kajian potensi resiko radiasi - ansn.bapeten.go.id · radiologi intervensional merupakan suatu...

15
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 1412-3258 KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI DI FASILITAS RADIOLOGI INTERVENSIONAL Endang Murniaty, Rusmanto, Evin Yuliati P2STPFRZR-BAPETEN ABSTRAK KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI DI FASILITAS RADIOLOGI INTERVENSIONAL. Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur intervensional untuk melakukan diagnosa maupun intervensi yang dipandu dengan pencitraan fluoroskopi sinar-X Pengawasan pada radiologi intervensional belum optimal meskipun mempunyai potensi resiko radiasi lebih besar dibandingkan dengan radiologi diagnostik. Dalam pelaksanaan tindakan intervensional yang dipandu dengan pencitraan fluoroskopi sinar-X memerlukan waktu fluoroskopi yang lama. Hal ini tergantung kompleknya tindakan. Pekerja menerima dosis dari radiasi hambur. Dosis pekerja berhubungan dengan dosis pasien. Dengan meningkatnya dosis pasien akan meningkatkan dosis pekerja. Peningkatan dosis ini berasal dari radiasi hambur. Peralatan proteksi radiasi dapat mengurangi dosis yang diterima oleh pekerja. Dari hasil analisis, kardiolog dan perawat diperkirakan menerima dosis radiasi 43 – 77 % dari NBD untuk pekerja radiasi sebesar 50 mSv/tahun. Sedangkan menurut BSS-115, dosis yang diterima kardiolog dan perawat melebihi NBD untuk pekerja radiasi sebesar 20 mSv/tahun. Sebagai kesimpulan, radiasi yang diterima oleh pekerja radiologi interventional memiliki potensi resiko radiasi yang besar dan dapat melebihi NBD yang ditetapkan. Kata kunci: Radiologi intervensional, proteksi radiasi, potensi resiko radiasi ABSTRACT THE ASSESSMENT OF THE POTENTIAL OF RADIATION RISKS IN THE INTERVENTIONAL RADIOLGY FACILITIES. The Interventional radiology is an interventional procedure for diagnostic and intervention guided with X-ray fluoroscopic imaging. The Regulatory Control of the implementation of interventional radiology has not been optimal even the potential of the radiation risks greater than that of diagnostic radiology. In the implementation of interventional procedure guided with X-ray fluoroscopic imaging takes more time fluoroscopic procedures. It depends on the complexity of the procedure. The radiation worker will receive the radiation doses from a scattered radiation. There is a correlation between radiation worker doses and patient doses. It result from a scattered radiation. Radiation protection equipment could reduce the acceptance doses of radiation workers. The higher the radiation worker doses, the higher patient doses. From the analysis results, cardiologists and clinicians a estimated to receive radiation doses 43 – 77 % of the dose limit of radiation worker, 50 mSv/year. While according to BSS-115, radiation dose received by cardiologists and clinicians exceeds the dose limit of radiation worker, 20 mSv/year. In conclussion, the radiation of interventional radiology worker has the more potential of radiation risks and it exceeds the dose limit. Key words: Interventional radiology, radiation protection, potential of radiation risks 10

Upload: phamdang

Post on 09-Sep-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI - ansn.bapeten.go.id · Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur intervensional untuk melakukan diagnosa maupun intervensi yang

Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 1412-3258

KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI DI FASILITAS RADIOLOGI INTERVENSIONAL

Endang Murniaty, Rusmanto, Evin YuliatiP2STPFRZR-BAPETEN

ABSTRAKKAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI DI FASILITAS RADIOLOGI

INTERVENSIONAL. Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur intervensional untuk melakukan diagnosa maupun intervensi yang dipandu dengan pencitraan fluoroskopi sinar-X Pengawasan pada radiologi intervensional belum optimal meskipun mempunyai potensi resiko radiasi lebih besar dibandingkan dengan radiologi diagnostik.

Dalam pelaksanaan tindakan intervensional yang dipandu dengan pencitraan fluoroskopi sinar-X memerlukan waktu fluoroskopi yang lama. Hal ini tergantung kompleknya tindakan. Pekerja menerima dosis dari radiasi hambur. Dosis pekerja berhubungan dengan dosis pasien. Dengan meningkatnya dosis pasien akan meningkatkan dosis pekerja. Peningkatan dosis ini berasal dari radiasi hambur. Peralatan proteksi radiasi dapat mengurangi dosis yang diterima oleh pekerja. Dari hasil analisis, kardiolog dan perawat diperkirakan menerima dosis radiasi 43 – 77 % dari NBD untuk pekerja radiasi sebesar 50 mSv/tahun. Sedangkan menurut BSS-115, dosis yang diterima kardiolog dan perawat melebihi NBD untuk pekerja radiasi sebesar 20 mSv/tahun.

