jurusan pendidikan sejarah fakultas ilmu sosial...

25
1 LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DANA DIPA Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan Instrumen Asesmen Otentik Berdasarkan Kurikulum 2013 Pada Guru-Guru IPS di Kecamatan Kintamani Oleh Dra. Desak Made Purnawati, M.Hum./ 00175056804 (Ketua) Dewa Gede Sudika Mangku, SH., LL.M./ 0027128401 (Anggota) Dr. I Nengah Suastika, M.Pd/ 0020078003 (Anggota Dibiayai Dari DIPA Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2015 Nomor: 023.04.2.552581/2015 Revisi 1 Tanggal 5 Pebruari 2015 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANSEHA OKTOBER 2015

Upload: hamien

Post on 08-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

1

LAPORAN AKHIR

PROGRAM P2M DANA DIPA

Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan Instrumen

Asesmen Otentik Berdasarkan Kurikulum 2013

Pada Guru-Guru IPS di Kecamatan Kintamani

Oleh

Dra. Desak Made Purnawati, M.Hum./ 00175056804 (Ketua)

Dewa Gede Sudika Mangku, SH., LL.M./ 0027128401 (Anggota)

Dr. I Nengah Suastika, M.Pd/ 0020078003 (Anggota

Dibiayai Dari DIPA Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2015 Nomor:

023.04.2.552581/2015 Revisi 1 Tanggal 5 Pebruari 2015

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANSEHA

OKTOBER 2015

Page 2: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

2

Page 3: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan segala hormat dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

Kasih dan karunia-Nya sehingga laporan akhir program pengabdian kepada

masyarakat dengan judul “Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan Instrumen

Asesmen Otentik Berdasarkan Kurikulum 2013 Pada Guru-Guru IPS di Kecamatan

Kintamani” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Pada kesempatan yang berbahagia ini ijinkan kami mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya terhadap Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi

dan Pendidikan Tinggi yang telah mempercayai program ini untuk dibiayai dan

Kepala Sekolah SD Negeri Bonyoh yang telah menjadi mitra yang sangat baik bagi

terlaksananya program ini, dan semua pihak yang telah membantu pelaksanaan

program ini.

Kami meyakini, bahwa laporan akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan

belum dapat mewakili apa yang telah kami lakukan dalam pelaksanaan program

pengabdian kepada masyarakat di Kecamatan Kintamani. Namun besar harapan kami

kegiatan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya guru-guru di wilayah

Kecamatan Kintamani.

Tim Penyusun

Page 4: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

4

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ............................................................................................... i

Halaman Pengesahan .................................................................................... ii

Kata Pengatar ……………………………………………………………… iii

Prakata ........................................................................................................... iv

Daftar Isi ......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Analisis Situasi ........................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah ....................................... 5

C. Tujuan Kegiatan ...........………………………………………………… 6

D. Manfaat ………………………………………………………………… 8

BAB II METODE KEGIATAN .................................................................... 10

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 14

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 26

A. Kesimpulan ............................................................................................ 37

B. Saran ....................................................................................................... 28

Page 5: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Analisis Situas

Kabupaten Bangli terdiri dari empat kecamatan, yaitu Susut, Bangli,

Tembuku dan Kintamani. Secara geografis Kecamatan Kintamani merupakan

Kecamatan terluas dari empat kecamatan yang ada di Kabupaten Bangli. Kondisi

daerah yang berbukit-bukit dan jarak yang berjauhan antara desa yang satu dengan

desa lainnya, membuat daerah Kintamani mengalami angka putus sekolah yang

paling tinggi di Kabupaten Bangli. Di sisi lain, dari 68 sekolah dasar yang tersebar di

Kecamatan Kintamani hanya dilayani oleh 7 SMP Negeri dan tidak ada SMP Swasta.

Kondisi ini menyebabkan beberapa desa jaraknya sangat jauh dengan lokasi SMP,

sehingga menyebabkan siswa malas untuk melanjutkan sekolah sekolah, khsusunya

anak-anak yang kondisi ekonomi orang tuanya kurang mampu. Demikian juga

dengan jumlah SMA di Kecamatan Kintamani, hanya ada tiga yaitu, satu SMA dan

dua SMK yang memfokuskan pendidikan kejuruan bidang kerajinan dan perikanan.

Untuk tenaga pendidik secara keseluruhan untuk SMP dan SMA di wilayah

Kecamatan Kintamani adalah sebanyak 472 orang. Sedangkan untuk guru yang

mengajar IPS (guru geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, PKn, sosiologi, dan IPS)

sebanyak 59 orang (Bangli dalam angka, 2012). Sebenarnya secara ideal jumlah guru

IPS di Kecamatan Kintamani masih belum mencukupi. Untuk mengatasi persoalan

kekuarangan tenaga pengajar di wilayah Kecamatan Kintamani telah dilakukan

berbagai cara, yaitu dengan mengintensifkan pembelajaran tem teaching sehingga

kelas tetap terisi secara penuh dan mengangkat guru bantu atau guru honorer untuk

tetap memberikan proses pembelajaran pada siswa.

