jurnal biologi

15
Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan 1 Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat Rabiul Andri Fathowari Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tanjungpura Pontianak Email : [email protected] Abstrak Judul penelitian ini adalah“Peran Kepemimpinan Kepala Desa dalam Menumbuhkan Partisipasi Masyarakatpenelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala desa untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat. Judul penelitian ini diangkat karena banyak desa di Kabupaten Sanggau yang partisipasi masyarakatnya masih belum rendah, sedangkan dalam pembangunan desa partisipasi masyarakat sangat diperlukan. Dengan penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan bagi kepala desa dalam menumbuhkan partisipasi masyarakatnya.Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat Desa Suka Mulya cukup tinggi karena pendekatan melalui komunikasi yang intensif yang dilakukan oleh kepala desa kepada masyarakat. Pengambilan keputusan secara musyawarah serta mengoptimalkan peran RT di masyarakat mejadi kunci keberhasilan dalam menggerakkan masyarakat. Kendala yang paling terasa dalam menggerakkan masyarakat adalah kesadaran masyarakat yang masih belum tumbuh sepenuhnya sehingga ada sebagian kecil masyarakat yang tidak aktif berpartisipasi. Kata kunci: Kepala Desa, Partisipasi, Pembangunan, Komunikasi Abstract The title of the research is "Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat" the writing of this research is to find out a leadership role to foster the participation of the head of the village community. The title of this research was appointed as many villages in the District that community participation is still low, while public participation in rural development is needed. With this research can broaden the participation of village leaders in growing communities. The results of this study concluded that community participation Suka Mulya village is quite high because of the approach through an intensive communication made by the village chief to the public. Decision-making by consensus and to optimize the role of RT in the community form the key to success in mobilizing the community. Obstacles that most felt in moving society is awareness that is still not fully grown so that there is a small community that does not actively participate. Keywords: Village Chief, Participation, Development, Communications A. PENDAHULUAN Pemerintah dan masyarakat merupakan satu kesatuan dalam sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain. Sebuah pemerintahan terbentuk karena adanya keinginan kelompok masyarakat yang mengharapkan adanya keteraturan dalam tatanan kehidupan masyarakatnya, sehingga mereka mempercayakan kekuasaan kepada seseorang ataupun sekelompok orang untuk mengatur kelompok tersebut. Jika pemerintah merupakan sebuah kekuatan yang diamanatkan oleh masyarakat, maka kekuatan terbesar pemerintah berada ditangan masyarakat. Ketika masyarakat memilih seseorang sebagai pemimpin, mereka menaruh harapan yang besar kepada pemimpin tersebut untuk membawa mereka ke arah perubahan yang lebih

Upload: ianalfianamin

Post on 24-Oct-2015

143 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal biologi

Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan

1

Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat

Rabiul Andri Fathowari

Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tanjungpura

Pontianak

Email : [email protected]

Abstrak

Judul penelitian ini adalah“Peran Kepemimpinan Kepala Desa dalam Menumbuhkan

Partisipasi Masyarakat”penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peran kepemimpinan

kepala desa untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat. Judul penelitian ini diangkat karena

banyak desa di Kabupaten Sanggau yang partisipasi masyarakatnya masih belum rendah,

sedangkan dalam pembangunan desa partisipasi masyarakat sangat diperlukan. Dengan

penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan bagi kepala desa dalam menumbuhkan

partisipasi masyarakatnya.Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat

Desa Suka Mulya cukup tinggi karena pendekatan melalui komunikasi yang intensif yang

dilakukan oleh kepala desa kepada masyarakat. Pengambilan keputusan secara musyawarah

serta mengoptimalkan peran RT di masyarakat mejadi kunci keberhasilan dalam menggerakkan

masyarakat. Kendala yang paling terasa dalam menggerakkan masyarakat adalah kesadaran

masyarakat yang masih belum tumbuh sepenuhnya sehingga ada sebagian kecil masyarakat

yang tidak aktif berpartisipasi.

Kata kunci: Kepala Desa, Partisipasi, Pembangunan, Komunikasi

Abstract

The title of the research is "Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Menumbuhkan

Partisipasi Masyarakat" the writing of this research is to find out a leadership role to foster the

participation of the head of the village community. The title of this research was appointed as

many villages in the District that community participation is still low, while public

participation in rural development is needed. With this research can broaden the participation

of village leaders in growing communities. The results of this study concluded that community

participation Suka Mulya village is quite high because of the approach through an intensive

communication made by the village chief to the public. Decision-making by consensus and to

optimize the role of RT in the community form the key to success in mobilizing the

community. Obstacles that most felt in moving society is awareness that is still not fully grown

so that there is a small community that does not actively participate.

Keywords: Village Chief, Participation, Development, Communications

A. PENDAHULUAN

Pemerintah dan masyarakat merupakan

satu kesatuan dalam sebuah sistem yang saling

terkait satu sama lain. Sebuah pemerintahan

terbentuk karena adanya keinginan kelompok

masyarakat yang mengharapkan adanya

keteraturan dalam tatanan kehidupan

masyarakatnya, sehingga mereka

mempercayakan kekuasaan kepada seseorang

ataupun sekelompok orang untuk mengatur

kelompok tersebut. Jika pemerintah merupakan

sebuah kekuatan yang diamanatkan oleh

masyarakat, maka kekuatan terbesar pemerintah

berada ditangan masyarakat.

Ketika masyarakat memilih seseorang

sebagai pemimpin, mereka menaruh harapan

yang besar kepada pemimpin tersebut untuk

membawa mereka ke arah perubahan yang lebih

Page 2: jurnal biologi

Governance, Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UNTAN, Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Januari 2013

2

baik. Harapan yang dimiliki oleh masyarakat

merupakan wujud kepercayaan masyarakat

bahwa pemimpin tersebutmemiliki kemampuan

dan kecakapan yang bisa memberikan

perubahan kepada mereka.

Karena sumber kekuatan pemerintah

berada ditangan rakyat, maka pemerintah

hendaknya dapat menjaga kepercayaan

masyarakat yang telah diamanatkan kepadanya.

Hal ini menjadi penting karena sejak awal

pemerintah dan masyarakat mempunyai

hubungan yang sangat erat dan saling berkaitan

satu sama lain. Pemerintah memerlukan

masyarakat sebagai objek pembangunan yang

menjadi tujuan dimana pembangunan tersebut

dilaksanakan, dan masyarakat memerlukan

pemerintah sebagai perpanjangan tangan

masyarakat yang akan mewujudkan keinginan-

keingingan masyarakat. Apabila terjadi

ketimpangan pada salah satu pihak akan

mengakibatkan pemerintahan tidak dapat

berjalan sebagaimana mestinya.

Didalam pemerintahan desa, hubungan

antara pemerintah dengan masyarakat tercermin

dalam partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

pembangunan. Pelaksanaan pembangunan desa

bukan semata-mata tugas kepala desa saja

namun menjadi tanggung jawab seluruh elemen

yang ada di desa tersebut, mulai dari kepala

desa, perangkat desa, tokoh masyarakat, ketua

RT dan RW, organisasi yang ada di desa, dan

seluruh warga masyarakat yang ada di desa.

Seluruh elemen tersebut harus dapat saling

bekerja sama agar tujuan pembangunan desa

dapat tercapai dengan baik. Kepala desa sebagai

kepala pemerintahan di desa harus mampu

merangkul seluruh elemen tersebut agar dapat

berjalan beriringan dengan satu tujuan yaitu

membangun desa.

Partisipasi masyarakat desa umumnya

ditunjukkan dengan pelaksanaan kegiatan secara

bergotong royong. Melalui kegiatan gotong

royong akan tumbuh rasa kebersamaan di antara

sesama warga desa, meningkatkan rasa

kekeluargaan, serta menumbuhkan rasa aman,

tenteram, dan damai di lingkungan desa.

Keterlibatan warga desa dalam kegiatan

pembangunan akan berpengaruh terhadap

efisiensi biaya dan hasil yang lebih

maksimal.Selain itu, dengan rasa memiliki yang

tinggi kesadaran warga akan tumbuh untuk

menjaga lingkungan serta merawat aset milik

desa sebagai hasil pembangunan yang dilakukan

bersama-sama. Melalui interaksi yang terjalin di

antara warga desa dengan pemimpinnya, warga

dapat lebih aktif dan leluasa untuk

menyampaikan ide-ide dan pendapatnya untuk

membangun desa tanpa harus merasa canggung.

