kajian pastoral terhadap alasan penolakan mutasi oleh ......kajian pastoral terhadap alasan...

50
i Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi: Ilmu Teologi, Fakultas: Teologi Guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk gelar Serjana Sains Teologi (S.Si-Teol) Program Studi Ilmu Teologi Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2019

Upload: others

Post on 25-Nov-2020

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

i

Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang

Tengah

Oleh

Frik Daut Lisnahan

712011017

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi: Ilmu Teologi, Fakultas: Teologi

Guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk gelar Serjana Sains Teologi (S.Si-Teol)

Program Studi Ilmu Teologi

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2019

Page 2: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

ii

Page 3: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

v

Page 4: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

vi

Page 5: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

vii

Page 6: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa,

kerena kasih yang anugerah-Nya yang begitu melimpah dalam kehidupan penulis.

Secara khusus, penulis mengucapkan syukur karena tentunan dan penyertaan-Nya

yang tidak pernah berhenti bagi penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas

Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) sehingga pada akhirnya

penulis mampu menyelesaikan perkuliahan dan tugas Akhir dengan baik.

Tugas Akhir ini di tulis untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mencapai gelar Serjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si.Teol). tugas Akhir ini di

susun dengan harapan karya tulis ini dapat membantu sinode GMIT terkhusunya

Klasis Kupang Tengah, yang mana menjadi tempat penelitian penulis, untuk lebih

memahami tentang persoalan yang terjadi di GMIT, Klasis Kupang Tengah.

Penulis juga berharap tugas Akhir ini dapat berguna di kemudian hari guna

sebagai referensi atau sekedar menambah pengetahuan para pendeta GMIT,

mengenai persoalan Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta Diklasis

Kupang Tengah. Dalam seluruh rangkaian penulisan ini, penulis menyadari bahwa

penulis ini, jauh dari kesempurnaan sehingga di perlukan kritik dan saran agar

penulis juga dapat terus di kembangkan menjadi lebih baik.

Page 7: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

LEMBARAN PENGESAHAN.............................................................................. ii

PENYETAAN TIDAK PLAGIAT ....................................................................... iii

PENYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI ...................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

1. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian ................................... 5

1.3 Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

1.4 Metode Penelitian ........................................................................ 6

1.5 Rancangan Sistematika Penulisan .................................................. 7

2. LANDASAN TEORI ..................................................................................... 8

2.1 Pandangan Teologis GMIT .......................................................... 8

2.2 Panggilan Sebagai Pendeta .......................................................... 9

2.3 Pendeta Dalam Jebatan Gereja................................................... 10

2.4 Perkembangan Konsep Mutasi Dalam GMIT ............................ 11

2.5 Peraturan Pokok GMIT Tentang Jebatan Dan Kekaryawan ...... 12

2.6 Pandangan Konsep Mutasi Menurut Calvinisme ....................... 13

2.7 Konseling Pastoral ..................................................................... 18

2.8 Tujuan Pastoral .......................................................................... 20

Page 8: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

x

2.9 Fungsi Pastoral ........................................................................... 21

3. Hasil Penelitian .............................................................................................. 26

3.1 Gambaran Hasil Penelitian ........................................................ 26

3.2 Deskripsi Konsep Mutasi ........................................................... 30

3.3 Makna Konsep Mutasi Bagi Pendeta ......................................... 32

3.4 Faktor-Faktor yang Memperhambat Konsep Mutasi GMIT ...... 33

4. ANAlISA ....................................................................................................... 34

4.1 Makna Konsep Mutasi Bagi Pendeta GMIT .............................. 35

4.2 Faktor-Faktor yang Memperhambat Konsep Mutasi GMIT ...... 36

5. Kesimpulan Dan Rekomendasi ..................................................................... 37

5.1 Kesimpulan ................................................................................ 37

5.2 Rekomendasi Fakultas ............................................................... 38

5.3 Rekomendasi Sinode GMIT ...................................................... 38

5.4 Daftar Pustaka ............................................................................ 40

ABSTRAK

Page 9: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

xi

Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT

Diklasis Kupang Tengah.

Tugas dan fungsi pendeta sebagai pelayan firman yang terpanggil dan

sudah terdidik secara teologis, pendeta melakukan tugas sebagai fungsiologis

pastoral. Fungsi ini sudah termasuk memipin kebaktian, berkhotbah, melayani

sakramen, melayani kelompok maupun individu- individu serta mewakili jemaat

untuk gereja dan dunia. Sinode GMIT memiliki tugas sebagai wadah untuk

melaksanakan proses penempatan dan mutasi pendeta di gereja-gereja.

Istilah mutasi dilaksanakan dalam rangka penghayatan terhadap panggilan

batin dalam melaksanakan panggilan gereja. Dalam pengertian demikian, mutasi

dipahami sebagai sarana pembinaan panggilan, sehingga pendeta yang

dimutasikan dapat dipindahkan antar jemaat atau klasis. Mutasi adalah suatu

perubahan posisi, jabatan, dan tempat pekerjaan, yang dilakukan baik secara

horizontal maupu vertical (promosi atau demosi) di dalam suatu organisasi.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan faktor-faktor penyebab

terhadap alasan para pendeta yang menolak dimutasikan. Adapun dalam

penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisa

deskriptif. Penelitian ini dilakukan di GMIT, Klasis Kupang tengah, Kota

Kupang, Provinis Nusa Tengarah Timur. Toeri yang digunakan ialah Aart M. Ven

Beek, tentang pendampingan pastoral. Menurut Ven Beek, Konseling merupakan

suatu alat pembaharuan melalui, warga gereja dan dalam kehidupan masyarakat.

dari penelitian ini ditemukan bahwa ada faktor-faktor penyebab sehingga para

pendeta Klasis Kupang Tengah menolak unutk dimutasikan, seperti faktor,

kdekatan, faktor keluarga, faktor senior, junior, dan pendeta yang berstatus

emeritus. Faktor-faktor ini yang sangat menghambat proses mutasi yang telah

diterapkan oleh sinode GMIT dari dulu sampai saat ini.

Kata Kunci: Mutasi, Konseling Pastoral.

Page 10: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

1

BAGIAN I

Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh

Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah

Frik Daut lisnahan

(712011017)

1. Latar belakang

Tugas dan fungsi pendeta sebagai pelayan firman yang terpanggil dan sudah

terdidik secara teologis, pendeta melakukan banyak tugas yang diketahui sebagai

fungsiologis pastoral. Fungsi-fungsi ini sudah termasuk memimpin kebaktian,

berkhotbah, melayani sakramen, melayani kelompok maupun individu-individu

serta mewakili jemaat untuk gereja dan dunia. Pendeta dalam melakukan

tanggungjawab memiliki tugas untuk mengawasi serta sebagai administrator.1

Pendeta dalam panggilan pelayanannya memiliki 2 bidang tugas yakni: Tugas

Pelayanan dan Tugas Organisasi atau Administrator. Pada tahapan awal kedua

tugas ini sama-sama penting untuk dijalankan sebagai seorang pendeta. Tugas

administrator bagi seorang pendeta sangatlah penting karena mengembangkan

hubungan antar kelompok. Pendeta secara komprehensif akan menjalankan tugas

pelayanan dan organisasi gereja. Dalam menjalankan tugas pelayanan dan

organisasi pendeta akan dibantu oleh majelis jemaat, dengan tujuan

mempermudah segala proses pelayanan. Secara ringkas seorang pendeta harus

bersikap fleksibel dalam berbagai peran filosofis adminitrasinya. Kinerja

pelayanan harus dinilai secara objektif oleh pendeta, mampu membangun relasi

dengan warga gereja dan sedapat mungkin memberikan perubahan positif dalam

pelayanan.

Dalam tugas panggilannya pendeta memiliki tanggungjawab yaitu:2

Melayani sebagai pelayanan utama dan pemimpin jemaat. Memperlengkapi

anggota untuk melayani satu sama lain dan melayani semua orang. Merencanakan

dan memimpin kebaktian, memberitakan Firman Allah, melayani sakramen,

1 Walz Edgar, Bagimana mengelola Gereja Anda (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2006), 7.

2 Walz Edgar, Bagimana mengelola Gereja Anda, Pedoman Bagi Pendeta Dan Pangurus Awam

(,Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2008), 11-12.

Page 11: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

2

melayani jemaat, kelompok, maupun individu, serta mewakili jemaat bagi gereja

dan dunia. Melayani sebagai penilik (konsultasn) bagi organis dan pemimpin

musik, pengurus sekolah minggu, serta berbagai bagian dan organisasi dalam

gereja, termasuk di sini sekolah Kristen yang berada di bahwa pengawasan kepala

sekolah. Melayani sebagai anggota penasihat semua kelompok resmi dalam

jemaat. Memegang data kegiatan resmi gereja, perubahan keanggotaan,

perkawinan, kematian, pembatisan, konfirmasi dan komunikasi. Mengawasi

pekerjaan sekretaris kantor gereja.

Urian di atas memberikan gambaran bahwa terdapat standar khusus yang

harus dipenuhi oleh seseorang, sebelum ditabiskan menjadi pendeta. Tidak saja

standar akademik tetapi juga komitmen pelayanan, memiliki ketaatan dan mampu

menjadi teladan, serta memiliki disiplin hidup di tengah jemaat. Seorang pendeta

GMIT, idealnya harus memiliki kemampuan untuk memjadi seorang pemimpin

yang beriman, berhikmat, memiliki pengatahuan, kejujuran kerendahan hati, serta

selalu meneladani Kristus dalam pelayanan. Pendeta sebagai seorang pemimpin

harus memiliki tanggungjawab sebagai pimpinan yang berjiwa mempersatukan,

mampu menjadi teladan, mampu memelihara hubungan yang manusiawi,

memiliki etos kerja yang berorentasi pada tujuan dan sasaran pelayanan.

Kewajiban tersebut memberikan arah kepada pendeta untuk melaksanakan

panggilannya secara bertanggungjawab untuk mencapai hasil kerja yang baik dan

maksimal.

Tugas wewenang dan tangung jawab pendeta menurut peraturan Pokok GMIT

tentang Jabatan dan kekeryawaan (2010) adalah:3

Pertmata, pendeta berwewenang untuk, melayani firman Allah dan sakramen,

menggembalakan umat dan melaksanakan perkunjungan rumah tangga, melayani

peneguhan sidi dan pemberkatan nikah, menahbiskan pejabat gereja,

memperhadapkan karyawan gereja, badan pengurus, badan pembantu pelayanan,

dan unit pembantu pelayanan, menjadi ketua majelis jemaat dan memakamkan

orang mati. Kedua tugas pendeta adalah melaksanakan panca pelayanan GMIT,

yaitu pelayanan koinonia (persekutuan jemaat), diakonia (pelayanan kasih),

3 Elisabeth E. Y. Meza: tesis, Pendeta dan Penelitian Kinerja, Suatu Studi Terhadap Respons

Pendeta di Gereja Masihi Injili Di Timor Terhadap Penelaian Kinerja Pendeta GMIT, ( Salatiga:

Universitas Kristen Satya Wacana, 2013), 4-5.

Page 12: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

3

marturia (pengajaran), liturgia (tata ibadah) dan oikonomia (penataan kerumah

tanggaan). Ketiga pendeta mempertanggungjawabkan pelayanannya kepada

Tuhan melalui majelis di masing-masing lingkup di mana yang bersangkutan

melayani.

Berdasarkan pemaparan tugas dan tanggungjawab pendeta yang telah

dipaparkan di atas, maka seorang pendeta harus siap untuk ditempatkan dalam

wilayah pelayanan di mana saja. Penempatan pendeta merupakan cara untuk dapat

mengelola gereja, dan diharapkan gereja dapat berkembang secara signifikan.

Seorang pendeta dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin gereja dan

organisasi memerlukan bekal pengetahuan yang cukup dengan tujuan agar dalam

menjalankan tugas dan pelayanan dapat dikelola dengan baik. Pendeta juga

memiliki peran sebagai motivator untuk memberikan penguatan bagi jemaat.

Pengetahuan dan kecakapan pendeta harus memadai agar gaya kepemimpinannya

berhasil. Anggota jemaat bahkan senang bahwa pendeta yang memegang kendali.

Gereja yang sudah lama berdiri biasanya sudah memeliki tradisi memiliki pendeta

yang memimpin.4

Sinode GMIT memiliki tugas sebagai wadah untuk melaksanakan proses

penempatan dan mutasi pendeta di gereja-gereja. Istilah mutasi dilaksanakan

dalam rangka penghayatan terhadap panggilan batin dalam melaksanakan

panggilan gereja. Dalam pengertian demikian, mutasi dipahami sebagai sarana

pembinaan panggilan, sehingga pendeta yang dimutasikan dapat dipindahkan

antar jemaat atau klasis. Mutasi adalah suatu perubahan posisi, jabatan, dan

tempat pekerjaan, yang dilakukan baik secara horizontal maupu vertical (promosi

atau demosi) di dalam suatu organisasi. Selanjutnya mutasi adalah salah satu dari

tindak lanjut yang dilakukan dari hasil penilaian prestasi karyawan, karena dengan

penilaian prestasi ini akan diketahui kecakapan karyawan itu dalam

menyelesaikan uraian pekerjaan, yang dibebankan kepadanya. Mutasi yang

dilaksanakan harus berdasarakan indeks prestasi yang dapat dicapai oleh

karwayan GMIT, (pendeta). Pelaksanaan mutasi diharapakan memberikan hasil

pekerjaan dan alat-alat kerja yang cocok bagi karwayan GMIT, sehingga ia dapat

bekerja efisien dan efektif pada jabatan tersebut. Dasar mutasi sendiri termasuk

4 Wals Edgar, Mengelola Gereja, 194.

Page 13: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

4

dalam fungsi pengembangan karyawan, karena tujuannya adalah untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dalam lembaga organisasi GMIT.5

Berangkat dari perspriktif ini maka mutasi adalah suatu kewajiban bagi karyawan

GMIT dalam menggenapi tugas panggilannya menjadi seseorang pelayan

(pendeta).