Dilihat dari kualifikasi akademik guru IPS yang ada di wilayah Kecamatan

Kintamani rata-rata telah bergelar S1 (sarjana), hanya beberapa saja yang DIII dan

bahkan beberapa guru IPS telah memiliki kualifikasi akademik S2 (magister). Untuk

meningkatkan kualifikasi akademik guru dan keterampilannya, Pemerintah Daerah

Kabupaten Bangli telah melakukan berbagai upaya, seperti membantu studi lanjut

pada guru yang belum sarjana dan mendorong guru untuk melanjutkan ke S2,

mengadakan pelatihan, seminar, lokakarya, dan kegiatan ilmiah lainnya. Hal ini

disebabkan karena secara nyata guru merupakan instrumen utama penggerak

Page 6: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

6

kemajuan pendidikan. Kualitas pedidikan, termasuk keberhasilan inovasi kurikulum

akan ditentuan oleh kemampuan dan keterampilan gurunya sebagai pelaksana

kurikulum secara praksis (life curriculum). Dalam kurikulum 2013, guru memegang

peran yang sangat strategis, sebagai perancang, pelaksana dan sebagai evaluator bagi

kemajuan siswa. Surapranata (2004 : 1) yang mengatakan bahwa kurikulum, proses

pembelajaran dan evaluasi merupakan tiga dimensi dari sekian dimensi yang sangat

penting dalam pendidikan yang harus dilaksanakan oleh guru. Kurikulum merupakan

penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi landasan program pembelajaran yang

mesti diterjemahkan oleh guru, sehingga guru disebut sebagai life curriculum. Proses

pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang

dirumuskan dalam kurikulum. Sedangkan evaluasi merupakan salah satu kegiatan

yang dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapai kurikulum dan

berhasil tidaknya proses pembelajaran. Selain itu evaluasi juga dijadikan dasar untuk

mengetahui kelemahan dan kekuatan yang ada dalam proses pembelajaran, sehingga

dijadikan dasar dalam mengambil keputusan. Evaluasi merupakan sebuah proses

pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dana bagaimana

tujuan pendidikan sudah tercapai (Arikunto, 2002 : 3). Sedangkan Stufflebeam

(dalam Tayibnapis, 2000) menyampaikan fungsi evaluasi selain bertujuan untuk

mengukur sejauh mana tujuan telah tercapai juga dapat digunakan untuk mengambil

keputusan tentang diri siswa mapun program. Sedangkan Mardapi, (2005 : 4)

mengungkapkan asesmen dapat menentukan kualitas pembelajaran, menentukan

karir peserta didik, dan menentukan kualitas pendidikan. Melalui evaluasilah produk

pendidikan dapat dipertangungjawabkan secara ilmiah kepada peserta warga sekolah,

orang tua siswa dan masyarakat

Akan tetapi para guru IPS yang mengajar di Kecamatan Kintamani mengaku

masih menerapkan pola evaluasi yang masih bersifat “tradisional” dengan hanya

menerapkan instrumen evaluasi objektif/pilihan ganda. Masih banyak/sebagian besar

guru IPS yang mengeluhkan, sulitnya mengembangkan instrumen evaluasi yang

dapat dijadikan sebagai sarana dalam mengukur dan menilai kawasan afektif dan

psikomotorik yang menyangkut sikap dan prilaku peserta didik yang sangat dinamis.

Hal ini semakin diperparah dengan asumsi “keliru” pelaku pendidikan yang

mendewakan alat penilaian obyektif sebagai satu-satunya instrumen yang valid.

Page 7: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

7

Kondisi empirik ini terekam dalam pelatihan pengembangan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang dilaksnakan oleh Tim P2M Undiksha. Seyogyanya

evaluasi merupakan pengungkapan kemampuan siswa yang otentik (nyata, riil seperti

kehidupan sehari-hari) faktual, dan lengkap yang dilakukan mulai dari proses sampai

pada produk pembelajaran, sehingga dapat memantau perkembangan dan kemajuan

siswa dari awal hingga akhir program (Dantes, 2007 : 3). Berdasarkan hasil

penelitian yang di lakukan Lasmawan, (2003) menunjukkan kondisi yang berbeda,

sampai saat ini di beberapa sekolah dasar, guru-gurunya masih melakukan evaluasi

yang terfokus pada produk belajar, tanpa melakukan penilaian terhadap proses

pembelajaran. Hal ini, disebabkan karena ujian akir nasianal (UAN) yang masih

terfokus pada produk belajar, di samping pengetahuan dan pemahaman guru yang

masih terbatas berkenaan dengan asesmen otentik. Di sisi lain, Ujian Nasional dan

ujian untuk masuk sekolah unggul masih menggunakan tes evaluasi yang berfokus

pada hasil belajar, ikut memberikan konstrubusi pengabaian terhadap penilaian

terhadap proses belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Dantes (2007 : 43) juga

menemukan bahwa model penilaian (evaluasi) yang dilakukan selama ini lebih

cenderung pada penilaian produk. Artinya guru lebih sering hanya melakukan

evaluasi pada saat selesainya sebuah topik materi dibahas, atau pada saat beberapa

topik telah selesai dibelajarkan (ulangan blok). Hal ini didukung oleh hasil analisis

terhadap silabus dan RPP guru yang dilakukan, di mana diperoleh data bahwa guru

hanya melakukan evaluasi pada saat mereka telah selesai membelajarkan satu atau

dua topik materi. Instrumen evaluasi yang digunakan juga hanya berupa tes hasil

belajar dalam bentuk uraian atau menjawab singkat. Mengingat sedemikian urgennya

permasalahan pengembangan instrumen evaluasi asesmen otentik untuk menilai

kemampuan otentik siswa, maka dalam pengabdian masyarakat ini akan dilakukan

pelatihan pengembangan isntrumen asesmen otentik pada guru-guru IPS yang ada di

Kecamatan Kintamani.

