karakter bangunan

Upload: lulut-andi-ariyanto

Post on 08-Jan-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

1

TRANSCRIPT

1. BANK MANDIRI

Pada awal pembangunannya, di lokasi ini berdiri suatu gedung pemerintahan yang disebut Gouvernements. Namun pada tahun 1756 digunakan untuk gedung kesenian Societeit De Harmonie. Setalah tahun 1908 dengan berpindahnya gedung kesenian ini ke lokasi baru yaitu jalan Pemuda (bekas Gedung Gris). Lokasi tersebut akhirnya dibongkar dan didirikan bangunan baru yang digunakan untuk Nederlandsche Hendel Maatschappu. Setelah masa kemerdekaan Indonesia, gedung ini ditempati oleh Marga Bhakti yang kemudian dipindahtangankan ke Bank Exim dan PT Pantja Niaga, sekarang bangunan ini digunakan Bank Mandiri

Gedung mandiri merupakan bangunan konservasi, bangunan 2 lantai dengan garis sempadan 0. Memiliki fasad yang memiliki susunan bentuk L yang tidak seimbang di antara kedua sisinya bila seolah-olah dipisahkan oleh suatu garis atau axis di tengah-tengah bangunan, dan bersikap sebagai bangunan sudut lewat penyelesaian sisi sudutnya yang lebih menonjol, di mana pintu utama diletakkan di sudut tersebut. Dari konsep bangunan ini merupakan bangunan sudut di mana pintu masuk utama tersebut menjadi vocal point dari arah barat jalan Letjen Suprapto.

Bentuk bangunan ini didominasi garis-garis vertical dan lengkung. Bentuk ini terlihat pada bukaan-bukaan dinding. Tidak ada tekstur khusus dan warna yang digunakan bersifat netral. Pada tampak utamanya, terdapat bangunan entrance yang dibuat lebih menonjol.

Langgam bangunan ini mengarah pada bangunan colonial dengan ciri bukaan yang besar, dinding menggunakan struktur dinding pemikul, dengan ketebalan dinding 30cm.

2. Gedung Kosong sebelah Bank Mandiri

Merupakan bangunan 2 lantai, dengan penutup atap pelana dan sudut kemiringan 30o. Bangunan ini memiliki tanda-tanda sebagai bangunan sudut, melalui penggunaan menara dengan penutup atap kerucut di sudut bangunan dengan pengaruh Art Deco.

Bentuk bangunan ini didominasi oleh garis vertical dan horizontal. Menara di mana pintu masuk ditempatkan ini sekaligus menjadi unsur vertical yang dominan.

Komposisi padat rongganya membentuk ritmik dengan pola seimbang, baik lantai atas maupun bawah, yang menunjukkan adanya pengulangan pada interval tertentu, membentuk pola simetri. Sedangkan pola penempatan bukaan jendela dan lubang ventilasi lantai dua bersama bukaan pintu lantai bawah yang simetris menciptakan kesan vertikal pada tampilan fasadnya. Kesan horizontal dimunculkan oleh jajaran bukaan dan dsar fasadnya dengan warna gelap.

Dinding menggunakan struktur dinding pemikul dengan batu bata plester dan finishing warna cerah, tanpa tekstur khusus.

3. Koperasi Pundi Arthamas

Sebuah bangunan yang berada di sudut antara Jalan Letjen Suprapto dan jalan Branjangan.Merupakan bangunan 2 lantai, dengan penutup atap pelana dan sudut kemiringan 30o. Bangunan ini memiliki tanda-tanda sebagai bangunan sudut, melalui penggunaan menara dengan penutup atap kerucut di sudut bangunan dengan pengaruh Art Deco.

Bentuk bangunan ini didominasi oleh garis vertical dan horizontal. Menara di mana pintu masuk ditempatkan ini sekaligus menjadi unsur vertical yang dominan.

Komposisi padat rongganya membentuk ritmik dengan pola seimbang, baik lantai atas maupun bawah, yang menunjukkan adanya pengulangan pada interval tertentu, membentuk pola simetri. Sedangkan pola penempatan bukaan jendela dan lubang ventilasi lantai dua bersama bukaan pintu lantai bawah yang simetris menciptakan kesan vertikal pada tampilan fasadnya. Kesan horizontal dimunculkan oleh jajaran bukaan dan dsar fasadnya dengan warna gelap.