Organisasi masyarakat dan pemuda pun dapat

difungsikan dan dimaksimalkan, sehingga

potensi desa yang ada dapat ditambah dan

dikembangkan.

Walaupun memiliki feedback yang baik

bagi pembangunan desa, upaya menumbuhkan

partisipasi masyarakat bukan sesuatu yang

mudah karena ada banyak faktor yang

mempengaruhi tingkat partispasi masyarakat,

salah satunya adalah kepemimipinan kepala

desa. Kepala desa harus mampu merangkul

seluruh elemen yang ada di desa agar dapat

saling bekerja sama satu sama lain. Dengan

kekuasaan dan kewenangan yang dimilikinya,

kepala desa dapat menggunakan berbagai cara

untuk menggerakkan masyarakat. Namun dalam

pelaksanaan pemerintahan desa, tidak sedikit

kepala desa yang kesulitan untuk menggerakkan

masyarakat. Akibatnya pembangunan di desa

tidak dapat berjalan dengan baik. Tidak ada

kesatuan antara kepala desa dengan masyarakat

dalam membangun desanya. Kepala desa

bekerja sendiri sedangkan masyarakat lebih

memilih untuk apatis, hanya berkomentar tetapi

tidak mau berbuat.

Desa Suka Mulya sebagai salah satu desa

yang partisipasi masyarakat yang sudah baik

sekiranya dapat menjadi daerah percontohan

bagi desa-desa lain yang ingin meningkatkan

partisipasi masyarakatnya. Keberhasilan Desa

Suka Mulya tidak terlepas dari peran kepala

desa yang dapat merangkul masyarakat agar

mau berpartisipasi dalam kegiatan yang telah

ditetapkan.

Karena pentingnya peran kepala desa

dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat

dalam pembangunan desa, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai

berikut“Bagaimana Peran Kepemimpinan

Kepala Desa dalam Menumbuhkan Partisipasi

Masyarakat terhadap Pembangunan di

Desanya?”

Adapun yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan peran kepemimpinan

kepala desa untuk menumbuhkan pertisipasi

masyarakat dalam pembangunan desa.

2. Menjelaskan bentuk partisipasi masyarakat

tehadap pembangunan di desanya.

Adapun manfaat penelitian ini adalah hasil

penelitian ini dapat menjadi panduan bagi

pemerintah desa untuk menumbuhkan

Page 3: jurnal biologi

Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan

3

partisipasi masyarakat dalam pembangunan di

desanya.

B. KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI

1. Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin”

yang artinya bimbing atau tuntun.

Sudriamunawar(dalam Pasolong, 2008:3)

menyatakan bahwa “pemimpin adalah

seseorang yang memiliki kecakapan tertentu

yang dapat mempengaruhi para pengikutnya

untuk melakukan kerja sama kearah pencapaian

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.

Sebagai seseorang yang berperan untuk

menggerakkan orang lain agar mau bekerja

sama dalam mencapai tujuan, pemimpin harus

memiliki kecakapan tertentu agar orang lain

mau bertindak sesusai keinginannya.

Kemampuan yang dimiliki pemimpin disebut

kepemimpinan. Robbins(dalam Pasolong,

2008:4) menyatakan “kepemimpinan adalah

kemampuan untuk mempengaruhi kelompok

menuju pencapaian sasaran”.

Setiap individu di dunia mempunyai

kesempatan yang sama untuk menjadi seorang

pemimpin, karena secara genetika setiap

individu mempunyai kemampuan untuk

memimpin. Untuk menjadi seorang pemimpin

harus dibentuk dan dibangun melalui

pendidikan dan pelatihan yang memadai. Selain

itu juga diperlukan syarat-syarat antara lain: (1)

kekuasaan; (2) kewibawaan; (3) kemampuan;

dan (4) kelebihan (Kartono, 2011:36; Stogdill

dalam Pasolong, 2008:12).

Kekuasaan adalah kekuatan, otoritas dan

legalitas yang memberikan wewenang kepada

pemimpin untuk mempengaruhi dan

menggerakkan bawahan agar berbuat sesuatu.

Kewibawaan adalah hasil pencitraan diri

seorang pemimpin kepada bawahannya

sehingga orang tersebut patuh dan bersedia

melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

Kemampuan adalah kesangupan, kekuatan, dan

kecakapan dalam bidang teknis maupun sosial

yang dianggap melebihi kemampuan anggota

yang lain. Kelebihan adalah segala hal yang

dimiliki pemimpin yang mengakibatkan

pemimpin berbeda dari bawahannya. Kelebihan

tersebut antara lain: kapasitas, prestasi,tanggung

jawab, partisipasi, dan status.Keempat syarat

tersebut hendaknya dapat dipenuhi oleh seorang

pemimpin karena syarat-syarat tersebut saling

menunjang dan saling mempengaruhi antara

satu sama lain.

Untuk mencapai tujuannya, setiap

pemimpin mempunyai orientasi masing-masing

yang dirasa tepat untuk diterapkan. Cara

pandang yang digunakan oleh pemimpin dalam

menggerakkan orang lain disebut gaya

kepemimpinan. Stoner (dalam Pasolong,

2008:37) mengatakan bahwa gaya

kepemimpinan adalah “berbagai pola tingkah

laku yang disukai pemimpin dalam proses

mengarahkan dan mempengaruhi pekerja”.

Stoner (dalam Pasolong, 2008:37)

membagi gaya kepemimpinan menjadi dua,

yaitu:

1. Gaya yang berorientasi pada tugas

2. Gaya yang berorientasi pada pegawai

Gaya kepemimpinan menurut House

(dalam Pasolong, 2008:39) memuat antara lain:

1. Kepemimpinan direktif

2. Kepemimpinan partisipatif

3. Kepemimpinan suportif

4. Kepemimpinan berorientasi pada prestasi

Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh

seorang pemimpin akan mempengaruhi

munculnya tipe kepemimpinan yang digunakan.

Tipe kepemimpinan adalah jenis kemampuan

yang dimiliki dan digunakan oleh pemimpin

dalam mempengaruhi orang lain. Tipe

kepemimpinan menurut Kartono (2011:80)

adalah sebagai berikut: (1) Tipe Karismatis; (2)

Tipe Paternalistis dan Maternalistis; (3) Tipe

Militeristis; (4) Tipe Otokratis; (5) Tipe Laissez

Faire; (6) Tipe Populistis; (7) Tipe Administratif

atau Eksekutif; dan (8) Tipe Demokratis

Selain gaya dan tipe yang dapat diterapkan

oleh pemimpin dalam mempengaruhi

bawahannya, terdapat satu lagi komponen yang

dapat digunakan oleh pemimpin. Komponen

tersebut adalah teknik kepemimpinan. Teknik

kepemimpinanadalah cara yang digunakan oleh

pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya,

namun cara tersebut lebih bersifat khusus yang

mendukung penerapan gaya dan teknik

kepemimpinan. Syafi’ie (2006:41-46)

menyebutkan ada lima teknik yang digunakan

dalam kepemimpinan, yaitu: (1) Teknik

Persuasif; (2) Teknik Komunikatif; (3) Teknik

Fasilitas; (4) Teknik Motivasi; dan (5) Teknik

Keteladanan.

Dengan hubungan antara pemimpin dan

bawahan yang semakin berkembang, pemimpin

akan menggunakan berbagai metode atau cara

untuk menggerakkan bawahannya, dengan

demikian akan tumbuh metode kepemimpinan.

Kartono (2011:62) mendefinisikan metode

kepemimpinan sebagai “cara bekerja dan

Page 4: jurnal biologi

Governance, Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UNTAN, Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Januari 2013

4

bertingkah laku pemimpin dalam membimbing

para pengikutnya untuk berbuat sesuatu.

