jurusan pendidikan ekonomi fakultas ekonomi dan...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU MELALUI
PELATIHAN PENULISAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAGI GURU SD DI KECAMATAN ABANG KABUPATEN
KARANGASEM
Oleh
Made Ary Meitriana, S Pd M Pd (Ketua)
Nip. 198005032006042003
Dra. Lulup Endah Tripalupi, M.Pd (Anggota)
Nip. 195606221981032001
Kadek Rai Suwena, S.Pd., M.Pd (Anggota)
Nip. 198304242009121002
Drs. Made Artana., M.Pd (anggota) Nip. 195003021979031003
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2015
3
DAFTAR ISI
COVER i
Lembar Pengesahan ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang 1
b. Analisis Situasi 2
c. Identifikasi dan Perumusan Masalah 3
d. Tujuan Kegiatan 4
e. Manfaat Kegiatan 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
a. Tinjauan Pustaka 3
BAB III METODE PELAKSANAAN
a. Kerangka Pemecahan Masalah 6
b. Khalayak Sasaran 7
c. Keterkaitan 7
d. Metode Kegiatan 7
e. Rancangan Evaluasi 8
BAB IV HASIL KEGIATAN
a. Lokasi Mitra 12
b. Penyelenggaraan Kegiatan 12
c. Penerapan Program Pelatihan 12
d. Evaluasi Keberhasilan 13
e. Alasan Kemajuan 14
BAB V PENUTUP
a. Simpulan 15
b. Saran 15
LAMPIRAN-LAMPIRAN
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses pembelajaran.
Secara sederhana guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didik (Djamarah, 2005). Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu berperan aktif
dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional dalam melaksankan
tugasnya (Sardiman, 2007). Dalam melaksanakan tugasnya secara profesional guru
harus menguasai seperangkat kemampuan yang disebut dengan kompetensi guru.
Kompetensi yang harus dimiliki guru mencakup kemampuan menguasai siswa,
menguasai tujuan pembelajaran, menguasai metode pembelajaran, menguasai materi
yang diajarkan, menguasai teknik mengevaluasi, menguasai alat pembelajaran, dan
menguasai lingkungan belajar.. Oleh karena itu, guru menjadi mata rantai terpenting
yang menghubungkan antara pembelajaran dengan harapan akan masa depan
pendidikan di sekolah yang lebih baik.
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada berbagai jenjang dan jenis
pendidikan formal. Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru adalah dengan membuat perencanaan pembelajaran (Hamalik,
2009). Dengan membuat perencanaan pembelajaran, guru diharapkan dapat
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan lebih terarah dan efektif. Secara garis
besar perencanaan pembelajaran memiliki fungsi, a) memberi pemahaman kepada guru
tentang tujuan pembelajaran, b) membantu guru memperjelas pemikiran tentang
sumbangan pengajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan, c) meyakinkan guru
atas nilai-nilai pembelajaran serta prosedur yang diberikan, d) membantu guru dalam
mengenal kebutuhan dan minat siswa serta mendorong motivasi belajar murid, e)
mengurangi kegiatan yang bersifat trial dan error dengan adanya organisasi kurikuler
yang baik, metode yang tepat serta dapat menghemat waktu, f) guru akan lebih
dihormati oleh siswa, g) memberikan kesempatan bagi para guru untuk memajukan
5
pribadinya dan perkembangan profesionalnya, h) membantu guru memiliki rasa
percaya diri sendiri dan jaminan atas diri sendiri, i) membantu guru memelihara gairah
mengajar dan senantiasa memberikan bahan-bahan yang terbaru. Sehingga selama
mengimplementasikan rancangannya, guru harus selalu mengamati untuk dijadikan
refleksi dalam merancang pembelajaran berikutnya. Apabila dalam pelaksanaannya
ada yang tidak sesuai maka guru harus memperbaiki pada rancangan berikutnya.
Kegiatan merefleksi, merancang, melaksanakan, mengamati dan mengevaluasi
pembelajaran yang dilakukan guru dapat dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian Tindakan Kelas (classroom Action Research) memiliki peranan yang
sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila
diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik, artinya
pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan
kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam
pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat
memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat
mengamati pelaksanaannya untuk mengatur tingkat keberhasilannya.
B. ANALISIS SITUASI
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru,
penulisan karya tulis ilmiah kini menjadi persyaratan penting untuk guru dalam
kenaikan golongannya dalam bidang pengembangan profesi. Ada beberapa macam
karya tulis ilmiah, salah satunya yang cukup diminati adalah karya tulis ilmiah hasil
penelitian. Dalam hal ini yang cukup diminati para guru adalah karya tulis ilmiah
dengan menggunakan pengalaman guru sendiri yaitu dengan penelitian tindakan kelas
(PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri dengan cara
merencanakan, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan
partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru sehingga hasil belajar
siswa dapat meningkat.
Para guru SD di Kecamatan Abang Kabupaten Buleleng pada umumnya
tamatan S1 jarang melaksanakan PTK. Hal ini disebabkan para guru SD di Kecamatan
Abang pada umumnya belum memahami PTK dan cara mengimplementasikan PTK.
Padahal PTK ini seharusnya dilaksanakan oleh seorang guru dalam rangka perbaikan
6
kualitas pembelajaran. Dalam melaksanakan tugas pembelajaran sehari-hari, tanpa
disadari para guru telah melaksanakan PTK, namun semua kegiatan yang dilakukan
guru untuk mengatasi masalah belajar di kelas tidak pernah diadministrasikan. Oleh
karena itu pelatihan merancang dan melaksanakan PTK penting dilaksanakan bagi
guru SD di Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem dalam rangka membantu para
guru dalam perbaikan kualitas pembelajaran di kelas.
C. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
Keterbatasan para guru untuk melaksanakan PTK ini berdampak pada
rendahnya kemampuan guru dalam menulis karya ilmiah. Dampak lain dari rendahnya
kemampuan guru dalam menulis karya ilmiah adalah guru mengalami kemandekan
karir (carier plateu) karena guru tidak memiliki kemampuan menulis karya ilmiah
yang menjadi salah satu kewajibannya. Berdasarkan analisis situasi ini, maka
diperlukan suatu pelatihan terkait penulisan karya ilmiah berupa Penelitian Tindakan
Kelas agar para guru dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang muncul di
kelas dan mengadministrasikan seluruh kegiatan pembelajarannya di kelas khusunya
dalam hal menangani masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran di kelas.
Secara rinci masalah yang dihadapi para guru SD di Kecamatan Abang Kabupaten
Karangasem adalah sebagai berikut.
1. Rendahnya pemahaman guru terhadap PTK.
2. Rendahnya kemampuan guru dalam mengimplementasikan PTK
3. Rendahnya kemampuan guru dalam melaporkan PTK
D. TUJUAN KEGIATAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan maka yang menjadi tujuan
utama dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan pemahaman guru tentang penelitian tindakan kelas.
2. Memberikan pemahaman para guru cara melaksanakan PTK
3. Memberikan pemahaman para guru cara membuat laporan penelitian tindakan
kelas.
