bab ii telaah literatur - kc.umn.ac.id

43
29 BAB II TELAAH LITERATUR 2.1. Teori Sinyal (Signaling Theory) Teori Sinyal merupakan asumsi bahwa manajer dari semua perusahaan memiliki insentif (meskipun berbeda) untuk menjaga kredibilitas mereka dengan pasar melalui penyampaian laporan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, teori sinyal memprediksi bahwa perusahaan dapat menyajikan (mengungkapkan) informasi lebih banyak daripada yang diminta. Selain itu, teori sinyal juga memprediksi apa yang akan diberikan oleh perusahaan, bagaimana dan kapan (Godfrey dkk., 2010). Menurut Jama’an (2008) dalam Nurmiati (2016), teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan para pemilik (pemegang saham). Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Asimetri informasi akan terjadi jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan ke pasar modal. Untuk menghindari asimetri informasi, perusahaan harus memberikan informasi secara penuh sebagai sinyal kepada investor. Investor selalu membutuhkan informasi yang simetris

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

29

BAB II

TELAAH LITERATUR

2.1. Teori Sinyal (Signaling Theory)

Teori Sinyal merupakan asumsi bahwa manajer dari semua perusahaan memiliki

insentif (meskipun berbeda) untuk menjaga kredibilitas mereka dengan pasar

melalui penyampaian laporan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, teori sinyal

memprediksi bahwa perusahaan dapat menyajikan (mengungkapkan) informasi

lebih banyak daripada yang diminta. Selain itu, teori sinyal juga memprediksi apa

yang akan diberikan oleh perusahaan, bagaimana dan kapan (Godfrey dkk., 2010).

Menurut Jama’an (2008) dalam Nurmiati (2016), teori sinyal

mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan

sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai

apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan para

pemilik (pemegang saham). Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal

dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Asimetri informasi

akan terjadi jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi

yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan ke pasar modal. Untuk menghindari

asimetri informasi, perusahaan harus memberikan informasi secara penuh sebagai

sinyal kepada investor. Investor selalu membutuhkan informasi yang simetris

Page 2: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

30

sebagai pemantau (dasar analisis) dalam menanamkan dana (berinvestasi) pada

suatu perusahaan (Nurmiati, 2016).

Menurut Wolk dan Tearney (1997) dalam Soares dan Amin (2016)

menyatakan bahwa hal positif dalam signalling theory adalah dimana perusahaan

yang memberikan informasi yang bagus akan membedakan dengan perusahaan

yang tidak memiliki β€œberita bagus” dengan menginformasikan pada pasar tentang

keadaan mereka. Sinyal tentang bagusnya kinerja masa depan yang diberikan oleh

perusahaan yang kinerja keuangan masa lalunya tidak bagus dan tidak dipercaya

oleh pasar. Hubungan teori sinyal dengan timeliness adalah akurasi dan

ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan kepada publik merupakan sinyal

dari perusahaan tentang adanya informasi yang bermanfaat dalam pengambilan

keputusan oleh investor (Soares dan Amin, 2016).

2.2. Teori Kepatuhan (Compliance Theory)

Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti suka menurut (perintah dan

sebagainya), taat (pada perintah, aturan, dan sebagainya), dan berdisiplin.

Sedangkan, kepatuhan berarti sifat patuh atau ketaatan (www.kbbi.web.id).

Menurut Martinez et.al (2015) dalam Susandya dkk. (2018) menyatakan bahwa

teori kepatuhan didasarkan pada ekspektasi atas imbalan dan upaya untuk

menghindari penalti (sanksi) yang mungkin dikenakan. Pemberian sanksi dianggap

sebagai satu-satunya cara supaya kepatuhan hukum dapat tercapai, apabila terjadi

Page 3: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

31

penolakan ataupun ketidakmampuan. Dengan kata lain, teori kepatuhan lebih

berfokus pada solusi hukum (Sitorus dan Andayani, 2019).

Sesorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap

sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka. Komitmen normatif

melalui moralitas personal (normative commitment through morality) berarti

mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai keharusan, sedangkan

komitmen normatif melalui legitimasi (normative commitment through legitimacy)

berarti mematuhi peraturan karena otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak

untuk mendikte perilaku (Sudaryanti, 2008 dalam Sanjaya dan Wirawati, 2016).

Kepatuhan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan tahunan di

Indonesia telah diatur dalam Surat Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor

KEP-346/BL/2011 lampiran peraturan nomor X.K.2 dan Peraturan Bursa Nomor I-

E Tentang Kewajiban Penyampaian Informasi ketentuan nomor III.1.6.2. Jika

perusahaan melanggar peraturan tersebut, maka akan dikenakan sanksi sesuai

dengan Peraturan Bursa Nomor I-H ketentuan II.6.

Naranjo (2017) dalam Susandya dkk. (2018) mengemukakan bahwa

terdapat 2 (dua) perspektif dasar mengenai kepatuhan yaitu:

1. Perspektif instrumental

Perspektif instrumental mengasumsikan bahwa individu didorong oleh

kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan berwujud, insentif, dan

hukuman yang berkaitan dengan perilaku.

Page 4: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

32

2. Perspektif normatif.

Perspektif normatif berkaitan dengan apa yang orang anggap moral dan

bertentangan dengan kepentingan mereka.

Mengenai penyampaian laporan keuangan kepada publik, secara instrumental,

respon positif diperoleh perusahaan dengan segera menyampaikan laporan

keuangannya. Sedangkan untuk perspektif normatif, individu cenderung

melaporkan secara tepat waktu karena dianggap sebagai komitmen normatif

melalui moralitas. Menurut Werksman et. al. (2014) dalam Susandya dkk. (2018),

teori kepatuhan dapat mendorong perusahaan untuk menyampaikan laporan

keuangan tepat waktu sehingga laporan keuangan akan sangat berguna bagi

pengguna laporan keuangan. Teori kepatuhan dapat mendorong perusahaan go

public di Indonesia untuk berusaha menyampaikan laporan keuangan tahunan tidak

melebihi tenggat waktu yang telah ditetapkan. Karena hal tersebut merupakan

kewajiban perusahaan dan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memiliki

kepentingan pada laporan keuangan (pihak eksternal) (Sitorus dan Andayani,

2019).

2.3. Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2018) dalam Pedoman Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) nomor 1 mengenai Penyajian Laporan Keuangan, laporan

keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja

keuangan suatu entitas. Ada beberapa tujuan dari laporan keuangan, yaitu:

Page 5: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

33

1. Untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan

arus kas entitas yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan untuk

mengambil keputusan.

2. Untuk menunjukan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan

sumber daya yang dipercayakan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka laporan keuangan harus menyajikan

informasi entitas mengenai:

(a) Aset

(b) Liabilitas

(c) Ekuitas

(d) Penghasilan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian

(e) Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai

pemilik

(f) Arus kas

Laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK 1 meliputi:

1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode

2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode

3. Laporan perubahan ekuitas selama periode

4. Laporan arus kas selama periode

5. Catatan atas laporan keuangan, berisi kebijakan akuntansi yang signifikan dan

informasi penjelasan lain

Page 6: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

34

6. Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika entitas

menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat

penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas

mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

IAI (2018) dalam Karakteristik Kualitatif Informasi Keuangan Yang

Berguna menyebutkan bahwa ada 2 (dua) karakteristik kualitatif, yaitu fundamental

dan peningkat. Karakteristik kualitatif fundamental meliputi:

1. Relevansi

Informasi keuangan yang relevan mampu membuat perbedaan dalam keputusan

yang diambil oleh pengguna, jika memiliki nilai prediktif, nilai konfirmatori,

atau keduanya. Informasi keuangan yang memiliki nilai prediktif jika informasi

tersebut dapat digunakan sebagai input yang digunakan oleh pengguna untuk

memprediksi hasil (outcome) masa depan. Informasi keuangan yang memiliki

nilai konfirmatori jika menyediakan umpan balik (mengkonfirmasi atau

mengubah) tentang evaluasi sebelumnya.

