jurnal perina trida

18
Jurnal Reading SERUM AMYLOID A : PENANDA AWAL DAN AKURAT PADA SEPSIS ONSET AWAL NEONATUS oleh : Chairunnisa Puji Hapsari G0007050 Trida Ermawati G0007167 Pembimbing : Dr. Sunyataningkamto, Sp.A

Upload: ain-thani

Post on 25-Jul-2015

94 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Jurnal Reading

SERUM AMYLOID A : PENANDA AWAL DAN AKURAT

PADA SEPSIS ONSET AWAL NEONATUS

oleh :

Chairunnisa Puji Hapsari G0007050

Trida Ermawati G0007167

Pembimbing :

Dr. Sunyataningkamto, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2012

SERUM AMYLOID A : PENANDA AWAL DAN AKURAT PADA SEPSIS ONSET

AWAL NEONATUS

Tujuan: Untuk mengevaluasi ketepatan serum amiloid A (SAA), sebuah protein fase akut

dalam deteksi sepsis onset awal pada neonatus, dengan cara SAA kit otomatis cepat.

Desain Studi: bayi dengan usia <72 jam, yang memiliki faktor risiko dan/ atau yang diduga

menderita sepsis, yang memenuhi syarat untuk studi. Tingkat SAA dilakukan pada 0, 24 dan

48 jam pasca evaluasi sepsis. Tiga puluh bayi yang sesuai berkedudukan sebagai kelompok

kontrol untuk membandingkan konsentrasi SAA.

Hasil: Dari 104 bayi memenuhi syarat untuk masuk penelitian, 23 dengan sepsis dan 81

yang belum menderita sepsis. Tingkat SAA dari kelompok sepsis secara signifikan lebih

tinggi dibandingkan kelompok non sepsis pada 0,24 dan 48 jam (P <0,01 untuk sepanjang

waktu poin). Dibandingkan dengan C-reaktif (CRP) protein, tingkat SAA naik lebih awal

dan dengan cara yang lebih akurat, memiliki tingkat lebih tinggi dan kembali lebih cepat

untuk nilai normal pada bayi dengan sepsis onset dini. Pada 0 jam pasca evaluasi sepsis,

serum SAA memiliki akurasi diagnostik lebih baik secara keseluruhan untuk memprediksi

sepsis onset awal dari CRP (sensitivitas (96 vs 30%), spesifisitas (95 vs 98%), nilai prediksi

positif (85 vs 78%), nilai prediksi negatif (99 vs 83%), positive likelihood ratio (19 vs 12),

dan negatif likelihood ratio (0,05 vs 0,71).

Kesimpulan: SSA dianjurkan sebagai penanda inflamasi sepsis onset awal pada neonatus.

PENDAHULUAN

Early-onset sepsis (EOS) pada neonatus di era pengobatan antibiotik perinatal telah

jarang terjadi, yaitu dalam 1 sampai 5 per 1000 kelahiran hidup, bagaimanapun hal tersebut

menyebabkan risiko mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Karena tanda-tanda yang tidak

spesifik, diagnosis klinis sepsis pada neonatus sulit untuk ditentukan. Kultur darah

merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk diagnosa yang memiliki sensitivitas 50

sampai 80% EOS pada neonatus. Ada sedikit tambahan nonspesifik, tes diagnostik untuk

screening membantu dokter untuk mengidentifikasi bayi baru lahir yang menderita EOS.

Reaktan fase akut seperti C-reaktif protein (CRP) dan sitokin, misalnya, interleukin (IL) -6,

IL-8, dan tumor nekrosis faktor alfa (TNF-a), telah terbukti berkorelasi dengan diagnosis

EOS. Namun, CRP tampaknya kurang sensitif saat onset sepsis, dan juga sitokin karena

waktu paruh mereka yang pendek kurang sensitif setelah 12 dan 24 jam sejak timbulnya

sepsis, sehingga meningkatkan risiko hasil negatif palsu. Procalcitonin, sebuah penanda

awal infeksi bakteri, tampaknya menjadi bernilai selain hasil pemeriksaan diagnostik awal

saat EOS. Namun, kebanyakan penelitian yang menyelidiki penanda awal EOS pada

neonatus menyimpulkan bahwa procalcitonin tidak lebih baik dari CRP dalam menilai EOS

dan bahwa akurasi diagnostik yang rumit oleh peningkatan fisiologis selama hari-hari

pertama kehidupan. Beberapa penelitian, menganalisis bayi cukup bulan yang dicurigai

sepsis, yang baru-baru ini menunjukkan bahwa penanda inflamasi seperti IL-8 dalam darah

dan neutrofil CD64 adalah indikator yang sangat sensitif dari EOS dalam penelitian, tetapi

karena persyaratan penanganan khusus, mereka tidak tersedia di laboratorium rumah sakit.