Sebagai kesimpulan, radiasi yang diterima oleh pekerja radiologi interventional memiliki potensi resiko radiasi yang besar dan dapat melebihi NBD yang ditetapkan.Kata kunci: Radiologi intervensional, proteksi radiasi, potensi resiko radiasi

ABSTRACTTHE ASSESSMENT OF THE POTENTIAL OF RADIATION RISKS IN THE

INTERVENTIONAL RADIOLGY FACILITIES. The Interventional radiology is an interventional procedure for diagnostic and intervention guided with X-ray fluoroscopic imaging. The Regulatory Control of the implementation of interventional radiology has not been optimal even the potential of the radiation risks greater than that of diagnostic radiology.

In the implementation of interventional procedure guided with X-ray fluoroscopic imaging takes more time fluoroscopic procedures. It depends on the complexity of the procedure. The radiation worker will receive the radiation doses from a scattered radiation. There is a correlation between radiation worker doses and patient doses. It result from a scattered radiation. Radiation protection equipment could reduce the acceptance doses of radiation workers. The higher the radiation worker doses, the higher patient doses. From the analysis results, cardiologists and clinicians a estimated to receive radiation doses 43 – 77 % of the dose limit of radiation worker, 50 mSv/year. While according to BSS-115, radiation dose received by cardiologists and clinicians exceeds the dose limit of radiation worker, 20 mSv/year.

In conclussion, the radiation of interventional radiology worker has the more potential of radiation risks and it exceeds the dose limit.Key words: Interventional radiology, radiation protection, potential of radiation risks

10

Page 2: KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI - ansn.bapeten.go.id · Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur intervensional untuk melakukan diagnosa maupun intervensi yang

Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 1412-3258

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur yang

menggunakan sinar-X sebagai panduan untuk melakukan diagnosa maupun intervensi non

bedah dalam ilmu kedokteran. Saat ini pemanfaatan radiologi intervensional sudah

semakin luas, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya rumah sakit yang sudah memiliki

fasilitas radiologi intervensional.

Perhatian pengawasan pada radiologi intervensional belum optimal dibandingkan

dengan radiologi diagnostik, padahal resiko radiasi pada radiologi intervensional lebih

besar dibandingkan dengan radiologi diagnostik, terutama resiko radiasi yang diterima oleh

pekerja yang melakukan tindakan atau prosedur intervensional.

Seiring semakin luasnya pemanfaatan radiologi intervensional dan adanya potensi

resiko radiasi yang besar dalam radiologi intervensional maka diperlukan sistem proteksi

radiasi yang tepat untuk pekerja dan pasien di fasilitas radiologi intervensional.

B. TUJUAN

Memperoleh gambaran mengenai potensi resiko radiasi yang diperoleh pekerja

radiasi dan sistem proteksi radiasi yang ada di fasilitas radiologi intervensional.

C. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Pengumpulan dan pemahaman literatur.

2. Perencanaan pelaksanaan survei

3. Penyiapan alat pengukuran tipe aktif (surveymeter) dan pasif (TLD).

4. Survei lapangan.

5. Pembacaan TLD dan evaluasi hasil pengukuran.

6. Kajian/analisis.

II. PROTEKSI RADIASI DI FASILITAS RADIOLOGI

INTERVENSIONAL

Radiologi intervensional merupakan bagian yang penting dalam diagnostik dan

terapi di rumah sakit. Prosedur/tindakan intervensional ada dua kelompok yaitu kelompok

diagnostik dan terapi. Prosedur ini biasanya disertai dengan anestesi lokal dan pemberian

obat penenang kepada pasien. Keduanya memerlukan panduan citra dari fluoroskopi sinar-

11

Page 3: KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI - ansn.bapeten.go.id · Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur intervensional untuk melakukan diagnosa maupun intervensi yang

Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 1412-3258

X meskipun dalam banyak kasus cukup dipandu dengan gelombang ultra (ultrasound)

dalam MRI [1].