Sekalipun tujuan mutasi adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

baik dalam organisasi dan pelayanan GMIT, tidak jarang terdapat hambatan dalam

proses mutasi. Banyak pendeta yang enggan dimutasikan dengan berbagai

pertimbangan dan kondisi. Padahal sebelum ditahbiskan sebagai pendeta, tentu

setiap calon pendeta telah memiliki komitmen siap dan melaksanakan tugas di

manapun ditempatkan. Penulis tertarik untuk mengkajinya dari segi pastoral,

melihat salah satu tugas pendeta adalah fungsiologis pastoral. Aart Van Breek

memaparkan pastoral merupakan “proses pertolongan yang pada hakekatnya

adalah hubungan psikologis antara seorang penolong dengan seorang atau dengan

beberapa orang yang ditolongnya dengan maksud meringankan penderitaan dari

yang ditolong. Sementara bahasa pastoral berasal dari bahasa latin yang artinya:

“gembala” (pastor). Seorang pastor (pastoral adalah kata sifat dari pastor) adalah

seseorang bersifat seperti gembala, yang bersedia merawat, memelihara,

melindungi dan menolong orang lain.6

Konseling pastoral dapat membantu pembaharuan semangat gereja baik secara

pribadi maupun hubungan antara kelompok manusia. Jadi konseling menjadi

suatu alat pembaharuan dan alat perdamaian yang mambantu menyembuhkan

keterasingan orang dari diri sendiri, warga gereja, kehidupan di masyarakat serta

dari hubungan dengan Allah yang memberikan kegerakan dan pertumbuhan.

Konseling pastoral dapat menjadi alat penyembuhan dan pertumbuhan dengan

membantu orang mengembangkan apa yang paling sulit dicapai dalam periode

masa kini, hubungan yang sulit dengan orang lain, rasa sakit, kamampuannya,

kehampaan, keutuhannya, harapan dan keputusannya yang tercampur secara unik.

5http://pengertianmenuruhli.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-mutasi-dan-pemberhentian.html ,

diakses pada tanggal 22 februari 2017. 6 Aart. Van Beek, (konseling pastoral), Semarang, Satya Wacana, 1987

Page 14: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

5

Sebagai konselor pendeta membutuhkan pengertian tentang dirinya yang

berkaitan dengan citra, peran, fungsi, dan tujuan sebagai konselor.7

Beranjak dari fenomena yang telah dipaparkan, maka dapat digambarkan

konsep mutasi yang diterapkan oleh sinode GMIT di Klasis Kupang Tangah,

masih mendapatkan hambatan dan kendala bagi para pendeta yang menjalankan

proses mutasi tersebut. Keengganan para pendeta untuk dimutasikan seakan

dipengaruhi oleh berbagai faktor, khususnya dari dalam diri. Tugas pendeta

sebagai seorang konselor seakan belum tersampaikan secara maksimal, karena

secara pribadi masih membatasi diri pada wilayah pelayanan tertentu.

Berdasarkan latar belakang ini, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul

tulisan: “Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT

Di Klasis Kupang Tengah”

2. Rumusan masalah dan tujuan Penelitian

Rumusan pertanyaan penelitian bagimana alasan terhadap penolakan mutasi

oleh pendeta GMIT di klasis Kupang Tengah di tinjau dari sudut pandang

pastoral? Sejalan dengan rumusan masalah yang telah paparkan maka adapun

tujuan penelitan yaitu mendeskripsikan dan menganalisa terhadap alasan

penolakan mutasi oleh pendeta GMIT di Klasis Kupang Tengah setelah masa

periode berakhir di tinjau dari sudut pandang pastoral?

3. Menfaat penelitian

Sekiranya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada

perubahan cara pandang dalam menghargai suatu nilai aturan yang terkandung

dalam suatu bidang organisasi gereja, terkhususnya bagi sinode GMIT. Penulis

juga berharap melalui penelitian ini akan lebih menambah dan memperkaya

wawasan para pendeta dalam memakai mutasi sebagai proses dalam melengkapi

tugas panggilan menjadi seorang pelayan, (pendeta). Melalui penelitian ini

diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dan memperkaya referensi bagi

Fakultas Teologi (UKSW) di bidang organisasi gereja, sebagai calon pekerja

gereja penulis berharap bisa menerapkan makna mutasi ini dalam dunia

pelayanan.

7 Aart M. Van Beek, Konseling Pastoral ( Semarang: Satya Wacana 1987)

Page 15: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

6

4. Metode penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif-analitis yakni

penelitian yang diharapkan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan

untuk memecahakan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia, melakukan

interpretasi dan menganalisis secara mendalam dan memberikan rekomendasi

bagi keperluan masa yang akan datang.8 Penulis akan mendeskripsikan dan

menganalisis alasan-alasan pendeta yang enggan melakukan mutasi di jajaran

Gereja Masehi Injil Di Timor, dikaji dari sosio pastoral. Jenis penelitian ini adalah

penelitian kaulitatif yakni suatu penelitain yang memberikan gambaran terhadap

fenomena yang diteliti tersebut.9 Teknik pengumpulan data berupa wawancara

yang dilakukan ialah pengamatan terhadap alasan-alasan pendeta yang tidak mau

melakukan mutasi di GMIT, dengan kurung waktu 14 hari (2 minggu). Informen

yang akan diwawancarai untuk mendukung penelitian ini ialah alasan-alasan

pendeta yang tidak mau melakukan mutasi di GMIT. Adapun dalam pemelihan

sampel mengunakan Snowball sampling,10

dimana dalam teknik pengumpulan

sampel dari jumlah kecil sampai jumlahnya besar dikarenakan teknik ini jika data

informasi yang dikumpulkan masih terasa belum lengkap, masih bias bergulir

kepada informasi yang lain. Pelengkapan informen ini digunakanlah teknik

purposive sampling. Menurut Sugiyono purposive sampling adalah teknik

pengambilan data dengan pertimbangan tertentu.11

Misalnya orang yang diminta

informan adalah orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan

dan memiliki pengaruh ditempat penelitian.

Lokasi yang dipilih adalah salah satu klasis yang berada di GMIT yaitu klasis

Kupang Tengah, penulis memilih lokasi tersebut disebabkan beberapa factor,

pertama karena sebagian pendeta telah menetap atau bertempat tinggal diklasis

Kupang Tengah, kedua dikarenakan suami dan istri pendeta telah bekerja tetap

diklasis Kupang Tengah, ketiga sebagian pendeta yang berada diklasis Kupang

Tengah ada beberapa yang mengalami ketidak adilan dari dalam proses mutasi

tersebut, keempat lokasi dari tempat penelitian ini juga tidak terlalu jauh dari

8 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009). 89

9 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Unuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta: Salemba

Humanika, 2012) 10

Sugiyono, Metode, Penelitian Kombinasi (Bandung: penerbit Alfabeta, 2012), 127 11

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), 218-219

Page 16: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

7

pusat Kota Kupang, sehingga sangat membantu si peneliti dalam pengambilan

data.

5. Rancangan sistematika penulisan

Penulisan jurnal ini terdiri dari lima bab, yaitu bab satu terdapat pendahuluan,

uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

lokasi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab dua akan dikaji dari teori Aart

M. Ven Beek, tentang pendampingan pastoral. Konseling merupakan suatu alat

pembaharuan melalui, warga gereja dan dalam kehidupan masyarakat. Bab tiga

tentang temuan hasil penelitian yang meliputi deskripsi terhadap alasan-alasan

pendeta yang enggan dimutasikan diklasis Kupang Tengah. Bab empat tentang

pembahasan dan analisa yang terdiri dari alasan-alasan pendeta yang enggan

dimutasikan diklasis Kupang Tengah, dalam realitas di lapangan dan

perkembangan terus terjadi dalam mempengaruhi proses mutasi yang di terapkan

oleh sinodeal GMIT. Bab lima adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan

berupa temuan-temuan terhadap hasil penelitian, dan saran yang berupa

kontribusi-kontribus untuk penelitian berikutnya.

Page 17: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

8

BAGIAN II

LANDASAN TEORI

1. Pandangan teologi GMIT

Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) sebagai sebuah lembaga, terus menata

kehidupan kelembagaannya dari waktu ke waktu. Kelembagaan GMIT yang

memancarkan kelembagaan gereja, umumnya dipahami dari dua aspek, yakni

gereja sebagai organisme dan gereja sebagai organisasi.12

Organisme berarti

makhluk hidup dengan anggota-anggota yang bekerja secara bersama-sama.

Makhluk hidup disini berarti suatu keberadaan yang mempunyai kehidupan. Baik

manusia, binatang serta tumbuh-tumbuhan, termasuk dalam kategori makhluk

hidup. Istilah organisme digunakan karena gereja adalah sesuatu yang hidup.

Tetapi perlu diingat bahwa arti gereja yang hidup bukanlah jenis kehidupan yang

dijalani oleh manusia alamiah (natural man). Dalam bahasa Yunani, ada tiga kata

yang dipakai untuk menjelaskan hidup. Pertama, bios, yang berarti suatu jenis

kehidupan dengan makna yang umum. Tuhan Yesus menggunakan kata ini ketika

memberi komentar mengenai persembahan seorang janda. Kedua, psuche, yang

berarti jenis hidup jiwa manusia. Ketiga, zoe, yang berarti jenis hidup Allah.

Gereja adalah orang-orang yang sedang belajar menjalani hidup (zoe), dan

bertumbuh menjadi manusia yang menjadikan Allah sebagai prototype oleh

kekuatan transformasi hidup (zoe). Jadi, organisme yang dimaksud adalah

manusia dengan hidup zoe.

Otoritas atau wewenang suatu "kotak" tertentu semata-mata tergantung

posisinya di dalam struktur organisasi. Pelayanan seseorang juga tergantung

posisinya di dalam struktur organisasi. Bukan saja otoritas dan tugas pelayanan,

tetapi kemuliaan serta berkat-berkat yang lainnya juga sangat tergantung posisinya

di dalam struktur. Pemimpin organisme ini sangat berbeda dengan pemimpin

organisasi, karena jenis otoritas dan fokusnya berbeda. Otoritas pemimpin

organisme berasal dari hidup zoe, sedangkan otoritas pemimpin organisasi berasal

dari posisinya di dalam struktur. Kepemimpinan organisasi sangat mengutamakan

12

Peraturan oragnisasi – Administarsi dan sistem komunikasi – informasi Gereja Masehi Injili di

Timor. bag. Pengantar, Hal. 1

Page 18: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

9

atau berfokus pada kemampuan untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengawasan, sementara itu kepemimpinan organisme berfokus

pada membangun hubungan dalam konteks hidup zoe. Dengan demikian maka

gereja bertumbuh dalam hidup zoe, artinya gereja menjadi semakin dekat serta

mengenal hidup zoe yang adalah Kristus itu sendiri. Kepemimpinan organisasi

adalah goal oriented atau people oriented sementara itu kepemimpinan organisme

adalah Christ oriented.

Penjelasan di atas menegaskan bahwa sebagai sebuah lembaga GMIT

menggunakan sistem presbiterial sinodal. Sistem seperti ini menggambarkan

dinamisnya sebuah lembaga yang menjaga persekutuan, mampu menciptakan

keutuhan dalam perbedaan paradigma yang bertolak dari kasih Yesus Kristus

sebagai landasan. GMIT bermaksud agar pengelolalaan pelayanannya berdasarkan

pada pengakuan atas pemerintahan Kristus (Kristokrasi) dan dalam ranah

kepemimpinan nampak dari kehadiran para presbiter sebagai perutusan dari

jemaat-jemaat baik dalam persidangan maupun dalam menempati jabatan

gerejawi (pelayanan/organisasi). Serta dalam menerapkan sistem atau prinsip

seperti ini, sidang merupakan kata kunci bagi kebersamaan dalam mencari dan

menemukan kehendak Allah.13

2. Panggilan Sebagai pendeta

Menurut Alkitab, nabi adalah orang yang dipanggil untuk menjadi mulut

Allah, artinya orang yang dipanggil menjadi nabi itu dijadikan alat Allah untuk

berfirman kepada umat-Nya (Kel. 4:16; bnd. Yer. 20:7-9) memaparkan bahwa

Yeremia dipenuhi oleh Firman Allah, sehingga jikalau ia bermaksud membandel,

Firman itu menjadi seperti api yang menyala-nyala di dalam hatinya.14

Para nabi

dalam perjanjian lama ialah orang-orang yang secara unik dipanggil oleh Allah

dan secara supranatural diberikan berita dari Allah untukdisampaikan kepada

jemaat mula-mula. Melalui nabi, Allah menyampaikan firman-Nya, lewat bibir

dan tulisan para nabi. Nubuat yang dilakukan nabi pada saat itu, berkaitan dengan

perdiksi dari hal-hal yang akan datang. Nubuat yang dilakukan oleh nabi ialah

nasihat dari Allah. Para nabi dikuasi oleh Roh Kudus, sehingga apa yang

13

Peraturan oragnisasi Bab II. Pasal 6 tentang sistem pemerintahan. Hal. 10 14

Hadiwijono, hal. 324-325

Page 19: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

10

dikatakan mereka merupakan firman Allah. Oleh sebab itu berita-berita nubuat

sering diawali dengan pernyataan, “Demikianlah Firman Allah”. Nabi adalah

salah satu perpanjangan tangan Allah untuk pembaharu agama orang Israel dan

mereka mengajak orang-orang untuk beribadah dengan benar dan taat kepada

Allah.

