jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509c... · web viewgandrung pada...

27
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM TARI GANDRUNG DAN UPAYA PELESTARIANNYA DI DESA KEMIREN, KECAMATAN GLAGAH, KABUPATEN BANYUWANGI ARTIKEL OLEH ALFIA PUJI YUANITA NIM. 106811402020 UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Upload: phungdiep

Post on 20-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509C... · Web viewGandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM TARI GANDRUNG DAN UPAYA PELESTARIANNYA DI DESA KEMIREN,

KECAMATAN GLAGAH, KABUPATEN BANYUWANGI

ARTIKEL

OLEH

ALFIA PUJI YUANITA

NIM. 106811402020

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAANPRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

AGUSTUS 2010

Page 2: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509C... · Web viewGandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan

Nilai-Nilai Kearifan Lokal yang Terkandung dalam Tari Gandrung dan Upaya Pelestariannya di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi

Alfia Puji Yuanita *

Abstrak: Tari Gandrung merupakan salah satu seni tari tradisional yang berada di kabupaten Banyuwangi, sehingga disebut dengan Gandrung Banyuwangi. Tari Gandrung Banyuwangi dalam pementasannya ada tiga bagian, yaitu jejer Gandrung, ngrepen atau repenan, paju atau maju Gandrung, dan seblang-seblangan. Tarian ini dipentaskan dalam berbagai acara seperti, khitanan, pernikahan, event pariwisata dan dalam rangka memperingati hari jadi kota kabupaten Banyuwangi, dan dijadikan muatan lokal untuk tingkat sekolah. Kearifan lokal adalah nilai yang dianggap baik dan benar oleh masyarakat sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama. Nilai kearifan lokal yang terkandung dalam tari Gandrung yaitu nilai perjuangan, keindahan, pandangan hidup, simbolis, budaya dan tanggung jawab. Upaya melestarikan budaya tari Gandrung agar tidak punah yaitu dengan cara pelatihan-pelatihan secara menyeluruh di sekolah-sekolah dan sanggar-sanggar yang ada di desa Kemiren bahkan mulai dari taman kanan-kanak, SD sampai SMA. Dinas pariwisata dan kebudayaan kabupaten Banyuwangi juga mempunyai program dalam melestarikan tarian Gandrung, yaitu dengan cara aktualisasi yang dilakukan dalam 1 bulan sekali dan pelaksanaannya pada waktu padang bulan, artinya tarian tersebut dipertunjukkan kembali supaya tetap terjaga kelestariannya.Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan asal-usul tari Gandrung, (2) mendeskripsikan wujud / bentuk dalam gerakan tari Gandrung, (3)mendeskripsikan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam tari Gandrung, (4) mendeskripsikan persepsi masyarakat terhadap tari Gandrung, dan (5) mendeskripsikan upaya melestarikan tari Gandrung.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Untuk mencapai tujuan tersebut, data dikumpulkan dengan cara observasi partisipatif, studi dokumentasi serta wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Penelitian dilakukan di desa Kemiren, kecamatan Glagah, kabupaten Banyuwangi dengan obyek penelitian adalah masyarakat desa Kemiren, penari Gandrung, perangkat desa Kemiren dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi. Dari hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa, asal-usul tari Gandrung yaitu pada masa gerilya Blambangan dalam melawan penjajahan pemerintahan Belanda, Gandrung dilakukan oleh laki-laki yang bernama Marsan dan sekarang digantikan oleh perempuan yang bernama Temu. Bentuk gerakan dalam tari Gandrung yaitu jejer, ngrepen, maju Gandrung dan seblang-seblangan. Nilai kearifan lokal yang terkandung dalam tari Gandrung yaitu nilai perjuangan, keindahan, pandangan hidup, simbolis, budaya dan tanggung jawab. Persepsi masyarakat terhadap tari Gandrung yaitu dalam setiap gerakan dan lagu yang dibawakan oleh penari dapat menggugah semangat pejuang dalam melawan penjajah Belanda pada waktu pertempuran gerilya Blambangan. Upaya melestarikan tari Gandrung yaitu Pemerintah kabupaten Banyuwangi pun bahkan mulai mewajibkan setiap

