuat
bakso seperti food processor, kompor, panci perebusan, baskom, pisau dan untuk
pembuatan ekstrak secang dibutuhkan pisau, oven, dan blender. Alat untuk
pembuatan ekstrak kayu secang adalah pisau, blender, waterbath, stopwatch, dan
wadah. Alat untuk analisis adalah: alat-alat gelas, plastik klip, pH meter, dan
waterbath. Alat untuk uji TBA waterbath, labu khjedhal, pisau, kompor
15
listrik, spoit, tabung reaksi, rak tabung, plastik klip, blender, mikropipet, dan
spektrofotometer.
Rancangan penelitian
Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola
faktorial 3 x 3 dengan ulangan sebanyak 3 kali.
Faktor A adalah bentuk ekstrak kayu secang terdiri dari :
A0 = tanpa penambahan ekstrak kayu secang (dari berat daging)
A1 = 3% ekstrak kayu secang cair ( dari berat daging)
A2 = 3% ekstrak kayu secang bubuk (dari berat daging)
Faktor B adalah masa penyimpanan terdiri dari :
B0 = penyimpanan 0 hari
B1 = penyimpanan 7 hari
B2 = penyimpanan 14 hari
Prosedur Penelitian
1. Pembuatan ekstak kayu secang cair
Kayu secang dicuci bersih lalu ukuran diperkecil dengan pemotongan
kemudian diblender hingga halus. Serbuk kayu secang yang telah halus kemudian
dimasukkan ke air yang telah panas dan mencapai suhu 90oC. Perbandingan
serbuk kayu secang dengan air adalah 1 mg kayu secang : 5 ml air. Serbuk
direbus selama 20 menit lalu didiamkan selama 24 jam. Hasil perebusan
kemudian disaring menggunakan kertas saring.
2. Pembuatan tepung ekstrak kayu secang
16
ekstrak kayu secang sebanyak 1 ml ditambahkan dengan 1 mg
maltodekstrin. Ekstrak secang cair dan maltodekstrin dicampurkan hingga rata
kemudian disebar pada wadah dengan permukaan rata. Campuran kayu secang
dan maltodekstrin yang telah dicampurkan kemudian dikeringkan menggunakan
oven pada suhu 75oC selama 48 jam. Setelah pengeringan selesai ekstrak
dihaluskan menggunakan blender dan diayak.
3. Persiapan bahan
Daging sapi dibuang lemak dan jaringan ikatnya. Setelah itu daging
ditimbang untuk pengukuran adonan.
4. Penggilingan
Daging sapi dipotong kecil-kecil untuk memudahkan dalam proses
penggilingan. Daging tersebut digiling bersama es batu dengan ukuran setengah
dari jumlah formulasi dan garam 3 – 5% serta tepung ekstrak kayu secang 0%,
3%, bubuk dan 3% cair dari berat daging.
5. Pencampuran
Daging digiling kembali dengan penambahan tepung kanji, es batu dan
bumbu-bumbu.
6. Pencetakan
Adonan yang telah siap, dicetak menjadi bentuk bulatan-bulatan.
7. Perebusan/pemasakan
Proses pemasakan dilakukan dengan cara bulat-bulatan adonan bakso
ditampung di dalam waterbath yang berisi air dengan suhu berbeda 700C selama
15 menit.
17
8. Penyimpanan
Bakso yang telah direbus kemudian dilakukan penyimpanan selama 0, 7, dan
14 hari di freezer.
9. Thawing
10. Pengukuran parameter
Susut Masak (%)
Prosedur pengujian susut masak dapat dilakukan dengan cara sampel
sebanyak 20 gr dibungkus dengan plastik klip kemudian dimasukkan ke dalam
gelas ukur dan dimasak menggunakan waterbath selama 15 menit dengan suhu
70oC. Setelah perebusan selesai sampel dikeluarkan dan didinginkan. Setelah
sampel dikeluarkan dari plastik dan sisa air yang menempel dipermukaan daging
dikeringkan dengan menggunakan kertas hisap tanpa dilakukan penekanan.
Selanjutnya sampel ditimbang (Soeparno, 2005). Dengan rumus :
Berat susut masak =
x 100%
Daya Putus Bakso (Kg/cm²)
Pengukuran daya putus bakso menggunakan alat CD-Shear Force untuk
melihat daya putus bakso yang dinyatakan dalam satuan kg/cm2. Pengukuran ini
dilaksanakan setelah proses pemasakan. Bakso segar terlebih dahulu dimasak
pada suhu 70oC selama 15 menit kemudian dilakukan pengujian. Semakin rendah
nilai daya putus bakso, menunjukkan bakso tersebut semakin empuk, sebaliknya
semakin tinggi nilai daya putus daging maka semakin alot (Abustam, 2010).
Pengujian TBA
18
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah uji ketengikan (TBA). Uji
ketengikan dilakukan pada setiap sampel yang telah diberi perlakuan maupun
dengan kontrol yaitu menggunakan analisis intensitas ketengikan melalui metode
Thiorbarbituric Acid Reactive Subtances (TBARS) yang dinyatakan dalam
jumlah mg Malonaldehyde/kg sampel dalam unit awal. Uji ketengikan diukur
dengan penempatan bilangan TBA (Thiorbarbituric Acid). Prosedur
pengukurannya sebagai berikut (Apriyantono, 1989) :
1. 10 g daging sapi dari tiap sampel, ditimbang lalu dimasukan ke
waring blender, setelah itu ditambahkan 50 ml akuades dan dihancurkan
selama 2 menit.
