referat kalium deddy

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang (K) dengan nomor atom 19. Kalium berbentuk logam lunak berwarna putih keperakan dan termasuk golongan alkali tanah. Secara alami, kalium ditemukan sebagai senyawa dengan unsur lain yang ada di dalam air laut atau mineral lainnya. Kalium memiliki sifat teroksidasi sangat cepat dengan udara dan sangat reaktif terutama dalam air, dan secara kimiawi memiliki sifat yang mirip dengan natrium. Sumber kalium terbesar terdapat dalam sayur-sayuran, buah-buahan terutama pisang dan avokado, serta beberapa kacang-kacangan. 1 Di dalam tubuh kalium akan mempunyai fungsi dalam menjaga keseimbangan cairan-elektrolit dan keseimbangan asam basa. Selain itu, bersama dengan kalsium (Ca) dan natrium (Na), kalium berperan dalam transmisi saraf,

Upload: muhammad-gufran

Post on 21-Dec-2015

50 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

bjkbbgkj

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki

lambang (K) dengan nomor atom 19. Kalium berbentuk logam lunak berwarna

putih keperakan dan termasuk golongan alkali tanah. Secara alami, kalium

ditemukan sebagai senyawa dengan unsur lain yang ada di dalam air laut atau

mineral lainnya. Kalium memiliki sifat teroksidasi sangat cepat dengan udara dan

sangat reaktif terutama dalam air, dan secara kimiawi memiliki sifat yang mirip

dengan natrium. Sumber kalium terbesar terdapat dalam sayur-sayuran, buah-

buahan terutama pisang dan avokado, serta beberapa kacang-kacangan.1

Di dalam tubuh kalium akan mempunyai fungsi dalam menjaga

keseimbangan cairan-elektrolit dan keseimbangan asam basa. Selain itu, bersama

dengan kalsium (Ca) dan natrium (Na), kalium berperan dalam transmisi saraf,

pengaturan enzim dan kontraksi otot. Ginjal adalah organ tubuh yang berperan

sebagai regulator utama bagi mineral kalium agar kadarnya tetap seimbang serta

mengontrol ekskresi dari kalium agar tidak berlebihan di dalam darah. Kadar

kalium yang tinggi dapat meningkatkan ekskresi dari natrium, sehingga dapat

menurunkan volume dan tekanan darah.1,5

Hiperkalemia, didefinisikan sebagai kondisi dimana kadar kalium serum

yang lebih besar dari 5,3 meq/L. Di Amerika Serikat, terutama pada pasien-pasien

yang dirawat inap, angka kejadian hiperkalemia berkisar antara 1-10%. Di

berbagai negara seperti Inggris, Australia, dan berbagai Negara di Asia, angka

kejadian hiperkalemia berkisar sekitar 10% dari populasi. Dua puluh delapan

persen pasien dengan tingkat kalium serum lebih besar dari 7 mEq / L meninggal,

dibandingkan dengan 9% dari mereka dengan tingkat kalium di bawah 6,5 mEq /

L. Dalam 7 dari 58 kematian, penyebab kematian secara langsung terkait dengan

hiperkalemia. Sebagian besar kasus yang mengakibatkan kematian yang rumit

oleh gagal ginjal.1,3

Hipokalemia (K serum < 3,5 mEq/L) merupakan salah satu kelainan

elektrolit yang ditemukan pada pasien rawat inap. Di Amerika, 20% dari pasien

rawat inap didapati mengalami hipokalemia, namun hipokalemia yang bermakna

klinik hanya terjadi pada 4-5% dari para pasien ini. Kekerapan pada pasien rawat-

