cover dpn skripsi -...

111
PROBLEMATIKA PEMILIHAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) SERTA PEMECAHANNYA (Studi di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang) SKRIPSI OLEH IKA OKTAVIANI LUSIANA NIM 105811480781 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DESEMBER 2009

Upload: truongnhan

Post on 06-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROBLEMATIKA PEMILIHAN METODE PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) SERTA PEMECAHANNYA

(Studi di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang)

SKRIPSI

OLEH IKA OKTAVIANI LUSIANA

NIM 105811480781

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

DESEMBER 2009

PROBLEMATIKA PEMILIHAN METODE PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) SERTA PEMECAHANNYA

(Studi di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Negeri Malang

untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Oleh

Ika Oktaviani Lusiana NIM 105811480781

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Desember 2009

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi oleh Ika Oktaviani Lusiana ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji Malang, 23 Desember 2009 Pembimbing I Drs. H. Suparlan, M.Si. NIP 19470501 197803 1 001 Malang, 23 Desember 2009 Pembimbing II Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si. NIP 19520618 198003 2 001

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN Skripsi oleh Ika Oktaviani Lusiana ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 29 Desember 2009 Dewan Penguji Drs. Margono, M.Pd, M.Si, Ketua NIP 19610518 198701 1 001 Drs. H. Suparlan, M.Si, Anggota NIP 19470501 197803 1 001 Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si, Anggota NIP 19520618 198003 2 001 Mengetahui, Mengesahkan, Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Dekan Fakultas Ilmu Sosial Drs. Kt. Diara Astawa, SH. M.Si. Prof. Dr. Hariyono, M.Pd. NIP 19540522 198203 1 005 NIP 19631227 198802 1 001

i

ABSTRAK

Lusiana, Ika Oktaviani. 2009. Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) serta Pemecahannya (Studi di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang). Skripsi, Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Drs. H. Suparlan, M.Si, (2) Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si.

Kata Kunci: Problematika, Guru, Metode Pembelajaran PKn

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, metode pembelajaran memegang peran penting. Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Setiap guru harus mampu menguasai metode-metode yang ada dan dapat memilih metode yang tepat agar bisa mencapai tujuan belajar. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelemahan-kelemahan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Guru, tidak menguasai materi dan cara penyampaian; (2) Siswa, tidak mempunyai kemampuan, kesiapan dan kondisi yang baik; (3) Sarana dan prasarana untuk belajar mengajar kurang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), mengetahui problematika yang dihadapi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih metode pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang, mengetahui upaya guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam mengatasi problematika pemilihan metode pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang. Informan terdiri dari guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dengan cara: reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi data. Untuk menjamin keabsahan data maka dilakukan: ketekunan pengamatan dan triangulasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) meliputi: (a) aspek pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge), (b) aspek keterampilan kewarganegaraan (civics skills), (c) aspek nilai-nilai kewarganegaraan (civics values). Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning = CTL), pendekatan konsep dan pendekatan individual; (2) setiap guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang mempunyai problematika masing-masing dalam memilih metode pembelajaran antara lain: (a) guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SMA Negeri 1 Lawang problem yang dihadapi adalah minat dan motivasi belajar siswa yang rendah, kurang kesesuaian antara jumlah materi yang diajarkan dan alokasi waktu; (b) guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SMK Merdeka Lawang problem yang dihadapi adalah Input nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan masalah di luar akademik yaitu siswa yang terhambat karena faktor ekonomi orang tua yang tidak

ii

mendukung. Selain itu, kurangnya sarana dan prasarana pendukung pembelajaran. (3) Guru di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang telah melakukan upaya dalam mengatasi problematika yang sedang dihadapi, antara lain: (a) melakukan pengamatan secara langsung di kelas; (b) memilah-milah materi yang akan diajarkan, lebih kreatif dalam mencari sumber pembelajaran lain yang relevan dan berkonsultasi dengan sesama teman di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP); (c) memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pelajaran, menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan menerapkan pembelajaran PAKEM; (d) guru dan pihak sekolah bekerja sama dengan pihak-pihak terkait berusaha memenuhi sarana dan prasarana sekolah.

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti dapat memberi saran bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya sebagai seorang tenaga pengajar yang profesional. Salah satunya adalah melalui pemilihan metode pembelajaran yang tepat agar nantinya dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam atas petunjuk dan

hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) serta Pemecahannya (Studi di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka

Lawang )” ini dengan baik.

Skripsi ini merupakan salah satu bentuk tugas akhir bagi masing-masing

Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) untuk memenuhi persyaratan dalam

menyelesaikan program sarjana. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan

penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari peran berbagai pihak, oleh karena

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hariyono, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

2. Bapak Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd., yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian.

3. Bapak Drs. Kt. Diara Astawa, SH. M.Si., selaku ketua Jurusan Hukum dan

Kewarganegaraan Universitas Negeri Malang yang telah memberikan ijin

untuk melakukan penelitian.

4. Bapak Drs. H. Suparlan, M.Si., selaku dosen Pembimbing I sekaligus sebagai

dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan pengarahan, bimbingan

dan motivasi penulis hingga skripsi ini selesai.

5. Ibu Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si., selaku dosen Pembimbing II yang telah

sabar membimbing dan memberi pengarahan penulis hingga skripsi ini selesai.

iv

6. Bapak Drs. Margono, M.Pd. M.Si., selaku peguji yang yang memberikan

arahan dan bimbingan dalam memperbaiki skripsi ini.

7. Bapak Drs. Suwandi, M.M., selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

Malang yang telah memberikan ijin penelitian di SMA Negeri 1 Lawang dan

SMK Merdeka Lawang.

8. Bapak Kepala sekolah SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang

yang telah memberikan ijin penelitian di sekolah yang bersangkutan.

9. Bapak dan Ibu Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Lawang

dan SMK Merdeka Lawang atas kerjasamanya dari awal penelitian hingga

akhir.

10. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu setia dan menyayangi disisi penulis,

dengan segala doa, perhatian dan motivasinya yang tercurahkan setiap saat

demi keberhasilan ananda. De’x Juwita dan de’x Habiel yang selalu

menghadirkan keceriaan dan kegembiraan.

11. Keluarga, sahabat (Mb’Novi) dan teman-teman (Daim, Ayub) Bojonegoro

yang turut memberikan semangat dan dukungan dalam penyelesaian skripsi

ini.

12. Teman-teman PPKn 2005 khususnya Off A, sahabat penulis (Farid, Santi,

Santi Ayu dan Maya) atas segala bantuan, semangat dan dukungannya dalam

menyusun skripsi ini.

13. Teman-teman kos Jl. Jombang 2 No. 8 (terutama De’x Chuzie dan Mb’Dina)

yang selalu memberikan motivasi, semangat dan doanya dalam penyusunan

skripsi ini. Keluarga kedua yang penuh dengan suka cita dan canda tawa.

v

14. Teman-teman PPL SMA Islam Malang dan KKN Desa Purwoasri semester

Gasal 2008/2009 yang penuh dengan kekeluargaan, terima kasih untuk

kerjasama serta dukungannya.

15. Semua pihak terkait yang secara langsung maupun tidak langsung telah

membantu proses terselesaikannya skripsi ini.

Atas bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat berdoa semoga

amal baik tersebut dapat diterima di sisi Allah SWT amien. Penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akhirnya dengan segala kekurangan

dan kelebihannya, penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi siapa

saja yang membutuhkan. Tak lupa kritik dan saran dari pembaca, penulis

harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Malang, Desember 2009

Penulis

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5 D. Manfaat Hasil Penelitian .................................................................. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 6 B. Pemilihan Metode Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn .................................................................... 26 C. Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ................................................................... 29 D. Hakikat dan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitan ........................................................ 39 B. Kehadiran Peneliti ............................................................................ 40 C. Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian ......................................... 40 D. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 40 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 42 F. Instrumen Penelitian ......................................................................... 44 G. Prosedur Penelitian ........................................................................... 45 H. Teknik Analisis Data ........................................................................ 47 I. Pengecekan Keabsahan .................................................................... 49

BAB IV PAPARAN DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data .................................................................................... 50 B. Temuan Penelitian ............................................................................ 68

vii

BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 72 B. Problematika yang Dihadapi Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam Memilih Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang ....................... 77 C. Upaya Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam Mengatasi Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang ....................... 80

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 85 B. Saran ................................................................................................. 88

DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................ 89

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... 91

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 92

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 103

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Meta Matriks Situs Tertata ................................................. 48

2. Matriks Problem dan Upaya Mengatasi Pemilihan Metode

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ............ 67

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 : Foto Dokumentasi ........................................... 93

Lampiran 2 : Format Konsultasi Penyusunan Skripsi ........... 94

Lampiran 3 : Pedoman Wawancara ....................................... 96

Lampiran 4 : Permohonan Surat Izin Penelitian dari Peneliti 98

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian dari UM dan

Kepala Diknas Kabupaten Malang .................. 99

Lampiran 6 : Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ....... 101

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan penting bagi setiap bangsa, lebih-lebih bangsa yang sedang

membangun. Melalui pendidikan sumber daya manusia dapat ditingkatkan

kualitasnya menjadi tenaga pembangunan yang profesional, dan dapat

menyumbangkan pikirannya sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Sejalan

dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), maka dunia

pendidikan harus ditingkatkan secara kualitas maupun kuantitas. Peningkatan

kualitas pendidikan berkaitan erat dengan hasil belajar siswa. Bahkan dapat

dikatakan kualitas pendidikan akan tercermin pada hasil belajar siswa. Dengan

demikian usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada hakikatnya

merupakan usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Aspek yang pertama kali perlu diperhatikan dalam usaha meningkatkan

hasil belajar siswa adalah kualitas proses belajar mengajar yang secara

operasional berlangsung di dalam kelas. Proses belajar mengajar merupakan

kegiatan yang paling utama dalam keseluruhan proses mengajar di sekolah,

karena melalui proses belajar mengajar inilah tujuan pengajaran akan tercapai.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional perlu adanya perbaikan-

perbaikan dan pengembangan dalam segala aspek pendidikan yang menuju ke

arah peningkatan mutu pendidikan. Dari segi guru misalnya, sebagai salah satu

2

pelaksana, tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada

siswa di sekolah secara praktis banyak berpengaruh terhadap terwujudnya

pencapaian mutu pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41

Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Pendidikan Dasar dan Menengah,

dalam pelaksanaan proses pembelajaran terdapat beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi diantaranya dalam kegiatan inti seorang guru harus menggunakan

metode yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran yang

meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang bertujuan untuk memperluas

wawasan dan menumbuhkan kesadaran warga negara, sikap serta perilaku cinta

tanah air, yang bersendikan pada kebudayaan bangsa, wawasan nusantara dan

ketahanan nasional. Dengan demikian, Pendidikan kewarganegaraan (PKn) pada

dasarnya didesain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik

untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan untuk menciptakan generasi baru

dengan status kewarganegaraan yang jelas.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

sebagai salah satu mata pelajaran dalam penyajiannya dapat menggunakan

beberapa metode pembelajaran. Dalam rangka mencapai tujuan itu peran metode

dalam proses belajar pembelajaran sangat menentukan. Metode mempunyai andil

yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan

dapat dimiliki siswa, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu

metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat

3

dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar

keberhasilan yang terpatri di dalam suatu tujuan.

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk

mencapai tujuan yang diharapkan (Djamarah, 2006:74). Metode yang dapat

digunakan dalam penyajian Pendidikaan Kewarganegaraan (PKn) antara lain

ceramah, tanya jawab, diskusi, resitasi, problem solving, role playing, dan

sosiodrama.

Masalah pokok dalam proses belajar saat ini adalah rendahnya prestasi

siswa karena sistem penyampaian pelajaran oleh guru bersifat ceramah, dan

diakhiri dengan ujian. Siswa lebih banyak bertindak sebagai pendengar setia,

tetapi tidak menyerap sampai tuntas apa yang disajikan guru. Metode

pembelajaran akan lebih meningkatkan motivasi belajar di kelas sehingga metode

menjadi sangat penting.

Guru berperan sebagai inovator atau kreator di depan kelas. Setiap guru

harus mampu menguasai metode-metode yang ada dan dapat memilih metode

yang tepat agar bisa mencapai tujuan belajar. Masing-masing metode mempunyai

kelebihan dan kelemahan. Namun kelemahan ini sebaiknya ditekan semaksimal

mungkin untuk memperlancar proses belajar mengajar. Kelemahan-kelemahan ini

dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Guru, tidak menguasai

materi dan cara penyampaian, (2) Siswa, tidak mempunyai kemampuan, kesiapan

dan kondisi yang baik, (3) Sarana dan prasarana untuk belajar mengajar kurang.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut maka perlu diketahui

problematika yang dihadapi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam

4

memilih metode pembelajaran sehingga dapat ditentukan langkah pembinaan pada

guru, sesuai dengan kebutuhan guru dalam rangka menigkatkan kualitas guru, dan

sesuai dengan kebutuhan guru dalam upaya meningkatkan kerja dalam

membimbing aktivitas siswa.

Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti masalah yang

berjudul “Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) serta Pemecahannya (Studi di SMA Negeri 1 Lawang

dan SMK Merdeka Lawang)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah karakteristik mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn)?

2. Bagaimanakah problematika yang dihadapi guru Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih metode pembelajaran di SMA Negeri

1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang?

3. Bagaimanakah upaya guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam

mengatasi problematika pemilihan metode pembelajaran di SMA Negeri 1

Lawang dan SMK Merdeka Lawang?

5

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Mendeskripsikan karakteristik mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn).

2. Mendeskripsikan problematika yang dihadapi guru Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih metode pembelajaran.

3. Mendeskripsikan upaya guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam

mengatasi problematika pemilihan metode pembelajaran.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini daharapkan akan bermanfaat bagi beberapa pihak

terkait berikut.

1. Bagi Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian perkuliahan, terutama yang

berkaitan dengan masalah pembelajaran. Bagi mahasiswa PPKn dapat

dijadikan kepustakaan untuk penelitian yang sejenis.

2. Bagi Peneliti

Sebagai wahana untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, berfikir

kritis, dan sistematis dalam menganalisis persoalan pendidikan.

3. Bagi Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Sebagai pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan

pemilihan metode pembelajaran berdasarkan kurikulum KTSP.

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Guru hendaknya memiliki pembendaharaan kemampuan

mengenai metode dan teknik pembelajaran agar kegiatan mengajar dapat berdaya

guna dan berhasil guna, efektif dan efisien, demokratis serta manusiawi.

Metode pembelajaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode

pembelajaran teori dan metode pembelajaran praktikum. Menurut Al Hakim

“metode pembelajaran teori mengarah pada penguasaan teoritik sebelum metode

itu diberlakukan, misalnya ceramah, tanya jawab, resitasi, diskusi, problem

solving dan sosiodrama”. Menurut Al Hakim “metode pembelajaran praktikum

melibatkan aspek pengetahuan sikap dan keterampilan sekaligus, sebab siswa

tidak hanya dikonsentrasikan pada operasi intelektual (pikiran) semata akan tetapi

juga keterampilan dan pelaksanaannya”.

Metode yang dapat diterapkan pada pengajaran Pendidikan Kewarganegar

aan (PKn), antara lain:

1. Metode Ceramah (Lecture)

Metode ceramah yang berasal dari kata Lecture, memiliki arti dosen atau

metode dosen, yang berbentuk penjelasan konsep, prinsip, dan fakta secara lisan.

7

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan

informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada

umumnya mengikuti pelajaran secara pasif. Meski metode ini lebih menuntut

keaktifan guru daripada siswa, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan

begitu saja dalam kegiatan pembelajaran (Djamarah, 2006:97).

Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangannya sebagai

berikut:

a. Kelebihan Metode Ceramah

• Guru mudah menguasai kelas.

• Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.

• Dapat diikuti siswa dalam jumlah besar.

• Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.

• Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.

b. Kekurangan Metode Ceramah

• Membuat siswa pasif.

• Siswa yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan siswa

yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.

• Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

• Bila terlalu lama membosankan.

• Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada

ceramahnya, ini sukar sekali.

Persiapan menggunakan metode ceramah

Sebelum mengajar guru perlu mempersiapkan diri bagi penggunaan

metode ceramah. Hal-hal yang harus dipersiapkan antara lain:

8

Guru benar-benar telah menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan.

Guru hendaknya dapat menyampaikan bahan dengan sistematika yang dapat

diikuti siswa.

Guru hendaknya dapat menguasai bahasa pengantar dengan baik.

Guru-guru hendaknya dapat menyusun kata-kata yang akan diucapkannya

dalam kalimat-kalimat yang sederhana.

Guru hendaknya dapat berbicara dalam lafal kata atau ucapan kata yang tepat.