Ordway Tead (dalam Kartono, 2011:63-66)

mengemukakan metode kepemimpinan sebagai

berikut:

1. Memberi perintah

2. Memberikan celaan dan pujian

3. Memupuk tingkah laku pribadi pemimpin

yang benar

4. Peka terhadap saran-saran

5. Memperkuat rasa kesatuan kelompok

6. Menciptakan disiplin diri dan kelompok

7. Meredam kabar angin dan isu-isu yang tidak

benar

Peran kepemimpinan selalu berkaitan erat

dengan peran seorang pemimpin, dimana

kepemimpinan adalah proses menggerakkan

orang lain sedangkan pemimpin adalah pelaku

dari proses tersebut. Kepemimpinan sebagai

sebuah proses dalam mempengaruhi orang lain

mempunyai peran penting bagi keberhasilan

seorang pemimpin. Peran adalah seperangkat

tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam,

suatu sistem. Menurut Horton dan Hunt (dalam

http://bidanlia.blogspot.com/2009/07/teori-

peran.html), peran adalah perilaku yang

diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu

status, sedangkan kepemimpinan adalah

kemampuan untuk menggerakkan orang lain.

Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan

bahwa peran kepemimpinan adalah perilaku

yang diharapkan dilakukan oleh seseorang

sesuai kedudukannya sebagai pemimpin.

Agar dapat menjalankan perannya dengan

baik, pemimpin harus mengetahui fungsinya

sebagai pemimpin. Fungsi utama pemimpin

adalah menggerakkan orang lain untuk

mencapai tujuan. Kartono (2011:117)

menyebutkan fungsi pemimpin antara lain:

1. Memelihara struktur kelompok, menjamin

interaksi yang lancar, dan memudahkan

pelaksanaan tugas-tugas.

2. Mensinkronkan ideologi, ide, pikiran, dan

ambisi anggota-anggota kelompok dengan

pola keinginan pemimpin.

3. Memberikan rasa aman dan status yang jelas

kepada setiap anggota, sehingga mereka

bersedia memberikan partisipasi penuh.

4. Memanfaatkan dan mengoptimalisasikan

kemampuan, bakat, dan produktivitas semua

anggota kelompok untuk berkarya dan

berperan.

5. Menegakkan peraturan, larangan, disiplin,

dan norma-norma kelompok agar tercapai

kepaduan kelompok.

6. Merumuskan nilai-nilai kelompok dan

memilih tujuan-tujuan kelompok, sambil

menentukan sarana dan cara-cara

operasional guna mencapainya.

7. Mampu memenuhi harapan, keinginan, dan

kebutuhan para anggota.

Selain mengetahui fungsi pemimpin dalam

kelompok, pemimpin juga harus mengetahui

tugas-tugas yang membedakannya dari anggota

kelompok. Kartono (2011:154-156)

menyebutkan tugas-tugas tersebut antara lain:

1. Menyusun kebijakan yang bijaksana dan

memiliki kemampuan penentuan keputusan

yang tepat.

2. Bersifat dinamis, aktif, kreatif, dan inovatif.

3. Bertanggung jawab penuh terhadap

keberhasilan kelompok dan kesejahteraan

bawahannya.

4. Menjabarkan ide dan konsep dalam bentuk

aksi atau tindakan.

5. Membangun sikap kooperatif dan partisipatif

kepada bawahannya.

6. Mengatasi konflik yang timbul dalam

lingkungan internal maupun eksternal.

Untuk mengetahui keberhasilan pemimpin

dalam kepemimpinannya, Kartono (2011:229-

230) menyebutkan beberapa indikator yang

dapat digunakan sebagai petunjuk

keberhasilannya. Indikator tersebut antara lain:

1. Meningkatnya hasil-hasil produksi dan

pemberian pelayanan oleh organisasi.

2. Semakin rapinya sistem administrasi dan

makin efektifnya manajemen yang

dilakukan.

3. Semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas

manusiawi atau aspek sosial yang lebih

human sifatnya.

2. Partisipasi

Kata partisipasi berasal dari bahasa latin

partisipare yang mempunyai arti mengambil

bagian atau turut serta. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesiapartisipasi adalah perihal turut

berperan serta suatu kegiatan atau keikutseraan

atau peran serta. Pidarta (dalam Dwiningrum,

Page 5: jurnal biologi

Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan

5

2011:50) menyatakan partisipasi adalah

“pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam

suatu kegiatan”.

Dalam pelaksanaannya, partisipasi dapat

dilakukan melalui beberapa bentuk. Seperti

yang dikemukakan Nelson (dalam Tangkilisan,

2007:323) menyebutkan ada dua bentuk

partisipasi, yaitu:

1. Partisipasi Horizontal

2. Partisipasi Vertikal

Selain itu Hamijoyo (2007) (dalam

http://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/0

5/partisipasi-masyarakat/) mengelompokkan

partisipasi menjadi enam bentuk, yaitu: (1)

Partisipasi uang; (2) Partisipasi harta; (3)

Partisipasi tenaga; (4) Partisipasi keterampilan;

(5) Partisipasi buah fikiran; dan (6) Partisipasi

sosial.

Bentuk partisipasi yang diungkapkan oleh

Hamijoyo banyak diterapkan dalam kegiatan

yang bersifat pembangunan fisik. Cohen dan

Uphoff (dalam Dwiningrum, 2011:61-62)

membedakan partisipasi menjadi empat jenis

yaitu: “(1) partisipasi dalam pengambilan

keputusan; (2) partisipasi dalam pelaksanaan;

(3) partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan;

dan (4) partisipasi dalam evaluasi”.

Partisipasi dalam masyarakat tidak dapat

timbul begitu saja. Ada banyak hal yang dapat

mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat

dalam pelaksanaan pembangunan. Angell

(dalam

http://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/0

5/partisipasi-masyarakat/) menyebutkan faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi,

yaitu: “(1) usia; (2) jenis kelamin; (3)

pendidikan; (4) pekerjaan dan penghasilan; dan

(5) lamanya tinggal”.

Menurut Holil (dalam

http://sacafirmansyah.

wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-

masyarakat/) unsur-unsur dasar partisipasi sosial

juga dapat mempengaruhi partisipasi

masyarakat. Unsur-unsur tersebut adalah:

1. Kepercayaan diri masyarakat;

2. Solidaritas dan integritas sosial masyarakat;

3. Tanggungjawab sosial dan komitmen

masyarakat;

4. Kemauan dan kemampuan untuk mengubah

atau memperbaiki keadaan dan membangun

atas kekuatan sendiri;

5. Prakarsa masyarakat atau prakarsa

perseorangan yang diterima dan diakui

sebagai/menjadi milik masyarakat;

6. Kepentingan umum murni, setidak-tidaknya

umum dalam lingkungan masyarakat yang

bersangkutan, dalam pengertian bukan

kepentingan umum yang semu karena

penunggangan oleh kepentingan

perseorangan atau sebagian kecil dari

masyarakat;

7. Organisasi, keputusan rasional dan efisiensi

usaha;

8. Musyawarah untuk mufakat dalam

pengambilan keputusan; dan

9. Kepekaan dan ketanggapan masyarakat

terhadap masalah, kebutuhan-kebutuhan dan

kepentingan-kepentingan umum masyarakat.

Selain unsur-unsur dasar partisipasi sosial,

Holil

(dalamhttp://sacafirmansyah.wordpress.com/20

09/06/05/partisipasi-masyarakat/)menyebutkan

4 faktor yang berasal dari luar/lingkungan yang

dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat,

yaitu:

1. Komunikasi yang intensif antara sesama

warga masyarakat, antara warga masyarakat

dengan pimpinannya serta antara sistem

sosial di dalam masyarakat dengan sistem di

luarnya;

2. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya,

baik dalam kehidupan keluarga, pergaulan,

permainan, sekolah maupun masyarakat dan

bangsa yang menguntungkan bagi serta

mendorong tumbuh dan berkembangnya

partisipasi masyarakat;

3. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan

lingkungan serta proses dan struktur sosial,

sistem nilai dan norma-norma yang

memungkinkan dan mendorong terjadinya

partisipasi sosial; dan

4. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi.

Lingkungan di dalam keluarga masyarakat

atau lingkungan politik, sosial, budaya yang

Page 6: jurnal biologi

Governance, Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UNTAN, Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Januari 2013

6

memungkinkan dan mendorong timbul dan

berkembangnya prakarsa, gagasan,

perseorangan atau kelompok.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang

partisipasi, maka menurut penulis ada beberapa

faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi

masyarakat desa dalam pembangunan. Faktor-

faktor tersebut antara lain: (1) usia; (2) jenis

kelamin; (3) jenis pekerjaan; (4) kondisi

ekonomi; (5) kondisi geografis desa; (6)

perubahan gaya hidup; dan (7) kepemimpinan

kepala desa juga mempengaruhi partisipasi

masyarakat di desa.

