bab ii telaah pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl... · ·...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Persepsi Kualitas
Salah satu alasan terpusatnya perhatian perusahaan pada kualitas produk
adalah karena hal tersebut merupakan dasar dari keuntungan kompetitif. Karena
kualitas produk merupakan salah satu penilaian konsumen terhadap suatu produk
(Ajoy Menan, Bernard J. Joworski, Ajoy K. Johli, 1997 hal. 87).
Secara umum kualitas dapat didefinisikan sebagai suatu keuntungan
kompetitif atau keistimewaan. Sedangkan kualitas yang dirasakan dapat
didefinisikan sebagai suatu penilaian konstan atau keunggulan ataupun
keistimewaan secara menyeluruh terhadap suatu produk (Zeithaml, 1998 hal. 12).
Menurut Zeithaml (1988, hal 5) kualitas adalah suatu bentuk penilaian
yang menyeluruh atas suatu produk. Zeithaml (1988 hal. 5) mengemukakan
adanya 2 macam kualitas, yaitu:
a. Kualitas Afektif
Kualitas yang dirasakan sebagai suatu bentuk penilaian yang menyeluruh
atas suatu produk atau suatu penaksiran yang sifatnya global.
b. Kualitas Kognitif
Yaitu suatu penarikan kesimpulan tentang kualitas yang didasarkan pada
isyarat-isyarat tingkat rendah dan evaluasi produk secara menyeluruh.
9
Adapun yang dimaksud dengan persepsi adalah proses penyeleksian,
pengorganisasian dan penginterprestasian dari semua kesan yang diterima oleh
individu. Pengevaluasian kualitas biasanya berlangsung dalam konteks
perbandingan kualitas suatu produk dianggap baik atau buruk tergantung dari
keunggulan atau keistimewaan relatif diantara produk yang ada. Secara tradisional
kualitas dapat dikatakan sebagai tanggung jawab pabrikan.
Namun demikian aplikasi konsep serta metoda peningkat kualitas
merupakan hal yang paling utama untuk meningkatkan kinerja semua fungsi
bisnis. Program peningkatan kualitas dilembaga tak hanya pada lini produk saja
melainkan mencakup semua fungsi bisnis sehingga proses pemesanan menjadi
tugas bagi peningkat kualitas. Tindakan yang dilakukan dalam rangka
peningkatan kualitas harus mempunyai hubungan dengan persepsi konstan tentang
kualitas itu sendiri. Setiap lembaga perusahaan hendaknya diarahkan pada
keinginan dan kebutuhan.
Olshovsky (1995 hal.19) memandang kualitas sebagai suatu bentuk
evaluasi produk secara menyeluruh. Holdbrook dan Corfmon (1995 hal. 34)
berpendapat bahwa kualitas merupakan sebagai pertimbangan nilai yang relatif
dan global. Menurut Lutz (1996 hal. 210) kualitas merupakan proporsi yang lebih
tinggi dari atribut yang dapat diperoleh sebelum pembelian atau dalam pencarian
atribut yang ada, yang hanya dapat diperoleh hanya selama mengkonsumsi atau
sering dikatakan atribut pengalaman.
Berdasar uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas nampak
sangat penting bagi konsumen. Konsumen dihadapkan dengan berbagai macam
10
kualitas yang ada sehingga diharapkan dapat memilih salah satu yang sesuai
dengan keinginannya. Hal ini tentunya akan mempercepat dalam memutuskan
untuk melakukan pembelian.
Melalui persepsi konsumen dipertimbangkan pada hubungan kausal antara
kualitas layanan, kepuasan konsumen dan kinerja yang telah dirangkum dari sutu
kegagalan untuk membuat jelas apakah ukuran kualitas layanan kepuasan
konsumen berada pada tingkatan khusus atau umum.
Persepsi kualitas menurut Aaker (1997 hal. 8) dapat didefinisikan sebagai
persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk
dengan apa yang diharapkan pelanggan. Aaker (1997 hal.7) menegaskan satu hal
yang harus selalu diingat yaitu bahwa persepsi kualitas merupakan persepsi pada
para pelanggan.
Tidak dapat ditetapkan secara obyektif selain itu persepsi pelanggan akan
melibatkan apa yang paling penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan
memliki kepentingan (yang diukur secara relatif) yang berbeda-beda terhadap
suatu produk atau jasa (Aaker, 1997 hal. 9; Darmadi Durianto et all, 2001 hal.
13). Maka dapat dikatakan bahwa membahas persepsi kualitas berarti akan
membahas keterlibatan dan keputusan pelanggan (Darmadi Durianto et all,
2001hal. 13).
Aaker selanjutnya juga menguraikan bahwa persepsi kualitas berbeda
dengan kepuasan. Seorang pelanggan bisa dipuaskan karena dia memiliki harapan
yang rendah terhadap tingkat kinerja. Persepsi kualitas yang tinggi tidak identik
dengan harapan yang rendah. Persepsi kualitas berbeda dengan sikap. Suatu sikap
11
positif bisa ditimbulkan karena suatu produk dengan kualitas rendah sangat
murah. Sebaliknya seseorang mungkin mempunyai sikap negatif terhadap produk
kualitas tinggi yang dirasakan terlalu mahal.
Persepsi kualitas mencerminkan perasaan pelanggan yang tidak nampak
dan secara menyeluruh mengenai suatu merek akan tetapi biasanya persepsi
kualitas didasarkan pada dimensi yang termasuk dalam karakteristik produk
tersebut dimana merek dikaitkan dengan hal-hal seperti keandalan dan kinerja
untuk memahami persepsi kualitas diperlukan terhadap dimensi yang
mendasarinya.Bloch mengidentifikasikan bahwa hubungan yang kuat antara
pengaruh kualitas layanan dan kepuasan konsumen jadi perihal yang dominan
dalam berbagai literatur yang dinyatakan oleh para ahli adalah bahwa kepuasan
konsumen merupakan konstruk pokok serta persepsi layanan kualitas
mempengaruhi perilaku keputusan pembelian.