Guru hendaknya dapat menyesuaikan tingkat bahasa yang dipergunakan

dengan taraf kecerdasan siswa.

Guru hendaknya dapat mengukur dinamika suara dan mengatur tempo suara

misalnya cepat atau lambat berbicara.

Guru hendaknya dalam menampilkan diri di depan kelas cukup menarik,

misalnya mimik yang ramah dan menarik dengan sikap dan gaya yang tidak

dibuat-buat.

Guru hedaknya dapat menimbulkan kesan pada siswa bahwa guru sendiri

sangat berminat pada bahan pelajaran yang sedang diceramahkan.

Guru hendaknya dapat menyesuaikan bahan yang disampaikan sesuai dengan

tingkat kemampuan perhatian atau minat siswa.

Guru hendaknya dapat menyiapkan beberapa pertanyaan untuk mengecek

apakah bahan pelajaran telah dipahami atau dikuasai oleh siswa.

Guru perlu membuat rangkuman tentang bahan yang telah diajarkan.

Sehubungan dengan persiapan menggunakan metode ceramah, maka

Nasution (dalam Prantiasih, 1986:80) mengemukakan tentang garis-garis besar

menggunakan metode ceramah yaitu:

9

a. Menyiapkan bahan apersepsi, yang berguna untuk menarik perhatian dan minat siswa.

b. Menyiapkan bahan, terutama tentang pokok-pokok atau permasalahan yang penting.

c. Mengabstraksi, membandingkan atau mengecek apakah siswa telah mengerti.

d. Menggeneralisasi, menyimpulkan hal-hal yang telah dikemukakan.

e. Mengaplikasi kemungkinan penggunaan dalam kehidupan siswa ...”.

Berdasarkan sifat dan hakikat pelaksanaan proses metode ceramah, maka

pada pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat digunakan untuk

mengembangkan strategi pembinaan sikap konsep dengan tujuan mencapai

kognisi dan afeksi materi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang menjadi

kompetensi dasar. Akan tetapi hanya dengan menggunakan metode ceramah

sudah barang tentu aspek dan potensi siswa yang dapat dikembangkan juga tidak

akan mencapai titik optimal. Dengan demikian tujuan kognitif dan afektif yang

dapat dicapai dengan penerapan metode ceramah hanya pada tingkat yang rendah.

Oleh sebab itu untuk lebih mengadaptasikan ketingkat yang lebih tinggi, maka

dirasa perlu melakukan kombinasi atau variasi dengan metode yang lain, misalnya

metode tanya jawab, diskusi ataukah cara penugasan (Prantiasih, 1986:81).

2. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk

pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula

dari siswa kepada guru (Djamarah, 2006:94). Metode tanya jawab adalah metode

yang tertua dan banyak digunakan dalam proses pendidikan, baik di lingkungan

keluarga, masyarakat maupun sekolah.

Metode tanya jawab memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai

berikut:

10

a. Kelebihan Metode Tanya Jawab

• Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun

ketika itu siswa sedang ribut.

• Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir,

termasuk daya ingatan.

• Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab

dan mengemukakan pendapat.

b. Kekurangan Metode Tanya Jawab

• Siswa merasa takut, apalagi guru kurang dapat mendorong siswa untuk

berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan

akrab.

• Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir

dan mudah dipahami siswa.

• Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat

menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.

• Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk

memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.

Langkah-langkah dalam mempersiapkan metode tanya jawab:

Mengingat alasan dan tujuan digunakannya metode tanya jawab pada

kegiatan belajar mengajar, maka di dalam penggunaan metode tanya jawab agar

dapat berhasil dengan baik dirasa ada beberapa hal yang dipersiapkan oleh guru,

yaitu:

11

Guru harus benar-benar menguasai bahan pelajaran termasuk semua jawaban

yang mungkin dapat menjadi pegangan siswa atas pertanyaan yang

diajukannya.

Guru perlu mempersiapkan semua pertanyaan yang akan diajukan dengan

cermat.

Dalam menyusun pertanyaan guru perlu memikirkan bahwa pertanyaan yang

diajukan dapat membangkitkan minat belajar siswa.

Dalam menyusun pertanyaan guru perlu memikirkan bahwa pertanyaan yang

diajukan merangsang siswa untuk berfikir dan memusatkan perhatian pada

satu pokok perhatian.

Dalam menyusun pertanyaan guru perlu memikirkan bahwa pertanyaan yang

diajukan membantu siswa supaya mengetahui bagian-bagian mana yang

dipandang perlu diketahui atau diingat siswa.

Kata-kata yang digunakan guru untuk menyusun pertanyaan harus jelas,

sehingga mudah dipahami oleh siswa.

Pertanyaan yang disusun guru harus memiliki yaitu tujuan tertentu,

maksudnya apakah guru mengharapkan suatu reproduksi dari pengetahuan

yang telah dimiliki ataukah ingin menguji kemampuan berfikir siswa.

Pertanyaan yang disusun perlu disesuaikan dengan taraf kecerdasan serta

pengalaman siswa.

Tujuan metode tanya jawab adalah berperan untuk mengaktifkan dan

meningkatkan keikutsertaan siswa pada proses belajar mengajar. Guru harus

mampu mengungkapkan ketidakmengertian atau kebingungan siswa terhadap

12

materi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang telah disampaikan guru

(Prantiasih, 1986:83).

Menurut Prantiasih (1986:83-84) ditinjau dari teknik dan strateginya, maka

pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa haruslah memenuhi persyaratan

antara lain:

• Pertanyaan yang berkenaan dengan kompetensi dasar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) harus merata dan seimbang dengan mencakup aspek-aspeknya.

• Potensi harus dikembangkan. • Tingkat-tingkat tujuan yang perlu dicapai. • Ada kesempatan yang secara teoritis harus sama untuk tiap

individu.

Untuk mencapai keberhasilan penerapan metode tanya jawab secara wajar,

maka persyaratan tersebut perlu diperhatikan dan menjadi pedoman pada

penyusunan maupun pelaksanaannya, sehingga memungkinkan metode tanya

jawab pada pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat berfungsi

secara wajar.

3. Metode Diskusi (Discussion Method)

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa dihadapkan

kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat

problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama (Djamarah, 2006:87).

Metode diskusi ada kelebihan dan kekurangannya, diantaranya adalah:

a. Kelebihan Metode Diskusi

• Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan,

prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.

• Memperluas wawasan.

13

• Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain

sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap

toleransi.

• Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam

memecahkan suatu masalah.

b. Kekurangan Metode Diskusi

• Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu

yang panjang.

• Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.

• Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.

• Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin

menonjolkan diri.

Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam

proses pembelajaran, antara lain:

1) Diskusi Kelas

Diskusi kelas atau disebut diskusi kelompok adalah proses pemecahan

masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi.

Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: pertama, guru

membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang akan

menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis. Kedua, sumber masalah

(guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus

dipecahkan selama 10-15 menit. Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk

menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator. Keempat,

14

sumber masalah memberi tanggapan, dan kelima, moderator menyimpulkan

hasil (Sanjaya, 2008:157).

2) Diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-

kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya

dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian

masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan

oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua

kelompok menyajikan hasil diskusinya (Sanjaya, 2008:157).

3) Simposium

Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan

dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium

dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para

penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka

simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus

yang telah ditentukan sebelumnya (Sanjaya, 2008:157).

4) Diskusi panel

Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh

beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapkan

audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi

panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekedar

peninjau para panelis yang sedang melakukan diskusi. Oleh sebab itu, agar

diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan

15

metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam

diskusi (Sanjaya, 157-158).

Langkah-langkah menggunakan metode diskusi:

Mengemukakan masalah yang akan didiskusikan. Suatu masalah hendaknya

dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang memungkinkan dapat merangsang

anak berfikir dan macam-macam jawaban.

Mengemukakan beberapa alasan mengapa masalah ini perlu didiskusikan.

Memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengemukakan pendapatnya

atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan terhadap pendapat orang lain atau

terhadap persoalan yang dikemukakan guru.

Menyiapkan perbedaan pendapat.

Pelaksanaan metode diskusi dalam pengajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) bermaksud untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan

psikomotorik yang bertaraf lebih tinggi. Guru harus tetap berorientasi kepada

siswa sebagai sentral proses belajar mengajar. Guru Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) bertugas mengawasi dan memberikan pengarahan sesuai

dengan fungsinya sebagai pembimbing dan motivator. Guru dengan penerapan

metode diskusinya mengembangkan kemampuan siswa untuk mampu

bermusyawarah yang merupakan kemampuan praktis dalam kehidupan sehari-

hari.

4. Metode Tugas atau Resitasi (Recitation Method)

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru

memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.

Metode tugas resitasi mempunyai kelebihan dan kekurangan, antara lain:

16

a. Kelebihan Metode Resitasi

• Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual

ataupun kelompok.

• Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru.

• Dapat membina tanggung jawab disiplin siswa.

• Dapat mengembangkan kreativitas siswa.

b. Kekurangan Metode Resitasi

• Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah

orang lain.

• Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan

dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan

anggota yang lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.

• Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.

• Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat

menimbulkan kebosanan siswa.

Langkah-langkah dalam penerapan metode tugas, yaitu:

Dalam memberikan tugas, guru perlu mempertimbangkan apakah tugas itu

akan dikerjakan oleh seseorang siswa atau sekelompok siswa.

Dalam memberikan tugas, guru perlu mempertimbangkan minat, kemampuan

dan taraf kecerdasan siswa.

Tugas-tugas yang akan diberikan kepada siswa selalu dibicarakan agar siswa

yang akan melaksanakannya menyadari maksud dan tujuannya.

17

Tugas yang akan dikerjakan siswa harus jelas batas-batas tugasnya. Dengan

demikian siswa tidak akan lagi ragu-ragu di dalam mengerjakan tugasnya,

sebab siswa mengetahui batas-batas tugas yang harus dikerjakannya.

Tugas yang akan dikerjakan dan diberikan harus berhubungan erat dengan

bahan-bahan pelajaran yang sedang dibahas atau akan dibahas.

Tugas yang diberikan hendaknya dapat memperkaya pengalaman siswa baik

di sekolah, di rumah atau di masyarakat.

Tugas yang diberikan hendaknya mendorong siswa untuk belajar.

Menetapkan batas waktu penyelesaian tugas yang disesuaikan dengan

kesanggupan/kemampuan individu.

Apabila metode tugas diterapkan pada pengajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn), bentuk-bentuk tugas yang diberikan kepada siswa dapat

digolongkan dua bagian, yaitu tugas individual dan tugas kelompok. Tugas

individual lebih ditekankan kepada pembinaan kognitif, afektif, dan psikomotorik

siswa secara individual. Sedangkan tugas kelompok bertujuan memupuk

kemampuan bergotong-royong, toleransi kelompok, kesadaran dan pentingnya

bekerja sama (Prantiasih, 1986:90).

5. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)

Metode pemecahan masalah yaitu cara penyajian bahan pelajaran dengan

menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis

dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.

Metode problem solving mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai

berikut:

18

a. Kelebihan Metode Problem Solving

• Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih

relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.

• Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat

membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara

terampil.

• Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa

secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa

banyak melibatkan mental dengan menyoroti permasalahan dari

berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.

b. Kekurangan Metode Problem Solving

• Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan

kesulitan siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan

pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan

dan keterampilan guru.

• Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering

memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil

waktu pelajaran lain.

• Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan

menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir

memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-

kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan

tersendiri bagi siswa.

19

Langkah-langkah metode problem solving

Masalah yang diajukan hendaknya setingkat dengan kematangan atau

pengalaman siswa. Apabila mungkin masalah tersebut merupakan masalah

yang populer atau masalah yang dibahas itu benar-benar masalah yang nyata

ada. Hal ini dapat menimbulkan minat siswa dan merangsang untuk berfikir

siswa.

Masalah yang dikemukakan harus sesuai dengan tujuan pelajaran dan program

sekolah.

Masalah yang dihadapkan pada siswa harus dinyatakan dengan jelas.

Masalah yang dikemukakan harus mencakup bahan-bahan pelajaran tertentu.

Masalah yang dikemukakan harus sesuai dengan waktu yang disediakan untuk

membahas masalah tersebut.

Di dalam menggunakan metode masalah, guru perlu melaksanakan

prosedur yang harus ditempuh dalam melaksanakan metode tersebut. Apabila

dijelaskan gambaran untuk melaksanakan metode masalah adalah sebagai berikut:

1) Penyadaran masalah

Pada awalnya guru berusaha agar siswa sadar akan adanya suatu masalah.

Penyadaran ini penting karena belum tentu masalah itu disadari oleh siswa,

sehingga kadang-kadang belum ada minat dan keinginan untuk mempelajari

maupun memecahkan masalah tersebut.

2) Analisis masalah

Apabila setiap siswa sudah sadar akan adanya masalah, maka mereka diajak

untuk mengungkapkan, antara lain: (a) aspek-aspek masalah, (b) latar

20

belakang masalah, (c) sebab, (d) pelaku, dan (e) ruang serta waktu sekitar

masalah.

3) Perumusan masalah

Apabila masalah sudah dianalisis, siswa pada umumnya mulai mendapat

gambaran yang lebih menyeluruh dan lebih terpadu tentang suatu masalah.

Karenanya siswa kadang-kadang dapat merumuskan dengan singkat apa

sebenarnya masalahnya.

4) Pemecahan masalah

Sesudah masalah dianalisis dan dirumuskan, maka siswa dirangsang untuk

mencari pemecahan yang sebaik-baiknya. Dalam kerjasama dan komunikasi

yang lancar siswa diminta untuk mengemukakan pendapatnya tentang

pemecahan yang dimungkinkan untuk dilakukan. Setiap cara pemecahan yang

diajukan harus disertai alasan-alasan, maka dapat dipilih pemecahan yang

paling baik.

5) Perumusan pemecahan masalah

Sesudah alternatif pemecahan dipilih, siswa diajak untuk merumuskan secara

singkat cara pemecahan yang dipilih itu. Perumusan ini berguna sebagai

rangkuman apa yang telah ditelaah dan sekaligus sebagai ungkapan yang

tepat, tegas dan padat.

6) Pelaksanaan alternatif yang dipilih

Pada kegiatan ini bisa terjadi siswa mencari pemecahan masalah hanya secara

teoritis, oleh sebab itu guru perlu mengusahakan agar pemecahan teoritis

dikaji kebenarannya dalam kenyataan hidup.

21

Apabila metode masalah diterapkan pada pengajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn), maka dapat membentuk sikap, pengetahuan dan

ketrampilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar (Prantiasih, 1986:96). Metode

masalah memiliki tekanan yang khas di dalam kedudukan siswa di tempat pusat

pendidikan dengan cara menggiatkan aktivitas berfikir di bawah bimbingan siswa.

6. Metode Bermain Peran (Role Playing)

Metode bermain peran adalah suatu metode mengajar di mana guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan

peran tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial)

(Prantiasih, 1986:96).

Metode bermain peran mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai

berikut:

a. Kelebihan Metode Bermain Peran

• Bermain peran dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.

• Bermain peran dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena

melalui bermain peran siswa diberi kesempatan untuk memainkan

peran-peran yang sesuai dengan topik yang disimulasikan.

• Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan

dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.

• Bermain peran dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses

pembelajaran.

• Bermain peran dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam

menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan

keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.

22

b. Kekurangan Metode Bermain Peran

• Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan

melaksanakan dengan sungguh-sungguh.

• Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasana

kelas tidak mendukung.

• Bermain peran tidak selamanya menuju pada arah yang diharapkan

seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan

berlawanan dengan apa yang diharapkannya.

• Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara

baik khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan

baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang akan diperankannya.

• Bermain memakan waktu yang banyak.

• Agar berjalan dengan baik sebuah metode bermain peran, diperlukan

kelompok yang sensitif, imajinatif, terbuka, saling mengenal sehingga

dapat bekerja sama dengan baik.

Langkah-langkah menggunakan metode bermain peran:

Menentukan judul dan garis besar lakon yang akan diperankan.

Memberikan penjelasan garis besar lakon yang akan diperankan.

Memilih kelompok siswa yang akan memerankan lakon. Hal ini dapat

dilakukan dengan penawaran secara sukarela atau menunjuk siapa saja, sebab

semua siswa harus belajar dan harus melakukannya.

Mengatur situasi tempat bersama-sama dengan siswa yang akan memainkan

lakon.

23

Meminta kepada siswa yang tidak ikut berperan untuk mendengarkan dengan

mengikuti dengan teliti semua pembicaraan, tindakan-tindakan dan keputusan-

keputusan yang dilakukan oleh para pemeran. Siswa-siswa yang bertugas

sebagai penonton diminta untuk ikut menghayati lakon yang sedang

dimainkan sehingga dapat mengikuti peran yang sedang dimainkan. Jadi

mereka ikut mengidentifikasi diri dengan para pelaku. Hal ini diperlukan agar

dalam diskusi dapat mengemukakan pendapat sendiri mengenai bagaimana

menurut pendapatnya suatu tindakan atau keputusan harus dilakukan.