Perubahan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menuju kurikulum

2013 membawa perubahan secara fundamental terhadap perencanaan pembelajaran,

proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Secara teroritik perubahan yang

paling tampak adalah pergeseran dari standar kompetensi menuju pada kompetensi

inti, penegasan pendekatan scientific dalam pembelajaran, model-model

Page 8: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

8

pembelajaran yang berbasis konstruktivisme yang sejalan dengan pendekatan

scientific, proses pengintegrasian karakter dalam setiap mata pelajaran yang

dituangkan dalam Kopetensi Dasar (KD) dan indikator KI-1 dan KI-2,

pengembangan media pembelajaran yang sejalan dengan pendekatan scientific dan

pola evaluasi yang menekankan pada penilaian proses yang bersifat konferhensif dan

berkesinambungan. Kondisi ini berimplikasi pada kemampuan dan keterampilan

guru dalam memahami, merancang dan mengimplementasikan kurikulum 2013

dalam proses pembelajaran. Artinya perubahan kurikulum tingkat satuan pendidikan

menuju kurikulum 2013 mesti disertai dengan perubahan kemampuan dan

keterampilan guru untuk merancang, melaksanakan dan melakukan evaluasi

pembelajaran sesuai dengan ruh kurikulum 2013, sehingga istilah perubahan

kurikukulum hanyalah “perubahan bunglon” tidak menjadi nyata. Hal ini sejalan

dengan apa yang disampaiakan Hasan, (1996: ) yang mengatakan kurkulum hanyalah

sebuah “dokumen” yang tidak akan hidup dan teraplikasi sesuai dengan pitrahnya

bila tidak dipahami dengan baik oleh guru sebagai life curriculum (kurikulum hidup).

Guru sebagi kurikulum hidup merupakan faktor dominan yang akan menentukan

berhasil tidaknya kurikulum 2013.

Berdasarkan pada studi pendahuluan yang dilakukan pada guru-guru IPS

(guru geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, PKn, sosiologi, dan IPS) di wilayah

Kecamatan Kintamani (tanggal 5 dan 6 September 2014) guru-guru IPS mengakui

belum memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadi dalam mengembangkan

perangkat evaluasi pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Hal ini disebabkan karena

sampai saat ini belum semua guru mendapatkan pelatihan yang memadai dalam

mengimplementasikan kurikulum 2013 dan yang paling menyulitkan bagi guru-guru

IPS adalah pengembangan model evaluasinya. Walaupun beberapa guru mengakui

telah mendapatkan pelatihan, namun pelatihan yang diberikan masih bersifat terbatas

dan baru pada persiapan administratif yang belum mampu mereka implementasikan

dalam proses pembelajaran. Secara faktual permasalahan prinsip yang dialami oleh

guru-guru IPS di Kecamatan Kintamani adalah yang berkaitan dengan kemampuan

untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 sesuai dengan pitrahnya, khususnya

yang menyangkut proses evaluasinya. Sejalan dengan temuan penelitian Lasmawan,

(2008) yang menemukan bahwa model penilaian (evaluasi) yang digunakan selama

Page 9: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

9

ini oleh guru-guru IPS lebih cenderung pada penilaian produk. Guru lebih sering

hanya melakukan evaluasi pada saat selesainya sebuah topik materi dibahas, atau

pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan (ulangan blok). Instrumen

evaluasi yang digunakan juga hanya berupa tes hasil belajar dalam bentuk tes

obyektif, uraian atau menjawab singkat. Untuk itu diperlukan upaya terstruktur

dalam memperbaiki parktek evaluasi yang dilakukan dalam pendidikan, khususnya

dalam paktek evaluasi pembelajaran IPS melalui pelatihan dan pendampingan

penyusunan instrumen evaluasi asesmen otentik untuk menggambarkan keterampilan

siswa secara holistik, realistik dan konstektual sebagaimana kebutuhan Kurikulum

2013. Secara teoritik, evaluasi adalah suatu proses pengumpulan data-data/fakta-

fakta/ dokumen-dokumen belajar peserta didik yang dapat dipercaya untuk

melakukan perbaikan program. Karena penilaian membantu guru dalam

pembelajaran di kelas, maka kegiatan penilaian memerlukan informasi yang

bervarasi dari setiap individu peserta didik (Tayibnafis, 2000).

Melalui evaluasi guru sebagai pengembang dan pelaksana kurikulum

semestinya dapat melakukan refleksi dan perbaikan terhadap program pembelajaran

yang dilaksanakan. Oleh karena itu, penyusunan dan pengembangan instrumen

evaluasi mesti benar-benar dapat mengukur apa yang hendak diukur (objektif, valid

dan reliabel) (Saifudin Aswar, 1998 : 173). Penilain yang tepat bagi peserta didik

tidak hanya menunjukkan prilaku peserta didik yang lengkap, tetapi juga prilaku

peserta didik yang hidup dan nyata sesuai dengan harapan orang tua (Surapranata,

2004 : 3). Terlebih dalam pembelajaran IPS yang mesti dapat mengukur dan menilai

secara tepat pengetahuan, keterampilan dan moral siswa, implementasi instrumen

asesment otentik merupakan sebuah keharusan. Namun dalam prakteknya, evalusi

yang dilakukan oleh guru IPS di Kecamatan Kintamani belum menggunakan

instrumen otentik sebagai alat evaluasinya. Jika kondisi ini terus terpelihara dalam

proses evaluasi pembelajaran IPS, sudah pasti target dan tujuan pembelajaran IPS

tidak akan tercapai secara maksimal dan ikut melegitimasi persepsi siswa yang

menganggap evaluasi hanya bersifat hapalan atau kognitif belaka dan tidak sesuai

dengan kondisi empirik yang ada pada diri mereka. Senada dengan Dantes (2007 : 3)

yang mengungkapkan pemebentukan kompetensi mensyaratkan dilakukannya

asesmen yang bersifat komperhensif, dalam arti asesmen dilakukan terhadap proses

Page 10: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

10

dan produk belajar. Kondisi ini tidak terlepas dari pola evaluasi yang berfokus pada

