kalium permanganat

10

Click here to load reader

Upload: nahlionny-ritman-ii

Post on 18-Sep-2015

29 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Kalium permanganat

TRANSCRIPT

  • JURNAL PRAKTIKUM

    KIMIA ANALITIK II

    Titrasi Permanganometri

    Selasa, 10 Mei 2014

    Disusun Oleh :

    YASA ESA YASINTA

    1112016200062

    Kelompok :

    Mawah shofwah

    Millah hanifah

    Savira aulia

    Widya fitriani

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2014

  • I. ABSTRAK

    Telah dilakukan praktikum tentangtitrasi permanganometri. Titrasi

    permanganometri ini harus dilakukan ditempat yang gelap. Titrasi yang

    dilakukan dalam suasana asam. Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan

    reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan larutan baku tertentu. Hasil titik

    akhir titrasi pada saat proses standarisasi kalium permanganate ditunjukkan

    dengan adanya perubahan warna larutan menjadi merah rose. Pada percobaan

    ini dilakukan standarisasi KMnO4 dengan menggunakan campuran asam

    oksalat dan H2SO4 dan penentuan kadar FeSO4. Berdasarkan perhitungan di

    dapatkan molaritas KMnO4 adalah 0,27 M, molaritas FeSO4 adalah 0,04 M

    dan massa FeSO4 adalah 0,091 gram. Hasil titik akhir titrasi pada saat proses

    penentuan kadar besi(II) sulfat yaitu ditunjukkan dengan adanya perubahan

    warna larutan menjadi merah, warna ini didapat dalam percobaan ketika sudah

    ditrasi dengan kalium permanganat volume sebanyak 2,4 ml sehingga

    diperolehlah konsentrasi dari besi(II) sulfat yaitu 0,04 M dan Kadar Fe dalam

    larutan besi(II) sulfat sebesar 2,63%.

    II. PENDAHULUAN

    Permanganat dengan asam oksalat, dengan adanya asam sulfat,

    menghasilkan gas karbon dioksida: 2MnO4- + 5(COO)22- + 16 H+ 10CO2+

    2Mn2+ + 8H2O Reaksi ini lambat pada suhu kamar, tetapi menjadi cepat pada

    60C. ion mangan(II) mengkatalisis reaksi ini; jadi, reaksi ini adalah

    otokatalitik; sekali ion mangan(II) telah terbentuk, reaksi menjadi semakin

    cepat (G.Svehla, 1987. Hal:387)

    Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi

    oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi

    dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi

  • dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi

    dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe2+,

    asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya (Anonim).

    Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan

    secara luas dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir

    dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan terjadi

    banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk

    digunakan dalam analisa titrimetrik, dan penerapan-penerapannya cukup

    banyak (Underwood, 2002 : 287).

    Kalium permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen

    pengoksidasi selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan

    mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan

    yang amat encer. Satu tetes 0,1 N permanganat memberikan warna merah muda

    yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah

    titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut.

    Permanganat menjalani beragam reaksi kimia, karena mangan dapat hadir

    dalam kondisi-kondisi oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7. Reaksi yang paling

    umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi dalam larutan-

    larutan yang bersifat amat asam, 0,1N atau lebih besar:

    MnO4-+ 8H+ + 5e Mn2+ + 4 H2O E0 = + 1,51 V

    Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi

    berdasarkan reaksi ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan

    atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Permanganat

    adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn(II)

    menjadi MnO2 sesuai persamaan: 3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O 5MnO2(s) + 4H+

    Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari

    titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2.

    Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan

  • permanganat. Mangan dioksida mengkatalisis dekomposisi larutan

    permanganat. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat, atau

    terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agenagen

    pereduksi di dalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan-tindakan ini

    biasanya berupa larutan Kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan

    substansi-substansi yang dapat direduksi, dan penyaringan melalui asbestos

    atau gelas yang disinter (filterfilter non pereduksi) untuk menghilangkan MnO2.

    Larutan tersebut kemudian distandarisasi, dan jika disimpan dalam gelap dan

    tidak diasamkan, konsentrasinya tidak akan berubah selama beberapa bulan

    (Underwood, 2002 : 290).

    Penentuan titrimetrik kalsium dalam kapur sering kali digunakan

    sebagai latihan untuk mahasiswa. Kalsium mengendap sebagai oksalat,

    CaC2O4. Setelah penyaringan dan pencucian, endapan dilarutkan dalam asam

    sulfat dan oksalatnya dititrasi dengan permanganat (Underwood, 2002 : 293).