3. Kepala Desa

Definisi desa dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa adalah:

Desa atau yang disebut dengan nama lain

selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat

yang diakui dan dihormati dalam sistem

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Didalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,

negara mengakui adanya otonomi desa dan

kepada desa dibebankan tugas dan kewajiban

sebagai akibat dari adanya otonomi desa

tersebut. Lebih lanjut dalam Pasal 7 Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang

Desa menyebutkan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan desa mencakup:

a. urusan pemerintahan yang sudah ada

berdasarkan hak asal-usul desa;

b. urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan kabupaten/kota yang

diserahkan pengaturannya kepada desa;

c. tugas pembantuan dari Pemerintah,

Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota; dan

d. urusan pemerintahan lainnya yang oleh

peraturan perundang-undangan diserahkan

kepada desa.

Urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan desa tersebut dilaksanakan oleh

penyelenggara pemerintahan desa. Dalam Pasal

11 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

tentang Desa pemerintahan desa terdiri dari

pemerintah desa dan BPD dan dalam Pasal 12

pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan

perangkat desa.

Sebagai pelaksana pemerintahan desa,

kepala desa memiliki tugas, wewenang, dan

kewajiban. Tugas kepala desa menurut Pasal 14

ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun

2005 tentang Desa menyatakan “Kepala desa

mempunyai tugas menyelenggarakan urusan

pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan”. Selanjutnya dalam

menjalankan tugasnya, wewenang kepada

kepala desa diatur dalam Pasal 14 ayat (2)

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

sebagai berikut:

a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan

desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan

bersama BPD;

b. mengajukan rancangan peraturan desa;

c. menetapkan peraturan desa yang telah

mendapat persetujuan bersama BPD;

d. menyusun dan mengajukan rancangan

peraturan desa mengenai APB Desa untuk

dibahas dan ditetapkan bersama BPD;

e. membina kehidupan masyarakat desa;

f. membina perekonomian desa;

g. mengkoordinasikan pembangunan desa

secara partisipatif;

h. mewakili desanya di dalam dan di luar

pengadilan dan dapat menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan; dan

i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Kewajiban kepala desa tercantum dalam

Pasal 15 Ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah

Nomor 72 Tahun 2005. Adapun kewajiban

kepala desa adalah sebagai berikut:

(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14,

Kepala Desa mempunyai kewajiban:

a. memegang teguh dan mengamalkan

Pancasila, melaksanakan Undang-

Undang Dasar Negara

RepublikIndonesia Tahun 1945 serta

mempertahankan dan memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

Page 7: jurnal biologi

Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan

7

c. memelihara ketentraman dan ketertiban

masyarakat;

d. melaksanakan kehidupan demokrasi;

e. melaksanakan prinsip tata pemerintahan

desa yang bersih dan bebas dari Kolusi,

Korupsi dan Nepotisme;

f. menjalin hubungan kerja dengan seluruh

mitra kerja pemerintahan desa;

g. menaati dan menegakkan seluruh

peraturan perundangundangan;

h. menyelenggarakan administrasi

pemerintahan desa yang baik;

i. melaksanakan dan

mempertanggungjawabkan pengelolaan

keuangan desa;

j. melaksanakan urusan yang menjadi

kewenangan desa;

k. mendamaikan perselisihan masyarakat di

desa;

l. mengembangkan pendapatan masyarakat

dan desa;

m. membina, mengayomi dan melestarikan

nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat;

n. memberdayakan masyarakat dan

kelembagaan di desa; dan

o. mengembangkan potensi sumber daya

alam dan melestarikan lingkungan hidup;

(2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) Kepala Desa mempunyai

kewajiban untuk memberikan laporan

penyelenggaraan pemerintahan desa kepada

Bupati/Walikota, memberikan laporan

keterangan pertanggungjawaban kepada

BPD, serta menginformasikan laporan

penyelenggaraan pemerintahan desa kepada

masyarakat.

Kepala desa selain mempunyai tugas,

wewenang, dan kewajiban, juga berperan

sebagai administrator pemerintahan. Kepala

desa bertugas untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat, menjalankan adminstrasi

perkantoran, mengelola keuangan dan sumber

keuangan desa, menggerakkan lembaga

kemasyarakatan, dan mengurusi hal-hal yang

berkaitan dengan hukum adat dan kebiasaan

setempat. Kepala desa juga membuat

perencanaan pembangunan desa, melaksanakan

pembangunan desa, melakukan evaluasi hasil

pembangunan desa, menggerakkan masyarakat

dalam pembangunan desa, dan pemanfataan dan

pengembangan potensi desa.

4. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian deskriptif

kualitatif. Penelitian deskriptif dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu

variabel atau lebih (independen) tanpa membuat

perbandingan, atau menghubungkan antara

variabel satu dengan variabel lain (Sugiyono,

2010:11).

Penelitian ini dilakukan di Desa Suka

Mulya Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau.

Desa Suka Mulya dipilih karena desa tersebut

kepemimpinan dan partisipasi masyarakatnya

yang baik sehingga tepat untuk dijadikan

wilayah percontohan.

Agar penelitian yang dilakukan menjadi

jelas dan terarah maka diperlukan subjek dan

objek yang akan diteliti. Subjek penelitian

adalah siapa saja yang menjadi sumber

informasi atau informan dalam penelitian,

sedangkan objek penelitian merupakan sesuatu

yang menjadi inti dari permasalahan yang

diteliti.

Subjek penelitian atau informan dalam

penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu: (1)

informan pangkal; (2) informan pokok; dan (3)

informan kunci. Informan pangkal dalam

penelitian ini adalah Kepala Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan

Desa Kabupaten Sanggau. Kepala Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan

Desa dipilih sebagai informan pangkal karena

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintahan Desa merupakan pemegang

kebijakan berkaitan dengan pengelolaan desa di

Kabupaten Sanggau.

Informan pokok dalam penelitian ini

adalah Kepala Desa Suka Mulya dan Camat

Parindu. Sebagai kepala wilayah, Camat

Parindu dapat memberikan informasi dasar

tentang Desa Suka Mulya. Kepala Desa Suka

Mulya dipilih karena mengetahui peran kepala

desa dalam memimpin dan menggerakkan

pihak-pihak yang berpartisipasi dalam kegiatan

yang direncanakan.

Informan kunci dalam penelitian ini adalah

Ketua RT, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama,

dan Warga Desa Suka Mulya. Mereka dipilih

sebagai informan kunci karena mereka berperan

menggerakkan masyarakat dan terlibat langsung

dalam kegiatan-kegiatan yang memerlukan

partisipasi masyarakat.

Page 8: jurnal biologi

Governance, Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UNTAN, Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Januari 2013

8

Teknik yang umum digunakan untuk

menentukan informan dalam penelitian

kualitatif adalah teknik berencana

(purposive),teknik bola salju (snow ball), dan

teknik tiba-tiba (accidental) (Sugiyono,

2012:53). Kepala Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Camat

Parindu, kepala desa, dan ketua RT dipilih

dengan menggunakan teknik berencana karena

mereka dianggap dapat memberikan informasi

tentang bagaimana peran kepala desa dan

bagaiman partisipasi masyarakat di Desa Suka

Mulya. Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama

dipilih menggunakan teknik bola salju dengan

bantuan dari Kepala Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten

Sanggau. Beberapa warga desa yang akan

diwawancara dipilih dengan menggunakan

teknik tiba-tiba karena pemilihannya tidak

didasarkan kriteria tertentu. Adapun yang

menjadi objek dalam penelitian ini adalah

kepemimpinan Kepala Desa Suka Mulya dan

partisipasi masyarakat Desa Suka Mulya.

Kegiatan pengumpulan data dalam

penelitian ini dilakukan melalui wawancara,

observasi, dan studi dokumentasi.

1. Wawancara

Mengadakan tanya jawab secara lisan dan

langsung terhadap subjek yang diteliti.

Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintahan Desa Kabupaten Sanggau,

Camat Parindu, Kepala Desa Suka Mulya,

Ketua RT, Tokoh Masyarakat, dan warga

Desa Suka Mulya.Pelaksanaan wawancara

dilakukan secara semi terstruktur dengan

alat yang digunakan pada saatpengumpulan

data antara lain: pedoman wawancara, alat

perekam, buku catatan, dan alat tulis.