Amiloid serum A (SAA), sebuah reaktan fase akut terbukti bermanfaat dalam

berbagai penyakit akut (bakteri, virus, traumatis, rematik dan penyakit jantung iskemik).

Liberatori dkk, menganalisis empat bayi prematur dan empat bayi cukup bulan dengan EOS,

menunjukkan bahwa kadar SAA naik, puncak dan penurunan kadar intensitas seperti yang

diharapkan untuk fase akut protein. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa SAA memiliki

akurasi diagnostik lebih baik dari CRP dan dapat digunakan secara rutin dalam klinis untuk

mendiagnosa, follow-up, dan memprediksi hasil sepsis onset akhir pada bayi-bayi prematur.

Karena itu, kami bertujuan untuk mengevaluasi keakuratan diagnostik SAA pada EOS

neonatus dalam 0 dan 24 jam setelah lahir. Sebuah perbandingan diambil antara dinamika

SAA dan CRP, sebuah protein fase akut yang biasa digunakan dalam EOS, dan hubungan

mereka dengan perjalanan klinis selama 48 jam EOS pada bayi cukup bulan.

METODE

Studi populasi

Enam ribu lima ratus enam puluh bayi yang berurutan mendaftar ke Neonatal

Department of Meir Medical Center (Kfar Saba, Israel) selama periode 16 bulan (berakhir

Maret 2005) dengan usia kehamilan 37 minggu atau lebih dan secara prospektif discreening

untuk sepsis. Seratus dua puluh bayi mempunyai faktor risiko pra-, peri-, atau pasca

kelahiran dan / atau diduga sepsis. Dikecualikan lima bayi dengan kelainan bawaan yang

mirip EOS. Tiga orang tua menolak berpartisipasi. Pada tiga bayi data tidak cukup untuk

analisis dan pada tambahan lima bayi, darah diambil pada waktu yang tidak tepat. Dengan

demikian, jumlah akhir yang didapat untuk evaluasi sepsis pada bayi adalah 104.

Untuk penelitian juga direkrut kelompok kontrol yaitu sebanyak 30 bayi cukup

bulan, sesuai untuk usia kehamilan (P = 0,76) dan metode kelahiran (P = 0,59), yang

darahnya diambil pada interval 24 jam untuk follw-up jaundice. Mereka berkedudukan

sebagai kontrol untuk membandingkan konsentrasi SAA.

Protokol penelitian telah disetujui oleh Institutional Review Board of Meir-Medical

Center dan bentuk tertulis informed consent yang diperoleh dari semua orang tua.

Kriteria skrining awal yang diduga sebagai EOS

Bayi diduga menderita EOS neonatus jika mempunyai faktor risiko klinis dan

laboratorium yang mendukung sepsis jika ditemukan: (1) diagnosis infeksi ibu pada waktu

kelahiran berdasarkan adanya peningkatan temperatur ibu >380C (setelah mengesampingkan

fokus infeksi yang tidak berhubungan dengan janin) dan disertai dengan setidaknya salah

satu tanda-tanda klinis yang menyertai (2) cairan ketuban berbau tidak enak, (3) kultur

plasenta positif, (4) takikardi janin (> 160 denyut per menit), dan (5) ruptur membran yang

lama, lebih dari 18 jam.