Sedangkan panggilan bagi seorang pendeta adalah sebuah amanah untuk

mewartakan kabar baik bagi semua manusia pada masa kini. Panggilan sebagai

seorang pendeta merupakan perutusan rasuli yang dalam pengabdiannya menjadi

teladan atau panutan bagi jemaat. Pendeta dipanggil untuk mengabdikan diri

kepada Tuhan sebagai pemberi mandat untuk meneruskan karya Allah dalam

setiap jemaat yang dipimpin. Tentu tanggungjawab sebagai pendeta sangatlah

berat dan penuh resiko namun perlu diketahui bahwa dipanggil sebagai pendeta

tentunya telah melewati berbagai proses yang luar biasa.

Pendeta memiliki jabatan organisatoris dalam kelembagaan gereja. Jabatan

adalah pekerjaan yang ditugaskan oleh penguasa yang lebih tinggi daripada yang

melaksanakan pekerjaan itu. Adapun penguasa yang lebih tinggi di sini adalah

Tuhan Allah sendiri. Jadi jikalau karya penyelamatan Kristus dipandang dari segi

jabatan-Nya, hal itu berarti bahwa Kristus menunaikan tugas penyelamatan-Nya

itu bukan karena kemauan-Nya sendiri, bukan atas nama-Nya sendiri.

Penyelamatan yang dikerjakan adalah suatu tugas yang diberikan oleh Allah

kepada-Nya. Yesus bukan orang yang mengajarkan suatu ajaran baru, yang timbul

dari pikiran-Nya sendiri. Ia juga bukan hanya seorang yang baik, Ia juga layak

dijadikan teladan bagi manusia. Sebab Ia, karena jabatan-Nya memiliki kuasa.

Karya penyelamatan-Nya dilakukan atas nama Tuhan Allah sendiri.15

Allah dalam

kekuasaan jabatan-Nya telah menunjukkan karya besar bagi umat manusia. Hal ini

telah dibuat Allah dengan maksud untuk mendamaikan diri-Nya dengan manusia,

supaya hubungan manusia yang dulunya telah rusak karena keserakahan manusia

diperdamaiakan kembali pada hakikat awal. Allah berinkarnasi dalam jabatan

yang baru untuk dapat hidup sebagai manusia, sehingga Ia dapat menjalankan

misi penyelamatan bagi umat manusia.

2.1. Pendeta dalam Jabatan Gereja

15

Hadiwijono. Iman Kristen, 1986, cet – ke lima, hal. 322-323

Page 20: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

11

Pendeta dalam jabatan gereja ialah sebagai penilik jemaat (Tit. 1 :5-9). Norma

yang berlaku bagi penetapan panatua atau penilik jemaat disebutkan dalam 1 Tim.

3:2-7 dan Tit. 1:5,7. Surat-surat Paulus tidak memberi keterangan yang jelas

mengenai arti jabatan ini. Yang dibicarakan hanya syarat-syarat untuk memegang

jabatan tersebut. Kewajiban penatua adalah sebagai pemimpin (1 Tim. 5 :17),

mengatur rumah Allah (Tit. 1 :7), cakap mengajar (1 Tim. 3:2), berpegang pada

perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat (Tit. 1 :9),

berkhotbah dan mengajar (1 Tim. 5 :17).16

Penulis berpandangan bahwa setelah zaman para rasul, ada dua jenis penilik

jemaat, yaitu penatua yang bersifat memerintah dan penatua yang bersifat yang

mengajar atau disebut pendeta. Jabatan pendeta dalam gereja berguna untuk

mengatur pelayanan. Pengajar atau pendeta dalam gereja, bertanggung jawab

yaitu memimpin, memberi bimbingan, serta mengatur jemaat, secara jasmani dan

rohani. Pada dasarnya jabatan pendeta dalam gereja ialah untuk melayani,

memimpin, melengkapi warga jemaat untuk tugas kesaksian, pelayanan diakonia,

penggembalaan serta memelihara keutuhan jemaat dan mengelola perbendaharaan

gereja yang ada di jemaat demi kepentingan pelayanan.

Dalam melaksanakan tugas kependetaan masa kini, pendeta tidak melayani

hanya pada satu tempat saja. GMIT dalam sistem presbiterial sinodal mencakup

wilayah tertentu yang terdiri dari beberapa gereja. Setiap pendeta yang terkait

dalam organisasi GMIT akan ditempatkan di salah satu gereja untuk

melaksanakan tugas panggilan dan pelayanannya. Apabila masa pelayanannya

selesai dalam jangka waktu peiode tertentu maka akan dimutasikan ke gereja atau

klasis lainnya dalam lingkup GMIT.

Jabatan dalam gereja tidak sama dengan jabatan dalam pemerintahan. Jabatan

gereja bukan pangkat atau derejat. Jabatan dalam gereja adalah nama yang

digunakan oleh gereja untuk orang-orang yang dipanggil dan diangkat untuk

melayani dalam jemaat. Secara prinsipil pejabat-pejabat gerejawi tidak berbeda

dengan anggota-anggota jemaat, sama-sama mereka terpanggil untuk melayani

dalam gereja. Hal yang membedakan mereka sebagai pejabat dan anggota-anggota

jemaat ialah fungsi atau tugas mereka. Jabatan gerejawi adalah suatu anugerah

16

Hadiwijono. Iman Kristen, 1986, cet – ke lima, hal 394-395

Page 21: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

12

dari Allah. Ia tidak berdasarkan atas kebaikan atau prestasi dari mereka yang

memangkunya. Ia semata-mata berdasar atas kemurahan Allah. Dimaksudkan

berasal dari Allah, ialah dengan anugarah Roh-Nya yang kudus, Ia

memperlengkapi manusia untuk pelayanan-pelayanan dalam jamaat.

Tugas pokok dari pejabat-pejabat gereja ialah melayani dan membangun

jemaat atau seperti yang dikatakan dalam Efesus 4, “memperlengkapi orang-orang

kudus”. Karena itu pekerjaan mereka lebih banyak berlangsung di dalam dari dapa

di luar gereja. Akar-akar jabatan kita temukan dalam Kristus sebagai “Pelayan”. Ia

dipanggil oleh Allah untuk menjalankan pelayanan yang Ia tugaskan kepadaNya.

Ia menerima panggil itu dan untuk pelayanan, yang ditugaskan kepadaNya itu, Ia

menerima pengurapan Roh Kudus dari Allah. Oleh pelayanan-Nya itu jemaat ada

sebagai jemaat.17

3. Perkembangan Konsep Mutasi Dalam GMIT

Dalam peraturan organisasi-administrasi dan sistem-komunikasi informasi

GMIT menegaskan bahwa salah satu tugas dari sinode GMIT adalah mengangkat,

membina dan memberhentikan karyawan GMIT. 18

Secara organisasi dan

administrasi gereja, tugas sinode GMIT sangatlah mutlak karena diatur dalam

pertauran GMIT. Namun dalam aturan tentang mutasi karyawan di GMIT tidak

secara eksplisit dipaparkan dalam peraturan organisasi gereja. Hal ini bagi penulis

menjadi sangat lemah karena seharusnya aturan tentang mutasi perlu dibicarakan

dengan tujuan menerapkan sistem atau prinsip GMIT yaitu presbiterial sinodal.

Mutasi pendeta di tubuh GMIT harus diperhatikan dan dilakukan sesuai

dengan aturan-aturan yang ada dalam GMIT. Alasannya karena ada pendeta yang

baru melayani dua sampai tiga tahun pelayanan sudah dimutasi. Sedangkan

pendeta lain yang bertugas sampai belasan tahun tidak dimutasikan.19

Sebagian

besar pembicara yang mewakili klasis-klasis meminta agar pelaksanaan mutasi

17

Dr. J. l. Ch. Abineno, Penatuajabatannyadanpekerjaannya, BPK GunungMulia. 6-7 18

Peraturan organisasi – administrasi dan sistem komunikasi informasi GMIT periode 2015-2019.

Bab V tentang organisasi sinode. Pasal 30. Tentang Kedudukan, wewenang dan tugas majelis

sinode, poin 2 bag. C. 19

Pernyataan ini di sampaikan oleh sejumlah perwakilan Klasis saat memberi respon atas laporan

pertanggungjawaban Mejlis Sinode GMIT Periode 2011-2015. Di Auditorium Tii Langga, Rabu.

23/09/2015) malam.

Page 22: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

13

pendeta dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku di GMIT, sehingga

tidak terkesan pilih kasih atau ada “anak emas” atau “anak tiri”. Mutasi Pendeta

perlu diperhatikan dengan baik, termasuk mempertimbangkan kelangsungan

kehidupan keluarga pendeta, atau suami isteri adalah pendeta.20

Proses mutasi

yang dilakukan bagi seorang pendeta merupakan hal yang wajar, akan tetapi

diperlukan aturan yang baku untuk mengatur sistem ini menjadi lebih baik. Hal

tersebut didorong oleh adanya kenyataan bahwa dalam mutasi ada pendeta yang

tidak mau dimutasikan disebabkan oleh beberapa faktor: Pertama, pendeta yang

sudah memiliki keluarga (suami atau isteri) memiliki profesi yang berbeda

sehingga dalam proses mutasi perlu memperhatikan tempat kerja pendeta yang

memiliiki suami/isteri agar tidak terkesan proses mutasi memisahkan suami atau

isteri. Kedua, jikalau pendeta yang sudah berkeluarga dan keduanya adalah

pendeta maka salah satu harus di Klasis atau Sinode. Hal ini bertujuan untuk

menjaga kestabilan dalam jemaat. Ketiga, ada pendeta yang tidak mau susah di

kampung, apalagi dari awal penempatan sudah ada lobi untuk di kota. Keempat,

adanya faktor kedekatan dengan para pejabat di lingkup pemerintahan atau di

lingkup sinode.

3.1. Peraturan Pokok GMIT Tentang Jabatan Dan Kekaryawan

Konsep mutasi yang telah tercantum dalam Buku Draft peraturan pokok

GMIT tentang jabatan dan kekaryawanan. Pada pasal 77 mutasi karyawan pendeta

memuat tentang aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh pendeta GMIT

sebagai berikut:

Mutasi pendeta dilaksanakan dalam rangka penyegaran dan pengembangan

diri pendeta dan jemaat. Mutasi didahului oleh evaluasi pelayanan pendeta yang

bersangkutan. Mutasi dilaksanakan oleh Majelis Sinode berdasarkan rekomendasi

Majelis Klasis sambil terbuka pada pertimbangan pendeta yang bersangkutan dan

jemaat penerima. Periode pelayanan seorang pendeta di suatu jemaat adalah empat

(4) tahun. Demi kepentingan pelayanan gereja, Majelis Sinode dapat:

mempercepat mutasi pendeta dan memperpanjang masa pelayanan pendeta

bersakutan. Batas maksimal pelayanan seorang pendeta dalam satu jemaat adalah

20

Laporan Wartawan Pos Kupang, Jumal Hauteas. Pos Kupang.com. BA,A

Page 23: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

14

dua periode (8 tahun), dan dalam satu klasis adalah tiga periode (12 tahun) dan

Sebelum mutasi diadakan serah terima yang didahului pengawasan dan

pemeriksaan oleh Badan Pembantu Pelayanan yang melaksanakan fungsi

pengawasan di masing-masing lingkup.21

3.2. Pandangan Konsep Mutasi Menurut Calvinisme

Belum diatur oleh Calvin adalah organisasi gereja dalam wilayah yang lebih

besar dan luas dari satu kota saja, secara regional maupun nasional. Berdasarkan

tata gereja Jenewa, gereja-gereja reformed pada sinode nasional pertama tahun

1559 di paris, mulai memperkembangkan suatu tata gereja yang tidak hanya

mengatur kehidupan jemaat setempat, tetapi juga gereja di wilayah yang lebih

luas. Pada sidang tersebut dibicarakan hal-hal yang bersifat umum dan menyakut

seluruh gereja, seperti pengakuan iman dan tata gereja serta keputusan-keputusan

lain yang mengikat semua jemaat. Demikianlah lahir tata gereja Presbiterial

Sinodal. Melalui Peranci dan Belanda, Presbiterial Sinodal di perkenalkan di

Indonesia. Tata gereja ini bertolak dari jemaat-jemaat lokal, yang membentuk

klasis-klasis dan melakukan perundingan bersama dalam sinode am. Corak tata

gereja ini adalah, di dalamnya dijaga baik hak masing-masing jemaat maupun

keseragaman seluruh gereja, tampak terjebak dalam bahaya sentralisme, seperti

terjadi dalam struktur Gereja Katolik Roma.22

Dalam tata gereja Presbiterial sinodal, jemaat setempat menjadi dasar dan titik

tolak untuk organisasi gereja di wilayah yang lebih luas. Urutan kedua kata

presbiterial dan sinodal, menyatakan bahwa gereja tersusun dari bahwa keatas.