2. Secara kuantitatif dipindahkan ke dalam labu destilasi dicuci dengan 47,5
ml akuades dan ditambahkan 2,5 HCl 4 M.
3. Destilasi dijalankan dengan pemanasan tinggi hingga diperoleh 50 ml
destilat.
4. Destilat yang diperoleh diaduk rata, kemudian dipipet 5 ml destilat
kedalam tabung reaksi tertutup
5. 5 ml pereduksi TBA (Thiorbarbituric Acid) ditambahkan lalu ditutup hingga
terampur secara merata dan dipanaskan selama 35 menit pada suhu 75° C di
waterbath.
6. Blangko dibuat menggunakan 5 ml akuades dan 5 ml pereaksi, dilakukan
seperti penetapan sampel.
7. Tabung reaksi didinginkan dengan air pendingin selama 10 menit. Lalu
diukur absorbasinya (D) pada panjang gelombang 528 nm dengan larutan
19
blangko sebagai titik nol dan digunakan sampel sel berdiameter 1 cm.
Bilangan TBA (Thiorbarbituric Acid) dinyatakan dalam mg malonaldehid
per kg sampel (Bilangan TBA = 7,8 D)
Bilangan TBA dapat diketahui dengan rumus :
Perhitungan bilangan TBA dalam sampel dilakukan melalui persamaan
sebagai berikut:
Bilangan TBA = 7.8 x A528
mg malonaldehid per kg sampel
=
Keterangan :
TBA = Thiobarbiturid Acid (mg malonaldehid per kg sampel)
A52 = Nilai absorbansi pada 528 nm
20
Diagram alir pembuatan bakso daging spi dengan penambahan ekstrak kayu
secang ditampilkan pada bagan sebagai berikut:
Pemisahan daging sapi
dengan lemak
Penimbangan bahan-
bahan
Grinding daging
Pencampuran bahan
Penambahan ekstrak
kayu secang
Penggilingan
Daya putus bakso dan Susuk
masak
Cair
Bubuk
Pencetakan bakso
Penyimpanan
Pengujian sampel
TBA
(Thiorbarbituric Aci
21
Gambar 2: Diagram Alir Prosedur Peneltian
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis ragam berdasarkan rancangan acak lengkap
(RAL) pola faktorial 3 x 3 dengan 3 kali ulangan. Analisis ragam tersebut
didasarkan pada model matematika rancangan yang digunakan, sebagai berikut :
Yijk = + Ai + Bj + (AB)ij + ijk
i = 1,2,3, (Faktor a)
j = 1,2,3 (Faktor b)
k = 1,2,3 (Ulangan)
Keterangan :
Yijk : Nilai pengamatan pada faktor bentuk ekstrak secang ke-i, masa
penyimpanan ke-j, dan pada ulangan ke-k.
µ : Nilai tengah umum
Ai : Pengaruh faktor bentuk ekstrak secang ke-i
Bj : Pengaruh faktor masa penyimpanan ke-j
(AB)ij : Interaksi antara faktor bentuk ekstrak secang ke-i dan masa
penyimpanan ke-j
єijk : Pengaruh galat faktor bentuk ekstrak secang ke-i dan masa
penyimpanan ke-j pada ulangan ke-k.
Selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan program SPSS 16.
Kemudian apabila perlakuan menunjukkan pengaruh maka dilanjutkan dengan uji
LSD (Gasperz, 1991).
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai TBA (Thiobarbituric acid)
Hasil penelitian mengenai pengaruh penambahan ekstrak kayu secang pada
bentuk berbeda (bubuk dan cair) dan lama penyimpanan terhadap rata-rata TBA
bakso daging sapi disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Rata-Rata TBA (mg malonaldehida/Kg) Bakso Daging Sapi dengan
Penambahan Ekstrak Kayu Secang pada Bentuk Berbeda serta Lama
Penyimpanan
Bentuk Ekstrak
Kayu Secang
Lama Penyimpanan (Hari)
Rata-Rata
0 7 14
Kontrol 0,033±0,002 0,036±0,002 0,044±0,003 0,037±0,005a
Bubuk 0,015±0,004 0,017±0,000 0,019±0,007 0,017±0,004b
Cair 0,011±0,007 0,013±0,008 0,016±0,001 0,013±0,006b
Rata-Rata 0,020±0,011a
0,022±0,011ab
0,026±0,014b
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P˂0,01).
Analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa penambahan ekstrak
kayu secang berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai TBA bakso daging
sapi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai rata-rata TBA bakso
tanpa penambahan ekstrak kayu secang pada Tabel 2, lebih rendah dibandingkan
dengan penambahan ekstrak kayu secang (bubuk dan cair ). Pemberian ekstrak
kayu secang cair memiliki nilai TBA yang lebih rendah dikarenakan kandungan
23
senyawa antioksidan yang lebih tinggi pada kayu secang. Proses pengeringan
dengan menggunakan oven pada pembuatan ekstrak bubuk menyebabkan
terjadinya pelepasan senyawa antioksidan didalamnya. Senyawa tersebut antara
lain flavonoid, fenol dan brazelin. Menurut Rivai et al., pengeringan
menyebabkan penurunan yang nyata terhadap perolehan ekstraktif, kadar senyawa
fenolat dan aktivitas antioksidan dibandingkan tanpa melalui proses pengeringan.
