k  · web viewindonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai...

21
Kelompok 3 Kerusuhan di Maluku Utara Sebagai Contoh Ketidakharmonisan Antar Umat Beragama 1. Diah Ayu Sekar Palupi (G14130051) 2. M. Ari Tantowi (G14130056) 3. Hilmi Muhammad Y (G24130041) 4. Rory Setiadi (G44130007) 5. Siti Nurkilah 6. Silvia

Upload: others

Post on 04-Sep-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

Kelompok 3

Kerusuhan di Maluku Utara Sebagai Contoh Ketidakharmonisan Antar Umat Beragama

1. Diah Ayu Sekar Palupi (G14130051)2. M. Ari Tantowi (G14130056)3. Hilmi Muhammad Y (G24130041)4. Rory Setiadi (G44130007)5. Siti Nurkilah6. Silvia

Program Tingkat Persiapan Bersama

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Tahun 2013

Page 2: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis Panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini

dengan tepat waktu.Makalah ini berjudul “Kerusuhan di Maluku Utara Sebagai

Contohketidakharmonisan antar umat beragama”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari

bentuk maupun materinya.Krisis konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan

untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.akhir kata semoga makalah ini dapat

memberikan manfaat bagi sekalian.

Bogor, September 2013

Penulis

Page 3: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULKATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1

BAB 2 PERMASALAHAN.................................................................................................3

BAB 3 PEMBAHASAN.....................................................................................................4

1.1 Gelombang Pertikaian di Maluku Utara..................................................................4

1.1.1 Gelombang Pertama.................................................................................4

1.1.2 Gelombang Kedua.....................................................................................5

1.1.3 Gelombang Ketiga.....................................................................................5

1.2 Sumber-Sumber Konflik di Maluku Utara................................................................6

1.2.1 Ketegangan Masalah Agama.....................................................................6

1.2.2 Perebutan Sumber Daya Alam..................................................................6

1.2.3 Sumber Utama Konflik di Maluku Utara (1999-2004)...............................7

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................8

4.1 Kesimpulan..............................................................................................................8

4.2 Saran......................................................................................................................8

LAMPIRAN...................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

STRUKTUR ORGANISASI..............................................................................................13

LAGU NASIONAL..........................................................................................................14

Page 4: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

BAB 1 PENDAHULUAN

Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai

negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

etnis kecil. Etnis besar di Indonesia antara lain: Jawa, Sunda, Madura, Melayu, Bali,

Minangkabau, Batak, Dayak, Bugis, dan Cina. Sebagai Negara yang multietnis, tidak

hanya bentuk fisik melainkan juga sistem religi, hukum, arsitektur, obat-obatan,

makanan, dan kesenian orang Indonesia pun berbeda-beda menurut etnisnya.

Indonesia ibarat sebuah taman yang ditumbuhi aneka bunga berwarna-warni.

Akan tetapi, jika keragaman itu tidak dikelola dengan baik, konflik akan mudah pecah.

Salah satu konflik yang berbau sara di Indonesia adalah konflik yang terjadi di Maluku

Utara, konflik ini pertama kali terjadi bulan Agustus 1999 yang di picu oleh pertikaian

antara suku Kao yang merupakan suku asli daerah tersebut dengan suku Makian yang

merupakan pendatang dari pulau Makian di daerah selatan pulau Ternate berkaitan

dengan pegelolaan pertambangan emas di kecamatan Malifut. Pada gelombang

pertama jumlah korban jiwa hanya dalam hitungan puluhan, demikian juga harta benda

dan rusaknya tempat-tempat ibadah.

Konflik terus berlanjut pada bulan Oktober-November 1999.Skala kerugian harta

milik yang berkenaan dengan fasilitas-fasilitas publik dan bangunan jauh melebihi

kerugian yang terjadi pada bulan Agustus 1999. Pada konflik ini kurang lebih 16 Desa

Suku Makian diratakan dengan tanah, sementara jumlah korban yang meninggal kurang

100 orang dan kebanyakan dari komunitas islam.