2. Representasi Tepat

Laporan keuangan merepresentasikan fenomena ekonomik dalam kata dan

angka. Agar dapat menjadi informasi yang berguna, selain merepresentasikan

fenomena yang relevan, informasi keuangan juga harus merepresentasikan

secara tepat fenomena yang akan direpresentasikan. Agar dapat menunjukkan

representasi tepat dengan sempurna, tiga karakteristik yang harus dimiliki yaitu

lengkap, netral, dan bebas dari kesalahan.

Page 7: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

35

Karakteristik kualitatif peningkat meliputi:

1. Keterbandingan

Karakteristik kualitatif yang memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi

dan memahami persamaan dalam, dan perbedaan antara pos-pos.

2. Keterverifikasian

Membantu meyakinkan pengguna bahwa informasi merepresentasikan

fenomena ekonomik secara tepat sebagaimana mestinya.

3. Ketepatwaktuan

Tersedianya informasi bagi pembuat keputusan pada waktu yang tepat sehingga

dapat mempengaruhi keputusan mereka.

4. Keterpahaman

Pengklasifikasian, pengarakteristikan, dan penyajian informasi secara jelas dan

ringkas dapat membuat informasi tersebut terpaham.

Pada Surat Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-

346/BL/2011 lampiran peraturan nomor X.K.2, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

menyatakan bahwa Emiten atau Perusahaan Publik yang pernyataan

pendaftarannya telah menjadi efektif wajib menyampaikan Laporan Keuangan

Berkala kepada Bapepam dan LK paling sedikit 2 (dua) eksemplar, satu diantaranya

dalam bentuk asli, dan disertai dengan laporan dalam salinan elektronik (soft copy).

Selain itu, lebih detail dalam Peraturan Nomor I-E Tentang Kewajiban

Penyampaian Informasi ketentuan nomor VI mengenai tata cara penyampaian

laporan, Bursa menyatakan bahwa setiap penyampaian laporan oleh Perusahaan

Page 8: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

36

Tercatat oleh Bursa wajib disampaikan dalam 2 (dua) bentuk, yaitu dalam bentuk

dokumen asli tercetak yang telah ditandatangani oleh direksi dan atau pejabat yang

ditunjuk atau dikuasakan oleh direksi dan dalam bentuk dokumen elektronik dalam

bentuk file .pdf (portable document format) yang merupakan konversi dari

dokumen tercetak.

2.4. Auditing

Menurut Arens, et al. (2017), Auditing adalah suatu proses mengumpulkan

(mengakumulasi) dan mengevaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan

melaporkan tingkat kesesuaian (kecocokan) antara informasi dengan kriteria

(peraturan) yang ditetapkan. Menurut Arens et al. (2017), tipe-tipe audit dibagi

menjadi 3 (tiga), yaitu:

1. Operational audit (Audit Operasional)

Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas semua bagian dari

metode dan prosedur operasi perusahaan. Jika audit operasional telah selesai,

maka secara normal manajemen akan mengharapkan rekomendasi untuk

meningkatkan operasi.

2. Compliance audit (Audit Kepatuhan)

Audit kepatuhan dilakukan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit sudah

mengikuti prosedur, aturan, atau regulasi khusus yang ditetapkan oleh pihak

otoritas yang lebih tinggi.

Page 9: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

37

3. Financial statement audit (Audit Laporan Keuangan)

Audit laporan keuangan dilakukan untuk mengukur apakah laporan keuangan

(informasi sudah terverifikasi) telah dinyatakan dengan sesuai dengan kriteria

yang sudah ditentukan.

Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu

diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang merupakan pihak ketiga yang

independen, karena: (Agoes, 2018)

a. Jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut

mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

b. Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini wajar tanpa

pengecualian (unqualified) dari KAP, berarti pengguna laporan keuangan bisa

yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan

disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia

(SAK/ETAP/IFRS).

c. Mulai tahun 2001 perusahaan yang total asetnya Rp25 milyar ke atas harus

memasukkan audited financial statements-nya ke Departemen Perdagangan

dan Perindustrian.

d. Perusahaan yang sudah go public harus memasukkan audited financial

statements nya ke Bapepam-LK (sekarang Otoritas Jasa Keuangan atau OJK)

paling lambat 90 harus setelah tahun buku.

Page 10: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

38

e. SPT yang didukung oleh audited financial statements lebih dipercaya oleh

pihak pajak dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan keuangan yang

belum diaudit.

Selain itu, dalam Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, direksi wajib menyerahkan laporan keuangan

Perseroan kepada akuntan publik untuk diaudit apabila:

a. Kegiatan usaha Perseroan adalah menghimpun dan/atau mengelola dana

masyarakat.

b. Perseroan menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat.

c. Perseroan merupakan Perseroan Terbatas.

d. Perseroan merupakan Persero.

e. Perseroan mempunyai asset dan/atau jumlah peredaran usaha dengan jumlah

nilai paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima pulih miliar rupiah).

f. Diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.

Jika perusahaan tidak melakukan kewajiban tersebut, maka laporan keuangan tidak

akan disahkan oleh RUPS.

Sebelum melaksanakan tugasnya, auditor harus menyusun prosedur audit

(audit procedures). Audit procedures adalah langkah-langkah yang harus

dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan

oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien

dan efektif. Audit procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan

bukti (audit evidence) yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas

Page 11: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

39

kewajaran laporan keuangan. Tahapan-tahapan audit dapat dijelaskan sebagai

berikut: (Agoes, 2018)

a. Kantor Akuntan Publik (KAP) dihubungi oleh calon pelanggan (klien) yang

membutuhkan jasa audit.

b. KAP membuat janji untuk bertemu dengan calon klien untuk membicarakan

beberapa hal, misalnya audit sebelumnya, jenis usaha perusahaan dan gambaran

umum perusahaan, sistem akuntansi perusahaan, dan dokumentasi pembukuan.

c. KAP mengajukan surat penawaran (audit proposal).

d. KAP melakukan audit field work (pemeriksaan lapangan) di kantor Klien.

e. Selain audit report, KAP juga diharapkan memberikan Management Letter.

Menurut Arens et. al. (2017), management letter adalah surat yang ditulis oleh

auditor kepada manajemen klien yang berisi rekomendasi auditor untuk

meningkatkan segala aspek bisnis klien.

Pada akhir pemeriksaaannya, KAP akan memberikan suatu laporan akuntan

(audit) yang terdiri atas lembaran opini dan laporan keuangan. Lembaran opini

merupakan tanggung jawab akuntan publik, dimana akuntan publik memberikan

pendapatnya terhadap kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh manajemen

dan merupakan tanggung jawab manajemen. Laporan keuangan yang terdiri dari:

a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

b. Laporan Laba-Rugi Komprehensif (Laporan Laba Rugi)

c. Laporan Perubahan Ekuitas

d. Laporan Arus Kas

Page 12: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

40

e. Catatan atas laporan keuangan yang antara lain berisi: bagian umum

(menjelaskan latar belakang perusahaan), kebijakan akuntansi dan penjelasan

atas pos-pos Laporan Posisi Keuangan (Neraca), dan laba rugi komprehensif

(laporan laba rugi)

f. Informasi tambahan berupa lampiran mengenai perincian pos-pos yang penting

seperti perincian piutang, aset tetap, liabilities, beban umum dan administrasi,

serta beban penjualan. (Agoes, 2018).