Intervensi dengan panduan citra sering kali dapat menggantikan operasi bedah

sehingga dapat diterima oleh pasien, dan pihak rumah sakit juga menawarkan pilihan biaya

yang lebih murah karena masa opname dapat dikurangi. Namun, dalam pelaksanaan

prosedur/tindakan yang menggunakan radiologi intervensional sering kali memerlukan

waktu fluoroskopi yang lama tergantung kompleknya prosedur/tindakan sehingga dosis

radiasi yang diterima oleh pasien dan pekerja radiasi menjadi besar. Hal itu dapat

menimbulkan efek deterministik dan non deterministik. Gejala efek radiasi tersebut banyak

ditemui pada pasien yang mengalami waktu fluoroskopi lama terutama dalam intervensi

jantung dan hasilnya adalah munculnya eritema (gejala kemerahan jaringan kulit) dan

necrosis (kematian jaringan kulit) pada kulit [1].

Tingkat paparan radiasi di sekitar pasien dapat lebih tinggi pada kondisi kerja

normal. Jika alat proteksi dan alat ukur radiasi tidak digunakan dan jika banyak

prosedur/tindakan yang komplek yang dilakukan per harinya, maka kemungkinan

munculnya gangguan pada lensa mata dapat terjadi setelah beberapa tahun bekerja,

apalagi bila peralatan yang digunakan tidak didesain untuk tindakan intervensional [2].

Justifikasi pada prosedur/tindakan radiologi intervensional harus diperlukan dalam

menghadapi potensi resiko paparan radiasi tinggi. Untuk itu, seperti umur pasien dan

beban penyakit yang diderita harus digunakan sebagai pertimbangan pengambilan

keputusan untuk melakukan prosedur/tindakan radiologi intervensional. Banyak pasien

yang memerlukan prosedur/tindakan radiologi intervensional adalah sudah usia tua dan

menanggung beban penyakit yang berat [1].

Peralatan radiologi intervensional yang baru sudah menyediakan beberapa

fasilitas untuk mengurangi paparan radiasi, seperti informasi mengenai laju dosis yang

diterima pasien dan modifikasi teknik proteksi untuk pekerja.

Praktek proteksi radiasi pada pekerja radiasi dalam radiologi intervensional dapat

dilakukan dengan [1] :

1. memperjauh jarak dengan sumber radiasi.

2. mengurangi waktu fluoroskopi dan menggunakan mode fluoroskopi rendah.

3. menggunakan perisai radiasi selama tindakan.

4. menggunakan dosimeter personal selama tindakan.

Proteksi radiasi pada pekerja radiasi tidak dapat dipisahkan dari proteksi radiasi

pada pasien. Secara umum, pekerja radiasi memiliki resiko yang lebih rendah dari pada

pasien jika menerapkan sistem proteksi radiasi. Radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi

sebagian besar adalah radiasi hamburan dari pasien. Oleh karena itu jika pasien menerima

radiasi yang rendah maka pekerja radiasi juga akan menerima paparan radiasi hambur

yang rendah pula.

12

Page 4: KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI - ansn.bapeten.go.id · Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur intervensional untuk melakukan diagnosa maupun intervensi yang

Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 1412-3258

Namun hubungan resiko radiasi antara pekerja radiasi dan pasien tidak

sesederhana itu, banyak faktor yang dapat menyebabkan dosis pada pekerja radiasi. Salah

satu faktor utama adalah peralatan proteksi yang memadai dan penggunaannya yang tepat

dalam ruang prosedur/tindakan. Pakaian Pb, kaca mata Pb, tabir kaca Pb, tirai Pb di

samping meja pasien, dan peralatan proteksi lain yang disediakan untuk mereduksi dosis

radiasi secara signifikan [2].

Penggunaan alat proteksi radiasi kadang merugikan pasien. Dalam banyak kasus

tindakan, alat proteksi seperti sarung tangan Pb dapat memperpanjang waktu

prosedur/tindakan karena membuat kerja dokter terhambat. Selain itu penggunaan tabir

kaca Pb dapat menghalangi pergerakan sistem sinar-X C-arm. Pada situasi seperti ini,

pekerja radiasi terutama dokter yang menangani prosedur/tindakan harus memiliki

pengetahuan yang memadai tentang dasar proteksi radiasi untuk dokter dan pasien pada

saat melakukan tindakan.