2. Observasi/Pengamatan

Penulis menggunakan metode observasi

nonpartisipan, yaitu mengamati aktivitas

kepala desa dan warga dalam proses

pelaksanaan pembangunan di Desa Suka

Mulya.Alat yang digunakan penulis untuk

mengumpulkan data pada saat observasi

dilakukan adalah: check list dan kamera.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan cara

mencari dan mengumpulkan data sekunder

sebagai pendukung dari data primer dan

melengkapi data wawancara dan observasi.

Dokumen dapat berupa peraturan kebijakan,

catatan, buku-buku yang relevan, laporan

kegiatan, surat kabar, majalah, notulen rapat,

agenda, foto-foto, dan sebagainya.Agar

dapat merekam data pada saat studi

dokumentasi, penulis menggunakan alat

seperti: kamera, flash disk, scanner atau

mesin foto copy.

Teknik analisis data menurut Miles and

Huberman (dalam Sugiyono, 2011:383),

dilakukan secara interaktif yang terdiri dari 3

komponen, yaitudata reduction (reduksi data),

data display (penyajian data), dan conclusion

drawing/verification.

1. Reduksi Data

Memilih data yang pokok dan penting guna

memperoleh gambaran dari data yang lebih

jelas, baik itu dari hasil wawancara,

observasi maupun dokumentasi.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks

yang bersifat naratif, uraian singkat, bagan,

flowchart, dan sejenisnya dari hasil

wawancara dan dokumentasi.

3. Verifikasi/Penarikan kesimpulan

Hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi dianalisis dan kemudian hasil

analisis tersebut ditarik kesimpulan.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Peran Kepemimpinan

Pemimpin dan kepemimpinan tidak akan

pernah lepas dari sebuah pemerintahan.

Kepemimpinan akan mempengaruhi

keberhasilan pemimpin dalam membawa

anggotanya kearah yang lebih baik.

Kemampuan memimpin seorang kepala desa

akan mempengaruhi keberhasilannya dalam

membangun desa, tentunya hal tersebut dengan

peran serta seluruh unsur masyarakat yang ada

di desa.

Cakupan dalam menilai kepemimpinan

seseorang sangatlah luas. Oleh karena itu dalam

penelitian ini, untuk menilai kepemimpinan

kepala desa hal yang dilakukan penulis adalah

dengan memperhatikan syarat-syarat

kepemimpinan, karakteristik pemimpin yang

baik, gaya kepemimpinan, tipe kepemimpinan,

teknik kepemimpinan, metode kepemimpinan,

fungsi pemimpin, tugas pemimpin, dan

indikator keberhasilan pemimpin.

Agar kepala desa memiliki kemampuan

memimpin yang memadai, seorang kepala desa

harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

(1) kekuasaan; (2) kewibawaan; (3)

kemampuan; dan (4) kelebihan (Kartono,

2011:36; Stogdill dalam Pasolong, 2008:12).

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang

Page 9: jurnal biologi

Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan

9

dilakukan penulis dalam penelitian yang

dilakukan di Desa Suka Mulya Kecamatan

Parindu Kabupaten Sanggau, Kepala Desa Suka

Mulya telah memenuhi beberapa syarat tersebut.

Kekuasaan sebagai kekuatan, otoritas, dan

legalitas memberikan wewenang kepada kepala

desa untuk memerintah di desanya. Secara

hukum kekuasaan Kepala Desa Suka Mulya

terdapat pada Surat Keputusan Bupati Sanggau

No. 127 Tahun 2008 Tentang Pemberhentian

dan Pengangkatan Kepala Desa Suka Mulya

Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau yang

ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2008, sehingga

kepala desa memiliki landasan hukum yang

memberikannya wewenang untuk memimpin

Desa Suka Mulya. Dengan adanya surat

keputusan tersebut kepala desa memiliki otoritas

untuk menggerakkan bawahannya agar berbuat

sesuatu. Dalam surat keputusan Bupati tersebut

juga mengatur hak-hak dan kewajiban yang

harus dipenuhi oleh kepala desa.

Menurut masyarakat Desa Suka Mulya,

kelebihan yang dimiliki oleh kepala desa adalah

kemampuan komunikasi yang baik antara

kepala desa dengan masyarakat. Kepala desa

dapat menjadi tempat berkeluh kesah terhadap

permasalahan-permasalahan yang ada di desa.

Selain itu kelebihan Kepala Desa Suka Mulya

adalah responsif terhadap masalah-masalah

yang dikeluhkan masyarakat, juga terhadapa

usulan-usulan yang disampaikan mereka baik

dalam forum-forum yang bersifat formal

maupun dalam kesempatan-kesempatan yang

bersifat informal. Kemampuan kepala desa

dalam memahami perannya sebagai pemimpin

desa juga menjadi salah satu kelebihan yang

dimiliki oleh kepala desa. Kepala desa

memahami berbagai bidang tugas yang menjadi

tanggung jawabnya sehingga dia dapat

mejelaskan kepada masyarakat berbagai

permasalahan yang terjadi di desa maupun

persyaratan dalam pelayanan kepada

masyarakat. Kepala Desa Suka Mulya juga

orang yang memiliki pergaulan luas serta tegas.

Salah satu contoh yang dapat penulis sampaikan

berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh

penulis dalam pelaksanaan penelitian di Desa

Suka Mulya, kepala desa memberikan

penjelasan dan menegaskan kepada warga yang

administrasi kependudukannya masih belum

lengkap tentang pentingnya administrasi

kependudukan serta mengarahkan warga untuk

melengkapi administrasi kependudukannya.

Dalam pelaksanaan adminsitrasi pemerintahan

desa juga terjadi perubahan yang cukup

signifikan dimana dalam pelaksanaan

administrasi desa menjadi lebih tertib.

Walaupun jam pelayan yang diberikan

oleh perangkat Desa Suka Mulya terbatas,

namun pelayanan kepada masyarakat dilakukan

setiap hari diluar jam buka kantor desa. Kantor

Desa Suka Mulya hanya memberikan pelayanan

selama dua kali dalam seminggu yaitu setiap

hari senin dan hari kamis. Selain pada jam buka

kantor, kepala desa juga memberikan pelayanan

secara langsung kepada masyarakat di

rumahnya, sehingga dapat dikatakan bahwa

rumah kepala desa merangkap kantor kedua

bagi kepala desa. Setiap pelaksanaan pelayanan

yang dilaksanakan secara langsung di rumah

akan direkap dan dilakukan pencatatan kembali

di kantor sehingga data yang ada akan selalu

diupdate setiap kali ada perubahan. Untuk

perubahan data kependudukan akan langsung

dicatat di papan yang ada di kantor desa agar

perubahan data penduduk selalu terpantau setiap

terjadi perubahan.

Setiap individu tidak terlepas dari sisi

positif dan negatif dalam interaksinya dengan

individu lain, oleh karena itu kepala desa dalam

pandangan masyarakat juga mendapatkan

penilaian tersendiri dari masyararakt. Sisi positif

yang dimiliki kepala desa adalah orang yang

pandai bergaul, tegas dan memiliki pandangan

kedepan. Sisi negatif yang dimiliki kepala desa

adalah terkadang kepala desa susah dalam

mengotrol emosinya, cenderung berbicara keras

kepada orang lain. Penulis juga sempat

berpendapat bahwa kepala desa merupakan

orang yang kurang bersahabat karena gaya

bicaranya yang cenderung keras kepada orang

lain.

Didalam memimpin, setiap individu

memiliki gaya masing-masing yang dianggap

efektif untuk menggerakkan orang lain. Thoha

(dalam Pasolong, 2008;37) mengatakan gaya

kepemimpinan adalah norma perilaku yang

digunakan pemimpin dalam mempengaruhi

orang lain. Gaya kepemimpinan yang digunakan

oleh Kepala Desa Suka Mulya adalah gaya

kombinasi dari beberapa gaya kepemimpinan

yang telah diungkapkan oleh beberapa ahli.

Hubungan Kepala Desa Suka Mulya

dengan perangkat desa menggunakan gaya

kepemimpinan yang diungkapkan oleh Stoner

yaitu gaya yang berorientasi pada pegawai.

Gaya ini lebih menekankan pada memotivasi

ketimbang mengendalikan bawahan. Hal ini

dapat dilihat dari petikan wawancara yang

penulis lakukan dengan kepala desa.