    III. ALAT, BAHAN Dan METODE

    Alat:

    Gelas ukur

    Batang pengaduk

    Pipet tetes

    Labu erlenmeyer

    Statif dan klem

    Buret

    Corong gelas

    Kertas sampul

    Gelas kimia

    Penangas air

    Termometer

  • Bahan:

    Larutan asam oksalat (H2C2O4)

    Larutan H2SO4

    Larutan KMnO4

    Larutan FeSO4

    Metode Kerja:

    Standarisasi KMnO4

    1. Ambil 10 ml larutan asam oksalat 0,1M masukkan ke dalam labu

    erlenmeyer.

    2. Tambahkan 10 ml Larutan H2SO4 2M aduk dengan rata, kemudian

    panaskan sampai 700C-800C menggunakan penangas air.

    3. Masukkan Larutan KMnO4 kedalam buret dan bungkus dengan

    alumunium foil atau Koran.

    4. Dalam keadaan panas, titrasi larutan dalam erlenmeyer dengan KMnO4

    secara perlahan-lahan sampai diperoleh warna merah rose yang stabil.

    Penentuan Kadar FeSO4

    1. Ambil 15 ml larutan FeSO4 msukkan larutan tersebut kedalam labu

    erlenmeyer.

    2. Tambahkan dengan 10 ml Larutan H2SO4 kedalam labu erlenmeyer tadi.

    3. Titrasi dengan Larutan KMnO4 sampai warnanya merah.

  • IV. HASIL PENGAMATAN Dan PEMBAHASAN

    Hasil pengamatan:

    Standarisasi KMnO4

    Larutan asam oksalat (H2C2O4) 0,1

    M

    Volume 10 ml

    Larutan tidak berwarna

    Larutan H2SO4 2M Volume 10 ml

    Larutan tidak berwarna

    Larutan asam oksalat (H2C2O4) +

    Larutan H2SO4 2M

    (Dipanaskan)

    Larutan tidak berwarna

    Suhu pemanasan larutan 70-800C

    Larutan yang sudah dipanaskan tadi

    di titrasi dengan larutan KMnO4

    Larutan berubah warna menjadi

    warna merah rose, pada tetes ke 74

    tetes = 3,7 ml

    Penentuan kadar FeSO4

    Larutan FeSO4 Volume 15 ml

    Larutan berwarna kuning

    Larutan H2SO4 2M Volume 10 ml

    Larutan tidak berwarna

    Larutan FeSO4 + Larutan H2SO4 Larutan tidak berwarna

    Larutan FeSO4 + Larutan H2SO4

    dititrasi dengan larutan KMnO4

    Titik akhir titrasi pada saat diperoleh

    warna merah.

    Volume titrasi 48 tetes = 2,4 ml

  • Persmaan Reaksi

    Reaksi pada standarisasi :

    2MnO4- + 5(COO)22- + 16H+ 10CO2(g) + 2Mn2+ + 8H2O

    Reaksi pada sample :

    5Fe2+ + MnO4- + 8H+ Mn+ + 5Fe3+ + 4H2O

    Perhitungan

    Standarisasi KMnO4

    M KMnO4 x V KMnO4 = M H2C2O4 x V H2C2O4

    M KMnO4 x 3,7 ml = 0,1 M x 10 ml

    M KMnO4 = 0,27 M

    Penentuan Kadar FeSO4

    M FeSO4 x V FeSO4 = M KMnO4 x V KMnO4

    M FeSO4 x 15 ml = 0,27 M x 2,4 ml

    M FeSO4 = 0,04 M

    W FeSO4 =0,04 M x 151,8

    gr

    mol x 15 ml

    1000

    = 0,091 gram

    Be Fe = BM

    =

    55,8

    1 = 55,8

    W Fe2+ = (V.M)KMnO4

    4 x Be Fe =

    2,4 ml x 0,27 M

    15 ml x 55,8 = 2,4 mg

    = 2,4 x 10 -3gram

    % kadar Fe = W Fe2+

    4 x 100 % =

    0,0024 gram

    0,091 gram x 100 % = 2,63 %

  • Pembahasan:

    Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan tentang titrasi

    permanganometri. Langkah pertama yang dilakukan yaitu pembakuan/

    standarisasi kalium permanganat dan yang kedua penentuan kadar FeSO4.

    Kalium permanganat merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat.

    Pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indicator, karena mampu

    bertindak sebagai indikator. Permanganat dengan asam oksalat, dengan adanya

    asam sulfat, menghasilkan gas karbon dioksida:

    2MnO4- + 5(COO)22- + 16 H+ 10CO2+ 2Mn2+ + 8H2O

    Reaksi ini lambat pada suhu kamar, tetapi menjadi cepat pada 60C. maka

    diperlukan pemanasan sebelum dititrasi, dalam praktikum ini praktikan

    memanaskan larutan terlebih dahulu.

    Ion mangan(II) mengkatalisis reaksi ini; jadi, reaksi ini adalah

    otokatalitik; sekali ion mangan(II) telah terbentuk, reaksi menjadi semakin

    cepat. Pada proses titrasi permanganometri tidak perlu ditambahkan indikator

    untuk mengatahui terjadinya titik ekivalen, karena MnO4 yang berwarna ungu

    dapat berfungsi sebagai indikator sendiri ( auto indicator ). Titik akhir titrasi

    adalah saat larutan berwarna merah muda keunguan.

    Pada saat titrasi yang melibatkan kalium permanganat sebaiknya

    digunakan alat gelas (buret, botol penyimpanan larutan) yang berwarna gelap,

    karena dikhawatirkan kalium permanganat yang sedang digunakan, terurai oleh

    cahaya, sehingga apabila tidak ada botol ataupun alat gelas yang gelap,

    sebaiknya digunakan penutup ( bisa berupa alumunium foil ataupun plastik

    hitam) untuk membungkus alat gelas bening tersebut agar kedap cahaya.

    Pada saat penentuan konsentrasi kalium permanganat, digunakan asam

    oksalat sebagai zat baku primer. Asam oksalat dikatakan zat baku primer

    dikarenakan asam oksalat merupakan zat yang stbil, memiliki Mr tinggi dan

    memiliki kriteria lainnya sebagai standar primer. Asam oksalat dapat bereaksi

    dengan kalium permanganat dengan reaksi:

  • C2O42- 2CO2 + 2e- (x5)

    MnO4- + 8H+ +5e- Mn2+ + 4H2O (x2) 5C2O42- + 2MnO4-+16 H+ 2Mn2+ + 8H2O +10 CO2

    Karena asam oksalat merupakan asam organik, asam oksalat bereaksi

    lambat dengan kalium permanganat, sehingga dalam proses titrasinya harus

    dalam keadaan panas, agar kita lebih mudah melakukan titrasi dan mencegah

    kesalahan penentuan Titik Akhir yang diakibatkan oleh lamanya reaksi antara

    asam oksalat dan kalium permanganat.

    Penentuan kadar Fe dalam FeSO4 dilakukan dengan pembuatan larutan

    terlebih dahulu. Larutan kemudian dipanaskan untuk menghilangkan adanya

    ion-ion pengganggu atau pengotor yang dapat mempengaruhi hasil yang akan

    dicapai. Larutan FeSO4 yang ditambah H2SO4 kemudisn dipanaskan ,

    tujuannya untuk menghilangkan kadar zat lain yang terkandung didalam larutan

    tersebut sehingga tidak mengganggu reaksi yang terjadi.

    Selanjutnya dilakukan titrasi dengan KMnO4 hingga mencapai volume

    tertentu yang dapat ditandai dengan perubahan warna. Titrasi dilakukan sampai

    warna larutan yang awalnya tidak berwarna menjadi merah rose. Setelah

    perhitungan didapatkan molaritas dari KMnO4 sebesar 0,27 M dan FeSO4 0,04

    M, sedangkan massa FeSO4 yang diperoleh sebesar 0,091 gram dan kadarnya

    sebesar 2,63 %.

    V. KESIMPULAN

    1. Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi

    oleh kalium permanganate (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi

    oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan larutan baku

    tertentu.

    2. Titrasi permanganometri harus dilakukan ditempat yang gelap.

  • 3. Permanganat sebagai penitrasi dan bertindak sebagai pengoksidasi.

    4. konsentrasi dari kalium permanganate yaitu 0,24M.

    5. Kadar Fe dalam larutan besi(II) sulfat sebesar 2,63 %.

    VI. REFERENSI

    JR., R.A. DAY dan UNDERWOOD,A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif

    Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

    Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro

    Bagian I Edisi ke Lima. Jakarta: PT.Kalman Media Pusaka

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23804/3/Chapter%20II.pdf