jalan yang mendapat diuretik sebesar 40%. Walaupun kadar kalium dalam serum

hanya sebesar 2% dari kalium total tubuh dan pada banyak kasus tidak

mencerminkan kadar kalium tubuh; hipokalemia perlu dipahami karena semua

intervensi medis untuk mengatasi hipokalemia berpatokan pada kadar kalium

serum.3

Faktor risiko terjadinya hiperkalemia mencakup usia lanjut, adanya gagal

ginjal, diabetes mellitus, dan gagal jantung. Selain itu, satu laporan mengenai

peningkatan insiden hiperkalemia juga terjadi pada pasien dengan kanker dan

penyakit gastrointestinal. Penggunaan suplemen kalium dan potassium-sparing

diuretic, pada pasien dengan insufisiensi ginjal turut memberikan kontribusi

terhadap hiperkalemia di hampir satu setengah dari seluruh kasus hiperkalemia.2

konsentrasi kalium darah terlalu rendah, biasanya disebabkan oleh ginjal

yang tidak berfungsi secara normal atau terlalu banyak kalium yang hilang

melalui saluran pencernaan (karena diare, muntah, penggunaan obat pencahar

dalam waktu yang lama atau polip usus besar). Hipokalemia jarang disebabkan

oleh asupan yang kurang karena kalium banyak ditemukan dalam makanan sehari-

hari.2

1.2 Tujuan

1. Mengetahui gambaran klinis dan penatalaksanaan pada penderita dengan

kondisi hiperkalemia.

2. Mengetahui gambaran klinis dan penatalaksanaan pada penderita dengan

kondisi hipokalemia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Distribusi Cairan Tubuh

Di dalam tubuh manusia, cairan akan terdistridusi ke dalam 2

kompartemen utama yaitu cairan intraselular (ICF) dan cairan ekstrasellular

(ECF). Cairan intraselular adalah cairan yang terdapat di dalam sel sedangkan

cairan ekstraselular adalah cairan yang terdapat di luar sel. Kedua kompartemen

ini dipisahkan oleh sel membran yang memiliki permeabilitas tertentu. Hampir

67% dari total air dalam tubuh (Body’s Water), terdapat di dalam cairan

intrasellular dan 33% sisanya akan berada pada cairan ekstrasellular. Air yang

berada di dalam cairan ekstrasellular ini kemudian akan terdistribusi kembali

kedalam 2 Sub-Kompartemen yaitu pada cairan interstisial (ISF) dan cairan

intravaskular (plasma darah). 75% dari air pada kompartemen cairan ekstraselular

ini akan terdapat pada sela-sela sel (cairan interstisial) dan 25%-nya akan berada

pada plasma darah (cairan intravaskular). Pendistribusian air di dalam 2

kompartemen utama (Cairan Intrasellular dan Cairan Ekstrasellular) ini sangat

bergantung pada jumlah elektrolit dan makromolekul yang terdapat dalam kedua

kompartemen tersebut. Karena sel membran yang memisahkan kedua

kompartemen ini memiliki permeabilitas yang berbeda untuk tiap zat, maka

konsentrasi larutan (osmolality) pada kedua kompartemen juga akan berbeda.2,5

2.2 Elektrolit

Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk ion

bebas (free ions). Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis

yaitu kation dan anion. Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka

elektrolit tersebut disebut sebagai kation sedangkan jika elektrolit tersebut

mempunyai muatan negatif (-) maka elektrolit tersebut disebut sebagai anion.

Contoh dari kation adalah natrium (Na) dan nalium (K) & contoh dari anion

adalah klorida (Cl) dan bikarbonat (HCO). Elektrolit-elektrolit yang terdapat

dalam jumlah besar di dalam tubuh antara lain adalah natrium (Na), kalium (K),

kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorida (Cl), bikarbonat (HCO), fosfat (HPO) dan

sulfat (SO) Di dalam tubuh manusia, kesetimbangan antara air (H O)-elektrolit

diatur secara ketat agar sel-sel 2 dan organ tubuh dapat berfungsi dengan baik.

Pada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain

dalam menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam

kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh dan juga

akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam

setiap proses metabolisme.4,5

2.3 Mineral

Berdasarkan kebutuhannya di dalam tubuh, mineral dapat digolongkan

menjadi 2 kelompok utama yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral

makro adalah mineral yang menyusun hampir 1% dari total berat badan manusia

dan dibutuhkan dengan jumlah lebih dari 1000 mg/hari, sedangkan mineral mikro

(Trace) merupakan mineral yang dibutuhkan dengan jumlah kurang dari 100

mg /hari dan menyusun lebih kurang dari 0.01% dari total berat badan. Mineral

yang termasuk di dalam kategori mineral makro utama adalah kalsium (Ca),

fosfor (P), magnesium (Mg), sulfur (S), kalium (K), klorida (Cl), dan natrium

(Na). Sedangkan mineral mikro terdiri dari kromium (Cr), tembaga (Cu), fluoride

(F), yodium (I) , besi (Fe), mangan (Mn), silisium (Si) and seng (Zn). Dalam

komposisi air keringat, tiga mineral utama yaitu natrium, kalium & klorida

merupakan mineral dengan konsentrasi terbesar yang terdapat di dalamnya.