hasil belajar, yang sampai saat ini masih banyak dipraktekkan oleh guru. Secara

rasional semestinya proses dan produk mendapat perhatian yang seimbang. Hal ini

didasari oleh asumsi bahwa suatu produk yang baik seyogyanya didahului oleh

proses yang baik. Untuk meyakinkan hal tersebut perlu dilakukan pemantauan

terhadap proses. Di samping itu, dengan dilkukannya pemantauan selama proses,

terbuka peluang bagi peserta didik untuk mendapatkan umpan balik yang dapat

digunakannya untuk menghasilkan produk terbaik. Terlebih kurikulum 2013 yang

mensyaratkan penguatan aspek sikap dan keterampilan untuk jenjang sekolah dasar

sampai sekolah menengah. Hal ini didasarkan pada pola internalisasi nilai-nilai

karakter yang mesti dilalui dari proses contoh dan tauladan, pelatihan, pembiasaan

dan pembudayaan. Jika pada jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah para siswa

telah memiliki kebiasaan berkarakter sebagaimana tujuan kurikulum 2013, maka

untuk tahap berikutnya tinggal membudayakan pada setiap aspek kehidupan.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan analisis situasi dan kondisi empiris di atas, maka permasalahan

yang dialami oleh guru-guru IPS di Kecamatan Kintamani berkaitan dengan

implementasi kurikulum 2013 adalah: kurangnya kemampuan dan keterampilan guru

dalam menterjemahkan visi dan misi kurikulum 2013 dalam praktek pembelajaran,

kurangnya keterampilan guru-guru IPS dalam mengaplikasikan pendekatan scientific

dalam proses pembelajaran, kurangnya inovasi guru dalam mengembangkan dan

menerapkan model-model pembelajaran inovatif yang mampu meningkatkan potensi

dan kemampuan siswa sejalan dengan kurikulum 2013, para guru IPS di Kecamatan

Kintamani masih “mendewakan” tes obyektif sebagai satu-satunya instrumen yang

digunakan untuk mengevaluasi pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa,

kurangnya keterampilan dan kemampuan guru untuk mengembangkan instrumen

evaluasi yang bersifat otentik sebagaimana tuntutan kurikum 2013, dan proses

evaluasi dalam pembelajaran menekankan pada evaluasi produk belajar, bukan pada

proses belajar, padahal yang menjadi tagihan kurikulum 2013 adalah evaluasi proses

dan produks. Berdasarkan identifikasi tersebut, maka permasalahan pokok yang

hendak dicarikan solusi dalam pengabdian masyarakat ini adalah: “bagaimanakah

caranya meningkatkan wawasan dan keterampilan guru-guru IPS dalam

Page 11: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

11

mengembangkan instrumen evaluasi asesmen otentik sehingga kualitas proses dan

produk pembelajaran dapat ditingkatkan?”. Dengan demikian, maka program ini

akan difokuskan pada upaya peningkatan keterampilan guru dalam menyusun

instrumen evaluasi asesmen otentik.

C. Tujuan Kegiatan

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah meningkatkan wawasan dan

keterampilan guru-guru IPS di Kecamatan Kintamani dalam menyusun dan

mengembangkan instrumen evaluasi asesmen otentik. Sehingga, evaluasi yang

berorientasi hasil (produk) yang selama ini diterapkan oleh guru IPS mampu

disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan kurikulum 2013, yaitu dengan evaluasi

yang berorientasi proses dan produks. Kondisi ini disinyalir akan mampu merekam

secara komperhensip ketiga domain siswa (kognitif, afektif dan psikomotorik) dalam

proses pembelajaran. Sehingga, para guru IPS yang ada di Kecamatan Kintamani

memiliki kesiapan dan kemampuan yang memadai dalam mengimplementasikan

proses evaluasi kurikulum tahun 2013 sesuai dengan fitrahnya.

D. Manfaat Kegiatan

Berdasarkan tujuan program pengabdian masyarakat di atas, maka secara

realistik implementasi pelatihan dan pendampingan menyusun dan mengembangkan

instrument asesmen otentik sesuai kurikulum 2013 bagi guru-guru IPS di Kecamatan

Kintamani ini akan bermanfaat dalam meningkatkan wawasan dan keterampilan guru

IPS untuk melakukan evaluasi secara visible. Secara rinci pelatihan dan

pendampingan peyusunan dan pengembangan instrumen evaluasi asesmen otentik

sesuai kurikulum 2013 diharapkan dapat bermanfaat bagi :

(a) Pemerintah Kabupaten Bangli, khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten

Bangli, bahwa program ini dapat membantu merealisasikan salah satu

program yang telah disusun dalam rencana pembangunan pendidikan

Kabupaten Bangli, khususnya pada jenjang sekolah menengah, yaitu

peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam menyusun dan

mengembangkan instrumen asesmen otentik sesuai dengan tuntutan dan

kebutuhan kurikulum 2013 yang diberlakukan secara nasional sejak tahun

2014.

Page 12: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

12

(b) Bagi Kepala Sekolah Sekolah Menengah, selaku manajer dan evaluator

program pembelajaran program pelatihan dan pendampingan peningkatan

pengetahuan dan keterampilan guru IPS dalam menyusun dan

mengembangkan instrumen asesmen otentik sesuai dengan tuntutan dan

kebutuhan kurikulum 2013 ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk

meningkatkan kualitas proses dan evaluasi pembelajaran di sekolahnya.

(c) Guru-guru IPS di Kecamatan Kintamani, program ini sangat bermanfaat

dalam meningkatkan wawasan dan keterampilan mereka dalam menyusun

dan mengembangkan instrumen evaluasi asesmen otentik, sehingga dapat

dijadikan pedoman dalam melakukan evaluasi terhadap kemampuan siswa.