Hasil uji menujukkan kontrol dan penambahan bentuk berbeda
menghasilkan nilai TBA 0,017 (mg malonaldehida/kg) dan ekstrak secang cair
nilai TBA 0, 013 (mg malonaldehida/kg) memiliki nilai TBA yang tidak jauh
berbeda dibanding dengan tanpa penambahan nilai TBA yang dihasilkan 0,037
(mg malonaldehida/kg). Hal ini menandakan bahwa Ekstrak kayu secang sebagai
antioksidan alami yang mampu menghambat terjadinya oksidasi. Oksidasi terjadi
pada saat komponen-komponen yang terkadung di dalam daging terjadi kontak
dengan ion logam selama penggilingan sehingga terbentuk radikal bebas yang
nantinya membentuk oksidasi. Sudarsono dkk, (2002) menyatakan kayu secang
mengandung antioksidan, kandungan kimia kayu secang antara lain brazilin,
alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, fenil propana, steroid, dan minyak atsiri,
senyawa flavonoid mempunyai fungsi dalam tubuh manusia sebagai antioksidan.
Senyawa flavonoid merupakan bagian dari senyawa polifenol yang bersifat
sebagai antioksidan. Dianasari (2009) menyatakan bahwa ekstrak polifenolik dari
tanaman dapat berperan sebagai penangkap radikal bebas. Melihat nilai rata-rata
TBA menujukkan bahwa penambahan ekstrak secang bubuk berpengaruh
menghasilkan nilai aktivitas antioksidan yang tinggi. Sejalan dengan penelitian
24
Mostafa et al. (2005) yang menyatakan bahwa semakin besar penambahan ekstrak
tanaman tropis seperti kayu secang maka semakin tinggi aktivitas antioksidan.
Ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L. ) hasil penapisan mengandung lima
senyawa aktif yang terkait dengan flavoniod baik sebagai antioksidan primer
maupun antioksidan sekunder.
Analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa lama penyimpanan
berpengaruh sangat nyata (P<0,05) terhadap TBA bakso daging sapi. Berdasarkan
hasil penelitian nilai rata-rata Tabel 1 penyimpanan 0 hari dan 7 hari memiliki
nilai TBA yang sama, namun pada penyimpanan 7 hari dan 14 hari tidak berbeda
nyata. Pada penyimpanan 0 hari nilai TBA 0,020 (mg malonaldehida/kg). Pada
penyimpanan 7 hari nilai TBA meningkat menjadi 0,022 (mg malonaldehida/kg)
dan menjadi 0,026
(mg malonaldehida/kg) pada penyimpanan hari ke 14.
Penyimpanan akan berpengaruh terhadap nilai TBA seiring dengan waktu
penyimpanan. Semakin lama penyimpanan maka semakin tinggi niali TBA,
karena selama penyimpanan beku terjadi pembetukan kristal es. Ekstrak Kayu
secang dikenal sebagai sumber komponen antioksidan yang tinggi baik digunakan
sebagai bahan pengawet sebuah produk, karena mampu menekan terjadinya
oksidasi lemak pada saat penyimpanan (Safitri,2002). Selama penyimpanan
antioksidan yang terdapat dalam ekstrak kayu secang berikatan dengan senyawa
peroksida yang dihasilkan dari proses oksidasi lemak yang dihasilkan dari proses
oksidasi lemak yang menyebabkan terbentuknya senyawa yang stabil dan tidak
reaktif. Akibatnya pembentukan senyawa hidroperoksida yang menyebabkan
ketengikan pada bakso daging sapi dapat dihambat dengan rendahnya nilai TBA.
25
Sesuai pendapat Winarno (2007) reaksi oksidasi dimulai dengan pembentukan
radikal bebas asam lemak. Radikal ini dengan oksigen membentuk peroksida aktif
yang dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan
mudah pecah menjadi senyawa rantai karbon yang lebih pendek seperti asam-
asam lemak, aldehid-aldehid dan keton yang bersifat volatil dan menimbulkan
ketengikan.
Kerusakan asam lemak tak jenuh selama penyimpanan akan menyebabkan
ketengikan ditandai dengan meningkatnya jumlah bilangan TBA selama
penyimpanan. Namun dengan penambahan ekstrak secang yang mengandung
senyawa antioksidan, mampu menurunkan bilangan TBA selama penyimpanan.
Seperti dikemukakan oleh Pereira et. al. (2011) fenolik antioksidan tidak bekerja
sebagai oksigen peredam, melainkan untu k mencegah pembentukan radikal bebas
lemak, yang bereaksi dengan oksigen selama proses lipid oksidasi sehingga
menunda terjadinya proses autooksidatif pada lemak. Semakin lama penyimpanan
bakso maka nilai aktivitas antioksidan bakso akan meningkat.
Analisis ragam (Lampiran 1) menujukkan bahwa interaksi antara
penambahan ekstrak kayu secang pada bentuk berbeda dan lama penyimpanan
tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai TBA bakso daging sapi. Hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh penambahan ekstrak kayu secang terdapat respon
yang sama pada tiap penyimpanan. Bentuk ekstrak kayu secang bubuk dan cair
tidak mampu bertahan lama sehingga tidak terjadi interaksi antara penamabahan
bentuk bubuk dan cair.
26
Susut masak Bakso Daging Sapi (cooking loss)
Hasil penelitian mengenai karakteristik susut masak bakso daging sapi
dengan penambahan ekstrak kayu secang pada penyimpanan berbeda terhadap
susut masak bakso daging sapi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai Rata-Rata Susuk Masak Bakso (%) Daging Sapi dengan
Penambahan Ekstrak Kayu Secang pada Bentuk Berbeda serta Lama
Penyimpanan
Bentuk Ekstrak
kayu secang
Lama Penyimpanan (Hari)
Rata-Rata
0 7 14
Kontrol 2,61±0,09 2,40±0,10 2,43±0,13 2,48±0,44c
Bubuk 1,67±0,16 1,63±0,16 1,40±0,12 1,57 ±0,36
a
Cair 2,43±0,12 2,09±0,23 2,08±0,23 2,2±0,47b
Rata-Rata 2,24 ±0,13
b 2,04
±0,18
a 1,97
±0,22
a
Keteranan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P˂0,01).
Analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa bentuk ekstrak kayu
secang berpengaruh sangat nyata (P< 0,01) terhadap susut masak bakso daging
sapi. Berdasarkan nilai rata-rata pada tabel 3 nilai susut masak cenderung
menurunan seiring dengan perubahan bentuk ekstrak kayu berbeda (cair dan
bubuk). Hal ini memperlihatkan bahwa penambahan bentuk bubuk ekstrak kayu
secang mampu menurunkan nilai susuk masak lebih baik dibanding bentuk cair
dan tanpa penambahan ekstrak kayu secang. Hal ini disebabkan karena ekstrak
kayu secang cair mengikat air lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak secang
bubuk. Susut masak berkaitan erat dengan DIA, dimana DIA yang rendah akan
menghasilkan susut masak tinggi. Hal ini sesuai pendapat Soeparno (2005)
27
menyatakan bahwa susut masak daging sapi dipengaruhi oleh daya ikat air dan
kadar air. Semakin tinggi daya ikat air, maka persentase susut masak daging sapi
semakin rendah. Terjadinya penurunan susut masak bakso daging sapi diduga
karena daging sapi mampu meningkatkan kandungan protein pada bakso,
sehingga jumlah air yang terikat oleh protein semakin tinggi dan mengakibatkan
susut masak semakin menurun. Penelitian Sunarlim (1992), menjelaskan jika
susut masak rendah maka mempunyai kualitas yang relatif lebih baik daripada
susut masak yang lebih besar, karena kehilangan nutrisi selama pemasakan.
Persentase susut masak bakso yang rendah memiliki kualitas nutrisi yang
lebih baik dibanding persentase susut masak bakso yang tinggi. Sesuai pendapat
Komariah (2009), menyatakan bahwa susut masak yang rendah mempunyai
kualitas yang relatif lebih baik dibanding dengan persentase tinggi, hal ini karena
kehilangan nutrisi selama proses pemasakan akan lebih sedikit. Nilai susut masak
yang dihasilkan tersebut termasuk normal, hal ini sesuai dengan pendapat
Soeparno (2005), menyatakan bahwa umumnya nilai susut masak daging sapi
bervariasi antara 1,5- 54,5 % dengan kisaran 15-40 %. Besarnya nilai susut masak
bakso daging sapi dipengaruhi oleh nilai pH bakso tersebut. Hal ini diperkuat oleh
Soeparno (2005), bahwa nilai susut masak sangat dipengaruhi oleh nilai pH
daging, apabila nilai pH lebih tinggi atau lebih rendah dari titik isoelektrik (5,0-
5,1), maka nilai susut masak daging tersebut akan rendah. Menurut Soeparno
(2005), kandungan susut masak yang rendah akan membuat kualitas bakso daging
sapi menjadi baik. Menurut Shanks et al. (2002), besar-nya susut masak
28
dipengaruhi oleh banyaknya kerusakan membran seluler, banyaknya air yang
keluar dari daging, degradasi protein dan kemampuan daging untuk mengikat air.
Analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa lama penyimpanan
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap susut masak bakso daging sapi.
Berdasarkan nilai rata-rata pada tabel 1 nilai susut masak mengalami penurunan
seiring dengan perubahan waktu penyimpanan (7 dan 14 hari). Penyimpanan pada
suhu beku mampu menghamt reaksi-reaksi enzimatis, kimiawi, dan bikomiawi
pada bakso, sehingga pada penyimpanan beberapa hari terjadi pembentukan
kristal es sehingga mampu menurunkan nilai susut masak bakso daging sapi, hal
ini dikarenakan semakin lama penyimpanan maka semakin tinggi kemampuan
bakso daging untuk mengikat air sehingga peresentase nilai susut masak menurun
seiring dengan lama penyimpanan. Menurut Lawrie (1985) daya mengikat air
daging sangat mempengaruhi cooking loss daging, dimana daya mengikat air yang
tinggi akan mengurangi terjadinya penyusutan selama daging dimasak.
Analisis ragam (Lampiran 2 ) menujukkan bahwa interaksi antara tingkat
pemberian ekstrak kayu secang pada bentuk berbeda dan lama penyimpanan tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap susut masak bakso daging sapi. Hal ini
menujukkan bahwa pengaruh penambahan bentuk berbeda ekstrak kayu secang
terdapat respon yang sama pada tiap waktu penyimpanan terhadap susut masak.
Bentuk bubuk dan cair hanya mampu bertahan diawal proses penyimpanan
sehingga tidak terajdi interaksi pada lama penyimpanan.
29
Daya Putus Bakso Daging Sapi (DPB)
Hasil penelitian mengenai pengaruh bentuk berbeda ekstrak kayu secang
(bubuk dan cair) dan lama penyimpanan terhadap rata-rata daya putus bakso
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Rata-Rata Daya Putus Bakso (kg/cm²) Bakso Daging Sapi dengan
Penambahan ekstrak kayu secang pada penyimpanan berbeda
Ekstrak kayu
secang
Lama Penyimpanan (Hari)
Rata-Rata
0 7 14
Kontrol 1,43±0,02 1.35±0,01 1.32±0,05 1.37 ±0,05
a
Bubuk 1,36±0,04 1,33±0,03 1,27±0,02 1,32 ±0,05
b
Cair 1,41±0,01 1,32±0,03 1,28±0,01 1.33 ±0,06
b
Rata-Rata 1,4 ±0,04
a 1,33±0,02
b 1,29
±0,03
c
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P˂0,01).