Page 3: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509C... · Web viewGandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan

siswanya dari SD hingga SMA untuk mengikuti ekstrakurikuler kesenian Banyuwangi. Dinas pariwisata dan kebudayaan kabupaten Banyuwangi juga mempunyai program yaitu dengan cara aktualisasi yang dilakukan dalam 1 bulan sekali dan pelaksanaannya pada waktu padang bulan, artinya tarian tersebut dipertunjukkan kembali supaya tetap terjaga kelestariannya. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut misalnya masyarakat lebih mengerti tentang kandungan makna yang terdapat dalam setiap budaya yang dimiliki oleh kabupaten Banyuwangi dan cara menjaga, melestarikan kebudayaan daerah secara berkelanjutan supaya tidak tergilas oleh arus globalisasi.

Kata Kunci: Nilai-nilai, Kearifan Lokal, Tari Gandrung

Secara geografis Indonesia merupakan Negara Kepulauan, terdiri dari ± 17

ribu pulau. Wilayah yang luas, ditambah lagi Indonesia mempunyai beraneka

ragam suku, bahasa dan kebudayaan daerah. Bangsa Indonesia mempunyai

semboyan yaitu ”Bhineka Tunggal Ika”, yang artinya berbeda-beda tetapi tetap

satu. Ungkapan ini mengekspresikan suatu keinginan kuat, tidak hanya untuk

kalangan politik tetapi juga kalangan berbagai lapisan penduduk untuk mencapai

kesatuan.

Dasar dan tujuan kebudayaan di Indonesia juga didasarkan pada UUD

1945 Pasal 32 Ayat 1, yang berbunyi ”Negara memajukan kebudayaan nasional

Indonesia yang di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan

masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”.

Artinya, nilai-nilai kebudayaan yang terkandung dalam setiap kebudayaan dari

masing-masing daerah harus dipelihara dan dikembangkan, supaya kebudayaan

yang dimiliki tidak pudar begitu saja. Adanya budaya asing yang masuk pada

negara Indonesia juga berpengaruh pada kemajuan kebudayaan daerah. Oleh

karena itu, penyaringan kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia penting

Page 4: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509C... · Web viewGandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan

dilakukan untuk menghindari ketimpangan budaya antara budaya asing dan

budaya daerah yang dimiliki dari masing-masing daerah.

Taylor (dalam Munandar, 1992: 10) menyatakan bahwa kebudayaan

ataupun yang disebut peradaban mengandung pengertian yang luas, meliputi

pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan,

kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan), dan pembawaan

lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat. Kata ”kebudayaan” berasal dari

bahasa Sanskerta budhayah, yaitu budhi yang berarti ”budi” atau ”akal”

(Koentjaraningrat: 1982: 182). Dengan demikian kebudayaan adalah keseluruhan

sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan

masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.

Kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan cara hidup manusia, yaitu

warisan sosial yang diperoleh seseorang dari kelompoknya atau kebudayaan bisa

dianggap sebagai lingkungan yang diciptakan manusia. Kebudayaan disebarkan

dengan melalui hubungan sosial, yaitu melalui komunikasi dan berangsur-angsur

membentuk suatu tradisi kelompok yang cara menyampaikannya melalui bahasa.

Kehidupan, atau mungkin bisa disebut sebagai living Culture, sudah

berkembang sedemikian rupa-makin kompleks dan majemuk. Konsekuensinya,

untuk mengapresiasi dan mengelola semua ini diperlukan pendekatan yang multi

dimensional. Kalau dilihat secara kritis ternyata perkembangan dalam living

Culture telah berubah sedemikian rupa secara radikal dan revolusioner.