Menurut Zeithaml dinyatakan bahwa terdapat 3 persepsi model
pengambilan keputusan konsumen, yaitu:
1. Tendensi pengambilan keputusan untuk penggunaan atribut aktual produk
yang lebih baik daripada persepsi konsumen pada atribut tersebut.
2. Latihan menduplikasikan pengambilan keputusan.
3. Penggabungan atribut produk dengan kelayakan atribut yang lebih tinggi
nilainya.
Jika suatu produk oleh produsen berhasil dengan baik maka sewajarnya
produsen secara proporsional mempelajari perilaku maupun persepsi konsumen
secara akurat seperti yang diklaim oleh Brown (1998 hal. 39) bahwa fokus
12
produsen tidak hanya seobyektif realita yang ada, namun meliputi juga persepsi
konsumen yang mungkin diubah oleh kebebasan realita obyektif atau interprestasi
realita obyektif bagi konsumen.
Zeithaml lebih lanjut menyatakan bahwa persepsi konsumen terhadap
kualitas produk merupakan hasil penambahan informasi, kompetisi dalam
kategori produk dan perubahan pengharapan. Disebabkan oleh adanya perubahan
produk dan persepsi konsumen. Pemasar mungkin dapat mempelajari konsumen
disegala aspek untuk mengevaluasi kualitas produk, periklanan, penyediaan
informasi dalam kemasan serta penggabungan isyarat tampilan produk dapat
diatur untuk membangkitkan keinginan tentang persepsi kualitas produk.
Zeithaml menyatakan bahwa strategi yang mungkin dapat dipergunakan oleh
produsen untuk mempenaruhi persepsi konsumen akan nilai produk yaitu:
1. Mengurangi biaya moneter dan non moneter.
2. Mengurangi persepsi pengorbanan yang tinggi.
3. Menambah atribut produk yang menarik
4. Membangkitkan persepsi tentang observasi tingkat tinggi yang relevan.
5. Menggunakan isyarat nilai ekstrinsik.
Seleksi strategi untuk produk istimewa maupun segmentasi pasar
bergantung pada definisi nilai oleh konsumen terhadap produk. Strategi berdasar
standar dan persepsi nilai yang diinginkan oleh konsumen akan menghubungkan
antara sumber daya secara lebih efektif dan akan penentuan harapan konsumen
lebih baik daripada hanya dari standar penilaian perusahaan.
13
Persepsi konsumen akan kualitas produk ditentukan oleh kinerja produk
tersebut seperti yang dilakukan konsumen dan masing-masing dimensi kualitas.
Zeithaml (1988 hal. 17) menggambarkan bahwa konsumen juga menggunakan
isyarat informasi untuk mengembangkan keyakinan dan penilaian akan produk.
Dalam evaluasi kualitas para konsumen biasanya tidak hanya mempertimbangkan
aspek fungsional dan keuntungan obyektif, tetapi juga keuntungan subyektif
emosional. Keyakinan tersebut selanjutnya direspon dengan melakukan pilihan
atau evaluasi. Persepsi konsumen akan kualitas tersebut menurut Zeithaml
merupakan faktor penentu utama dalam pemilihan barang dan perilaku berbelanja.
Menurut Menon, Bernard dan Kohli (1997 hal. 187) variabel persepsi
kualitas dapat diukur dengan empat dimensi yaitu:
1. Penilaian Fungsi (Function) yaitu persepsi terhadap kualitas kinerja
primer yang ada pada suatu produk
2. Keandalan (Reliability) yaitu persepsi konsumen terhadap kepercayaan
suatu produk
3. Kesesuaian (Confermence) adalah persepsi konsumen terhadap kepuasan
yang didasarkan pada pemenuhan persyaratan ataui spesifikasi yang telah
ditetapkan terhadap produk
4. Prestise merupakan penilaian konsumen terhadap kualitas nilai produk
menurut konsumen
Dari telaah tersebut konsumen merasakan kualitas suatu produk sehingga
hasil dari penilaian atas keunggulan atau keistimewaan produk tersebut.. Persepsi
pada kualitas akhirnya mendasari proses pembelian sehingga akhirnya muncul
14
suatu kebutuhan, disini konsumen akan mempertimbangkan dan memahami
kebutuhan tersebut, apabila penilaian pada produk sudah jelas maka konsumen
akan mencari produk yang dimaksud, yang kemudian akan berlanjut pada
evaluasi produk dan akhirnya konsumen akan mengambil suatu keputusan untuk
membeli atau tidak yang disebabkan produk tidak sesuai dan mempertimbangkan
atau menunda pembelian pada waktu yang akan datang.
2.1.2. Atribut produk
Unsur-unsur yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar
pengambilan keputusan pembelian (Fandy Tjiptono, 2000 hal. 91). Atribut produk
meliputi merek, kemasan, labeling, garansi dan layanan pelengkap lainnya.
Atribut produk merupakan senjata yang ampuh dalam persaingan dengan
para pesaing dalam mempengaruhi konsumen. Oleh karena itu produsen perlu
mempelajari dan mencermati atribut produknya dengan lebih seksama.
Dari berbagai atribut produk yang ditampilkan oleh produsen untuk
mempengaruhi konsumen tersebut sebenarnya tidak seluruh atribut produk itu
akan dipertimbangkan oleh konsumen dalam mengambil keputusan untuk
membeli suatu produk tertentu. Pada umumnya konsumen hanya akan
mempertimbangkan antara 2 sampai 5 atribut produk saja dalam mengambil
keputusan membelinya.
Hal ini disebabkan oleh faktor yang bersifat manusiawi, dimana kapasitas
atau daya pikir manusia pada umumnya hanya akan mampu mempertimbangkan
15
dua sampai lima faktor saja dalam memikirkan sesuatu, jika lebih dari lima
manusia pada umumnya sudah tidak mampu lagi.
Oleh karena itu produsen haruslah mengetahui atribut produk apa saja yang paling
menentukan konsumen dalam memilih suatu produk tertentu. Apabila produsen
dapat mengetahuinya maka produsen itu dapat mengatur poduknya agar sesuai
dengan pilihan konsumen tersebut.