Sehingga dengan semakin besar laju pengeluaran keringat, maka laju kehilangan

natrium , kalium dan klorida dari dalam tubuh juga akan semakin besar.1,4,5

2.4 Kalium

Kalium merupakan ion bermuatan positif (kation) utama yang terdapat di

dalam cairan intrasellular (ICF) dengan konsentrasi ±150 mmol/L. Sekitar 90%

dari total kalium tubuh akan berada di dalam kompartemen intraseluler. Sekitar

0.4% dari total kalium tubuh akan terdistribusi ke dalam ruangan vascular yang

terdapat pada cairan ekstraselular dengan konsentrasi antara 3.5-5.0 mmol /L.

Rasio kalium intraseluler-ekstraseluler sangat penting dalam menentukan potensi

membran selular. Perubahan kecil dalam tingkat kalium ekstraselular dapat

memiliki efek mendalam pada fungsi sistem kardiovaskular dan neuromuskular.

Konsentrasi total kalium di dalam tubuh diperkirakan sebanyak 2g/kg berat badan.

Namun jumlah ini dapat bervariasi bergantung terhadap beberapa faktor seperti

jenis kelamin, umur dan massa otot (muscle mass). Kebutuhan minimum kalium

diperkirakan sebesar 782 mg/hari. Di dalam tubuh kalium akan mempunyai fungsi

dalam menjaga keseimbangan cairan-elektrolit dan keseimbangan asam basa.

Selain itu, bersama dengan kalsium (Ca ) dan natrium (Na ), kalium akan berperan

dalam transmisi saraf, pengaturan enzim dan kontraksi otot. Hampir sama dengan

natrium, kalium juga merupakan garam yang dapat secara cepat diserap oleh

tubuh. Setiap kelebihan kalium yang terdapat di dalam tubuh akan dikeluarkan

melalui urin serta keringat.5

2.5 Metabolisme Kalium Tubuh

Konsentrasi Kalium cairan Ekstraseluler normalnya diatur dengan tepat

kira-kira 4,2 mEq/liter, jarang sekali naik atau turun lebih dari 0,3 mEq/liter.

Pengaturan yang tepat ini perlu karena banyak fungsi sel bersifat sensitif terhadap

perubahan konsentrasi kalium di ekstraseluler. Sebagai contoh, peningkatan

konsentrasi kalium plasma hanya 4 mEq/liter dapat menyebabkan aritmia jantung

dan konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat menimbulkan henti jantung akibat

fibrilasi.5,8

Kesulitan khusus dalam mengatur konsentrasi kalium ekstraseluler

adalah kenyataan bahwa sekitar 95 % kalium tubuh total terkandung di dalam sel

dan hanya 2 % di dalam cairan ekstraseluler. Untuk seorang manusia dewasa

dengan berat 70 kg, yang memiliki sekitar 28 liter cairan intraseluler dan 14 liter

cairan ekstraseluler, sekitar 3920 miliekuivalen kalium terdapat di dalam sel dan

hanya sekitar 59 miliekuivalen di dalam cairan ekstraseluler.8

Oleh karena itu, kegagalan untuk menghilangkan dengan cepat cairan

ekstraseluler untuk kalium yang dicerna dapat menyebabkan hiperkalemia.

Demikian juga, sedikit kehilangan kalium dari cairan ekstraseluler, dapat

menyebabkan hipokalemia. Pengaturan keseimbangan kalium terutama

bergantung pada ekskresi oleh ginjal karena jumlah yang diekskresikan dalam

fesses hanya sekitar 5-10 % dari asupan kalium. Pengaturan kalium membutuhkan

penyesuaian ginjal terhadap ekskresi kaliumnya dengan cepat dan tepat untuk

variasi asupan yang besar, seperti kebanyakan elektrolit lainnya. Faktor-Faktor

yang mempengaruhi sekresi kalium, diantaranya adalah peningkatan konsentrasi

kalium ekstraseluler, peningkatan hormon aldosteron, dan peningkatan laju aliran

tubulus.8

2.6 Ekskesi Kalium oleh Ginjal

Ekskresi kalium ditentukan oleh jumlah dari ketiga proses ginjal, yakni

laju filtrasi glomerolus (GFR) dikali dengan konsentrasi kalium dalam plasma,

Laju reabsorpsi kalium oleh tubulus dan laju sekresi kalium oleh tubulus.