Dinding menggunakan struktur dinding pemikul dengan batu bata plester dan finishing warna cerah, tanpa tekstur khusus.

4. Kantor IAI

Bangunan ini terletak di Jalan Suprapto no 28 Semarang. Saat ini terawatt baik dan dipakai sebagai kantor IAI.Bangunan 2 lantai ini merupakan bangunan konservasi. Langgam bangunan ini mengarah pada bangunan Art Modern, konsep bangunan kubikal.

Bentuk bangunan didominasi oleh garis-garis vertical dan horizontal, hal ini terlihat pada bukaan-bukaan dinding dan garis-garis pemisah lubang jendela. Garis horizontal juga terlihat pada garis langit bangunan dan sebagai pemisah lantai 1 dan 2 dan garis fasade bangunan. Hal ini dipertegas pula dengan perbedaan warna. Warna terang pada bagian bawah dan warna netral pada bagian atas. Bangunan ini tidak memiliki tekstur/ornament khusus.

5. Gedung ITC

Bangunan ini terletak di Jalan Suprapto no 30. Dibangun pada tahun 1930an. Saat ini masih terawat baik dan dipakai oleh PT Perusahaan Perdagangan Indonesia.Bangunan 2 lantai ini merupakan bangunan colonial paling modern di kawasan Kota Lama. Gaya yang dipakai adalah Art Modern. Saat ini masih terawat dengan baik dan dipakai oleh PT Perusahaan Perdagangan Indonesia.

Bentuk bangunan didominasi oleh garis-garis vertical dan horizontal. Garis vertical terlihat pada struktur bangunan, bukaan-bukaan dinding dan garis-garis pemisah lubang jendela. Tidak memiliki tekstur khusus, dan menggunakan warna netral.

6. Gereja Blenduk

Merupakan bangunan yang paling menonjol tampilannya, terletak di Jalan Letjen Suprapto no 32. Dinamai Gereja Blenduk karena memiliki 2 menara dan 1 kubah besar. Kubah dalam bahasa Jawa berarti Blenduk.Bangunan ini berdiri tahun 1753, digunakan untuk gereja Nederlandsche Indische Kerk. Gedung ini merupakan pusat dari kawasan kota lama. Gereja Blenduk mengalami perbaikan tahun 1756, 1787, 1794, dan pada tahun 1894 dirombak seperti keadaan sekarang.

Merupakan bangunan preservasi dan digunakan sebagai tempat peribadatan agama Katolik dengan konsep simetris yang bercirikan dengan 2 menara kembar yang terletak di kiri dan kanan bangunan. Langgam bangunan ini campuran antara bangunan Indische dan asritektur pantheon Romawi yang bercirikan pilar-pilar tinggi sebagai struktur utama bangunan.

Bentuk denahnya berorientasi memusat, dengan pola simetris pada fasad depan dan belakang bangunan.

Ornamen : kaca patri asli sejak pertama kali di bangun, bidang lengkung di setiap ambang atas pintu, serta detil garis langit bangunan. Hal ini membuat kesan gelap terang yang cukup menonjol. Warna yang digunakan bersifat netral.

Saat perbaikan, gereja Blenduk tidak mengalami perubahan bentuk denah, hanya penggantian struktur pada kubah menjadi struktur baja, termasuk tambahan 2 menara.

7. Kantor BTPN

Bangunan 4 lantai ini dikelilingi oleh jalan, di antaranya jalan perkutu dan jalan letjen suprapto. Gaya yang dipakai adalah art modern, yakni gaya indisc dengan penambahan sentuhan modern.8. Taman Sri Gunting

Taman ini berbentuk plaza ini memiliki denah segi empat. Taman yang dahulunya bernama Parade Plein ini berada di sebelah kiri Gereja Blenduk

9. Bekas Hotel Jansen

Lahan ini dulunya pernah berdiri hotel Jansen, salah satu Hotel terkenal pada zaman dahulu. Kemudian lahan ini pernah digunakan sebagai tempat pembuangan kendaraan-kendaraan rusak akibat kecelakaan. Dan kini lahan tersebut ditutup dengan dinding setinggi kurang lebih 2 meter