Keterpelajaran budaya yang kreatif dan produktif seperti inilah harus mau

membiarkan diri terbuka untuk melakukan praktik-praktik budaya seperti:

menciptakan sesuatu yang dapat mewadahi imaginasi, melihat, mendengar,

Page 5: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509C... · Web viewGandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan

menyentuh, mencium, atau merasakan apa-apa yang diproduksi oleh orang /

masyarakat lain melalui hal-hal yang kongkrit maupun bentuk-bentuk simbolik,

untuk selanjutnya mengapresiasi dan mengevaluasinya sebagai pekerjaan reflektif

yang kritis. Karena hanya dengan kerja-kerja praktik dan reflektif (dalam arti

menempatkan dalam konteks pemaknaan secara proporsional dan kreatif) lah

keterpelajaran kultural akan senantiasa mengalami pengayaan.

Kebudayaan tradisional pada perkembangannya diera globalisasi ini seolah

dikalahkan oleh kemajuan teknologi yang dapat menghadirkan berbagai macam

corak kesenian, setidaknya hal itulah yang dirasakan masyarakat dimasa sekarang

ini. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut didukung pula oleh arus

globalisasi, yang seharusnya diimbangi dengan berkembangnya kebudayaan

kesenian asli sehingga dapat berjalan seiring dan ikut pula mewarnai masuknya

kebudayaan-kebudayaan asing yang tumbuh cukup subur di Indonesia, sejalan

dengan pembangunan dibidang kebudayaan. Walaupun teknologi diera globalisasi

ini merupakan faktor dominan dalam kultur kehidupan manusia masa kini dan

juga merupakan ketergantungan yang hebat, namun sebaliknya masyarakat harus

dapat mewarnai era globalisasi ini dengan dikembangkannya kebudayaan negeri

sendiri.

Tari Gandrung sebagai salah satu kesenian tradisional, mengandung nilai-

nilai kearifan lokal yang ada pada masyarakat desa Kemiren yang di antaranya

nilai tanggung jawab yang terletak pada sang penarinya itu sendiri. Sang penari

itu mempunyai tanggung jawab untuk membawakan tarian Gandrung dengan

sebaik-baiknya, dengan hati yang tulus tanpa adanya paksaan. Nilai keindahan

terletak pada gerakan yang dibawakan oleh sang penari membuat sang penari

Page 6: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509C... · Web viewGandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan

terlihat gemulai dan cantik (Ilham, dalam http:// gandrung-panggilan-jiwa-yang-

menari.htm). Gandrung, merupakan kesenian tradisional yang unik dan juga

merupakan salah satu kekayaan budaya yang seharusnya dapat mulai dilestarikan

mengingat keberadaannya yang semakin tenggelam dalam era globalisasi. Bukan

tidak mungkin dengan menghidupkan kesenian tari Gandrung, dapat menjadi ciri

khas daerah Banyuwangi dan dapat menjadi asset bagi daerah. Tari Gandrung

memiliki kekayaan yang tidak ternilai, yang diharapkan dapat menciptakan

keseimbangan dalam menghadapi persaingan yang jelas akan terjadi pada era

pasar perdagangan bebas.

Bentuk kesenian ini didominasi tarian dengan orkestrasi, yaitu seni olah

karya musik, sehingga dapat dimainkan oleh orkes, misalnya alat musik piano

yang diubah menjadi bentuk kesenian orkes. Tari Gandrung merupakan tarian

khas wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa. Tidak salah

jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan Gandrung. Dalam kenyataannya,

Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung. Dan patung penari Gandrung dapat

dijumpai diberbagai sudut wilayah Banyuwangi.

Hal ini menunjukkan bahwa seni tidak mungkin lepas dari peradaban

manusia, karena terciptanya suatu karya seni selalu berkaitan dengan dorongan

”rasa-pikiran-kehendak” (Fenanie: 2000: 128). Perkembangan karya seni ini akan

selalu mencerminkan pikiran, perilaku dan peradaban manusia pada saat karya

tercipta.

