jwbn case

6
1. Visi Yunus adalah mengakhiri kemiskinan di Bangladesh. 2. Yunus memiliki ide untuk membantu masyarakat miskin. Idenya tersebut adalah memberikan pinjaman pada rakyat miskin tanpa jaminan melalui Bank yang didirikannya. Bank itu adalah Bank Gramen. Pada awal tahun, bankir-bankir lainnya tidak bersedia membantu Yunus untuk mengembangkan bisnisnya karena tidak dipercayai, dan membutuhkan waktu yang lama supaya bank tersebut diakui oleh pemerintah. 3. Karakteristik unik dari kepemimpinan Yunus adalah: - Fleksibilitas Yunus bersedia untuk mengubah strategi, taktik, dan tujuan berulang. sementara ia tidak pernah menyimpang dari visinya, ia siap untuk mengubah segala sesuatu yang lain sebagai perubahan keadaan. Dia berpedoman dengan apa yang dikerjakan, bukan konsep teoritis. Yunus bahkan bersedia menyerahkan modelnya sendiri ketika ia melakukan reorganisasi dan menciptakan Grameen II. - Komunikasi model Yunus menempatkan prioritas pada komunikasi dari semua jenis berbeda dengan Kotter dan Kanter

Upload: ayrin

Post on 09-Jul-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: jwbn case

1. Visi Yunus adalah mengakhiri kemiskinan di Bangladesh.

2. Yunus memiliki ide untuk membantu masyarakat miskin. Idenya tersebut

adalah memberikan pinjaman pada rakyat miskin tanpa jaminan melalui Bank

yang didirikannya. Bank itu adalah Bank Gramen. Pada awal tahun, bankir-

bankir lainnya tidak bersedia membantu Yunus untuk mengembangkan

bisnisnya karena tidak dipercayai, dan membutuhkan waktu yang lama supaya

bank tersebut diakui oleh pemerintah.

3. Karakteristik unik dari kepemimpinan Yunus adalah:

- Fleksibilitas

Yunus bersedia untuk mengubah strategi, taktik, dan tujuan berulang.

sementara ia tidak pernah menyimpang dari visinya, ia siap untuk

mengubah segala sesuatu yang lain sebagai perubahan keadaan. Dia

berpedoman dengan apa yang dikerjakan, bukan konsep teoritis. Yunus

bahkan bersedia menyerahkan modelnya sendiri ketika ia melakukan

reorganisasi dan menciptakan Grameen II.

- Komunikasi

model Yunus menempatkan prioritas pada komunikasi dari semua jenis

berbeda dengan Kotter dan Kanter yang hanya menekankan pentingnya

mengkomunikasikan visi. Terlihat hari ini tidak pernah ada komunikasi

yang cukup dan Yunus memahami bahwa komunikasi adalah tuas kunci

perubahan. Ia mengembangkan berbagai macam mekanisme untuk

komunikasi internal yang memungkinkan untuk nilai-nilai dan cara-cara

nya bekerja untuk mencapai desa terkecil di Bangladesh.

- Branding

Yunus menjadi pendongeng organisasi dan kredit mikro nya. Dia juga

menjadi selebriti global dan telah membuat nama Bank Grameen yang

dikenal di penjuru dunia. Penggunaan nya lancar dari media dan

kemampuannya untuk menciptakan narasi yang menarik tentang bank dan

Page 2: jwbn case

dirinya sendiri membedakan dia dari banyak pemimpin lainnya. Tentu

saja, semua sensasi pada amplop kepadanya telah mendorong beberapa

orang untuk mengkritik dia. Bagaimanapun, kemampuannya untuk

menciptakan merek adalah, mungkin, faktor yang paling penting dalam

menjelaskan bagaimana ia telah mampu untuk terus menjadi pemimpin

yang sukses selama bertahun-tahun.

4. Dengan kata lain, spiritualitas telah memiliki implikasi yang jelas terhadap

kepemimpinan dan praktik manajerial, khususnya ketika dilema moral, stres, dan

relativisme kesejahteraan menjadi persoalan faktual dan krusial di tempat kerja.

Hasil dari studi Fairholm (1996) misalnya, telah menunjukkan bahwa terdapat

ketidak puasan tingkat yang tinggi pada para pekerja di Amerika serikat, akibat

makna hidupnya terenggut oleh kepadatan dan kesibukan kerja, dan hanya

seperempat dari para pekerja di Amerika Serikat yang puas dengan pekerjaan

mereka. Kebosanan, ketidakpuasan dan rasa kehilangan arah, merupakan

sindroma umum pada realitas masyarakat pasca-kapitalis secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil survei dan penelitian terungkap adanya bukti kuat

bahwa sebagian besar individu dalam masyarakat tengah berada dalam

pencarian kepastian spiritual (Howard 2002). Berbagai tekanan, skandal etika,

dan surutnya rasa saling kasih sayang dan cinta telah memicu pencarian

tersebut. Kurangnya kohesi spiritual, rasa kebersamaan dan kesatuan dalam

moralitas dapat terejawantahkan dalam berbagai kasus manipulasi dan korupsi

ddalam praktik bisnis. Grant (2003) telah menyatakan bahwa manipulasi dan

korupsi pada organisasi bisnis berskala besar seperti Enron, WorldCom, Global

Crossing, dan Adelphia telah menyebabkan pukulan pada pasar saham di bulan

Oktober tahun 2002 yang menyebabkan hilangnya hak pensiun para pekerja.