Saat ini sudah ada alat proteksi baru yaitu apron dengan desain yang lebih ringan

tetapi memenuhi persyaratan proteksi, biaya dan dapat mengurangi rasa sakit pada

pinggang karena beratnya lebih ringan dibandingkan dengan apron yang sebelumnya ada.

Pada banyak kasus, hubungan antara dosis pekerja dan pasien sangat tergantung

pada peralatan, dokter/ahlinya, dan panduan tindakan/prosedur intervensional [2].

Pada pelaksanaan tindakan intervensional, dokter dan perawat berpotensi

mengalami resiko radiasi karena selama tindakan berada dekat dengan pasien. Sebagai

tambahan, banyak tindakan intervensional dilakukan di ruang operasi yang tidak ideal

untuk visualisasi citra dan keselamatan radiasi tidak diperhatikan. Apron, kaca mata Pb,

dan pelindung tiroid Pb adalah peralatan yang digunakan untuk mengurangi dosis pekerja

radiasi. Dosis akumulasi dapat menjadi masalah bagi pekerja radiologi intervensional

(intervensionalis) yang telah mengalami masa pensiun.

Orang yang menerima paparan radiasi karena bekerja pada tindakan

intervensional dan diperkirakan dapat mendekati NBD diklasifikasikan sebagai pekerja

radiasi. Pekerja wanita yang mengandung juga dapat mengalami masalah apabila bekerja

pada tindakan intervensional [1].

Selain penggunaan peralatan proteksi radiasi di atas, intervensionalis perlu

menggunakan personal dosimeter selama melakukan prosedur/tindakan. Namun dalam

banyak kasus personal dosimeter tersebut tidak digunakan. Dosis intervensionalis

merupakan masalah kritis untuk keselamatan personil yang melakukan tindakan

intervensional. ICRP 85 Tahun 2000 [3] dan ACC Tahun 1998 [4] merekomendasikan

penggunaan 2 buah personal dosimeter, satu dipasang di luar apron yaitu di bahu kiri atau

di leher, dan satunya lagi di balik apron daerah pinggang. Pada kasus tindakan

intervensional tertentu, untuk memantau dosis pada kulit, tangan, kaki, dan lensa mata

13

Page 5: KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI - ansn.bapeten.go.id · Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur intervensional untuk melakukan diagnosa maupun intervensi yang

Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 1412-3258

dapat menggunakan dosimeter khusus seperti dosimeter cincin untuk tangan. Jangka

waktu pemakaian dosimeter tersebut adalah satu bulan.

Dosimeter yang dipasang di luar apron digunakan untuk memonitor paparan pada

kepala, leher, dan lensa mata. Dosis pada lensa mata dan tiroid harus memperhatikan Nilai

Batas Dosis (NBD). NBD untuk pekerja dinyatakan dalam dosis ekivalen untuk efek

deterministik pada jaringan tubuh tertentu dan dinyatakan dalam dosis efektif untuk efek

stokastik untuk seluruh tubuh [2].

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan di beberapa rumah sakit yang

memiliki fasilitas radiologi intervensional maka diperoleh hasil sebagai berikut :

1. fasilitas radiologi intervensional merupakan salah satu fasilitas dalam rumah sakit

yang digunakan untuk memberikan pelayanan diagnostik invasif dan terapi non

bedah terhadap pasien terutama yang mengalami permasalahan terhadap pembuluh

darah dan jantung. Peralatan yang digunakan adalah pesawat sinar-X angiografi.

Gambar 3.1. Salah satu jenis pesawat sinar-x angiografi

2. pemanfaatan radiologi intervensional di Indonesia sampai sekarang sudah

mengalami peningkatan, hal ini dapat diketahui hampir di rumah sakit propinsi dan

rumah sakit besar memiliki fasilitas radiologi intervensional, seperti : RSUPN Dr.

Cipto Mangunkusumo, RS Pusat Jantung & Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita,

14

Page 6: KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI - ansn.bapeten.go.id · Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur intervensional untuk melakukan diagnosa maupun intervensi yang

Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 1412-3258

RS Pusat Pertamina, RSUP Dr. Sardjito, RSUP Dr. Kariadi, RSU Telogorejo, RSUP

H. Adam Malik, RSUP Dr. M. Hoesin, RSUP Dr. M. Djamil.

3. prosedur/tindakan yang sering dilakukan dalam radiologi intervensional adalah

diagnostik invasif (seperti arteriografi, PAC/koronarografi/kateterisasi) dan terapi non

bedah (seperti PCI/PTCA, BMV/balonisasi).