Kriteria klinis dan laboratorium neonatus yang diduga EOS adalah sebagai berikut:

(1) ketidakstabilan suhu (<36.5 0C atau >37.5 0C) pada dua kesempatan dalam waktu 6 jam,

(2) pucat, (3) perfusi kulit yang buruk (Pengisian kapiler >3 s), (4) gangguan pernapasan

(takipnea >60 respirasi per menit saat istirahat dan / atau dispnea (retraksi, nafas cuping

hidung, mendengus), (5) apnea (tidak ada aliran gas inspirasi selama 20 s atau lebih pendek

terkait dengan bradikardia (<100 denyut per menit), sianosis atau pucat), (6) perlu untuk

oksigen, (7) letargi atau iritabilitas; (8) hipotensi (tekanan darah sistolik <Hg 50mm); (9)

otot hipotonia; (10) muntah terus-menerus; (11) distensi abdomen; (12) leukositosis (sel

darah putih (WBC) hitung > 34 000 x 109 /l); (13) leukopenia (WBC count <5000 x 109/l);

(14) immature Neutrofil > 10%; (15) immature untuk rasio neutrofil total > 0,2; (16)

trombositopenia <100 000 x 109/l; (17) hiperglikemia (Glukosa konsentrasi> 180 mg / dl),

dan (18) hipoglikemia (Glukosa konsentrasi <40 mg / dl).

Konsentrasi SAA dan CRP, parameter klinis dan biokimia dan kultur darah

dilakukan pada 0, 24, dan 48 evaluasi postsepsis. Rontgen thorax dan lumbal pungsi untuk

analisis cairan serebrospinal (LCS) dilakukan pada setiap bayi yang menunjukkan gejala.

Definisi sepsis onset awal

Definisi EOS didasarkan pada kultur darah positif dan adanya tanda-tanda klinis dan

biokimia yang diduga sepsis (yakni, sepsis terbukti). Bila kultur darah negatif, definisi

EOS didasarkan pada adanya tanda-tanda klinis dan gejala infeksi dan setidaknya dua hasil

laboratorium yang abnormal (yaitu, klinis sepsis) . Deteksi Staphylococcus koagulase-

negatif diperlukan kultur dari dua lokasi. Meningitis didiagnosis ketika cairan spinal tumbuh

bakteri. Awal-awal pneumonia didiagnosa ketika gangguan pernapasan terdeteksi segera

setelah lahir dan terkait dengan opasitas kasar dalam dua kali foto thorax berturut-turut yang

ditafsirkan oleh konsultan ahli radiologi. Diagnosis EOS dibuat oleh neonatologist, tanpa

mengetahui tingkat SAA.

Sesuai dengan definisi EOS, bayi yang memenuhi kriteria penyeleksian dijelaskan

sebelumnya dan dibagi menjadi kelompok sepsis (baik sepsis terbukti klinis atau sepsis) dan

nonsepsis (yang akhirnya tidak memenuhi definisi EOS).

Pengolahan dan pengukuran Serum Amyloid A dan Protein C-reaktif

Tingkat SAA, dengan hanya menggunakan 3 µl serum untuk tes SAA, dan parameter

biokimia lainnya ditentukan dari sample yang sama segera setelah darah diambil. The

automated latex photometric immunoassay agglutination reaction LZ TEST 'Eiken' SAA

(Eiken Chemical Co Ltd, Tokyo, Jepang) disesuaikan dengan Hitachi 917 dengan

menggunakan dua poin reaksi selama 10 menit dan absorbansi di 660 mu. Reagen pertama

dimasukkan kedalam reaksi buffer, sedangkan yang kedua mencakup suspensi lateks. Yang

terakhir disensitisasi dengan antihuman SAA antibodi poliklonal kelinci dan antihuman

SAA antibodi monoklonal tikus. SAA yang diuji menghasilkan reaksi aglutinasi antigen-

antibodi, dimana aglutinasi sebanding dengan konsentrasi SAA dalam serum. Rentang

reaksi adalah antara 0 dan 386 µg / ml dan ketepatan dalam rentang <10%. Tidak ada

interferensi dari bilirubin (<25 mg / dl), hemoglobin atau lipid. Uji Tina-quant

immunoturbidimetric di serum manusia (Roche / Hitachi 917 modular package, high sensitif

CRP) digunakan dalam penentuan in vitro kuantitatif dari CRP dengan kisaran normal <10

mg / l.

Analisis Statistik

Analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows Version 14.0 (SPSS Inc.