Urutan ini mencerminkan bahwa jemaat setempat merupakan dasar gereja.

Disinilah manusia berjumpa dengan Allah. Apakah perjumpaan itu terwujud

tergantung, dalam pelayanan pada tingkat setempat. Keyakinan ini patut menjiwai

semua pejabat yang bekerja pada tingkat jemaat. Oleh sebab itu semua pekerja di

tingkat klasis, sinode propinsi, sinode am dilakukan demi jemaat setempat, untuk

21

Gereja Masehi Injili Di Timor. GBM, GPI dan Anggota PGI, Panitia Tetap Tata GMIT, Draft

Peraturan Pokok GMIT Tentang Jabatan Dan Kekaryawanan, ( di jemaat GMIT Elim Naibonat).

Hal 23-24 22

Jacob D. Engel, Mutasi sebagai sarana pembinaan panggilan, ( Kajian sosio-teologis terhadap

pemahaman para pendeta GPIB tentang Mutasi, Tesis, Program Pascasarjan Sosiologi Agama,

untuk memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Bidang Studi Sosiolgis Agama, Universitas

Kristen Satya Wacan. Hal 31-32

Page 24: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

15

melancarkan dan meningkatkan pelaksanan tugasnya. Dengan itu keputusan-

keputusan yang diambil pada tingkat yang lebih tinggi, umpanya yang menyakut

kebijaksanaan gereja sebagai totalitas, harus betul-betul berakar dalam kehidupan

jemaat, muncul dari pergumulan jemaat, kemudian dijemaatkan dalam kehidupan

jemaat.

Hal yang harus dihindari bahwa apa yang diputuskan di sidang-sidang yang

lebih tinggi, jangan sampai menghalangi pelayanan pada tingkat jemaat. Gereja

yang berazaskan system presbiterial sinodal, terdiri atas jemaat-jemaat. Hal

tersebut memberikan banyak peluang, karena semakin berkembangnya jemaat,

semakin rumit organisasi gereja, semakin luas juga tugas gereja. Dengan demikian

jabatan-jabatan baru dapat diciptakan, dan dibutuhkan semakin banyak pejabat

gereja terutama pendeta ketika pemekaran jemaat terjadi. Semakin banyak jemaat

semakin tinggi, hal itu membutuhkan tenaga-tenaga pendeta yang professional

dalam bidangnya sesuai kebutuh jemaat. Demi perkembangan gereja-gereja

Calvinis dalam rangka kebersamaan jemaat-jemaat untuk pembinaan dan

pengembangan pelayanan, maka keterikatan pendeta pada satu jemaat tidak

mungkin dapat dipertahankan lagi. Dalam rangka pemeratan pembinan dan

wilayah pelayanan maka mutasi pendeta menjadi sarana untuk membina

panggilan.23

Dalam perkembangan gereja-gereja Calvinis, tugas gereja dalam dunia

modern menjadi semakin rumit dan luas, sehingga jemaat setempat tidak lagi

dapat melaksankan segala sesuatu tanpa bantuan pendeta-pendeta yang

professional atau panitia-panitia sinodal yang terdiri dari utusan-utusan atau

deputat-deputat klasis yang memiliki keahlian khusus di bidangnya masing-

masing” dengan demikian dibutuhkan pendeta-pendeta yang tidak hanya terikat

pada satu jemaat, melainkan dapat dimutasikan untuk melayani di jemaat yang

lain sesuai keahliannya dalam rangka menjawab kebutuhan jemaat. Jika hal itu

penting sekali bagi seorang pendeta dimutasikan ke jemaat lain, harus punya

alasan yang berhubungan dengan panggilan Allah bukan karena alasan pribadi.

23

Jacob D. Engel, Mutasi sebagai sarana pembinaan panggilan, ( Kajian sosio-teologis terhadap

pemahaman para pendeta GPIB tentang Mutasi, Tesis, Program Pascasarjan Sosiologi Agama,

untuk memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Bidang Studi Sosiolgis Agama, Universitas

Kristen Satya Wacan. Hal 34-35

Page 25: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

16

Alasan pribadi tidak dapat menjadi kriteria mutasi tetapi hanya oleh panggilan,

pendeta dapat dimutasikan ke jemaat lain . mutasi membantu pendeta memenuhi

panggilan Allah untuk melayani jemaat-jemaat.

Mutasi mendidik pendeta untuk dapat di dalam panggilan, sehingga mutasi

bias menjadi sarana untuk membina dan mengembangkan panggilannya sebagai

pendeta. Dalam rangka melaksanakan tugas panggilan gereja, pemahaman

tersebut menujukan bahwa landasan teologis mutasi adalah panggilan. Karena itu

mutasi dalam gereja-gereja Calvinis dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan tugas

panggilan gereja dengan persetujuan jemaat yang mengutus dengan nasihat klasis

dan menunggu penempatan dan pemutasian pendeta, kita harus bertolak dari tata

gereja Hervormd di Belanda yang sangat berperan dalam kehidupan gereja-gereja

di Indonesia. Peraturan gereja di Negeri Belanda, menampakkan suasana

pemerintahan Negara. Pemerintah inggin mengawasi dan menguasai gereja,

melalui depertemen pendidikan, ibadah yang di control oleh Gubernur Jenderal.

Demikrian pula pemimpinan gereja di Indonesia yang di sebut Kerkbestuur di

Batavia diangkat oleh pemerintah, sama seperti di Negeri Belanda. Gereja diatur

secara sentralistis, menurut garis perintah dari atas ke bawah semua diatur diatur

dari atas ke bawah oleh pengurus gereja (Kerkbestuur) di Batavia, yang untuk

banyak hal harus berurusan dengan pemerintah colonial. Para pendeta tidak di

angkat oleh gereja, melainkan oleh pemerintah dengan status pegawai negeri, dan

ini berbeda dengan gereja di Belanda yang di angkat oleh gereja. Karena statusnya

sebagai pegawai negeri, maka pemerintalah yang memutuskan seluruh

penempatan dan pemutasian pendeta, atas asul Kerkbestuur. Gereja disamakan

dengan birokrasi yang mencirikn apart pemerintahan negera untuk urusan rohani

dengan struktur hirakhis dari pegurus pusat sampai ke jemaat-jemaat. Mutasi

pendeta dilaksanakan sebagai cara memperlihatkan ketergantungan gereja

terhadap pemerintah. Ketergantungan itu memberikan wewenang kepada

pemerintah untuk menempatkan dan memutasikan pendeta-pendeta. Dalam hal

penempatan dan pemutasikan pendeta di Batavia sebagai wilayah jajahan

pemerintahan Belanda, pemerintah berkonsultasi dengan pendeta-pendeta di

Jakarta tentang penempatan dan pemindahan pendeta. Setelah lembaga majelis

jemaat terbentuk, pemerintah berkonsulatsi dengan lembaga tersebut mengenai

Page 26: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

17

pemutasian pendeta. Pengaruh majelis jemaat Batavia saat itu semakin kuat dan

dapat dipercaya sehingga pada abad XVIII, penempatan dan pemutasian pendeta

dipercayakan kepada majelis jemaat Batavia. 24

Ketergantungan gereja sepenuhnya kepada pemerintahan menjadi nampak

dalam hal-hal sebagai berikut:

Hak penempatan dan pemutasian pendeta dipercayakan Tuan-Tuan XVII

kepada pemerintah dan instruksi kepada Gubernur Jenderal. Pemerintah

mempertahankan hal itu, walaupun bertentangan dengan apa yang tercantum

dalam tata gereja 1624. Upaya pendeta-pendeta menentang gubernur jenderal

Maetsuycker (1652-1678) mengenai pengangkatan dan pemutasian pendeta oleh

pemerintah mengalami kegagalan. Tata gereja tahun 1643 kembali memberikan

wewenang kepada majelis jemaat untuk mengangkat pendeta-pendeta. Akan tetapi

dalam kenyataannya pemerintah tetap menempatkan dan memutasikan pendeta-

pendeta. Kebebasan gereja dibatasi dalam hal surat menyurat. Gereja-gereja di

Indonesia hanya dapat berkoresponden dengan gereja-gereja di negeri Belanda,

bila mendapat persetujuan pemerintah. Campuran tangan pemerintah dalam

bidang siplin gereja. Pemerintah menghendaki agar gereja cukup menbantu untuk

mempertahankan kesusilaan dan pengambil tindakan disiplin terhadap mereka

yang telah dikenakan hukuman oleh pengadilan. Hal tersebut mendapat

pertentangan dari pendeta-pendeta . tindakan dipandang sebagai suatu

pelanggaran, sehingga pemerintahan memutasikan pendeta-pendeta tersebut

sebagai upaya untuk memperbaharui panggilan meraka. Hal itu dimaksud untuk

memperbaiki citra pendeta, agar tidak menjadi preseden yang buruk bagi

pengembangan pelayanan jemaat.25

Gereja protestan di Indonesia bagian Timur

(GMIT) dalam peraturan pokok yang telah ditetapkan melalui persidangan sinode,

jemaat-jemaat telah memberikan wewenang penuh kepada Majelis Sinode

(GMIT) Gereja Masihi Injil Di Timor, untuk memanggil pendeta-pendetam

24

Jacob D. Engel, Mutasi sebagai sarana pembinaan panggilan, ( Kajian sosio-teologis terhadap

pemahaman para pendeta GPIB tentang Mutasi, Tesis, Program Pascasarjan Sosiologi Agama,

untuk memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Bidang Studi Sosiolgis Agama, Universitas

Kristen Satya Wacan. Hal 35-36 25

Jacob D. Engel, Mutasi sebagai sarana pembinaan panggilan, ( Kajian sosio-teologis terhadap

pemahaman para pendeta GPIB tentang Mutasi, Tesis, Program Pascasarjan Sosiologi Agama,

untuk memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Bidang Studi Sosiolgis Agama, Universitas

Kristen Satya Wacan. Hal 36

Page 27: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

18

menempatakan dan memutasikannya serta memberhentikannya. Melalui mutasi,

maka penggilan pendeta dari Allah harus diwujudkan oleh badang pengurus

Majelis Sinode sebagai perpanjangan tangan Allah dunia terkhusunya di GMIT.

Dengan adanya konsep mutasi, Majelis Sinode bertanggungjawab atas panggilan

pendeta-pendeta dalam pelayani jemaat-jemaat. Mutasi pendeta membantu para

pendeta untuk memenuhi penggilan Allah dan melayani jemaat-jemaat secara

optimal. Mutasi menjadi sarana untuk memelihara dan mengembangkan panggilan

tersebut.

Bertolak dari pembahasan diatas, makan warisan utama GMIT dalam

melaksanakan mutasi terhadap para pendeta adalah perkembangan konsep mutasi

dalam Calvinisme. Dengan demikian perkembangan konsep mutasi dalam

Calvinisme, sebagai landasan dasar dari konsep mutasi yang telah diterapakan

oleh Sinode GMIT. Untuk memberikan uansa baru bagi para pendeta dalam

pelayanan serta untuk melatih para pendeta dalam menerima semua tugas dan

tanggung jawab yang telah gereja percayakan kepada mereka.