Penurunan laju filtrasi glomerolus (GFR) yang berat pada beberapa penyakit

ginjal tertentu, dapat menyebabkan akumulasi kalium yang berlebihan

(hiperkalemia).5

2.7 Hipokalemia

Disebut Hipokalemia bila kadar kalium dalam plasma kurang dari 3,5

mEq/liter. Hipokalemia merupakan kejadian yang sering ditemukan dalam klinik.

Penyebab hipokalemia antara lain asupan kalium yang kurang, pengeluaran

kalium yang berlebihan dari saluran cerna atau ginjal atau keringat, kalium masuk

ke dalam sel. Pengeluaran kalium yang berlebihan dari saluran cerna antara lain

muntah, selang nasogastrik, diare atau penggunaan pencahar. Pada keadaan

muntah atau pemasangan selang naso-gastrik, pengeluaran kalium bukan melalui

saluran cerna atas, karena kadar kalium dalam cairan gastrik hanya sedikit, akan

tetapi pengeluaran kalium banyak melalui ginjal. Akibat muntah atau selang

nasogastrik, terjadi alkalosis metabolik sehingga banyak bikarbonat yang difiltrasi

di glomerolus yang akan mengikat kalium di tubulus distal (duktus koligentes)

yang juga dibantu dengan adanya hiperaldosteron sekunder dari hipovolemia

akibat muntah. Kesemuanya ini akan meningkatkan ekskresi kalium melalui urin

dan terjadi hipokalemia.2

Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui ginjal dapat terjadi pada

pemakaian diuretik, kelebihan hormon mineralokortikoid primer atau

hiperaldosteronisme (adenoma kelenjar adrenal). Anion yang tidak dapat

direabsorpsi yang berikatan dengan natrium berlebihan dalam tubulus (bikarbonat,

beta-hidroksibutirat, hippurat) menyebabkan lumen duktus kolligentes lebih

bermuatan negatif dan menarik kalium masuk ke dalam lumen lalu dikeluarkan

dengan urin. Pengeluaran kalium berlebihan melalui keringat dapat terjadi bila

dilakukan latihan berat pada lingkungan yang panas, sehingga produksi keringat

mencapai 10 L. Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel,

pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta-adrenergik (pemakaian β2-agonis),

paralisis periodik hipokalemik, hipotermia.2,4

Gambar 2.1 Pengaruh obat-obatan pada penderita hipokalemia8

2.8 Gejala Klinis

Gejala-gejala yang dapat timbul bila tubuh kekurangan kalium antara lain

kelemahan pada otot, perasaan lelah, nyeri otot, “restless legs syndrome”

merupakan gejala pada otot yang timbul pada kadar kalium kurang dari 3

mEq/liter. Penurunan yang lebih berat dapat menimbulkan kelumpuhan atau

rabdomiolisis. Akibat bagi jantung dapat memicu timbulnya fibrilasi atrium,

takikardi ventrikuler. Hal ini terjadi akibat perlambatan repolarisasi ventrikel pada

keadaan hipokalemi yang menimbulkan peningkatan arus re-entry.2,4

Efek hipokalemia pada ginjal berupa timbulnya vakuolisasi pada tubulus

proksimal dan distal. Juga terjadi gangguan pemekatan urin sehingga

menimbulkan poliuria dan polidipsia. Hipokalemia juga akan meningkatkan

produksi NH4 dan bikarbonat di tubulus proksimal yang akan menimbulkan

alkalosis metabolik. Meningkatnya NH4 (amonia) dapat mencetuskan koma pada

pasien dengan gangguan fungsi hati.2

2.9 Diagnosis

Pada keadaan normal, hipokalemia akan menyebabkan ekskresi kalium

melalui ginjal turun hingga kurang dari 25 mEq per hari sedang ekskresi kalium

dalam urin lebih dari 40 meq per hari menandakan adanya pembuangan kalium

yang berlebihan melalui ginjal. Ekskresi kalium yang rendah melalui ginjal

dengan disertai asidosis metabolik merupakan pertanda adanya pembuangan

kalium berlebihan melalui saluran cerna seperti diare akibat infeksi atau

penggunaan pencahar. Ekskresi kalium yang berlebihan melalui ginjal dengan

disertai asidosis metabolik merupakan pertanda adanya ketoasidosis diabetik atau

adanya RTA (renal tubular acidosis) distal ataupun proksimal. Ekskresi kalium

dalam urin rendah disertai alkalosis metabolik, pertanda dari muntah kronik atau

pemberian diuretik lama. Ekskresi kalium urin tinggi disertai alkalosis metabolik