2003, Chicago, IL, USA). Data yang digunakan adalah rata-rata atau median (jarak

interkuartal) dan dibandingkan dengan menggunakan Student’s t-test tidak berpasangan atau

tes ANOVA ketika distribusi data normal. Data kategorikal dianalisis menggunakan tes

Pearson’s x2. Tes Mann-Whitney U digunakan untuk menguji signifikansi dari perbedaan

konsentrasi SAA dan CRP antara kelompok sepsis dan kelompok non-sepsis. Pengukuran

akurasi diagnosis dari SAA dan CRP untuk deteksi EOS pada neonates (sensitivitas,

spesifitas, Nilai Prediksi Positif (PPV), Nilai Prediksi Negatif (NPV), likelihood ratio positif

(LR+), dan likelihood ratio negatif (LR-)) dihitung hanya pada bayi suspek sepsis. Area di

bawah kurva receiver operator characteristic (ROC) diestimasi. Titik optimal cutoff telah

ditentukan agar dapat menentukan hasil dengan sensitivitas yang tinggi dan spesifitas yang

tinggi (positif palsu yang rendah). Analisis regresi multivariabel dilakukan untuk

menentukan kontribusi relatif dari variabel explanatory, termasuk sepsis atau tidak sepsis,

cara kelahiran, evaluasi waktu sepsis, umur kehamilan, APGAR Score, dan demam in partu

pada konsentrasi SAA. Signifikansi statistik di set pada P< 0,05.

HASIL

104 bayi yang di skrining awal (n = 6560) memenuhi kriteria inklusi EOS. Dari

jumlah tersebut, 23 bayi (0,35%) didiagnosa dengan sepsis. Sebelas bayi yang telah terbukti

jelas sepsis (6 bayi memiliki kultur darah positif Streptococcus group B, 4 bayi dengan

Escherichia Coli, dan 1 dengan Staphylococcus aureus) dan 12 bayi dengan klinis sepsis.

Regimen penatalaksanaan terdiri dari antibiotik untuk 7-10 hari. 81 bayi lainnya memenuhi

kriteria skrining EOS, dan hasilnya tidak ada sepsis dan pengobatan antibiotik dihentikan 48

sampai 72 jam dari evaluasi sepsis tanpa keraguan klinis. 17 bayi lainnya takipneu transient

pada bayi yang baru lahir, 7 mengalami apneu dan desaturasi, 5 mengalami reflux

gastroesofageal, 4 memiliki sindrom aspirasi mekonium, 3 memiliki hipertensi pulmonary

persisten, dan 45 sisanya memiliki factor resiko atau tanda dari EOS tetapi gejala-gejala

yang ada tidak sesuai dengan definisi sepsis neonatus. Semua bayi dalam kelompok

penelitian tidak memiliki pneumonia dan kultur CSF negatif. Tidak ada kematian yang

ditemukan dalam penelitian ini.

Usia postnatal dimana dilakukan evaluasi sepsis tidak berbeda baik pada kelompok

sepsis yang telah terbukti sepsis dan secara klinis sepsis, maupun pada kelompok non-sepsis

(4,8±1.84, 5,04±1.24 dan 5,1±2.21 jam; P>0,1). Analisis berdasarkan usia kehamilan, berat

lahir, cara kelahiran, kali melahirkan, dan APGAR Score setelah 1 dan 5 menit menunjukkan

tidak ada perbedaan statistik antara kelompok sepsis, non-sepsis, dan kelompok kontrol.

Seluruh factor resiko prenatal dan kebanyakan tanda klinis pada kasus yang dicurigai

sebagai EOS tidak dapat membedakan antara kelompok sepsis dengan kelompok non-sepsis,

atau antara kelompok yang terbukti sepsis dan secara klinis menderita sepsis (kecuali

hipotoni muscular yang secara signifikan lebih tinggi pada kedua sub kelompok sepsis) bila

dibandingkan dengan kelompok non-sepsis (P<0,05). Perbandingan antara parameter

laboratorium pada kasus yang dicurigai EOS juga menunjukkan bahwa hiperglikemia dan

I/T neutrofil > 0,02 secara signifikan lebih umum pada kelompok sepsis bila dibandingkan

dengan kelompok non-sepsis (P<0,05 pada kedua parameter). Walaupun begitu, hipotoni

muscular, hiperglikemia, dan I/T hitung jenis neutrofil > 0,02 terdapat hanya pada 54, 19,

dan 45%, pada bayi dengan sepsis. Parameter biokimia pada bayi dengan sepsis yang telah

terbukti sepsis dan secara klinis sepsis juga tidak berbeda satu sama lain (P>0,05).

Perhitungan waktu dari CRP dan SAA ditunjukkan pada gambar 1. Kadar SAA pada

kelompok sepsis dibandingkan dengan kelompok non-sepsis secara signifikan meningkat

pada 0, 24 dan 48 jam (P<0,01 pada 3 kali pemeriksaan), mencapai nilai maksimal pada 24

jam dan menurun menuju nilai baseline sesuai dengan perbaikan klinis. Dibandingkan

dengan CRP, kadar SAA meningkat lebih awal dan lebih tajam, memiliki kadar yang lebih

tinggi dan kembali ke nilai normal lebih cepat pada bayi dengan EOS. Konsentrasi SAA

yang rendah yang terus menerus terlihat pada kelompok kontrol. Analisis terpisah yang

dilakukan pada kadar SAA dan CRP pada pasien dengan sepsis yang telah terbukti sepsis

dan secara klinis sepsis tidak menggambarkan perbedaan yang signifikan antara kedua

kelompok (P=0,33). Tidak ada perbedaan yang ditemukan antara kelompok non-sepsis

dengan kelompok kontrol (P=0,1).

Pada analisis regresi multivariabel, kadar SAA pada 0, 24 dan 48 jam setelah onset

sepsis dipengaruhi secara bebas oleh ada atau tidak adanya sepsis. (R2 0,720 pada 0 jam,

0,705 pada 24 jam dan 0,518 pada 48 jam ; P<0,001), akan tetapi tidak dengan cara

kelahiran, waktu evaluasi sepsis, usia kehamilan, APGAR Score, dan demam in partu

(P>0,05 untuk semua variabel). Kurva ROC menunjukkan nilai cutoff optimal sensitivitas

maksimal SAA pada bayi suspek sepsis (baik sepsis dan kelompok non-sepsis) 8 mg/l pada

0 jam dan 10 mg/l pada 24 jam setelah evaluasi sepsis. Nilai cutoff optimal untuk CRP 7

mg/l pada 0 jam da 24 jam setelah evaluasi sepsis. Ketika dibandingkan dengan CRP, SAA

memiliki area di bawah kurva (AUC) terluas dengan kadar yang lebih tinggi secara

signifikan pada 0 jam (SAA (AUC, 0,987; 95% CI, 0,97 sampai 1,00); CRP (AUC, 0,843;

95% CI, 0,72 sampai 0,96; P<0,01)) tetapi tidak pada 24 jam (SAA (AUC, 0,997; 95% CI,

0,99 sampai 1,00); CRP (AUC, 0,998; 95% CI, 0,99 sampai 1,00; P>0,05)). SAA juga

memilki sensitivitas, NPV, LR +, LR – yang lebih tinggi daripada CRP pada onset sepsis (0

jam). Pada 24 jam setelah onset sepsis, SAA memiliki akurasi yang sama dengan CRP

dalam mendeteksi sepsis (tabel 2).

DISKUSI

Penegakkan diagnosis pada EOS menjadi sebuah dilemma sehari-hari bagi para

klinisi dikarenakan tidak adanya tanda spesifik pada kebanyakan bayi yang terinfeksi.

Walaupun hipotoni muscular, hiperglikemia, dan I/T hitung jenis neutrofil >0,2 lebih umum

terjadi pada kelompok sepsis, tanda-tanda tersebut muncul hanya 52% pada hipotoni

muskular, 16% pada hiperglikemia, dan 44 % pada I/T hitung jenis neutrofil >0,2, pada bayi

dengan sepsis, dan tidak cukup sensitif dan spesifik untuk membedakan secara jelas antara

bayi-bayi yang telah memiliki sepsis dan yang tidak. CRP adalah reaktan pada fase akut

yang biasa digunakan pada evaluasi EOS, akan tetapi tidak cukup sensitif untuk

menentukan diagnosis pada stage awal infeksi pada neonatus; maka, CRP lalu digunakan

dengan cara kombinasi dengan penanda lain yang biasa muncul pada awal infeksi seperti IL-

6 dan IL-8. Walaupun begitu, sehubungan dengan pendeknya masa hidup dan turunnya

sensitivitas IL setelah 12 sampai 24jam setelah onset infeksi, ada kemungkinan

meningkatnya hasil negatif palsu. SAA diketahui sebagai penanda inflamasi yang akurat

untuk diagnosis dan follow up pada sepsis late-onset pada bayi premature dan memiliki

sensitivitas dan spesivitas yang lebih tinggi dalam menentukan masa inflamasi. Kami

menemukan bahwa SAA memiliki sensitivitas yang tinggi dan NPV pada waktu evaluasi

sepsis, maka SAA dapat digunakan sebagai penanda yang sensitif untuk deteksi EOS,

walaupun tetap ada beberapa kasus nyata EOS dimana kadar SAA tetap rendah.

Dibandingkan dengan CRP, SAA lebih sensitif pada onset sepsis, kadarnya meningkat lebih

awal dan secara tajam, memiliki kadar yang lebih tinggi, dan kembali lebih cepat pada nilai

normal pada bayi yang dalam masa penyembuhan, sehingga dapat membantu diagnosis EOS

secara akurat dan cepat. Karena tidak ada transfer SAA dan CRP secara transplasenta

sewaktu hamil, kadar CRP dan SAA yang meningkat setelah kelahiran menunjukkan sebuah

bentuk endogen dari produk-produk inflamasi pada bayi itu sendiri. Lebih jauh lagi, proses

kelahiran sendiri tidak mempengaruhi kadar SAA yang ditunjukkan dengan konsentrasi

SAA yang tetap rendah kelompok kontrol kami selama 48 jam kehidupan. Marchini dkk

menunjukkan kelahiran pervaginam dapat meningkatkan respon fase akut pada neonatus bila

dibandingkan dengan Seksio-Caesaria, dan menyebabkan elevasi SAA sampai kadar median

yaitu 4,2 mg/l sekitar 24 jam setelah kelahiran. Walaupun begitu, kadar ini jauh lebih rendah

bila dibandingkan dengan yang ada pada kelompok sepsis kami dan dikaburkan dengan

respon yang dipicu oleh sepsis. Lebih jauh lagi, kami tidak menemukan adanya hubungan

antara cara kelahiran dengan kadar SAA atau CRP pada sepsis, non-sepsis, dan kelompok

kontrol. Mekanisme yang bertanggung jawab atas perbedaan respon dari SAA dan CRP

pada stimulus infeksi masih belum diketahui. Walaupun begitu, karena stimulus mayor

sekresi SAA adalah sitokin-sitokin proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF-α, maka

dapat diasumsikan bahwa dengan mengukur SAA dapat memberikan kita indikasi efek total

dari seluruh sitokin-sitokin inflamasi yang memproduksi SAA. Penemuan bahwa SAA

secara spesifik mengaktivasi fungsi antimikroba polimorfonuklear dengan menginduksi

degranulasi, fagositosis, dan peningkatan aktivitas antikandida, dapat menjelaskan sebagian

perbedaan dari kerja SAA dan CRP.

Sebuah masalah penting dalam mendeteksi dan penatalaksanaan EOS adalah adanya

kultur darah yang positif. Kami memasukkan ke dalam kelompok sepsis, bayi-bayi yang

lahir cukup bulan yang memiliki tanda klinis dan parameter laboratories infeksi, akan tetapi

tidak memiliki kultur darah positif untuk EOS. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa

kultur darah negatif tidak selalu tidak mendukung diagnosis EOS dan bahwa sensitivitas

kultur darah hanya 50-80%, terutama pada neonatus dimana ibunya diterapi antibiotik

profilaksis, hal-hal tersebut mendukung penelitian ini sesuai atau relevan dengan kenyataan

di lapangan.

Tidak ada perbandingan yang dibuat antara SAA dengan penanda inflamasi lainnya

yang biasa digunakan seperti prokalsitonin atau sitokin, yang mana telah diketahui

merupakan kombinasi yang dapat dipercaya dengan CRP untuk mendeteksi EOS dan untuk

mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak perlu. Karena SAA meningkat pada waktu

awal EOS dan dipicu oleh banyak sitokin, SAA mungkin dapat dimasukkan sebagai penanda

lain untuk mendeteksi EOS.

Kesimpulannya, SAA, sebuah penanda inflamasi EOS pada neonatus, memiliki

akurasi diagnostik yang lebih baik daripada CRP pada 0 jam evaluasi setelah sepsis.

Pemeriksaan SAA ini dapat dengan mudah dan cepat dilakukan pada setiap laboratorium

pelayanan dan digunakan sebagai alat yang dapat dipercaya untuk mendeteksi EOS neonatus

pada bayi cukup bulan.