4. Konseling Pastoral

Konseling pastoral, bukan suatu hal yang mudah. Di Indonesia akhir-akhir ini

banyak orang yang tertarik dengan istilah “Konseling Pastoral”. Sering kali di

gereja-gereja tertentu konseling pastoral dianggap sebagai obat mujarab, suatu

ilmu yang baru dan bersifat rohani. Artinya konseling pastoral pada hakekatnya

dipandang sebagai suatu proses pertolongan yang rohani. Jadi yang perpendapat

demikian menekankan istilah “pastor” dari “konseling pastoral”, artinya mereka

memusatkan perhatian pada pertolongan yang pada hakekatnya merupakan

pertolongan psikologis. Bagi orang kristiani seyogyanya upaya pertolongan

melalui konseling pastoral didasarkan dan berakar dalam tugas penggembalaan

seorang pendeta, karena tugas-tugas itu telah berkembang selama beberapa abad

dan terus berkembang sebagai reaksi terhadap tuntutan Firman Allah dan

kebutuhan-kebutuhan manusia.26

Konseling pastoral bukan hanya boleh

dijalankan oleh seorang pendeta, melainkan konseling pastoral juga bisa

26

Aart. Martin Van Beek. Konseling Pastoral, sebuah buku pegangan para penolong di Indonesia,

SATYA Wacana, Semarang. 3

Page 28: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

19

dijalankan oleh orang yang telah belajar dan mendalami profesi tersebut, akan

tetapi fungsi seorang pendeta yang menjadi dasar untuk penggembalaan, yang

ternyata sering dijalankan oleh seorang pendeta, karena itu memang merupakan

sebagian dari kewajiban profesinya.27

Istilah counselor sudah dipakai dalam Perjanjian Lama Bahasa Inggris,

misalnya dalam 1 Tawarikh 27:32, Yonathan, saudara ayah Daud adalah seorang

“counselor. Dalam bahasa Ibarani Yo’eets, artinya penasehat. Istilah juga muncul

dalam Yesaya 9:5, dalam nubuat mengenai kedatangan Yesus. Dalam Perjanjian

Baru “counselor” paling sering timbul dalam hubungan dengan Roh Kudus,

(Bahasa Ibarani “Parakletos”, artinya penghibur). Sampai sekarang ini ada

banyak defenisi konseling yang diungkapkan para ahli sesuai sudut pandang

masing-masing. Walaupun demikian disamping perbedaan-perbedaan yang ada di

sana-sini, ditemukan ada persamaan-samaan pengertian yang dijumpai di dalam

defenisi-defenisi konseling tersebut. Misalnya, semua ahli setuju bahwa konseling

biasanya merupakan proses pertolongan psikologis yang terbatas karena usaha

pertolongan yang intens dan mendalam sudah lama menjadi bidang psikiatri

apabila sudah disertai dengan pengobatan.28

Kemudian persamaan yang lain ialah

dalam hal batas pertolongan konselor. Para ahli sependapat bahwasannya konselor

tidaklah selalu menasehati konseli, karena mereka menganggap bahwa keputusan

mengenai arah hidup konseli haruslah ditentukan sendiri oleh konseli yang

bersangkutan. Dengan demikian konselor menghargai konseli sepenuhnya, dan

menghargai kemampuan yang ada dalam diri konseli.29

Penulis berpendapat bahwa konseling pastoral ialah salah satu ilmu

pengatahuan yang sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia dan telah diterapkan,

terkhususnya bagi kaum kristiani. Orang kristiani memandang ilmu Konseling

Pastoral salah satu obat mujarab, dan bersifat rohani. Artinya bahwa kaum

kristiani menggap bahwa konseling pastoral adalah suatu proses pertolongan yang

pada hakekatnya merupakan pertolongan psikologis. Konseling pastoral ini biasa

27

Aart. Martin Van Beek. Konseling Pastoral, sebuah buku pegangan para penolong di Indonesia,

SATYA Wacana, Semarang. 4 28

Aart. Martin Van Beek. Konseling Pastoral, sebuah buku pegangan para penolong di Indonesia,

SATYA Wacana, Semarang. 5 29

Aart. Martin Van Beek. Konseling Pastoral, sebuah buku pegangan para penolong di Indonesia,

SATYA Wacana, Semarang. 6

Page 29: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

20

dijalankan oleh seseorang gembala, pendeta, dan guru agama. Penulis memandang

bahwa ilmu konseling pastoral adalah alat bantu terkhususnya bagi para gembala

atau pendeta di Indonesia ini, dalam memenuhi dan pelangkapi kebutuhan-

kebutuhan para jemaat.

4.1. Tujuan Pastoral

Tujuan konseling pastoral menurut Totok S. Wiryasaputra dan Rini Handayani

dalam buku yang berjudul pengantar konseling pastoral, ada 7 tujuan dalam

konseling pastoral:

Pertama dan terutama konseling pastoral adalah konseli dapat menerima apa

yang sedang terjadi atas dirinya secara penuh dan untuh (acceptance), ini berarti

dalam dan melalui proses konseling, konselor memfasilitasi konseli sedemikian

rupa sehinga konseli bersedia dan mampu mengalami pengalaman dan perasaan-

perasaannya secara penuh dan utuh. Kedua membantu konseli berubah,

tertumbuh, dan berfungsi maksimal, tujuan ini ialah perubahan menuju

pertumbuhan, dalam proses konseling pastoral, konselor secara berkesinambungan

memfasilitasi konseli menjadi agen perubahan bagi dirinya dan lingkungannya.

Pada hakikatnya konseli adalah agen utama perubahan, dengan demikian konselor

dapat disebut sebagai mitra perubahan bagi agen perubahan utama. Ketiga

membantu konseli menciptakan komunikasi yang sehat. Ketiga ialah membantu

konseli menciptakan komunikasi yang sehat. Karena berbagai sebab, banyak

orang dalam kehidupan ini tidak mampu berkomunikasi secara sehat dengan

lingkungannya, tidak jarang komunikasi yang tidak sehat menyebabkan berbagai

persoalan baik dalam diri seseorang atau lingkungan. Keempat, membantu konseli

bertingkah laku baru, konseling pastoral dapat dipakai sebagai media untuk

menciptakan dan berlatih tingkah laku baru dan yang lebih sehat. Misalnya, kasus

orang yang rendah diri. Orang yang demikian biasanya tidak memiliki rasa humor

dan tidak dapat tertawa secara spontan dan bebas apabila keadaan memang

menuntun demikian. Kelima membantu konseli mengungkapkan diri secara penuh

dan utuh, melalui konseling pastoral konseli dibantu agar dapat dengan spontan

kreatif dan efektif mengekspresikan perasaan, keinginan dan aspirasinya, dengan

demikian konseli dapat secara penuh dan utuh mengungkapkan diri. Keenam

Page 30: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

21

membantu konseli bertahan dalam situasi baru, tujuan konselig pastoral dalam hal

ini konseli dapat bertahan dalam kondisinya pada masa kini sebagaimana adanya

dan akhirnya menerima keadaan itu dengan lapang dada dan mengatur kembali

kehidupannya yang baru, dan yang terakhir dalam tujuan konseling pastoral ialah

membantu konseli menghilangkan gejala disfungsional, tujuannya membantu

konseli menghilangkan atau menyembuhkan gejala-gejala yang mengganggu

sebagai akibat dari krisis, mungkin juga gejala-gejala itu bersifat patologis, syukur

jikalau konseling pastoral dapat mambantu konseli menghilangkan gejala-gejala

tersebut secara tuntas30

.

Penulis berpendapang bahwa melalui ilmu konseling pastoral ini, bertujuan

untuk menolong, menyembuhkan, mengobati dan menyelesaikan masalah-

masalah social yang sedang terjadi atau yang sedang dialami oleh manusia baik

secara fisik maupun psikologisnya. Ilmu konseling pastoral salah satu saran atau

alternative bagi setiap maklhuk sosial, terkhusunya manusia, dan yang paling

penting ialah konseling pastoral ini, memudahkan para gembala, pendeta, guru

agama dan lain sebagainya, untuk dapat membantu, menopang, memelihara,

membimbing dan menolong setiap warga jemaat yang sedang mengalami

masalah-masalah yang sedang melanda kehidupannya, tidak berhenti disitu saja

konseling pastoral juga dapat membantu para pendeta yang sedang mengalami

kemimbangan, keterasingan, ketidaksejtaraan jender dalam suatu kelembangan

organisasi. Pada dasarnya ilmu konseling pastoral ini bersifat menolong dan

universal.

4.2. Fungsi Pastoral

Aart Martin Van Beek dalam bukunya yang berjudul “konseling pastoral”

sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia. Dalam buku tersebut Van

Beek telah mencantumkan 5 fungsi dari konseling pastoral sebagai berikut:

Pertam fungsi penyembuhan, konseli sering mempunyai perasaan yang belum

pernah diungkapkan. Barangkali dia pernah mengalami sautu trauma psikis seperti

kehilangan seseorang atau pernah menyaksikan suatu yang mengerikan seperti

30

Totok S. Wiryasaputra&RiniHandayani, Pengantarkonseling pastoral, AsosiasiKonselor Pastoral

Indonesia (AKPI)-Indonesia Association of pastoral Counselor (IAPC). 88-96

Page 31: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

22

perang atau pembunuhan dan mengalami kecelakan bus. Fungsi menyembuhan

dari konseling pastoral dapat menolong konseli untuk menyembuhkan hatinya.

Tekanan batin konseli menimbulkan penyakit psikosomatis seperti colitis atau

penyakit jantungan, penyakit maag dan sebagainya. Doa yang singkat sesudah

percapakan selesai biasanya juga ikut menolong. Kedua fungsi penopang, konseli

yang menghadapi krisis psikis atau penderita yang diserang oleh rasa sakit yang

tajam sekali sulit diajak berbicara melalui percakapan yang mendalam. Pada

umumnya konselor dan konseli hanya dapat memfokus pada masalah inti.

tanggapan dari konselor adalah singkat, tepat dan menekakan perasaan konseli,

kehadiran yang baik dan berkomunikasi non-lisan dari konselor banyak menolong

sebab biasanya konseli sangat gelisah. Ketiga fungsi pembimbingan, para konseli

di Indonesia cenderung mengharapkan fungsi ini dari proses pertolongan. Mereka

ingin diberi jalan keluar, sayang sekali para konselor terlalu sering sanggup untuk

memberikan nasehat yang setengah matang, dan tidak mampu memenuhi harapan

itu, sehingga fungsi membimbing muncul dalam usah menolong konseli untuk

mengambil keputusan-keputusan mengenai kehidupan sendiri. Keputusan

mengenai profesi yang dipilih. Keempat memperbaiki hubungan, hampir semua

persoalan konseli sedikit banyak menyangkut hubungan dengan orang lain. Jikalu

hubungan itu tidak diperhatikan oleh konselor pelayanannya dapat menjadi tidak

relevan. Oleh sebab itu terkhususnya di Indonesia kita membutuhkan fungsi

konseling pastoral yang menjamin konselor ikut berkecimpung dalam

menyelesaikan ketegangan yang timbul dalam hubungan itu. Kesulitan

komunikasi biasanya merupakan persoalan yang paling mendasar. Kelima

pengasuh atau pemelihara, diharapkan bahwa konseli terus berkembang dan terus

menerus menjadi lebih dewasa di dalam menghadapi masalah-masalah hidup.

Fungsi ini sebenarnya hampir selalu dapat keluar dalam konseling. Alasannya

untuk tidak terlalu banyak menasehati konseli dan untuk menegaskan

tanggungjawab konseli dalam menolong diri sendiri. Apabila konseli tidak

membutuhkan kita lagi, kita sudah berhasil, jangan konselor menciptakan

ketergantungan konseli pada diri konselor, sebab itu hanya membuat konseli lebih

lemah.31

31

Aart. Martin Van Beek. Konseling Pastoral, sebuahbukupeganganparapenolong di Indonesia,

Page 32: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

23

Paparan teori yang telah penulis lampirkan diatas, fungsi dari ilmu konseling

pastoral ini ialah dapat mengembalikan kepercayaan diri seseorang, hubungan

seseorang, dan lain sebagainya. Pada intinya penulis berpendapat bahwa fungsi

konseling pastoral adalah membangun kembali hubungan sosial, mengembalikan

rasa percaya diri seseorang, dapat membimbing seseorang kearah yang baru, dan

lain sebagainya.

4.3. Pandangan pastoral Dalam Perspektif Teologi

Gembalakanlah kawana domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paska,

tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau

mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat

seolah-olah kamu mau memerintahkan atas mereka yang dipercayakan kepadamu,

tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. (1 Peterus

5:2,3).

Pendampingan pastoral berhubungan dengan manusia tidak perduli macam

kepercayaannya, kedudukan sosialnya, atau prestisenya. Suatu pendampingan

yang ditujukan pada kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam segala perjalanan

hidup ini, dari seorang tukang batu sampai kepada insinyur bangunan, dari

seorang juara olahraga sampai kepada seorang cacad, dari seorang anak sekolah

dasar sampai kepada kakek-kakek dan nenek-nenek. Apakah mereka sedang

dalam keadaan kesehatan fisik yang prima atau keadaan sakit yang tidak bias

disembuhkan, dalam keadaan sukacita atau sedih, dalam keadaan yang

mengembirakan atau mengelisakan selalu ada saja kemungkinanan bahwa

layanan pastoral itu dibutuhkan.

Tanda dibutuhkan pendampingan pastoral itu dikenali melalui suatu saat dimana

tekanan dan ketegangan kehidup ini mempengaruhi tubuh dan jiwa.

Pendampingan pastoral berhubungan dengan manusia dan juga lingkungan, tetapi

memang biasanya lebih khusus dengan manusia dan lingkungan yang bermasalah.