E. MANFAAT KEGIATAN
7
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat:
1. Guru mampu melaksanakan inovasi dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
2. Guru lebih berdaya dalam mengelola kegiatan pembelajaran, sehingga guru
mampu memecahkan masalah pembelajaran.
3. Guru lebih percaya diri dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
4. Meningkatkan profesionalisme guru
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan
tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Fokus PTK pada siswa atau
Proses Belajar Mengajar (PBM) yang terjadi di kelas. Tujuan utama PTK adalah untuk
memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan
nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesinya. Menurut David Hopkins (1993)
PTK adalah “ a form of self-reflective inquiry undertaken by partisipants in a sosial
(in-cluding educational) situation in order to improve the the rationality and justice of
(a) their own social or educational practices. (b) their understanding of these
practices, and (c) the situations in which practices are carried out” Menurut
Kunandar (2008) PTK adalah suatu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara
rasional, sistematis dan empiris reflekatif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan
oleh guru (tenaga pendidik), kolaborasi (tim peneliti) yang sekaligus sebagai peneliti,
sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam
kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan
kondisi pembelajaran yang dilakukan. Harjodipuro (dalam Iskandar 2009) menyatakan
PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan,
dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar
kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau untuk mengubahnya. PTK bukan sekedar
mengajar, tetapi mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan
menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersikap terhadap
proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran.
Berdasar pengertian tersebut di atas hakikat dilakukan PTK adalah dalam
rangka guru bersedia mengintrospeksi, bercermin, merefleksi atau mengevaluasi
dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru diharapkan cukup
profesional untuk selanjutnya diharapkan dari peningkatan kemampuan diri tersebut
dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek
penalaran, ketrampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang
bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa.
9
Dengan dilaksanakannnya PTK berarti guru/pendidik juga berkedudukan sebagai
peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya.
Upaya peningkatan mutu atau kualitas tersebut diharapkan melakukan kegiatan kajian
ilmiah secara sistematis, realitis, dan rasional, yang disertai dengan meneliti semua “
aksinya” di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan dan
kelebihannnya. Apabila di dalam pelaksanaan “aksi”nya masih terdapat kekurangan,
dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang menjadi
tanggung jawabnya tidak terjadi permasalahan.
Penelitian Tindakan Kelas harus dilakukan di kelas yang sehari-hari diajar, bukan
kelas ynag diajar guru lain meskipun masih dalam satu sekolah. Hal ini disebabkan
PTK adalah suatu penelitian yang berbasis pada kelas. Hasil PTK dapat dipergunakan
untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar (PBM) sesuai dengan kondisi dan
karakteristik sekolah, siswa dan guru. Melalui PTK guru dapat mengembangkan
model-model mengajar yang bervariasi, pengelolaan kelas yang dinamis dan kondusif,
serta penggunaan media dan sumber belajar yang tepat dan memadai. Dengan
penerapan hasil-hasil PTK secara berkesinambungan diharapkan PBM di kelas tidak
kering dan membosankan serta menyenangkan siswa.
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi-dimensi problem
yang mungkin ada untuk mengidentifikasi aspek-aspek pentingnya dan untuk
memberikan penekanan yang memadai. Di dalam menganalisis masalah untuk PTK ini
guru harus ingat bahwa tidak semua topik penelitian dapat diangkat sebagai topik PTK.
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, guru dapat mencermati masalah-masalah apa
yang dapat dijadikan PTK. Ada empat aspek yang dapat dijadikan masalah dalam
PTK, yaitu (1) masalah yang berkaitan dengan pengelolaan kelas; (2) masalah proses
belajar mengajar, (3) masalah pengemangan atau penggunaan sumber-sumber belajar
dan (4) masalah yang berkaitan dengan wahana peningkatan personal dan profesional.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai dengan siklus pertama yang
terdiri dari empat kegiatan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),
pengamatan (obsserving), dan refleksi (reflecting). Apabila peneliti sudah mengetahui
letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama,
maka guru (peneliti) menentukan rancangan tindakan berikut pada siklus ke dua.
Kegiatan pada siklus ke dua merupakan lanjutan dari keberhasilan pada siklus kedua
10
mempunyai berbagai tambahan untuk perbaikan dari hambatan dan kesulitan yang
ditemukan dalam tindakan pada siklus pertama. Dengan menyusun kegiatan tindakan
untuk siklus ke dua, maka peneliti melanjutkan kegiatan PTK seperti pada siklus
pertama. Jika telah selesai pelaksanaan pada siklus ke dua, apabila peneliti belum
merasa puas untuk perbaikan dan peningkatan atas tindakan tersebut, peneliti dapat
melanjutkan penelitian ke dalam siklus ke tiga, yang cara pelaksanaannya sama dengan
siklus sebelumnya.
11
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Pelatihan ini diawali dengan penjelasan tentang pembuatan rancangan
pembelajaran dan dilanjutkan dengan cara melaksanakan dan melaporkan Penelitian
Tindakan Kelas. Lebih jelasnya kerangka pemecahan masalah tersebut dapat dilihat
pada gambar berikut :
BAGAN 1
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
B. KHALAYAK SASARAN
Berdasarkan rumusan masalah , maka yang menjadi sasaran yang dikenai
kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah para guru SD yang berada pada
golongan III di Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem berjumlah 34 orang.
C. KETERKAITAN
Kegiatan pelatihan penulisan penelitian tindakan kelas ini melibatkan dosen
Jurusan Pendidikan Ekonomi Undiksha dengan para guru SD di Kecamatan Abang
Memberikan pemahanan dan Pelatihan tentang PTK
Langkah-langkah merancang
PTK
1. Tahap Perencanaan
2. Tahap Implementasi
3. Tahap Pengamatan
Evaluasi Kegiatan
12
Kabupaten Karangasem. Fasilitator dalam kegiatan ini adalah para dosen Jurusan
Pendidikan Ekonomi Undiksha , sedangkan guru SD golongan III di Kecamatan Abang
Kabupaten Karangasem yang berjumlah 30 orang sebagai khalayak sasaran dari
kegiatan pelatihan.
D. METODE KEGIATAN
Bagan 2. Metode Kegiatan Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Pelatihan
Penulisan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru SD di Kecamatan Abang
Kabupaten Karangasem
Metode pelatihan ini dilakukan melalui 2 (dua) cara yaitu 1) ceramah dan 2) latihan
penulisan proposal penelitian. Ceramah dilakukan karena banyak guru masih
mengalami kesulitan dalam pembuatan proposal PTK. Tim memberikan materi yang
meliputi pembuatan latar belakang masalah, pembuatan perumusan masalah,
pembuatan tujuan dan manfaat penelitian, pembuatan landasan teoritis dan pembuatan
metode penelitian. Ceramah diberikan 1x selama 90 menit yang diikuti oleh 30 guru.
Latihan praktek dilaksanakan setelah pelaksanaan ceramah. Guru-guru diminta
untuk membuat proposal penelitian yang meliputi penyusunan latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, dan metode
penelitian dengan mengisi copy sketsa yang dibagikan. Praktek pembuatan proposal
sekitar 60 menit, untuk review 60 menit, untuk perbaikan proposal diberikan waktu 1
minggu dan evaluasi dilaksanakan pada minggu berikutnya.