Peradaban itu juga tidak lepas dari gaya hidup, pandangan hidup, moral,

serta watak pada saat dimana dan kapan peradaban tersebut berlangsung. Itulah

sebabnya, karya seni mencerminkan suatu peradaban yang berlangsung pada saat

Page 7: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509C... · Web viewGandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan

karya seni tersebut diciptakan. Karena pada hakekatnya, karya seni merupakan

refleksi dari kehidupan dan peradaban manusia. Oleh karena itu, masyarakat desa

Kemiren ingin tetap melestarikan nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki selama

ini dan menjaganya agar pengaruh-pengaruh dari luar tidak menggeser kesenian

tradisional. Melalui kesenian tari Gandrung inilah masyarakat desa Kemiren

berusaha melestarikan nilai-nilai yang dimiliki selama ini.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti melakukan penelitian

yang berjudul ”Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Tari Gandrung dan Upaya

Pelestariannya di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi”.

METODE

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan

kualitatif ini mengarah pada penelitian yang bersifat natural fenomenologis

(alamiah) dan penelitian etnografi. Karena, pada awalnya digunakan untuk

penelitian bidang antropologi budaya. Penelitian ini dilakukan karena peneliti

ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang

bersifat deskriptif seperti pengertian tari Gandrung, kandungan-kandungan nilai

dalam tari gandrung, gambar-gambar, pelaksanaan tari gandrung, upaya

pelestariannya dan lain sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan, memaparkan atau menggambarkan tentang nilai-nilai kearifan

lokal dalam tari Gandrung dan upaya pelestariannya di Desa Kemiren, Kecamatan

Glagah, Kabupaten Banyuwangi.

Instrumen penelitian kualitatif adalah ”human instrument” atau manusia

sebagai informan maupun yang mencari data dan instrumen utama penelitian

kualitatif adalah peneliti itu sendiri sebagai ujung tombak pengumpul data

Page 8: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509C... · Web viewGandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan

(instrumen). Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan

sejumlah informasi yang dibutuhkan dengan terlebih dahulu sudah memiliki

beberapa pedoman yang akan dijadikan alat bantu untuk mengumpulkan data.

Pedoman tersebut dikembangkan dari kategori / sub kategori yang akan dicari data

lapangannya dengan menggunakan teknik yang tepat. Teknik yang digunakan

dapat berupa kegiatan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Suatu penelitian harus mengandung nilai terpercaya dan peneliti harus

mampu mempertanggungjawabkan penelitiannya dan meyakinkan kepada

khalayak bahwa kebenaran hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan.

Mempertanggungjawabkan keabsahan suatu penelitian dapat ditelusuri dari cara-

cara memperoleh kepercayaan akan kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas

dan conformabilitas.

HASIL

Pada saat gerilya Blambangan melawan penjajahan Belanda, Gandrung

dimainkan oleh seorang laki-laki yang bernama Marsan. Pementasan kesenian

Gandrung pada masa itu biasanya dilakukan pada waktu malam hari, terutama

pada bulan purnama di halaman terbuka. Gandrung pada masa pemerintahan

Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan tari Gandrung

inilah akhirmya masyarakat Blambangan terbebas dari penjajahan Belanda.

Gandrung sering dipertunjukkan dalam acara pernikahan, khitanan, petik laut, dan

acara lainnya. Seiring dengan perkembangan zaman, Gandrung laki-laki

digantikan oleh perempuan karena dalam ajaran Islam telah diajarkan, bahwa

seorang laki-laki dilarang memakai perhiasan dan berpenampilan sebagai wanita.

Page 9: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509C... · Web viewGandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan

Kesenian tari Gandrung ini sering diadakan pada acara khitanan, pernikahan,

pethik laut, dan acara-acara lainnya. Pementasannya diselenggarakan pada malam

hari mulai dari jam 21.00 sampai jam 04.00 pagi. Kadang-kadang juga pada siang

hari menyesuaikan dengan kebutuhan suatu acara tertentu. Adapun wujud atau

bentuk gerakan dalam tari Gandrung yang dibawakan dalam pementasan semalam

suntuk yaitu topengan, jejer Gandrung, ngrepen, dan maju Gandrung. Suatu

kebudayaan akan melahirkan sebuah kesenian. Kebudayaan itu diambil dari nilai-

nilai yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini kesenian tari Gandrung banyak