Studi Olson dan Jacoby (1972). Olson (1977) dalam Zeithml 1988 yang
meneliti tentang atribut produk yang berpengaruh pada penjualan dan persepsi
konsumen pada kualitas menyimpulkan atribut adalah signal kualitas yang dapat
dibedakan menjadi dua yaitu atribut ekstrinsik dan intrinsik. Dimana masing
masing atribut tersebut menjadi tolak ukur bagi konsumen didalam membeli
produk ( Zeithml, 1988 hal. 19).
Atribut produk Ekstrinsik
Extrinsic Attribute adalah karakteristik non-fisik dari suatu produk,
merupakan hal yang dapat dirasakan dari suatu produk. Menurut Zeithaml (1988
hal. 20) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ekstrinsik attribute penting bagi
konsumen dalam mengambil keputusan membeli suatu produk. Diantara atribut
ekstrinsik adalah faktor harga, merek dan pelayanan.
1. Merek
Merupakan nama, istilah, tanda, symbol, lambang, desain, warna, gerak
atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat
16
memberikan identitas dan deferensiasi terhadap produk pesaing. Merek
sendiri digunakan untuk beberapa tujuan:
1. Sebagai identitas yang bermanfaat dalam membedakan produk suatu
perusahaan dengan produk pesaingnya. Ini akan memudahkan konsumen
untuk mengenalinya saat berbelanja dan saat melakukan pembelian.
2. Alat promosi yaitu sebagai daya tarik produk.
3. Untuk membina citra yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan,
kualitas serta prestige tertentu kepada konsumen.
4. Untuk mengendalikan pasar.
Ada 6 makna yang bisa disampaikan melalui suatu merek, yaitu :
1. Atribut, sebuah merek menyampaikan atribut-atribut tertentu.
2. Manfaat, merek bukan hanya sekedar kumpulan atribut. Disini atribut
harus diterjemahkan kedalam manfaat emosional.
3. Nilai-nilai, merek yang menyatakan nilai produsennya.
4. Budaya, merek juga mencerminkan budaya tertentu.
5. Kepribadian, merek juga dapat memproyeksikan kepribadian tertentu.
6. Pemakai, merek memberi kesan mengenai jenis konsumen yang membeli
atau menggunakan produknya.
Agar suatu merek dapat mencerminkan makna-makna yang ingin
disampaikan, maka ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Merek harus khas atau unik.
2. Merek harus menggambarkan sesuatu mengenai manfaat produk
pemakaiannya.
17
3. Merek harus menggambarkan kualitas produk.
4. Merek harus mudah diucapkan, dikenali dan diingat.
5. Merek tidak boleh mengandung arti yang buruk.
6. Merek harus dapat menyesuaikan diri dengan produk-produk barunya
mungkin didalam lini produk.
Harga
Harga merupakan salah satu faktor dalam atribut ekstrinsik yang
menentukan persepsi konsumen akan kualitas dan kaitannnya dengan keputusan
pembelian konsumen. Menurut William J. Clanton (1994) harga adalah jumlah
yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan
pelayanan.
Dalam penelitian mengenai persaingan diantara jenjang kualitas yang
dipengaruhi oleh perubahan naik turunnnya harga, K. Sivakumar dan S.P Raj
menentukan bukti empiris bahwa dengan mengurangi harga, maka akan
meningkatkan ancaman ketika harga akan dinaikkan ( Sivakumar dan Raj, 1997
hal.7).
Faktor lain menunjukkan bahwa konsumen juga mempertimbangkan harga
yang lalu dan faktor-faktor konseptualnya didalam membentuk pengharapan pada
harga dimasa mendatang yang mungkin menjadi tidak optimal bila konsumen
menunda pembelian didalam mengantisipasi harga yang lebih rendah dimasa yang
akan datang (Doyle& Saunders, 1985 hal.56 dalam Kalwani, 1990 hal. 258)
Studi yang dilakukan oleh Blatzberg dan Wisniekwi pada produk yang
berkelas memakai data tingkat penjualan toko. Dari studi tersebut ditemukan
18
bahwa penurunan harga pada merek berkualitas menyebabkan konsumen akan
berpindah pada merek yang lain, akan tetapi penurunan harga pada produk
berkualitas rendah tidak akan menyebabkan konsumen berpindah pada merek
yang lain dengan kualitas yang sama ( Blatzberg &Wisniewski, 1989 hal. 87).
Menurut Mazumar dan Monroe menyarankan bahwa konsumen
mempelajari informasi harga dengan dua cara yaitu dengan disengaja atau
Incidental dan secara kebetulan berhubungan dengan pencarian aktif dan
penghapalan harga yang ada khususnya bagi merek-merek tertentu. Belajar
secara sengaja maksudnya adalah perbandingan secara jelas akan harga sekarang
dengan harga sebelumnya yang disimpan dalam ingatan (Mazumar & Monroe,
1990 hal. 21)
Ada dua prinsip mekanisme harga yaitu potensial menandai kualitas dari
sebuah produk ialah kualitas berdasar pembedaan harga dan pengaruh reputasi.
Mekanisme pembedaan harga pertama kali dikenalkan oleh Schamalensee (
1978). Penjualan produk berkualitas tinggi kemungkinan dapat menandai
tingginya kualitas produk berdasar harga yang tinggi pula.
Jika hubungan antara biaya yang tinggi dan kualitas yang tinggi diketahui
konsumen menduga dari harga yang tinggi bahwa produk tersebut berkualitas
tinggi (Kennedy, 1994 hal. 373). Menurut Xie dan Shugan dalam pasar
menerangkan tentang konsumen yang baru adalah lebih sensitif dalam
membandingkan harga daripada konsumen yang lama dalam waktu
melaksanakan transaksi pembelian hal inilah yang menciptakan kecendrungan
19
pasar untuk membedakan harga ketika pendatang baru dihubungkan dengan
konsumen yang lebih sensitif (Shugan & Xie, 2000 hal.230).