Mengatur diskusi setelah suatu lakon selesai diperankan.

Mengulang kembali suatu bagian dari lakon jika menurut kesimpulan diskusi

harus dimainkan dengan cara atau gaya yang lain baik itu yang terlihat dalam

tingkah lakunya maupun kata-kata yang diucapkan.

Topik yang dapat diangkat untuk role playing memainkan peran sebagai

juru kampanye suatu partai atau gambaran keadaan yang mungkin muncul pada

abad teknologi informasi (Sanjaya, 2008:161).

7. Metode Sosiodrama

Yang disebut sosiodrama ialah suatu cara untuk mendramatisasi tingkah

laku di dalam hubungan sosial. Sehingga metode sosiodrama adalah cara

mengungkapkan kehidupan dan hubungan sosial secara keseluruhannya pada

kelompok siswa, atau suatu drama tanpa naskah yang akan dimainkan oleh

sekelompok orang.

Metode sosiodrama mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan,

sebagai berikut:

24

a. Kelebihan Metode Sosiodrama

• Siswa melatih dirinya untuk memahami, dan mengingat isi bahan yang

akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, mengahayati isi

cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus

diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan

tahan lama.

• Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main

drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai

dengan waktu yang tersedia.

• Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan

akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni

drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan

menjadi pemain yang baik kelak.

• Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan

sebaik-baiknya.

• Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung

jawab dengan sesamanya.

• Bahasa lisan siswa dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah

dipahami orang lain.

b. Kekurangan Metode Sosiodrama

• Sebagian anak yang tidak ikut bermain drama mereka jadi kurang

kreatif.

25

• Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka

pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan

pertunjukan.

• Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit

menjadi kurang bebas.

• Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang

kadang-kadang bertepuk tangan.

Langkah-langkah menggunakan metode sosiodrama

Dalam menggunakan metode sosiodrama ada tiga langkah utama, yaitu:

1) Persiapan

Persiapan sosiodrama terdiri dari menentukan pokok atau masalah sosial yang

akan disosiodramakan, mempersiapkan anak-anak sebagai penonton dan

mempersiapkan pemain peran.

2) Pelaksanaan

Para pelaku yang telah dipersiapkan selam 2 atau 3 menit lebih dahulu,

kemudian dipersilahkan untuk mendramatisasikan menurut pendapat dan

kreasi mereka dan diharapkan perbuatan mereka adalah spontan, karena itu

peranan guru dalam pelaksanaan sosiodrama adalah mengawasi dan mencari

kebebasan kepada pelaku dan mengawasi ketertiban kelas.

3) Tindak lanjut

Sosiodrama sebagai metode mengajar tidak berakhir pada pelaksanaan

dramatisasi, melainkan hendaknya ada kelanjutan baik berupa tanya jawab,

diskusi, kritik maupun analisis perbedaan. Selanjutnya, apabila para pelaku

26

yang mendapat kritik, hendaknya diberi kesempatan untuk menyampaikan

maksudnya.

Apabila metode sosiodrama dilaksanakan pada pengajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) yang direncanakan secara baik, maka akan dapat

menanamkan pengertian peranan orang lain pada kehidupan bermasyarakat,

menanamkan kemampuan bertanggung jawab dalam bekerja sama dengan orang

lain, juga dapat belajar mengambil keputusan dalam hubungan kerja kelompok.

Dengan demikian, kognisi dan psikomotor siswa dapat ditingkatkan secara

keseluruhan.

B. Pemilihan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Metode yang dipergunakan oleh guru biasanya berkesesuaian dengan

perumusan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan karena

metode yang dipilih dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Jarang sekali

terlihat guru merumuskan tujuan hanya dengan satu rumusan, tetapi pasti guru

merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenanya, guru pun selalu mengunakan

metode lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai

tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain, juga digunakan untuk

mencapai tujuan yang lain sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah

dirumuskan.

Djamarah (2006:75) mengatakan bahwa dalam pemilihan dan penentuan

metode dalam kegiatan belajar mengajar perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1. Nilai strategis metode Bahan pelajaran yang guru berikan akan kurang memberikan dorongan (motivasi) kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang tepat. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan metode justru akan

27

mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Efektivitas penggunaan metode Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya kerena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas serta situasi kelas. Karena itu, efektivitas penggunaan metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran.

3. Pentingya pemilihan metode Kegagalan guru mencapai tujuan pengajaran akan terjadi jika pemilihan dan penentuan metode tidak dilakukan dengan pengenalan terhadap karakteristik dari masing-masing metode pelajaran. Karena itu, yang terbaik guru lakukan adalah mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode pengajaran.

4. Faktor-faktor yang mempengarui pemilihan metode yang meliputi anak didik, tujuan, situasi, fasilitas, dan guru.

Perbedaan individual siswa pada aspek, biologis, intelektual, dan

psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang mana sebaiknya

guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam sikon yang

relatif lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara

operasional. Tujuan pembelajaran, situasi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

yang diciptakan oleh guru, lengkap tidaknya fasilitas belajar dan kepribadian, latar

belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru juga ikut mempengaruhi

dalam pemilihan dan penentuan metode mengajar.

Jadi, metode mengajar yang digunakan oleh seorang guru dalam setiap kali

tatap muka di kelas bukanlah asal pakai, melainkan harus mempertimbangkan

keempat hal di atas. Apabila guru merumuskan tujuan lebih dari satu, guru pun

sebaiknya menggunakan metode yang lebih dari satu.

Selain itu, ada tiga prinsip yang perlu dikembangkan dalam upaya

menetapkan metode pembelajaran. Ketiga prinsip tersebut adalah (1) tidak satu

28

metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi, (2)

metode (strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda

dan konsisten pada hasil pembelajaran, dan (3) kondisi pembelajaran bisa

memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pengajaran.

Seorang guru harus mengetahui secara tepat dan secara sadar mengapa ia

memilih metode/teknik/strategi mengajar tersebut. Menurut Sistrunk dan Maxson,

Wesley dan Wronski (dalam Wahab, 2008:85-86) mengemukakan ciri-ciri metode

yang baik adalah:

1. Teliti, cermat, tepat dan tulus hati (sungguh-sungguh), dengan melibatkan kejujuran guru dan siswa.

2. Harus artistik, dalam arti guru benar-benar dapat merasakan hal mana yang relevan dan yang tidak, juga tidak sama dengan kebenaran. Melalui metode itu guru menafsirkan dan mengsintesa.

3. Harus bersifat pribadi, yaitu sesuatu yang telah mempribadi pada diri guru, tidak bersifat formalisme atau sesuatu yang rutin belaka, sebab yang penting adalah aktualita melalui pengalaman.

4. menghubungkan dirinya dengan pengalaman yang telah dimiliki siswa.

Memilih dan menggunakan metode mengajar adalah merupakan kiat guru

berdasarkan pengetahuan metodologisnya serta pengalaman mengajarnya. Oleh

sebab itu pada akhirnya tentu yang terbaik adalah mengkombinasikan berbagai

metode dan teknik mengajar disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan dan keadaan

siswa serta karakteristik materi pelajaran yang akan disampaikan. Asumsi-asumsi

yang di kemukakan di atas sebagai dasar pertimbangan memilih metode mengajar

tentunya merupakan saran dan pendapat sebab metode mengajar yang terbaik

adalah metode yang paling dikuasai guru.

29

C. Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn)

Problematika berasal dari kata “problem” yang menurut kamus Bahasa

Indonesia artinya soal atau masalah. Problematika juga diartikan sebagai segala

sesuatu yang menimbulkan adanya kesenjangan antara keinginan dan kenyataan.

Jadi problematika guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih

metode pembelajaran adalah segala permasalahan yang dihadapi guru Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih metode pembelajaran untuk

melaksanakan tugasnya sebagai pengajar. Problematika tersebut perlu diketahui

agar mendapatkan alternatif pemecahannya sehingga penyelenggaraan pendidikan

dapat sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Dalam mengajar pada umumnya terjadi berbagai masalah-masalah yang

perlu diperhatikan. Secara khusus hal itu berlaku pula bagi pengajar mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), oleh karena guru studi Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) senantiasa berhadapan dengan siswa di kelas dalam

proses belajar-mengajarnya.

Mengajar adalah membantu seseorang untuk mempelajari sesuatu. Secara

formal mengajar adalah membantu seseorang memperoleh/mengubah beberapa

perilaku, yaitu beberapa keterampilan, sikap, pengetahuan, cita-cita dan apresiasi

(menghargai). Mengajar bukan hanya sekedar menyajikan informasi ataupun

gagasan seperti yang telah banyak dilakukan dalam pengajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) sampai dewasa ini. Di dalamnya tercakup pula

diantaranya membimbing siswa untuk belajar melalui kegiatan-kegiatan

pemeriksaan (probing), menemukan (discovering), menganalisis (analyzing), dan

30

menguji (examining) yang disebut berfikir reflektif (reflective thinking) sebagai

sesuatu yang penting dalam membangun sikap dan nilai-nilai yang lebih langsung

dalam tugas-tugas pengembangan keterampilan.

Masalah pokok dalam metode paedogogis adalah memilih atau membuat

keputusan. Walaupun guru hanya akan melaksanakan pelajaran yang sederhana

sekalipun ia harus memilih: (1) tujuan pengajaran, (2) strategi untuk mencapai

tujuan tersebut dan di dalam memetakan strategi maka yang diseleksi keduanya

yaitu: isi dan metode dan pendekatan umum, (3) memilih taktik-taktik khusus

yang dapat digunakan dalam melaksanakan strategi, (4) memilih materi dan alat-

alat pengajaran, (5) memilih prosedur yang dapat digunakan untuk menilai

keberhasilan mengajar dan mengembangkan lebih lanjut (Wahab, 2008:28-29).

Mengajar juga adalah mengambil keputusan dan pembuatan keputusan

yang tepat memerlukan diagnosis yang baik. Tanpa diagnosa yang baik guru

cenderung mengajar apa saja dengan cara yang sama terhadap semua siswa, dan

sebagai akibatnya pengajaran menjadi membosankan, menimbulkan frustasi dan

ketidakberhasilan.

Diagnosis dalam mengajar dipersulit oleh beberapa faktor antara lain

adalah (1) tujuan yang dicari, (2) siswa yang akan diajar, (3) materi yang akan

diajarkan (termasuk kekhasan mata pelajaran yang diajarkan), (4) teknologi dan

alat yang tersedia, (5) sifat dan dinamika kelompok yang diajar, (6) filsafat

mengajar yang dianut, (7) lingkungan sekolah, (8) lingkungan yang mengelilingi

sekolah dan, (9) aspek guru sendiri: keterampilan, pengetahuan, sikap, prasangka,

dan kepribadian.

31

Mata pelajaran yang akan diajarkan, akan menentukan secara luas tentang

strategi dan teknik yang akan digunakan. Beberapa mata pelajaran yang harus

diingat, beberapa digunakan, dan beberapa lagi dihargai. Oleh sebab itu tidak ada

taktik dan strategi yang sama, yang dapat memberikan hasil sama terhadap mata

pelajaran yang berbeda atau dengan kata lain, tidak ada metode yang tepat bagi

semua mata pelajaran.

Problematika dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

ialah penggunaan metode pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran

secara tepat, yang memenuhi muatan tatanan nilai, agar dapat diinternalisasikan

pada diri siswa serta mengimplementasikan hakikat pendidikan nilai dalam

kehidupan sehari-hari belum memenuhi harapan yang diinginkan. Metode

pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) terkesan sangat kaku, kurang

fleksibel, kurang demokratis, dan guru cenderung lebih dominan one way method.

D. Hakikat dan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn)

1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi yang diajarkan di sekolah materi

keilmuan bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mencakup dimensi

pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills) dan nilai (values). Ide pokok

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ingin membentuk warga negara yang ideal,

yakni warga negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai

sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Pada gilirannya warga negara yang baik tersebut diharapkan dapat membantu

terwujudnya masyarakat yang demokratis konstitusional.

32

Menurut Untari (2005:3) secara garis besar bidang studi Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) terdiri dari beberapa dimensi berikut.

a. Dimensi pengetahuan (civics Knowledge) mencakup bidang politik, hukum dan moral. artinya dari segi materi, pembelajaran bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) meliputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintahan dan non pemerintahan, identitas nasional, pemerintahan berdasarkan hukum (rule of law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, sejarah nasional, hak dan kewajiban serta tanggung jawab warga negara, hak asasi manusia, hak sipil dan hak politik.

b. Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civic skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya: berperan serta secara aktif mewujudkan masyarakat madani, keterampilan mempengaruhi dan memonitoring jalannya pemerintahan dan proses pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan masalah-masalah sosial, keterampilan mengadakan koalisi, kerja sama, mengelola konflik, keterampilan hidup dan sebagainya.

c. Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civic values) mencakup percaya diri, komitmen, penguasaan, atas nilai religius, norma dan moral luhur nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individu, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul, perlindungan terhadap minoritas.

Dengan demikian pembelajaran bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) merupakan bidang studi kajian interdisipliner, artinya materinya dapat

dijabarkan dari antara lain: (1) Hukum, adalah norma masyarakat yang disusun

dan dijalankan oleh masyarakat itu untuk menjaga ketertiban hidup bersama; (2)

Sejarah, mempelajari peristiwa penting dan unik menyangkut kepentingan

masyarakat pada masa lalu; (3) Ekonomi, pemahaman umum yang digunakan

untuk mengartikan ilmu ekonomi adalah mempelajari tentang memproduksi,

mendistribusi dan mengkonsumsi barang keperluan hidup manusia untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya; (4) Filsafat Moral atau etika, adalah salah satu

aspek filsafat yang disebut aksiologi di samping dua aspek lainnya, yaitu ontologi

33

dan epistemologi. Aspek ontologi membahas tentang keberadaan manusia, aspek

epistemologi cara mencapai kebenaran berdasarkan kemampuan berfikir manusia

dan aspek aksiologi merupakan cara penerapan hal yang baik bagi hidup manusia;

(5) Psikologi, Sosiologi dan Antropologi, untuk memahami hak dan kewajiban

warga negara dalam proses politik dapat dipahami dari tingkah lakunya. Ada tiga

jenis disiplin ilmu yang sama-sama membahas tingkah laku ini yaitu psikologi,

khususnya psikologi sosial, sosiologi dan antropologi. Ketiga ilmu ini disebut

behavioral sciences atau ilmu tingkah laku. Konsep utama yang dibahas oleh ilmu

tingkah laku adalah kepribadian, interaksi kelompok dan kebudayaan (Cahyoto,

1994:20-23).

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah untuk memberikan

kompetensi sebagai berikut: (1) berpikir kritis, (2) berpartisipasi secara bermutu

dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (3) berkembang secara positif dan

demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter masyarakat

Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain, dan (4)

berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam pencaturan dunia secara langsung

dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi (Depdiknas, 2003).

2. Pendekatan Pembelajaran Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn).

Dalam kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, tujuan

yang harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Dalam

konteks pengembangan kurikulum, kompetensi adalah perpaduan dari

pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan

34

berfikir dan bertindak (Sanjaya, 2008:70). Seseorang yang mempunyai

kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat

memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku

sehari-hari.

Dalam kurikulum, kompetensi sebagai tujuan pembelajaran itu

dideskripsikan secara eksplisit, sehingga dijadikan standar dalam pencapaian

tujuan kurikulum. Baik guru maupun siswa perlu memahami kompetensi yang

harus dicapai dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Pemahaman ini

diperlukan untuk memudahkan dalam merancang strategi dan indikator

keberhasilannya.

Tujuan dalam kurikulum bersifat kompleks, artinya kurikulum berdasarkan

kompetensi bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,

kecakapan, nilai, sikap, dan minat siswa agar mereka dapat melakukan sesuatu

dalam kemahiran disertai rasa tanggung jawab (Sanjaya, 2008:71). Dengan

demikian, tujuan yang ingin dicapai tidak hanya sekedar pemahaman dan materi

pelajaran, akan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi itu dapat

mempengaruhi cara bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Berbagai pendekatan pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam

pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sesuai dengan

karakteristiknya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah

sebagai berikut:

a. Pendekatan Konsep

Pendekatan konsep merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang

sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

35

Menurut Organ dan Gros (dalam Untari, 2005:4) istilah konsep diartikan sebagai

bangunan lambang yang menyatakan beberapa gambaran umum mengenai objek

atau peristiwa. Konsep merupakan klasifikasi atau kategori sebagai alat untuk

berfikir tentang lingkungan dan memecahkan permasalahan. Jorolimek (dalam

Untari, 2005:4) menjelaskan bahwa konsep dapat berarti: (1) gagasan (ide) yang

dinyatakan dalam bentuk kata, istilah atau ungkapan, (2) pengelompokan yang

abstrak dan (3) pemikiran pengertian yang didasarkan atas persepsi dari

kenyataan. Sementara M. Margon (dalam Untari, 2005:4) menyatakan konsep

dapat berarti: pertama arti denotasi (penunjuk) artinya mengandung pengertian

umum yang dipahami oleh semua orang, misalnya Negara, Pemilu, DPR, dan

sebagainya. Kedua, arti konotatif (tambahan) yang melibatkan penilaian, persepsi,

atau perasaan seseorang sehingga sering berakibat kesalahpahaman, misalnya

koalisi, garis keras, masa transisional, keadilan.