mengandung nilai-nilai kearifan lokal seperti nilai keindahan, nilai tanggung

jawab, nilai pandangan hidup, nilai perjuangan dan nilai simbolis. Persepsi

masyarakat terhadap gerakan dan lagu dalam tari Gandrung yaitu kesenian

Gandrung mampu menjadi maskot kota Banyuwangi. Hal itu terbukti orang-orang

menyebut kota ini sebagai Gandrung Banyuwangi dan patung penari Gandrung

yang terpampang sebelum masuk wilayah Banyuwangi. Setiap gerakan dan lagu

yang dibawakan mengandung suatu makna yang artinya dapat menggugah

semangat pejuang dalam melawan penjajah Belanda. Gerakan Nglayung adalah

gerakan penutup kepada penonton, kedua tangan di atas kepala sambil

menggeleng-gelengkan kepala. Tarian ini merupakan simbol berterima kasih

kepada Dewi Sri yang telah memberikan kemakmuran pada masyarakat desa

Kemiren. Selain itu, gending podo nonton dan seblang lukito yang di dalamnya

mengandung makna perjuangan yang digunakan sebagai sandi untuk mengelabuhi

Belanda. Cara melestarikan tari Gandrung, yaitu Pemerintah kabupaten

Banyuwangi pun tidak tinggal diam dalam melestarikan kebudayaan daerah

khususnya tari Gandrung ini, hal ini terbukti dengan adanya berbagai pelatihan-

Page 10: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509C... · Web viewGandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan

pelatihan secara menyeluruh di sekolah-sekolah dan sanggar-sanggar yang ada di

desa Kemiren bahkan mulai dari taman kanan-kanak, SD sampai SMA.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang asal-usul tarian Gandrung, maka

peneliti menyimpulkan yaitu asal mula penari Gandrung dilakukan oleh laki-laki

yang bernama Marsan, laki-laki yang menjadi Gandrung ini dari sisa-sisa pasukan

Blambangan dan Bali. Setiap hari berkeliling tanpa mengenal lelah mendatangi

tempat-tempat yang dihuni oleh sisa-sisa rakyat Blambangan, yang hidup bercerai

berai dengan keadaan yang sangat memprihatinkan, selain untuk memberi

hiburan, mengumpulkan sumbangan dan membagikannya kepada mereka yang

memerlukan bantuan, juga melantunkan gending-gending isinya tentang pesan-

pesan perjuangan, ternyata membawa hasil yang gemilang yang sulit dipercaya.

Gandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan,

yang artinya dengan tari Gandrung inilah akhirmya masyarakat Blambangan

terbebas dari penjajahan Belanda, karena dengan tarian Gandrung, Belanda dapat

dikelabuhi dalam menjalankan setiap aksinya.

Pada perkembangan terakhir tari Gandrung akhirnya digantikan oleh

wanita, karena dalam agama Islam telah diajarkan, bahwa seorang laki-laki

dilarang memakai perhiasan dan berpenampilan sebagai wanita. Asal mula penari

Gandrung wanita yaitu berasal dari penari Seblang. Pada suatu saat puteri seorang

penduduk dukuh Cungking yang bernama Semi mengalami sakit keras dan tidak

ada obat yang dapat menyembuhkannya. Kemudian ibunya menyampaikan

Page 11: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509C... · Web viewGandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan

ucapan kepada Semi yang sedang sakit tersebut sebagai berikut ”kalau engkau

sembuh, akan kujadikan Seblang, tetapi jika tidak sembuh ya tidak”.

Kebetulan setelah itu Semi sembuh dari sakitnya dan untuk memenuhi

ucapan Mak Midah maka kemudian Semi dijadikan penari Seblang. Ternyata

banyak orang yang mengaguminya dan selanjutnya setiap malam diusahakanlah

oleh orang-orang sekitarnya untuk diadakan pementasan kesenian tersebut. Hal

yang dialami Semi juga dialami Temu pada sekitar tahun 1969, kemudian

timbullah gagasan dari orang-orang sekitarnya untuk menjadikan Temu sebagai

penari Gandrung. Sejak inilah penari Gandrung laki-laki berangsur-angsur kurang

sampai tidak ada sama sekali dan sejak itu pulalah Temu menjadi pemula untuk

dimulainya babak baru penari Gandrung yang dilakukan oleh wanita sampai

sekarang.