dan tekanan darah rendah, pertanda dari Sindrom Bartter. Ekskresi kalium dalam

urin tinggi disertai alkalosis metabolik dan tekanan darah tinggi, pertanda dari

hiperaldosteronisme primer.2,5

2.9.1 Gambaran EKG

Gambar 2.2 Gelombang EKG Hipokalemia10

Kadar kalium yang rendah, meningkatkan iritabilitas sistem konduksi dan

miokardium, meningkatkan kemungkinan dan frekuensi ektopik ventrikel.

Hipokalemia menghasilkan gelombang T yang rata. Interval QT memanjang.

Gelombang T dengan amplitudo rendah, karena hipokalemia merupakan alasan

yang lazim bahwa interval QT sulit untuk diukur dengan pasti. Mungkin terdapat

depresi segmen ST difus yang tampak seperti iskemia subendokardium.

Gelombang U juga kadang-kadang terlihat pada EKG. Pada kadar kalium 1,7

meq/l gambaran EKG dengan segmen QT dan QTc secara dramatis menjadi

memanjang.10

2.10 Penatalaksanaan

2.10.1 Indikasi koreksi kalium dapat dibagi dalam :

a. Indikasi Mutlak

Pemberian kalium mutlak segera diberikan yaitu pada keadaan pasien

sedang dalam pengobatan digitalis, pasien dengan ketoasidosis diabetik, pasien

dengan kelemahan otot pernafasan dan pasien dengan hipokalemia berat ( K<2

meq/l).

b. Indikasi Kuat

Kalium harus diberikan dalam waktu tidak terlalu lama yaitu pada keadaan

insufisiensi koroner / iskemia otot jantung, ensefalopati hepatikum, pasien

memakai obat yang dapat menyebabkan perpindahan kalium dari ekstrasel ke

intrasel.

c. Indikasi sedang

Pemberian kalium pada indikasi sedang diberikan pada pasien dengan

hipokalemia ringan ( K antara 3-3,5 meq/l ).

Pemberian kalium lebih sering dalam bentuk oral karena lebih mudah.

Pemberian 40-60 meq dapat menaikkan kalium sebesar 1-1,5 meq/l, sedangkan

pemberian 135-160 meq dapat menaikkan kalium sebesar 2,5-3,5 meq/l.

Pemberian kalium intravena dalam bentuk larutan KCl disarankan melalui vena

yang besar dengan kecepatam 10-20 meq/jam. Pada keadaan aritmia yang

berbahaya atau kelumpuhan otot pernafasan, dapat diberikan dengan kecepatan

40-100 meq/jam.KCl dilarutkan sebanyak 20 meq dalam 100 cc Na Cl isotonik.

Bila melalui vena perifer, KCl maksimal 60 meq dilarutkan dalam NaCl isotonik

1000 cc, sebab bila melebihi ini dapat menimbulkan rasa nyeri dan dapat terjadi

sklerosis vena.2

2.11 Hiperkalemia

Disebut hiperkalemia bila kadar kalium dalam plasma lebih dari 5

meq/liter. Dalam keadaan normal jarang terjadi hiperkalemia oleh karena adanya

adaptasi tubuh. Penyebab hiperkalemia diantaranya adalah keluarnya kalium dari

intrasel ke ekstrasel, berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal. Keluarnya

kalium dari sel dapat terjadi pada keadaan asidosis metabolik, defisiensi insulin,