Menurut Arens, et al. (2017), laporan audit (audit report) merupakan suatu

bentuk komunikasi antara auditor dengan klien atas hasil temuannya. Bentuk

komunikasi antara auditor dengan klien adalah opini auditor mengenai kewajaran

laporan keuangan perusahaan. Menurut SA 700, SA 705, dan SA 706, ada 5 (lima)

jenis opini audit, yaitu:

1. Opini Tanpa Modifikasian

Auditor harus menyatakan opini tanpa modifikasiaan bila auditor

menyimpulkan bahwa laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang

material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

2. Opini Wajar dengan Pengecualian

Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika:

(a) Auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat,

menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual maupun

secara agregasi, adalah material, tetapi tidak pervasif, terhadap laporan

keuangan; atau

Page 13: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

41

(b) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang

mendasari opini, tetapi auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak

kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika

ada, dapat bersifat material, tetapi tidak pervasif.

3. Opini Wajar dengan Pengecualian dengan Paragraf Penekanan

Jika menurut auditor perlu untuk menarik perhatian pengguna laporan

keuangan atas suatu hal yang disajikan atau diungkapkan dalam laporan

keuangan yang menurut pertimbangan auditor, sedemikian penting bahwa hal

tersebut adalah fundamental bagi pemahaman pengguna laporan keuangan atas

laporan keuangan, maka auditor harus mencantumkan paragraf Penekanan

Suatu Hal dalam laporan auditor selama auditor telah memperoleh bukti audit

yang cukup dan tepat bahwa tidak terdapat kesalahan penyajian material atas

hal tersebut dalam laporan keuangan.

4. Opini Tidak Wajar

Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor, setelah

memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan

penyajian, baik secara individual maupun secara agregasi, adalah material dan

pervasif terhadap laporan keuangan.

5. Opini Tidak Menyatakan Opini

Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika auditor tidak dapat

memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini, dan

auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang

Page 14: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

42

tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material dan

pervasif.

Menurut SA 705, pervasif adalah suatu istilah yang digunakan dalam konteks

kesalahan penyajian untuk mengambarkan dampak kesalahan penyajian terhadap

laporan keuangan atau kemungkinan dampak kesalahan penyajian terhadap laporan

keuangan, jika ada, yang tidak dapat terdeteksi karena ketidakmampuan untuk

memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.

2.5. Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan

Menurut McGee (2009) dalam Rahma dkk. (2019), ketepatan waktu penyampaian

laporan keuangan merupakan suatu cara untuk mendukung relevansi suatu

informasi, agar laporan keuangan dapat disajikan secara transparans dan

berkualitas. Selain itu, menurut Sastrawan dan Badera (2018), ketepatwaktuan

publikasi laporan keuangan adalah kualitas ketersediaan informasi pada saat yang

diperlukan atau kualitas informasi yang baik dilihat dari segi waktu dapat diukur

berdasarkan tanggal penyampaian laporan keuangan tahunan auditan ke OJK.

Ketepatan waktu (timeliness) merupakan salah satu faktor penting dalam

menyajikan suatu informasi yang relevan. Karakteristik informasi yang relevan

harus mempunyai nilai prediktif dan disajikan tepat waktu. Laporan keuangan

sebagai sebuah informasi akan bermanfaat apabila informasi yang dikandungnya

disediakan tepat waktu bagi pembuat keputusan sebelum informasi tersebut

kehilangan kemampuannya dalam mempengaruhi pengambilan keputusan. Jika

Page 15: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

43

terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, informasi yang

dihasilkan akan kehilangan relevansinya (Hilmi dan Ali, 2008 dalam Diliasmara

dan Nadirsyah, 2019). Ketepatan waktu tidak menjamin relevansinya, tetapi

relevansi tidaklah mungkin tanpa ketepatan waktu. Oleh karena itu, ketepatan

waktu adalah batasan penting pada publikasi laporan keuangan (Sanjaya dan

Wirawati, 2016).

Tepat waktu dikaitkan dengan isi laporan adalah keterlambatan penerbitan

laporan keuangan yang terkait dengan berita baik (good news) dan berita buruk (bad

news). Good news merupakan berita baik bagi investor sebagai signal yang baik

dalam menentukan investasi. Sedangkan bad news merupakan berita buruk bagi

investor sebagai signal yang kurang baik dalam menentukan keputusan investasi

(Wulantoro, 2011 dalam Indrayenti dan Ie, 2016).

Pada Surat Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-

346/BL/2011 lampiran peraturan nomor X.K.2 mengenai Penyampaian Laporan

Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik, Badan Pengawas Pasar Modal

dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) atau yang sekarang disebut Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) telah mengatur batas penyampaian laporan keuangan, yaitu pada

akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan (www.ojk.go.id).

Selain itu, pada Maret 2020, OJK dan BEI mengeluarkan ketentuan terkait

antisipasi atas pandemi Virus Corona (Covid-19) yang tengah melanda Indonesia.

Pada 18 Maret 2020, OJK mengeluarkan siaran Pers tersebut berisi tentang

relaksasi waktu penyampaian laporan keuangan. Selain itu, pada 20 Maret 2020,

Page 16: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

44

Bursa juga mengeluarkan Surat Keputusan Direksi BEI No. Kep-00027/BEI/03-

2020 perihal relaksasi batas waktu penyampaian laporan keuangan dan laporan

tahunan. Kedua ketentuan tersebut menyatakan bahwa batas penyampaian laporan

keuangan tahunan diperpanjang selama 2 (dua) bulan dari batas waktu yang sudah

ditentukan, yang seharusnya paling lambat 31 Maret diubah menjadi paling lambat

31 Mei. Apabila perusahaan publik atau emiten melanggar ketentuan tersebut, maka

akan dikenakan sanksi dan denda berdasarkan Peraturan Nomor I-H ketentuan II.6

oleh Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang melanggar Peraturan Nomor I-E

ketentuan II.1.6 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan akan dikenakan sanksi

sebagai berikut:

1. Peringatan tertulis I, atas keterlambatan penyampaian Laporan Keuangan

sampai 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak lampaunya batas waktu

penyampaian Laporan Keuangan.

2. Peringatan tertulis II dan denda sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah), apabila mulai hari kalender ke-31 hingga hari kalender ke-60 sejak

lampaunya batas waktu penyampaian Laporan Keuangan, Perusahaan Tercatat

tetap tidak memenuhi kewajiban penyampaian Laporan Keuangan.

3. Peringatan tertulis III dan tambahan denda sebesar Rp 150.000.000,- (seratus

lima puluh juta rupiah), apabila mulai hari kalender ke-61 hingga hari kalender

ke-90 sejak lampaunya batas waktu penyampaian Laporan Keuangan,

Perusahaan Tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban penyampaian Laporan

Page 17: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

45

Keuangan atau menyampaikan Laporan Keuangan namun tidak memenuhi

kewajiban untuk membayar denda.

4. Suspensi, apabila mulai hari kalender ke-91 sejak lampaunya batas waktu

penyampaian Laporan Keuangan, Perusahaan Tercatat tetap tidak memenuhi

kewajiban penyampaian Laporan Keuangan dan atau Perusahaan Tercatat telah

menyampaikan Laporan Keuangan namun tidak memenuhi kewajiban untuk

membayar denda.