Conner dan Douglas (2005) telah menunjukkan bahwa stres dapat berdampak

negatif pada produktivitas organisasi sejalan dengan meningkatnya jumlah

mangkir, penurunan omset, dan munculnya sejumlah perilaku tak terduga. Suatu

penelitian dan studi kualitatif telah dilakukan untuk mengeksplorasi perspektif

para manajer dalam tiga area masalah, yakni: moralitas, stres, dan kurangnya

kasih sayang dan cinta; dengan meneliti apakah praktik spiritual dapat

membantu mereka untuk mengurangi masalah tersebut.

Page 3: jwbn case

Suatu pendekatan kualitatif telah memungkinkan aspek subyektif dan introspektif

dari para responden dapat terungkap dan dapat dilakukan suatu analisis.

Eksplorasi spiritualitas dengan pendekatan kualitatif dapat memberikan

wawasan persepsi dan perasaan yang bersifat non-materialistik dan non-

rasional. Suatu model penelitian kualitatif bermanfaat ketika kita ingin

mengungkap pengalaman subjektif , persepsi dan pengetahuan untuk

menjelaskan peran kepemimpinan dan manajerial secara faktual. Novak (1996)

menyarankan bahwa spiritualitas dibutuhkan untuk kehidupan bisnis. Cavanagh

(1999) menjelaskan, “spiritualitas telah membantu para pelaku bisnis untuk lebih

fokus pada hal-hal penting dalam hidup mereka, seperti Tuhan, keluarga, dan

dunia fisik yang dapat diwariskan terhadap generasi penerus”. Garcia-Zamor

(2003) telah mengamati adanya kebangkitan kebutuhan spiritualitas di tempat

kerja. Dalam hal hubungan antara moralitas dengan spiritualitas, Thompson

(2004) menyatakan, “Secara spiritual suatu kepemimpinan dapat membangun

solidaritas moral dan dimungkinkan untuk dilakukannya integrasi aspek

intelektual, afektif, material, dan sosial sebagai unsur moralitas kolektif “. Dengan

memetik manfaat dari studi demikian, maka perusahaan besar seperti Boeing,

AT & T, dan Ford telah mengembangkan program pelatihan spiritual untuk para

eksekutif mereka. Ada berbagai aspek yang perlu dieksplorasi dalam konteks ini,

termasuk masalah spiritualitas dan konsep Zen Budhism tentang proses

“membiarkan menjadi diri sendiri atau diri sendiri yang sejati (otentik)”. Hal ini

mungkin mencakup wilayah dan wacana yang relatif baru tentang penelitian

dalam konteks manajemen dan kepemimpinan bisnis. Suatu pandangan yang

mengacu pada eksplorasi sudut pandang non-dualistik yang menekankan

holisme atau kesatuan yang utuh sebagai lawan dari sifat realitas yang

terfragmentasi. Dengan demikian, kita perlu memberikan jawaban yang

komprehensif, terhadap sejumlah pertanyaan esensial, seperti: apakah cara kita

bekerja

dalam mengelola organisasi atau bisnis telah menyediakan “rasa bermakna”

yang paling utama dan penting dalam hidup kita? Termasuk mempertanyakan

struktur masyarakat kapitalistik yang telah dituding sebagai penyebab pudarnya

“rasa bermakna”, dengan mengajukan pertanyaan seperti, “apa makna dan

tujuan kerja dan bagaimana hal tersebut dapat dikelola dengan lebih baik agar

Page 4: jwbn case

hidup manusia lebih bermakna dan tercerahkan? Dengan demikian, para

pemimpin dan manajer pada masyarakat kontemporer di tempat kerja memiliki

tanggung jawab yang melampaui tugas rutin mereka dalam menjalankan

kegiatan bisnis. Dengan mempertimbangkan pentingnya peran pemimpin atau

manajer dalam masyarakat industri moderen, maka bisa dipastikan bahwa

kepemimpinan dan keputusan manajemen mereka dapat berdampak mendalam

terhadap masyarakat yang lebih luas. Agar dimensi emosi dan ‘perasaan’

sebagai aspek spiritual yang penting dapat terungkap, maka diperlukan prosedur

penelitian dan metodologi yang lebih bersifat fleksibel kualitatif ketimbang

kuantitatif. Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk lebih mengeksplorasi

perspektif tentang moralitas, stres manajer, dan keterlenaan manusia, dengan

melihat dampak dari praktik spiritual meditatif,terhadap pembentukan jati diri,

harapan, kasih sayang dan cinta kasih. Sebagaimana dibahas oleh biksu dan

guru Zen dari Vietnam Thich Nhat Hanh (1987), yaitu bagaimana “menjaga

kesadaran hidup seseorang pada realitas saat ini “. Karena seperti sabda sang

Budha bahwa semua kenyataan adalah ilusi dan keterikatan dengan ilusi dapat

menghasilkan tindakan yang hampa dan kosong. Oleh karena itu melalui

penyadaran dan pencerahan meditatif suatu ilusi “dibiarkan pergi “sebagai

kepalsuan dalam realitas.

http://sbm.binus.ac.id/2015/02/28/nafas-spiritual-kepemimpinan-dan-

manajemen-bisnis-bagian-2/