Analisis ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa penambahan ekstrak
kayu secang pada bentuk berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap
daya putus bakso daging sapi. Berdasarkan hasil penelitian nilai rata-rata daya
putus bakso pada tabel 3 mengalami penurunan dengan pemberian bentuk ekstrak
kayu secang berbeda. Bentuk bubuk mengasilkan nilai daya putus bakso (1,32)
dan bentuk cair (1,33) lebih rendah dibanding kontrol (1,37). Penambahan ekstrak
kayu secang pada bentuk bubuk menghasilkan daya putus bakso lebih rendah
dibandingkan dengan penambahan ekstrak cair dan tanpa penambahan ekstrak
bubuk dan cair. Hal ini mengindikasikan bahwa ekstrak kayu secang selain
30
sebagai antioksidan dan antimikroba juga berperan sebagai bahan pengempuk
dengan kandungan fenol yang tinggi pada ekstrak kayu secang tersebut.
Hariana (2006) menyatakan bahwa kandungan tanaman kayu secang
antara lain brazilin dan fenol, kandungan fenol yang tinggi pada kayu secang
mampu melonggarkan daya serat daging. Menurut Natasasmita (1987) komponen
yang mempengaruhi keempukan yaitu jaringan ikat, serat-serat daging dan lemak
intramuskuler (marbling) ditambahakan oleh Soeparno (1992), ada tiga komponen
yang menetukan keempukan daging, yaitu struktur miofibrilar dan status
kontraksinya, kandungan jaringan ikat dan tingkat ikatan silaginya, WHC dan jus
daging (juiciness). Senyawa Fenol kayu secang yang tinggi memiliki gugus
hidroksil lebih dari satu sehingga disebut folifenol yang diduga mampu berikatan
dengan komponen-komponen daging.
Analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa lama penyimpanan
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap daya putus bakso daging sapi.
Berdasarkan hasil penelitian nilai yang dihasilkan pada lama penyimpanan
menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan maka nilai daya putus bakso
daging sapi mengalami penurunan yang sangat nyata 0 hari (1.4 kg/cm²) ke
penyimpanan 7 hari (1.33 kg/cm²), Tidak terjadi perbedaan nyata antara
penyimpanan 7 hari (1.33 kg/cm²) dengan penyimpanan 14 hari (1.29 kg/cm²).
Penyimpanan 7 hari mampu meningkatkan keempukan daging yang menandakan
bahwa keempukan daging karena adanya kandungan fenol yang tinggi, Flavonoid
dan Brazillien sebagai antioksidan yang menghambat terjadinya oskidasi protein.
Hal ini sesuai dengan pendapat Wetwitayaklung et. al., (2005) mengungkapkan
31
bahwa kayu secang mengandung senyawa yang aromatik seperti caesalpin J,
Ptotosappin, benzil dihidrobenzofuran yang mampu berikatan dengan enzim-
enzim metabolik. Hal ini menadakan bahwa kandungan fenol selain sebagai
antioksidan dan antimikroba juga dapat berperan sebagai bahan pengempuk
sehingga aktivitas enzim glikolitik dalam proses glikolisis anaerobik terhenti.
Penyimpanan berkaitan erat dengan pH, semakin lama penyimpanan semakin
rendah pH yang dihasilkan. Hal mendukung penelitian Abustam dan Ali (2010)
yang menyatakan bahwa semakin lama penyimpanan semakin semakin rendah pH
yang dihasilkan.
Analisis ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa interaksi antara
penambahan ekstrak kayu secang pada bentuk berbeda dan lama penyimpanan
tidak berpengaruh nyata (P<,05) terhadap daya putus bakso daging sapi. Hal ini
menujukkan bahwa penambahan ekstrak kayu secang pada bentuk berbeda
terdapat respon yang sama pada tiap waktu penyimpanan. Hal ini disebabkan
karena ekstrak kayu secang cair dan bubuk tidak mampu bertahan lama pada
penyimpanan sehingga tidak terjadi interaksi.
32
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemberian ekstrak kayu secang pada bentuk cair mampu menghasilkan
nilai TBA yang rendah dan bentuk bubuk menurunkan nilai susut masak
dan daya putus bakso
2. Semakin lama masa penyimpanan maka menurunkan nilai susut masak
serta daya putus bakso dan meningkatkan nilai TBA.
3. Penambahan ekstrak kayu secang pada bentuk berbeda pada tiap masa
penyimpanan memiliki respon yang sama terhadap susut masak, daya
putus, dan TBA bakso daging sapi.
Saran
Disarankan untuk menggunakan ekstrak kayu secang berbentuk bubuk dan
penyimpanan 14 hari.
33
DAFTAR PUSTAKA
Abustam, E., M. Yusuf, M. H. Ali dan F.N, Yuliati. 2013. Karakteristik kualitas
daging sapi bali m. Longissimus dorsi pascapenambahan asap cair
pada konsentrasi dan waktu maturasi yang berbeda. Pros. Seminar
Nasional Peternakan Berkelanjutan 5. Unpad Jatinangor , 12
November 2013. Hal: 277-282.