Dalam aksi kekerasan kedua ini, ketiga Sultan yang memerintah di Maluku

Utara, yakni Sultan Ternate, Sultan Tidore, dan Sultan Bacan telah mengambil peran

aktif dalam meredakan keteganggan-keteganggan antara dua komunitas yang

berperang. Sultan Ternate bahkan mengambil langkah kontroversial dengan membentuk

kembali pasukan adat. Pasukan ini disebut pasukan kuning, karena mereka memakai

seragam kuning, maka pasukan khusus Sultan Ternate ini dikenal sebagai pasukan

kuning. Pada mulanya, pasukan kuning membantu, polisi dan tentara untuk meredakan

konflik di wilayah tersebut. Namun seiring berlalunya waktu, mereka secara berlahan-

lahan mulai mengambil alih fungsi aparat keamanan sampai pada titik dimana mereka

merupakan satu-satunya kekuatan keamanan di kota tersebut.

1

Page 5: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

Mereka mulai bertindak kasar dan sewenang-wenang terhadap setiap orang

yang menghalangi caranya.Tindakan sewenang-wenang dari pasukan Kuning tersebut

mendapat reaksi keras dari orang-orang Muslim dari Ternate Selatan. Mereka kemudian

membentuk Pasukan Putih untuk melawan Pasukan Kuning. Pada akhirnya pertempuran

antar kedua pasukan yang sama-sama beragama islam inipun tidak dapat dielakkan.

Konflik di Maluku Utara terjadi lagi pada tanggal 26 Desember hingga bulan

Maret 2000.pada Periode ini konflik yang terjadi di wilayah Maluku Utara hanya

merupakan imbas dari apa yang telah terjadi di Maluku Tengah. Dalam kekerasan

gelombang ketiga ini serangan-serangan dilakukan secara simultan oleh kelompok

Kristen terhadap tujuh desa Muslim yang berada di Kecamatan Tobelo, serta desa

Mamuya di kecamatan Galela.

2

Page 6: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

BAB 2 PERMASALAHAN

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan dilihat dalam makalah ini adalah :

1. Apa sebenarnya sumber-sumber konflik yang memicu terjadinya konflik di

Maluku Utara antara tahun 1999-2004.

2. Mengapa konflik bisa terjadi di Maluku Utara (1999-2004).

3

Page 7: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

BAB 3 PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti akar persoalan

sumber konflik di Maluku Utara seperti halnya yang terjadi di Maluku Tengah, tidaklah

tunggal. Persoalan kesenjangan sosial, perebutan sumberdaya alam serta pertikaian

elite politik dan birokrasi merupakan faktor pembungkus ”konflik agama” yang selama

ini diyakini oleh sebagian besar masyarakat baik dalam konteks nasional maupun dalam

konteks lokal. Dalam konteks lokal, setidaknya ada dua faktor penting yang mendasari

konflik di wilayah ini yaitu : (1) Rivalitas elite dalam merebutkan pengelolaan

sumberdaya alam dan jabatan-jabatan birokrasi serta politik, (2) Menguatnya

etnosentrisme sebagai alat untuk merebutkan sumber-sumber ekonomi dan politik.

Untuk melihat sumber konflik yang terjadi di Maluku Utara (1999-2004)

penulis melihat dari tiga gelombang pertikaian yang di Jelaskan oleh Tamrin Amal

Tamagola. Tamagola membagi konflik di Maluku Utara dalam tiga gelombang pertikaian

yang di mulai pada bulan Agustus 1999 dan berakhir di sekitar bulan Maret 2000.

Gelombang pertama dan kedua terjadi atau berawal dari kecamatan Malifut di teluk

Koa, yang kemudian menyebar ke Ternate, Tidore, dan wilayah lain di Maluku Utara.

Gelombang ketiga kerusuhan kembali ke desa-desa Muslim di Kecamatan Tobelo yang

berada di Teluk Kao.

1.1 Gelombang Pertikaian di Maluku Utara

1.1.1 Gelombang PertamaBanyak pihak yang menyakini konflik di Maluku Utara merupakan

imbas dari konflik di Maluku Tengah (Ambon dan sekitarnya) yang sudah

terjadi sejak pertengahan Januari 1999, awal konflik di Maluku Utara

memiliki nuansa yang sangat berbeda. Konfik yang muncul di Teluk Kao,

Halmahera Utara ini lebih menunjukkan nuansa persaingan etnis dan

perebutan wilayah adat daripada perseteruan agama. Ketegangan di

kawasan ini memuncak ketika pada tanggal 26 Mei 1999 diundangkan

Peraturan Pemerintah (PP) nomor 42 tahun 1999 tentang pembentukan

kecamatan Makian atau Malifut : 16 desa pendatang suku Makian digabung

dengan 5 desa asli suku Kao dan desa asli suku Jailolo.