10. Kantor BTPN

Bangunan 4 lantai ini dikelilingi oleh jalan, di antaranya jalan perkutu dan jalan letjen suprapto. Gaya yang dipakai adalah art modern, yakni gaya indisc dengan penambahan sentuhan modern.11. Der Spiegel

Merupakan bangunan konservasi, bangunan 2 lantai dengan garis sempadan 0. Memiliki fasad simetris, dan memiliki penyelesaian bangunan sudut yang baik, yakni memanfaatkan posisi sudut sebagai vocal point. Pola vertical Nampak lebih dominan daripada bentuk horisontalnya.

Fasad Der Spiegel menyerupai Gedung Marba, namun lebih sederhana dari pengolahan bidangnya. Struktur dinding menggunakan dinding bata dengan finishing warna netral. Ragam hiasnya dibentuk dari garis-garis nat yang dibedakan dengan penggunaan warna yang lebih tua.

12. Rumah Kolonial

Rumah colonial memiliki 2 lantai dengan gaya colonial bermaterial utama kayu. Memiliki ciri colonial yang khas, yakni fasad simetris.

13. Hotel Raden Patah

Merupakan bangunan colonial yang modern, karena memiliki fasad yang tidak simetris. Penggunaan konsol dan kosen jendela dan daun jendela menggunakan material kayu. Tidak memiliki ornament khusus.

14. Kantor CV Aneka Diesel

Bangunan ini merupakan bangunan baru dengan ketinggian 2 lantai. Bangunan ini tidak merespon bangunan-bangunan colonial di sekitarnya, karena bangunan ini memang dirancang sesuai dengan fungsinya yakni sebagai tempat penjualan onderdil mesin diesel.

Material dan fasadnya sudah menggunakan konsep modern dengan menggabungkan dinding bata dengan unsur metal/logam.

15. Kantor Notaris

Bangunan ini berada di sebelah timur jembatan Mberok dan sebelah selatan Bank Mandiri. Dulunya bangunan ini digunakan sebagai Kantor Kamar Dagang Pemerintah Belanda pada tahun 1905. Sekarang bangunan ini digunakan sebagai kantor notaris.

Bangunan ini menempati lahan sudut, dan bersikap pula sebagai bangunan sudut. Memiliki 2 fasad yang menghadap jalan, yakni jalan Letjen Suprapto dan jalan Mpu Tantular. Pola vertical terbentuk oleh bidang penempatan pintu masuk utama yang seolah lebih menonjol, pengolahan pada bagian sudut yang dibuat lebih tinggi. Pada bangunan ini dirancang dengan menggunakan dinding ganda pada bagian bawah. Terdapat cukup banyak jendela dan ventilasi sebagai bukaan.

Bangunan ini memiliki atap pelana dengan kemiringan 30 derajat sebagai bentuk aplikasi bangunan tropis. Perletakan jendela yang menjorok ke dalam, merupakan threatment untuk memberikan perlindungan terhadap sengat matahari.

16. Gudang Kosong (eks-bekas kantor Fadjar Bhakti)Gedung kosong satu lantai ini merupakan bekas bangunan kantor Fadjar Bhakti. Kini bangunan tersebut kosong. Kedua bangunan ini memiliki tipologi yang hampir sama, yakni menggunakan atap limasan dengan bukaan-bukaan yang lebar dan hanya memiliki 1 lantai. Ciri bukaan colonial dapat dilihat dari pintu masuk utama yang memiliki tinggi 2 meter. Kedua bangunan ini memiliki finishing dinding yang sama yakni plester kamprot yang dicat warna hitam sehingga terlihat serasi dengan warna putih netral di atasnya.

17. PT Telkom

Merupakan bangunan 1 lantai dengan fasad simetris. Sebagai vocal point adalah pada axis simetrisnya yang memiliki kubah persegi. Memiliki dua buah pintu masuk utama dan bukaan-bukaan jendela yang besar.