Karena pendampingan pastoral adalah “ A Shared Compassion.” (Matius 9:36;

14:14; 15:32; 1 Peterus 5:2). Pendampinga pastoral memang setua agama, setua

sejarah keberadaan manusia. Bahkan kita bisa menelusi kembali jauh kepada

SATYA Wacana, Semarang. 10-12

Page 33: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

24

tradisi Kristen Yahudi, sampai kepada dukun-dukun obat primitive. Boleh

dikatakan bahwa setiap kali satu orang bertindak untuk menolong orang lain, dan

motivasi menolong orang itu karena dilandasi keyakinan agamaisnya,, maka pada

saat itu pemdampingan pastoral berlangsung.32

Pendampingan pastoral tidak bisa dihayati dengan hanya belajar teknik-tekniknya

saja. Seorang harus juga mempelajari manusia yang terlibat dalam pemdampingan

pastoral dan relasi diantara mereka itu, selanjutnya karena pendampingan pastoral

itu dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keyakinan agamais tertentu. Maka

seorang gembala atau majelis dan orang-orang yang terlibat dalam pendampingan

pastoral harus belajar agama dengan baik, dalam hal ini Kristen sebagaimana

agama itu berfungsi di dalam dan melalui orang-orang yang terlibat dalam

pendampingan pastoral itu di dalam relasinya satu sama lain. Psikologi

mempelajari tentang tingkah-laku manusia, sedangkan agama menyediakan

pengharapan kepada manusia sebagimana mereka ada. Psikologi memutuskan

perhatiannya pada relasi antra manusia sebagaimana adanya, sedangkan agama

memberikan inspirasi dan motivasi kepada manusia untuk mengubah dan

mempelajari kondisi mereka yang berdosa. Sehinga dukunga oleh psikologi dan

agama pendeta, majelis, pekerja, pastoral bergerak ke dalam arena relasi dan

menjadi peserta aktif. Layanan pastoral memang suatu keterlibatan-keterlibatan

dalam relasi atau hubungan antara manusia.33

Penulis berpandangan bahwa Ilmu Pastoral merupakan tindakan manusiawi

untuk membangun dan mengembangkan relasi antra sesama. Dengan melihat hal

positif dari perkunjungan, maka gereja menempatkan perkunjungan pastoral ke

dalam aktivitas gerejawi untuk menjaga kesinambungan hidup gereja dengan

memperhatikan kehidupan bagi seluruh jemaat dan menempatkan semua jemaat

dalam posisi yang terpenting dalam kehidupan gereja. bertolak dari pemmbahasan

di atas, maka penulis akan membahas salah satu persoalan sosial atau isu sosial,

dalam sebuah organisasi atau sebuah lembaga mengenai “ Kajian Pastoral

32

Pdt. Prof, Dr. Mesach Kriseten, M. Th, Teologi Pastoral, Dosen Pendampingan Pastoral &

konseling, Fakultas Teologis & Program Pasca Sosiologi Agama, Universitas Kristen Satya

Wacana, Salatiga, 2008. Hal 1-2 33

Pdt. Prof, Dr. Mesach Kriseten, M. Th, Teologi Pastoral, Dosen Pendampingan Pastoral &

konseling, Fakultas Teologis & Program Pasca Sosiologi Agama, Universitas Kristen Satya

Wacana, Salatiga, 2008. Hal 2

Page 34: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

25

Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Di Klasis Kupang

Tengah” pada bagian ke III, Jurnal ini akan Mendeskripsi Terhadap Alasan

Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah.

Page 35: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

26

BAGIAN III

Deskripsi Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT

Diklasis Kupang Tengah

Warisan utama GMIT dalam proses perkembangan mutasi terhadap para

pendeta adalah perkembangan konsep mutasi dalam Calvinisme. Dapat dipahami

bahwa, praktek mutasi yang telah dilaksanakan GMIT sebagai suatu tradisi gereja

yang berlaku sampai saat ini. Pendeta GMIT di klasis Kupang Tengah memahami

tentang mutasi sebagai alat kepentingan pelayanan, penyegaran pelayanan dan

pengembangan diri, Akan tetapi dalam perkembangan mutasi di GMIT

menimbulkan banyak persoalan seputar; 1. Apa yang telah pendeta pahami

tentang konsep mutasi? 2. Atas dasar apa mutasi yang dilakukan Majelis sinode

GMIT? 3. Apa maksud dan tujuan mutasi? 4. Faktor-faktor penyebab pendeta

menolak dimutasika? 5. Apa dampak pendeta terhadap mutasi? 6. Apakah mutasi

GMIT sudah berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang ada? 7. Menurut pendeta

mutasi sejaih ini sudah berjalan dengan Adil? 8. Bagimana sikap Sinode GMIT

terhadap pendeta yang menolak dimutasikan?.

Setelah penulis melakukan penelitian lapangan di beberapa pendeta yang ada

klasis Kupang Tengah, penulis mendapatkan berbagi macam factor-faktor di

lapangan yang mempegaruhi konsep mutasi yang telah diterapkan oleh sinode

GMIT sebagai berikut:

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang penulis susun untuk mewawancarai

para responden, penulis menemukan fakta lapangan berdasarkan pertanyaan

pertama yakni apakah para pendeta memahami konsep mutasi, menurut Bapak

Pendeta Eliza J Riri,34

ada dua konsep mutasi yang telah diterapkan oleh sinode

GMIT yaitu yang pertama konsep mutasi yang telah tercantum dalam Buku Draft

peraturan pokok GMIT tentang jabatan dan kekaryawanan. Pada pasal 77 mutasi

karyawan pendeta memuat tentang aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh

pendeta GMIT sebagai berikut:

34

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Ebenhezer KolHua.

Page 36: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

27

Mutasi pendeta dilaksanakan dalam rangka penyegaran dan pengembangan

diri pendeta dan jemaat. Mutasi didahului oleh evaluasi pelayanan pendeta yang

bersangkutan. Mutasi dilaksanakan oleh Majelis Sinode berdasarkan rekomendasi

Majelis Klasis sambil terbuka pada pertimbangan pendeta yang bersangkutan dan

jemaat penerima. Periode pelayanan seorang pendeta di suatu jemaat adalah empat

(4) tahun. Demi kepentingan pelayanan gereja, Majelis Sinode dapat:

mempercepat mutasi pendeta dan memperpanjang masa pelayanan pendeta

bersakutan. Batas maksimal pelayanan seorang pendeta dalam satu jemaat adalah

dua periode (8 tahun), dan dalam satu klasis adalah tiga periode (12 tahun).

Sebelum mutasi diadakan serah terima yang didahului pengawasan dan

pemeriksaan oleh Badan Pembantu Pelayanan yang melaksanakan fungsi

pengawasan di masing-masing lingkup.

Yang Kedua, mutasi sebenarnya baik, karena untuk kepentingan penyegaran

pelayanan bagi para pendeta sehingga terciptanya suasana pelayanan yang baik,

bersahabat dan nyaman bagi jemaat. Hal ini dimaksudkan agar pendeta dan jemaat

dapat membangun hunbungan yang baik serta memberikan efek posistif bagi

pelayanan kepada jemaat. Sedangkan ibu Pendeta Noldi Kase, S.Th35

menjelaskan

bahwa mutasi adalah metode yang baik demi menciptakan pelayanan merata bagi

para pendeta di perkotaan dan di pedesaan atau pendeta yang berada di jemaat

kecil dan jemaat yang besar dan menjawab pemerataan pelayanan bagi para

pendeta. Sedangkan menurut Ibu Pendeta Marlis Riri-Babys,36

menerangkan

bahwa konsep mutasi sebenarnya adalah untuk membantu para pendeta mengatur

pelayanan secara maksimal. Sedangkan Ibu Pendeta Soda Molek, S.Th37

menerangkan bahwa mutasi merupakan hal yang baik demi kepentingan kualitas

pelayanan serta kesiapan pendeta untuk menjalankan pelayanan demi

meningkatkan iman jemaat. Sedangkan beberapa responden memiliki jawaban

yang sama seperti yang penuli sampaikan di atas.

35

Waktu wawancara: jam 17-19, , bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Petuk. 36

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Imanuel KolHua. 37

Waktu wawancara: jam 17-19, tanggal, 28, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Kaisarea.

Page 37: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

28

Selanjutnya untuk pertanyaan kedua yakni konsep mutasi yang diterapkan

oleh sinode GMIT. Menurut Bapak Pendeta Eliza J Riri,38

konsep mutasi idealnya

yaitu seseorang pendeta dalam satu jemaat hanya melayani selama 2 periode

dalam satu klasis, selanjutnya seorang pendeta bisa bertahan dalam satu klasis

selam 3 periode, setelah itu pendeta tersebut akan menerima dan harus menerima

proses mutasi yang telah ditetapkan dalam buku Buku Draft peraturan pokok

GMIT tentang jabatan dan kekaryawanan, pada pasal 77 tentang mutasi karyawan

pendeta. Mutasi pendeta terjadi dalam 1 tahun dilakukan selama 2 kali pada bulan

April dan Bulan Oktober. Faktor-faktor penyeba para pendeta menolak

dimutasikan ialah faktor kedekatan pendeta dengan badan pengurus di sinodeal

GMIT, sehingga dalam proses mutasi pendeta bisa melakukan pendeta untuk

melobi tempat pelayanan berikutnya. Selanjutnya faktor data yang di miliki oleh

sinodeal GMIT dari dulu sampai saat ini, data mutasi yang tercatat yaitu data

manual, sehingga dalam proses mutasi tidak berjalan dengan baik.

Menurut pendeta Eliza J Riri, S.Th39

mutasi yang diterapkan oleh sinode

GMIT sejauh ini, proses mutasi kurang berjalan dengan baik, karena masih

banyak pihak yang belum mengikuti atau taat aturan yang sudah ditetapkan oleh

sinode. Dan ada juga pendeta secara terang-terang menolak untuk dimutasikan

sehingga secara aturan meskipun melanggar namun sinode belum mampu

mengambil sikap secara tegas. Alasan bagi para pendeta yang menolak

dimutasikan yakni karena memiliki banyak kedekatan dengan petinggi sinodel

atau karena faktor keluarga, kenalan dekat.

Menurut Pendeta Eliza J.Riri,40

proses mutasi belum bisa berjalan secara adil,

karena masih banyak pekerjaan rumah yang harus diperbaiki oleh para pengurus

sinodel GMIT. Pendeta yang menolak dimutasikan akan dipanggil atau didekat

oleh badan pengurus sinode, untuk mencari tahu sebab para pendeta yang

menolak dimutasikan, bukan hanya itu saja para pendeta yang menolak

dimutasikan ada akan didekati dengan berbagai cara, salah satunya yaitu

pendekatan pastoral dari bada pengurus sinodeal.

39

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Ebenhezer KolHua. 40

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Ebenhezer KolHua.

Page 38: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

29

Pertanyaan ketiga dari penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni Tujuan

dari mutasi pendeta? Tujuan dari proses mutasi yang sudah ditetapkan oleh sinode

bagi semua pendeta yang ada di GMIT ialah untuk kepentingan pelayanan dan

pengembagan spritualitasi pendeta dalam tugas, tanggujawabnya. Menurut ibu

Pendeta Marlis Babys, S.Th41

, tentang konsep mutasi yakni memiliki jawaban

yang sama dengan Bapak Pendeta Eliza J Riry42

yakni ada 2 konsep mutasi yang

telah diterapkan oleh sinode GMIT yaitu konsep mutasi yang telah tercantum

dalam Buku Draft peraturan pokok GMIT tentang jabatan dan kekaryawanan.

Pada pasal 77 mutasi karyawan pendeta memuat tentang aturan-aturan yang harus

dipatuhi oleh seluruh pendeta GMIT sebagai berikut;

Mutasi pendeta dilaksanakan dalam rangka penyegaran dan pengembangan

diri pendeta dan jemaat. Mutasi didahului oleh evaluasi pelayanan pendeta yang

bersangkutan. Mutasi dilaksanakan oleh Majelis Sinode berdasarkan rekomendasi

Majelis Klasis sambil terbuka pada pertimbangan pendeta yang bersangkutan dan

jemaat penerima. Periode pelayanan seorang pendeta di suatu jemaat adalah empat

(4) tahun. Demi kepentingan pelayanan gereja, Majelis Sinode dapat:

mempercepat mutasi pendeta dan memperpanjang masa pelayanan pendeta

bersakutan. Batas maksimal pelayanan seorang pendeta dalam satu jemaat adalah

dua periode (8 tahun), dan dalam satu klasis adalah tiga periode (12 tahun).

Sebelum mutasi diadakan serah terima yang didahului pengawasan dan

pemeriksaan oleh Badan Pembantu Pelayanan yang melaksanakan fungsi

pengawasan di masing-masing lingkup.

Kedua yang dimaksud dengan konsep mutasi ideal yaitu seseorang pendeta

dalam satu mata jemaat hanya melayani selama 2 periode dalam satu klasis,

selanjutnya seorang pendeta bisa bertahan dalam satu klasis selam 3 periode,

setelah itu pendeta tersebut akan menerima dan harus melakuakn proses mutasi

yang telah ditetapkan dalam buku Buku Draft peraturan pokok GMIT tentang

jabatan dan kekaryawanan, pada pasal 77 tentang mutasi karyawan pendeta.

Mutasi pendeta terjadi dalam 1 tahun dilakukan selama 2 kali pada bulan April

dan Bulan Oktober.

41

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Imanuel KolHua. 42

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Ebenhezer KolHua.

Page 39: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

30

Pada pertanyan ke Empat, Faktor-faktor penyebab para pendeta menolak

dimutasikan, menurut ibu pendeta Marlis Babys, S.Th,43

faktor-faktor penyebab

para pendeta yang menolak dimutasikan ialah faktor kedekatan, faktor keluarga,

faktor senior, junior, dan pendeta yang berstatus emeritus, faktor-faktor ini yang

sangat menghambat proses mutasi yang telah diterapkan oleh sinodeal GMIT dari

dulu sampai saat ini. Bukan hanya itu para pendeta yang sudah dimutasi keklasis

mata jemaat yang berbeda, akan tetapi pendeta tersebut masih saja bisa memenga

satu mata jemaat yang disukainya.