PTK merupakan salah satu guru
dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas sekaligus
karya ilmiah yang bisa dipakai
untuk kenaikan pangkat serta
sertifikasi guru
Khalayak Sasaran: 30 Guru SD
Golongan III di Kecamatan
Abang Kabupaten Buleleng
Alternatif pemecahan
masalah pelatihan
pembuatan proposal
PTK
Memahami PTK
Proposal PTK
13
E. RANCANGAN EVALUASI
Evaluasi yang dilaksanakan dengan cara pre test dan post test serta mereview
proposal hasil kerja selama mengikuti pelatihan. Indikator yang digunakan adalah
materi yang diberikan selama pelatihan yang terdiri dari: 1) latar belakang masalah, 2)
perumusan masalah, 3) tujuan penelitian, 4) manfaat penelitian, 5) landasan teori, dan
6) metode penelitian.
Setiap jawaban diberikan skor berdasarkan hasil review proposal seperti tabel
berikut.
Tabel 1. Tabel Skor Review Proposal Peserta Program
Indikator Skor
4 3 2 1
1. Latar Belakang Masalah
2. Perumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
5. Landasan Teori
6. Metode Penelitian
4 = baik sekali, 3 = baik, 2 = sedang, 1 = kurang
Nilai peserta adalah rerata skor seluruh jawaban. Nilai keseluruhan adalah rerata nilai
seluruh peserta program.
Untuk mengevaluasi pemahaman materi pembuatan proposal diberikan pre test dan
post test. Skor pre test dan post test tiap nomor nilainya 10.
Nilai =Jumlah Betul x 10
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Lokasi Mitra
Kegiatan P2M dilaksanakan di SD 3 Kertamandala Kecamatan Abang
Kabupaten Karangasem. Kegiatan ini melibatkan guru-guru SD di Kecamatan Abang
yang berada pada golongan III. Data ini diperoleh berkat kerjasama panitia pelaksana
kegiatan dengan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Abang. Pada kegiatan ini diikuti
oleh 34 guru SD di Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem.
b. Penyelenggara Kegiatan
Penyelenggaraan kegiatan pengabdian pada masyarakat melalui pemberian
pelatihan membuat proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilanjutkan dengan
penyusunan secara terbimbing dan mandiri, dan di akhir kegiatan seluruh peserta akan
mempresentasikan hasil proposal yang telah disusun..
Tim pelaksana pengabdian masyarakat terdiri atas 4 (empat) orang dosen.
Keempat dosen tersebut adalah Made Ary Meitriana, S.Pd., M.Pd (Ketua); Dra. Lulup
Endah Tripalupi, M.Pd (anggota); Kadek Rai Suwena, S. Pd, M Pd (anggota), Drs.
Made Artana, S.Pd., M.Pd (anggota). Disamping itu juga dalam penyelenggaraan
kegiatan ini dibantu oleh mahasiswa di jurusan Pendidikan Ekonomi. Adapun
narasumber dan tim pendamping dalam kegiatan ini adalah:
1) Drs. Made Artana, M.Pd sebagai nara sumber.
2) Made Ary Meitriana S.Pd M. Pd sebagai tim pendamping.
3) Dra. Lulup Endah Tripalupi, M.Pd sebagai tim pendamping
4) Kadek Rai Suwena, S.Pd., M.Pd sebagai pendamping.
Pelaksanaan kegiatan dari awal yaitu penjajagan tempat kegiatan , dilanjutkan
dengan persiapan yang dilakukan pada bulan pertama, kemudian dilanjutkan dengan
penyusunan proposal PTK secara terbimbing. Penyusunan proposal PTK secara
mandiri yang dilakukan oleh peserta pelatihan dilaksanakan di tempat kerja masing-
masing. Dimana setelah peserta menyelesaikan penyusunan proposal PTK tersebut,
mereka wajib untuk mengirimkannya melalui email pendamping kegiatan yang
15
nantinya akan diperiksa dan dikoreksi oleh tim pelaksana kegiatan. Kegiatan akhir dari
pelaksanaan pelatihan ini adalah seluruh peserta wajib mempresentasikan proposal
PTK yang telah disusun. Dari presentasi tersebut akan diberikan masukan kembali
sebagai bahhan perbaikan sehingga proposal yang disusun tersebut siap untuk
dilaksanakan di kelas masing-masing sebagai bahan penelitian awal.
c. Penerapan Program Pelatihan
Penerapan program pelatihan yang telah dirancang telah dilakukaan kepada
guru-guru SD di Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem, selama penerapan
program pelatihan dilaksanakan di kelas. Pelatihan diawali dengan penjelasan secara
singkat tetang pengertian, manfaat serta tahapan pembuatan PTK, kemudian dilakukan
tanya jawab dengan para peserta untuk memperjelas pemahaman mereka. Setelah tanya
jawab para guru berlatih membuat proposal.
Pelatihan diikuti oleh 34 orang guru . Adapun ke 34 (tiga puluh empat) orang
guru peserta pelatihan tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1
Nama Peserta
No Nama NIP
1 Ida Ayu Dewi Wahyuni, S.Pd., SD 19841102008012004
2 I Putu Sugara, S.Pd., SD 198606062009021005
3 I Made Putu Ariana 198405302008011008
4 Ni Kadek Damayanti, S.Pd., SD 198305302009022009
5 Ni Nengah Puriani, S.Pd., SD 197309192000122002
6 I Nengah Sudiarsana, S.Pd., SD 198109082005011013
7 I Kadek Putra Agustina, S.Pd., M.Pd 198212202005011004
8 I Ketut Dwi Ariana, S.Pd., SD 198510052009021005
9 Ni Nengah Astiti 196712312007012180
10 I Nyoman Kanta 198204102008011021
11 I Made Sukiana, S.Pd., SD 198503122009021003
12 I Wayan Suastika 19841229200921004
13 Ni Made Warsa 196902202007012017
16
14 I Ketut Gunarsa, S.Pd., SD 197402142005011008
15 Desak Made Sriasih, S.Pd 196812312008012093
16 Ni Kadek Karmiati, S.Pd., SD 198101252006042009
17 I Made Agus Dwi Kertyarsa 198408202009021003
18 Ni Wayan Surasmini, S.Pd., SD 198612182009022002
19 I Ketut Muliada, S.Pd., SD 198505072009021005
20 Ni Made Karsini, S.Pd 197212312007012157
21 I Made Putu Suyasa, S.Pd., SD 198307152006041014
22 I Ketut Suarta, S.Pd., SD 198402072006041005
23 Ida Ayu Komang Irawati, S.Pd 198304162005012003
24 I Nengah Sumantra 196812312005011092
25 Nurulaini, S.Pd 196901142007012019
26 I Nengah Alit, A.Md 196403012006041011
27 Ni Luh Ngarewati, S.Pd., SD 197307171999032008
28 Ni Ketut Arilaba Wiranati 198106252006042026
29 I Kadek Juliana, S.Pd 198107202006041014
30 I Ketut Sutiasa 198402162009021005
31 Ni Luh Urip Astuti, S.Pd 196904212007012030
32 Ni Putu Dambayanti, S.Pd., SD 198509122006042006
33 Ni Made Sumerti, S.Pd., M.Si 196606151986062001
34 Ni Wayan Maha Jayanti 198708022009022001
d. Evaluasi Keberhasilan
Tingkat evaluasi keberhasilan kegiatan pelatihan penulisan PTK dilakukan di
SD 3 Kertamandala yang dinilai dari kesiapan peserta pelatihan dalam
mempresentasikan proposal PTK yang telah berhasil disusun dan dari tim pelaksana
menganggap telah berhasil. Hal ini dilihat dari antusiasme guru sebagai peserta
pelatihan tinggi dalam menyimak serta melakukan tahapan-tahapan pelatihan yang
diberikan. Sesuai dengan target luaran yang diharapkan, para peserta mampu
menyusun proposal.