katabolisme jaringan meningkat, pemakaian obat penghambat β-adrenergik,

pseudo-hiperkalemia akibat pengambilan sampel darah di laboratorium yang

mengakibatkan sel darah merah lisis dan pada latihan olahraga. Berkurangnya

ekskresi kalium melalui ginjal terjadi pada keadaan hipoaldosteronisme, gagal

ginjal, deplesi volume sirkulasi efektif, pemakaian siklosporin.2,6

2.11.1 Gambaran EKG

Gambar 2.3 Gelombang EKG hiperkalemia10

Kadar Kalium serum yang tinggi menekan konduksi dan pembentukan

impuls di seluruh miokardium. Ini menghasilkan gelombang P yang rata,

kompleks QRS yang lebar dan gelombang T yang tinggi.10

2.12 Gejala Klinis

Hiperkalemia dapat meningkatkan kepekaan membran sel sehingga

dengan sedikit perubahan depolarisasi, potensial aksi lebih mudah terjadi. Dalam

klinik ditemukan gejala akibat gangguan konduksi listrik jantung, kelemahan otot

sampai dengan paralisis sehingga pasien merasa sesak nafas. Gejala ini timbul

pada kadar K> 7 meq/l atau kenaikan yang terjadi dalam waktu cepat. Dalam

keadaan asidosis metabolik dan hipokalsemi, mempermudah timbulnya gejala

klinis hiperkalemia.2,6,7

2.13 Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan hiperkalemia adalah :

1. Mengatasi pengaruh hiperkalemia pada membran sel, dengan cara

memberikan kalsium intravena. Dalam beberapa menit kemudian kalsium

langsung melindungi membran sel akibat hiperkalemia. Pada keadaan

hiperkalemia yang berat sambil menunggu efek insulin atau bikarbonta yang

diberikan ( baru bekerja = 60 menit ), kalsium dapat diberikan melalui tetesan

infus kalsium intravena. Kalsium glukonas 10 ml diberikan intravena dalam

waktu 2-3 menit dengan monitor EKG, bila perubahan EKG akibat

hiperkalemia masih ada, pemberian kalsium glukonas bisa diulang setelah 5

menit.

2. Memacu masuknya kembali kalium dari ekstrasel ke intrasel dengan cara :

a. Pemberian insulin 10 unit dalam glukosa 40 %, 50 ml bolus intravena, lalu

diikuti dengan infus dekstrosa 5 % untuk mencegah terjadinya

hipoglikemia. Insulin akan memicu pompa NaK-ATPase memasukkan

kalium ke dalam sel, sedang glukosa / dekstrosa akan memicu pengeluaran

insulin endogen.

b. Pemberian natrium bikarbonat yang akan meningkatkan pH sistemik.

Peningkatan pH akan merangsang ion-H ke luar dari dalam sel yang

kemudian menyebabkan ion kalium masuk ke dalam sel. Dalam keadaan

tanpa asidosis metabolik, natrium bikarbonat diberikan dalam dosis 50

meq intavena selama 10 menit. Bila dengan asidosis metabolik,

disesuaikan dengan keadaan asidosis metabolik yang ada.

c. Pemberian α-2 agonis baik secara inhalasi ataupun tetesan intravena, α-2

agonis akan merangsang pompa Na-K-ATPase, kalium masuk ke dalam

sel. Albuterol diberikan 10-20 mg.

3. Mengeluarkan kelebihan kalium dari tubuh

a. Pemberian diuretik loop (furosemid) dan tiazid. Sifatnya hanya sementara

b. Pemberian resin penukar per oral dan suppositoria

c. Hemodialisis.2,7,8

DAFTAR PUSTAKA

1. Heperlim ML, Goldstein MB.2000. Fluid, Electrolyt and acid-base

physiology. USA: Lippincott Williams and Wilkins Hal 367.

2. Isselbachter, K; Braundwald, E; Wilson. J.D; Martin, J.B; Fauci, A.S; Kesper,

D.L.2000. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13. Jakarta :

EGC Hal 2070-2073.

3. Siregar P, Roesma J, Suhardi D.A, Parsudi.2006. Gangguan Elektrolit dalam

klinik. Buku ajar penyakit dalam jilid II Edisi ke III. Jakarta: Departemen Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unuversitas Indonesia.

4. Gisolfi, C.V.2003. Use of electrolytes in fluid replacement solutions.National

Academy Press : Washington D.C.

5. Guyton,A; Hall,J.2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta:EGC

Hal 1269.

6. Garth David MD.2002. Hypercalemia in emergency medicine treatment 3th

Edition. USA: Elsaviers Saunders Hal 35-36.

7. Schrier. R.W.2000. Renal and Electrolyt disorders 6th.. USA: Lippincot

Williams & Wilkins

8. Schwatz WB. 2004. Dissoders of fluid, electrolyte and acid-base balance.

Philadelphia: WB Saunders Co. Hal 1579

9. Departemen Kesehatan RI.2001. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:Pusat

Data Kesehatan.

10. Chiaramida, A;Green, J.2006. EKG 12-Sadapan Terpercaya. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Hal 372-373