Page 10: jurnal biologi

Governance, Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UNTAN, Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Januari 2013

10

“Hubungan saya (Kepala Desa Suka

Mulya) dengan perangkat desa baik. Tidak ada

perselisihan yang terjadi antara saya dengan

perangkat desa, demikian pula halnya dengan

organisasi masyarakat yang lain. Dalam

pelaksanaan pemerintahan desa orang yang

paling berperan adalah saya. Hal itu juga yang

menjadi masalah dalam pelaksanaan

pemerintahan desa. Saya ingin seluruh

perangkat desa berperan dalam pelaksanaan

pemerintahan desa. Hal-hal yang menjadi tugas

dan tanggung jawab masing-masing harus

dapat dilaksanankan dengan sebaik mungkin.

Tetapi masalahnya adalah perangkat desa yang

ada di Kantor Desa Suka Mulya kurang

memiliki inisiatif dalam bekerja (untuk

memikirkan program-program pembangunan

desa). Mereka sering bertanya kepada saya

“kegiatan apa yang akan kita programkan

untuk tahun depan”, tetapi saya kembalikan

lagi kepada mereka karena saya ingin mereka

juga berkembang dan bertanggung jawab

dalam kemajuan desa ini. Sering saya

memotivasi mereka agar mereka memikirkan

apa saja yang diinginkan masyarakat dan

bagaimana cara memenuhinya”.

Selanjutnya gaya kepemimpinan yang

digunakan oleh Kepala Desa Suka Mulya adalah

gaya kepemimpinan yang diungkapkan oleh

House yaitu gaya kepemimpinan partisipatif.

Dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin

berkomunikasi dengan bawahan dan bertanya

untuk mendapat masukan-masukan dan saran-

saran dalam rangka mengambil keputusan.

“Kadang-kadang saya keliling desa untuk

sekedar ngobrol atau kumpul bersama

masyarakat. Kadang dari ujung sana, setelah

itu keujung sana, setelah itu kesana lagi (sambil

menunjuk ke beberapa arah). Kadang pada saat

saya main batminton pada saat istirahat saya

ajak mereka ngobrol, sekedar bertanya kepada

warga “di desa kita ini apa lagi yang kurang

ya” jadi pada saat itu mereka menyampaikan

kepada saya apa yang menjadi keinginan

warga. Terkadang ada juga yang pada saat

bertemu saya mereka menyampaikan kepada

saya apa saja yang menjadi keinginan warga”.

Hal lain yang menjadi contoh adalah:

“Pada saat warga mengusulkan kepada

saya “pak bagaimana kalau kita mengadakan

program yang bersifat sosial karena selama ini

sumbangan hanya diberikan ketika ada warga

yang meninggal saja. Bagaimana jika

sumbangan juga dilakukan jika ada warga yang

sakit juga? Saya menyetujui usulan tersebut,

tetapi pengelolaannya diluar dari pemerintah

desa atau dikelola secara mandiri oleh warga.

Kemudian saya mengusulkan pengadaan

ambulan desa karena kalau ada warga yang

sakit terkadang kita terkendala masalah

kendaraan. Hal tersebut ditanggapi dengan

baik oleh warga dan untuk memperkuat

pengadaan tersebut, pengadaan ambulan desa

menjadi program desa. Untuk pendanaan 20

juta dianggarkan melalui ADD sedangkan 50

juta melalui swadaya masyarakat”.

Dari petikan wawancara tersebut dapat

dilihat bahwa Kepala Desa Suka Mulya tidak

segan untuk mendengarkan pendapat dari warga

desa. Kepala desa juga berkomunikasi dengan

warga untuk mengetahui apa saja yang menjadi

keinginan warga untuk keperluan warga desa itu

sendiri. Kepala desa menyadari perannya

sebagai pelayan masmyarakat sehingga selalu

berusaha untuk dapat memenuhi keinginan

warga.

Tipe kepemimpinan yang digunakan oleh

Kepala Desa Suka Mulya adalah tipe

demokratis. Kepemimpinan demokratis

berorientasi pada manusia yang terdapat dalam

kelompok. Terbangun koordinasi antara seluruh

komponen dalam kelompok dengan penekanan

pada tanggung jawab masing-masing

komponen. Kekuatan dalam kepemimpinan

demokratis bukan terletak pada individu

pemimpin tetapi pada partisipasi kelompok.

Oleh karena itu untuk menunjang keberhasilan

kepemimpinan demokratis ini kepala desa

mutlak harus dapat menggerakkan bawahannya

dan masyarakat desa.

Pelaksanaan kepemimpinan demokratis di

Desa Suka Mulya ditunjukkan dengan

pelaksanaan perencanaan dan evaluasi

pembangunan desa yang melibatkan seluruh

unsur masyarakat seperti ketua RT, ketua RW,

tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama,

BPD, serta seluruh perangkat desa. Dalam

perencanaan dan evaluasi pembangunan desa

seluruh peserta rapat secara aktif menyampaikan

informasi yang didapat dari warga baik itu

berupa usulan pembangunan ataupun perbaikan

dan kemudian dari berbagai usulan tersebut

diseleksi usulan yang dapat diprioritaskan untuk

dianggarkan dalam pembangunan desa untuk

satu tahun anggaran. Selain dalam perencanaan

dan evaluasi, seluruh unsur masyarakat juga

dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang

bersifat prinsip seperti dalam penetapan

pungutan desa atau dalam pelaksanaan

Page 11: jurnal biologi

Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan

11

perbaikan infrastruktur jalan yang

dilaksananakan melalui swadaya masyarakat.

Untuk mendukung penerapan gaya dan

teknik kepemimpinan diperlukan teknik

kepemimpinan. Ada lima teknik yang dapat

digunakan pemimpin dalam menggerakkan

masyarakat, yaitu: (1) Teknik Persuasif; (2)

Teknik Komunikatif; (3) Teknik Fasilitas; (4)

Teknik Motivasi; dan (5) Teknik Keteladanan.

Dalam kepemimpinannya, Kepala Desa Suka

Mulya menggunakan teknik komunikatif.

Dalam teknik komunikatif timbul kesatuan

pandangan antara pemimpin dengan bawahan

melalui komunikasi yang dilakukan.

Kepala desa aktif berkomunikasi dengan

warga untuk mengetahui apa yang menjadi

keinginan warga. Komunikasi dengan warga

juga dilakukan untuk mengetahui pendapat atau

tanggapan warga tentang usulan-usulan ataupun

ide yang dimiliki oleh kepala desa sehingga

kepala desa mempunyai pandangan mengenai

kebijakan apa yang dapat diusulkan dalam

perencanaan pembangunan desa. Kepala desa

juga dapat menetapkan strategi yang tepat

dalam mengatasi perbedaan pendapat,

menentukan pernyataan yang tepat untuk

mengatasi pertanyaan masyarakat apabila

usulan yang disampaikan mereka tidak dapat

terlaksana, serta memperkecil kemungkinan

terjadinya konflik internal antara kepala desa

dengan warga.

Untuk menggerakkan masyarakat,

pemimpin akan menggunakan cara yang sesuai

dengan kondisi yang dialaminya. Di Desa Suka

Mulya, kepala desa menggunakan beberapa

metode seperti yang diungkapkan oleh Ordway

Tead (dalam Kartono, 2011:63-66). Metode

yang digunakan oleh kepala desa antara lain: (1)

memberi perintah; (2) peka terhadap saran-

saran; dan (3) meredam kabar angin dan isu-isu

yang tidak benar.

Sebagai seorang pemimpin, memberikan

perintah kepada jajaran bawahannya merupaka

bagian dari tugas yang diberikan kepada kepala

desa. Memberikan perintah tidak hanya terbatas

pada kegiatan administratif, tetapi juga dalam

kegiatan koordinasi dalam menggerakkan

bawahan dalam kegiatan partisipatif. Selain

memberikan perintah, Kepala Desa Suka Mulya

juga seorang pendengar yang baik terhadap

keluhan-keluhan dan masukan yang

disampaikan masyarakat kepadanya. Melalui

komunikasi yang baik antara kepala desa

dengan masyarakat, segala permasalahan dan

saran yang disampaikan masyarakat kepadanya

dapat ditampung dan diupayakan solusi serta

pemecahannya. Melalui komunikasi yang baik

dengan masyarakat kepala desa juga dapat

meredam kabar angin serta memperkecil

terjadinya konflik internal di lingkungan Desa

Suka Mulya.