Pementasan jenis Gandrung ini biasanya diselenggarakan pada malam hari

mulai jam 21.00 sampai jam 04.00 pagi. Kadang-kadang juga pada siang hari

menyesuaikan dengan kebutuhan suatu acara tertentu. Penggunaanya antara lain

untuk keperluan hiburan suatu acara. Kedudukan penari Gandrung berfungsi

sebagai media bagi tuan rumah atau yang punya hajad dalam menjamu tamunya,

yaitu lewat bentuk-bentuk tarian sesuai dengan gendingnya. Dalam pementasan

kadang-kadang seorang penari Gandrung mampu membawakan beberapa puluh

gending, tentu saja menurut kemampuan penari. (Jimmy, dalam

http://jimmy.wikipedia.com) menyatakan, pertunjukan Gandrung terbagi tiga

tahap, yaitu: jejer, maju, dan seblang subuh.

(Ilham, dalam http://ilham89.ngeblogs.com//gandrung-panggilan-jiwa-

yang-menari) menyatakan bahwa nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam

Page 12: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509C... · Web viewGandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan

tarian Gandrung adalah tanggung jawab, keindahan, pandangan hidup, budaya,

dan simbolis. Nilai tanggung jawab yaitu terdapat pada seorang guru penari

Gandrung yang mengajarkan tarian kebudayaan Banyuwangi tersebut kepada

siswa-siswi di sekolah untuk bisa dilestarikan di masyarakat modern, walau

banyak perubahan yang terjadi dari masyarakat modern terhadap respon tari

Gandrung.

Nilai keindahan dari tarian Gandrung adalah adalah keindahan yang di

dapat ketika sang penari memainkan peranannya. Melakukan tarian Gandrung

dengan penuh senyum walau banyak terkadang banyak penonton yang kurang

sopan terhadap respon sang penari. Gerakan yang dibawakan oleh sang penari

membuat sang penari terlihat gemulai dan cantik. Selain dari gerakannya,

keindahan tarian gandrung juga terlihat dari aksesoris yang dikenakan oleh sang

penari,seperti pakaian yang dipakai, ditambah lagi mahkota yang disebut omprok

yang dikenakan di kepala. Musik pengiring juga membuat tarian gandrung

menjadi indah, membuat penonton ingin ikut menari.

Pandangan hidup yang berupa ideologi yang terkandung dalam cerita

Gandrung. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan

pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan

itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut

waktu dan tempat hidupnya. Dengan demikian, pandangan hidup itu bukanlah

timbul seketika atau dalam waktu, karena di dalam film tari gandrung terdapat

pandangan hidup yang bertujuan untuk melestarikan kebudayaan tarian gandrung.

Nilai simbolis yang berada dalam tari Gandrung antara lain: penari utama

dan pengibing. Wanita dalam hal ini lebih dimaknai sebagai media pengucapan

Page 13: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509C... · Web viewGandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan

syukur atas panen padi kepada dewi kesuburan. Wanita dalam konteks ini pula

berperan sebagai tokoh sentral dalam sebuah tarian yang memegang peran penting

dan sangat dihormati.

Nilai perjuangan dalam tari Gandrung yaitu pada masa perjuangan

dijadikan sebagai ajang berkumpulnya para pejuang dan memulai sarana tersebut

pusat informasi dan pembangkit semangat para pejuang yang disampaikan melalui

gending-gending yang dibawakannya dan dengan gending-gendingnya pula

berbagai informasi yang merupakan kata sandi disampaikan kepada para pejuang,

itulah andil dari kesenian Gandrung pada masa perjuangan.