Sedangkan menurut pendeta Noldi Kase, S.Th44

faktor penyebab pendeta

menolak dimutasikan adalah karena mungkin para pendeta telah memiliki harta

benda yang banyak sehingga ketika dimutasi ada pertimbangan soal hal tersebut.

Namun sejauh ini sebagai pendeta selama bertugas belum pernah menolak untuk

dimutasi dan tidak pernah mendengar pendeta menolak untuk dimutasikan.

Selanjutnya menurut pendeta Mike Modok45

faktor pendeta menolak dimutasikan

karena soal pendidikan anak, lingkungan pergaulan anak. Namun lanjut bagi

pendeta Mike mutasi adalah hal yang baik karena memberikan ruang bagi para

pendeta untuk mengenal lebih banyak karakter jemaat.

Untuk pertanyaan kelima yakni Apa dampak dari pendeta yang menolak

dimutasikan? Dari pertanyaan ketiga ini, menurut Pendeta Noldi Kase46

dampak

dari ketika pendeta menolak untuk dimutasikan adalah secara aturan atau system

Sinodal Presbiterial ketika menolak dimutasikan berdampak pada system yang

tidak berjalan secara baik. Sedangkan menurut pendeta Eliza J Riry, sebenarnya

ada banyak pendeta yang menolak untuk dimutasikan, namun tidak dipublikasi

secara terbuka. Sehingga dari penolakan pendeta yang dimutasi pastinya memiliki

dampak yakni system tidak akan berjalan secara baik.

Dampak yang kedua soal ketidak adilan yang terjadi di organisasi GMIT serta

memiliki dampak negatif terhadap sinode GMIT. Namun sejauh ini system yang

dipakai oleh sinode GMIT mulai berjalan secara baik dan berkembang kearah

43

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Imanuel KolHua. 44

Waktu wawancara: jam 17-19, , bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Petuk. 45

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Kaisarea. 46

Waktu wawancara: jam 17-19, , bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Petuk.

Page 40: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

31

yang lebih baik. Kalau menurut Pendeta Marlis47

dampak dari pendeta menolak

adalah pelayanan akan terhambat, serta berdampak pada matinya Roh pelayanan

dari pendeta.

Apakah mutasi GMIT sudah sesuai berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang

ada? Dari pertanyan keenam, menurut pendeta Mike Modok,48

sejauh ini mutasi

telah berjalan sesuai dengan atauran sinode GMIT, namun dalam setiap sidang

sinode akan terus dilakukan evaluasi berkaitan dengan mutasi. Mutasi memang

harus berdasarkan peraturan pokok yang ada GMIT yang bertujuan untuk

memberikan penyegaran bagi para pendeta serta meningkatkan kualitas pelayan

dalam rangka menigkatkan iman jemaat Tuhan diwilayah pelayanan GMIT.

Menurut pendeta Noldi kase,49

sejauh ini mutasi telah berjalan baik, karena

pada tahun 2017 telah dimutasikan dari Jemaat Kanaan Besmarak Ke Jemaat

Imanuel Petuk. Sehingga menurut pendeta Noldi mutasi berjalan berdasar kriteria

yang berlaku dan sesuai dengan aturan sinode GMIT. Karena ketika seorang

pendeta yang hendak dimutasi pasti akan mendapatkan Surat Keputusan dari

Sinode GMIT. Lanjut pendeta Noldi,50

hal ini menunjukkan sikap sinode GMIT

yang dapat menjalan aturan mutasi secara bijaksana demi kepentingan pelayanan.

Sedang menurut pendeta Marlis Babys51

mutasi tentunya hanya bisa dilakukan

apabila sinode GMIT memberikan perintah maka seorang pendeta harus siap

untuk pindah tugas. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa memang faktor

kedekatan seperti sahabat, keluarga menjadi hal yang dapat membuat mutasi tidak

berjalan sesuai aturan.

Apakah munurut pendeta mutasi sejauh ini sudah berjalan dengan Adil?

Menurut ibu pendeta Marlis,52

mutasi sejauh ini belum berjalan secara adil, akan

tetapi proses mutasi pada saat ini jauh lebih perkembang dan para pendeta juga

sudah mengikut aturan-aturan yang telah ditetapkan sinode GMIT. Kalau menurut

pendeta Mike53

mutasi memang sejatinya telah berjalan sesuai aturan namun

faktor keadilan ini menjadi pekerjan rumah yang besar karena belum sepenuhnya 47

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Imanuel KolHua. 48

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Kaisarea. 49

Waktu wawancara: jam 17-19, , bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Petuk 50

Waktu wawancara: jam 17-19, , bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Petuk 51

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Imanuel KolHua. 52

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Imanuel KolHua. 53

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Kaisarea.

Page 41: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

32

menjawab pemerataan kesejahteraan pendeta di kota dan pedesaan. Sedangkan

menurut pendeta Eliza J Riry,54

kalau dibilang adil ada keadilan, namun ada juga

yang belum terpenuhi karena soal kedekatan dapat merubah segalanya. Namun

secara umum mutasi dapat diterima oleh semua pendeta, memang ada beberapa

pendeta di Timor Tengah Selatan yang sampai emeritus tidak pernah dimutasikan.

Alasannya mungkin karena pendeta tersebut merasa nyaman didesa sehingga tidak

mau untuk dimutasikan.

Pertanyan ketujuh yakni Apa yang dilakukan oleh sinode GMIT terhadap

pendeta yang menolak dimutasikan? Menurut ibu pendeta Marlis,55

mutasi itu

adalah kesadaran diri para pendeta, untuk mengembangkan diri dan lebih

mengenal banyak jemaat atau krakter jemaat, sehingga pendeta juga bisa

mendapatkan lebih banyak pengalaman dari kehidupan pelayanannya. Karena

Tujuan dari konsep mutasi yang dipahami oleh ibu pendeta Marlis Babys56

adalah

untuk penyegaran pelayanan dan pentingan pelayanan. Namun jika ada yang

menolak untuk dimutasikan mungkin alangkah lebih baik kita dapat mendengar

alasan dari pendeta tersebut. Mengapa! Karena namanya pelayanan membutuhkan

kesiapan iman, mental untuk dimutasikan. Apalagi jika mutasinya dari kota

kedesa atau dari desa ke kota. Bagi pendeta Marlis hal ini menjadi tantang

tersendiri sehingga yang paling terpenting adalah seorang pendeta tidak

mengabaikan pelayanan kepada jemaat.

Sedangkan pendeta Noldi57

yang dilakukan oleh sinode GMIT ketika seorang

pendeta menolak dimutasikan, seharusnya ada sikap tegas bagi pendeta tersebut

agar system dapat berjalan tanpa memilih kasih. Karena tugas sebagai seorang

pendeta ada dua yakni tugas pelayan kepada jemaat dan menjalankan tugas

sebagai organisasi. Untuk keduanya harus seirama agar terciptanya iklim

pelayanan yang berkualitas dalam rangka menumbuhkan iman jemaat.

Untuk pertanyaan kedelapan, Apa solusi dari para pendeta yang menolak

untuk di mutasikan? Menurut pendeta Eliza J Riry,58

Kebanyakan yang menolak

dimutasikan yaitu pendeta yang sudah tua, Pendeta yang menolak dimutasikan

54

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Ebenhezer KolHua 55

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Imanuel KolHua. 56

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Imanuel KolHua. 57

Waktu wawancara: jam 17-19, , bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Petuk 58

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Ebenhezer KolHua

Page 42: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

33

akan didekati oleh sinode denga cara konseling pastoral, akan tetapi para pendeta

masih menolak juga dimutasikan akan di biarkan saja oleh pengurus sinode GMIT

berdasarkan pertimbagan hati nurani. Serta menjaga sikap pelayanan dari setiap

pribadi para pendeta, karena mungkin juga pendeta yang sudah tua ingin

menghabiskan masa emeritus di tempat yang aman bagi segala bentuk

pengabdiannya ketika menjadi seorang pendeta. Lanjut pendeta Eliza59

bahwa

kalau mutasi yang dilakukan oleh GMIT memang berbeda dengan GKS atau

gerelainnya di Indonesia.

Meskipun system yang dipakai oleh sinode GMIT adalah presbiterial sinodal,

namun kenyataannya yang dijalankan justru terbalik yakni Sinodal Presbiterial.

Akan tetapi oleh beberapa gereja menggangap system yang digunakan oleh sinode

GMIT dianggap berhasil dalam pelayanan. Namun menurut pendeta Noldi kase60

bahwa solusi yang paling aman adalah dari proses penyaringan menjadi

mahasiswa, vikaris bahkan menjadi pendeta harus betul-betul di saring agar para

pendeta yang bandel untuk tidak dimutasikan harus tetap di mutasi berdasarkan

sesuai dengan tata cara mutasi dari sinode GMIT. Namun sebagai seorang

pendeta, kita menyakini bahwa pelayanan yang kita lakukan adalah cara Tuhan

untuk terus membentuk seorang pendeta menjadi alat Tuhan dalam mewartakan

injil Tuhan.

59

Waktu wawancara: jam 17-19, bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Ebenhezer KolHua 60

Waktu wawancara: jam 17-19, , bulan agustus, tahun, 2018: tempat Gereja Petuk

Page 43: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

34

BAGIAN V

Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta

GMIT Diklasis Kupang Tengah

Berdasarkan pengolahan data yang penulis uraikan di atas maka dapat

dilakukan analisi untuk menemukan fakta lapangan berdasarkan permasalah yang

penulis angkat yakni: “Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh

Pendeta GMIT di Klasis Kupang Tengah”

Dari ketujuh pertanyaan yang penulis ajukan untuk para respoden yakni

pendeta di Klasis Kupang Tengah, maka penulis dapat menggambarkan situasi

berdasarkan hasil wawancara kepada pada resposden. Secara umum dapat penulis

sampaikan bahwa konsep tentang mutasi para pendeta di Sinode GMIT, Klasis

Kupang Tengah, di ketahui berdasarkan aturan Sinode GMIT tentang Mutasi

Karyawan Sinode GMIT. Yang tujuannya untuk penyegaran pelayanan bagi para

pendeta serta memberikan suasana baru dalam mengabarkan injil.

Dari segi pemahaman teologis, para pendeta GMIT memahami mutasi sebagai

saranan untuk penyegaran pelayanan bagi para pendeta serta memberikan suasana

baru dalam mengabarkan injil. Dengan demikian pemahaman para pendeta GMIT

terkhususnya di klasis Kupang tengah, secara teologis memberikan suatu

gambaran yang positif mengenai mutasi. Secara teoritis pandangan di atas

memberikan gembaran bahwa mutasi yang telah di pahami oleh para pendeta

GMIT, Klasis Kupang Tengah, ialah perkembagan konsep mutasi dalam

Calvinisme. Dalam perkembangan Calvinisme mutasi di pahami sebagai sarana

untuk mendidik dan membina pendeta agar tetap di dalam panggilannya sebagai

pejabat gereja serta melaksanakan tugas-tugas panggilan pelayanan gereja.

Dari setiap pertanyaan yang penulis uraian untuk mewawancarai para

responden dapat kita temukan bahwa jawaban responden mengetahui secara benar

konsep dan tujuan dari mutasi bagi seorang pendeta. Yakni untuk melakukan

penyegaran terhadapat pelayanan yang dilakukan oleh seorang pendeta, serta

menigkatkan kualitas pelayanan. Sedangan penolakan terhadap mutasi yang

dilakukan oleh Sinode para responden memberikan jawaban bahwa tidak

Page 44: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

35

mengetahui pendeta mana yang menolak untuk dimutasi namun ada juga yang

menyatakan bahwa menolak mutasi memang ada namun tidak dipublikasi atau

dijadikan sebagai permasalah penting untuk dibahas karena bahwasanya ada hal

atau agenda lain yang lebih penting dari konsep mutasi. Penolakan terhadap

mutasi memang ada namun kenapa tidak dipublikasi karena ada pertimbangan

kemanusia dan menjaga keharmonisan pelayanan. Persoalan mutasi memang

intinya untuk penyegaran pelayanan, namun tentu memiliki dampak positif dan

dampak negatif.

Dari penyajian data yang penulis dapatkan, para respoden sebenarnya belum

menyampaikan kondisi sebenarnya tentang penolakan untuk di mutasi. Hal ini

sebenarnya penulis simpulkan karena para responden tidak berani untuk

menyampaikan siapa pendeta yang pernah menolak untuk dimutasikan, waktunya

kapan. Dengan demikian tentunya dari jawaban para responden dapat kita

simpulkan bahwa, responden mengetahui tentang adanya pendeta yang menolak

untuk dimutasikan karena berdasarkan pertimbangan berbagai faktor. Kondisi ini

menunjukkan bahwa penolakan mutasi memang terjadi di sinode GMIT namun

dibiarkan dan tidak dijadikan sebagai persoalan.