5. Sanksi suspensi Perusahaan Tercatat hanya akan dibuka apabila Perusahaan

Tercatat telah menyerahkan Laporan Keuangan dan membayar denda.

(www.idx.co.id).

Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan dihitung dengan variable

dummy, yaitu 1 untuk perusahaan yang tepat waktu dan 0 untuk perusahaan yang

tidak tepat waktu. Untuk laporan keuangan periode 2017 dan 2018, dikatakan tepat

waktu jika perusahaan menyampaikan laporan keuangannya selambat-lambatnya

akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan dan dikatakan tidak

tepat waktu jika perusahaan menyampaikan laporan keuangannya setelah akhir

bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Untuk laporan keuangan

periode 2019, dikatakan tepat waktu jika perusahaan menyampaikan laporan

keuangannya selambat-lambatnya akhir bulan ketiga dan diperpanjang selama 2

(dua) bulan dari batas waktu yang sudah ditentukan dan dikatakan tidak tepat waktu

jika perusahaan menyampaikan laporan keuangannya melewati batas waktu

perpanjangan yang sudah ditentukan.

Page 18: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

46

2.6. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio debt to equity ratio dikenal juga sebagai rasio financial leverage. Menurut

Fahmi (2011) dalam Pradipta dan Suryono (2017), rasio leverage merupakan rasio

yang menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal dan aset.

Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang

terhadap total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) juga

dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh

perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang

(Pradipta dan Suryono, 2017).

Leverage keuangan dapat diartikan sebagai penggunaan aset dan sumber

dana (source of find) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud

meningkatkan keuntungan potensia saham (Hilmi dan Ali, 2008 dalam Sanjaya dan

Wirawati, 2016). Leverage dapat digunakan untuk mengukur tingkat aktiva

perusahaan yang telah dibiayai oleh penggunaan hutang dan sebagai aset serta

sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud

meningkatkan potensial pemegang saham (Dewi dan Made, 2014 dalam Utami dan

Yennisa, 2017). Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh

utang atau pihak luar (kreditor) dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan

dengan modal (equity) (Mukhtar dkk., 2019).

𝐷𝑒𝑏𝑑 π‘‘π‘œ πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦ π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ = Total liabilitas

Total Ekuitas

Page 19: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

47

Keterangan:

Debt to Equity Ratio (DER) : rasio perbandingan antara total keseluruhan utang

dengan total ekuitas perusahaan.

Total liabilitas : total keseluruhan utang perusahaan (utang jangka

panjang maupun pendek).

Total ekuitas : total keseluruhan modal yang dimiliki perusahaan.

Menurut IAI (2018) dalam Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan,

liabilitas merupakan kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu,

yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya

entitas yang mengandung manfaat ekonomik. Liabilitas terdiri dari utang dagang

(accounts payable), wesel bayar (notes payable), pendapatan diterima di muka

(unearned revenue), utang gaji dan upah (salaries and wages payable), utang bunga

(interest payable), utang dividen (dividends payable), utang pajak pendapatan

(income taxes payable), utang obligasi (bonds payable), dan utang hipotek

(mortgage payable) (Weygandt dkk., 2019).

Utang dagang (accounts payable) adalah jumlah yang terutang kepada

pemasok untuk pembelian persediaan, perlengkapan, dan services. Pembelian ini

biasanya dilakukan secara kredit, dan pembayaran harus dilakukan dalam waktu

singkat setelah pengiriman, seperti dalam 30 hari. Wesel bayar (notes payable)

adalah perjanjian tertulis untuk membayar sejumlah uang pada tanggal tertentu di

masa depan. Wesel bayar mungkin timbul dari pembelian, pembiayaan, atau

transaksi lainnya (Kieso, dkk. 2018). Pendapatan diterima dimuka (unearned

Page 20: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

48

revenue) merupakan suatu kewajiban yang dicatat atas kas yang diterima sebelum

jasa dilakukan atau sebelum barang dikirimkan (Weygandt dkk. 2019). Utang

bunga (interest payable) menunjukkan jumlah bunga terutang pada tanggal laporan.

Perusahaan tidak akan membayar utang bunga sampai wesel jatuh tempo. Utang

dividen (dividends payable) adalah jumlah yang terutang oleh perusahaan kepada

pemegang sahamnya sebagai hasil dari otorisasi dewan direksi (atau dalam kasus

lain, suara pemegang saham). Besaran pajak pendapatan (income taxes payable)

perusahaan bervariasi sesuai dengan jumlah pendapatan tahunanya. Perusahaan

harus menyiapkan pengembalian pajak pendapatan dan menghitung pajak

pendapatan yang terutang yang dihasilkan dari operasi periode berjalan. Obligasi

(bonds payable) mewakili janji untuk membayar sejumlah uang pada tanggal jatuh

tempo yang ditentukan, ditambah bunga periodik pada tingkat tertentu pada jumlah

jatuh tempo (nilai nominal). Utang hipotek (mortgage payable) adalah wesel bayar

yang dijamin dengan dokumen yang disebut hipotek yang menjaminkan hak milik

atas properti sebagai jaminan atas pinjaman (Kieso, dkk. 2018).

Sedangkan, ekuitas merupakan hak residual atas aset setelah dikurangi

seluruh liabilitas (IAI, 2018). Menurut Weygandt dkk. (2019), klaim kepemilikan

atas total aset perusahaan adalah ekuitas. Untuk mengetahui kepemilikan pemegang

saham, perusahaan mengurangi kewajiban dengan aset dan sisanya merupakan

klaim pemegang saham. Hal ini sering disebut sebagai ekuitas yang β€œtersisa”

setelah klaim kreditor terpenuhi. Menurut Kieso, dkk. (2018), ekuitas terdiri dari

share capital, share premium, laba ditahan (retained earnings), akumulasi

Page 21: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

49

pendapatan komprehensif lain (accumulated other comprehensive income),

treasury shares, dan kepentingan non-pengendali (non-controlling interest).

Share capital merupakan nilai nominal atau nilai saham yang diterbitkan.

Termasuk ordinary shares (saham biasa) atau disebut juga common shares dan

preference shares (saham preferens) atau disebut juga preferred shares. Share

premium merupakan kelebihan jumlah yang dibayarkan di atas par atau stated

value. Laba ditahan (retained earnings) merupakan penghasilan perusahaan yang

tidak didistribusikan. Akumulasi pendapatan komprehensif lain (accumulated other

comprehensive income) merupakan jumlah dari item pendapatan komprehensif

lain. Treasury shares, umumnya merupakan jumlah saham biasa yang dibeli

kembali. Kepentingan non-pengendali (non-controlling interest) merupakan

sebagian ekuitas anak perusahaan yang tidak dimiliki oleh perusahaan pelapor

(induk perusahaan) (Kieso, dkk. 2018).

Menurut Nst (2017), jika utang perusahaan lebih tinggi dari modalnya

berarti rasio struktur modal (DER) diatas 1 (satu), sehingga penggunaan dana untuk

aktivitas operasional perusahaan lebih banyak menggunakan utang. Hal ini

menandakan bahwa perusahaan harus menanggung biaya modal lebih besar,

sehingga dapat meningkatkan resiko yang ditanggung perusahaan apabila investasi

tidak menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal. Oleh karena itu, investor

cenderung lebih tertarik jika tingkat struktur modal perusahaan kurang dari 1 (satu).