Konsep dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) banyak

yang berupa kata abstrak sebagai hasil perasaan, pemikiran dan tindakan antara

lain demokrasi, partai politik, sistem politik, hak asasi manusia, konflik dan

sebagainya.

b. Pendekatan Terpadu (integrated approach)

Pendekatan terpadu banyak memberikan pengalaman yang besar bagi para

guru dan siswa. Mereka memperoleh sepasang ‘lensa baru’ yang memuat

meningkatnya gairah pengajaran dan membantu mereka dalam melakukan kontrol

belajar secara baik.

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pendidikan yang

mempersiapkan siswa untuk belajar seumur hidup. Hal tersebut memberikan

36

keyakinan yang kuat bagi terdorongnya integrasi kurikulum bahwa sekolah harus

memandang pendidikan sebagai suatu proses membangun kesanggupan yang

diperlukan untuk hidup. Konsekuensinya, belajar dan mengajar harus dipandang

secara holistik (menyeluruh), ditampilkan dengan cara merefleksi dunia nyata, dan

dikemas secara interaktif (dialog mendalam).

c. Pendekatan lingkungan yang semakin meluas (expanding community

concepts)

Pendekatan yang memandang bahwa pembelajaran yang menarik harus

diawali dari lingkungan paling dekat dengan kehidupan anak. Misalnya, dari

lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara sampai

internasional (global).

Lingkungan keluarga memberikan pengetahuan dan pengalaman paling

pertama bagi siswa. Sebab, hampir dipastikan bahwa setiap anak dilahirkan dalam

keluarga, dibesarkan pertama dalam lingkungan keluarga dan menerima

pendidikan pertama kali juga dari lingkungan keluarga. Selain itu, hampir setiap

anak dan orang dewasa banyak menggunakan waktunya untuk bergaul, dan

menyelenggarakan pendidikan dalam keluarga. Secara demikian, keluarga

menjadi ‘kata kunci’ bagi pengembangan pembelajaran. Sebab tidak ada satu

siswa yang tidak kenal dengan keluarganya, kecuali dalam hal-hal sangat terbatas

dan bersifat kasuistis (kasus).

d. Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning = CTL)

Pembelajaran kontekstual, adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa

dalam kehidupan sehari-hari.

37

Proses belajar dan pembelajaran kontekstual, dibangun dalam sebuah pemikiran,

sebagai berikut.

• Belajar tidak hanya sekedar menghafal.

• Anak belajar dari mengalami.

• Pengetahuan yang dimiliki seseorang terorganisasi dan mencerminkan

pemahaman yang mendalam tentang suatu tema belajar.

• Pengetahuan tidak dapat dipisahkan dengan fakta.

• Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi sesuatu.

• Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah dan menemukan sesuatu

yang berguna bagi dirinya.

e. Pendekatan nilai moral

Pendekatan nilai moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) mengutamakan perbaikan perilaku yang benar, terpuji, bermanfaat dan

menyejahterakan hidup, sehingga orang akan berusaha untuk meyakini, mematuhi

dan berusaha melestarikannya Cahyoto (dalam Untari, 2005:6).

Empat jenis pendekatan nilai moral dalam Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn): (1) pendekatan penanaman nilai-nilai digunakan dengan tujuan

menanamkan nilai-nilai tertentu dalam diri siswa untuk mengubah nilai-nilai yang

ada sesuai dengan yang dikehendaki guru. Metode yang digunakan antara lain

keteladanan, dorongan untuk berbuat baik, mencerca perbuatan buruk, yang

dikemas dalam bentuk nasehat/ceramah dikombinasikan dengan bermain peran.

(2) pendekatan kejelasan (klarifikasi) nilai-nilai bertujuan menggugah kesadaran

dan mengenali benar nilai-nilai hidup dalam masyarakat. Dalam pendekatan ini

siswa diberi kesempatan berpikir kritis untuk memantapkan pola perasaan, nilai-

38

nilai dan perilaku yang baku dalam masyarakat. (3) pendekatan penalaran moral,

pendekatan ini mempunyai tujuan membahas dan mengembangkan pola penalaran

siswa terhadap masalah moral yang lebih rumit. Metode yang digunakan antara

lain diskusi kelompok yang membahas dilema moral. (4) pendekatan analisis

nilai-nilai, pendekatan ini bertujuan membantu siswa untuk menggunakan

pemikiran logis dan penelitian ilmiah bagi pemahaman nilai-nilai hidup, sehingga

dapat menghadapi tantangan masalah nilai-nilai (Untari, 2005:6).

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang

bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian

secara holistik serta dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah (Moleong, 2006:6).

Penelitian ini memenuhi karakteristik penelitian kualitatif (Moleong,

2006:8) yaitu, (1) penelitian pada latar alamiah, (2) manusia sebagai instrumen,

(3) menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau

penelaahan dokumen, (4) analisis data secara induktif, (5) lebih mementingkan

proses daripada hasil, (6) desain yang bersifat sementara, (7) adanya batas yang

ditentukan oleh fokus.

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Peneliti berusaha mendapatkan informasi selengkap mungkin mengenai

problematika yang dihadapai guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam

memilih metode pembelajaran serta pemecahannya di SMA Negeri 1 Lawang dan

SMK Merdeka Lawang.

40

B. Kehadiran Peneliti

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit (Moleong,

2006:168). Dalam penelitian ini peneliti bertindak perencana, pelaksana

pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan juga sebagai pelapor hasil

penelitian. Peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian dari awal sampai

akhir penelitian.

C. Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka

Lawang. Penulis memilih kedua lembaga ini karena lembaga pendidikan ini

dianggap layak untuk di teliti. Subyek penelitian adalah Guru Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) dan siswa di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka

Lawang.

D. Jenis dan Sumber Data

Data dalam hal ini adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan

bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil

pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.

1. Jenis data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli

yang memuat informasi data tersebut. Jadi data yang dimaksud adalah data

yang diperoleh dari hasil observasi maupun wawancara.

41

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang bukan sumber

asli dan memuat informasi serta dapat melengkapi data primer. Untuk data

sekunder peneliti memanfaatkan literatur yang berhubungan dengan

penelitian ini.

2. Sumber data

Arikunto (2006:129) menyatakan sumber data adalah subyek dari mana

data diperoleh. Jadi sumber data menunjukkan asal informasi. Adapun data

dari penelitian ini diperoleh dari:

a. Orang

Orang adalah informan yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi ia harus mempunyai banyak

pengalaman tentang latar penelitian dan berkewajiban secara sukarela menjadi

anggota tim peneliti walaupun hanya bersifat informal (Moleong, 2006:132).

Dalam hal ini seseorang informan bersedia membantu peneliti mencari dan

memberikan data-data yang diperlukan tanpa adanya paksaan.

Kegunaan informan bagi peneliti adalah agar dalam waktu yang relatif

singkat banyak informasi yang terjaring kerena informan dimanfaatkan untuk

berbicara, bertukar pikiran atau membandingkan suatu kejadian yang

ditemukan dari subjek lainnya (Moleong, 2006:132).

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah (1) Guru

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu Bapak Purba, Bapak Subagio,

Bapak Budi dan Bapak Prasetya, (2) siswa. Dalam penelitian ini siswa yang

menjadi informan dipilih berdasarkan pertimbangan guru. Adapun siswa yang

42

menjadi sumber data yaitu Indra Galuh, Aisyah, Lukman, Fauziatul,

Anggraeni, Aziz, Dina dan Kristiantoro.

b. Peristiwa

Peristiwa adalah kejadian yang ada kaitannya dengan problematika

pemilihan metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) serta

pemecahannya di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

wawancara, observasi, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu (Moleong, 2006:186).

Wawancara dilakukan peneliti dengan melakukan studi pendahuluan untuk

menggali informasi tentang kondisi lapangan. Wawancara yang digunakan

adalah wawancara terstruktur dimana peneliti menggunakan pedoman

wawancara yang telah disusun secara sistematis.

Dalam teknik wawancara ini dilakukan dengan memberikan sejumlah

pertanyaan kepada informan (dalam hal ini guru Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) dan siswa), melalui pedoman wawancara dalam hal ini berkaitan

dengan problematika guru dalam memilih metode pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn). Informasi yang ingin diperoleh dalam wawancara ini

adalah mengenai karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), metode

43

pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, problematika

guru dalam memilih metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) serta upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi problematika

tersebut.

Wawancara dilakukan dengan: (1) Guru Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) yaitu Bapak Purba, Bapak Subagio, Bapak Budi dan Bapak Prasetya,

(2) siswa. Dalam penelitian ini siswa yang menjadi informan dipilih

berdasarkan pertimbangan guru. Adapun siswa yang menjadi sumber data

yaitu Indra Galuh, Aisyah, Lukman, Fauziatul, Anggraeni, Aziz, Dina dan

Kristiantoro.

2. Observasi

Menurut Arikunto (2006:222) metode observasi adalah suatu usaha sadar

untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur

yang terstandar. Pengamatan yang memungkinkan melihat dan mengamati

sendiri dan kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang

terjadi pada keadaan sebenarnya.

Observasi merupakan alat penting untuk megumpulkan data dimana

peneliti dapat melakukan pengamatan langsung di lapangan pada saat

penelitian. Teknik observasi ini digunakan karena memiliki beberapa manfaat

seperti yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 2006:174-

175) yaitu (1) didasarkan atas pengalaman secara langsung, (2)

memungkinkan melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku

dan kejadian yang sebagaimana terjadi pada kejadian sebenarnya, (3)

memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan

44

dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung di

peroleh dari data, (4) memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-

situasi yang rumit, (5) pengamat menjadi alat yang sangat bermanfaat dalam

kasus-kasus tertentu.

Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan cara peneliti mengamati

segala aktivitas guru dan siswa di dalam kelas pada saat pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) berlangsung, metode yang digunakan guru pada saat

mengajar. Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi pada kelas yang

berbeda di setiap sekolahnya, mengikuti jam mengajar guru yang menjadi

informan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa foto selama

proses penelitian. Alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah

hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih dapat di percaya.

Data yang berhasil dihimpun oleh peneliti antara lain data tentang profil

sekolah, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk memperoleh

atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau

mencapai tujuan penelitian Moleong (2006:168). Dalam penelitian kualitatif

instrumen utamanya adalah manusia, dimana manusia sangat berperan dalam

keseluruhan proses penelitian termasuk dalam pengumpulan data, bahkan peneliti

sendirilah instrumennya. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen peneliti

sendiri dengan bantuan beberapa alat yaitu kamera, pedoman wawancara.

45

G. Prosedur Penelitian

Tahap-tahap penelitian merupakan langkah-langkah yang ditempuh dalam

penelitian adapun prosedur penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yaitu tahap yang dilakukan sebelum penelitian. Langkah-

langkah yang ditempuh adalah:

a. Penelitian awal

Penelitian ini merupakan suatu kegiatan yang berupa suatu proses dimana

peneliti menetapkan lokasi untuk lapangan penelitian yang dalam hal ini

adalah SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang sebagai tempat

penelitian .

b. Melakukan kajian pustaka

Berangkat dari latar belakang masalah konsep atau hal-hal tersebut,

peneliti kemudian mengadakan kajian pustaka guna memperoleh teori-

teori yang mendukung topik penelitian yang dilakukan.

c. Menyusun rancangan penelitian

Tahap ini dilakukan setelah melakukan studi pendahuluan. Menyusun

rancangan penelitian. Pembuatan rancangan penelitian disusun dan

diarahkan oleh dosen pembimbing skripsi. Rancangan penelitian

merupakan pedoman untuk melakukan penelitian.

d. Perijinan

Sehubungan dengan penelitian ini dilaksanakan di luar kampus dan

menyangkut instasi Pemerintahan, maka pelaksanaan penelitian

46

memerlukan perijinan dari instansi yang terkait. Adapun proses perijinan

dimulai dari:

1. Universitas Negeri Malang sebagai lembaga pendidikan dimana

peneliti menuntut ilmu.

2. Dinas pendidikan kabupaten Malang.

3. SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang.

e. Menilai keadaan lapangan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk lebih mengetahui lingkungan tempat

dilakukan penelitian tahap orientasi ini dilakukan untuk memperoleh

gambaran secara umum tentang lokasi penelitian sehingga peneliti bisa

menilai keadaan situasi dan konteksnya serta memahami dan menghayati

apa yang ada dalam keadaan yang dijadikan sasaran penelitian.

f. Persiapan mengumpulkan data

Pada tahap ini peneliti terlebih dahulu mempersiapkan pokok-pokok

permasalahan yang akan digunakan sebagai bahan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti hadir di lokasi penelitian untuk melakukan

penyusunan data yang terkait dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

a. Pengumpulan data

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data yang kaitannya dengan tempat

penelitian. Prosedur yang dilakukan adalah wawancara dengan informan,

observasi langsung dilokasi penelitian dan kemudian menelaah dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian.

47

b. Mengidentifikasi data

Data yang terkumpul dari wawancara, observasi, dan dokumentasi

kemudian diadakan analisis data dengan menggunakan teknik analisis

multikasus.

3. Tahap Pelaporan

Tahap pelaporan yaitu tahap-tahap yang dilakukan setelah penelitian

dilaksanakan berupa penyusunan hasil penelitian dalam laporan penelitian

skripsi.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menata dan menelaah secara sistematis

semua data yang diperoleh. Menurut Miles dan Huberman (1992:16) menyatakan

bahwa langkah-langkah dalam menganalisis data penelitian kualitatif , yaitu

reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi hasil.

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian

dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian

dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi,

mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta

menyimpulkan data.

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui

seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang

bermakna. Dalam reduksi data, data yang diperoleh dari observasi, wawancara

dan dokumentasi tersebut disederhanakan dengan menonjolkan hal yang

pokok berkaitan dengan fokus penelitian.

48

2. Display Data

Data yang telah terkumpul dikelompokkan berdasarkan jawaban suatu

pertanyaan untuk selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap masing-masing

pertanyaan. Data yang telah terkelompokkan dianalisis secara deskriptif.

Display data berfungsi untuk mendapatkan gambaran keseluruhan atau

bagian-bagian tertentu dari penelitian.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Data yang telah dianalisis kemudian diambil kesimpulan. Penarikan

kesimpulan adalah proses pengambilan inti sari dari sajian data yang telah

diorganisasi dalam bentuk pernyataan kalimat singkat dan padat tetapi

mengandung pengertian yang mewakili keseluruhan. Penarikan kesimpulan

didasarkan pada temuan penelitian yang diikuti pemaknaan sehingga diperoleh

kesimpulan akhir.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis

multikasus. Menurut Louis dan Herriot (dalam Miles dan Huberman, 1992:279)

menyatakan bahwa penelitian multikasus menggunakan rancangan situs ganda,

kasus ganda, sering dengan metode ganda. Cara penyajian data dalam penelitian

ini dalam bentuk kata-kata dan matriks tertata, seperti pada gambar 3.1 berikut:

Situs 1 Situs 2

Problem

Upaya

Gambar 3.1 Meta Matriks Situs Tertata (Miles dan Huberman, 1992:297)

49

I. Pengecekan Keabsahan

Pengecekan keabsahan data ini dilakukan untuk memperoleh keabsahan

data. Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai pelaksana instrumen.

pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik:

1. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2006:330).Teknik triangulasi

yang digunakan yaitu triangulasi sumber.

Patton (dalam Moleong, 2006:330) menjelaskan bahwa triangulasi dengan

sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti melakukan dengan cara

membandingkan data yang diperoleh dari observasi dengan data yang

diperoleh dari hasil wawancara.

2. Ketekunan/Keajegan Pengamatan

Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan

berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan dan tentatif

(Moleong, 2006:329). Peneliti melakukan pengamatan secara rinci, teliti dan

secermat mungkin terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan

problematika guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih

metode pembelajaran. Kedudukan peneliti sebagai instrumen pengumpul data

sangat memerlukan ketekunan dalam melakukan pengamatan sejak awal

sampai penelitian berakhir.