Abustam, E dan H. M. Ali, 2010. Kemampuan Mengikat Air (Water Holding
Capacity) dan Daya Putus Daging Sapi Bali Prarigor melalui Tingkat
Penambahan Asap Cair. Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Abustam, E., dan Ali H. M. 2011. Pengaruh jenis otot dan level asap cair terhadap
daya ikat ir dan daya putus daging sapi Bali prarigor. Proc. of Nat.
Sem. On Zootechniques for Indegenenous Resources Development.
ISAA Publication No.1/2012. hal: 233-236.
Abustam, E., Likadja J. C. dan A. Ma’arif. 2009. Penggunaan asap cair sebagai
bahan pengikat pada pembuatan bakso daging sapi Bali. Prosiding
Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Program Magister Ilmu
Ternak Pasacasarjana Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Afrianti, L.H 2010. Pengawetan Makanan Alami dan Sintesis. Alfabeta Bandung
Apriyantono, A., Fardiaz D., N. L. Puspitasari, Sedamawati dan S. Budiyanto
1989. Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi. IPB Press.
Arief, 2006. Tumbuhan obat dan khasiatnya. Penebar Swadaya : Jakarta Hlm.
Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Puspa Swara Jakarta.
Dianasari, N. 2009 Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kayu Secang
(Caesalpinia sappan L. )terhadap Staphylococcus aureus dan Shigella
dysentriae serta Bioautografinya. Skripsi.Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiayah Surakarta. Surakarta.
34
Febrina, R. N. R. 2012. Pengaruh Tingkat Penambahan Nanas (Ananas comosu)
dan Lama Penyimpanan terhadap Tingkat Oksidasi Lemak dan
Perubahan Kualitas Dendeng Giling Daging Sapi. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Feiner, G. 2006. Meat Products Handbook: Practical Science and
Technology.Woodhead Publishing Limited. England.
Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung.
Hall, C.W. 1970. Handling and Storage of Food Grains in Tropical and
Subtropical Areas. FAO. Rome.
Hariana. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Jakarta. Swadaya
Wisma Hijau.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III (Terjemahan). Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Holinesti,. 2009. Studi pemanfaatan pigmen brazilein kayu secang (Caesalpinia
sappan L.) sebagai pewarna alami serta stabilitasnya pada model
pangan. Jurnal Pendidikan dan Keluarga UNP: 1 (2).
Komariah. 2009. Aneka Olahan Daging Sapi. Depok . Agromedia Pustaka.
Lawrie, R.A. 2003. Ilmu Daging. Meat Science UI Press. Jakarta.
Mokhtar, S. M., Youssef, K.M, dan Noha E. M. 2014. The effects of natural
antioxidants on colour, lipid stability and sensory evaluation of fresh
beef patties storedat 4°C. Journal of Agroalimentary Proceaaes and
Technologies. 20 (3): 282-292.
Montolalu, S.N. Lontaan, S., dan Sakul, A. dan Mirah. 2013. Sifat fisiko-kimia
dan mutu organoleptik bakso broiler dengan menggunakan tepung
ubi jalar (Ipomoea batatas L). Jurnal Zootek. 32(5):
Mostafa, H.A.M., Hala M.S.E l- , Hemmat, K.I.Khattab and Mervat. 2005.
Improving the characteristics of roselle seeds as a new source of
protein and lipidby gibberellin and benzyladenine application.
Journal of Applied Sciences Research 1(2): 161-167.
Natasasmita, S.,R. Priyantodan, D. M. danTauchid.1987. Pengantar Evaluasi
Karkas. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pereira, A. L. F., Vidal T. F., M. C. Teixeira., P. F.Oliveira., R. C. F. Pompeu., M.
M. M Vieira dan J. F. F. Zapata. 2009. Antioksidant effect of mango
35
seed extract and butylated hydroxytoluene in bologna-type
mortadella during storage. Scienc. Technol. 31 (1): 35-140.
Prastuti, N. T. 2010. Pengaruh Substitusi Daging Sapi dengan Kulit
CakarAyamterhadap Daya Ikat Air (Dia), Rendemen dan KadarAbu
Bakso. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.
Semarang
Priatna, A. C. 1992. Penggunaaan Kemasan Plastik dan Penambahan Antioksidan
untuk Mempertahankan Mutu Alam .Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian IPB. Bogor.
Rivai, H., Nurdin H., H., Suryani dan Bakhtiar A. 2010. Pengaruh cara
pengeringan terhadap perolehan ekstraktif, kadar senyawa fenolat dan
aktivitas antioksidan dari daun dewa (Gynura pseudochina (L.) DC.).
Majalah obat tradisonal. 15(1): 26-33.
Safitri, R. 2002. Karakterisasi Sifat Antioksidan InVitro Beberapa Senyawa yang
Terkandung dalam Tumbuhan Secang (Caesalpinia
sappanL.).Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran.
Bandung.
Shanks, B.C., Wolf., D.M dan R.J. Maddock. 2002. Technical note: the effect of
freezing on warner Bratzler shear force values of beef longissimus
steak across several postmortem aging periods. J. Anim. Sci. 80:
2122-2125.
SNI. 1995. Standar Nasional Indonesia 01-3818-1995 tentang Bakso Daging Sapi.
Jakarta.
Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik Pusat Pengembangan Teknologi
Pangan. IPB Press. Bogor.
Soeparno, 1992. Ilmu dan Teknologi Daging, UGM Press. Yogyakarta.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan keempat. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Soesarsono. 1988. Teknologi Penyimpanan Komoditi Pertanian. Bogor: Program
Studi TIN Fateta Insitut Pertanian Bogor. Bogor.
Sudarsono, Gunawan, D., S., Wahyuono, I.A., Donatus, dan Purnomo. 2002.