Ornamentasi : berupa permainan garis-garis horizontal yang dominan yang dibentuk dari garis-garis nat pada bukaan, ornamentasi krepyak jendela, dan garis kanopi di atas pintu masuk.

Bukaan pada atap di ujung kiri dan kanan bangunan berfungsi sebagai penerangan ke dalam untuk menangkap cahaya matahari. Posisi jendela yang diceruk ke dalam juga merupakan threatment untuk memfilter sinar matahari.

18. PT Jusa Rasa Abadi

Bangunan colonial dua lantai ini kini digunakan sebagai gudang. Struktur utamanya berupa dinding pemikul dengan besi sebagai konsol atap. Ornamentasi terdapat pada bidang daun pintu dan jendela berupa garis-garis kayu.

19. RM Ikan Bakar Cianjur

Bangunan asrama ini dibangun oleh pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1790. Pada tahun 1805, bangunan ini digunakan sebagai tempat tinggal pendeta untuk Gereja Blenduk. Kini bangunan tersebut diambil oleh investor untuk digunakan sebagai Rumah Makan Ikan Bakar Cianjur.

Merupakan bangunan art deco dengan atap pelana kemiringan 45 derajat. Fasade simetris dan mengalami perbaikan ulang sebelum digunakan sebagai rumah makan. Bangunan ini merupakan bangunan dengan konsep konservasi yang sebetulnya menarik dan digunakan di Negara-negara Eropa untuk konservasi bangunan tua mereka. Yakni dengan memanfaatkannya sebagai fungsi modern, interior campuran modern-klasik, bahkan modern, tanpa merusak eksterior. Jika ditelateni, sebetulnya konsep revitalisasi yang dilakukan IBC ini menarik untuk diterapkan di kota Lama

20. PT Jiwasraya

Terletak di jalan Letjen Suprapto 23-25. Dibangun pada tahun 1925 oleh arsitek Thomas Herman Karsten. Bangunan ini tanggap iklim tropis dengan pemanfaatan teras dan balkon sebagai penangkap angin dan pembentuk system pembayangan pada dinding bangunan sehingga dapat menangkal sengat dan silau dari sinar matahari.

Konstruksi bangunan sudah modern, karena sudah tidak menggunakan system dinding pemikul, melainkan menggunakan beton bertulang sehingga dapat mengurangi ketebalan dinding. Begitu pula struktur konsol atap yang menggunakan konsol beton bertulang.

Merupakan konfigurasi 2 lantai dan 3 lantai. Memiliki atap datar dengan denah berbentuk L. Dinding dengan finshing warna netral ini memiliki dominasi bukaan-bukaan dinding sederhana yang membentuk ritme vertical.

21. Gedung Marba

Bangunan sudut ini terletak di jalan Letjen Suprapto no 33 yang waktu itu bernama De Heeren Straat. Dibangun pada abad pertengan XIX, yang diprakarsai oleh Marta Badjunet,seorang warga Negara Yaman yang merupakan saudagar kaya pada waktu itu. Untuk mengenang jasanya, maka bangunan tersebut diberi nama Gedung Marba. Bangunan ini awalnya digunakan untuk kantor usaha pelayaran, Gedung Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL), kemudian digunakan juga untuk toko modern dan satu-satunya pada waktu itu, De Zeikel.

Bangunan ini masih menggunakan konstruksi dinding pemikul setebal 30 cm dengan denah berbentuk persegi panjang. Finishing dindingnya menggunakan bata ekspose dengan perpaduan warna putih pada ornamennya.

Bangunan ini merupakan bangunan sudut dengan memanfaatkan sudut bangunan sebagai vocal point. Ritme vertical dibentuk dari dari bukaan pada lantai bawah dan lantai atas yang dominan dan berpola.

22. Kantor Satlantas

Kantor satlantas terletak di sebelah selatan tanah bekas Hotel Jansen, dan terdiri dari beberapa bangunan tunggal.

23. sToko Multi Jaya

Merupakan bangunan 2 lantai dengan dinding bata dan bukaan pintu yang lebar dengan 2 daun pintu. Ornamentasinya didapat dari bidang daun pintu dan jendela yang menggunakan krepyak.