4

Page 8: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

Dari sudut pandang masyarakat Kao, Mereka tidak setuju dengan PP.

no 42 itu karena orang-orang Makian lebih berhasil dalam penghidupan

mereka baik sebagai wiraswasta, pegawai negeri dan pengisi jabatan

birokrasi, hingga menjadi pegawai perusahaan Tambang Emas Nusa

Halmahera Minerals sehingga menimbulkan kecemburuan dari pihak suku

asli kao.

1.1.2 Gelombang KeduaGelombang Kedua masih terjadi di atau diawali dari Malifut Pada

tanggal 24 Oktober terjadi penyerangan besar-besaran warga Kao terhadap

warga Makian Malifut dengan kekuatan masa sekitar 15-20 ribu orang. Dan

hal itu menyebabkan banyak korban serta kerugian materil yang diperkiraan

cukup besar. Pada saat itu juga terjadi pengungsian besar-besaran 12 ribu

jiwa warga Makian yang mayoritas Islam. Pada gelombang kedua ini nuansa

agama mulai tampak. Terutama yang diakibatkan oleh faktor pengungsi.

Pengungsian terjadi ke Ternate Utara maupun Selatan, Tidore,

kecamatan-kecamatan mayoritas islam di Halmahera Utara sendiri, dan

sebagian pengungsi ini kemudian ada yang melakukan penyerangan dan

perusakan ke warga minoritas Kristen di daerah pengungsian mereka. Aksi

kekerasan ini juga mengakibatkan pengungsian besar-besaran ke kecamatan

Tobelo dan ke Sulawesi Utara, Menado dan Sangir Talaud. Pengungsian

warga Kristen ini mencapai belasan ribu jiwa.

Pada konflik gelombang kedua ini mulai tampak jelas perubahan

nuansa konflik dari pertikaian etnis, antara etnis Kao dan Makian, ke arah

pertikaian agama : Islam dan Kristen. Perubahan ini makin mengental ketika

terjadi pengungsian besar-besaran orang Makian ke Ternate dan Tidore.

Pengungsi Makian yang sepenuhnya beragama Islam merasa terusir oleh

orang Kao yang di identifikasikan sebagai orang-orang Kristen.

1.1.3 Gelombang KetigaPertikaian atau konflik gelombang ketiga betul-betul menunjukkan

nuansa agama yang sangat kental, karena terjadi di Kecamatan Tobelo dan

Galela yang terletak dan dihuni oleh mayoritas suku Kao. Hal ini tentu sangat

berbeda dengan awal konflik gelombang pertama antara warga suku Makian

dan suku Kao. Pada konflik gelombang ketiga ini yang terjadi adalah

5

Page 9: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

penyerangan antar desa yang berbeda agama. Keadaan menjadi parah

karena di kecamatan Galela yang mayoritas Islam ada desa yang di huni

warga Kristen, sementara di Tobelo yang mayoritas Kristen (apalagi setelah

mendapat tambahan pengungsi dari Ternate dan Tidore) ada desa – desa

yang dihuni warga Islam. Kondisi ini menjadikan warga desa yang agamanya

menjadi minoritas di suatu kecamatan, berada dalam kondisi yang sangat

rawan dan terjepit.

1.2 Sumber-Sumber Konflik di Maluku Utara

1.2.1 Ketegangan Masalah AgamaBanyak pihak yang memperkirakan bahwa kebijakan migrasi

masyarakat Makian ke Kao adalah dalam rangka mengimbangi atau sebagai

reaksi atas misi zending (Kristenisasi) yang tampaknya semakin meluas di

wilayah Halmahera. Hal ini berdasarkan alasan bahwa semua penduduk

makian memeluk agama Islam. Alasan yang lain adalah mengapa yang di pilih

Kecamatan Kao yang letaknya sangat jauh dari Pulau Makian karena masih

banyak lahan di Halmahera Tengah dan beberapa pulau lain yang masih bisa

ditempati.