Service atau Layanan
Dewasa ini produk apapun tidak terlepas dari unsur jasa, layanan baik itu
sebagai produk inti maupun jasa sebagai pelengkap. Layanan dapat
diklasifikasikan menjadi 8 kelompok yaitu ( Aaker, 1997 hal. 7):
1. Informasi, misalnya jalan menuju tempat produsen, jadwal penyampaian
produk, harga, instruktur cara menggunakan produk inti atau layanan
pelengkap peringatan, kondisi penjualan, pemberitahuan adanya
perubahan dokumentasi, konfirmasi resensi, dll.
2. Konsultasi seperti pemberian saran, auditing, konseling pribadi dan
konsultasi manajemen atau teknik.
3. Order taking meliputi aplikasi keanggotaan, jasa langganan, jasa berbasis
kualitas, order entry, reservasi, admisi dll.
4. Hospitally diantaranya sambutan, food and beverages, toilet dan kamar
kecil, kamar mandi, fasilitas menunggu, transportasi dan keamanan.
5. Care taking, terdiri dari perhatian, perlindungan atas barang milik
pelanggan yang mereka bawa serta perhatian dan perlindungan atas barang
yang dibeli pelanggan (pengemasan, pengantaran, pemeliharaan preventif,
reputasi dll)
6. Exception, meliputi permintaan khusus sebelum penyampaian produk
menangani komplain pemecahan masalah, restribusi.
20
7. Billing, meliputi laporan rekening periodik, transaksi individual, laporan
verbal mengenai jumlah, rekening, self billing dan lain-lain.
Atribut produk Intrinsik
Intrinsic Attribute adalah karakteristik fisik dari suatu produk, merupakan
gambaran kualitas dan kemampuan yang dapat dilihat dari suatu produk. Dalam
menentukan intrinsic attribute akan berbeda antara jenis produk yang satu dengan
jenis produk yang lain karena adanya perbedaan sasaran pemuasan kebutuhan
konsumen oleh produk tersebut. Menurut Zeithaml (1988 hal. 20) dimensi yang
terdapat dalam intrinsic attribute adalah:
1. Performa
Merupakan ciri-ciri yang tampak pada produk tersebut, misalnya warna
kemasan dan bentuk kemasan tersebut.
a. Kemasan
Pengemasan merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan
pembuatan wadah atau pembungkus Curapper untuk suatu produk. Salah satu
variabel atribut produk adalah kemasan, dibalik sebuah kemasan tersimpan
potensi handal dalam meningkatkan penjualan produk. Pasalnya kemasan
menjadi salah satu faktor penentu yang membuat publik konsumen
menentukan persepsi kualitas sehingga merasa perlu mengambil keputusan
membeli. Dalam posisi kemasan berperan penting dalam membentuk persepsi
konsumen atas sebuah produk.
Terbentuknya kemasan sebuah produk memang tidak bias berdiri sendiri.
Sebagai bagian dari perencanaan produksi, berbagai tahapan harus dilalui oleh
21
sebuah kemasan mulai dari tahap riset, pembuatan rancangan desain, hingga
memproduksi kemasan itu sendiri. Dan tentu saja memakan anggaran yang tidak
sedikit.
Tujuan penggunaan kemasan (Fandy Tjiptono, 2000 hal. 87) meliputi:
1. Sebagai pelindung isi, misalnya dari kerusakan, kehilangan, berkurangnya
kadar atau isi dan sebagainya.
2. Untuk memberikan kemudahan dalam penggunaan, misalnya supaya tidak
tumpah, sebagai alat pemegang, dll.
3. Bermanfaat dalam pemakaian ulang, misalnya untuk diisi kembali (refill)
atau untuk wadah lain.
4. Memberikan daya tarik yaitu aspek artistik, warna, bentuk maupun
desainnya.
5. Sebagai identitas produk, misalnya berkesan, kokoh, awet, lembut dan
mewah.
6. Distribusi, misal mudah dihitung dan ditangani.
7. Informasi, yaitu mengangkut, pemakaian dan kualitas.
8. Sebagai cerminan inovasi produk, berkaitan dengan kemajuan teknologi
dan daur ulang.
Pemberian kemasan pada suatu produk bisa memberikan 3 manfaat utama
(Berkowrtz, Edral,1992 hal. 81) yaitu:
1. Manfaat komunikasi
Sebagai media pengungkapan informasi produk kepada konsumen
informasi tersebut meliputi cara menggunakan produk komposisi produk
22
dan informasi. Khusus misalnya efek samping. Informasi lainnya berupa
segel atau symbol bahwa produk tersebut halal dan telah lulus pengujian
oleh instansi yang berwenang.
2. Manfaat Fungsional
Kemasan seringkali pula memastikan peranan fungsional yang penting
seperti memberikan kemudahan, perlindungan dan penyimpanan.
3. Manfaat Persentual
Kemasan yang bermanfaat dalam menanamkan persepsi dalam benak
konsumen.
b. Labeling
Labeling berkaitan erat dengan kemasan. Label merupakan bagian dari
suatu produk dan penjual. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan atau
bisa pula merupakan etiket (tanda pengenal) yang digantungkan pada produk.
Dengan demikian ada hubungan erat antara labelling, packaging dan branding
(Stanton et al, 1994) yaitu :
1. Brandlabel yaitu nama merek yang diberikan pada produk atau
dicantumkan pada kemasan.
2. Descriptive label yaitu label yang digunakan untuk informasi
obyektif mengenai penggunaan, pembuatan, perawatan, kinerja
produk serta karakteristik lain yang berhubungan dengan produk.
3. Brade label yaitu label yang mengidentifikasi penjagaan kualitas
produk dengan suatu huruf, angka atau kata.
23
2. Nilai Tambah
Merupakan ciri-ciri tambahan yang tampak pada produk tersebut seperti
bahan kemasan atau alat pembuka kemasan.
3. Kemudahan penggunaan
Merupakan kepraktisan saat menggunakan atau memakai produk yang
bersangkutan.
4. Ketahanan Produk
Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut, misal Nutrisari
mempunyai daya tahan yang lama dapat dilihat dari masa pembuatan
produk dengan kadaluwarsa yang lama.