17
e. Alasan Kelanjutan
Pemberian pelatihan penulisan PTK memerlukan perhatian lebih lanjut, hal ini
masih ada beberapa permasalahan yang dialami guru dalam melaksanakan PTK.
Adapun identifikasi permasalahan yang masih dihadapi mitra adalah sebagai berikut.
a) Kemampuan melaksanakan PTK di kelas. Hal ini terbukti dari banyaknya
pertanyaan guru mengenai jumlah siklus yang harus mereka rancang,
bagaimana cara mengumpulkan dan menganalisis data PTK yang mereka
laksanakan.
b) Rendahnya pemahaman peserta tentang teknis penulisan karya ilmiah. Mereka
masih belum faham tentang apa saja yang harus mereka tulis dalam kajian
pustaka dan cara menulis daftar pustaka, mengingat dalam menyusun PTK
acuan pustaka mereka tidak hanya bersumber dari buku tetapi juga dari media
elektronik.
c) Untuk meningkaatkan kemampuan para guru peserta pelatihan, maka
dipandang perlu uuntuk mendapatkan pendampingan dalam penyusun
pelaporan penulisan PTK.
18
BAB V
PENUTUP
a. Simpulan
Penerapan program pelatihan ini, dilakukan berdasarkan analisis situasi yang
telah dipaparkan dan permasalahan yang dihadapi oleh mitra yaitu guru-guru SD di
Kecamatan Abang. Maka program kegiatan pelatihan difokuskan pada upaya
meningkatkan kemampuan para guru dalam menulis penelitian tindakan kelas.
Hasil evaluasi tentang tingkat keberhasilan kegiatan pelatihan dipandang
berhasil, hal ini ditunjukkan dari antusiasme peserta pelatihan dalam menyimak dan
mengikuti tahapan-tahapan pelatihan. Sesuai dengan target luaran yang diharapkan,
para guru peserta pelatihan telah berhasil menyusun proposal penelitian tindakan kelas.
b. Saran
a) Dari kegiatan P2M yang telah dilaksanakan maka disarankan pada para guru
agar selalu memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar siswa utamanya pada
kelas-kelas yang mengalami masalah belajar, melalui penelitian tindakan kelas.
Upaya perbaikan ini akan bermanfaat bagi siswa dan guru. Manfaat bagi siswa,
melalui PTK diharapkan siswa akan mengalami perbaikan/peningkatan dalam
proses dan hasil belajarnya, sedangkan manfaat bagi guru adalah guru akan
semakin profesional dalam melaksanakan tugasnya ssebagai pengajar dan
pendidik. Para guru akan makin peka terhadap permasalahan-permasalahan
belajar dan akan makin mahir dalam memecahkan masalah belajar yang
dihadapi siswanya.
b) Dalam melaksanakan PTK hendaknya guru dapat bekerja sama dengan guru
lain (berkolaborasi). Kolaborasi antar guru akan dapat meningkatkan kerja
sama antar guru dalam menangani masalah belajar siswa .
19
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Arnyana, 2006, Model- model Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Makalah yang
disampaikan dalam Lokakaraya Model-model pembelajaran Unit P3AI IKIP
Negeri Singaraja.
Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Dino Arman, 2002, Otomatisasi Siklus Akuntansi Dengan Microsoft Excel, Elex
Media Komputindo, Jakarta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Suatu
Pendekatan Teoritis Psiologis (Edisi Revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta. -------, dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Jakarta:
Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. -------, 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:
PT Refika Aditama.
Menteri Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi
Akademik Dan Kompetensi Guru Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
Jakarta: tersedia dalam http:// hukum.
unsrat.ac.id/men/mendiknas_16_2007.pdf. diunduh pada tanggal 19 November
2012. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
-------, 2007. Menjadi Guru Profesional. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muslich, Masnus. 2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
23
Lampiran 2. Contoh Proposal PTK Peserta
PROPOSAL PTK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) KELAS VI DI SD NEGERI 4
BUNUTAN TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016
OLEH :
NAMA : I Made Putu Suyasa,S.PD.SD
NIP : 19830715 200604 1 014
JABATAN : Guru Kelas VI
SEKOLAH : SD Negeri 4 Bunutan
KECAMATAN : Abang
KABUPATEN : Karangasem
24
PROPOSAL PTK
A. JUDUL:
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL KELAS VI DI SD NEGERI 4 BUNUTAN TAHUN PELAJARAN
2015 / 2016
B. MATA PELAJARAN
IPS KELAS VI
C. BIDANG KAJIAN
PEMBELAJARAN DI KELAS DAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR
D. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dunia pendidikan di zaman sekarang ini sangat disoroti oleh banyak kalangan,
karena mutu pendidikan di Indonesia bila dilihat dari kelulusan sangat rendah.
Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan diantaranya:
kurikulum, fasilitas sekolah, model pembelajaran, sarana dan prasarana pendidikan,
siswa, lingkungan dan lain sebagainya.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan sekarang ini sudah ada pembaharuan
dibidang pendidikan seperti: melengkapi sarana dan prasarana pendidikan,
meningkatkan mutu guru dengan meminimalkan lulusan S-1 di pendidikan dasar agar
nantinya guru diharapkan mampu memperbaiki mutu pendidikan. Di samping itu
pemerintah sekarang ini telah melakukan revisi-revisi kurikulum menjadi kurikulum
2004 yang dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dimana pada
kurikulum 2004 menekankan pada evaluasi proses sehingga anak mengikuti
pembelajaran secara aktif yang mengacu pada pembelajaran PAKEM (pembelajaran
aktif, kreatif, efekti dan menyenanggkan). Dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
ditekankan lagi oleh pemerintah menjadi kurikulum tingkat satuan pendidik (KTSP)
25
itulah kebijakan pemerintah yang sudah dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia.
pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian
rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang
bersifat internal. (Gagne & Briggs. 2009)
Pengetahuan sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep yang berhubungan dengan isu sosial dan
kewarganegaraan. Siswa beranggapan kalau pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS)
adalah pelajaran yang memerlukan daya ingat yang kuat.