Tumbuhan Obat II: Hasil Penelitian, Sifat-Sifat dan Penggunaan. Hal
96-100, Pusat Studi Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
36
Sunarlim, R. 1992. Karakteristik Mutu Bakso Daging Sapi dan Pengaruh
Penambahan Natrium Klorida dan Natrium Tripolifosfat Terhadap
Perbaikan Mutu. Disertasi. Prog Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Suryo, T.A. 2011. Pengaruh Secang (Caesalpinia Sappan L.) Terhadap Aktivitas
Antioksidan, Total Fenol dan Karakteristik Sensori Sosis Sapi.
Fakultas Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Universitas
Sebelas Maret.
Tahir, I., Wijaya, K., dan Widianingsih, D 2003. Seminar on Chemometrics-
Chemistry Dept Gadjah Mada University, Terapan Analisis Hansch
Untuk Aktivitas Antioksidan senyawa Turunan Flavon/Flavonol, 25
Januari.
Tang, S., Kerry., J. P. D. Sheehad., D. J. Buckley dan P. A. Morrissey. 2001.
Antioxidative effect of added tea catechins on suspectibility of cooked
red meat, poultry and fish patties to lipid oxidation. Food Research
International. 34(8): 651-657.
Wetwitayaklung, P., Phaechamud, T., dan S. Keokitichai, 2005, The antioxidant
activity of caesalpinia sappan L. Heartwood in Various Ages.
Naresuan University Journal. 13(2): 43-52.
White, G.C. 1972. Handbook of Chlorination, Van Nostrand Reinhold Co. New
York.
Wibowo, S.1995. Bakso Ikan dan Bakso Daging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Winarno, F. G. 2007. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
38
Lampiran 1. Analisis ragam pengaruh penambahan bentuk ekstrak kayu secang
pada penyimpanan berbeda terhadap nilai TBA bakso daging sapi
TBA
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:TBA
Source
Type III Sum
of Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model .003a 8 .000 19.219 .000
Intercept .014 1 .014 638.065 .000
Bentuk .003 2 .002 71.085 .000
Penyimpanan .000 2 .000 4.635 .024
Bentuk *
Penyimpanan 5.022E-5 4 1.256E-5 .578 .683
Error .000 18 2.174E-5
Total .018 27
Corrected Total .004 26
a. R Squared = ,895 (Adjusted R Squared = ,849)
39
Descriptive Statistics
Dependent Variable:TBA
Bentuk Penyimpanan Mean
Std.
Deviation N
Kontrol 0 hari .03300 .002000 3
7 hari .03600 .002000 3
14 hari .04400 .003464 3
Total .03767 .005408 9
Bubuk 0 hari .01500 .004359 3
7 hari .01667 .000577 3
14 hari .01900 .006557 3
Total .01689 .004314 9
Cair 0 hari .01133 .007024 3
7 hari .01300 .007810 3
14 hari .01600 .001732 3
Total .01344 .005703 9
Total 0 hari .01978 .010906 9
7 hari .02189 .011439 9
14 hari .02633 .013847 9
Total .02267 .011984 27
40
Multiple Comparisons
TBA
LSD
(I)
Bentuk
(J)
Bentuk
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound Upper Bound
Kontrol Bubuk .02078* .002198 .000 .01616 .02540
Cair .02422* .002198 .000 .01960 .02884
Bubuk Kontrol -.02078* .002198 .000 -.02540 -.01616
Cair .00344 .002198 .135 -.00117 .00806
Cair Kontrol -.02422* .002198 .000 -.02884 -.01960
Bubuk -.00344 .002198 .135 -.00806 .00117
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 2,17E-005.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
Multiple Comparisons
TBA
LSD
(I)
Penyimpanan
(J)
Penyimpanan
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
0 hari 7 hari -.00211 .002198 .350 -.00673 .00251
14 hari -.00656* .002198 .008 -.01117 -.00194
7 hari 0 hari .00211 .002198 .350 -.00251 .00673
14 hari -.00444 .002198 .058 -.00906 .00017
14 hari 0 hari .00656* .002198 .008 .00194 .01117
7 hari .00444 .002198 .058 -.00017 .00906
41
Multiple Comparisons
TBA
LSD
(I)
Penyimpanan
(J)
Penyimpanan
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
0 hari 7 hari -.00211 .002198 .350 -.00673 .00251
14 hari -.00656* .002198 .008 -.01117 -.00194
7 hari 0 hari .00211 .002198 .350 -.00251 .00673
14 hari -.00444 .002198 .058 -.00906 .00017
14 hari 0 hari .00656* .002198 .008 .00194 .01117
7 hari .00444 .002198 .058 -.00017 .00906
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 2,17E-005.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
Lampiran 2. Analisis ragam pengaruh penambahan bentuk ekstrak kayu secang
pada penyimpanan berbeda terhadap nilai Susut Masak bakso daging
sapi
Susut Masak
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Susut_Masak
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 4.397a 8 .550 26.740 .000
Intercept 117.146 1 117.146 5.699E3 .000
Bentuk 3.951 2 1.976 96.115 .000
Penyimpanan .340 2 .170 8.261 .003
Bentuk *
Penyimpanan .106 4 .027 1.291 .310
Error .370 18 .021
Total 121.913 27
42
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Susut_Masak
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 4.397a 8 .550 26.740 .000
Intercept 117.146 1 117.146 5.699E3 .000
Bentuk 3.951 2 1.976 96.115 .000
Penyimpanan .340 2 .170 8.261 .003
Bentuk *
Penyimpanan .106 4 .027 1.291 .310
Error .370 18 .021
Total 121.913 27
Corrected Total 4.767 26
a. R Squared = ,922 (Adjusted R Squared = ,888)
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Susut_Masak
Bentuk Penyimpanan Mean
Std.