Berdasarkan penelitian Cooper & Kleinschmidt (1987) dalam Bloch
(1995) karakteristik fundamental dari suatu produk adalah bentuk luar produk atau
desain. Penelitian lebih lanjut menyatakan bahwa keputusan konsumen membeli
suatu produk 60% ditentukan oleh desain produk sedangkan 17% ditentukan oleh
faktor harga. Atau dengan kata lain intrinsik atribut punya pengaruh yang lebih
besar dibandingkan dengan atribut ekstrinsik.
2.1.3. Promosi
Salah satu kegiatan pemasaran adalah mempromosikan barang dan jasa
yang dihasilkan perusahaan. Dharmmesta, (1994 hal. 54) menyatakan bahwa
promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk
mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan
pertukaran dalam pemasaran jadi promosi merupakan salah satu aspek yang
24
penting dalam manajemen pemasaran dan sering dikatakan sebagai proses
berkelanjutan. Ini disebabkan karena promosi dapat menimbulkan rangkaian yang
kegiatan selanjutnya dari perusahaan.
Dodds (1991 hal. 83) mengatakan bahwa saat konsumen memutuskan
untuk membeli, mereka akan merasa takut jika mereka tidak tahu banyak tentang
atribut produk tersebut tetapi jika konsumen mengetahui tentang keunggulan yang
dimiliki oleh produk tersebut, baik kualitas, kinerja atau pelayanannya maka
konsumen akan merasa dan percaya dan yakin bahwa pilihan untuk membeli
produk tersebut tidak salah. Untuk itu konsumen harus mencari informasi tentang
produk dari penjual. (Grewal, Monroe dan Krishnan 1998 hal. 50)
Promosi adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi persepsi
konsumen. Penelitian yang dilakukan oleh Wansik dan Ray (1996 hal. 276)
menulis tujuan promosi adalah mempengaruhi dan membujuk serta
mengingatkan konsumen tentang perusahaan dan produknya.
1. Membujuk pelanggan sasaran ( persuading ).
Yaitu bertujuan membentuk pilihan merek, mengalihkan pilihan ke merek
tertentu, mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk,
mendorong pembeli untuk belanja saat itu juga, mendorong pembeli
untuk menerima kunjungan wiraniaga ( salesman).
2. Menginformasikan (informing).
Yaitu bertujuan menginformasikan pasar mengenai produk baru,
memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk,
menyampaikan perubahan harga kepasar, menjelaskan cara kerja produk,
25
menginformasikan jasa yang disediakan perusahaan, meluruskan kesan
yang keliru, mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli,
membangun citra perusahaan.
3. Mengingatkan konsumen ( reminding)
Yaitu bertujuan mengingatkan konsumen akan kebutuhan pada produk,
mengingatkan akan tempat penjualan produk yang ditawarkan serta
menjaga agar konsumen tetap ingat pada produk yang ditawarkan
walaupun tidak ada kegiatan promosi.
Promosi merupakan bagian dari bauran pemasaran yang terdiri dari 4
variabel, yaitu : advertising, sales promotion, personal selling dan publishing
(Kotler, 1997 hal. 242). Bauran komunikasi pemasaran (juga disebut bauran
promosi) terdiri dari 4 alat utama:
1.Iklan.
Advertising atau periklanan banyak digunakan untuk menanamkan
bayangan tentang suatu produk baru pada konsumen yang dianggap alat tepat
(Kopalle dan Lehmann, 1995 hal. 280). Advertising sangat efektif untuk
mendukung konsumen dalam mengenal suatu produk dan memperoleh
pengetahuan atas produk yang ditawarkan.
Frekuensi pengiklanan dapat dikaitkan dengan kualitas produk. Zeithml (1988
hal. 2) mengatakan bahwa tingginya frekuensi pengiklanan menandakan kualitas
produk semakin tinggi. Frekuensi pengiklanan dapat memberikan kesan kepada
konsumen bahwa perusahaan yakin barang yang mereka buat layak untuk
26
diiklankan yang berarti bahwa merek yang sering diiklankan umumnya
berkualitas.
Grewal, Monroe dan Krishnan (1998 hal. 47) mengemukakan bahwa konsumen
menilai tingkat kualitas pada suatu produk atau merek tergantung pada
informasi yang diperoleh sebelumnya, informasi yang diperoleh sebelumnya
telah diserap konsumen telah diserap untuk membentuk persepsi dan harapan
mengenai kualitas produk
2. Promosi penjualan.
nsentif jangka pendek untuk merangsang pembelian atau penjualan suatu
produk atau jasa. Tujuan promosi penjualan bersumber pada tujuan komunikasi
pemasaran. Walaupun alat-alat promosi penjualan seperti kupon, kontes, premi
dan lain sebagainya merupakan suatu gabungan, tetapi alat-alat ini mempunyai
ciri-ciri tersendiri (Kotler, 1997 hal. 317):
a. Komunikasi. Cara ini mendapat perhatian dan biasanya memberi informasi
yang memperkenalkan pembeli pada suatu produk.
b. Insentif. Cara ini memberikan konsesi perangsang atau andil yang bernilai
bagi pembeli.
c. Undangan. Cara ini mencakup undangan khusus untuk segera terlibat
dalam transaksi.
Alat promosi konsumen yang utama meliputi contoh atau sampel, kupon,
tawaran potongan tunai, kemasan harga, premi, hadiah, imbalan kesetiaan, uji
coba gratis, jaminan garansi produk, promosi gabungan, demonstrasi dan
peragaan di tempat penjualan.
27
3. Publisitas.
Suatu stimulasi non-personal terhadap permintaan suatu produk, jasa atau
unit dagang dengan menyebarkan berita-berita komersial yang penting mengenai
kebutuhan akan produk tertentu disuatu media yang disebar-sebarkan atau
menghasilkan suatu sosok kehadiran yang menarik mengenai produk itu diradio,
televisi atau panggung yang tidak dibayar oleh pihak sponsor. Penampilan
publisitas berdasarkan tiga kualitas khusus yaitu nilai kepercayaan yang tinggi,
dorongan keluar, dramatisasi (Kottler,1996 hal. 305).