Persepsi masyarakat terhadap tari gandrung yaitu setiap gerakan dan lagu

yang dibawakan mengandung suatu makna yang artinya dapat menggugah

semangat pejuang dalam melawan penjajah Belanda. Salah satu gerakannya

seperti gerakan Nglayung adalah gerakan penutup kepada penonton, kedua tangan

di atas kepala sambil menggeleng-gelengkan kepala. Tarian ini merupakan simbol

berterima kasih kepada Dewi Sri tersebut sambil menyanyikan lagu-lagu bertema

sedih seperti misalnya seblang lukito.

Pada saat ini Gandrung sudah jarang untuk dipertunjukkan dalam suatu

acara tertentu. Hal itu tidak menjadi penghalang bagi masyarakat desa Kemiren

untuk mempertahankannya, karena dalam kenyataannya meskipun ada berbagai

macam hiburan lain seperti electon atau hiburan lainnya, tetapi masyarakat masih

mengakui keberadaan Gandrung. Ini terbukti dengan adanya pelatihan-pelatihan

secara menyeluruh di sekolah-sekolah, sanggar-sanggar tari yang ada di desa

Kemiren. Selain itu, kerja sama yang baik antara Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan dengan masyarakat Banyuwangi yang sadar akan kebudayaan

Page 14: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509C... · Web viewGandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan

daerah, yaitu dengan cara aktualisasi yang dilakukan dalam 1 bulan sekali dan

pelaksanaannya pada waktu padang bulan.

Cara melestarikan tari Gandrung ada 2 yaitu dengan mengadakan pelatihan

di sekolah-sekolah, di sanggar-sanggar, serta melalui aktualisasi atau pertunjukan

setiap bulan purnama dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Usaha yang

dilakukan umumnya hanya bersifat tradisional oleh kelompok-kelompok

masyarakat pelaku adat yang bersangkutan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Asal mula penari Gandrung dilakukan oleh laki-laki yang bernama

Marsan, laki-laki yang menjadi Gandrung ini dari sisa-sisa pasukan Blambangan

dan Bali. Setiap hari berkeliling tanpa mengenal lelah mendatangi tempat-tempat

yang dihuni oleh sisa-sisa rakyat Blambangan, yang hidup bercerai berai dengan

keadaan yang sangat memprihatinkan, selain untuk memberi hiburan,

mengumpulkan sumbangan dan membagikannya kepada mereka yang

memerlukan bantuan, juga melantunkan gending-gending isinya tentang pesan-

pesan perjuangan, ternyata membawa hasil yang gemilang yang sulit dipercaya.

Pada perkembangan terakhir tari Gandrung akhirnya digantikan oleh

wanita, karena dalam agama Islam telah diajarkan, bahwa seorang laki-laki

dilarang memakai perhiasan dan berpenampilan sebagai wanita. Asal mula penari

Gandrung wanita yaitu berasal dari penari Seblang. Pada suatu saat puteri seorang

penduduk dukuh Cungking yang bernama Semi mengalami sakit keras dan tidak

ada obat yang dapat menyembuhkannya. Kemudian ibunya menyampaikan

Page 15: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509C... · Web viewGandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan

ucapan kepada Semi yang sedang sakit tersebut sebagai berikut ”kalau engkau

sembuh, akan kujadikan Seblang, tetapi jika tidak sembuh ya tidak”.