50

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai paparan data penelitian yang mencakup

beberapa hal, yaitu: (1) Gambaran umum SMA Negeri 1 Lawang dan SMK

Merdeka Lawang; (2) Bagaimanakah karakteristik mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn); (3) Bagaimanakah problematika yang dihadapi guru

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih metode pembelajaran di

SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang; (4) Bagaimanakah upaya

guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam mengatasi problematika

pemilihan metode pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka

Lawang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti telah memperoleh

dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan rumusan masalah yang ada dalam

penelitian ini.

A. Paparan Data

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Kota Lawang adalah sebuah kota kecamatan kecil di dekat Malang, Jawa

Timur. Kota Lawang dikenal sebagai kota peristirahatan sejak zaman penjajahan

Belanda. Karena itu tidak mengherankan bila sampai saat ini masih banyak

ditemui bangunan kuno bergaya Belanda di kota tersebut, termasuk stasiun kereta

api yang merupakan salah satu persinggahan kereta api jalur Selatan dari Surabaya

ke Malang. Secara geografis Lawang terletak di pegunungan dan dikelilingi

51

Gunung Arjuna dan Gunung Semeru, serta diapit oleh Kota Singosari dan Kota

Pandaan.

Sebelum peneliti membahas tentang permasalahan yang sebenarnya

terlebih dahulu perlu diketahui secara jelas mengenai gambaran SMA Negeri 1

Lawang dan SMK Merdeka Lawang secara umum.

a. SMA Negeri 1 Lawang

SMA Negeri 1 Lawang berdiri pada tahun 1967, menempati gedung

Baperki di jalan Madukoro (sekarang SMK Kosgoro Lawang). Pada tahun 1975

dibangunkan gedung SMPP (Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan) Negeri

Malang di Lawang (sekarang SMA Negeri I Lawang).

SMA Negeri 1 Lawang (SMANELA) adalah salah satu SMA Negeri di

Kabupaten Malang yang merupakan Sekolah Kategori Mandiri (SKM) atau

Sekolah Standart Nasional yang mempunyai 31 rombongan belajar, salah satu

kelas adalah merupakan kelas yang siswanya mempunyai kecerdasan istimewa

yang mengikuti program percepatan belajar/akselerasi yang direncanakan dapat

menyelesaikan studinya dalam jangka waktu 2 tahun (dalam satu kelas 20 siswa).

SMAN 1 Lawang yang bernuansa Green and Clean terletak di Jl. Pramuka

152 Lawang dengan nomor telepon (0341) 426265. Sekolah ini berada di desa

Kalirejo kecamatan Lawang, ujung utara dari kabupaten Malang. Menempati

lahan seluas +12.000 m2 ini didukung 86 guru (PN & GTT) dan 28 karyawan.

Jumlah siswa pada januari 2009 tercatat 1128 yang terdiri dari 346 siswa laki-laki

dan 782 siswa perempuan.

SMA Negeri 1 Lawang memiliki beberapa sarana yang cukup lengkap

antara lain sarana olah raga, 30 ruang kelas reguler, 1 ruang kelas akselerasi,

52

laboratorium IPA dan IPS, lab komputer, internet, aula, masjid, perpustakaan,

kantin, hot spot area, berbagai kelengkapan sarana tersebut sangat menunjang

prestasi siswa di bidang akademis maupun non akademis.

Visi SMA Negeri 1 Lawang adalah menghasilkan siswa SMA Negeri 1

Lawang yang beriman dan bertaqwa, cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur yang

mampu bersaing untuk meraih prestasi. Sedangakan Misi SMA Negeri 1 Lawang

antara lain; mewujudkan pengembangan perangkat kurikulum yang lengkap,

mutakhir dan berorientasi ke depan, mewujudkan proses pembelajaran yang

optimal, mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas dan memiliki

keunggulan kompetitif, mewujudkan sumber daya manusia dan tenaga

kependidikan yang memiliki kemampuan dan kemauan kerja yang tinggi,

mewujudkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan berbasis

lingkungan, mewujudkan manajemen sekolah yang mantap dan profesional,

mewujudkan penggalangan biaya pendidikan yang memadai dan mewujudkan

standar penilaian prestasi akademik dan non akademik.

b. SMK Merdeka Lawang

SMK Merdeka Lawang berdiri tahun 2007 untuk menyongsong era

globalisasi. Berdiri di atas tanah seluas 4.000 m2 dengan letak yang strategis (100

meter dari utara pasar Lawang) dan lingkungan yang masih asri dan alami (di atas

perbukitan) sangat menunjang untuk kegiatan belajar.

SMK Merdeka Lawang teletak di Jl. Dr. Soetomo No.23 Lawang dengan

nomor telepon (0341) 6251950. Sekolah ini berada di desa Turirejo kecamatan

Lawang. Jumlah siswa pada Januari 2009 tercatat sebanyak 70 siswa terdiri dari

51 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Sedangkan jumlah guru dan karyawan

53

sebanyak 19 orang. Sarana dan prasarana yang ada di SMK Merdeka Lawang

antara lain: ruang kelas, lab komputer/multimedia, ruang praktek otomotif,

seperangkat alat siaran radio dan WC. Di SMK Merdeka Lawang pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dilaksanakan 2 jam mata pelajaran per

minggu baik kelas X maupun kelas XI.

Visi SMK Merdeka Lawang adalah membentuk peserta didik beriman dan

berakhlak mulia, berfikir kritis, berprestasi, menguasai IPTEK, mampu bersaing

di dunia kerja. Sedangkan Misi SMK Merdeka Lawang antara lain; membentuk

peserta didik yang mampu bersaing, berkarya dan mandiri, membentuk peserta

didik yang memiliki kemampuan menguasai IPTEK, membentuk peserta didik

berprestasi di bidang keahliannya, membentuk peserta didik mampu menerapkan

ilmunya.

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa SMK Merdeka Lawang

merupakan sekolah yang tergolong baru dan walaupun belum mencapai prestasi

yang begitu berarti namun lembaga ini sadar dan mengetahui kekurangan di

samping ada kelebihannya maka hal ini memacu diri pihak-pihak terkait sehingga

SMK Merdeka Lawang terus berbenah diri dengan harapan dapat memenuhi

kehendak masyarakat.

2. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Karakteristik pelaksanaan pembelajaran secara umum pada setiap mata

pelajaran di dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) atau yang

disebut kurikulum 2006 adalah pembelajaran yang mengacu kepada pembelajaran

inovatif, menyenangkan, banyak kreasi yang subyeknya adalah siswa, sedangkan

guru berperan sebagai fasilitator. Pelaksanaan pembelajaran banyak berorientasi

54

pada kepentingan siswa yang lebih mengarah kepada individual. Guru disini

bukan satu-satunya orang yang lebih pandai tapi sebagai fasilitator.

Karakteristik pembelajaran secara khusus pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn), berdasarkan hasil wawancara dengan guru Pendidikan

Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang,

hasilnya sebagai berikut:

a. Pengetahuan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan pendidikan yang

diberikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dalam upaya

menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan

kewajiban dalam bela negara demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa

dan negara.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Prasetya ( 23 tahun, Guru PKn SMK

Merdeka Lawang), bahwa;

Pendidikan Kewarganegaraan itu suatu pendidikan yang diberikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dalam upaya menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Maka, dalam hal ini Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memberikan/mengajarkan nilai-nilai cinta tanah air kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara, nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup, kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, bernegara, kemampuan awal bela negara (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Seperti juga yang diungkapkan oleh Bapak Purba (45 tahun, Guru PKn

SMA Negeri 1 Lawang), bahwa;

Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu Pendidikan yang mengajarkan agar siswa mengetahui hak dan kewajiban warga negara Indonesia khususnya, menghayati dan mengamalkan Pancasila dan UUD’45 dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai warga negara maupun

55

masyarakat, menanamkan nilai-nilai moral dan membentengi siswa dalam rangka menghadapi era globalisasi (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Piket). Sependapat dengan pemaparan dari Bapak Purba di atas, Bapak Budi (47

tahun, Guru PKn SMK Merdeka Lawang), dalam kaitannya dengan karakteristik

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menyatakan:

Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah pendidikan yang lebih fokus pada pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara. Mempelajari, meghayati dan mengamalkan kelima Sila Pancasila (Wawancara, 18 Juni 2009, di Ruang Guru).

Berkenaan dengan pengetahuan Kewarganegaraan, dalam hal ini siswa

harus mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban sebagai warga negara,

falsafah negara, ilmu hukum, nasionalisme, patriotisme, perjuangan nasional.

Pengetahuan ini harus dimiliki oleh siswa.

b. Keterampilan Kewarganegaraan

Berkenaan dengan keterampilan Kewarganegaraan, siswa diharapkan dapat

berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk dalam

mengontrol pemerintah, berpartisipasi dalam pemilu.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Subagio ( 50 tahun, Guru PKn SMA

Negeri 1 Lawang), bahwa;

Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu berkenaan dengan keterampilan yang dalam hal ini berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk dalam mengontrol pemerintah, misalnya berpartisipasi dalam pemilu (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Selama peneliti melakukan penelitian diketahui guru pendidikan

Kewarganegaraan menerapkan metode simulasi dengan melakukan simulasi

pemilu. Dalam simulasi tersebut siswa dikondisikan sesuai dengan tugas masing-

masing ada yang berperan sebagai petugas, pengawas dan pemilih lengkap dengan

56

perlengkapan yang digunakan, seperti kotak pemungutan suara dan kartu suara.

Kelas dikosongkan dan di dalamnya hanya terdapat siswa yang bertugas sebagai

petugas pemilu, siswa yang lain melakukan antrian mencoblos di luar kelas.

Waktu simulasi dilaksanakan hingga perhitungan suara. Akhir dari kegiatan

tersebut diharapkan siswa mampu berpartisipasi dalam pemilu dan mampu

mengatasi persoalan yang telah dikondisikan. Dalam pelaksanaan simulasi tentang

pemilu yang dilakukan guru tampak bahwa guru mengaplikasian karakteristik

pelaksanaan pembelajaran yang berupa keterampilan Kewarganegaraan.

c. Nilai-nilai Kewarganegaraan

Berkenaan dengan nilai-nilai Kewarganegaraan sebagai pendidikan yang

menekankan nilai-nilai kejujuran, percaya diri, kebersamaan, tolong menolong.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Subagio ( 50 tahun, Guru PKn SMA

Negeri 1 Lawang), bahwa;

Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu berkenaan dengan nilai-nilai yang mana nilai kewarganegaraan sebagai pendidikan menanamkan nilai-nilai kejujuran, percaya diri, kebersamaan dan tolong-menolong (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Selama peneliti melaksanakan penelitian di SMA Negeri 1 Lawang dan

SMK Merdeka Lawang diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran, selain

guru menyajikan informasi pengetahuan kepada siswa melalui metode ceramah.

Guru juga menyisipkan nilai-nilai dalam pembelajarannya yang tampak dari

penerapan metode diskusi yang mana terkandung nilai-nilai tolong-menolong.

Tujuan pembelajaran sebagai pedoman sekaligus sebagai sasaran yang

akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dan penjelasan proses

belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya indikator pengajaran.

57

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Budi (47 tahun, Guru PKn SMK

Merdeka Lawang), bahwa;

Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan indikator pengajaran. Proses perumusan indikator pengajaran dirumuskan mengacu pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ada dalam kurikulum nasional yang disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing (Wawancara, 18 Juni 2009, di Ruang Guru). Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Purba (45 tahun, Guru PKn SMA

Negeri 1 Lawang), bahwa;

Tujuan pembelajaran tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang didasarkan pada silabus, sesuai dengan jenjang kelas masing-masing (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Piket).

Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan

efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang suatu

persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang guru gunakan dalam

memecahkan kasus, akan mempengaruhi hasilnya.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Budi (47 tahun, Guru PKn SMK

Merdeka Lawang), bahwa;

Dalam memilih pendekatan belajar mengajar yang penting adalah tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Saya dalam proses belajar mengajar menerapkan PAKEM, dalam PAKEM pendekatan-pendekatan pembelajaran secara otomatis masuk didalamnya seperti pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning = CTL) dan yang tidak bisa ditinggalkan pendekatan konsep (Wawancara, 18 Juni 2009, di Ruang Guru). Sependapat dengan pemaparan dari Bapak Budi di atas, Bapak Subagio (50

tahun, Guru PKn SMA Negeri 1 Lawang) dalam kaitannya dengan pendekatan

yang digunakan menyatakan;

Pendekatan yang saya gunakan dalam proses belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas adalah pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning = CTL) dimana siswa diajar dengan

58

situasi dunia nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Pendapat lain diungkapkan oleh Bapak Purba (45 tahun, Guru PKn SMA

Negeri 1 Lawang), bahwa;

Saya menggunakan pendekatan individual terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar di kelas. Menurut saya pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Piket).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan

bahwa setiap guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SMA Negeri 1 Lawang

dan SMK Merdeka Lawang masing-masing mempunyai pendapat yang hampir

sama tentang karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

3. Problematika yang Dihadapi Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

dalam Memilih Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan

SMK Merdeka Lawang

a. Problematika yang Dihadapi Guru Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) dalam Memilih Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1

Lawang

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk

menyampaikan materi pelajaran dalam mencapai tujuan (kompetensi)

pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran juga dapat menentukan sukses

tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, perencanaan metode

pembelajaran harus dilakukan sebaik mungkin.

Dalam menggunakan metode pembelajaran disesuaikan dengan

kompetensi dasar yang akan diajarkan dan kondisi siswanya. Sebagaimana yang

59

diungkapkan oleh Bapak Subagio (50 tahun, Guru PKn SMA Negeri 1 Lawang),

bahwa;

Selain metode ceramah yang tidak bisa ditinggalkan. Saya berusaha untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran. Dalam menggunakan metode pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan diajarkan dan kondisi siswanya (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Sependapat dengan pemaparan Bapak Subagio di atas, Bapak Purba (45

tahun, Guru PKn SMA Negeri 1 Lawang), dalam kaitanya dengan pemilihan

metode pembelajaran menyatakan;

Dalam kegiatan pembelajaran di kelas saya lebih sering menggunakan metode ceramah karena pada dasarnya materi yang saya ajarkan bersifat pokok saja, untuk yang lainnya siswa diminta membaca sendiri materi pelajaran secara lebih rinci (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Piket). Penerapan metode pembelajaran tersebut dipertegas oleh Aisyah, selaku

siswi kelas XII Sos 5 (ilmu sosial) yang menyatakan bahwa:

Dalam menyampaikan materi pelajaran Pak Purba lebih banyak menggunakan metode ceramah, diselingi tanya jawab. Pak Purbo juga memberikan kesempatan kepada kami untuk bertanya apabila tidak mengerti tentang materi pelajaran yang telah diajarkan (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Piket).

Penerapan metode pembelajaran masih terdapat beberapa kendala yang

menghambat pelaksanaan di kelas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak

Purba (45 tahun, Guru SMA Negeri 1 Lawang), bahwa;

Penerapan metode pembelajaran masih mengalami kendala dalam hal motivasi dan minat belajar siswa rendah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tidak di Ujian Akhir Nasional (UAN) kan, jadi motivasi belajar siswa kurang. Siswa terkesan menganggap mudah pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Piket). Materi yang diajarkan dan waktu yang disediakan untuk mata pelajaran

berpengaruh pada penerapan metode yang digunakan ketika guru mengajar.

60

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Subagio (50 tahun, Guru PKn SMA

Negeri 1 Lawang), bahwa;

Jumlah materi yang banyak sedangkan alokasi waktu sedikit membuat guru mengalami kesulitan atau kendala dalam menentukan alokasi waktu. Berkembangnya proses belajar mengajar, kadang memakan waktu yang lama sehingga alokasi waktu tidak sesuai dengan yang direncanakan (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru).

b. Problematika yang Dihadapi Guru Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) dalam Memilih Metode Pembelajaran di SMK Merdeka

Lawang

Kemampuan guru dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai merupakan pertimbangan penting dalam proses

pembelajaran. Pemilihan metode yang kurang tepat bukan menambah informasi

yang diberikan, tetapi justru akan menambah kekaburan informasi yang diperoleh.

Oleh sebab itu, pemilihan metode pembelajaran perlu dilakukan secara lebih

cermat dan tepat sasaran. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pemilihan

metode adalah karakteristik siswa, mengingat setiap siswa sebagai individu

memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Budi (47 tahun, Guru PKn

SMK Merdeka Lawang), dalam kaitannya dengan pemilihan metode

pembelajaran menyatakan:

Yang paling penting dalam pemilihan metode pembelajaran adalah dengan memperhatikan karakter siswa yang saya ajar pada saat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berlangsung di kelas tertentu (Wawancara, 18 Juni 2009, di Ruang Guru).