4. Penjualan pribadi.
Penyajian lisan dalam suatu pembicaraan dengan satu atau beberapa
pembeli potensial dengan tujuan untuk melakukan penjualan. Penjualan tatap
muka (personal selling) merupakan cara yang paling efektif untuk menanamkan
pilihan pembeli, keyakinan pembeli dan tindakan pembeli pada tingkat tertentu
dalam proses pembelian. Ciri –ciri (Kottler,1997 hal. 307):
a. Berhadapan langsung secara pribadi.
b. Keakraban.
c. Tanggapan.
Setiap alat promosi yaitu iklan, penjualan personal, promosi penjualan
dan publisitas mempunyai ciri-ciri unik dan biaya sendiri. Dalam menentukan alat
promosi, pemasar harus mengenal ciri masing-masing alat promosi itu
(Kottler,1997 hal. 289).
Informasi mengenai suatu produk akan tetap tersimpan dalam ingatan,
pada beberapa tingkatan abstraksi tingkat paling sederhana adalah atribut produk
28
dan yang paling kompleks adalah nilai dan manfaat suatu produk bagi konsumen
dan menyatakan bahwa konsumen juga menggunakan isyarat informasi untuk
mengembangkan keyakinan akan suatu produk. (Zeithml, 1988 hal. 5)
Kalwani, M.U, dkk (1990 hal. 255) mengatakan bahwa suatu merek yang
dipromosikan mempunyai dampak negatif bagi harga yang diharapkan.
Disarankan bahwa dengan melalui promosi akan membantu meningkatkan
penjualan dalam jangka pendek suatu merek yang mungkin akan mengikis laba
panjang suatu merek bila sering digunakan.
Davis, Inman & Mc. Alister (1992) melakukan eksperimen menunjukkan
bahwa promosi tidak berpengaruh negative terhadap evaluasi merek, sedangkan
Lehman & Kim (1993) menguji selama 4 bulan dan menyarankan bahwa promosi
menyebabkan konsumen lebih sensitif terhadap harga. Inman dan Hayer
berpendapat bahwa signal promosi mempunyai pengaruh positif pada perilaku
konsumen dalam pemilihan produk ( Inman & Hayer, 1990 hal. 78).
Mela, C, F dkk ( 1998) mengembangkan bermacam-macam model
parameter pada timbulnya pembelian dan kuantitas pembelian untuk
mengetahui dengan pasti apakah peningkatan promosi telah mempengaruhi
keputusan menimbun barang rumah tangga dalam jangka panjang. Promosi yang
dilakukan secara menarik akan memudahkan konsumen dalam menilai suatu
kualitas produk, karena konsumen dihadapkan akan beberapa spesifikasi produk
dengan keunggulan masing-masing (Mela dan Gupta, 1998 hal. 252).
Studi Kopalle dan Lehmann (1995 hal. 282) dan penelitian yang dilakukan
Andrews (1989) tentang efek promosi terhadap kualitas produk baru
29
menyimpulkan kepercayaan dan penilaian konsumen terhadap kualitas produk
baru, menyimpulkan kepercayaan dan penilaian konsumen terhadap kualitas
dapat dibangun dengan membina hubungan erat antara produsen dan konsumen
melalui pendekatan strategi yang tepat. Kopalle dan Lehmann (1995 hal. 283)
menyimpulkan bahwa promosi dapat diukur melalui daya tarik promosi,
jangkauan promosi, frekuensi promosi dan efektivitas promosi.
2. 1. 2. Loyalitas Merek
Merek (Brand)
Untuk membantu agar suatu produk dapat berkembang dan dapat dikenal
secara baik serta mendapata kesetiaan dari para konsumennya, maka hendaknya
para pembuat atau penjualnya memberikan suatu nama atau merek( brand) pada
produk tersebut.
Merek adalah nama atau symbol yang diberikan pada suatu produk atau
jasa suatu badan usaha untuk mengidentifikasi agar produk tersebut dapat
dibedakan dari produk-produk lain yang mempunyai karakteristik hampir sama.
Secara sederhana merek dapat dikatakan sebagai nama dari suatu produk.nama
yang diberikan tersebut haruslah mudah diingat dan diucapkan serta bermakna
positif.seperti dinyatakan oleh Kotler (1997) bahwa merek adalah:
“Nama,tanda,symbol,desain,atau kombiansi hal-hal tersebut, yang ditujukan
untuk mengidentufikasi dan membedakan barang dan layanan penjual lain”
30
Hal yang sama juga dikemukakan keegan (1995) menyatakan merek
sebagai suatu janji karena mempunyai nilai sebagai hasil dari semua elemen
dalam bauran pemasaran ditambah dengan semua pengalaman dimasa lalu.
Pada intinya merek merupakan identitas produsen atau penjual suatu
produk atau jasa yang dapat berupa nama, merek, logo, merek dagang, dan
sebagainya. Merek juga merupakan jaminan dari produsen untuk menjual barang
atau jasa yang spesifik dan berkualitas sesuai yang dijanjikan.
Merek pada saat sekarang ini mengalami banyak kemajuan, yaitu merek
bukan lagi hanya sebagai alat untuk mengidentifikasi dan membedakan antara
produk yang satu dengan produk yang lain, tetapi sangat terkait dengan
pelanggan. Karena itu Schultz (1998) menyatakan bahwa, Brand are built with
planned, well design, well executed total organizational programs that focus on
customer value and customer relationship”
Merek sangat penting, baik bagi pelanggan maupun produsen. Bagi
pelanggan, merek bermanfaat untuk memudahkan proses keputusan pembelian,
merupakan jaminan kualitas, bahkan dapat memenuhi kebutuhan akan status.