Page 22: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

50

2.7. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Ketepatan

Waktu Penyampaian Laporan Keuangan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Janrosi dan Prima (2018), Pradipta dan

Suryono (2017), dan Ferdina dan Wirama (2017) menunjukkan bahwa debt to

equity ratio (DER) berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan biasanya tidak tepat

waktu dalam penyampaian pelaporan keuangan dibanding perusahaan yang tidak

mengalami kesulitan keuangan. Hal ini disebabkan perusahaan yang memiliki debt

to equity ratio yang tinggi menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perusahaan

tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutangnya baik berupa pokok maupun

bunganya. Sehingga ini merupakan berita buruk bagi perusahaan. Oleh sebab itu

pihak manajemen cenderung akan menunda penyampaian laporan keuangannya

(Janrosi dan Prima, 2018). Leverage yang bernilai tinggi menandakan tingkat yang

tinggi pada risiko keuangan perusahaan. Adanya potensi perusahaan tidak sanggup

membayar kewajibannya dapat digambarkan dengan tingginya risiko perusahaan.

Risiko keuangan yang bernilai tinggi mengilustrasikan bahwa perusahaan

menghadapi persoalan keuangan. Adanya masalah dalam keuangan suatu

perusahaan merupakan kabar yang tidak baik dan akan berdampak pada kondisi

perusahaan di mata investor dan publik sehingga perusahaan mengarah untuk

menunda dalam menyampaikan laporan keuangan (Ferdina dan Wirama, 2017).

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Janrosi dan Prima

(2018), hasil penelitian yang dilakukan oleh Dilasmara dan Nadirsyah (2019),

Page 23: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

51

Elviani (2017), dan Utami dan Yennisa (2017) menunjukkan bahwa debt to equity

ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan. Dalam kondisi perekonomian perusahaan saat ini masalah utang

dianggap biasa dan bukan permasalahan yang luar biasa bagi perusahaan selama

masih ada kemungkinan penyelesaiannya (Dilasmara dan Nadirsyah, 2019).

Berdasarkan landasan teori tersebut, hipotesis alternatif terkait debt to

equity ratio (DER) dan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan ialah

sebagai berikut:

Ha1: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap ketepatan

waktu penyampaian laporan keuangan.

2.8. Audit Delay

Menurut Soares dan Amin (2016), audit delay merupakan lamanya/rentang waktu

yang dibutuhkan akuntan publik untuk menyelesaiakan proses pengauditan hingga

penyajian opininya atas laporan keuangan tahunan. Audit delay berperan penting

dalam mempengaruhi kecepatan pengumuman laporan keuangan ke publik. Dalam

penelitian ini, audit delay diukur secara kuantitatif dalam jumlah hari. Menurut

Rahmayanti (2016), audit delay merupakan variabel yang diukur dengan dasar

rentang waktu tutup buku (31 Desember) sampai dengan waktu laporan/opini audit

dikeluarkan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP).

Menurut Kartika (2011) dalam Sujarwo (2019), audit delay adalah kualitas

laporan keuangan. Adanya rentang waktu dalam menyelesaikan laporan keuangan

Page 24: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

52

yang benar sangat mempengaruhi keadaan psikologi perusahaan, dengan demikian

perusahaan akan berhati-hati agar tidak berdampak buruk di masa mendatang. Audit

delay adalah lamanya waktu yang diukur dari selesainya audit tanggal penutupan

tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit (Halim, 2000 dalam

Mawardi, 2017). Penundaan audit, secara langsung dapat memengaruhi ketepatan

waktu informasi yang diterima dan memengaruhi kemampuan pengambilan

keputusan dan pengendalian. Lamanya waktu penyelesaian audit merupakan salah

satu faktor penentu ketepatan waktu yang sangat penting (Givoly dan Palmon, 1982

dalam Mawardi, 2017).

Gambar 2.1 Konsep Audit Delay

Keterangan gambar:

Audit delay : lamanya proses penyelesaian laporan audit

dari tanggal penutupan tahun buku sampai

laporan audit independen diterbitkan.

Tanggal tutup buku : tanggal perusahaan menyelesaikan laporan

keuangannya, yaitu 31 Desember.

Tanggal Tutup Buku

31 Desember

Tanggal Laporan

Audit Independen

Audit Delay

Page 25: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

53

Tanggal laporan audit independen : tanggal yang tertera dalam laporan audit

independen.

Tanggal laporan akuntan harus sama dengan tanggal selesainya pekerjaan

lapangan dan tanggal surat pernyataan langganan, karena menunjukkan sampai

tanggal berapa akuntan bertanggung jawab untuk menjelaskan hal-hal yang penting

yang terjadi. Jika sesudah tanggal selesainya pekerjaan lapangan (audit field work),

terjadi peristiwa penting yang jumlahnya material dan mempunyai pengaruh

terhadap laporan keuangan yang diperiksa, dan saat itu laporan audit belum

dikeluarkan, auditor harus menjelaskan kejadian penting tersebut dalam catatan atas

laporan keuangan dan lembaran opini. Dalam hal ini, tanggal laporan keuangan

mempunyai dua tanggal (dual dating), yang pertama merupakan tanggal selesainya

pemeriksaan lapangan, yang kedua merupakan tanggal terjadinya peristiwa penting

tersebut (Agoes, 2018).

Menurut SA 700, laporan auditor harus diberi tanggal tidak lebih awal

daripada tanggal ketika auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat

yang mendasari opini auditor atas laporan keuangan (termasuk, bila relevan, atas

informasi tambahan sebagaimana diuraikan dalam paragraf, termasuk bukti bahwa:

(a) Seluruh laporan yang membentuk laporan keuangan, termasuk catatan atas

laporan keuangan terkait, telah disusun;

(b) Pihak-pihak dengan wewenang yang diakui telah menyatakan bahwa mereka

telah mengambil tanggung jawab atas laporan keuangan tersebut.

Page 26: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

54

Menurut IAI (2018) dalam PSAK Nomor 8 mengenai Peristiwa Setelah

Periode Pelaporan, peristiwa setelah periode pelaporan adalah peristiwa yang

terjadi antara akhir periode pelaporan dan tanggal laporan keuangan diotorisasi

untuk terbit, baik peristiwa yang menguntungkan maupun yang tidak. Peristiwa

setelah periode pelaporan dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu peristiwa penyesuai

setelah periode pelaporan dan peristiwa non-penyesuai setelah periode pelaporan.

Peristiwa penyesuai adalah peristiwa yang terjadi setelah periode pelaporan yang

memberikan bukti atas adanya kondisi yang benar-benar ada pada akhir periode

pelaporan, meskipun tidak diketahui pada saat ini. Peristiwa yang termasuk dalam

peristiwa penyesuai adalah sebagai berikut:

1. Keputusan pengadilan yang menyatakan perusahaan memiliki kewajiban kini

pada akhir periode pelaporan.

2. Diperolehmya informasi indikasi penurunan nilai suatu aset pada akhir periode

pelaporan, atau penyesuaian jumlah rugi penurunan nilai yang telah diakui

(misal pelanggan bangkrut, harga jual persediaan).

3. Penentuan harga perolehan aset atau hasil penjualan aset sebelum akhir periode

pelaporan.

4. Penentuan jumlah pembayaran laba dan bonus.

5. Penemuan kecurangan atau kesalahan.

Sedangkan, peristiwa non-penyesuai adalah peristiwa yang terjadi setelah periode

pelaporan yang mengindikasikan timbulnya kondisi setelah periode pelaporan.

Peristiwa yang termasuk dalam peristiwa non-penyesuai adalah sebagai berikut:

Page 27: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

55

1. Penurunan nilai wajar suatu investasi di antara tanggal pelaporan dan tanggal

otoritas laporan keuangan.

2. Kombinasi bisnis yang signifikan setelah periode pelaporan.

3. Pengumuman penghentian operasi.

4. Pembelian dan pelepasan aset yang signifikan, pengambil-alihan aset oleh

pemerintah.