(d) Bagi siswa sekolah menengah di Kecamatan Kintamani, program menyusun

dan mengembangkan instrumen evaluasi asesmen otentik ini dapat lebih

meningkatkan kompetensi guru yang pada akhirnya dapat mempermudah

siswa dalam proses pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran sebagai

mana yang telah ditetapkan.

Page 13: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

13

BAB II

METODE PELAKSANAAN

A. Kerangka Pemecahan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan di lokasi rencana

program ini akan dilaksanakan, diperoleh kesimpulan bahwa ada seperangkat

permasalahan yang saat ini dihadapi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bangli,

khususnya menyangkut rendahnya kemapuan guru IPS dalam menyusun dan

mengembangkan instrumen evaluasi asesmen otentik yang berimplikasi kualitas

proses dan produk dari pembelajaran IPS di Kecamatan Kintamani. Hal ini diduga

salah satunya disebabkan oleh belum meratanya pemahaman dan keterampilan guru

dalam menterjemahkan misi dan target operasional dari kurikulum 2013 dan masih

dipolakannya instrumen evaluasi objektif sebagai satu-satunya instrumen dalam

menilai proses dan hasil belajar siswa. Salah satu alternatif yang dipandang cukup

visibel untuk dilakukan adalah melaksanakan pelatihan dan pendampingan

penyusunan dan pengembangan instrumen evaluasi asesmen otentik, sehingga guru

IPS di Kecamatan Kintamani lebih memahami potensi dan perkebangan siswa, serta

kemampuan otenik yang dicapai siswa. Melalui program ini, guru diharapkan

memperoleh “sesuatu” yang baru dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam menilai

proses pembelajaran IPS.

B. Metode Pelaksanaan Kegiatan

Program ini merupakan program yang bersifat terminal dalam rangka

peningkatan wawasan dan keterampilan guru-guru IPS di Kecamaan Kintamani

dalam menyusun dan mengembangkan instrumen evaluasi asesmen otentik sesuai

kebutuhan kurikulum tahun 2013 dengan sistim jemput bola. Untuk kepentingan

pencapaian tujuan program ini, maka metode yang pandang sesuai adalah Diklat dan

Pendamingan/Supervisi Kelas. Diklat diberikan pada guru-guru IPS untuk

meningkatkan pengetahun dan wawasan tentang hakekat penilaian dalam kurikulum

kurikulum 2013 dan cara pengembangan instrumen evaluasi asesmen otentik dalam

pembelajaran IPS sesuai dengan kurikulum 2013. Jadwal pelaksanaan diklat akan

diberikan berdasarkan kesepakatan bersama antara guru IPS yang ada di Kecamatan

Kintamani dengan tim pelaksana. Tahap berikutnya adalah melakukan supervisi

kelas dan pembinaan implementasi instrumen evaluasi asesmen otentik dalam

Page 14: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

14

pembelajaran IPS sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan kurikulum 2013. Pada

proses ini tim pakar Undiksha Singaraja akan melakukan pendampingan pada guru-

guru IPS dalam mengimplementasikan instrumen evaluasi asesmen otentik, sehingga

dapat dilakukan perbaikan secara langsung sampai para guru IPS dinilai memiliki

keterampilan yang memadai. Di sisi lain, program ini juga diarahkan pada

terciptanya iklim kerjasama yag kolaboratif dan demokratis dalam dimensi mutualis

antara dunia perguruan tinggi dengan masyarakat secara luas di bawah koordinasi

pemerintah Kabupaten setempat, khususnya dalam rangka peningkatan kinerja dan

profesionalisme guru-guru IPS di Kecamatan Kintamani secara cepat namun

berkualitas bagi kepentingan pembangunan pendidikan di Kabupaten Bangli.

Berdasarkan rasional tersebut, maka program ini merupakan sebuah langkah inovatif

dalam kaitannya dengan dharma ketiga perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada

masyarakat.

Program ini dirancang sebagai bentuk jawaban dan antisipasi dari berbagai

permasalahan menyangkut kualitas dan kinerja guru IPS di Kecamatan Kintamani,

yang saat ini tengah berkonsentrasi pada pembangunan berbagai institusi pendidikan

dan tenaga kependidikan di berbagai pelosok wilayahnya. Berangkat dari rasional

tersebut, maka program ini akan dilaksanakan dengan sistim jemput bola, dimana tim

pelaksana akan menyelenggarakan program pelatihan dan pendampingan

peningkatan wawasan dan keterampilan guru-guru IPS di Kecamatan Kintamani

dalam memahami instrumen evaluasi asesmen otentik dan cara implementasinya

dalam proses pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan kurikulum tahun

2013 dengan mendatangkan para pakar dan praktisi pendidikan yang berkualifikasi

secara standar di bidang evaluasi pendidikan IPS. Model pelaksanaan kegiatan ini

akan dilakukan secara langsung (tatap muka) sebagaimana layaknya sistim

perkualiahan. Lama pelaksanaan kegiatan adalah 8 (delapan) bulan yang dimulai

dari tahap pengajuan proposal, perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi

dengan melibatkan tiga puluh orang guru Sekolah Menengah yang mengajar di

Kecamatan Kintamani, dimana setiap sekolah (7 Sekolah Menengah Pertama dan 3

Sekolah Menengah Atas/SMK) akan diwakili oleh 3 (tiga) orang guru, sehingga

pesertanya sebanyak 30 orang guru. Pada akhir program setiap peserta akan

diberikan sertifikat sebagai tanda bukti partisipasi mereka dalam kegiatan ini.

Page 15: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

15

Melalui program ini, diharapkan para guru IPS memperoleh pengetahuan dan

keterampilan yang memadai tentang instrumen evaluasi asesmen otentik dan cara

implementasinya sesuai tuntutan dan kebutuhan kurikulum tahun 2013.