Sedangkan bagi produsen, merek dapat membantu upaya-upaya untuk
membangun loyalitas dan hubungan yang berkelanjutan dengan pelanggan serta
untuk melindungi perusahaan dalam persaingan ( Wilfridus B.Elu dan Wesley
A.Mardikin,1999)
Menurut Kotler (1997) merek dapat memiliki enam pengertian, yaitu:
a. Atribut : Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu
b. Manfaat : Suatu merek lebih dari serangkain atribut
31
c. Nilai : Merek memiliki keunggulan dalam produk
d. Budaya : Merek mewakili budaya tertentu
e. Kepribadian : Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu
f. Pemakai : Merek menunjukkan jenis konsumen yang
membeli atau menggunakan produk tersebut.
Pemberian merek terutama dibutuhkan bagi produk-produk yang sulit
diukur kualitasnya secara obyektif oleh pelanggan. Kualitas produk-produk
tersebut hanya dapat dibedakan berdasarkan persepsi pelanggan. Merek produk
membentuk atau memiliki identitas,citra dan integritas dari suatu produk atau
perusahaan melalui proses persepsi dalam pikiran pelanggan. Oleh karena itu
Kartajaya ( 1994) menyatakan bahwa: “Brand, not product, is valuable to
customer”. Ini menunjukkan bahwa pelanggan menilai suatu barang berkualitas
atau tidak berdasarkan merek barang tersebut.
Loyalitas Merek
Loyalitas merek merupakan suatu keterkaitan pelanggan kepada sebuah
merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran mungkin tidaknya seorang
pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika pada merek tersebut
didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga atau atribut lainnya. (
Darmadi Durianto, 2001:62)
Fungsi Loyalitas merek
Dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang benar, brand loyalty dapat
menjadi aset strategis bagi perusahaan. Berikut adalah beberapa potensi yang
32
dapat diberikan oleh loyalitas merek kepada perusahaan: (Darmadi Durianto,
2001:72)
1. Mengurangi biaya pemasaran
2. Meningkatkan perdagangan
3. Menarik minat pelanggan baru
4. Memberi waktu untuk merespon ancaman persaingan
Tingkatan Loyalitas merek
Dalam kaitannya dengan loyalitas mereksuatu produk, didapati adanya
beberapa tingkatan loyalitas merek. Masing-masing tingkatannya menunjukkan
tantangan pemasaran yang harus dihadapi sekaligus aset yang dapat dimanfaatkan.
Adapun tingkatan loyalias merek tersebut adalah sebagai berikut :
1. Berpindah-pindah (Switcher)
Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai
pelanggan yang berada pada tingkat yang paling dasar. Semakin tinggi
frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek
ke merek-merek yang lain mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang
sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek tersebut. Pada
tingkatan ini merek apa pun mereka anggap memadai serta memegang
peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling
nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu produk
karena harganya murah.
2. Pembeli yang bersifat kebiasaan ( Habitual buyer)
33
Pembeli yang berada dalam tingkat loyalitas ini dapat
dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan mereka produk yang
dimonsumsikan atau setidaknya mereka tidak mengalami
ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Pada
tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang cukup untuk
menciptakan keinginan untuk membeli produk yang lain atau berpindah
merek terutama jika peralihan tersebut memerlukan usaha, biaya maupun
berbagai pengorbanan lain.Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam
membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.
3. Pembeli yang puas dengan biaya peralihan ( Satiesfied buyer)
Pada tingkatan ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila
mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja
mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menganggung
biaya peralihan yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang
melekat dengan tindakan mereka beralih merek. Untuk dapat menarik
minat para pembeli yang masuk dalam tingkat loyalitas ini maka para
pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh
pembeli yang masuk dalam kategori ini dengan menawarkan berbagai
manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya
4. Menyukai merek (Likes the Brand)
Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan
pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan
ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka
34
pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol,
rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami
pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh perspsi kualitas
yang tinggi. Meskipun demikian sering kali rasa suka ini merupakan suatu
perasaan yang sulit diidentifikasi dan ditelusuri dengan cermat untuk
dikategorikan ke dalam sesuatu yang spesifik.
5. Pembeli yang komit ( Comitted Buyer )
Pada tahapan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka
memiliki suatu kebanggan sebagai pengguna suatu mereka dan bahkan
merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi
fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya
mereka. Pada tingkatan ini, salah satu aktualisasi loyalitas pembeli
ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek
tersebut kepada pihak lain.
Tiap tingkatan loyalitas merek mewakili tantangan pemasaran yang
berbeda dan juga mewakili tipe aset yang berbeda dalam pengelolaan dan
ekspolitasinya. Tampilan piramida loyalitas merek yang umum adalah
sebagai berikut :
Commited buyer
Liking the brand
Satisfied buyer
Habitual buyer
Switcher
Gambar 2.1 : Piramida loyalitas merek
35
Dari piramida loyalotas tersebut terlihat bahwa bagi merek yang belum
memiliki brand equity yang kuat, porsi tersebesar dari konsumennya berada para
tingkatan switcher. Selanjutnya, porsi terbesar kedua ditempati oleh konsumen
yang berada pada taraf habitual buyer, dst., hingga porsi terkecil ditempati oleh
committed buyer. Meskipun demikian bagi merek yang memiliki brand equity
yang kuat, tingkatan dalam brand loyalty-nya diharapkan membentuk segitiga
terbalik. Kasudnya makin ke atas makin melebar sehingga diperoleh jumlah
committed buyer yang lebih besar daripada switcher seperti tampak pada gambar
berikut :
Committed buyer
Liking the brand
Satisfied buyer
Habitual buyer
Switcher
Gambar 2.2
Piramida Brand Loyalty dalam Posisi Terbalik
Pengukuran Loyalitas merek
1. Behaviour measures (pengukuran perilaku)
36
Behaviour measures (pengukuran perilaku) suatu cara langsung
untuk menetapkan loyalitas, terutama untuk habitual behavior (perilaku
kebiasaan) adalah dengan memperhitungkan pola pembelian yang aktual.
Berikut disajikan beberapa ukuran yang dapat digunakan:
2. Repurchase rates (tingkat pembelian ulang)
Repurchase rates (tingkat pembelian ulang) yaitu tingkat
persentase pelanggan yang membeli merek yang sama pada kesempatan
membeli jenis produk tersebut.