Peran kepemimpinan selalu berkaitan erat

dengan peran seorang pemimpin, dimana

kepemimpinan adalah proses menggerakkan

orang lain sedangkan pemimpin adalah pelaku

dari proses tersebut. Kepemimpinan sebagai

sebuah proses dalam mempengaruhi orang lain

mempunyai peran penting bagi keberhasilan

seorang pemimpin. Peran kepemimpinan adalah

perilaku yang diharapkan dilakukan oleh

seseorang sesuai kedudukannya sebagai

pemimpin. Agar dapat menjalankan perannya

dengan baik, pemimpin harus mengetahui

fungsinya sebagai seorang pemimpin.

Fungsi seorang pemimpin adalah

menggerakkan orang lain untuk mencapai

tujuan, oleh karena itu agar orang lain mau

bekerjasama dalam mencapai tujuan, kepala

desa harus memiliki visi dan misi yang jelas.

Selain itu kepala desa juga harus mampu

berinteraksi dengan baik dengan masyarakat dan

mensinkronkan keinginan kepala desa dengan

keinginan masyarakat maupun keinginan

masyarakat dengan kepala desa,

mengoptimalkan kemampuan dan potensi yang

dimiliki desa, merumuskan program-program

yang akan dilaksanakan, dan memenuhi harapan

masyarakat.

Fungsi pemimpin tersebut sudah

diterapkan dengan baik oleh Kepala Desa Suka

Mulya. Partisipasi masyarakat yang tinggi

menunjukkan bahwa Kepala Desa Suka Mulya

berhasil menggerakkan orang lain untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukannya

dalam visi dan misi sebagai kepala desa. Selain

itu dalam memenuhi harapan masyarakat,

kepala desa mensinkronkan keinginan

masyarakat dan keinginannya melalui

komunikasi yang dilakukannya dengan

masyarakat serta melalui forum dengan

perangkat desa.

Untuk menilai keberhasilan kepemimpinan

Kepala Desa Suka Mulya, dapat menggunakan

indikator yang diungkapkan oleh Kartono

(2011:229-230). Kartono menyebutkan

beberapa indikator yang dapat digunakan

sebagai petunjuk keberhasilan kepemimpinan.

Indikator tersebut antara lain:

1. Meningkatnya hasil-hasil produksi dan

pemberian pelayanan oleh organisasi.

Page 12: jurnal biologi

Governance, Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UNTAN, Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Januari 2013

12

2. Semakin rapinya sistem administrasi dan

makin efektifnya manajemen yang

dilakukan.

3. Semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas

manusiawi atau aspek sosial yang lebih

human sifatnya.

Dengan memperhatikan ketiga indikator

tersebut, penulis berpendapat bahwa

kepemimpinan Kepala Desa Suka Mulya sudah

berhasil diterapkan dengan baik, karena ketiga

indikator tersebut telah dilaksanakan di Desa

Suka Mulya. Pelayanan yang diberikan oleh

kepala desa kepada masyarakat meningkat jika

dibandingkan dengan pelayanan kepada

masyarakat pada masa pemerintahan kepala

desa sebelumnya. Administrasi yang semakin

tertib serta berbagai prestasi yang diraih oleh

Desa Suka Mulya menunjukkan adanya

peningkatan dalam pengelolaan administrasi.

Tingginya partisipasi masyarakat dalam

kegiatan partisipatif serta dalam penyampaian

ide-ide masukan, maupun saran kepada kepala

desa.

Kepemimpinan kepala desa menjadi faktor

penting untuk menggerakkan masyarakat. Oleh

karena itu, kepemimpinan yang meliputi syarat-

syarat kepemimpinan, karakteristik

kepemimpinan, gaya kepemimpinan, tipe

kepemimpinan, teknik kepemimpinan, dan

metode kepemimpina harus dapat dipenuhi dan

diterapkan. Kepala desa harus dapat

menerapkan kemampuan memimpinnya sesuai

dengan situasi dan kondisi yang dialaminya oleh

karena itu penerapan kepemimpinan akan

bervariatif pada waktu dan individu yang

berbeda. Pemahaman karakteristik masyarakat

juga menjadi bagian penting bagi

kepemimpinan kepala desa karena dengan

mengetahui karakteristik masyarakat kepala

desa dapat menetukan gaya kepemimpinan, tipe

kepemimpinan, teknik kepemimpinan, dan

metode kepemimpinan yang efektif dan efisien

untuk diterapkan di daerahnya. Pemahaman

kepala desa tentang peran dan fungsi pemimpin

serta pencapaian indikator keberhasilan

kepemimpinan menjadi kunci dari peran

kepemimpinan kepala desa.

2. Partisipasi Masyarakat

Masyarakat merupakan ujung tombak

pelaksanaan pembangunan di desa. Agar

pembangunan desa dapat mencapai hasil yang

maksimal diperlukan partisipasi aktif dari

masyarakat. Secara umum partisipasi yang

terjadi di masyarakat dibedakan menjadi dua

yaitu partisipasi horizontal dan partisipasi

vertikal. Partisipasi horizontal adalah partisipasi

yang terjadi diantara sesama warga atau anggota

masyarakat, sedangkan partisipasi vertikal

adalah partisipasi antara masyarakat dengan

pemerintah. Di Desa Suka Mulya partisipasi

horizontal terjadi pada saat kegiatan gotong-

royong yang dilakukan di lingkungan desa.

Dalam pengerjaan jalan maupun kerja bakti.

Partisipasi Vertikal terjadi ketika timbul

komunikasi antara masyarakat dengan

pemerintah dalam memberikan masukan, saran,

usulan, maupun kritik kepada pemerintah.

Cohen dan Uphoff (dalam Dwiningrum,

2011:61-62) membedakan partisipasi menjadi

empat jenis yaitu: “(1) partisipasi dalam

pengambilan keputusan; (2) partisipasi dalam

pelaksanaan; (3) partisipasi dalam pengambilan

pemanfaatan; dan (4) partisipasi dalam evaluasi.

Didalam penentuan program pembangunan

desa, pengambilan keputusan dilakukan

bersama-sama dengan pelaksaksanaan evaluasi

program, demikian pula halnya dengan

penetapan iuran desa dan penetapan sumber

pendapatan asli desa. Pengambilan keputusan

dan evaluasi dilakukan dalam forum resmi

seperti rapat atau musyawarah desa. Peserta

rapat tersebut terdiri dari kepala desa beserta

perangkat desa, BPD beserta anggota, ketua RT

dan RW, kepala dusun, tokoh masyarakat, tokoh

agama, dan tokoh adat. Dalam pelaksanaan

rapat, kepala desa menyampaikan usulan

program kepada peserta rapat kemudian kepala

desa menghimpun masukan dan saran yang

disampaikan oleh peserta. Usulan program yang

disampaikan oleh kepala desa dapat berupa

usulan dari masyarakat maupun hasil pemikiran

kepala desa. Setelah keseluruhan masukan dan

saran telah dihimpun, kemudian dipilih program

mana yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan

sebagai program desa. Dalam penentuan

program desa juga didasarkan dari hasil

perencanaan program pada tahun sebelumnya

yang belum dapat dilaksanakan tetapi

mempunyai prioritas tinggi untuk dilaksanakan.

Bantuk partispasi yang diberikan

masyarakat antara lain (1) Partisipasi uang; (2)

Partisipasi harta; (3) Partisipasi tenaga; (4)

Partisipasi keterampilan (5) Partisipasi buah

fikiran; dan (6) Partisipasi sosial. Tumpuan

utama pembangunan Desa Suka Mulya masih

mengharapkan dana ADD dari pemerintah,

namun karena keterbatasan dana ADD yang

diberikan pemerintah, kepala desa berinisiatif

untuk memberlakukan pungutan desa yang

Page 13: jurnal biologi

Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan

13

sumber dananya berasal dari masyarakat.

Penetapan pungutan desa dilakukan dengan cara

musyawarah kemudian ditetapkan dengan

peraturan desa sehingga ada kekuatan hukum

yang mengikat bagi masyarakat. Penetapan

pungutan desa dikenakan secara bervariasi

kepada masyarakat, tidak semua warga

dibebankan pungutan dengan nominal yang

sama tergantung dari kondisi ekonomi warga.

Patisipasi dalam bentuk harta tidak banyak

dilakukan di Desa Suka Mulya tetapi masih ada.