C. Rancangan Evaluasi

Keberhasilan program P2M ini ditentukan oleh tingkat pemahaman, sikap

positif, dan keterampilan profesional guru IPS dalam mengimplementasikan

instrumen evaluasi asesmen otentik yang sejalan dengan kurikulum 2013 di

sekolahnya masing-masing. Untuk itu, maka evaluasi tingkat keberhasilan kegiatan

yang telah dilakukan minimal 3 (tiga) kali, yaitu evaluasi proses, evaluasi akhir, dan

evaluasi tindak lanjut. Kegiatan evaluasi ini akan melibatkan tutor/pakar dari

Undiksha Singaraja. Instrumen evaluasi yang digunakan untuk mengukur

keberhasilan pelatihan dan pendampingan ini adalah tes obyektif, pedoman observasi

dan pedoman wawancara yang dikembangkan sendiri oleh tim pelaksana pengabdian

masyarakat. Kriteria dan indikator pencapaian tujuan dan tolak ukur yang digunakan

untuk menjastifikasi tingkat keberhasilan kegiatan dapat diuraikan pada tabel berikut

(halaman berikut).

Tabel. 01. Indikator Pencapaian Program

No Jenis Data Sumber

Data

Indikator Kriteria

Keberhasilan

Instrumen

1. Pengetahuan guru

dalam memahami

hakekat instrumen

evaluasi asesmen

otentik sesuai

dengan tuntutan

dan kebutuhan

kurikulum tahun

2013

Guru-Guru

IPS di

Kecamatan

Kintamani

Pengetahuan

dan

keterampilan

guru

Terjadi

perubahan yang

positif terhadap

pengetahuan

dan

keterampilan

guru

Tes

Obyektif

2. Keterampilan guru

dalam

mengembangkan

dan mengemas

instrumen evaluasi

asesmen otentik

sesuai dengan

tuntutan

kurikulum tahun

2013

Guru-Guru

IPS di

Kecamatan

Kintamani

Pengetahuan

dan

keterampilan

guru

Terjadi

perubahan yang

positif terhadap

keterampilan

guru

Pedoman

wawancara

dan format

observasi

Page 16: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

16

3. Kemampuan dan

keterampilan guru

dalam

mempraktekkan

instrumen evaluasi

asesmen otentik

sesuai dengan

tuntutan dan

kebutuhan

kurikulum tahun

2013

Guru-Guru

IPS di

Kecamatan

Kintamani

Pengetahuan

dan

keterampilan

guru

Terjadi

perubahan yang

positif terhadap

kemampuan

dan

keterampilan

guru

Pedoman

wawancara

dan format

observasi

Pada kegiatan pelatihan ini, guru-guru IPS di Kecamatan Kintamani akan

dilibatkan secara kolaboratif dari awal sampai akhir kegiatan. Guru-guru IPS akan

dilibatkan dalam merencanakan program, penjadwalan kegiatan, ikut serta dalam

pelatihan dan implementasi produk pelatihan. Pedampingan/supervise kelas produk

hasil pelatihan ini akan dilakukan pada 3 sekolah (1 SMA dan 2 SMP) yang ada di

wilayah Kintamani.

Page 17: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

17

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh para guru IPS di Kecamatan

Kintamani, maka program pengabdian masyarakat ini dilakukan dalam bentuk

pelatihan pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 Pada Guru-Guru IPS di Kecamatan. Pelatihan pengembangan dan

pengemasan perangkat pembelajaran sesuai sesuai kurikulum 2013 dilakukan pada

bulan Mei di SMP Negeri 1 Kintamani mendatangkan tim pakar dari Undiksha

Singraja khususnya pakar pendidikan IPS. Pelatihan pengembangan dan pengemasan

perangkat pembelajaran, sangat membantu guru-guru IPS dalam membuat dalam

mengembangan dan mengemas perangkat pembelajaran yang akan digunakan di

sekolah-sekolah mereka.

Pelaksanaan pelatihan pengembangan dan pengemasan perangkat

pembelajaran sesuai kurikulum 2013 pada guru-guru IPS di Kecamatan Kintamani

dimulai dari: (1) rasional kurikulum 2013, (2) elemen perubahan kurikulum 2013, (3)

pendekatan dan model evaluasi dalam kurikulum 2013, dan (4) pengembangan dan

pengemasan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Rasional kurikulum

2013 adalah tantangan yang bersifat internal dan tantangan yang bersifat eksternal

yang akan dihadapi bangsa Indonesia di masa mendatang. Tantangan internal, dilihat

dari angka pertumbuhan penduduk Indonesia yang akan mencapai puncaknya pada

angka penduduk produktif di tahun 2045, sehingga mesti dipersiapkan dari saat ini.

Tantangan berikutnya secara internal adalah masalah semakin menurunnya moralitas

masyarakat yang ditunjukkan dengan berbagai pristiwa dan penyimpangan terhadap

nilai-nilai Pancancasil. Kondisi ini perlu direspon dengan menyesuaikan kurikulum

agar siap menghadapi tantangan di masa yang akan dating. Secara prinsip perubahan

kurikulum 2013 terletak pada: (1) kompetensi lulusan, yaitu adanya upaya

peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek

kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan, (2) kedudukan mata pelajaran

yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran

dikembangkan dari kompetensi, (3) pendekatan, yaitu untuk SD tematik terpadu

dalam semua mata pelajaran, SMP mata pelajaran, SMA mata pelajaran dan SMK

vokasional, (4) struktur kurikulum (mata pelajaran dan alokasi waktu (isi), untuk SD