Kebetulan setelah itu Semi sembuh dari sakitnya dan untuk memenuhi

ucapan Mak Midah maka kemudian Semi dijadikan penari Seblang. Ternyata

banyak orang yang mengaguminya dan selanjutnya setiap malam diusahakanlah

oleh orang-orang sekitarnya untuk diadakan pementasan kesenian tersebut. Hal

yang dialami Semi juga dialami Temu pada sekitar tahun 1969, kemudian

timbullah gagasan dari orang-orang sekitarnya untuk menjadikan Temu sebagai

penari Gandrung. Sejak inilah penari Gandrung laki-laki berangsur-angsur kurang

sampai tidak ada sama sekali dan sejak itu pulalah Temu menjadi pemula untuk

dimulainya babak baru penari Gandrung yang dilakukan oleh wanita sampai

sekarang. Wujud atau bentuk gerakan dalam tari Gandrung adalah jejer, ngrepen

atau repenan, maju atau paju Gandrung dan seblang-seblangan. Nilai-nilai

kearifan lokal yang terkandung dalam tarian Gandrung adalah tanggung jawab,

keindahan, pandangan hidup, budaya, dan simbolis. Persepsi masyarakat desa

Kemiren terhadap tari Gandrung yaitu persepsi masyarakat terhadap setiap

gerakan dan lagu yang dibawakan dalam tari Gandrung dan persepsi masyarakat

bahwa tari Gandrung perlu dilestarikan. Upaya melestarikan tari Gandrung yaitu

pelatihan dan pertunjukan. Adanya berbagai pelatihan-pelatihan secara

menyeluruh di sekolah-sekolah dan sanggar-sanggar yang ada di desa Kemiren

bahkan mulai dari taman kanan-kanak, SD sampai SMA. Dinas pariwisata dan

kebudayaan kabupaten Banyuwangi juga mempunyai program dalam

melestarikan tarian Gandrung, yaitu dengan cara aktualisasi yang dilakukan dalam

1 bulan sekali.

Page 16: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509C... · Web viewGandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan sesuai dengan masalah penelitian, maka

penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut:

Bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Banyuwangi yaitu penelitian

ini mengharapkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Banyuwangi agar tetap

melestarikan kesenian tradisional yang ada di kabupaten Banyuwangi dengan cara

meningkatkan pelatihan rutin dan aktualisasi seperti yang dilakukan sekarang agar

tidak tergilas dengan adanya globalisasi. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota

Banyuwangi juga harus mampu menyaring / memfilter kebudayaan asing yang

masuk pada setiap daerah di Banyuwangi supaya kesenian tradisional seperti tari

Gandrung ini dapat dipertahankan sampai generasi penerus. Selain itu, pemerintah

menyediakan dana atau anggaran khusus bagi pengembangan kesenian daerah

khususnya kesenian tari Gandrung ini karena kesenian daerah dapat menjadi salah

satu aset pendapatan bagi pemerintah daerah.

DAFTAR RUJUKAN

Abdurachman, Rosid. 1982. Pendidikan Seni Tari. Jakarta: PT Rais Utama.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Basri, Hasan. 2009. Kesenian Gandrung Banyuwangi. Banyuwangi: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

Blues, Najm. 2010. Pengertian Seni Tari. (Online), (http://blues90.files.wordpress.com/2010/pengertian-seni-tari.doc, diakses 28 Januari).

Page 17: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel60509C... · Web viewGandrung pada masa pemerintahan Belanda digunakan sebagai alat perjuangan, yang artinya dengan

Fenanie, Zainuddin. 2000. Restrukturisasi Budaya Jawa Perspektif KGPAA MN I. Surakarta: Muhammadiyah Universty Press.

Handoyo. 2007. Nilai- Nilai Sosial dalam Masyarakat. (Online), (http://handoyo74.files.wordpress.com/2007/09/mdl-paket-c-kd-ii.doc, diakses 28 Januari 2010).

Ifan. 2008. Gandrung Banyuwangi (budaya yang hampir punah). (Online), http://ifanwibisono.ngeblogs.com/page/2/, diakses 28 Januari 2010).

Jimmy. 2006. Gandrung Banyuwangi. (Online), (http://jimmy70.wikipedia.com/2006/20/gandrung-Banyuwangi, diakses 28 Januari 2010).

Maleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:Dirjen Dikti PP2 PTK

Sayuti, S.A. 2005. Menuju Situasi Sadar Budaya: Antara “Yang Lain” dan Kearifan Lokal. (Online), (http://www.semipalar.net, diakses 28 Januari 2010).

Universitas Negeri Malang. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press.

Yoety, Oka. 1983. Komersialisasi Seni Budaya dalam Pariwisata. Bandung: Angkasa.