Gambar

3.2. salah satu prosedur/tindakan PCI

Gambar 3.3. Salah satu prosedur/tindakan PAC.

15

Page 7: KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI - ansn.bapeten.go.id · Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur intervensional untuk melakukan diagnosa maupun intervensi yang

Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 1412-3258

4. penggunaan peralatan proteksi radiasi selama melakukan tindakan/prosedur masih

belum optimal, artinya masih banyak didapatkan intervensionalis melakukan

tindakan tanpa menggunakan peralatan proteksi radiasi yang memadai seperti

hanya menggunakan apron saja dan apron + pelindung tiroid, meskipun ada

beberapa intervensionalis terutama dokternya yang menggunakan peralatan proteksi

radiasi yang memadai seperti apron, pelindung tiroid Pb, kaca mata Pb dan tirai kaca

Pb.

Gambar 3.4. Dokter dan asisten menggunakan tabir kaca Pb dan kaca mata Pb

5. Tabel 3.1 menunjukkan data beban kerja radiologi intervensional yang dilakukan

selama periode 1 Maret – 6 Juni 2006. Berdasarkan Tabel 3.1 dan Gambar 3.5,

jumlah tindakan yang paling banyak dilakukan secara berurutan adalah PAC

(Percutaneous Artery Coronary) 112 kali, PCI (Percutaneous Coronary Intervention)

45 kali, BMV (Baloon Mitral Valvuloplasty) 5 kali, PPM (Permanent Pacemaker) 4

kali, dan TPM (Temporary Pacemaker) 4 kali. Beban kerja maksimum selama

periode tersebut untuk kardiolog adalah 8 pasien/hari dan perawat adalah 3

pasien/hari.

Pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.6 dapat diketahui bahwa :

a. waktu fluoroskopi yang diperlukan per tindakan berbeda-beda mulai dari 0,9

menit sampai 100 menit per tindakan.

b. waktu fluoroskopi yang diperlukan untuk diagnosa menggunakan radiologi

intervensional (PAC) adalah 0,9 – 63,8 menit, dan untuk terapi non bedah

(PCI, PPM, TPM, dan BMV) 0,9 – 100 menit.

16

Tabir Kaca Pb

Page 8: KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI - ansn.bapeten.go.id · Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur intervensional untuk melakukan diagnosa maupun intervensi yang

Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 1412-3258

Tabel 3.1. Beban kerja radiologi intervensional periode 1 Maret – 6 Juni 2006. Jenis Tindakan Waktu Fluoroskopi (menit) Jumlah tindakan

PAC 5,2 (0,9 – 63,8) 112PCI 17,73 (2,4 - 100) 45PPM 3,65 (3 – 4,3) 4TPM 8,7 (0,9 - 32) 4BMV 54,12 (20,9 – 79,2) 5

112

45

4 4 5

0

20

40

60

80

100

120

PAC PCI PPM TPM BMV

Jenis Tindakan

Jum

lah T

indakan

Gambar 3.5. Grafik Jumlah dan Jenis Tindakan selama 1 Maret – 6 Juni 2006

5.2

17.73

3.658.7

54.12

0

10

20

30

40

50

60

PAC PCI PPM TPM BMV

Jenis Tindakan

Wa

ktu

Flu

oro

sko

pi r

ata

-ra

ta

(me

nit)

Gambar 3.6. Waktu fluoroskopi rata-rata per tindakan

6. Hasil bacaan Film Badge salah satu rumah sakit yang memiliki fasilitas radiologi

intervensional selama tahun 2005 menunjukkan bahwa paparan yang diterima oleh

pekerja radiologi intervensional lebih besar dibandingkan dengan pekerja radiasi

yang bekerja di fasilitas radiologi diagnostik bahkan dapat melebihi batas dosis

17

Page 9: KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI - ansn.bapeten.go.id · Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur intervensional untuk melakukan diagnosa maupun intervensi yang

Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 1412-3258

efektif rata-rata tiap organ atau jaringan tubuh 500 mRem/tahun [5]. Hasil bacaan

film badge tersebut dapat dilihat pada Tabel III.2. Beban kerja rumah sakit tersebut ±

30 pasien/hari dengan 3 buah pesawat sinar-x angiografi.