Page 18: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

18

bersifat holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya), untuk SMP TIK menjadi

media semua mata pelajaran, pengembangan diri terintegrasi pada setiap

matapelajaran dan ekstrakurikuler, untuk SMA ada matapelajaran wajib dan ada

mata pelajaran pilihan, untuk SMK terjadi penambahan jenis keahlian berdasarkan

spektrum kebutuhan (6 program keahlian, 40 bidang keahlian, 121 kompetensi

keahlian), (5) proses pembelajaran, yaitu standar proses yang semula terfokus pada

Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya,

Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta, belajar tidak hanya terjadi di

ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat, guru bukan satu-

satunya sumber belajar, sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan

teladan, (6) penilaian hasil belajar menggunakan penilaian berbasis kompetensi,

pergeseran dari penilain melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan

hasil saja), menuju penilaian otentik [mengukur semua kompetensi sikap,

keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil], memperkuat PAP

(Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor

yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal), penilaian tidak hanya pada level

KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL, dan mendorong pemanfaatan portofolio

yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian, dan (7) ekstrakurikuler yaitu

adanta ekstra wajib dan pilihan (Badan Pengembangan SDM dan Penjamin Mutu

Pendidikan, 2013).

Dengan diterapkannya kurikulum 2013, maka setiap sekolah mesti mampu

merancang dan menggunakan perangkat pembelajaran. Sementara menurut Standar

Nasional Pendidikan (2013: 3) pencapaian tujuan pendidikan nasional sebagaimana

diamanatkan UU No. 20 Tahun 2003 yaitu Berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab dapat tercapai melalui pencapaian empat

kompetensi inti. Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi

Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh

peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan

tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama

yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

Page 19: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

19

harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.

Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian

hard skills dan soft skills. Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur

pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur

pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan

organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar

adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang

pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu

terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari

peserta didik. Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling

terkait, yaitu: (1) sikap spiritual yang mencakup beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, (2) sikap sosial yang mencakup berakhlak mulia, sehat, mandiri,

dan demokratis, (3) berilmua, dan (4) yang mencakup kecakapan dan keterampilan.

Keempat kelompok itu menjadi acuan dari kompetensi dasar dan harus

dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi

yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak

langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang

pengetahuan(Kompetensi Inti 3) dan penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4).

Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: (1)

mengamati; (2) menanya; (3) mengumpulkan informasi; (4) mengasosiasi; dan (5)

mengkomunikasikan. Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam

berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:

LANGKAH

PEMBELAJARAN

KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG

DIKEMBANGKAN

Mengamati Membaca, mendengar,

menyimak, melihat (tanpa

atau dengan alat)

Melatih kesungguhan,

ketelitian, mencari

informasi

Menanya Mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang

tidak dipahami dari apa

yang diamati atau

pertanyaan untuk

mendapatkan informasi

tambahan tentang apa yang

diamati

Mengembangkan

kreativitas, rasa ingin

tahu, kemampuan

merumuskan pertanyaan

untuk membentuk pikiran

kritis yang perlu

Page 20: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

20

Mengumpulkan

informasi/ eksperimen

- melakukan eksperimen

- membaca sumber lain

selain buku teks

- mengamati objek/

kejadian/

- aktivitas

- wawancara dengan nara

sumber

Mengembangkan sikap

teliti, jujur,sopan,

menghargai pendapat

orang lain, kemampuan

berkomunikasi,

menerapkan kemampuan

mengumpulkan informasi

melalui berbagai cara

yang dipelajari,

mengembangkan

kebiasaan belajar dan

belajar sepanjang hayat.

Mengasosiasikan/

mengolah informasi

- mengolah informasi yang

sudah dikumpulkan baik

terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/eksperimen

mau pun hasil dari kegiatan

mengamati dan kegiatan

mengumpulkan informasi.

- Pengolahan informasi

yang dikumpulkan dari

yang bersifat menambah

keluasan dan kedalaman

sampai kepada pengolahan

informasi yang bersifat

mencari solusi dari

berbagai sumber yang

memiliki pendapat yang

berbeda sampai kepada

yang bertentangan

Mengembangkan sikap

jujur, teliti, disiplin, taat

aturan, kerja keras,

kemampuan menerapkan

prosedur dan kemampuan

berpikir induktif serta

deduktif dalam

menyimpulkan .

Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil

pengamatan, kesimpulan

berdasarkan hasil analisis

secara lisan, tertulis, atau

media lainnya

Mengembangkan sikap

jujur, teliti, toleransi,

kemampuan berpikir

sistematis,

mengungkapkan pendapat

dengan

Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu

perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana

pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema

tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran,

dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran,

Page 21: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

21

KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode

pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan

pembelajaran; dan (7) penilaian. Setiap guru di setiap satuan pendidikan

berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru

kelas) di SD dan untuk guru matapelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs,

SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal

semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih

dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat

dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok. Pengembangan RPP yang

dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau secara bersama-sama melalui

musyawarah guru MATA pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu

difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala

sekolah. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara berkelompok melalui

MGMP antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasikan dan disupervisi oleh

pengawas atau dinas pendidikan.