Berdasarkan wawancara kepada guru mata pelajaran IPS dikatakan suatu
kendala yang sering ditemui ataupun dihadapi guru dalam mengajar IPS adalah
sulitnya menerapkan model pembelajaran yang cocok untuk digunakan atau
diterapkan. Walaupun materi pelajaran bisa dijelaskan dengan baik oleh guru
bersangkutan tetapi siswa tidak bisa mengerti dan siswa akan merasa bosan, jenuh dan
tidak tertarik mengikuti pembelajaran. Selain itu pembelajaran masih bersifat
tradisional yaitu pelajaran yang berpusat pada guru sehingga mengakibatkan terjadi
banyak kesulitan yang dihadapi siswa didalam menjawab soal-soal baik dalam
keseharian ataupun dalam ulangan.
Dari data tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hasil belajar
IPS pada siswa Kelas VI di SD Negeri 4 Bunutan perlu ditingkatkan. Berdasarkan
hasil temuan, maka peneliti mengadakan suatu diskusi dengan penyelenggara
pembelajaran yaitu guru mata pelajaran, kepala sekolah, dan wali kelas yang memiliki
peran penting guna meningkatkan hasil belajar dengan memberikan suatu gambaran
mengenai model-model yang tepat digunakan dalam pembelajaran IPS. Adapun model
yang bisa dijadikan gambaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
tipe STAD.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu model
pembelajaran yang cocok diterapkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa
khususnya pada pelajaran IPS. Dimana model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
merupakan pendekatan pengajaran melalui penggunaan atau pelibatan siswa dengan
26
membentuk kelompok-kelompok kecil untuk menjalin suatu kerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas bahwa model pembelajaran
memiliki pengaruh pada hasil belajar siswa, dan di dalam pembelajaran siswa akan
lebih tertarik dalam belajar. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mencoba
melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VI di SD Negeri 4
Bunutan”.
2. IDENTIFIKASI MASALAH
Keaktifan belajar yang rendah merupakan cerminan dari hambatan yang
muncul dalam kegiatan proses pembelajaran, hambatan dalam kegiatan proses
pembelajaran dapat terjadi pada berbagai aspek. Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah dikemukakan, maka terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya
keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPS yang dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
1) Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri para siswa yang meliputi
sikap terhadap bahan ajar, motivasi belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan,
kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, rasa percaya diri, intelegensi dan
keberhasilan belajar, kebiasaan belajar, cita-cita siswa, menurunnya motivasi atau
dorongan yang berasal dari diri siswa yang dapat mempengaruhi disiplin belajar
siswa baik disekolah maupun di rumah, kebiasaan belajar siswa yang kurang
sistematis sehingga materi pembelajaran tidak dapat dipahami dan kurang
dimengerti, ini menimbulkan peluang bagi siswa untuk lebih senang bermain-main
dibandingkan membaca buku pelajaran dan mengikuti KBM dengan baik.
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri para siswa yang meliputi:
guru, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial
siswa dan sekolah, lingkungan dan iklim sekolah yang berada di pusat kota yang
mengakibatkan suasana menjadi bising dan KBM menjadi terganggu.
Comment [VAC1]: Dapat dimasukkan kedalam pendahuluan saja
27
3. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti akan membatasi dan
memfokuskan penelitian ini hanya pada “ hasil belajar materi Perkembangan Sistem
Administrasi Wilayah Indonesia siswa Kelas VI semester Ganjil di SD Negeri 4
Bunutan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw”.
4. RUMUSAN MASALAH
Mengacu dari latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat dikaji
dalam penelitian ini adalah
1. apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar pada materi Perkembangan Sistem Administrasi
Wilayah Indonesia siswa Kelas VI di SD Negeri 4 Bunutan
2. Bagaimana tanggapan siswa Kelas VI SD Negeri 4 Bunutan terhadap
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?
5. TUJUAN PENELITIAN
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah
1. untuk meningkatkan hasil belajar pada materi Perkembangan Sistem
Administrasi Wilayah Indonesia siswa Kelas VI di SD Negeri 4 Bunutan
setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Mendeskripsikan tanggapan siswa Kelas VI SD Negeri 4 Bunutan
terhadap model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
6. MAMFAAT PENELITIAN
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya
peningkatan keaktifan belajar pada seluruh mata pelajaran pada umumnya dan mampu
memberikan kontribusi yang besar terhadap perubahan keaktifan belajar siswa
khususnya mata pelajaran IPS. Selain itu diharapkan penelitian ini mempunyai
mamfaat, baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembacanya, begitu pula dalam
penelitian ini kiranya dapat memberikan mamfaat baik secara teoritis maupun praktis.
Adapun mamfaat yang diambil bagi penulis ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Comment [VAC2]: Tidak perlu
Comment [VAC3]: Tidak perlu, tujuan penelitian mengacu pada rumusan masalah
28
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi pengembangan model
pembelajaran khususnya mata pelajaran IPS. Memperkaya pengalaman guru
dalam mempraktekkan model pebelajaran yang didapat dari teori – teori ahli
khususnya terkait teori model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Serta dengan
pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diharapkan
menambah wawasan pengetahuan guru, sebagai bahan untuk memperluas
penelitian dalam mempersiapkan diri sebagai tenaga pendidik profesional.
2. Manfaat Praktis
2.1 Bagi Dunia pendidikan
Dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
akan dapat memberikan kontribusi atau nilai tambahan dalam upaya
pengembangan model pembelajaran pada mata pelajaran IPS.
2.2 Bagi Siswa
Untuk mengetahui keaktifan siswa selama penerapan pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Dalam
Pembelajaran IPS Kelas VI SD Negeri 4 Bunutan
2.3 Bagi Guru
1. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Dalam Pembelajaran IPS Kelas VI SD Negeri 4 Bunutan
2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Dan
Model Diskusi Kelas Dalam Pembelajaran IPS Kelas VI SD
Negeri 4 Bunutan
3. Penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan diskusi
Kelas ini akan mempermudah para guru dalam mengaktifkan
pembelajaran di Kelas .
E. KAJIAN PUSTAKA
1. Definisi Pembelajaran
Comment [VAC4]: Tambahkan kajian pustaka mengenai hasil belajar
29
Secara etimologis pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris yaitu dari kata instruction. Dalam kamus Bahasa Indonesia
pembelajaran menekankan pada proses, cara, perbuatan menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar. Menurut Gagne (dalam Sukadi dkk, 2007:83),
pembelajaran adalah upaya yang dapat dilakukan seseorang untuk tujuan
membelajarkan orang lain. Dalam hal ini pembelajaran tidaklah sama
dengan mengajar, karena dalam pembelajaran terutama dimaksudkan
sebagai memfasilitasi agar orang dapat belajar.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan
ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.
Sedangkan menurut Winartapura (dalam Nining Syahfitri: 2011)
pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi dan
memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri
peserta didik. Lebih lanjut ia ungkapkan bahwa pembelajaran merupakan
upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi dan
meningkatkan proses belajar.
Pembelajaran dalam konteks pendidikan formal terumuskan dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional bahwa
Pembelajaran adalah proses interaksi antara Guru dan Peserta Didik dengan
Sumber Belajar pada suatu Lingkungan Belajar.