Seperti yang kita ketahui bahwa dalam lembagan organisasi gereja ditemukan

berbagi kepentingan yang berbeda, sehingga akibat dari perbedan itu dapat

memunculkan konflik sebagai suatu yang wajar. Ketika menghadapi konflik atau

persoalan yang sedang terjadi dalam suatu kelembagaan organisasi gereja, seharunya kita

harus mencari suatu solusi untuk menyelesaikan konflik tersebut, sehingga para pendeta

yang menolak untuk dimutasikan tidak semakin terpuruk oleh persoalan yang terjadi.

Melihat dari persoalan yang sedang terjadi di GMIT, di Klasis Kupang Tengah,

terhadap para pendeta yang menolak untuk dimutasikan, di kaji dari teoritis Pastoral

adalah suatu alat untuk menyelesaikan persoalan yang sedang di alami. Konseling

pastoral dan perkunjungan pastoral salah satu cara yang sering digunakan untuk

menemukan resolusi konflik dalam suatu lembagan organisasi gereja. pendetakan ini

biasanya di lakaukan oleh pihak sinode agar dapat menyelesaikan permasalahan sedang di

hadapi oleh anggota-anggotanya, demi tujuan kepentingan organisasi bersama. Konseling

pastoral dan perkunjungan pastoral biasanya pihak yang berkonflik bisasnya dapat

menyalurkan permasalahan yang sedang di hadapi dan bersedia di bimbing untuk

mencapai penyelesaian.

Page 45: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

36

Tugas dan pelayanan dari konseling pastoral dan perkunjunga pastoral menurut Aart

M Van Beek merupakan sautu alat pembaharuan melalui warga gereja dan dalam

kehidupan masyarakat. konseling pastoral berfungsi sebagai penyembuhan,

penopang, pembimbingan, memperbaiki hubungan dan pengasuh atau pemelihara,

bagi sesama, tidak boleh hanya menekankan satu aspek saja, melainkan harus

memperhatikan aspek-aspek yang lainnya. Karena konseling Pastoral sebagai

sarana untuk memperbaiki hubungan yang rusak lembaga gereja dan organisasi

gereja. berhubungan dengan permasalahan yang sedang terjadi di GMIT, Klasis

Kupang Tengah, terhadap alasan penolakan mutasi pendeta, kita harus mengacu

pada 1 Petrus 5; 2-3. Melalui ayat di atas maka para gembala di peringatkan untuk

melakukan tugas dan tanggung jawab para pendeta sebagai pelayan yang mengacu

kepada Alkitab, tanpa harus mengutamakan kepentinga-kepentingan pribadi yang

sebenarnya bertentang denga Alkitab dan mengambil keuntungan bagi diri sendiri

atau mau memerintah atau berkuasa demi keinginan pribadi.

Konseling pastoral dan perkunjungan pastoral sangat di butuhkan oleh para

pendeta yang menolak dimutasikan di GMIT, Klasis Kupang Tengah, melalui

konseling pastoral dan perkunjungan pastoral para pendeta yang mengalami

persoalan tersebuat, akan mengalami pemulihan dan mengutuhkan kehidupan para

pendeta dalam segala aspek kehidupannya, yakni, fisik, social, mental, dan

spritualnya.

Dalam kenyataan penurut pandangan penulis sejauh ini sinode GMIT belum

total jalankan atau mempraktekan fungsi-fungsi pastoral pada bidang yang

masing-masing, sehingga kita bisa melihat bahwa masih ada persoalan yang

terjadi di GMIT, Klasis Kupang Tengah, tentang penolakan mutasi oleh para

pendeta. Sehingga menurut penulis sinode GMIT, harus mencari suatu solusi

dalam menyelesaikan persoalan yang sedang di hadapi para pendeta, tentang

penolakan mutasi, sehingga sinode GMIT mampu memberikan rasa aman dan

dapat menjadi tempat yang tetap untuk para pendeta dalam menyelesaikan setiap

persoalan yang ada.

Page 46: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

37

BAGIAN V

Kesimpulan Dan Rekomendasi

KESIMPULAN

Pada bagian ini akan di paparkan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

1. Penulis berpendangan bahwa konsep mutasi yang telah ditetapkan dalam

aturan Sinode GMIT, telah diterimah oleh semua pendeta, akan tetapi

dalam proses mutasi masih ada faktor-faktor yang menyebabkan

seseorang pendeta menolak dimutasikan.

2. Faktor-faktor yang menghambat proses mutasi di GMIT, Klasis Kupang

Tengah ialah faktor keluarga, kenalan, sehabat, senior, junior serta pendeta

yang berstatus emeritus.

3. Faktor-faktor penyebab pendeta menolak dimutasikan ialah pendeta telah

memiliki harta benda atau asset di dalam satu mata jemaat, persoalan

pendidikan anak, lingkungan pergaulan anak, serta pendeta kota tidak mau

dimutasikan ke pedesaan dan data mutasi GMIT sampai pada saat masih

system manual.

4. dampak negatif dari pendeta yang menolak dimutasikan ialah secara aturan

atau system Sinodeal Presbiterial, system ini tidak akan berjalan secara

baik, serta permasalahan ini tidak dipublikasikan secara terbuka, sehingga

system yang tidak akan berkembang dan soal ketidak adilan yang terjadi di

organisasi GMIT, juga membahwa dampak negatif terhadp Sinodeal

GMIT, serta matinya roh pelayanan dari seseorang pendeta.

5. Dampak positif dari penolakan mutasi di GMIT, Klasis Kupang Tangah

ialah ada pertimbagan kemanusian, dan menjaga keharmonsisan pelayan.

6. Sejauh ini Sinode GMIT memilih untuk tidak dipublikasi atau menjadikan

penolakan mutasi sebagai permasalah, karena ada pertimbagan

kemanusian dan menjaga keharmonisan pelayanan GMIT.

7. Pada sadarnya konsep mutasi GMIT telah tercantum pada Buku, Draft

peraturan pokok GMIT tentang jabatan dan kekaryawanan. Pada pasal 77

Page 47: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

38

mutasi karyawan pendeta memuat tentang aturan-aturan yang harus

dipatuhi oleh seluruh pendeta GMIT.

8. Tujuan dari konsep Mutasi GMIT ialah untuk penyegarkan pelayanan bagi

para pendeta serta memberikan suasana baru dalam mengabarkan injil.

9. Sejauh ini, perkembangan konsep mutasi di GMIT, Klasis Kupang

Tengah, jauh lebih baik, di sebabkan, banyak pendeta telah mengikuti

atura-aturan yang telah di tetapkan oleh Sinodeal GMIT.

10. Penulis berpendapat bahwa, kurangnya keterbukan para pendeta GMIT,

Klasis Kupang Tengah, terkait persoalan mutasi tersebut.

11. Fungsi-fungsi konseling pastoral seperti, penyembuhan, penopang,

pembingan, memperbaiki hubungan, pengasuh atau pemelihara, yang

harus di tekankan pada saat perkunjung pastoral oleh pengurus sinode

GMIT kepada semua pendeta, sehingga para pendeta mendapatkan hak

dan keadlian yang merata.

Rekomendasi FAKULTAS

Dalam upaya mendukung tercapainya profil pekerjan gereja yang

berkulitas pada umunya, pendampingan pastoral serta konseling pastoral yang

berkompeten maka, diharapkan Fakultas Teologi Uinversitas Kristen Satya

Wacana ( UKSW), semakin terampil dan cermat dalam mendidik dan

membimbing mahasiswa/i-nya dalam mata kuliah, konseling pastoral,

pendampingan pastoral. Proses perkuliahan yang selama ini, dihimbaukan agar

lebih memperbanyak dengan praktek-praktek dan di imbangi dengan teori-teori

agar dapat memperkaya calon pekerja gereja, sebelum memasuki dunia kerja.

Saran ini bertujuan untuk mengimbangi kesenjangan yang ada antara

bangku kuliah dan lapangan, seperti yang biasa biasa kita ketahui bahwa, apa

yang kita pelajari di bangku kuliah tidak selalu sejalan dengan praktek lapangan.

Sehingga dengan ada calon pekerja gereja yang terampil dan cermat, serta

memiliki inovatif dalam menyikapi situasi-situasi sekitar dan perkembangan

zaman.

Rekomendasi SINODE GMIT

Page 48: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

39

1. Terkhususnya bagi badan pengurus GMIT perluh diadakan pendekatan

yang lebih terhadap persoalan mutasi.

2. Pendeta juga membutuhkan pemdampingan pastoral dan Konseling

Pastoral lebih dari satu laki pertemuan, sehingga para pendeta juga merasa

ditopan dan tidak sendiri dalam menghadapi permasalah-permasalah atau

persoalan yang sedang di alaminya. Sehingga para pendeta mendapatkan

pertolong, solusi yang baik dan tepat dalam menyelesaikan persoalan

tersebut. Dengan demikian pelayanan yang ada menjadi sebuah berkat

bagi warga jemaat serta pertumbuhan iman jemaat.

3. Dalam hal ini Sinodeal GMIT harus memberikan pemahaman terhadap

para pendeta, bahwa konsep mutasi dan aturan-aturan yang telah di

tetapkan oleh Sinodeal GMIT harus di pahami dan di taati oleh para

pendeta dan karyawan GMIT, sebab hal ini mempunyai dampak bagi

system organisasi GMIT dan menjaga keharmonsisan para pendeta dalam

bidang pelayanan.

4. Bagi Sinode GMIT harus melaksanakan pendekatan kepada para pendeta

yang menolak dimutasikan, Contotnya: Pendekatan pastoral dan Konseling

pastoral.

5. Bagi Sinode GMIT harus memperhatikan data Mutasi yang Manual sejauh

ini, kerana data mutasi yang manual inilah yang menhambat proses mutasi

di GMIT.

Page 49: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

40

DAFTAR PUSTAKA

Abineno, J. L. CH., Penatua Jabatannya Dan Pekerjaanya, ( BPK Gunung Mulia,

2008).

Aart Martin. Van Beek. D. Min., Konseling Pastoral, (Semarang: Satya Wacana,

1987).

Aart. Martin Van Beek. D. Min., Konseling Pastoral, Sebuah Buku Pegangan

Para Penolong Di Indonesia, ( SATYA Wacana, Semarang, 1987).

Elisabeth, E. Y. Mesa: Tesis, Pendeta Dan Penelitian Kinerja, Suatu Studi

Terhadap Respons Pendeta Di Gereja Masehi Injili Di Timor Terhadap

Penelaian Kinerja Pendeta GMIT, ( Salatiga Universitas Kristen Satya

Wacana, 2013).

Harun, Hadiwiyono, Dr. Iman Kristen, (Jakarta. BPK Gunung Mulia, 1986).

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif Unutk Ilmu-ilmu Sosial, (

Jakarta, Salemba Humanika, 2012).

Jacob, Daan. Engel, Mutasi Sebagai Sarana Pembinaan Panggilan, Kajian sosio-

teologis terhadap pemahaman para pendeta GPIB tentang Mutasi,

Tesis, Program Pascasarjan Sosiologi Agama, untuk memperoleh

Gelar Magister Sains Dalam Bidang Studi Sosiolgis Agama, ( Salatiga,

Universitas Kristen Satya Wacan, 2001).

Jacob Daan Engel: Tesis, Mutasi sebagai sarana Pembinaan Panggilan.

Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. 2001.

Moh, Nazir, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.

Pdt. Prof, Dr. Mesach Kriseten, M. Th, Teologi Pastoral, Dosen Pendampingan

Pastoral & konseling, Fakultas Teologis & Program Pasca Sosiologi

Agama, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2008.

Peraturan Organisasi Administrasi Dan Sistem Komunikasi Informasi GMIT,

Tentang Kedudukan, Wewenang Dan Tugas Majelis Sinode, ( Periode.

2015-2019).

Page 50: Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh ......Kajian Pastoral Terhadap Alasan Penolakan Mutasi Oleh Pendeta GMIT Diklasis Kupang Tengah Oleh Frik Daut Lisnahan 712011017

41

Peraturan Oragnisasi, Administarsi Dan Sistem Komunikasi, Informasi Gereja

Masehi Injili Di Timor, Pos Kupang. ( Laporan Wartwan Pos Kupang,

Jurnal Hauteas, Pos Kupang.com BA,A).

Pertanggungjawaban Majelis Sinode GMIT Periode 2011-2015, Di Auditorium

Tii Langga, Pernyataan Ini Di Sampaikan Oleh Sejumlah Perwakilan

Klasis Saat Memberi Respon Atas Laporan, Rabu, 23/09/2015, Malam).

Sinode Gereja Masehi Injili Timor (GBM GPI Dan Anggota PGI) Panitia Tetap

Tata GMIT, Draft Peraturan Pokok GMIT Tentang Jabatan Dan

Kekaryawanan, Di Jemaat GMIT Elim Naibonat, 2011.

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, Bandung: Alfabeta, 2012.

________, Meteode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:

Alfabeta, 2013.

Totok S. Wirayasaputra & Rini Handayani, Pengantar Konseling Pastoral,

Asosiasi Konseling Pastoral Indonesia (AKPI) Indonesia Association

Of Pastoral Counselor, (IAPC) 2013.

Walz Edgar. Bagimana Mengelola Gereja Anda, Pedoma Bagi Pendeta Dan

Pengurus Awam, Jakarta, BPK. Gunung Mulia, 2008.

________, Bagimana Mengelola Gereja Anda, Jakarta, BPK. Gunung Mulia,

2006.