24. Gudang Kosong sebelah kiri kantor satlantas

Gudang ini sudah rapuh, lapuk, dan atapnya mengalami pelendutan. Tritisan atapnya sangat kecil, bahkan untuk iklim tropis, kemiringan atapnya terlalu tinggi. Ornamentasi horisontal terbentuk dari daun pintu dan jendela yang menggunakan krepyak. Pada bukaan terdapat kantilever pelindung jendela dan pintu. KARAKTERISTIK BANGUNAN

1. Bank Mandiri

Gedung mandiri merupakan bangunan konservasi, bangunan 2 lantai dengan garis sempadan 0. Memiliki fasad yang memiliki susunan bentuk L yang tidak seimbang di antara kedua sisinya bila seolah-olah dipisahkan oleh suatu garis atau axis di tengah-tengah bangunan, dan bersikap sebagai bangunan sudut lewat penyelesaian sisi sudutnya yang lebih menonjol, di mana pintu utama diletakkan di sudut tersebut. Dari konsep bangunan ini merupakan bangunan sudut di mana pintu masuk utama tersebut menjadi vocal point dari arah barat jalan Letjen Suprapto.

Bentuk bangunan ini didominasi garis-garis vertical dan lengkung. Bentuk ini terlihat pada bukaan-bukaan dinding. Tidak ada tekstur khusus dan warna yang digunakan bersifat netral. Pada tampak utamanya, terdapat bangunan entrance yang dibuat lebih menonjol.

Langgam bangunan ini mengarah pada bangunan colonial dengan ciri bukaan yang besar, dinding menggunakan struktur dinding pemikul, dengan ketebalan dinding 30cm. 2. Gedung Kosong sebelah Bank Mandiri

Merupakan bangunan 2 lantai, dengan penutup atap pelana dan sudut kemiringan 30o. Bangunan ini memiliki tanda-tanda sebagai bangunan sudut, melalui penggunaan menara dengan penutup atap kerucut di sudut bangunan dengan pengaruh Art Deco.

Bentuk bangunan ini didominasi oleh garis vertical dan horizontal. Menara di mana pintu masuk ditempatkan ini sekaligus menjadi unsur vertical yang dominan.

Komposisi padat rongganya membentuk ritmik dengan pola seimbang, baik lantai atas maupun bawah, yang menunjukkan adanya pengulangan pada interval tertentu, membentuk pola simetri. Sedangkan pola penempatan bukaan jendela dan lubang ventilasi lantai dua bersama bukaan pintu lantai bawah yang simetris menciptakan kesan vertikal pada tampilan fasadnya. Kesan horizontal dimunculkan oleh jajaran bukaan dan dsar fasadnya dengan warna gelap.

Dinding menggunakan struktur dinding pemikul dengan batu bata plester dan finishing warna cerah, tanpa tekstur khusus.

3. Koperasi Pundi Arthamas

Bangunan ini merupakan bangunan konservasi dengan jumlah lantai : 1 dan garis sempadan 0. Sebuah bangunan satu lantai dengan atap limasan, fasade utama bangunan menghadap jalan Branjangan dan fasad yang lain menghadap Jalan Letjen Suprapto. Konsep bangunan merupakan arsitektur art modern, di mana sudah tidak murni arsitektur indis, namun terdapat sentuhan modern pada eksteriornya.

Bangunan menggunakan finishing warna netral-muda, dan tidak memiliki ornament/tekstur khusus.

4. Kantor IAI

Bangunan 2 lantai ini merupakan bangunan konservasi. Langgam bangunan ini mengarah pada bangunan Art Modern, konsep bangunan kubikal.

Bentuk bangunan didominasi oleh garis-garis vertical dan horizontal, hal ini terlihat pada bukaan-bukaan dinding dan garis-garis pemisah lubang jendela. Garis horizontal juga terlihat pada garis langit bangunan dan sebagai pemisah lantai 1 dan 2 dan garis fasade bangunan. Hal ini dipertegas pula dengan perbedaan warna. Warna terang pada bagian bawah dan warna netral pada bagian atas. Bangunan ini tidak memiliki tekstur/ornament khusus.5. Kantor ITC

Bangunan 2 lantai ini merupakan bangunan colonial paling modern di kawasan Kota Lama. Gaya yang dipakai adalah Art Modern. Saat ini masih terawat dengan baik dan dipakai oleh PT Perusahaan Perdagangan Indonesia.