3. Percent of purchase (persentase pembelian)
Percent of purchase (persentase pembelian) yaitu tingkat
persentase pelanggan untuk setiap merek yang dibeli dari beberapa
pembelian terakhir.
4. Number of brands purchase (jumlah merek yang dibeli)
Number of brands purchase (jumlah merek yang dibeli) yaitu
tingkat persentase pelanggan dari suatu produk untuk hanya membeli satu
merek, dua merek, tiga merek, dan seterusnya.
Efek Loyalitas Merek
1. Menarik minat para pelanggan baru. Pelanggan yang puas dan suka pada
merek tertentu dapat mendorong keyakinan calon pelanggan, khususnya
bila pembelian itu mengandung risiko.
2 Memberi waktu untuk merespon ancaman persaingan. Loyalitas merek
memberikan waktu, semacam waktu bernapas, pada perusahaan untuk
37
merespons gerakan pesaing. Jika ada pesaing membuat produk yang
unggul, pelanggan yang loyal akan memberi waktu pada perusahaan
favoritnya untuk memperbarui produk. Tidak mustahil pula pelanggan
memberikan saran kepada perusahaan agar merek favoritnya tidak
dikalahkan pesaing.
2.1. 3. Hubungan antara Promosi dengan persepsi kualitas
Kopalle dan Lehmann (1995 hal. 283) menyimpulkan bahwa promosi
dapat diukur melalui daya tarik promosi, jangkauan promosi, frekuensi promosi
dan efektivitas promosi. Sehingga dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
H1 : terdapat pengaruh positif antara promosi terhadap persepsi konsumen
mengenai kualitas produk kartu seluler IM3.
2.1. 4. Hubungan antara atribut produk dengan persepsi kualitas
Studi Olson dan Jacoby (1972). Olson (1977) dalam Zeithml 1988 yang
meneliti tentang atribut produk yang berpengaruh pada penjualan dan persepsi
konsumen pada kualitas menyimpulkan atribut adalah signal kualitas yang dapat
dibedakan menjadi dua yaitu atribut ekstrinsik dan intrinsik. Dimana masing
masing atribut tersebut menjadi tolak ukur bagi konsumen didalam membeli
produk ( Zeithml, 1988 hal. 19). Sehingga dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
H2: terdapat pengaruh positif antara atribut produk terhadap persepsi konsumen
mengenai kualitas produk kartu seluler Im3
38
2.1.5. Hubungan antara persepsi kualitas dengan loyalitas merek
Persepsi kualitas dirasakan oleh konsumen berpengaruh terhadap
kesediaan untuk membeli sebuah produk. Ini berarti bahwa semakin tinggi, nilai
yang dirasakan oleh konsumen maka akan semakin tinggi pula kesediaan
konsumen tersebut untuk akhirnya membeli (Joe Chapman & Russ Wahlers, 1999
hal. 54). Sehingga dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
H2: terdapat pengaruh positif antara persepsi kualitas konsumen terhadap
loyalitas merek kartu seluler Im3
2.1. 6. Ruang Lingkup IM3
Im3 adalah kartu prabayar super hemat dari indosat. Selain kartu perdanya
yang super hemat, tarif SMS dan teleponnya juga super hemat, mempunyai
banyak fitur yang bermanfaat mulai dari transfer pulsa fasilitas terbaik hasil karya
anak bangsa yang di contoh oleh negara lain, telepon aku,blackberry on
demand,broadband,gaul,IGO, My backup,location info,i-milis, sms warna,i-haji
dan lain sebagainya, serta fasilitas GPRS,MMS, 3G, Converenc call dan call
divert. Im3 juga bisa memiliki jangkauan luas yang didukung oleh sinyal kuat
Indosat, Sehingga bisa digunakan di seluruh Indonesia.
Pelanggan IM3 dapat menggunakan Handphone dual band (900&1800)
MHZ). dengan frekuensi dual band ini, diharapkan dapat menampung pelanggan
yang lebih banyak dan mengurangi drop call atau network busy serta dapat
meningkatkan kualitas suara.
39
IM3 diluncurkan pada tanggal 31 Agustus 2001 di Batam dan dilanjutkan
di kota-kota besar di jawa mulai dari kota Semarang, Surabaya, Bandung dan
akhirnya Jakarta pada tanggal 14 November 2001
Pelanggan IM3 dapat menggunakan layanan di seluruh Indonesi, selama
berada pada jaringan Im3,Sat-C dan Indosat. Hal ini dimungkinkan karena sinyal
kuat sebagai hasil merger PT.Indosat,Pt. Indosat Multi Media Mobile dan PT.
Satelindo.
2. 2 Kerangka Pemikiran Teoritis
Dari kesimpulan diatas dapat di bentuk suatu kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Gambar 2.3. Kerangka pemikiran
Promosi X3
X2
X1
Atribut Produk
Persepsi kualitas
X12 X 13 X 14
Loyalitas merek
X 16
X17
X 18
X8 X9
X10
X4
X11
X 15
X7
X6
X5
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
40
Keterangan
X1 = Daya tarik promosi
X2 = Frekuensi X3 = Jangkauan X4 = Efektivitas X5 = Merek X6 = Harga X7 = Pelayanan X8 = Performa X9 = Nilai tambah X10 = Ketahanan produk X11 = Kemudahan pengguna X12 = Fungsi X13 = Keandalan X14 = Kesesuaian X15 = Prestige X16 = Pilihan utama X17 = merekomendasikan X18 = Mengikuti progam
2. 3. Hipotesis
Hipotesis menurut Suharsini (1999) adalah merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan mas alah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru berdasarkan teori, belum menggunakan fakta atau melalui uji
secara empiris. Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara terhadap semua
fakta yang dijadikan dasar dalam penelitian untuk mencari jawaban yang
sebenarnya.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H1 : Terdapat pengaruh positif antara promosi terhadap persepsi
konsumen mengenai kualitas produk kartu seluler IM3.