5. Kerusakan aset akibat kebakaran setelah periode pelaporan.

6. Pengumuman atau mulai implementasi restrukturisasi yang besar.

2.9. Pengaruh Audit Delay terhadap Ketepatan Waktu

Penyampaian Laporan Keuangan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sujarwo (2019), Rahmayanti (2016), Soares

dan Amin (2016) dan Ningsih (2016) yang menunjukkan bahwa audit delay

berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Laporan keuangan

perusahaan go public harus melewati proses audit sebelum mempublikasikan

laporannya ke publik. Jika laporan keuangan ingin dipublikasikan, maka harus

melewati proses audit. Semakin cepat proses audit laporan keuangan tahunan maka

semakin cepat pula publikasinya ke publik (Soares dan Amin, 2016). Namun, hasil

penelitian yang dilakukan oleh Astuty (2016) menunjukkan bahwa audit delay tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan.

Page 28: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

56

Berdasarkan landasan teori tersebut, hipotesis alternatif terkait audit delay

dan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan ialah sebagai berikut:

Ha2: Audit Delay berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan.

2.10. Struktur Kepemilikan Publik

Struktur kepemilikan publik merupakan proporsi saham yang dimiliki

publik/masyarakat terhadap saham perusahaan. Pengertian publik disini adalah

pihak individu atau institusi yang memiliki saham dibawah 5% (<5%) yang berada

di luar manajemen dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan.

Kelompok pemegang saham masyarakat, yaitu kelompok pemegang saham yang

masing-masing memiliki kurang dari 5% biasanya merupakan gabungan

kepemilikan dari banyak masyarakat. Kelompok pemegang saham ini disebut

dengan pemegang saham publik. Pemegang saham publik biasanya merupakan

pemegang saham minoritas perusahaan. Saham yang dimiliki oleh publik

mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi pada

masyarakat dalam memberikan imbalan (deviden) (Hamdani, dkk., 2017). Menurut

Matondang & Yustrianthe (2014) dalam Saputra dan Mahyuni (2018), kepemilikan

saham publik adalah jumlah saham yang dimiliki oleh publik didalam suatu

perusahaan. Semakin tinggi tingkat kepemilikan publik dalam perusahaan, maka

tingkat pengungkapan informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan

perusahaan kepada publik akan semakin luas, guna menjaga kepercayaan publik

Page 29: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

57

dan investor terhadap perusahaan. Struktur kepemilikan perusahaan go public dapat

disebut sebagai kepemilikan terhadap saham perusahaan publik yang didalam

kepemilikan tersebut perlu mempertimbangkan dua aspek, yaitu kepemilikan pihak

dalam atau manajemen perusahaan (insider ownerships) dan kepemilikan oleh

pihak luar (outsider ownerships) (Dwiyanti, 2010 dalam Diliasmara dan Nadirsyah,

2019).

Pemilik perusahaan dari pihak luar mempunyai kekuatan yang besar untuk

menekan manajemen untuk dapat menyajikan informasi secara tepat waktu, karena

ketepatan waktu pelaporan keuangan akan mempengaruhi keputusan ekonomi yang

akan diambilnya (Sanjaya dan Wirawati, 2016). Upaya pihak manajemen untuk

menunjukkan kinerja yang baik adalah dengan memberikan informasi

perkembangan dan kondisi perusahaan. Manajemen sebagai penyedia informasi

dituntut untuk menyajikan informasi secara tepat waktu dan relevan. Struktur

kepemilikan perusahaan yang dimiliki oleh pihak luar biasanya mempunyai

persentase kepemilikan lebih dari 50 persen sehingga pemilik perusahaan dari pihak

luar mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi kondisi dan hasil

kinerja perusahaan (Hastutik, 2015 dalam Diliasmara dan Nadirsyah, 2019).

Struktur Kepemilikan Publik = Kepemilikan Saham Publik

Total Saham

Keterangan:

Kepemilikan Saham Publik : saham perusahaan yang dimiliki oleh publik (<5%).

Page 30: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

58

Total Saham : jumlah keseluruhan saham yang dimiliki perusahaan

(saham beredar).

Struktur kepemilikan terdiri dari kepemilikian manajerial, kepemilikan

institusional dan kepemilikan publik (Saputra dan Mahyuni, 2018). Kepemilikan

manajerial adalah pemilik/pemegang saham oleh manajemen perusahaan yang aktif

dalam pengambilan keputusan (Wahidahwati, 2001 dalam Pasaribu, dkk. 2016),

kepemilikan institusional merupakan presentase saham yang dimiliki oleh pemilik

institusi dan kepemilikan blockholder. Blockholder merupakan kepemilikan

individu atas nama perorangan diatas 5%, tetapi tidak termasuk ke dalam golongan

kepemilikan insider (Pasaribu, dkk. 2016), dan kepemilikan publik menunjukkan

besarnya private information yang harus dibagikan manajer kepada publik. Private

information tersebut merupakan informasi internal yang semula hanya diketahui

oleh manajer, seperti standar yang dipakai dalam pengukuran kinerja perusahaan,

keberadaan perencanaan bonus, dan sebagainya (Pakpahan, 2010 dalam Saputra

dan Mahyuni, 2018).

Menurut Ndaruning (2005) dalam Nurmiati (2016), struktur kepemilikan

pihak luar terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu:

a. Kepemilikan Institusional, yaitu kepemilikan perusahaan publik berbentuk

lembaga, bukan pemilikan atas nama perseorangan atau pribadi.

b. Kepemilikan Publik, yaitu kepemilikan masyarakat atas saham perusahaan.

Page 31: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

59

c. Kepemilikan Asing, yaitu proporsi saham biasa perusahaan yang dimiliki oleh

perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagian yang berstatus luar

negeri.

2.11. Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik terhadap

Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diliasmara dan Nadirsyah (2019), Elviani

(2017) dan Sanjaya dan Wirawati (2016) menunjukkan bahwa stuktur kepemilikan

berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Dari hasil

penelitian tersebut, menunjukkan bahwa kepemilikan perusahaan oleh pihak luar

memiliki kekuatan besar dalam mempengaruhi perusahaan agar berjalan secara

maksimal. Tekanan oleh pihak luar akan membuat perusahaan menyampaikan

laporan keuangannya secara tepat waktu (Diliasmara dan Nadirsyah, 2019). Hasil

penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan

Sridarta (2019), Janrosi dan Prima (2018), dan Utami dan Yennisa (2017) yang

menunjukkan bahwa struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap ketepatan

waktu pelaporan keuangan.

Berdasarkan landasan teori tersebut, hipotesis alternatif terkait struktur

kepemilikan dan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan ialah sebagai

berikut:

Ha3: Struktur Kepemilikan berpengaruh positif terhadap Ketepatan Waktu

Penyampaian Laporan Keuangan.

Page 32: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

60

2.12. Ukuran Perusahaan

Menurut Pradipta dan Suryono (2017), ukuran perusahaan dapat menunjukkan

seberapa besar informasi yang terdapat didalamnya, sekaligus mencerminkan

kesadaran diri pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak

eksternal maupun internal perusahaan. Perusahaan yang memiliki sumber daya

(aset) yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf

akuntansi dan sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian

internal yang kuat, adanya pengawasan investor, regulator dan sorotan masyarakat,

maka akan memungkinkan perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangannya

dengan tepat waktu (Hilmi dan Ali, 2008 dalam Pradipta dan Suryono, 2017).

Ukuran perusahaan tercermin pada besar aset dan sumber daya yang dimiliki

perusahaan (Indrayenti dan Ie (2016).