Bentuk bangunan didominasi oleh garis-garis vertical dan horizontal. Garis vertical terlihat pada struktur bangunan, bukaan-bukaan dinding dan garis-garis pemisah lubang jendela. Tidak memiliki tekstur khusus, dan menggunakan warna netral.

6. Gereja Blenduk

Merupakan bangunan preservasi dan digunakan sebagai tempat peribadatan agama Katolik dengan konsep simetris yang bercirikan dengan 2 menara kembar yang terletak di kiri dan kanan bangunan. Langgam bangunan ini campuran antara bangunan Indische dan asritektur pantheon Romawi yang bercirikan pilar-pilar tinggi sebagai struktur utama bangunan.

Bentuk denahnya berorientasi memusat, dengan pola simetris pada fasad depan dan belakang bangunan.

Ornamen : kaca patri asli sejak pertama kali di bangun, bidang lengkung di setiap ambang atas pintu, serta detil garis langit bangunan. Hal ini membuat kesan gelap terang yang cukup menonjol. Warna yang digunakan bersifat netral.

Saat perbaikan, gereja Blenduk tidak mengalami perubahan bentuk denah, hanya penggantian struktur pada kubah menjadi struktur baja, termasuk tambahan 2 menara.

7. Kantor BTPN

Bangunan 4 lantai ini dikelilingi oleh jalan, di antaranya jalan perkutu dan jalan letjen suprapto. Gaya yang dipakai adalah art modern, yakni gaya indisc dengan penambahan sentuhan modern.8. Der Spiegel

Merupakan bangunan konservasi, bangunan 2 lantai dengan garis sempadan 0. Memiliki fasad simetris, dan memiliki penyelesaian bangunan sudut yang baik, yakni memanfaatkan posisi sudut sebagai vocal point. Pola vertical Nampak lebih dominan daripada bentuk horisontalnya.

Fasad Der Spiegel menyerupai Gedung Marba, namun lebih sederhana dari pengolahan bidangnya. Struktur dinding menggunakan dinding bata dengan finishing warna netral. Ragam hiasnya dibentuk dari garis-garis nat yang dibedakan dengan penggunaan warna yang lebih tua.

9. Rumah Kolonial

Rumah colonial memiliki 2 lantai dengan gaya colonial bermaterial utama kayu. Memiliki ciri colonial yang khas, yakni fasad simetris.10. Hotel Raden Patah

Merupakan bangunan colonial yang modern, karena memiliki fasad yang tidak simetris. Penggunaan konsol dan kosen jendela dan daun jendela menggunakan material kayu. Tidak memiliki ornament khusus.

11. Kantor CV Aneka Diesel

Bangunan ini merupakan bangunan baru dengan ketinggian 2 lantai. Bangunan ini tidak merespon bangunan-bangunan colonial di sekitarnya, karena bangunan ini memang dirancang sesuai dengan fungsinya yakni sebagai tempat penjualan onderdil mesin diesel.

Material dan fasadnya sudah menggunakan konsep modern dengan menggabungkan dinding bata dengan unsur metal/logam.

12. Kantor Notaris

Bangunan ini menempati lahan sudut, dan bersikap pula sebagai bangunan sudut. Memiliki 2 fasad yang menghadap jalan, yakni jalan Letjen Suprapto dan jalan Mpu Tantular. Pola vertical terbentuk oleh bidang penempatan pintu masuk utama yang seolah lebih menonjol, pengolahan pada bagian sudut yang dibuat lebih tinggi. Pada bangunan ini dirancang dengan menggunakan dinding ganda pada bagian bawah. Terdapat cukup banyak jendela dan ventilasi sebagai bukaan.

Bangunan ini memiliki atap pelana dengan kemiringan 30 derajat sebagai bentuk aplikasi bangunan tropis. Perletakan jendela yang menjorok ke dalam, merupakan threatment untuk memberikan perlindungan terhadap sengat matahari.