Dalam konsep tersebut terkandung lima unsur utama yakni,
1 Interaksi yang mengandung arti pengaruh timbal balik; saling
mempengaruhi satu sama lain.
30
2 Peserta Didik sebagai anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
3 Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur,
fasilitator dan sebutan lain sesuai kekhususannya, serta berpartisipasi
aktif dalam menyelenggarakan pendidikan.
4 Sumber Belajar segala sesuatu yang dapat digunakan oleh peserta
didik dan pendidik dalam proses belajar dan pembelajaran, berupa
sumber belajaa tertulis/cetakan, terekam, tersiar, jaringan, dan
lingkungan (alam sosial, budaya dan spritual).
5 Lingkungan Belajar adalah lingkungan yang menjadi latar terjadinya
proses belajar seperti di kelas, perpustakaan, sekolah, tempat kursus,
warnet, keluarga, masyarakat dan alam semesta.
Dari pengertian pembelajaran tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah proses atau kegiatan yang dirancang dengan sengaja
oleh guru untuk terjadinya interaksi yang menyenangkan dalam proses
belajar melalui interigritas dan optimalisasi sumber daya yang sistemik
(materi, metode, media, kegiatan dan evaluasi) sehingga peserta didik lebih
paham dan aktif dalan meningkatkan cara, gairah dan hasil belajarnya.
Karena itu pembelajaran harus menghasilkan belajar meskipun tidak semua
proses belajar terjadi karena pembelajaran. Proses belajar terjadi juga
dalam konteks interaksi sosial-kultural dalam lingkungan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat mengetahui ada beberapa ciri-ciri
dalam pembelajaran :
1. Inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar
2. Adanya interaksi yang sengaja diprogram
3. Adanya kompenen yang saling berkaitan (tujuan, materi, kegiatan
dan evaluasi)
4. Adanya intensistas dan peningkatan hasil belajar
2. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
31
Joice dan Weil (dalam Moedjiono dan Dimyati, 1993:109) berpendapat
bahwa model pengajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (suatu rencana pengajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pengajaran, dan membimbing di kelas”.
Jadi Joice dan Weil menekankan model pengajaran merupakan suatu
rencana untuk merancang proses pembelajaran dalam suatu kelas tertentu.
Corey mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut
serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap
situasi tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran
adalah kata benda yang diartikan sebagai “proses, cara, menjadi orang atau
makhluk hidup belajar” (dalam Nyimas Aisyah, dkk.2008:1.3).
Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model
pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sengaja dirancang secara
sistematis sebagai pengorganisasian pengetahuan atau bahan pelajaran baru
untuk membelajarkan pembelajar dalam suatu kelas tertentu.
Cooperatif learning merupakan strategi pembelajaran yang
menitikberatkan dengan pengelompokan siswa dengan kemampuan
akademik yang berbeda dengan kelompok-kelompok kecil”. Saptono
menekankan pada pembelajaran kelompok kecil yang berbeda kemampuan
akademiknya.
Menurut Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi, dkk. 2004:61)
menyatakan, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara
sadar dan sistematis mengembangkan interaksi silih asah, silih asih, dan
silih asuh sebagai latihan dalam masyarakat nyata. Berdasarkan pendapat
tersebut, siswa diajarkan untuk mengembangkan keterampilan sosialnya
sebagai latihan di dalam masyarakat nyata.
Holubec (dalam Nurhadi, 2004:60) berpendapat bahwa pengajaran
kooperatif memerlukan pendekatan pengajaran untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Holubec
menekankan perlunya strategi dalam proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan belajar.
32
Jadi pada dasarnya model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang secara sadar dan sistematis untuk mengembangkan kemampuan sosial
siswa dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk
memaksimalkan kondisi belajar dan hasil belajar sebagai tujuan dari
pembelajaran.
Terdapat 4 unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut
Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi,2004:61-62) antara lain: (1)
saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas,
dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau
keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.
Keempat unsur dasar pembelajaran kooperatif tersebut di atas dapat
dijelaskan secara sederhana sebagai berikut.
1. Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi yang
memungkinkan sesama siswa saling memberi motivasi untuk meraih
hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui:
(1) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (2) saling ketergantungan
dalam menyelesaikan tugas, (3) saling ketergantungan bahan atau
sumber, (4) saling ketergantungan peran, dan (5) saling ketergantungan
hadiah.
2. Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling
bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog antara siswa dan
juga guru sebagai sumber belajar agar lebih bervariasi.
3. Akuntabilitas individu berarti pembelajaran kooperatif yang
menampilkan kerja kelompok tetapi penilaian ditujukan untuk
mengetahui penguasaan materi secara individu. Nilai kelompok
didasarkan atas nilai rata-rata penguasaan semua anggota kelompok
secara individu.
4. keterampilan hubungan antara pribadi, maksudnya adalah dalam
pembelajaran kooperatif siswa sengaja diajarkan keterampilan sosial
yang bermanfaat bagi siswa untuk menjalin hubungan pribadi.
33
Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif (Muslimin Ibrahim,
2001:6) yaitu: (1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya, (2) kelompok dibentuk dari siswa yang
memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (3) bila mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda, dan
(4) penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Berdasarkan unsur-unsur dasar dan ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif,
maka dapat disimpulkan tujuan dari pembelajaran kooperatif yaitu hasil
belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial.
Menurut Muslimin, dkk. (2001:10-11) terdapat enam tahap dalam pembelajaran
kooperatif, dimulai dari guru menyampaikan tujuan pembelajaran hingga memberikan
penghargaan.
Tabel 01. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Fase Aktivitas Guru
Fase-1
Menyampaiakan tujuan dan
memotivasi siswa.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai dan memotivasi siswa
belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efesien.
Fase-4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas.
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
34
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok.
3. Kooperatif Tipe Jigsaw
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dapat saling berinteraksi dan saling
memunculkan strategi-strategi memecahkan masalah yang efektif.
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok biasa, karena pada
pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri
tetapi juga bertanggung jawab pada kelompok. Pembelajaran kooperatif
memberi lingkungan belajar dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil
yang kemampuannya berbeda (heterogen) di dalam menyelesaikan tugas-tugas
akademik.
Dalam penelitian ini difokuskan pada penggunaan Kooperatif tipe Jigsaw
karena pembelajaran IPS menuntut agar siswa dapat saling bersosialisi dengan
siswa lainnya, saling bertukar pendapat dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi.
“Kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson’ S. Kooperatif
Jigsaw ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain”
(Ratunamen,2002:120). Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa tidak
hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengerjakan materi tersebut dengan anggota kelompoknya.
Sehingga siswa saling tergantung satu dengan yang lainnya dan harus bekerja
sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Pembelajaran model Jigsaw merupakan pendekatan pengajaran melalui
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan
kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Pada model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Dalam
penggunaan kooperatif tipe Jigsaw ini, dibentuk kelompok yang heterogen
beranggotakan 8 sampai 9 siswa. Para anggota dari kelompok yang berbeda
dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (antar ahli), saling membantu
satu dengan yang lainnya untuk mempelajari topik yang diberikan. Kemudian
35
A B C D
E F G H
X X X
A B I J Q
R
Y Z
X X
siswa-siswa tersebut kembali kepada kelompok masing-masing (kelompok
asal) untuk menjelaskan kepada teman-teman satu kelompok apa yang telah
dipelajarinya
Arendes (1997) (dalam Ratunaman, 2002:121) menggambarkan
hubungan antar kelompok ini sebagai berikut.