Menurut Nuryaman (2009) dalam Sanjaya dan Wirawati (2016), perusahaan

berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan lebih luas sehingga berbagai

kebijakan perusahaan besar akan menimbulkan dampak lebih besar terhadap

kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Selain itu, investor

memiliki kecenderungan untuk menganalisis perusahaan besar dan juga perusahaan

besar akan mendapatkan tekanan yang lebih untuk menyebar luaskan informasi

yang diperoleh secara tepat dengan waktu yang telah ditentukan apabila

dibandingkan dengan perusahaan kecil dalam penyampaian financial statement

(Mautz, 1954 dalam Ferdina Wirama, 2017).

Page 33: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

61

Menurut UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah, klasifikasi usaha dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:

1. Usaha mikro, yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Usaha kecil, yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah).

3. Usaha menengah, yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan lebih dari

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Selain itu, menurut Peraturan OJK Nomor 4 tentang Pernyataan Pendaftaran

Dalam Rangka Penawaran Umum Dan Penambahan Modal Dengan Memberikan

Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu Oleh Perusahaan Dengan Aset Skala Kecil

Page 34: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

62

Atau Perusahaan Dengan Aset Skala Menengah, klasifikasi usaha dibedakan

menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Perusahaan dengan Aset Skala Kecil adalah badan hukum yang didirikan di

Indonesia yang:

a. Memiliki total aset tidak lebih dari Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh

miliar rupiah).

b. Bukan merupakan Afiliasi atau dikendalikan oleh suatu perusahaan yang

bukan Perusahaan dengan Aset Skala Kecil atau Perusahaan dengan Aset

Skala Menengah.

c. Bukan merupakan Reksa Dana.

2. Perusahaan dengan Aset Skala Menengah adalah badan hukum yang didirikan

di Indonesia yang:

a. Memiliki total aset lebih dari Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar

rupiah) sampai dengan Rp.250.000.000.000,00 (dua ratus lima puluh

miliar rupiah).

b. Bukan merupakan Afiliasi atau dikendalikan oleh suatu perusahaan yang

bukan Perusahaan dengan Aset Skala Kecil atau Perusahaan dengan Aset

Skala Menengah.

c. Bukan merupakan Reksa Dana.

Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan dihitung dengan natural log total

aset.

Ukuran Perusahaan = ln Total Aset

Page 35: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

63

Keterangan:

Ukuran Perusahaan : seberapa besar aset (sumber daya) yang dimiliki

perusahaan.

Total Aset : jumlah keseluruhan dari aset perusahaan.

Menurut IAI (2018) dalam Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan, aset

adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa

lalu dan dari mana manfat ekonomik masa depan diharapkan akan mengalir ke

entitas. Aset dibagi menjadi 2 (dua), yaitu aset lancar (current assets) dan aset tidak

lancar (non-current assets). Aset lancar merupakan aset perusahaan yang

diharapkan untuk dikonversikan menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi dalam jangka

waktu satu tahun atau satu siklus operasi (Kieso dkk., 2018). Aset lancar dibagi

menjadi 5 (lima), yaitu:

a. Persediaan (inventories).

Menurut IAI dalam PSAK nomor 14 (2018), persediaan adalah aset:

a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;

b) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau

c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses

produksi atau pemberian jasa.

b. Beban dibayar dimuka (prepaid expenses).

Menurut Weygandt, dkk. (2019), beban dibayar dimuka merupakan beban

dibayar tunai sebelum digunakan atau dikonsumsi. Perusahaan memasukkan

beban dibayar dimuka dalam aset lancar jika akan menerima manfaat (biasanya

Page 36: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

64

layanan) dalam satu tahun atau siklus operasi, mana yang lebih lama (Kieso dkk.,

2018).

c. Piutang (receivables).

Menurut Weygandt, dkk. (2019), piutang adalah jumlah terutang yang harus

dibayar oleh pelanggan dari hasil penjualan barang dan jasa. Perusahaan

umumnya berharap untuk menagih piutang dalam waktu 30 hingga 60 hari.

Untuk piutang yang timbul dari transaksi yang tidak biasa seperti penjualan

properti, perusahaan harus mengklasifikasikannya secara terpisah sebagai

piutang jangka panjang, kecuali penagihan diharapkan dalam waktu satu tahun

(Kieso dkk., 2018).

d. Investasi jangka pendek (short-term investments).

Investasi jangka pendek (short-term investments atau marketable securities)

adalah sekuritas yang dimiliki oleh sebuah perusahaan yang siap dipasarkan dan

dimaksudkan untuk diubah menjadi kas dalam satu tahun atau siklus operasi

berikutnya (Weygandt, dkk. 2019).

e. Kas dan setara kas (cash and cash equivalents).

Kas umumnya dianggap terdiri dari mata uang dan giro (uang yang tersedia atas

permintaan di lembaga keuangan) dan setara kas adalah investasi jangka pendek

yang sangat likuid yang akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang

dari tiga bulan (Kieso dkk., 2018).

Sedangkan aset tidak lancar merupakan aset yang tidak termasuk definisi

aset lancar. Aset tidak lancar dibagi menjadi 4 (empat), yaitu: (Kieso dkk., 2018)

Page 37: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

65

a. Investasi jangka panjang (long-term investments).

Investasi jangka panjang sering disebut sebagai investasi, biasanya terdiri dari

salah satu dari 4 (empat) jenis, yaitu:

1) Investasi dalam sekuritas, seperti obligasi, saham biasa, atau wesel jangka

panjang.

2) Investasi dalam aset berwujud yang saat ini tidak digunakan dalam operasi,

seperti tanah yang dimiliki untuk spekulasi.

3) Investasi yang disisihkan pada dana khusus, seperti sinking fund, dana

pensiun, atau dana perluasan pabrik.

4) Investasi pada anak perusahaan yang tidak dikonsolidasi atau perusahaan

asosiasi.

b. Property, Plant, and Equipment.

Property, plant, and equipment adalah aset berwujud yang berumur panjang

yang digunakan dalam operasi bisnis perusahaan. Aset tersebut terdiri dari

properti fisik seperti tanah, bangunan, mesin, furnitur, peralatan, dan wasting

resources (mineral).

c. Aset tidak berwujud (intangible assets).

Aset tidak berwujud tidak memiliki wujud fisik dan bukan merupakan instrumen

keuangan, yang termasuk dalam aset tidak berwujud adalah patents, copyrights,

franchises, goodwill, trademarks, trade names, dan customer lists.

Page 38: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

66

d. Aset lain-lain (other assets).

Aset lain-lain, dalam praktiknya sangat bervariasi. Beberapa item yang termasuk

dalam aset lain-lain adalah biaya dibayar dimuka jangka panjang dan piutang

tidak lancar. Item lain yang mungkin termasuk dalam aset lain-lain adalah aset

dana khusus, properti yang dimiliki untuk dijual, dan restricted cash or

securities.

Total aset merupakan jumlah dari aset lancar dan tidak lancar yang disajikan pada

laporan posisi keuangan (statement of financial position) (Kieso dkk., 2018).