13. Gedung Kosong eks kantor Fadjar Bhakti dan Gedung Bank NISP

Kedua bangunan ini memiliki tipologi yang hampir sama, yakni menggunakan atap limasan dengan bukaan-bukaan yang lebar dan hanya memiliki 1 lantai. Ciri bukaan colonial dapat dilihat dari pintu masuk utama yang memiliki tinggi 2 meter. Kedua bangunan ini memiliki finishing dinding yang sama yakni plester kamprot yang dicat warna hitam sehingga terlihat serasi dengan warna putih netral di atasnya.

14. PT TelkomMerupakan bangunan 1 lantai dengan fasad simetris. Sebagai vocal point adalah pada axis simetrisnya yang memiliki kubah persegi. Memiliki dua buah pintu masuk utama dan bukaan-bukaan jendela yang besar.

Ornamentasi : berupa permainan garis-garis horizontal yang dominan yang dibentuk dari garis-garis nat pada bukaan, ornamentasi krepyak jendela, dan garis kanopi di atas pintu masuk.

Bukaan pada atap di ujung kiri dan kanan bangunan berfungsi sebagai penerangan ke dalam untuk menangkap cahaya matahari. Posisi jendela yang diceruk ke dalam juga merupakan threatment untuk memfilter sinar matahari.

15. PT Jusa Rasa Abadi

Bangunan colonial dua lantai ini kini digunakan sebagai gudang. Struktur utamanya berupa dinding pemikul dengan besi sebagai konsol atap. Ornamentasi terdapat pada bidang daun pintu dan jendela berupa garis-garis kayu.

16. RM Ikan Bakar Cianjur

Merupakan bangunan art deco dengan atap pelana kemiringan 45 derajat. Fasade simetris dan mengalami perbaikan ulang sebelum digunakan sebagai rumah makan. Bangunan ini merupakan bangunan dengan konsep konservasi yang sebetulnya menarik dan digunakan di Negara-negara Eropa untuk konservasi bangunan tua mereka. Yakni dengan memanfaatkannya sebagai fungsi modern, interior campuran modern-klasik, bahkan modern, tanpa merusak eksterior. Jika ditelateni, sebetulnya konsep revitalisasi yang dilakukan IBC ini menarik untuk diterapkan di kota Lama17. Kantor Jiwasraya

Merupakan bangunan karya Thomas Karsten. Bangunan ini tanggap iklim tropis dengan pemanfaatan teras dan balkon sebagai penangkap angin dan pembentuk system pembayangan pada dinding bangunan sehingga dapat menangkal sengat dan silau dari sinar matahari.

Konstruksi bangunan sudah modern, karena sudah tidak menggunakan system dinding pemikul, melainkan menggunakan beton bertulang sehingga dapat mengurangi ketebalan dinding. Begitu pula struktur konsol atap yang menggunakan konsol beton bertulang.

Merupakan konfigurasi 2 lantai dan 3 lantai. Memiliki atap datar dengan denah berbentuk L. Dinding dengan finshing warna netral ini memiliki dominasi bukaan-bukaan dinding sederhana yang membentuk ritme vertical.

18. Gedung Marba

Bangunan ini masih menggunakan konstruksi dinding pemikul setebal 30 cm dengan denah berbentuk persegi panjang. Finishing dindingnya menggunakan bata ekspose dengan perpaduan warna putih pada ornamennya.

Bangunan ini merupakan bangunan sudut dengan memanfaatkan sudut bangunan sebagai vocal point. Ritme vertical dibentuk dari dari bukaan pada lantai bawah dan lantai atas yang dominan dan berpola.

19. Toko Multi Jaya

Merupakan bangunan 2 lantai dengan dinding bata dan bukaan pintu yang lebar dengan 2 daun pintu. Ornamentasinya didapat dari bidang daun pintu dan jendela yang menggunakan krepyak.

20. Gudang Kosong sebelah kiri kantor satlantas

Gudang ini sudah rapuh, lapuk, dan atapnya mengalami pelendutan. Tritisan atapnya sangat kecil, bahkan untuk iklim tropis, kemiringan atapnya terlalu tinggi. Ornamentasi horisontal terbentuk dari daun pintu dan jendela yang menggunakan krepyak. Pada bukaan terdapat kantilever pelindung jendela dan pintu.