Tabel III.2. Hasil Bacaan Film Badge Tahun 2005Pekerja Dosis (mRem)

Kardiolog 282,14 (120 - 1020)Perawat 262,50 (120 - 590)Radiografer 150,00 (120 - 330)

Ket. : nilai dosis adalah nilai rata-rata, dan yang ada di dalam tanda kurung adalah rentang

7. Gambar 3.7 menunjukkan lokasi pemasangan TLD pada pekerja radiologi

intervensional.

Gambar 3.7 Lokasi pemasangan TLD pada pekerja radiologi intervensional

8. Hasil pengukuran dosis radiasi pada kulit tangan, pada daerah tiroid dibalik

pelindung Pb, dan daerah gonad per tindakan PAC ditunjukkan pada Tabel III.2.

Tabel III.3. Dosis radiasi pekerja radiologi intervensional per tindakan PAC.

PekerjaDosis (mSv)

Kulit tangan* Tiroid**Gonad***

Di luar apron Di balik apronKardiolog 0,20

(0,078 - 0,799)0,075

(0,064 - 0,088)0,287

(0,262 – 0,312)0,058

(0,043 – 0,074)Perawat 0,128

(0,054 - 0,472)0,068

(0,054 – 0,075)0,132

(0,079 – 0,187)0,063

(0,045 – 0,077)Radiografer 0,052

(0,034 - 0,075)- - -

18

Page 10: KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI - ansn.bapeten.go.id · Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur intervensional untuk melakukan diagnosa maupun intervensi yang

Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 1412-3258

Ket. : - * data diambil dari 10 kardiolog, 12 perawat, 5 radiografer- ** data diambil dari 4 kardiolog dan 4 perawat.- *** data diambil dari 3 kardiolog dan 3 dokter.- data dosis diatas adalah nilai rata-rata dan yang ada dalam kurung

merupakan rentang.

Berdasarkan data pada Tabel III.3, dengan menggunakan asumsi beban kerja 2

pasien/hari dan 1 pasien memperoleh 1 tindakan, maka perkiraan dosis tahunan

yang diterima oleh pekerja radiologi intervensional adalah seperti pada Tabel III.4.

Tabel III.4. Perkiraan dosis tahunan yang diterima pekerja radiologi intervensional.

PekerjaPerkiraan Dosis Tahunan (mSv)

Kulit tangan

TiroidGonad

Di luar apron Di balik apronKardiolog 100

(39 – 399,5)

37,5 (32 – 44)

143,5 (131 – 156)

29 (21,5 – 37)

Perawat 64 (27 – 236)

34 ( 27 – 37,5)

66 (39,5 - 93,5)

31,5 (22,5 – 38,5)

Radiografer 26 (17 – 37,5)

- - -

Apabila dosis pada daerah gonad di balik apron dianggap sebagai dosis efektif

seluruh tubuh [6] maka seluruh kardiolog dan perawat dalam tabel tersebut

menerima dosis 43 – 77 % dari NBD [5] sebesar 50 mSv/tahun dan menurut BSS-

115 [7], dosis yang diterima oleh kardiolog dan perawat melebihi NBD sebesar 20

mSv/tahun.

Pada Tabel III.4 juga menyatakan bahwa dosis radiasi yang diterima pekerja

radiologi intervensional melebihi 15 mSv/tahun, artinya pekerja yang mungkin

menerima dosis sama dengan atau lebih besar dari 15 mSv/tahun dikelompokkan ke

dalam Pekerja Radiasi, dan daerah kerjanya dikelompokkan dalam daerah

pengendalian (controlled area) [5]. Konsekuensi dari hal tersebut adalah dosis

radiasi pada pekerja radiologi intervensional harus dipantau terus dan kesehatan

mereka harus selalu dalam pengawasan.

9. Tabel III.5 menunjukkan bahwa penggunaan alat proteksi radiasi berupa tabir kaca

Pb selama tindakan berlangsung sangat mempengaruhi dosis radiasi yang diterima

oleh pekerja radiasi (Kardiolog dan Perawat). Pada Kardiolog dosis radiasi yang

diterima dapat direduksi sekitar 44,18 – 53,71 % apabila bekerja dengan

menggunakan tabir kaca Pb.

Tabel III.5. Perbandingan dosis radiasi selama tindakan.