Bentuk secara nyata yang diberikan oleh

masyarakat adalah sumbangan material bahan

bangunan seperti pasir dan batu yang digunakan

untuk perbaikan jalan desa serta dalam

pembuatan jalan menuju perkuburan desa.

Partisipasi tenaga yang diberikan

masyarakat juga terjadi di Desa Suka Mulya.

Ada hal yang menarik dalam pelaksanaan

partisipasi tenaga di Desa Suka Mulya dimana

dalam pelaksanaan perbaikan jalan, setiap RT

mendapatkan peta kerja yang menjadi tanggung

jawab dalam penyelesaiaan pekerjaan masing-

masing. Dengan adanya peta kerja seperti ini

akan menimbulkan pengawasan secara saling

silang antara masing-masing RT. Jika terdapat

RT yang belum menjalankan tanggung

jawabnya maka akan timbul rasa malu karena

tidak bisa mengerahkan masyarakat dan

dianggap tidak bertanggung jawab serta tidak

memiliki kemampuan dalam bekerja. Hal ini

akan menumbuhkan persaingan yang positif

dalam membangun desa.

Partisipasi buah fikiran terjadi dalam

pelaksanaan forum-forum yang diselenggarakan

secara resmi seperti rapat atau musyawarah

desa, namun hal tersebut terjadi dalam lingkup

yang terbatas. Dalam lingkup yang lebih luas

partisipasi buah fikiran terjadi dalam kehidupan

sehari-hari kepala desa. Komunikasi yang aktif

antara kepala desa dengan masyarakat tentang

permasalahan-permasalahan yang dialami oleh

desa serta keinginan-keinginan masyarakat yang

disampaikan dalam kesempatan nonformal atau

dalam kesempatan pada saat pemberian

pelayanan kepada masyarakat. Terkadang

kepala desa aktif dalam meminta pendapat

kepada masyarakat tentang pandangan-

pandangan yang dimilikinya.

Partisipasi sosial juga terjadi dengan baik

di Desa Suka Mulya. Setiap terjadi musibah

terhadap warga Desa Suka Mulya, masyarakat

mengumpulkan bantuan sebagai wujud

kepedulian terhadap musibah yang dialami.

Bentuk lain partisipasi sosial yang ada di Desa

Suka Mulya adalah pengadaan ambulance desa

yang dilakukan secara swadaya masyarakat

dengan bantuan dana ADD dari desa. Dalam

kegiatan sosial yang lain seperti gotong royong

masyarkat juga aktif berpartisipasi.

Pelaksanaan kegiatan pembangunan di

Desa Suka Mulya dilaksanakan secara

berjenjang dimana kepala desa berperan sebagai

pengawas. Kepala desa memberikan instruksi

kepada kepala dusun kemudian kepala dusun

menyampaikan kepada ketua RT, setelah itu

ketua RT menggerakkan warga.

D. SIMPULAN DAN KETERBATASAN

Melalui penelitian yang penulis lakukan di

Desa Suka Mulya, dapat disimpulkan hal-hal

berikut:

1. Kepemimpinan kepala Desa Suka Mulya

dinilai berhasil karena telah memenuhi

indikator keberhasilan kepemimpinan.

2. Kepala desa mengetahui peran dan

fungsinya sebagai pemimpin, tindakan-

tindakan yang diharapkan dilakukan sebagai

perannya sebagai pemimpin dapat terlaksana

dengan baik.

3. Penerapan gaya kepemimpinan, tipe

kepemimpinan, teknik kepemimpinan, dan

metode kepemimpinan oleh Kepala Desa

Suka Mulya disesuaikan dengan kondisi

yang terjadi di Desa Suka Mulya.

4. Tingkat partisipasi masyarakat Desa Suka

Mulya cukup tinggi, hanya sebagian kecil

masyarakat yang tidak berpartisipasi karena

belum tumbuh kesadaran tentang pentingnya

partisipasi, perubahan gaya hidup, dan

oposif terhadap pemerintah desa.

5. Partisipasi yang terjadi dimasyarakat adalah

partisipasi vertikal dan horizontal.

6. Bentuk partisipasi yang dilakukan

masyarakat adalah partisipasi uang,

partisipasi harta, partisipasi tenaga,

partisipasi keterampilan, partisipasi buah

fikiran, dan partisipasi sosial

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang

dilakukan penulis di Desa Suka Mulya dapat

disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Memberikan pembinaan ke desa-desa

melalui program-program yang dianggarkan

oleh pemerintah daerah yang dilaksanakan

secara berkelanjutan dan menyeluruh.

2. Memberikan pelatihan kepemimpinan

kepada kepala desa yang baru dilantik atau

yang desanya masih belum baik dan

melakukan penyuluhan kepada masyarakat

Page 14: jurnal biologi

Governance, Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UNTAN, Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Januari 2013

14

tentang pentingnya partisipasi masyarakat

dalam pembangunan desa.

3. Melakukan penyusunan program yang

memerlukan partisipasi masyarakat sehingga

dapat meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam pembangunan desa.

4. Mengelola potensi desa dengan semaksimal

mungkin, baik potensi sumber daya alam

maupun potensi sumber daya manusia.

5. Aktif berkomunikasi dan melakukan

pendekatan kepada masyarakat sehingga

dapat mengurangi kesenjangan antara

masyarakat dengan kepala desa, serta

memaksimalkan peran perangkat desa dan

seluruh elemen masyarakat.

Pada saat penyusunan laporan penelitian

ini tidak terlepas dari kendala-kendala yang

penulis temukan, sehingga hasil penelitian ini

belumlah sempurna. Kendala-kendala yang

muncul dalam penelitian ini menjadi

keterbatasan penulis dalam penyusunan laporan

penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan penulis

merupakan penelitian pertama yang penulis

lakukan sebagai syarat untuk menyelesaikan

pendidikan di Program Studi Ilmu

Pemerintahan. Kurangnya pengetahuan dan

pengalaman penulis dalam pelaksanaan

penelitian ini menjadi keterbatasan utama dalam

penyusunan laporan penelitian ini.

Selain keterbatasan pengetahuan yang

dimiliki penulis, hal lain yang menjadi

keterbatasan dalam penelitian ini adalah waktu.

Lembaga memberikan waktu yang terbatas

untuk melakukan penelitian dan menyusun

laporan penelitian. Keterbatasan waktu ini

menjadikan hasil laporan penelitian ini masih

belum maksimal.

Didalam penelitian ini faktor komunikasi

memegang peranan penting dalam

kepemimpinan, namun yang menjadi fokus

penelitian adalah peran kepemimpinan kepala

desa untuk menumbuhkan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan desa. Karena

fokus penelitian dalam penelitian ini adalah

peran kepemimpinan, sehingga faktor

komunikasi tidak dapat diteliti lebih lanjut.

Karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki

penulis dalam penyusunan laporan penelitian

ini, penulis berharap akan ada penelitian-

penelitian lain yang akan melengkapi dan

menyempurnakan penelitian ini.

E. UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih yang sedalam-dalamnya

penulis ucapkan kepada Program Studi Ilmu

Pemerintahan FISIP UNTAN Pontianak, Kepala

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintahan Desa, Camat Parindu, Kepala

Desa Suka Mulya, serta seluruh warga Desa

Suka Mulya yang telah berpartisipasi dalam

Penelitian ini.

F. REFERENSI

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan

Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

1995. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dwiningrum, Siti Irene Astuti. 2011.

Desentralisasi dan Partipasi

Masyarakat dalam

Pendidikan.Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Kartono, Kartini. 2010.Pemimpin dan

Kepemimpinan, Apakah

Kepemimpinan Abnormal

Itu?.Jakarta: Rajawali Pers.

Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan

Birokrasi. Bandung: Alfabeta.

Syafi’ie, Inu Kencana. 2006. Kepemimpinan

Pemerintahan Indonesia. Bandung:

Refika Aditama.

Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2007.

Manajemen Publik.Jakarta: Grasindo.

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang

No 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Jakarta:

Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 2005. Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

Tentang Desa. Jakarta: Sekretariat

Negara.

Firmansyah, Saca. 2009. Partisipasi

Masyarakat. Melalui <http://

sacafirmansyah.wordpress.com/2009/0

6/05/partisipasi-masyarakat/>.

Lia. 2009. Teori Peran. Melalui

<http://bidanlia.blogspot.com/2009/07/

teori-peran.html

Page 15: jurnal biologi

Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan

15