61

Hal yang perlu di perhatikan dalam pemilihan metode pembelajaran salah

satunya adalah media pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak

Prasetya (23 tahun, Guru PKn SMK Merdeka Lawang), bahwa;

Dalam memilih metode pembelajaran saya juga harus memperhatikan media apa yang akan saya gunakan untuk menerapkan metode pembelajaran yang saya pilih (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Fungsi guru pengajar dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai

fasilitator. Maksudnya adalah guru bertindak sebagai pihak yang membantu siswa

dalam memahami materi pelajaran bukan sebagai otoritas atau sumber utama

pembelajaran. Siswa dibiasakan untuk lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam

menggali dan memahami materi serta informasi dari guru. Seperti yang

diungkapkan oleh Bapak Prasetya (23 tahun, Guru SMK Merdeka Lawang),

bahwa;

Dalam kegiatan pembelajaran, guru selalu berupaya mengaktifkan siswa. Saya lebih sering menggunakan metode diskusi di samping metode ceramah. Jadi, guru hanya sebagai fasilitator saja. siswa dibiasakan lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam memahami materi pelajaran (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Penerapan metode pembelajaran tersebut dipertegas oleh Fauziatul, selaku

siswa kelas X Multimedia yang menyatakan bahwa:

Metode yang digunakan Pak Prasetya pada saat mengajar di kelas bermacam-macam salah satunya diskusi. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi mengenai tugas yang telah diberikan kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan di depan kelas secara bergantian (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Pendapat lain diungkapkan oleh Bapak Budi (47 tahun, Guru PKn SMK

Merdeka Lawang), bahwa;

Input nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan masalah di luar akademik yaitu siswa yang terhambat karena faktor ekonomi orang tua yang tidak mendukung sehingga tidak bisa membeli buku, akibatnya ketika

62

pelajaran berlangsung siswa tersebut tidak dapat mengikuti dengan serius (Wawancara, 18 Juni 2009, di Ruang Guru).

Sarana dan prasarana pembelajaran merupakan salah satu pendukung

dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Bapak Prasetya (23 tahun, Guru SMK Merdeka Lawang), bahwa;

Sarana dan prasarana pendukung pembelajaran yang masih terbatas terutama buku-buku referensi yang dimiliki siswa dan perpustakaan serta media-media pendukung pembelajaran seperti CD yang ada hubungannya dengan Pendidikan Kewarganegaraan (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan

bahwa setiap guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SMA Negeri 1 Lawang

dan SMK Merdeka Lawang masing-masing mempunyai problematika dalam

memilih metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diantaranya:

(1) Problematika yang dihadapai oleh Bapak Purba selaku guru Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) SMA Negeri 1 Lawang adalah kurangnya minat dan

motivasi belajar siswa, (2) Problematika yang dihadapai Bapak Subagio yang juga

selaku guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMA Negeri 1 Lawang

mengalami kesulitan atau kendala dalam kurang kesesuaian antara jumlah materi

yang diajarkan dan alokasi waktu, (3) Problematika yang dihadapi oleh Bapak

Budi selaku guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SMK Merdeka Lawang

adalah Input nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan masalah di luar

akademik yaitu siswa yang terhambat karena faktor ekonomi orang tua yang tidak

mendukung, dan (4) Problematika yang dihadapi Bapak Prasetya yang juga selaku

guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMK Merdeka Lawang mengalami

kendala berkaitan dengan kurangnya sarana dan prasarana pendukung

pembelajaran.

63

4. Upaya Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam Mengatasi

Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang

dan SMK Merdeka Lawang

a. Upaya Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam Mengatasi

Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1

Lawang

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMA Negeri 1 Lawang ada

beberapa upaya mengatasi Problematika pemilihan metode pembelajaran yang

dihadapi guru, sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Purba (45 tahun, Guru

PKn SMA Negeri 1 Lawang), bahwa;

Agar siswa mempunyai motivasi dan minat belajar guru melakukan pengamatan pada siswa secara langsung dalam proses pembelajaran di kelas baik sikap maupun perbuatan. Menggunakan pendekatan personal bicara dari hati ke hati menanyakan masalah yang dihadapi oleh siswa (Wawancara, 15 juni 2009, di Ruang Piket).

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Bapak Subagio (50 tahun, Guru PKn

SMA Negeri 1 Lawang), bahwa;

Agar siswa aktif guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, mengadakan tanya jawab, memberikan siswa tugas individu dan kelompok. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung memberikan selingan istirahat beberapa menit ketika melihat siswa yang terlalu jenuh, menciptakan suasana belajar serius tapi santai (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Pemilihan suatu metode pembelajaran disesuaikan dengan materi yang

diajarkan melibatkan siswa secara aktif dan memudahkan penanaman konsep.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Subagio (50 tahun, Guru PKn SMA

Negeri 1 Lawang), bahwa;

Guru harus lebih kreatif dalam memanfaatkan sumber/bahan/alat pembelajaran yang tersedia di sekolah sehingga meskipun jumlah yang ada

64

di sekolah terbatas, guru masih tetap bisa memanfaatkannya untuk proses belajar mengajar (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru).

Pembuatan media pengajaran sendiri juga dilakukan oleh seorang guru

agar siswa lebih mudah mencerna atau memahami materi yang diajarkan. Hal

yang paling penting diperhatikan oleh guru dalam membuat media, yaitu

tersedianya sumber, latar, dan personalia. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak

Subagio (50 tahun, Guru SMA Negeri 1 Lawang), bahwa;

Saya dalam pembelajaran di kelas sering membuat media sendiri. Materi pelajaran ditulis di kertas manila yang berbentuk skema-skema/bagan semacam peta konsep (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Pendapat lain juga diungkapkan oleh Bapak Purba (45 tahun, Guru PKn

SMA Negeri 1 Lawang), bahwa;

Saya harus lebih banyak belajar. Terutama dalam memanfaatkan media pembelajaran yang ada di sekolah seperti LCD agar penerapan metode pembelajaran dapat diterapkan dengan baik ketika proses pembelajaran berlangsung (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Piket). Selain itu untuk mengatasi masalah pemilihan metode pembelajaran adalah

dengan cara diselesaikan di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),

dibicarakan sesama teman dan konsultasi dengan guru yang berpengalaman.

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan Kelompok Kerja Guru (KKG)

Merupakan dua organisasi atau wadah yang dapat menigkatkan profesionalisme

dan kinerja guru. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Subagio (50 tahun, Guru

SMA Negeri 1 Lawang), bahwa;

Ketika saya mengalami kesulitan dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran biasanya saya membicarakannya dengan sesama teman di MGMP (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru).

65

b. Upaya Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam Mengatasi

Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran di SMK Merdeka

Lawang

Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa

bila guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa berajar atau belajar. Guru

menyadari bahwa dalam tugas pembelajaran ternyata ada masalah-masalah belajar

yang dialami oleh siswa. Disini guru dituntut untuk lebih memahami kondisi

lingkungan siswa yang dapat menjadi sumber masalah belajar. Pemberian tugas di

luar jam pelajaran merupakan salah satu upaya untuk menagatasi masalah

pemilihan metode pembelajaran. Seperti juga yang disampaikan oleh Bapak

Prasetya (23 tahun, Guru SMK Merdeka Lawang), bahwa;

Selain harus lebih memahami kemampuan siswa, guru juga sering memberikan tugas pada siswa untuk mempelajari sendiri materi di luar jam pelajaran dan membahasnya di jam pelajaran jika siswa mengalami kesulitan (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Pemaparan Pak Prasetya di atas dipertegas oleh Kristiantoro, selaku siswa

kelas X Otomotif yang menyatakan bahwa:

Pada akhir jam pelajaran ketika proses pembelajaran hampir selesai Pak Prasetya memberi tugas mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya. Selain itu, Pak Prasetya juga memberi tugas mencari artikel di internet, koran dan majalah yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Pengembangan bahan pembelajaran yang disesuaikan dengan strategi

pembelajaran dan cara penyajian berencana dalam pembelajaran merupakan

sesuatu yang penting dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Prasetya (23 tahun, Guru SMK

Merdeka Lawang), bahwa;

66

Guru harus dapat memilah-milah materi yang akan diajarkan. Materi mana yang penting yang membutuhkan alokasi waktu banyak dan materi mana yang kurang penting yang tidak membutuhkan waktu cadangan yang ada (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Seperti juga yang disampaikan oleh Bapak Budi (47 tahun, Guru SMK

Merdeka Lawang), bahwa;

Guru harus lebih kreatif dalam mencari sumber pembelajaran lain yang relevan, sehingga meskipun tidak ada buku paket dari pemerintah guru tetap bisa menentukan materi dan uraiannya yang sesuai dengan ketentuan (Wawancara, 18 Juni 2009, di Ruang Guru). Selain kesiapan dan kemampuan seorang guru, penerapan metode

pembelajaran harus didukung oleh sarana dan prasarana yang ada di sekolah.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Prasetya (23 tahun, Guru SMK

Merdeka Lawang), bahwa;

Sarana dan prasarana yang minim sehingga guru melakukan upaya untuk menyediakan sarana dan prasarana tersebut. Selain itu sekolah juga bekerja sama dengan komite sekolah dan dinas terkait untuk melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran seperti TV, OHP, ruang multimedia dan buku-buku pelajaran (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan

bahwa ada beberapa upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang

berkaitan dengan problematika yang dihadapi di antaranya: (1) Upaya yang

dilakuakan Bapak Purba untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dengan

cara mengamati siswa secara langsung ketika proses belajar pembelajaran di

kelas, (2) Upaya yang dilakukan Bapak Subagio untuk menyesuaikan antara

jumlah materi yang diajarkan dan alokasi waktu dengan cara lebih kreatif dalam

mencari sumber pembelajaran lain yang relevan, (3) Upaya yang dilakukan oleh

Bapak Budi mengenai Input nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan

67

masalah di luar akademik yaitu siswa yang terhambat karena faktor ekonomi

orang tua yang tidak mendukung dengan lebih kreatif dalam memanfaatkan

sumber/bahan/alat pembelajaran di lingkungan sekitar, dan (4) Upaya yang

dilakukan Bapak Prasetya berkaitan dengan minimnya sarana dan prasarana yakni

berusaha membuat media belajar sendiri. Selain itu, pihak sekolah juga berupaya

untuk melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran.

Berdasarkan paparan data tentang problematika yang dihadapi guru

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih metode pembelajaran di

SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang serta upaya mengatasinya di

atas, untuk lebih jelasnya peneliti sajikan dalam bentuk matriks, seperti pada tabel

4.1 berikut:

Tabel 4.1 : Matriks Problem dan Upaya Mengatasi Pemilihan Metode

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

SMA Negeri 1 Lawang SMK Merdeka Lawang Problem 1. Kurangnya minat dan motivasi belajar

siswa. 2. Kurang kesesuaian antara jumlah

materi yang diajarkan dan alokasi waktu.

1. Input nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan masalah di luar akademik yaitu siswa yang terhambat karena faktor ekonomi orang tua yang tidak mendukung.

2. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung pembelajaran

Upaya 1. Melakukan pengamatan secara langsung di kelas, menggunakan pendekatan personal bicara dari hati ke hati menanyakan masalah yang dihadapi oleh siswa; selain itu guru dituntut lebih memahami kemampuan siswa diantaranya dengan memberi tugas di luar jam pelajaran.

2. Guru harus dapat memilah-milah materi yang akan diajarkan, materi mana yang penting dan membutuhkan alokasi waktu lebih dan materi mana yang kurang penting dan tidak membutuhkan waktu banyak; guru harus lebih kreatif dalam mencari sumber pembelajaran lain yang relevan.

1. Lebih memanfaatkan lingkungan sekitar dan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, tidak hanya sebatas ceramah tapi dikombinasikan dengan metode lainnya seperti metode tanya jawab dan penugasan.

2. Guru dan pihak sekolah bekerja sama dengan pihak-pihak terkait berusaha memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan demi kelancaran proses belajar mengajar dan membuat media sendiri.

68

B. Temuan Penelitian

1. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Berdasarkan paparan data tentang karakteristik Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) diketahui bahwa Karakteristik Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) meliputi: (1) Aspek pengetahuan Kewarganegaraan,

pendidikan yang lebih fokus pada hak dan kewajiban. Dalam hal ini siswa harus

mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban sebagai warga negara, Ideologi

negara, nilai-nilai cinta tanah air, patriotisme dan perjuangan nasional; (2) Aspek

keterampilan Kewarganegaraan, kesadaran berbangsa dan bernegara. Dalam hal

ini siswa diharapkan dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara, misalnya berpartisipasi dalam pemilu, (3) Aspek nilai-nilai

Kewarganegaraan, pendidikan yang menanamkan nilai-nilai kejujuran, percaya

diri, kebersamaan dan tolong-menolong. Selain itu, Pendidikan kewarganegaraan

(PKn) sebagai Pendidikan yang menekankan nilai-nilai moral yang diberikan

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dalam upaya

menumbuhkan jati diri dan moral bangsa.

Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn),

guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam menentukan tujuan pembelajaran

menyesuaiakan dengan indikator pembelajaran. Proses perumusan indikator

pembelajaran dirumuskan mengacu pada Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) yang ada dalam kurikulum nasional yang disesuaikan

dengan kondisi sekolah. Hal ini penting mengingat setiap sekolah pasti

mempunyai perbedaan. Tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

69

tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang didasarkan pada

silabus, sesuai dengan jenjang kelas masing-masing.

Pendekatan-pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) antara lain pendekatan kontekstual

(contextual teaching and learning = CTL) pendekatan konsep dan pendekatan

individual.

2. Problematika yang Dihadapi Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

dalam Memilih Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan

SMK Merdeka Lawang

Berdasarkan paparan data tentang problematika yang dihadapi guru

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih metode pembelajaran di

SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang diketahui bahwa dalam

menyampaikan materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) metode

ceramah tidak bisa ditinggalkan karena materi yang diajarkan oleh guru bersifat

pokok saja, untuk yang lainnya siswa diminta membaca sendiri materi pelajaran

secara rinci. Selain itu, dalam mengaktifkan siswa guru juga menggunakan

berbagi metode pembelajaran di antaranya metode diskusi yang dikombinasikan

dengan metode ceramah, di sini guru hanya berperan sebagai fasilitator.

Berdasarkan Paparan data di atas juga diketahui bahwa dalam memilih

metode pembelajaran terbukti ada problematika yang dihadapi guru. Problematika

yang dihadapi guru dalam memilih metode pembelajaran adalah: (1) Minat dan

motivasi belajar siswa yang rendah, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang

tidak di ujikan dalam Ujian Akhir Nasional (UAN) membuat siswa kurang

termotivasi; (2) Input nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan masalah

70

di luar akademik yaitu siswa yang terhambat karena faktor ekonomi orang tua

yang tidak mendukung, setiap siswa pasti mempunyai ciri khas (karakteristik)

yang berbeda-beda dalam satu kelas; (3) Kurang kesesuaian antara jumlah materi

yang diajarkan dan alokasi waktu, berkembangnya proses belajar mengajar di

kelas terkadang alokasi waktunya tidak sesuai dengan yang direncanakan; (4)

Sarana dan prasarana pendukung pembelajaran masih terbatas dan penerapan

metode pembelajaran yang juga harus disesuaikan dengan media pembelajaran

yang digunakan membuat guru kesulitan memilih metode pembelajaran.

3. Upaya Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam Mengatasi

Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang

dan SMK Merdeka Lawang

Berdasarkan paparan data tentang upaya guru pendidikan kewarganegaraan

(PKn) dalam mengatasi problematika pemilihan metode pembelajaran di SMA

Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang diketahui bahwa guru telah

melakukan upaya-upaya dalam mengatasi problematika yang sedang dihadapi.

Permasalahan yang dihadapi guru yang berkaitan dengan minat dan

motivasi belajar siswa yang rendah dapat diupayakan dengan melakukan

pengamatan secara langsung di kelas, menggunakan pendekatan personal bicara

dari hati ke hati menanyakan masalah yang dihadapi oleh siswa; selain itu guru

dituntut lebih memahami kemampuan siswa diantaranya dengan memberi tugas di

luar jam pelajaran. Sedangkan permasalahan yang berkaitan dengan Input nilai

UAN (Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan masalah di luar akademik yaitu

siswa yang terhambat karena faktor ekonomi orang tua yang tidak mendukung

dapat diupayakan dengan lebih memanfaatkan lingkungan sekitar dan

71

menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, tidak hanya sebatas ceramah

tapi dikombinasikan dengan metode lainnya seperti metode tanya jawab dan

penugasan.