19

Page 11: KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI - ansn.bapeten.go.id · Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur intervensional untuk melakukan diagnosa maupun intervensi yang

Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 1412-3258

Dosis (mSv/menit) padaKondisi A

Dosis (mSv/menit) pada Kondisi B

Daerah Kardiolog Perawat Kardiolog PerawatTiroid depan apron 7,27E-03 8,52E-03 1,50E-02 1,26E-02Gonad balik apron 4,89E-03 5,11E-03 1,06E-02 1,24E-02Gonad depan apron 2,98E-02 8,98E-03 5,33E-02 3,46E-02

Keterangan : Kondisi A = selama tindakan, tabir kaca Pb dipakai. Kondisi B = selama tindakan, tabir kaca Pb tidak dipakai.

10. Pasien yang mengalami tindakan radiologi intervensional sebagian besar berusia di

atas 41 tahun dan rasio pasien pria dan wanita sebesar 2,14. Data tersebut

diperoleh dari data pasien salah satu rumah sakit yang memiliki data lengkap untuk

periode bulan Maret – minggu pertama bulan Juni 2006. (selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel III.5.). Bila dilihat pada Tabel III.5, banyak pasien yang mengalami

tindakan intervensional sudah berusia lanjut, hal itu menyiratkan bahwa belum

dilakukan pertimbangan umur pasien dalam pengambilan keputusan untuk

melakukan tindakan radiologi intervensional.

Tabel III.5. Data Pasien radiologi intervensional periode Maret – awal Juni 2006.Tindaka

nPria Wanita

Usia (th)

0 - 10 11 – 20 21 - 30 31 - 40 41 - 50 50 - 60 > 60PAC 75 37 - - - 7 28 42 35PCI 36 9 - 1 - 1 12 17 14PPM 2 2 - - - - 1 2 1TPM 2 2 - - - - - 2 2BMV 3 2 1 - 1 3 - - -

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian yang telah dilaksanakan maka diperoleh kesimpulan :

1. Radiologi intervensional sudah berkembang pemanfaatannya di Indonesia, hal ini

dapat diketahui dari banyaknya rumah sakit yang sudah memiliki fasilitas tersebut.

2. Radiasi yang diterima oleh pekerja radiologi intervensional memiliki potensi resiko

radiasi yang besar dan dapat melebihi NBD yang telah ditetapkan.

3. Daerah kerja radiologi intervensional merupakan daerah pengendalian (controlled

area) artinya dosis radiasi pada pekerja radiologi intervensional harus dipantau terus

dan kesehatan mereka harus selalu dalam pengawasan.

4. Belum dilakukan permintaan persetujuan pasien bahwa pasien menerima paparan

radiasi yang memiliki potensi resiko radiasi, dan belum dilakukan justifikasi terhadap

pasien yang sudah berusia lanjut dan menderita penyakit yang berat sebelum

dilakukan tindakan radiologi intervensional.

20

Page 12: KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI - ansn.bapeten.go.id · Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur intervensional untuk melakukan diagnosa maupun intervensi yang

Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 1412-3258

5. Sistem proteksi radiasi dalam radiologi intervensional belum sepenuhnya di

laksanakan, seperti :

a. tidak menggunakan tabir kaca Pb antara dokter dan sumber radiasi untuk

melindungi dokter/perawat dari radiasi.

b. Tidak menggunakan kaca mata Pb saat melakukan tindakan atau prosedur

intervensional.

c. Tidak menggunakan personal monitor seperti film badge.

d. Personil yang melaksanakan tindakan intervensional belum mengerti tentang

sistem proteksi radiasi.

6. Fasilitas radiologi intervensional berada terpisah dengan unit radiologi dan biasanya

berada di unit penyakit jantung, sehingga koordinasi antar unit terkait dan organisasi

proteksi radiasi yang ada belum berjalan dengan baik. Hal ini diketahui karena

kurangnya sistem proteksi radiasi, banyak pekerja radiologi intervensional yang

belum diakui sebagai pekerja radiasi, dan belum adanya PPR dan radiografer yang

ditunjuk di bagian radiologi intervensional.

7. Masih banyak rumah sakit yang tidak memiliki log book operasi secara lengkap,

seperti identitas pasien kurang, tidak ada catatan waktu fluoroskopi, dan tidak ada

nama personil yang terlibat dalam tindakan (seperti dokter, perawat dan radiografer).

21

Page 13: KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI - ansn.bapeten.go.id · Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur intervensional untuk melakukan diagnosa maupun intervensi yang

Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 1412-3258

DAFTAR PUSTAKA

1. Hurley, G. D., “Radiation Protection in Interventional Radiology : A Practioner’s

Perspective”, http://xomer.virgilio.it/fmgrp/Leuven_wkshp/Leuven oral/09 Hurley pract

perspect.htm, diakses 8 Februari 2006.

2. Vano, E., “Radiation Exposure to Cardiologists: how it could be reduced”, Heart

Journal 2003 Vol. 89, BMJ Publishing Group & British Cardiac Society.

3. International Commission on Radiological Protection (ICRP), Publication 85,

“Avoidance of radiation injuries from medical interventional procedures”. Annals

ICRP 2000. Oxford: Pergamon, Elsevier Science Ltd.

4. American College of Cardiology (ACC). “Radiation safety in the practice of

cardiology. ACC expert consensus document”, J Am Coll Cardiol, JACC Vol. 31, No.

4, 15 Maret 1998.

5. PerKa BAPETEN No. 01/Ka-BAPETEN/V-99, “Ketentuan Keselamatan Kerja

Terhadap Radiasi”.

6. Fachrul Sukma, “Dosis Radiasi Anggota Tim Radiologi Intervensional Hepatoma”,

Skripsi S-1, Departemen Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia, 2004.

7. FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE UNITED NATIONS,

INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, INTERNATIONAL LABOUR

ORGANIZATION, OECD NUCLEAR ENERGY AGENCY, PAN AMERICAN HEALTH

ORGANIZATION, WORLD HEALTH ORGANIZATION, International Basic Safety

Standards for Protection againts Ionizing Radiation and for the Safety of Radiation

Sources, Safety Series No. 115, IAEA, Vienna (1996)

22

Page 14: KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI - ansn.bapeten.go.id · Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur intervensional untuk melakukan diagnosa maupun intervensi yang

Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 1412-3258

DISKUSI DAN TANYA JAWAB

Penanya: Frans (PT. Segi Semihan)

Pertanyaan:

a.Mengenai pemakaiaan kaca Pb berapa ketebalan Pb dalam kaca? Maupun

ketebalan kaca sendiri?

b.Bagaimana dengan kaca mata Pb? Berapa ketebalan Pb dalam kaca mata yang

dapat diterima?

Jawaban:

a.Ketebalan tabir kaca Pb didesain berdasarkan tegangan maksimum pesawat sinar-X

yang digunakan dan umumnya mempunyai ketebalan kaca Pb ekuivalen dengan 0,5

mmPb.

b.Ketebalan kaca mata Pb didesain untuk melindungi dari radiasi langsung maupun

hamburan dan umumnya mempunyai ketebalan ekivalen dengan 0,5 mmPb.

Penanya: Eko B Jumpeno (PTKMR BATAN)

Pertanyaan:

a.Penemuan dosis oleh radiologi, Perawat, Radiografer diterima dalam periode berapa

lama? 1 bulan atau 1 tahun?

b.Apakah dokter atau radiografer atau perawat diwajibkan pakai pen dosis meter? Agar

penemuan dosis dapat dipantau segera.

c.Sebaiknya semua satuan dosis dan paper disamakan dalam mRem atau mSv? Agar

lebih mudah dipakai atau dibandingkan.

Jawaban:

a.Pengukuran dosis yang diterima oleh pekerja (dokter, perawat, radiografer) dalam

periode 1x tindakan.

b.Dokter, perawat, radiografer sebagai pekerja radiasi diwajibkan menggunakan

dosimeter perorangan sebanyak 2 buah didalam dan diluar apron (berdasarkan

acuan).

c.Terima kasih atas sarannya.

Penanya: Warodi (PT. IKKP Tbk.)

Pertanyaan:

23

Page 15: KAJIAN POTENSI RESIKO RADIASI - ansn.bapeten.go.id · Radiologi intervensional merupakan suatu tindakan atau prosedur intervensional untuk melakukan diagnosa maupun intervensi yang

Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 1412-3258

a.Di RSU daerah contoh Serang Banten yang kami lihat operator atau petugas

radiologi tidak menggunakan pengaman (apron, kala masa, dll). Bagaimana sistem

kontrol sehingga mereka sudah terbiasa tidak menggunakan alat tersebut? Apakah

tidak ada sistem reward atau pinalty terhadap masalah tersebut?

Jawaban:

a.Sampai saat ini BAPETEN belum melaksanakan reward atau pinalty tapi masih

dalam rangka pembinaan karena menyangkut kepentingan masyarakat banyak.

24