Berkenaan dengan kewenangan tersebut, maka guru dapat melakukan

pengembangan RPP. Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP

adalah sebagai berikut: (1) RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum

dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam

bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran, (2)

RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus

dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat,

motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan

khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan

peserta didik, (3) mendorong partisipasi aktif peserta didik, (4) sesuai dengan tujuan

Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri

dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat

pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu,

kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar

dan kebiasaan belajar, (5) mengembangkan budaya membaca dan menulis, (6) proses

pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,

pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan, (7)

Page 22: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

22

memberikan umpan balik dan tindak lanjut, (8) RPP memuat rancangan program

pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian

pembelajaran remedi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian

dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat

teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta

didik, (9) keterkaitan dan keterpaduan, (10) RPP disusun dengan memperhatikan

keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman

belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan

lintas matapelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya, (11)

menerapkan teknologi informasi dan komunikasi, dan (12) RPP disusun dengan

mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara

terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Berdasarkan pada rasional pengembangan RPP tersbut maka RPP paling

sedikit memuat: (i) tujuan pembelajaran, (ii) materi pembelajaran, (iii) metode

pembelajaran, (iv) sumber belajar, dan (v) penilaian. Komponen-komponen tersebut

secara oprasional diwujudkan dalam bentuk format berikut:

Sekolah :

Matapelajaran :

Kelas/Semester :

Materi Pokok :

Alokasi Waktu :

Kompetensi Inti (KI)

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

1. _____________ (KD pada KI-1)

2. _____________ (KD pada KI-2)

3. _____________ (KD pada KI-3)

Indikator: __________________

4. _____________ (KD pada KI-4)

Indikator: __________________

C. Tujuan Pembelajaran

D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok)

Page 23: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

23

E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran)

F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

1. Media

2. Alat/Bahan

3. Sumber Belajar

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Pertemuan Kesatu:

a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)

b. Kegiatan Inti (...menit)

c. Penutup (…menit)

2. Pertemuan Kedua:

a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)

b. Kegiatan Inti (...menit)

c. Penutup (…menit), dan seterusnya.

H. Penilaian

1. Jenis/teknik penilaian

2. Bentuk instrumen dan instrumen

3. Pedoman penskoran

Page 24: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

24

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pelaksanaan pengabdian masyarakat pada guru-guru IPS

yang ada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli dapat ditarik beberapa

konsklusi, yaitu :

1. Beberapa guru IPS yang ada di Kecamatan Kintamani belum

menggunakan instrumen evaluasi asesmen otentik sesuai dengan tuntutan

kurikulum berbasis kompetensi dalam melakukan penilain, akan tetapi

masih menggunakan intrumen evaluasi yang bersifat obyekyif.

2. Setelah diberikan pelatihan oleh tim pakar dari Undiksha Singaraja, para

guru IPS yang mengajar di Kecamatan Kintamani bisa menyususn

instrumen asesmen otentik sesuai dengan kurikulum tingkat satuan

pendidikan. Hal ini dapat diketahui dari hasil pelatihan penyusunan dan

pengembangan instrumen asesmen otentik yang mereka buat.

Berdasarkan evaluasi tindak lanjut yang dilakukan, ditemukan bahwa

guru-guru yang mengikuti pelatihan penyusunan dan pengembangan

instrumen asesmen otentik sesuai dengan yang diberikan oleh tim pakar

Undiksha Singaraja. Ada beberapa manfaat yang diperoleh oleh guru

dalam mengikuti pelatihan penyusunan dan pengembangan intrumen

asesmen otentik di Kecamatan Kintamani, yaitu (1) mereka mendapatkan

informasi yang jelas dan utuh mengenai hakekat instrumen evaluasi

asesmen otentik, karena selama ini mereka belum mengetahui secara

pasti apa hakekat evaluasi asesmen otentik, dan (2) para guru

memperoleh gambaran yang jelas bagaimana cara dan strategi

pengembangan instrumen evaluasi asesmen otentik sesuai dengan

tuntutan kompetensi dasar, materi ajar, indikator pencapaian dan

keterampilan siswa.

Page 25: JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196805171993032002... · pada saat beberapa topik materi telah selesai dibelajarkan

25

5.1. SARAN

Berdasarkan pelatihan yang telah dilaksanakan pada guru-guru IPS yang

mengajar di Kecamatan Kintamani, ada beberapa saran yang layak dipertimbangkan,

yaitu :

1. Bagi guru IPS yang mengajar di Kecamatan Kintamani, hendaknya terus

melatih diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, khususnya dalam mengembangkan instrumen evaluasi agar

mampu mengevaluasi keterampilan otentik yang dimiliki oleh siswa.

2. Bagi Dinas pendidikan setempat, semestinya mengusahakan program-

program pelatihan bagi para guru, sehingga kemampuan dan

keterampilan yang mereka miliki memadai sesuai tuntutan kurikulum

2013.

Daftar Pustaka Budiningsih, A. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta

Pemerintah Kabupaten Bangli. (2011). Bangli dalam Angka. Bangli: Pemda Bangli

Dantes, Nyoman, dkk. (2008). Pengembangan Perangkat Evaluasi Proses dan Hasil

Belajar IPS dan PKn (laporan penelitian) Singaraja: IKIP Negeri

Singaraja.

Djohar. (2003). Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah

Kejuruan. (Disertasi, tidak diterbitkan). Bandung: PPS UPI.

Hasan. (1992). An Evaluation of the 1975 General Senior Secondary Social Studies

Curriculum Implementation in Bandung Municipality. Disertasi Doctor

dari Macquary University. Tidak diterbitkan.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Standar Nasional Pendidikan.

Jakarta: BPP

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Materi Pelatihan Kurikulum

2013. Jakarta: Kemendiknas

Lasmawan, W. (2010). Menelisik Pendidikan IPS dalam Perspektif Kontekstual-

Empirik. Singaraja: Mediakom Indonesia Press Bali.

MaLaughin. (1987). Implementing of ESEA Title I. New York: Columbia University.

Nana, S. (2005). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek Tahun: Bandung:

Rosdakarya

Surapranata. (2006). Penilaian Portofolio. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya.

Suastika. (2006). Strategi Kebijakan Mewujudkan Singaraja Sebagai Kota

Pendidikan (Laporan Penelitian). Singaraja: Undiksha

Tayibnapis. (2000). Evaluasi Program. Jakarta : Rineka Cipta