Deviation N
Kontrol 0 hari 2.6100 .08544 3
7 hari 2.4000 .10000 3
43
14 hari 2.4333 .11547 3
Total 2.4811 .13119 9
Bubuk 0 hari 1.6667 .15275 3
7 hari 1.6333 .15275 3
14 hari 1.4000 .17321 3
Total 1.5667 .18708 9
Cair 0 hari 2.4333 .11547 3
7 hari 2.0867 .22030 3
14 hari 2.0833 .12583 3
Total 2.2011 .22307 9
Total 0 hari 2.2367 .44677 9
7 hari 2.0400 .36318 9
14 hari 1.9722 .47111 9
Total 2.0830 .42820 27
Multiple Comparisons
Dependent Variable:Susut_Masak
(I)
Bentuk
(J)
Bentuk
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound Upper Bound
LSD Kontrol Bubuk .9144* .06759 .000 .7725 1.0564
44
Cair .2800* .06759 .001 .1380 .4220
Bubuk Kontrol -.9144* .06759 .000 -1.0564 -.7725
Cair -.6344* .06759 .000 -.7764 -.4925
Cair Kontrol -.2800* .06759 .001 -.4220 -.1380
Bubuk .6344* .06759 .000 .4925 .7764
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,021.
*. The mean difference is significant at the ,05
level.
Multiple Comparisons
Dependent Variable:Susut_Masak
(I)
Penyimpanan
(J)
Penyimpanan
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
LSD 0 hari 7 hari .1967* .06759 .009 .0547 .3387
14 hari .2644* .06759 .001 .1225 .4064
7 hari 0 hari -.1967* .06759 .009 -.3387 -.0547
14 hari .0678 .06759 .329 -.0742 .2098
14 hari 0 hari -.2644* .06759 .001 -.4064 -.1225
7 hari -.0678 .06759 .329 -.2098 .0742
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,021.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
Lampiran 3. Analisis ragam pengaruh penambahan bentuk ekstrak kayu secang
pada penyimpanan berbeda terhadap nilai Daya Putus bakso daging
sapi
DPB
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:DPB
45
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .066a 8 .008 11.660 .000
Intercept 48.669 1 48.669 6.880E4 .000
Bentuk .009 2 .005 6.665 .007
Penyimpanan .052 2 .026 36.822 .000
Bentuk *
Penyimpanan .004 4 .001 1.576 .224
Error .013 18 .001
Total 48.748 27
Corrected Total .079 26
a. R Squared = ,838 (Adjusted R Squared = ,766)
Descriptive Statistics
Dependent Variable:DPB
Bentuk Penyimpanan Mean
Std.
Deviation N
Kontrol 0 hari 1.4300 .01732 3
7 hari 1.3467 .00577 3
14 hari 1.3233 .04726 3
46
Total 1.3667 .05477 9
Bubuk 0 hari 1.3567 .04041 3
7 hari 1.3333 .03215 3
14 hari 1.2733 .01528 3
Total 1.3211 .04595 9
Cair 0 hari 1.4133 .01155 3
7 hari 1.3233 .02517 3
14 hari 1.2833 .01155 3
Total 1.3400 .05958 9
Total 0 hari 1.4000 .04031 9
7 hari 1.3344 .02297 9
14 hari 1.2933 .03428 9
Total 1.3426 .05502 27
Multiple Comparisons
Dependent
Variable:DPB
(I)
Bentuk
(J)
Bentuk
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound Upper Bound
LSD Kontrol Bubuk .0456* .01254 .002 .0192 .0719
Cair .0267* .01254 .048 .0003 .0530
47
Bubuk Kontrol -.0456* .01254 .002 -.0719 -.0192
Cair -.0189 .01254 .149 -.0452 .0075
Cair Kontrol -.0267* .01254 .048 -.0530 -.0003
Bubuk .0189 .01254 .149 -.0075 .0452
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,001.
*. The mean difference is significant at the ,05
level.
Multiple Comparisons
Dependent Variable:DPB
(I)
Penyimpanan
(J)
Penyimpanan
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
LSD 0 hari 7 hari .0656* .01254 .000 .0392 .0919
14 hari .1067* .01254 .000 .0803 .1330
7 hari 0 hari -.0656* .01254 .000 -.0919 -.0392
14 hari .0411* .01254 .004 .0148 .0675
14 hari 0 hari -.1067* .01254 .000 -.1330 -.0803
7 hari -.0411* .01254 .004 -.0675 -.0148
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,001.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
49
Pemisahan Daging dengan Jaringan Lemak Penimbangan Ekstrak Kayu Secang
Daging yang Sudah Dipisahkan dengan Lemak
Dipotong Daduh
Penggilingan daging
50
Adonan Bakso yang Sudah ditambahkan Ekstrak
Kayu Secang
Proses Pembuatan Bola-Bola Kecil Bakso
Proses pemasakan bakso Sediakan Bakso yang Sudah dimasak
52
RIWAYAT HIDUP
Dartina dilahirkan pada tanggal 15 April 1996 di, Kabupaten
Sidrap, Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis adalah anak ke
empat dari pasangan Usman dan Najji. Pada tahun 2000
penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar 3 Carawali dan
tamat pada tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis
melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Watang Pulu, tamat pada
tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Kejuruan
Negeri 1 Watang Pulu dan tamat pada tahun 2013. Pada tahun yang sama pula,
penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri dan lulus melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.