Sebagian besar pemeluk agama Kristen menempati Halmahera Utara,

dengan batas wilayah bagian selatan pemeluk agama Kristen terbesar berada

di kecamatan Kao, hal ini menyebabkan Kecamatan Kao tempat

yang strategis dalam penyebaran misionaris ke Halmahera Selatan.

1.2.2 Perebutan Sumber Daya AlamSalah satu kekayan alam di Maluku Utara adalah pertambangan

seperti emas dan nikel. Aktivitas pertambangan emas banyak dilakukan di

wilayah sekitar perbatasan antara Kabupaten Halmahera Utara dengan

Halmahera Barat, dan Kecamatan Malifut. Salah satu perusahaan tambang

yang melakukan eksplorasi pertambangan adalah PT Nusa Halmahera

Mineral (NHM). Perusahaan ini mengeksploitasi emas di daerah Gosowong

sejak tahun 1997.

Seiring berjalannya waktu, ternyata NHM ini dianggap merugikan

masyarakat sekitarnya, karena terjadinya konflik yang melibatkan 250 tenaga

kerja beragama Islam dan Kristen di pertambangan PT. NHM di Gosowong,

6

Page 10: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

Kecamatan Kao diberhentikan sejak Oktober 1999. Hal ini terlihat bahwa PT

NHM tidak mau mengambil resiko terhadap dampak yang akan ditimbulkan

dari konflik kedua belah pihak tersebut. PT NHM mengambil langkah untuk

menganti pekerja-pekerja lokal dengan para pekerja di luar daerah, seperti :

Ternate, Manado, Makasar dan Jawa.

1.2.3 Sumber Utama Konflik di Maluku Utara (1999-2004)Dari ketiga gelombang konflik yang terjadi di Maluku Utara terlihat

pergeseran dari konflik antara suku (antara Suku Kao yang mayoritas

beragama Kristen dan suku Makian yang semuanya beragama Islam ) ke

konflik agama yaitu konflik antara kelompok Islam melawan kelompok

Kristen. Sumber utama konflik di Maluku Utara bukan karena masalah

agama, karena sumber utamanya adalah persaingan kelompok dalam

memperebutan kekuasaan di Maluku Utara (Perseteruan antara Ternate dan

Tidore).

7

Page 11: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KesimpulanSumber konflik Maluku Utara (1999-2000) adalah adanya kebangkitan

Etnosentrisme, hal ini banyak dilakukan oleh elite-elite lokal untuk kepentingan

pribadi bahkan sebagai mesin politik untuk merebutkan posisi-posisi politik.

Penguatan etnosentrisme sebagai alat manipulasi dalam perebutan jabatan-

jabatan politis di tingkat lokal ini biasanya dilakukan dengan memunculkan kembali

tentang kejayaan masa lalu dan penegasan bahwa berbagai persoalan yang terjadi

pada masa lalu sesungguhnya belum selesai hingga saat ini. Berbagai persoalan

tersebut antara lain : 1) Pertentangan Ternate dan Tidore, 2) eksentasi Wilayah

Adat, dan 3) Konflik masalah agama yang sesungguhnya hanya merupakan

pembentukan stereotipe guna mempertahankan atau memperluas teritori

kesultanan.

Sumber utama dari konflik yang terjadi di Maluku Utara (1999-2004) adalah

persaingan dua kubu dalam memperebutan kekuasaan di Maluku Utara antara

kubu Sultan Ternate dan kubu Selatan. Kelompok Selatan terdiri dari suku

pendatang dan pulau Tidore yang berada di Selatan pulau Ternate.

Isu-isu yang digunakan dalam pertikaian dua kubu ini adalah :

1. Isu Malifut sebagai ibukota calon kabupaten Maluku Utara

2. Isu perebutan kursi gubernur Maluku Utara

3. Isu penempatan Ibu kota propinsi

4. Isu pembentukan Kabupaten Makian Daratan (Malifut)

5. Pembentukan Kesultanan Tidore sebagai penyeimbang kekuatan Kesultanan

Ternate.