Selanjutnya permasalahan yang berkaitan dengan kurang kesesuaian antara

jumlah materi pelajaran dan alokasi waktu dapat diupayakan dengan cara guru

harus dapat memilah-milah materi yang akan diajarkan, materi mana yang penting

dan membutuhkan alokasi waktu lebih dan materi mana yang kurang penting dan

tidak membutuhkan waktu banyak; guru harus lebih kreatif dalam mencari sumber

pembelajaran lain yang relevan, misalnya dengan memanfaatkan perkembangan

teknologi yakni internet, koran dan majalah.

Permasalahan yang berkaitan dengan sarana dan prasarana yang minim

dapat diupayakan dengan cara guru dan pihak sekolah bekerja sama dengan pihak-

pihak terkait berusaha memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan demi

kelancaran proses belajar mengajar; membuat media sendiri, materi pelajaran

ditulis dikertas manila yang berbentuk skema-skema/bagan semacam peta konsep,

dan bagi guru yang belum bisa memanfaatkan sarana dan prasarana secara

maksimal harus lebih banyak belajar misalnya bagaimana cara seorang guru

mengoperasikan LCD sebagai media pembelajaran. Selain itu, kesulitan dalam

pemilihan metode pembelajaran dapat diupayakan melalui cara berkonsultasi

dengan sesama teman di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

72

BAB V

PEMBAHASAN

Setelah peneliti mengumpulkan dan memaparkan data hasil penelitian,

maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah membahas hasil penelitian

tersebut, sesuai dengan metode analisis dalam penelitian ini. Pada penelitian ini

peneliti akan membahas dan menganalisis hasil-hasil penelitian sesuai dengan

kerangka rumusan masalah.

A. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Berdasarkan temuan penelitian yang telah dipaparkan di atas diketahui

bahwa guru mempunyai pendapat yang hampir sama mengenai karakteristik

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Adapun karakteristik Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) meliputi:

1. Aspek Pengetahuan Kewarganegaraan

Aspek pengetahuan kewarganegaraan mencakup bidang politik, hukum

dan moral. Dalam penelitian ini pengetahuan kewarganegaraan telah diberikan

dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pengetahuan kewarganegaraan

tersebut disampaikan oleh guru dalam pembelajaran salah satunya melalui

metode ceramah. Siswa diharapkan memiliki pengetahuan misalnya mengenai

hak dan kewajiban sebagai warga negara; kedudukan, fungsi dan peranan

Pancasila sebagai Ideologi Negara; sistem pemerintahan di berbagai negara,

khususnya di Indonesia.

73

2. Aspek Keterampilan Kewarganegaraan

Aspek keterampilan kewarganegaraan mencakup keterampilan-

keterampilan dalam berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam hal ini siswa diharapkan memiliki kesadaran untuk ikut berpartisipasi

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti yang dicontohkan oleh

guru kewarganegaraan yaitu siswa berpartisipasi dalam pemilu. Salah satu

bukti untuk hal ini adalah umumya siswa sudah memiliki hak untuk memilih

dalam pemilihan umum. Siswa yang berkedudukan sebagai orang yang sedang

dalam proses belajar memperoleh kesempatan untuk berlatih dan menyiapkan

diri bagi kehidupannya pada waktu dewasa sebagai anggota masyarakat

sepenuhnya. Untuk memenuhi hal ini proses belajar ditekankan pada

kemampuan berpikir rasional melalui langkah berfikir yang benar dan

mengambil keputusan masalah yang paling tepat dalam memecahkan masalah.

3. Aspek Nilai-nilai Kewarganegaraan

Aspek nilai-nilai Kewarganegaraan mencakup percaya diri, komitmen,

toleransi, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan

berkumpul, tolong-menolong. Keseluruhan dari nilai-nilai tersebut tercermin

dalam pelaksanaan pembelajaran Kewarganegaraan yang dilakukan oleh guru

misalnya pada penerapan metode diskusi kelompok dalam proses

pembelajaran. Nilai-nilai kewarganegaraan penting bagi siswa dalam masa

belajarnya sebagai warga negara muda dan anggota masyarakat yang akan

melangsungkan tradisi kehidupan masyarakat yang selaras dan seimbang, di

mana anggota masyarakat hidup saling membutuhkan dan saling tergantung

antara satu dengan yang lainnya.

74

Mata pelajaran kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang

memegang peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik sesuai

dengan falsafah bangsa dan konstitusi Negara Republik Indonesia. Oleh karena

itu, karakteristik pembelajaran kewarganegaraan mencakup aspek pengetahuan,

aspek keterampilan dan aspek nilai-nilai kewarganegaraan.

Warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan

Kewarganegaraan (civic knowledge) dan keterampilan Kewarganegaraan (civic

skills) akan menjadi seseorang warga negara yang memiliki rasa percaya diri,

sedangkan warga negara yang telah memahami dan menguasai keterampilan

Kewarganegaraan serta nilai-nilai Kewarganegaraan (civics values) akan menjadi

seseorang warga negara yang memiliki komitmen kuat. Pada akhirnya, seseorang

warga negara yang menguasai ketiga aspek tersebut diharapkan akan

menjadikannya seorang warga negara yang berpengetahuan, terampil dan

berkepribadiaan serta membantu terwujudnya masyarakat yang demokratis dan

konstitusional.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) lebih menekankan aspek kurikulum

atau rencana pelajaran dengan mengutamakan cara pengembangan tingkah laku

sosial siswa untuk mencapai suatu hasil pendidikan berupa warga negara yang

baik. Aspek kurikulum di sini berarti pendidikan kewarganegaraan itu

mengandung karakteristik kurikulum umumnya, yaitu membantu pengembangan

potensi tingkah laku sosial yang dimiliki siswa dalam hidup masyarakat (Cahyoto,

1994:27).

75

Dari hasil temuan mengenai karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) di atas juga diketahui bahwa dalam penetapan tujuan pembelajaran guru

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK

Merdeka Lawang menyesuaikan dengan indikator pembelajaran. Proses

perumusan indikator pengajaran dirumuskan mengacu pada Standar Kompetensi

(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ada dalam kurikulum nasional yang

disesuaikan dengan kondisi sekolah. Hal ini penting mengingat setiap sekolah

pasti mempunyai perbedaan. Tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

didasarkan pada silabus, sesuai dengan jenjang kelas masing-masing.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yamin (2008:147) bahwa penetapan

tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode

yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pelajaran. Tujuan pembelajaran

merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan

yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan

metode-metode pembelajaran.

Sebagaimana juga yang diungkapkan oleh Djamarah (2006:109) bahwa

tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam

kegiatan belajar mengajar. Kepastian dan penjelasan proses belajar mengajar

berpangkal tolak dari jelas tidaknya indikator pengajaran. Dari kedua pendapat di

atas dapat disimpulkan bahwa tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan

pengajaran dan tujuan pembelajaran tersebut dapat terwujud salah satunya dengan

menggunakan metode-metode pembelajaran.

76

Untuk mencapai tujuan pembelajaran selain dengan menggunakan metode-

metode pembelajaran seorang guru juga perlu menggunakan pendekatan-

pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), pendekatan itu antara lain: pendekatan

konsep, pendekatan terpadu, pendekatan lingkungan yang semakin meluas,

pendekatan kontekstual dan pendekatan nilai moral.

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah pendekatan kontekstual (contextual

teaching and learning = CTL) pendekatan konsep dan pendekatan individual.

Dalam memilih pendekatan pembelajaran yang penting adalah tepat dan efektif

untuk mencapai sasaran. Selain beberapa pendekatan yang digunakan guru juga

menerapkan pembelajaran PAKEM.

PAKEM merupakan konsep pembelajaran yang lebih menitikberatkan

pada keaktifan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa apabila guru menerapkan pembelajaran

PAKEM maka pendekatan-pendekatan pembelajaran secara otomatis masuk di

dalamnya diantaranya: (1) pendekatan kontekstual (contextual teaching and

learning = CTL), dengan memanfaatkan lingkungan sekitar guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa; dan (2)

pendekatan konsep, yang sesuai dengan karakteristik Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) sehingga tidak bisa ditinggalkan oleh guru.

77

B. Problematika yang Dihadapi Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

dalam Memilih Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan

SMK Merdeka Lawang

Setiap guru senantiasa dihadapkan pada pertanyaan tentang metode-

metode apa yang akan digunakan untuk membantu siswa mempelajari konsep-

konsep atau membantu mereka mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang telah

ditetapkan. Berkaitan dengan hal itu patut disadari oleh guru bahwa tidak ada satu

metode yang terbaik atau yang cocok untuk semua situasi/mata pelajaran, atau

tidak ada “magic solution” dalam mengajar (Wahab, 2008:85).

Berdasarkan temuan penelitian yang telah dipaparkan di atas diketahui

bahwa guru mengalami problematika dalam memilih metode pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Selain itu, dapat diketahui juga bahwa

penggunaan metode ceramah yang tidak bisa ditinggalkan oleh guru dalam

penyampaian materi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Problematika yang dihadapi guru dalam memilih metode pembelajaran

adalah: (1) Minat dan motivasi belajar siswa yang rendah, (2) Input nilai UAN

(Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan masalah di luar akademik yaitu siswa

yang terhambat karena faktor ekonomi orang tua yang tidak mendukung, (3)

Kurang kesesuaian antara jumlah materi yang diajarkan dan alokasi waktu, (4)

Sarana dan prasarana pendukung pembelajaran masih terbatas.

Guru di sekolah menghadapi banyak siswa dengan bermacam-macam

motivasi belajar. Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan

siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk

belajar sehingga motivasi menjadi sangat penting dalam diri siswa.

78

Salah satu kendala yang dihadapi guru dalam pemilihan metode

pembelajaran adalah motivasi belajar siswa yang rendah. Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) yang tidak diujikan dalam Ujian Akhir Nasional (UAN)

membuat siswa kurang termotivasi dan menganggap mudah mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Menurut Mulyasa (2008:58) bahwa motivasi merupakan salah satu faktor

yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena siswa akan belajar

dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu,

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan

motivasi belajar siswa sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Sebagaimana juga yang diungkapkan oleh Dimyati dan Mudjiono

(2006:43) bahwa motivasi mempuyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang

memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik

perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang

studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting

dalam kehidupannya.

Setiap siswa pasti mempunyai ciri khas (karakteristik) yang berbeda-beda

dalam satu kelas. Kendala lain yang dihadapi guru adalah Input nilai UAN (Ujian

Akhir Nasional) yang rendah dan masalah di luar akademik yaitu siswa yang

terhambat karena faktor ekonomi orang tua yang tidak mendukung. Sebagaimana

yang diungkapkan oleh Wahab (2008:9) bahwa setiap siswa memiliki perbedaan

besar dalam kemampuan intelektualnya, keadaan sosial ekonomi, harapan-

harapannya, perkembangan emosional, kebutuhan, minat, motivasi dan lain-lain.

79

Selain motivasi, minat belajar dan Input nilai UAN (Ujian Akhir

Nasional) yang rendah. Guru juga mengalami kendala kurang kesesuaian antara

jumlah materi dan alokasi waktu. Berkembangnya proses belajar mengajar di

kelas terkadang alokasi waktunya tidak sesuai dengan yang direncanakan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yamin (2008:149) bahwa waktu

yang tersedia dalam pemberian materi yang pelajaran satu jam pelajaran 45 menit,

maka metode yang dipergunakan telah dirancang sebelumnya, termasuk di

dalamnya perangkat penunjang pembelajaran, perangkat pembelajaran itu dapat

dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti; transparan, chart, vidio

dan filem.

Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran (e-learning) di

maksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran

(Mulyasa, 2008:107). Fasilitas pendidikan pada umumnya mencakup sumber

belajar, sarana dan prasarana penunjang lainnya, sehingga peningkatan fasilitas

pendidikan harus ditekankan pada peningkatan sumber-sumber belajar, baik

kuantitas maupun kualitasnya, sejalan dengan teknologi pendidikan dewasa ini.

Selaras dengan teori di atas, sarana dan prasarana pendukung pembelajaran

yang masih terbatas dan penerapan metode pembelajaran yang juga harus

disesuaikan dengan media pembelajaran yang digunakan membuat guru kesulitan

memilih metode pembelajaran.

Sebagaimana dipaparkan di atas dalam menyampaikan materi, guru

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK

Merdeka Lawang tidak bisa meninggalkan penggunaan metode ceramah karena

materi yang diajarkan bersifat pokok saja, untuk yang lainnya siswa diminta

80

membaca sendiri materi pelajaran secara rinci. Dalam mengaktifkan siswa guru

juga menggunakan berbagi metode pembelajaran di antaranya metode diskusi

yang dikombinasikan dengan metode ceramah, di sini guru berperan sebagai

fasilitator.

Menurut Mulyasa (2008:53) bahwa tugas guru tidak hanya menyampaikan

informasi kepada siswa, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas

memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh siswa, agar

mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenagkan, gembira, penuh

semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka.

Pelaksanaan pembelajaran kewarganegaraan mengacu kepada

pembelajaran inovatif, menyenagkan dengan menggunakan banyak kreasi yang

subyeknya adalah siswa sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator,

mediator dan motivator dalam pembelajaran.

C. Upaya Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam Mengatasi

Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang

dan SMK Merdeka Lawang

Berdasarkan temuan penelitian yang telah dipaparkan di atas diketahui

bahwa guru telah melakukan upaya-upaya untuk mengatasi problematika yang

sedang dihadapi guru. Permasalahan yang berkaitan dengan minat dan motivasi

siswa yang rendah dapat diupayakan dengan melakukan pengamatan secara

langsung di kelas, menggunakan pendekatan personal (individual) bicara dari hati

ke hati menanyakan masalah yang dihadapi oleh siswa.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Djamarah (2006:55) bahwa

pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan

81

pengajaran. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan

pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja

melakukan pendekatan individual terhadap siswa di kelas. Persoalan kesulitan

belajar siswa lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan

individual.

Guru dituntut lebih memahami kemampuan siswa dalam memilih dan

menggunakan metode pelajaran. Meskipun setiap guru menggunakan metode

pembelajaran yang berbeda dalam menyampaikan materi pelajarannya di kelas,

namun terdapat keseragaman dalam tujuan penggunaan metode pembelajaran,

yaitu selalu berupaya untuk mengaktifkan dan melibatkan siswa selama proses

belajar mengajar berlangsung.

Di kelas ada sekelompok siswa. Mereka belajar dengan gaya yang

berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam. Cara mengungkapkan

pendapat, cara berpakaian, daya serap tingkat kecerdasan dan sebagainya, selalu

ada variasinya. Masing-masing siswa mempunyai karakteristik tersendiri yang

berbeda dari siswa satu dengan siswa lainnya.

Sebagaimana juga yang diungkapkan oleh Wahab (2008:8) materi guru

adalah benda hidup yang self active. Guru haruslah memahami sifat-sifat dan

karakteristik perkembangan siswa pada berbagai tingkatan agar guru dapat

mengoptimalkan minat dan motivasi siswa dalam tugas-tugas belajar siswa.

Perbedaan individu termasuk di dalamnya input nilai UAN (Ujian Akhir

Nasional) yang rendah diupayakan oleh guru dengan lebih memanfaatkan

lingkungan sekitar dalam menyampaikan materi pelajarannya. Selain itu, guru

juga menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, tidak hanya sebatas

82

ceramah tapi dikombinasikan dengan metode lainnya seperti metode tanya jawab

dan penugasan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Djamarah (2006:158) bahwa

penggunaan metode mengajar yang bervariasi dapat menggairahkan belajar siswa.

Penggunaan metode yang bervariasi dapat juga menjembatani gaya-gaya belajar

siswa dalam menyerap bahan pelajaran. Umpan balik dari siswa akan bangkit

sejalan dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan kondisi

psikologis siswa. Maka adalah penting memahami kondisi psikologis siswa

sebelum menggunakan metode mengajar guna mendapatkan umpan balik optimal

dari setiap siswa.

Selanjutnya permasalahan yang berkaitan dengan kurang kesesuaian antara

jumlah materi pelajaran dan alokasi waktu dapat diupayakan dengan cara guru

harus dapat memilah-milah materi yang akan diajarkan, dalam hal ini yang

dilakukan guru adalah dengan mempertimbangkan materi mana yang penting dan

membutuhkan alokasi waktu lebih dan materi mana yang kurang penting dan

tidak membutuhkan waktu banyak.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mulyasa (2008:141) bahwa guru

yang memiliki kompetensi profesional harus mampu memilah dan memilih serta

mengelompokkan materi pembelajaran yang akan disampaikannya kepada siswa

sesuai dengan jenisnya. Tanpa kompetensi profesional dapat dipastikan guru akan

mengalami berbagai kesulitan dalam membentuk kompetensi siswa, bahkan akan

gagal dalam melaksanakan pembelajaran.