2.13. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Ketepatan Waktu

Penyampaian Laporan Keuangan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pradipta dan Suryono (2017), Utami dan

Yennisa (2017), Ferdina dan Wirama (2017), dan Sanjaya dan Wirawati (2016)

menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan. Hal ini dikarenakan semakin besar perusahaan,

perusahaan memiliki sumber daya (aset) yang semakin besar, memiliki lebih

banyak sumber informasi, staf akuntansi dan sistem informasi yang lebih canggih,

sistem pengendalian internal yang kuat, adanya pengawasan investor, regulator dan

sorotan masyarakat, maka akan memungkinkan perusahaan untuk menyampaikan

laporan keuangannya tepat waktu (Pradipta dan Suryono, 2018). Selain itu, investor

memang memiliki kecenderungan untuk menganalisis perusahaan besar sehingga

perusahaan besar akan mendapatkan tekanan yang lebih untuk menyebarluaskan

Page 39: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

67

informasi yang diperoleh secara tepat dengan waktu yang telah ditentukan apabila

dibandingkan dengan perusahaan kecil dalam penyampaian financial statement

(Ferdina dan Wirama, 2017).

Berbeda dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian yang

dilakukan oleh Tifanny dkk. (2020) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hal ini

karena meskipun perusahaan besar memiliki sumber daya yang memadai untuk

menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu, disisi lain perusahaan besar

juga memiliki kompleksitas transaksi yang besar.

Berdasarkan landasan teori tersebut, hipotesis alternatif terkait ukuran

perusahaan dan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan ialah sebagai

berikut:

Ha4: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Ketepatan Waktu

Penyampaian Laporan Keuangan.

2.14. Pergantian Auditor

Pergantian auditor eksternal adalah perpindahan auditor yang terjadi karena adanya

regulasi yang mewajibkan (mandatory) dan bisa terjadi secara sukarela yang

opsional (voluntary) dari auditor dan berdasarkan keputusan manajemen.

Pergantian AP & KAP yang bersifat wajib (mandatory) adalah pergantian dalam

kurun waktu tertentu sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah,

sedangkan pergantian yang bersifat sukarela (voluntary) terjadi karena inisiatif

Page 40: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

68

klien dan atau KAP akibat beberapa faktor (Mukhtar dkk., 2019). Voluntary auditor

switching dapat disebabkan adanya pergantian manajemen yang baru. Pergantian

manajemen dapat disebabkan karena keputusan rapat umum pemegang saham,

berhenti karena kemauan sendiri maupun pensiun. Perubahan kebijakan suatu

perusahaan mungkin akan terjadi, karena adanya manajemen yang baru, termasuk

pergantian auditor apabila auditor lama dirasa tidak sejalan dengan manajemen baru

(Lesmana dan Kurnia, 2016). Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun

2015 tentang Praktik Akuntan Publik, Akuntan Publik dapat memberikan jasa audit

umum atas laporan keuangan suatu entitas untuk:

a. 1 (satu) tahun buku dapat melanjutkan pemberian jasa audit secara berturut-

turut untuk 4 (empat) tahun buku berikutnya.

b. 2 (dua) tahun buku dapat melanjutkan pemberian jasa audit secara berturut-

turut untuk 3 (tiga) tahun buku berikutnya.

c. 3 (tiga) tahun buku dapat melanjutkan pemberian jasa audit secara berturut-

turut untuk 2 (dua) tahun buku berikutnya.

Pergantian akuntan publik dilakukan karena telah berakhirnya kontrak kerja

yang disepakati antara Kantor Akuntan Publik dengan pemberi tugas dan telah

memutuskan untuk tidak memperpanjang dengan penugasan baru (Desyana, 2019).

Penugasan baru terjadi karena beberapa alasan, yaitu: (Boynton, 2001 dalam

Sanjaya dan Wirawati, 2016)

(1) Perusahaan klien merupakan merger antara beberapa perusahaan yang semula

memiliki auditor masing-masing yang berbeda.

Page 41: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

69

(2) Kebutuhan akan adanya jasa professional yang lebih luas.

(3) Tidak puas terhadap akuntan publik yang lama.

(4) Keinginan untuk mengurangi pendapatan audit.

(5) Merger antara beberapa kantor akuntan publik.

Pernyataan Standar Auditing (PSA) No.16 memberikan panduan tentang

komunikasi antara auditor pendahulu dengan auditor pengganti pada waktu terjadi

perubahan auditor. Komunikasi dapat tertulis atau lisan. Baik auditor pendahulu

maupun auditor pengganti harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh

satu sama lain. Auditor pengganti harus meminta keterangan yang spesifik dan

masuk akal kepada auditor pendahulu mengenai masalah-masalah yang menurut

keyakinan auditor pengganti akan membantu dalam memutuskan penerimaan atau

penolakan perikatan. Hal-hal yang dimintakan keterangan harus mencakup:

a. Informasi yang kemungkinan berkaitan dengan integritas manajemen.

b. Ketidaksepakatan dengan manajemen mengenai penerapan prinsip akuntansi,

prosedur audit, atau soal-soal signifikan yang serupa.

c. Komunikasi dengan komite audit atau pihak lain dengan kewenangan dan

tanggung jawab setara tentang kecurangan, unsur pelanggaran hukum oleh

klien, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan pengendalian intern.

d. Pemahaman auditor pendahulu tentang alasan penggantian auditor.

Biasanya auditor pendahulu mengizinkan auditor pengganti untuk

melakukan review atas kertas kerja, termasuk dokumentasi perencanaan,

pengendalian intern, hasil audit, dan hal-hal signifikan di bidang akuntansi dan

Page 42: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

70

auditing seperti kertas kerja analisis akun neraca, dan yang berkaitan dengan

kontinjensi. Auditor pendahulu juga harus mencapai kesepakatan dengan auditor

pengganti tentang penggunaan kertas kerja. Luasnya izin akses ke kertas kerja yang

diberikan oleh auditor pendahulu merupakan pertimbangan auditor pendahulu

(www.iapi.or.id).

Pergantian auditor dihitung menggunakan variable dummy yaitu 1 untuk

perusahaan yang melakukan pergantian auditor baik secara mandatory maupun

voluntary, dan 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor baik

secara mandatory maupun voluntary.

2.15. Pengaruh Pergantian Auditor terhadap Ketepatan Waktu

Penyampaian Laporan Keuangan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sastrawan dan Badera (2018) menunjukkan

bahwa pergantian auditor berpengaruh terhadap penyampaian laporan keuangan.

Hal ini dapat disebabkan karena ketika perusahaan melakukan pergantian auditor,

maka butuh waktu bagi auditor baru untuk memahami karakteristik usaha klien dan

sistem yang digunakan di perusahaan tersebut. Untuk memperoleh informasi

mengenai transaksi-transaksi perusahaan, auditor baru juga harus berkomunikasi

dengan auditor terdahulu dan manajer perusahaan sehingga hal-hal tersebut

menghabiskan cukup banyak waktu auditor dalam melaksanakan proses auditnya.

Dimana keterlambatan pelaporan audit akan menyebabkan keterlambatan

perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan

Page 43: BAB II TELAAH LITERATUR - kc.umn.ac.id

71

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tifanny dkk. (2020) dan Sanjaya dan

Wirawati (2016). Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tillah dkk.

(2019), Desyana (2019), dan Ningsih (2016) yang menunjukkan bahwa pergantian

auditor tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan.

Berdasarkan landasan teori tersebut, hipotesis alternatif terkait pergantian

auditor dan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan ialah sebagai berikut:

Ha5: Pergantian Auditor berpengaruh negatif terhadap Ketepatan Waktu

Penyampaian Laporan Keuangan.

2.16. Model Penelitian

Model penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independen

Debt to Equity Ratio (DER)

Struktur Kepemilikan Publik (SKP)

Ukuran Perusahaan (UKP)

Pergantian Auditor (PGA)

Variabel Dependen

Ketepatan Waktu

Penyampaian Laporan

Keuangan (KLK)

Gambar 2.2 Model Penelitian

Audit Delay (AUD)