4.2 SaranPancasila bersifat netral dan tidak memihak, karena Pancasila merupakan

suatu landasan dasar yang terbentuk dari keberagaman itu, namun tetap

mempunyai satu arah tujuan dalam hidup berbangsa, bernegara, dan

bermasyarakat.

8

Page 12: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

Berkaitan dengan hubungan antar umat beragama menurut Pancasila, dalam

rangka menciptakan kerukunan antar umat beragama dan berkepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat, dalam kenyataannya apa yang

dicita-citakan itu tidak selalu berjalan mulus seperti yang dicita-citakan. Ternyata

masih banyak terdapat hambatan-hambatan yang muncul baik dari campur tangan

pemerintah maupun dari golongan penganut agama dan kepercayaan itu

sendiri.Hal ini disebabkan bisa saja karena penghayatan terhadap Pancasila,

khususnya sila Ketuhanan, tidak dapat dipahami dan dihayati secara mendalam dan

menyeluruh.Akibatnya muncul ideologi-ideologi atau paham-paham yang

berbasiskan ajaran agama tertentu.Sehingga seakan-akan bahwa sila pertama dari

Pancasila itu hanya dimiliki oleh salah satu agama tertentu saja. Dengan kata lain

bahwa toleransi dan sikap menghargai agama atau umat kepercayaan lain ternyata

belum sepenuhnya dapat disadari dan diwujudkan. Tentu saja karena adanya

golongan-golongan tertentu yang memiliki paham bahwa hanya kepercayaannya

atau hanya ajaran agamanya sajalah yang paling baik dan benar.Pandangan atau

paham yang sempit mengenai pemahaman terhadap agama dan kepercayaan yang

seperti ini dapat menimbulkan atau mengundang konflik serta gejolak dalam hidup

bermasyarakat dan bernegara.

Konflik antar kelompok agama terkadang juga dapat dipicu kerena kebijakan

atau peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah (departemen

agama).Seharusnya, departemen agama adalah lembaga yang bersifat netral, yang

membawahi seluruh unsur-unsur agama yang ada atau kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, dan memegang teguh nilai-nilai dasar yang terdapat dalam

Pancasila.Jangan malah mengeluarkan suatu kebijakan yang merugikan ataupun

menguntungkan agama-agama tertentu, yang dapat menimbulkan konflik atau

ketegangan antar uamat beragama yang tentu saja berbeda agama dan

kepercayaannya.

Selain itu, konflik di Maluku Utar dipicu karena adanya kesenjangan sosial di

dalam masyarakat. Seharusnya adanya pemerataan otonomi daerah dengan

pemerintah memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat Makian dan

Kao untuk menduduki kursi birokrasi di dalam pemerintahan.

9

Page 13: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

10

Page 14: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

LAMPIRAN

Gambar 1

Gambar 2

11

Page 15: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

Gambar 3

Gambar 4

12

Page 16: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

DAFTAR PUSTAKA

Yuniarti, Sri, Yusuf, Joshepine Rosa Marieta, Mardyanto Wahyu Tryatmoko. Konflik Maluku Utara : Penyebab, Karakteristik, dan Penyelesaiana Jangka Panjang, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, LIPI, Jakarta.

http://lppkb.wordpress.com/2011/03/16/pedoman-umumimplementasi-pancasila-dalam-kehidupan-bernegara/

http://msibki3.blogspot.com/2013/03/konflik-agama-agama-di indonesia.html

13

Page 17: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

STRUKTUR ORGANISASI

Ketua : Rory Setiadi

Sekretaris : Hilmi Muhammad Yusrin

Anggota :

1. Diah Ayu Sekar Palupi

2. Siti Nurkilah

3. Silvia

Moderator : M. Ari Tantowi

14

Page 18: K  · Web viewIndonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Hal itu dapat dibuktikan dengan Indonesia memiliki etnis besar dan

LAGU NASIONAL

Tanah airku tidak kulupakanKan terkenang selama hidupkuBiarpun saya pergi jauhTidak kan hilang dari kalbuTanah ku yang kucintaiEngkau kuhargai

Walaupun banyak negri kujalaniYang masyhur permai dikata orangTetapi kampung dan rumahkuDi sanalah kurasa senangTanahku tak kulupakanEngkau kubanggakan

15