Selain apa yang telah dipaparkan di atas untuk mengatasi problematika

kurang kesesuaian antara jumlah materi pelajaran dan alokasi waktu upaya lain

83

yang dilakukan guru adalah dengan lebih kreatif dalam mencari sumber belajar

lain yang relevan, dalam penelitian ini guru memanfaatkan perkembangan

teknologi yakni internet dan lingkungan sekitar, untuk mencari bahan pelajaran

lain selain dari buku paket yang digunakan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Setyosari (2001:83) bahwa bahan pelajaran yang digunakan guru harus sesuai

dengan tujuan yang telah dirumuskan. Bahan itu mungkin melimpah ruah, tetapi

tidak cocok dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh sebab itu, maka perlu

diupayakan sumber-sumber (sumber belajar) yang relevan untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan.

Permasalahan yang berkaitan dengan sarana dan prasarana yang minim

dapat diupayakan dengan cara guru dan pihak sekolah bekerja sama dengan pihak-

pihak terkait berusaha memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan demi

kelancaran proses belajar mengajar; membuat media sendiri, materi pelajaran

ditulis di kertas manila yang berbentuk skema-skema/bagan semacam peta

konsep, dan bagi guru yang belum bisa memanfaatkan sarana dan prasarana

secara maksimal harus lebih banyak belajar misalnya bagaimana cara seorang

guru mengoperasikan LCD sebagai media pembelajaran.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yamin (2008:173) bahwa media

adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar. Media memegang peran yang

penting dalam pembelajaran, piranti yang memegang peranan tersendiri dalam

proses pembelajaran. Walaupun begitu, penggunaan media sebagai alat bantu

tidak bisa sembarangan menurut kehendak hati guru. Tetapi harus memperhatikan

dan mempertimbangkan tujuan dan metode yang digunakan.

84

Selain itu, kesulitan dalam pemilihan metode pembelajaran diupayakan

guru dengan cara berkonsultasi dengan sesama teman di Musyawarah Guru Mata

Pelajaran (MGMP). Melalui MGMP diharapkan persoalan dapat diatasi termasuk

mencari alternatif pembelajaran yang tepat, menemukan variasi metode dan media

dalam pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mulyasa (2004:106)

bahwa dengan MGMP guru diharapkan persoalan dapat diatasi, termasuk

bagaimana mensiasati kompetensi yang diuraikan dalam kurikulum dan mencari

alternatif pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi metode dan

variasi media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

85

BAB VI

PENUTUP

Bagian terakhir pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran-

saran.

A. Kesimpulan

Dari serangkaian hasil analisis untuk membahas permasalahan-

permasalahan yang berawal dari latar belakang penulisan penelitian ini, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) meliputi; Pertama, aspek

pengetahuan Kewarganegaraan dimana siswa harus mengetahui apa yang

menjadi hak dan kewajiban sebagai warga negara. Kedua, aspek keterampilan

Kewarganegaraan, dalam hal ini siswa diharapkan dapat berpartisipasi dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketiga, adalah aspek nilai-nilai

Kewarganegaraan yang mana nilai kewarganegaraan sebagai pendidikan

menanamkan nilai-nilai kejujuran, percaya diri, kebersamaan dan tolong-

menolong. Pendidikan yang menekankan nilai-nilai moral yang diberikan

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dalam upaya

menumbuhkan jati diri dan moral bangsa. Dalam pelaksanaan pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), perumusan tujuan pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) disesuaikan dengan indikator. Proses

perumusan indikator pengajaran mengacu pada Standar Kompetensi (SK) dan

86

Kompetensi Dasar (KD) yang ada dalam kurikulum nasional yang disesuaikan

dengan kondisi sekolah. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan guru

dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah pendekatan

kontekstual (contextual teaching and learning = CTL) pendekatan konsep dan

pendekatan individual.

2. Problematika yang dihadapi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam

memilih metode pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka

Lawang antara lain: (1) Minat dan motivasi belajar siswa yang rendah,

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang tidak di ujikan dalam Ujian Akhir

Nasional (UAN) membuat siswa kurang termotivasi; (2) Input nilai UAN

(Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan masalah di luar akademik yaitu siswa

yang terhambat karena faktor ekonomi orang tua yang tidak mendukung,

setiap siswa pasti mempunyai ciri khas (karakteristik) yang berbeda-beda

dalam satu kelas; (3) Kurang kesesuaian antara jumlah materi yang diajarkan

dan alokasi waktu, berkembangnya proses belajar mengajar di kelas terkadang

alokasi waktunya tidak sesuai dengan yang direncanakan; (4) Sarana dan

prasarana pendukung pembelajaran masih terbatas dan penerapan metode

pembelajaran yang juga harus disesuaikan dengan media pembelajaran yang

digunakan membuat guru kesulitan memilih metode pembelajaran.

Problematika 2 dan 4 dihadapi oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

di SMK Merdeka Lawang. Problematika 1 dan 3 dihadapi oleh guru

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMA Negeri 1 Lawang.

87

3. Guru di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang telah melakukan

upaya dalam mengatasi problematika yang sedang dihadapi dalam memilih

metode pembelajaran, antara lain: (1) Permasalahan yang berkaitan dengan

minat dan motivasi belajar siswa yang rendah diupayakan dengan melakukan

pengamatan secara langsung di kelas, menggunakan pendekatan personal

menanyakan masalah yang dihadapi oleh siswa, selain itu guru dituntut lebih

memahami kemampuan siswa; (2) Permasalahan yang berkaitan dengan input

nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) yang rendah diupayakan dengan lebih

memanfaatkan lingkungan sekitar dan menggunakan metode pembelajaran

yang bervariasi serta menerapkan pembelajaran PAKEM; (3) Selanjutnya

permasalahan yang berkaitan dengan kurang kesesuaian antara jumlah materi

pelajaran dan alokasi waktu diupayakan dengan cara guru harus dapat

memilah-milah materi yang akan diajarkan, materi mana yang penting dan

membutuhkan alokasi waktu lebih dan materi mana yang kurang penting dan

tidak membutuhkan waktu banyak, guru harus lebih kreatif dalam mencari

sumber pembelajaran lain yang relevan. Selain itu, juga diupayakan melalui

cara berkonsultasi dengan sesama teman di Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP); (4) Permasalahan yang berkaitan dengan sarana dan prasarana yang

minim diupayakan dengan cara guru dan pihak sekolah bekerja sama dengan

pihak-pihak terkait berusaha memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan

demi kelancaran proses belajar mengajar.

88

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka disarankan:

1. Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pustaka, menambah kajian

perkuliahan bagi pengembangan pengetahuan dalam bidang pendidikan.

Khususnya yang berkaitan dengan masalah pembelajaran. Selain itu,

penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian

sejenis dimasa yang akan datang.

2. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat lebih meningkatkan kemampuan dan menambah

wawasan dalam menganalisis persoalan pembelajaran. Khususnya dalam

pemilihan dan penerapan metode pembelajaran yang baik dan tepat. Selain itu,

sebagai bahan pembanding teori yang didapatkan dibangku kuliah dengan

kenyataan di lapangan.

3. Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) perlu lebih meningkatkan

pengetahuan dan kemampuannya sebagai seorang tenaga pengajar yang

profesional. Perlunya kemandirian dari guru pengajar untuk dapat

menciptakan suasana kegiatan pembelajaran yang berkualitas, salah satunya

adalah melalui pemilihan metode pembelajaran yang tepat agar nantinya dapat

mencapai hasil belajar yang maksimal.

89

DAFTAR RUJUKAN

Al Hakim, dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.

Malang: Universitas Negeri Malang. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Astuti, Yeni Widia. 2002. Hambatan-hambatan yang dihadapi Guru Biologi

dalam penerapan Metode Pembelajaran Biologi di SMU Negeri se-Kabupaten Madiun. Skripsi tidak diterbitkan. Program sarjana Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Malang.

Cahyoto. 1994. Ilmu Kewarganegaraan. Malang: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas.

Dimyanti & Moedjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Handayani, P. T. & Suryani, P. A. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Giri

Utama. Miles, Matthew A. & Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif.

Diterjemahkan oleh Rohidi, Tjetjep Rohendi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)

Moleong, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2006. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 41 Tahun 2007

Tentang Standart Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. www.bsnp-indonesia.org. Diakses tanggal 15 September 2009.

Prantiasih, Arbaiyah. 1986. Metodik Pendidikan Moral Pancasila. Malang:

Pelaksana Kegiatan Penulisan Buku/Diktat Perkuliahan Sub Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi IKIP Malang.

90

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembelajaran Teori Dan Praktek. Malang:

Elang Mas. Universitas Negeri Malang. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Skripsi,

Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Edisi Keempat. Malang: Biro Administrasi Perencanaan, dan Sistem Informasi bekerjasama dengan Penerbit Universitas Negeri Malang.

Untari, Sri.2005. Buku Petunjuk Teknis Praktek Pengalaman Lapangan Bidang

Studi Pendidikan Kewarganegaraan. UPT Program Pengalaman Universitas Negeri Malang

Wahab, Abdul Aziz. 2008. Metode dan Model-model Mengajar Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta. Wahyuni, Ika Muji. 2007. Penerapan dan Problematika Guru dalam

Pembelajaran Matematika di SMP Negeri di Kediri kelas VII dan VII. Skripsi tidak diterbitkan. Program sarjana Matematika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Malang.

Wiyono, Bambang Budi. 2007. Metodologi Penelitian (Pendekatan kualitatif,

Kuantitatif, dan Action Research). Malang: Rasindo. Wulandari, Yusi. 2006. Upaya Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMA Negeri 3 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Malang.

Yamin, Martinis. 2008. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan

Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

91

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ika Oktaviani Lusiana

NIM : 105811480781

Jurusan/Program Studi : Hukum dan Kewarganegaraan/PPKn

Fakultas/Jenjang : Ilmu Sosial/S-1

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri; bukan merupakan pengambil-alihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya

sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiblakan,

maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 23 Desember 2009

Yang membuat pernyataan,

Ika Oktaviani Lusiana

NIM 105811480781

92

LAMPIRAN-LAMPIRAN

93

Lampiran 1

Foto Dokumentasi

Wawancara dengan Bapak Purba Wawancara dengan Bapak Prasetya Wawancara dengan siswa Wawancara dengan siswa

Proses pembelajaran di kelas

94

Lampiran 2

FORMAT KONSULTASI PENYUSUNAN SKRIPSI JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Semester Gasal 2009/2010 1. Nama Mahasiswa/NIM : Ika Oktaviani Lusiana/105811480781 2. Judul Skripsi : Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) serta Pemecahannya (Studi di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang)

3. Dosen Pembimbing : 1. Drs. H. Suparlan, M.Si. 2. Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si. NO. TANGGAL MATERI/BAB SARAN PEMBIMBING PARAF1. 30-03-2009 Judul skripsi Judul ACC dan lanjutkan ke

layout/outline

2. 31-03-2009 Layout/outline Revisi 3. 08-04-2009 Layout/outline

proposal ACC dan lanjutkan proposal

4. 16-04-2009 Proposal Skripsi Revisi 5. 24-04-2009 Proposal Skripsi Revisi 6. 01-05-2009 Proposal Skripsi Revisi 7. 20-05-2009 Proposal Skripsi ACC 8. 07-08-2009 Skripsi (Bab IV) Revisi 9. 08-09-2009 Skripsi (Bab IV,V) Revisi 10. 06-10-2009 Skripsi (Bab IV,V) Revisi 11. 21-10-2009 Skripsi (Bab IV,V) ACC 12. 18-11-2009 Skripsi (Bab IV,

V,VI dan Abstrak) Revisi

13. 21-12-2009 Skripsi (Bab IV, V,VI dan Abstrak)

ACC

Malang, 23 Desember 2009 Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Drs. Kt. Diara Astawa, SH. M.Si. NIP 19540522 198203 1 005

95

FORMAT KONSULTASI PENYUSUNAN SKRIPSI JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Semester Gasal 2009/2010 1. Nama Mahasiswa/NIM : Ika Oktaviani Lusiana/105811480781 2. Judul Skripsi : Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) serta Pemecahannya (Studi di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang)

3. Dosen Pembimbing : 1. Drs. H. Suparlan, M.Si. 2. Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si. NO. TANGGAL MATERI/BAB SARAN PEMBIMBING PARAF1. 31-03-2009 Judul skripsi Judul ACC dan lanjutkan ke

layout/outline

2. 01-04-2009 Layout/outline ACC dan lanjutkan proposal

3. 20-04-2009 Proposal Skripsi Revisi 4. 23-04-2009 Proposal Skripsi Revisi 5. 04-05-2009 Proposal Skripsi Revisi 6. 18-05-2009 Proposal Skripsi Revisi 7. 22-05-2009 Proposal Skripsi ACC 8. 10-08-2009 Skripsi (Bab IV) Revisi 9. 18-08-2009 Skripsi (Bab IV) ACC 10. 10-09-2009 Skripsi (Bab IV,V) Revisi 11. 20-10-2009 Skripsi (Bab IV,V) Revisi 12. 26-10-2009 Skripsi (Bab IV,V) ACC 13. 10-11-2009 Skripsi (Bab IV,

V,VI) Revisi

14. 16-12-2009 Skripsi (Bab IV, V,VI dan Abstrak)

Revisi

15. 23-12-2009 Skripsi (Bab IV, V,VI dan Abstrak)

ACC

Malang, 23 Desember 2009 Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Drs. Kt. Diara Astawa, SH. M.Si. NIP 19540522 198203 1 005

96

Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA

A. Untuk Guru

1. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang karakteristik Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn)?

2. Bagaimana proses perumusan kompetensi pembelajaran?

3. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

siswa?

4. Sebelum memulai pelajaran apa yang Bapak/Ibu lakukan?

5. Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), jenis pendekatan

apa yang Bapak/Ibu gunakan?

6. Bagaimana guru merencanakan materi pelajaran?

7. Bahan ajar apa yang Bapak/Ibu gunakan pada saat mengajar?

8. Apakah ada bahan ajar yang lain untuk memperdalam materi pelajaran?

9. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam mengembangkan materi

pelajaran yang diajarkan?

10. Metode apakah yang digunakan dalam penyampaian materi pelajaran dan

alasan penggunaan metode pembelajaran tersebut?

11. Apakah kesulitan yang Bapak/Ibu hadapi dalam memilih metode

pembelajaran?

12. Dari berbagai macam metode pembelajaran yang diterapkan, metode mana

yang menurut anda paling berhasil?

13. Dengan metode yang Bapak/Ibu gunakan, kesulitan apa yang Bapak/Ibu

alami?

14. Bagaimana upaya mengatasi kesulitan-kesulitan yang Bapak/Ibu hadapi dalam

memilih metode pembelajaran?

15. Media pembelajaran apa yang pernah Bapak/Ibu pakai?

16. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam merencanakan/menggunakan

media pembelajaran?

17. Bagaimana pelaksanaan evaluasi hasil belajar PKn?

97

18. Bagaimana proses belajar mengajar di kelas berlangsung?

19. Bagaimana cara Bapak/Ibu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan,

agar siswa tidak mudah jenuh?

20. Kegiatan apakah yang Bapak/Ibu lakukan sebagai tindak lanjut pembelajaran

PKn?

B. Untuk Siswa

1. Bagaimanakah cara anda mempelajari mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn)?

2. Apakah yang membuat anda merasa kesulitan dalam memahami pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)?

3. Metode apa yang digunakan oleh guru anda?

4. Apakah manfaat yang anda peroleh ketika guru menerapkan metode yang

digunakan di kelas?

5. Apakah anda mengalami kesulitan pada saat penerapan metode yang

digunakan guru di kelas?

6. Apa kesulitan anda saat penerapan metode di kelas?

7. Bagaimana upaya anda untuk mengatasi masalah tersebut?

8. Kegiatan apakah yang dilakukan oleh guru anda pada awal (pembukaan),

kegiatan inti dan penutup?

9. Apakah bentuk soal yang diberikan oleh guru anada dalam kegiatan evaluasi?

10. Bagaimana suasana belajar ketika kegiatan belajar mengajar dilakukan?

103

RIWAYAT HIDUP

Ika Oktaviani Lusiana dilahirkan di Bojonegoro, Jawa Timur pada tanggal 19 Oktober 1987, anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Sudjiatno dan Ibu Ju’anah. Pendidikan dasar dan menengah telah ditempuh di kampung halamannya di Bojonegoro. Tamat SD tahun 1999 di SD Samberan II, SMP tahun 2002 di SMP Negeri 1 Sumberrejo, dan pada tahun 2005 di SMA Negeri 1 Sumberrejo.

Kemudian ia melanjutkan Pendidikan Tinggi melalui seleksi SPMB di Universitas Negeri Malang (UM). Ia mengambil Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Program Studi PPKn yang diselesaikan pada tahun 2010. Semasa di Perguruan Tinggi ia pernah menerima Beasiswa Supersemar periode 2007, 2008 dan 2009.