Gambar 2.1 Ilustrasi Pengelompokan Tipe Jigsaw
Keterangan:
Masing-masing anggota yang ditunjuk mewakili kelompok asalnya, bertemu
dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi tertentu yang ditugaskan
untuk berdiskusi dan membahas Materi tertentu yang ditugaskan untuk dipelajari.
Setelah pembahas selesai, setiap siswa tersebut kembali kepada kelompok asalnya
Y Z A1 B1
C1
D1 E1 F1
G1
X X X
I J K L
M N O P
X X X
Q R S T U V W X
X X X
36
masing-masing dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah
mereka bahas pada kelompok ahli.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan tahap-tahap pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dibambarkan sebagai berikut.
Pembentukan kelompok
Wakil kelompok
Wakil setiap kelompok bergabung
dalam kelompok ahli
Diskusi dan pembahasan materi di
kelompok ahli
Wakil setiap kelompok
menjelaskan materi pada
kelompoknya
Penghargaan kelompok
Gambar 2.2 Tahap pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
37
Dari paparan di atas dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran atau
sintaks pembelajaran dengan Kooperatif Tipe Jigsaw, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 0.2 Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
NO KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
1. Membagi siswa ke dalam kelompok
kooperatif
Membuat kelompok-kelompok
belajar dengan jumlah anggota 8
- 9 orang
2. Memberi tugas kepada siswa untuk
mengerjakan permasalahan yang
sudah tersedia kepada masing-masing
anggota kelompok dengan topik yang
berbeda
Memahami tugas yang diberikan
oleh guru sesuai topik yang
didapat
3. Menyuruh siswa agar masing-masing
anggota kelompok yang topik yang
sama untuk bergabung ke kelompok
ahli
Siswa yang memiliki topik yang
sama bergabung di kelompok
ahli untuk mendiskusikan
permasalahan yang diberikan
4. Membimbing siswa dalam diskusi
kelompok
Memecahkan permasalahan yang
ada dengan mendiskusikan
permasalahan yang ada dalam
kelompok ahli
5. Menyuruh siswa untuk kembali
kekelompok asal
Kembali kekelompok asal serta
saling menjelaskan hasil diskusi
di kelompok ahli
6. Mengarahkan agar siswa melakukan
presentasi berdasarkan kesimpulan
kelompok
Menyampaikan hasil diskusi
kelompok
7. Memberikan penguatan atau
penghargaan kepada masing-masing
kelompok
Melakukan refleksi dari apa yang
sudah diperoleh
4. Hakekat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
38
Pengembangan bahan kajian dalam penyusunan kurikulum untuk mata
pelajaran IPS, berdasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ada, keterkaitan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi, dengan
perubahan-perubahan sosial budaya. Sehubungan dengan itu, ciri khas
kurikulum khususnya mata pelajaran IPS adalah memiliki keluwesan dalam
pengembangan materi pelajaran dan pengaturan waktu. Keadaan ini
memungkinkan para pengajar untuk mengembangkan bahan kajian tertentu
dengan memasukkan peristiwa-peristiwa yang tengah berlangsung yang
berkaitan dengan lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintah,
tanpa mengurangi tuntutan sasaran pembelajaran sebagaimana dipersyaratkan
oleh kurikulum dapat tercapai dan siswapun dapat memiliki wawasan yang
lebih luas lagi tentang peristiwa yang terjadi, serta mampu memahami kaitan
antara masa lampau, sekarang, dan masa yang akan datang.
Pengetahuan sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep yang berhubungan dengan isu-isu sosial
dan kewarganegaraan. Ilmu pengetahuan sosial juga diartikan sebagai bidang
studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah
sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu,
sedangkan ilmu sosial merupakan bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia
dalam konteks sosialnya atau semua bidang ilmu yang mempelajari manusia
sebagai anggota masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan
Sosial adalah mata pelajaran yang membahas atau mempelajari kehidupan
sosial yang ada di masyarakat.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD bertujuan agar siswa mampu
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi
dirinya dalam kehidupan sehari-hari serta mampu mengembangkan pemahaman
tentang perkembangan masyarakat sejak masa lalu hingga masa kini sehingga
siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air.
Pengembangan keterampilan dasar yang dimiliki oleh siswa akan
mendorong potensi belajar siswa secara optimal melalui kegiatan belajar yang
aktif. Untuk itu sasaran yang ingin dicapai mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar
39
meliputi semua aspek tingkah laku siswa yaitu aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik.
Aspek kognitif siswa yang dibina melalui mata pelajaran IPS adalah
keterampilan yang berkaitan dengan proses berpikir siswa melalui kegiatan-
kegiatan yang tampak antara lain menyebutkan, mengumpulkan,
membandingkan, menunjukkan, memahami, membedakan serta meafsirkan.
Dengan demikian maka sasaran pelajaran IPS ialah melatih siswa agar berpikir
logis melalui tahap-tahap yang sistematis dalam suatu proses yang terpadu,
sehingga keterampilan tersebut digunakan siswa dalam kehidupan pribadi
maupun masyarakat.
Aspek afektif yang dibina melalui pelajaran IPS mencangkup
pengembangan nilai seperti membangkitkan kesadaran siswa terhadap
lingkungan, rasa bangga dan kecintaan terhadap tanah air dan bangsa serta
berperilaku sebagai anggota masyarakat.
Aspek psikomotorik yang dikembangkan melalui pelajaran IPS antara lain
berbuat, berlatih, menggambar, membuat model, peta, dan lain-lain (Depdikbud
1996/1997:58)..
F. KERANGKA BERPIKIR
Terkait dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang pada dasarnya
pelajaran yang memerlukan daya ingat yang kuat karena pelajaran IPS mesti
dihapal, sehingga hasil belajar siswa menjadi kurang maksimal. Buktinya,
berdasarkan hasil observasi pada proses pembelajaran IPS di Kelas VI SD Negeri 4
Bunutan diperoleh bahwa model pembelajaran yang digunakan cenderung masih
bersifat tradisional yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran
yang berorientasi pada pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang
beranggotakan 8 sampai 9 orang siswa. Dalam pembelajaran kooperatif nantinya
akan dapat saling bertukar pendapat, melalui argumen-argumen yang dikemukakan
oleh masing-masing individu. Sedangkan pembelajaran yang masih tradisional atau
konvensional tidak ada pengelompokan siswa secara kooperatif sehingga hasil
Comment [VAC5]: Sebelum kerangka berpikir, tambahkan sub bab penelitian terdahulu, kemudian kaitkan dengan kerangka berpikir dengan kondisi di lapangan, teori, dan penelitian terdahulu
40
belajar siswa cenderung rendah dibanding dengan hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Maka dari itu, Guru menduga bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw tepat ataupun cocok digunakan untuk meningkatkan hasil belajar pada
materi Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia
G. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikiran di atas maka berikut ini dapat
diajukan hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut. “Jika penerapan model
pembelajaran kooperati tipe Jigsaw dapat diterapkan dengan baik maka dapat
diduga hasil belajar pada materi Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah
Indonesia di Kelas VI di SD Negeri 4 Bunutan dapat meningkat”.
H. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research)
yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki pembelajaran di sekolah
pada umumnya dan di kelas pada khususnya. Penelitian ini juga termasuk
penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran
diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan
penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai peneliti; (b)
penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi sosial
eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,
penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian
tindakan ini adalah untuk meningkatkan keaktifan siswa di kelas dimana guru
secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran
peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,
sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan
data yang subjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
Comment [VAC6]: Dimasukkan ke dalam rancangan penelitian saja
Comment [VAC7]: Tidak perlu
41
1. Tempat, waktu dan subjek penelitian
a. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat
di Kelas VI SD Negeri 4 Bunutan pada Tahun Pelajaran 2015/2016.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan
yaitu mulai bulan Agustus 2015 sampai dengan November 2015
c. Subjek Penelitian
Dalam penelitian yang akan dilakukan, maka peneliti mengambil
sebuah subjek penelitian di SD Negeri 4 Bunutan yang melibatkan para
siswa Kelas VI dengan jumlah 33 orang yang terdiri atas 20 laki-laki dan 13
perempuan
2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah
suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan
untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut
dilakukan (dalam Mukhlis, 2000:3). Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus,
tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum
memenuhi target penelitian. Akhir dari siklus I ditandai dengan pelaksanaan
ulangan harian begitu juga dengan siklus II dan siklus selanjutnya bila belum
memenuhi target penelitian.
Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Rencana II
Refleksi Awal
Siklus I Siklus II
42
Gambar : 3.1 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
(Kasihani, 2007)
Menurut Kasihani rancangan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut.
1.2. Rencana Tindakan
Adalah perencanaan yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan
proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan tindakan ini
adalah: (1) menyiapkan materi yang akan diajarkan, (2) menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan model dan materi pembelajaran,
(3) menyiapkan media pembelajaran, (4) menyiapkan instrumen penilaian.
2.2 Pelaksanaan
Adalah upaya yang dilakukan oleh guru atau peniliti untuk melakukan
perbaikan atau peningkatan yang diinginkan. Kegiatan yang dilakukan pada
rancangan pelaksanaan adalah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan.
2.3 Evaluasi atau Observasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran, adapu kegiatan
dalam rancangan evaluasi adalah penilaian terhadap tugas kelompok dan penilaian
terhadap hasil ulangan harian. Observasi dilakukan untuk mengetahui guru dan
siswa dalam proses pembelajaran, kegiatan yang dilakukan dalan rancangan ini
adalah mengobservasi guru dalam membuka pelajaran, menyampaikan materi dan
menutup pelajaran, dan mengobservasi siswa dalam kerja kelompok.
2.4 Refleksi
43
Refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji, dan mempertimbangkan dampak
tindakan yang telah diberikan. Kegiatan yang dilakukan dalam rancangan refleksi
ini adalah peneliti mengkaji dan merenungkan hasil penelitian terhadap
pelaksanaan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan, akan dicari
pemecahan masalahnya untuk direncanakan tindakan pada siklus selanjutnya.
3. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode dan instrumen pengumpulan
data yaitu dengan menggunakan metode tes, dan instrumen pengumpulan datanya
berupa soal-soal tes. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam metode ini
berupa soal-soal latihan untuk mengukur hasil belajar setelah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus statistik
deskriptif. Statistik deskriptif adalah “bagian dari statistik yang mempelajari cara
pengumpulan dan penyajian data sehingga mudah dipahami” (Iqbal Hasan, 2008:6).
Rumus yang digunakan dalam analisis statistik deskriptif yakni sebagai berikut.
4.1 Menentukan Hasil Belajar atau Ketuntasan Individual Siswa Analisis hasil
belajar siswa atau ketuntasan individual menggunakan rumus sebagai berikut:
SHT
NA = x 100 %
SMI
Keterangan :
NA = Rata-rata Skor Siswa
SHT = Skor Hasil Tes
SMI = Skor Maksimal Ideal
4.2 Menentukan Tingkat Ketuntasan Siswa
Tingkat ketuntasan belajar (KB) menggunakan rumus sebagai berikut.
Jumlah siswa tuntas
KB = x 100%
Comment [VAC8]: Apakah tes dibuat oleh peneliti? Apabila iya, maka perlu diuju validitas dan reliabilitasnya
Comment [VAC9]: Perbaiki sturtur kalimat
44
Jumlah siswa keseluruhan
Keterangan :
KB = Ketuntasan belajar
4.3 Menentukan Keberhasilan Siswa
Untuk menentukan keberhasilan siswa, maka dilakukan penskoran dan
penentuan standar keberhasilan belajar. Sistem penilaian dalam penelitian ini
berpedoman pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kelas VI di SD Negeri 4
Bunutan yaitu kreteria ketuntasan secara individual minimal 69 . Apabila
indikator keberhasilan pada pencapaian penguasaan materi sudah tercapai maka
penelitian dihentikan dan akan dijadikan simpulan dan pembahasan bahwa siklus
tersebut telah tercapai.
I. JADWAL PENELITIAN
Perencanaan penelitian ini disesuaikan dengan jadwal sebagai berikut:
No Kegiatan Bulan Ke
I II III IV
1 Perencanaan X
2 Pelaksanaan Siklus I X X
3 Refleksi Siklus I X
4 Sosialisasi hasil Siklus I X
5 Perencanaan Siklus II X
6 Pelaksanaan Siklus II X
7 Refleksi Siklus II X
8 Sosialisasi Hasil Siklus II X
9 Laporan Akhir X
DAFTAR PUSTAKA
45
Ahmadi, Abu & Triprasetya.1991. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka
Setiya.
Aisyah, Nyimas, dkk. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Arendes.1997. Pengertian Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Depdikbud. 1996. Petunjuk Kegiatan Belajar Mengajaar Sekolah Dasar. Jakarta:
Derektorat Pendidikan dan Kebudayaan.
Gagne & Briggs. 2009. Pengertian Pembelajaran.
Hasan, M. Iqbal. 2008. Pokok-pokok Materi Statistik 1 (statistik deskripsi). Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Moedjiono, & Moh. Dimyati. 1992. Stratege Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud
Derektorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan.
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Dontekstua dan Penerapan dalam KBK. Surabaya:
Universita Negeri Malang.
Nurkancana, Wayan & PPN. Sunartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Ratunamen, Tanwey Gerson. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa
Universty.
Rusyan, Tabrani. 1993.Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bina Budaya.
Saptono. 2009. Pengertian Pembelajaran Kooperatif.
Sedarmayanti, Hj & Hidayat Syarifudin. 2002. Metodologi Pendiidkan. Bandung:
Mandar Maju.
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Suryabrata, Soemadi. 1983. Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Suryanto, Kasihani K. E. 2007.Penelitian Tindakan Kelas: