jurnal hasil telaah literatur

3
LEMBAR KERJA PENYUSUNAN ARTIKEL ILMIAH UNTUK JURNAL ARTIKEL ILMIAH KAJIAN TEORI 1. Judul Artikel PENDIDIK SAATNYA MENJADIKAN PENDIDIKAN INKLUSI SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PENDIDIKAN UNTUK SEMUA 2. Nama Penulis Imam Nashokha 3. Alamat Penulis Jl. Anggrek 2 Pembataan Kec. Murung Pudak, Kab. Tabalong, Kalimantan Selatan, 08133445196; [email protected] 4. Abstrak dan Kata Kunci Profesionalitas pendidik dapat diukur dari kecakapan untuk merencanakan dan mengelola perubahan baik bersifat kebijakan administratif maupun substansi pendidikan yang bersifat makro, messeo dan mikro pembelajaran. Responsif, dinamis, memiliki kecerdasan universal dan multi disiplin serta terus berupaya meningkatkan wawasan kependidikan secara adaptif. Konsep pendidikan inklusi yang berusah memberikan format pendidikan tanpa batas, untuk semua, cross culture of education, adalah desain baru pendidikan yang juga harus bisa dipahami dan mampu diimplementasikan dalam praktik kependidikan. Tuntutan untuk terus siap menerima perubahan sistem pendidikan global dan mempersiapkan perencanaan pendidikan dengan baik adalah skill yang harus tetap dipertahankan dan dikembangkan. Kata Kunci: Pendidik, Pendidikan Inklusi 5. Pendahuluan Pendidikan yang mampu melayani semua anak dalam keragaman dan perbedaan, dengan fokus untuk mengoptimalkan potensi anak secara penuh, kini menjadi kecenderungan reformasi pendidikan yang tengah dikembangkan oleh banyak negara. Karena itu, semangat baru pendidikan ini harus secepatnya mampu direspon dan dipahami oleh para pendidik dan pengelola pendidikan di negeri ini dalam upaya menyuguhkan model pendidikan terbaik untuk semua. Kompetensi pendidikan dan pengajaran yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan profesional, baik bersifat pribadi, sosial maupun akademis dalam bidang keguruan bagi tenaga kependidikan, saatnya diterapkan secara aplikatif dan mampu merespons segala bentuk pengembangan atau desain pendidikan yang sarat perubahan lebih baik. Bahkan tambah Surya (dalam Kunandar, 2007: 47), profesionalisme pendidik akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi dan metode, terus menghargai dan mengembangkan dirinya dalam berbagai upaya pendidikan serta memiliki tanggung jawab moral yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Menjalankan profesi sebagai pendidik, menurut Soedijarto (dalam Kunandar, 2007: 57) guru atau pendidik harus memiliki kemampuan: (a) merancang dan merencanakan program pembelajaran dan model pendidikan; (b) mengembangakn program pembelajaran atau pendidikan; (c) mengelola pelaksanaan program pembelajaran dan pendidikan; (d) menilai proses dan hasil pembelajaran dan pendidikan; dan (e) mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran dan pendidikan. Dengan kata lain, adaptasi dan pengembangan pendidikan inklusi sebagai alternatif

Upload: imam-nashokha

Post on 20-Jul-2015

56 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Hasil Telaah Literatur

LEMBAR KERJA PENYUSUNAN ARTIKEL ILMIAH UNTUK JURNAL

ARTIKEL ILMIAH KAJIAN TEORI

1. Judul Artikel PENDIDIK SAATNYA MENJADIKAN PENDIDIKAN INKLUSI SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PENDIDIKAN

UNTUK SEMUA

2. Nama Penulis Imam Nashokha

3. Alamat Penulis Jl. Anggrek 2 Pembataan Kec. Murung Pudak, Kab. Tabalong, Kalimantan Selatan, 08133445196; [email protected]

4. Abstrak dan Kata Kunci Profesionalitas pendidik dapat diukur dari kecakapan untuk merencanakan dan mengelola

perubahan baik bersifat kebijakan administratif maupun substansi pendidikan yang bersifat makro,

messeo dan mikro pembelajaran. Responsif, dinamis, memiliki kecerdasan universal dan multi disiplin

serta terus berupaya meningkatkan wawasan kependidikan secara adaptif.

Konsep pendidikan inklusi yang berusah memberikan format pendidikan tanpa batas, untuk semua,

cross culture of education, adalah desain baru pendidikan yang juga harus bisa dipahami dan mampu

diimplementasikan dalam praktik kependidikan. Tuntutan untuk terus siap menerima perubahan

sistem pendidikan global dan mempersiapkan perencanaan pendidikan dengan baik adalah skill yang

harus tetap dipertahankan dan dikembangkan.

Kata Kunci: Pendidik, Pendidikan Inklusi

5. Pendahuluan Pendidikan yang mampu melayani semua anak dalam keragaman dan perbedaan, dengan fokus

untuk mengoptimalkan potensi anak secara penuh, kini menjadi kecenderungan reformasi

pendidikan yang tengah dikembangkan oleh banyak negara. Karena itu, semangat baru pendidikan ini

harus secepatnya mampu direspon dan dipahami oleh para pendidik dan pengelola pendidikan di

negeri ini dalam upaya menyuguhkan model pendidikan terbaik untuk semua.

Kompetensi pendidikan dan pengajaran yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan

profesional, baik bersifat pribadi, sosial maupun akademis dalam bidang keguruan bagi tenaga

kependidikan, saatnya diterapkan secara aplikatif dan mampu merespons segala bentuk

pengembangan atau desain pendidikan yang sarat perubahan lebih baik. Bahkan tambah Surya

(dalam Kunandar, 2007: 47), profesionalisme pendidik akan tercermin dalam pelaksanaan

pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi dan metode, terus

menghargai dan mengembangkan dirinya dalam berbagai upaya pendidikan serta memiliki tanggung

jawab moral yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya.

Menjalankan profesi sebagai pendidik, menurut Soedijarto (dalam Kunandar, 2007: 57) guru atau

pendidik harus memiliki kemampuan: (a) merancang dan merencanakan program pembelajaran dan

model pendidikan; (b) mengembangakn program pembelajaran atau pendidikan; (c) mengelola

pelaksanaan program pembelajaran dan pendidikan; (d) menilai proses dan hasil pembelajaran dan

pendidikan; dan (e) mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran dan

pendidikan. Dengan kata lain, adaptasi dan pengembangan pendidikan inklusi sebagai alternatif

Page 2: Jurnal Hasil Telaah Literatur

model pendidikan karakteristik kultural modern (cross culture of education), juga menjadi hal yang

sangat penting untuk dikuasai pendidik sebagai unsur profesionalitasnya.

6. Kajian Literatur Pendidikan Inklusi Format pendidikan inklusi dinilai dapat menjadi jembatan untuk mewujudkan pendidikan untuk

semua (education for all), tanpa ada seorang pun yang tertinggal dari layanan sistem pendidikan.

Pendidikan inklusi ini juga diyakini membuat sekolah dan masyarakat menjadi lebih baik. Ke depan

pendidikan inklusi juga bisa menghancurkan eksklusifitas sosial dalam masyarakat. Sheldon Shaeffer

dari Biro Pendidikan Regional Asia Pasifik UNESCO, dalam konferensi Persiapan regional Asia Pasifik

mengenai pendidikan inklusi di Denpasar Bali, akhir Mei lalu (baca: Kompas) menjelaskan, pendidikan

inklusi merupakan sebuah proses menuju dan merespons keragaman kebutuhan peserta didik

melalui peningkatan partisipasi dalam belajar, budaya dan masyarakat serta mengurangi

ketertinggalan dalam dan dari pendidikan.

Semangat pendidikan inklusi memandang perbedaan diantara para siswa sebagai sebuah tantangan

yang memberikan keuntungan, bukan hambatan dalam pembelajaran di sekolah. Pendidikan yang

demikian mampu terlaksana jika individu mengakui bahwa semua anak berhak mendapat pendidikan

berkualitas. Pendidikan inklusi, tidak hanya bagaimana mengintegrasikan sekelompok anak dalam

suatu pendidikan khusus. Perlu difokuskan bagaimana mengembangkan strategi menghilangkan

hambatan-hambatan dalam belajar dan sebaliknya semua anak bisa berpartisipasi. Hanya dengan

cara ini, kita dapat mencapai pendidikan berkualitas bagi semua. Karena itu, perlu diciptakan sekolah

ramah anak supaya mereka sadar akan hak-hak mereka untuk mendapatkan pendidikan berkualitas

baik. Sheldon, juga menyebutkan sekolah ramah anak adalah sekolah yang mencari anak. Artinya

sekolah itu, harus mau mengidentifikasi anak-anak yang tidak terjangkau dan membantu mereka

untuk mendapatkan hak pendidikan.

Sekolah juga harus berpusat pada anak, yaitu mengembangkan potensi anak secara penuh meliputi

semua perkembangan anak, yakni kesehatan, status gizi, dan kesejahteraan serta peduli terhadap

apa yang terjadi pada anak sebelum masuk sekolah dan setelah lulus. Terpenting dari semua adalah

sekolah harus memiliki kualitas lingkungan belajar yang baik, yakni yang responsif jender, mendorong

partisipasi anak-anak, keluarga dan masyarakat. Namun, pada kenyataannya masih banyak anak-anak

yang tertinggal dari layanan pendidikan. Mereka adalah anak-anak penyandang ketunaan atau

berkebutuhan khusus, anak-anak jalanan dan pekerja anak, anak-anak yang berada di lingkungan

sulit seperti konflik bersenjata dan bencana alam, anak-anak yatim piatu dan dibuang, anak-anak dari

keluarga sangat miskin, anak-anak yang terinfeksi HIV/AIDS, serta anak-anak migran atau pengungsi.

Renato Opertti dari Biro Pendidikan Internasional UNESCO (baca: Kompas) mengatakan, pendidikan

inklusi telah tumbuh menjadi perhatian dunia yang menantang proses reformasi pendidikan di

negara maju dan berkembang. Sasarannya adalah memberikan layanan pendidikan berkualitas yang

didefinisikan kembali sebagai proses belajar dengan memperhitungkan kemampuan belajar anak

yang berbeda, mengurangi ekslusifitas, dan tidak mengajarkan pengetahuan akademik yang tinggi

semata. Karena itu, untuk dapat melaksanakan pendidikan inklusi ini dibutuhkan sistem pendidikan

dan peran pendidik atau guru yang mengarah pada paradigma baru pendidikan, yaitu mampu

memanusiakan anak-anak didik. Untuk komitmen menurut Iwa Kuntadi (2007: 2), dibutuhkan

pengajaran kuat pada guru atau pendidik sejak pendidikan di perguruan tinggi hingga pendidikan

selama menjadi guru. Melalui School Based Teacher Education (SBTE); Academic Based Teacher

Education (ABTE); Collaborative Teacher Education (CTE); Performance Based Teacher Education

(PBTE); dan Competency Based Teacher Education (CBTE).

Page 3: Jurnal Hasil Telaah Literatur

Pengajaran guru seharusnya didasarkan pada paradigma untuk bisa memahami siswa dalam

keberadaannya. Dengan kurikulum yang fleksibel, pendidik atau guru akan mudah mengerti

mengenai perbedaan anak-anak yang memiliki kapasitas khas. Karena bagi H.A.R.Tilaar (1999: 281),

memandang profesi guru pada abad ke 21 merupakan suatu interaksi antara pendidik dan peserta

didik serta berhadapan dengan tiga karakteristik, yaitu; (1) masyarakat teknologi, (2) masyarakat

terbuka, (3) masyarakat madani. Adapun proses pendidikan yang adalah interaksi yang terjadi di

masa depan sesuai dengan teknologi yang ada, masyarakat yang terbuka dan demokrasi. Atas dasar

itu, pendidikan inklusi itu juga merespons kebutuhan budaya dan kelompok sosial beragam. Ini

tantangan tidak mudah, tetapi pendidikan sedang menuju kepada pembiasaan untuk menerima

keragaman mulai dari sekolah.

Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo mengatakan, kebijakan pendidikan Indonesia

mengharuskan tidak boleh ada anak tertinggal layanan pendidikan dan pendidikan dilakukan secara

holistik (baca: Kompas). Tantangan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar, heterogen dan

wilayah yang sangat luas. Upaya menjangkau semua warga untuk menikmati pendidikan terus

dilakukan dan ditingkatkan. Anak-anak berkebutuhan khusus seperti penyandang berbagai ketunaan

dan anak cerdas istimewa mendapat pendidikan khusus, dengan sekolah atau kelas khusus

(akselerasi). Sedangkan untuk anak-anak jalanan, di daerah terisolasi, miskin, pengungsi atau daerah

konflik dan bencana alam juga diberikan pendidikan layanan khusus. Tidak terlupakan tuntutan

tenaga kependidikan untuk dapat memiliki kualifikasi, kompetensi dan dedikasi yang tinggi dalam

menjalankan tugas profesionalnya terus diupayakan (Kunandar, 2007: 40).

7. Kesimpulan dan Saran Untuk menjadi profesional, para pendidik tidak saja harus menguasai bahan mengajar dan kurikulum

sekolah, mampu mengelola program belajar-mengajar, mengelola kelas dengan baik, ahli

menggunakan media pembelajaran, tetapi juga harus menguasai landasan dan filosofis pendidikan.

Format pendidikan inklusi, yang menawarkan desain pendidikan untuk semua, tidak membedakan,

relationship, inklusif dan terbuka untuk semua kalangan anak tanpa kecuali, merupakan elemen

pendidikan yang juga menuntut keahlian para pendidik untuk terus berlomba-lomba mewujudkan

sistem pendidikan terbaik bagi masyarakat, dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

negara, yang bermoral dan bermartabat kemanusiaan.

8. Daftar Pustaka Iwa Kuntadi. 2007. Profesionalisme Guru untuk Meningkatan Mutu Pendidikan dalam Era Teknologi

Informasi. _______

Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Press.

Tilaar, H.A.R. 1999. Manajemen pendidikan nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

UNESCO. 1997. Training of Teacher/Trainers in Technical and Vocational Education Section for

Technical and Vocational Education.

Yusuf, Indra. 2008. Menakar Kualitas Pendidikan Kita. Harian Kompas, edisi 21 Juli 2008.

----------. 2008. Proposed Outcomes in TVET Asia Pacific Conference. Adelaide.

----------. 2008. Arah Baru Pendidikan, Harian Kompas, edisi 9 Juni 2008