jurnal biologi
DESCRIPTION
jurnalTRANSCRIPT
Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan
1
Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat
Rabiul Andri Fathowari
Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tanjungpura
Pontianak
Email : [email protected]
Abstrak
Judul penelitian ini adalah“Peran Kepemimpinan Kepala Desa dalam Menumbuhkan
Partisipasi Masyarakat”penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peran kepemimpinan
kepala desa untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat. Judul penelitian ini diangkat karena
banyak desa di Kabupaten Sanggau yang partisipasi masyarakatnya masih belum rendah,
sedangkan dalam pembangunan desa partisipasi masyarakat sangat diperlukan. Dengan
penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan bagi kepala desa dalam menumbuhkan
partisipasi masyarakatnya.Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat
Desa Suka Mulya cukup tinggi karena pendekatan melalui komunikasi yang intensif yang
dilakukan oleh kepala desa kepada masyarakat. Pengambilan keputusan secara musyawarah
serta mengoptimalkan peran RT di masyarakat mejadi kunci keberhasilan dalam menggerakkan
masyarakat. Kendala yang paling terasa dalam menggerakkan masyarakat adalah kesadaran
masyarakat yang masih belum tumbuh sepenuhnya sehingga ada sebagian kecil masyarakat
yang tidak aktif berpartisipasi.
Kata kunci: Kepala Desa, Partisipasi, Pembangunan, Komunikasi
Abstract
The title of the research is "Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Menumbuhkan
Partisipasi Masyarakat" the writing of this research is to find out a leadership role to foster the
participation of the head of the village community. The title of this research was appointed as
many villages in the District that community participation is still low, while public
participation in rural development is needed. With this research can broaden the participation
of village leaders in growing communities. The results of this study concluded that community
participation Suka Mulya village is quite high because of the approach through an intensive
communication made by the village chief to the public. Decision-making by consensus and to
optimize the role of RT in the community form the key to success in mobilizing the
community. Obstacles that most felt in moving society is awareness that is still not fully grown
so that there is a small community that does not actively participate.
Keywords: Village Chief, Participation, Development, Communications
A. PENDAHULUAN
Pemerintah dan masyarakat merupakan
satu kesatuan dalam sebuah sistem yang saling
terkait satu sama lain. Sebuah pemerintahan
terbentuk karena adanya keinginan kelompok
masyarakat yang mengharapkan adanya
keteraturan dalam tatanan kehidupan
masyarakatnya, sehingga mereka
mempercayakan kekuasaan kepada seseorang
ataupun sekelompok orang untuk mengatur
kelompok tersebut. Jika pemerintah merupakan
sebuah kekuatan yang diamanatkan oleh
masyarakat, maka kekuatan terbesar pemerintah
berada ditangan masyarakat.
Ketika masyarakat memilih seseorang
sebagai pemimpin, mereka menaruh harapan
yang besar kepada pemimpin tersebut untuk
membawa mereka ke arah perubahan yang lebih
Governance, Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UNTAN, Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Januari 2013
2
baik. Harapan yang dimiliki oleh masyarakat
merupakan wujud kepercayaan masyarakat
bahwa pemimpin tersebutmemiliki kemampuan
dan kecakapan yang bisa memberikan
perubahan kepada mereka.
Karena sumber kekuatan pemerintah
berada ditangan rakyat, maka pemerintah
hendaknya dapat menjaga kepercayaan
masyarakat yang telah diamanatkan kepadanya.
Hal ini menjadi penting karena sejak awal
pemerintah dan masyarakat mempunyai
hubungan yang sangat erat dan saling berkaitan
satu sama lain. Pemerintah memerlukan
masyarakat sebagai objek pembangunan yang
menjadi tujuan dimana pembangunan tersebut
dilaksanakan, dan masyarakat memerlukan
pemerintah sebagai perpanjangan tangan
masyarakat yang akan mewujudkan keinginan-
keingingan masyarakat. Apabila terjadi
ketimpangan pada salah satu pihak akan
mengakibatkan pemerintahan tidak dapat
berjalan sebagaimana mestinya.
Didalam pemerintahan desa, hubungan
antara pemerintah dengan masyarakat tercermin
dalam partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan. Pelaksanaan pembangunan desa
bukan semata-mata tugas kepala desa saja
namun menjadi tanggung jawab seluruh elemen
yang ada di desa tersebut, mulai dari kepala
desa, perangkat desa, tokoh masyarakat, ketua
RT dan RW, organisasi yang ada di desa, dan
seluruh warga masyarakat yang ada di desa.
Seluruh elemen tersebut harus dapat saling
bekerja sama agar tujuan pembangunan desa
dapat tercapai dengan baik. Kepala desa sebagai
kepala pemerintahan di desa harus mampu
merangkul seluruh elemen tersebut agar dapat
berjalan beriringan dengan satu tujuan yaitu
membangun desa.
Partisipasi masyarakat desa umumnya
ditunjukkan dengan pelaksanaan kegiatan secara
bergotong royong. Melalui kegiatan gotong
royong akan tumbuh rasa kebersamaan di antara
sesama warga desa, meningkatkan rasa
kekeluargaan, serta menumbuhkan rasa aman,
tenteram, dan damai di lingkungan desa.
Keterlibatan warga desa dalam kegiatan
pembangunan akan berpengaruh terhadap
efisiensi biaya dan hasil yang lebih
maksimal.Selain itu, dengan rasa memiliki yang
tinggi kesadaran warga akan tumbuh untuk
menjaga lingkungan serta merawat aset milik
desa sebagai hasil pembangunan yang dilakukan
bersama-sama. Melalui interaksi yang terjalin di
antara warga desa dengan pemimpinnya, warga
dapat lebih aktif dan leluasa untuk
menyampaikan ide-ide dan pendapatnya untuk
membangun desa tanpa harus merasa canggung.
Organisasi masyarakat dan pemuda pun dapat
difungsikan dan dimaksimalkan, sehingga
potensi desa yang ada dapat ditambah dan
dikembangkan.
Walaupun memiliki feedback yang baik
bagi pembangunan desa, upaya menumbuhkan
partisipasi masyarakat bukan sesuatu yang
mudah karena ada banyak faktor yang
mempengaruhi tingkat partispasi masyarakat,
salah satunya adalah kepemimipinan kepala
desa. Kepala desa harus mampu merangkul
seluruh elemen yang ada di desa agar dapat
saling bekerja sama satu sama lain. Dengan
kekuasaan dan kewenangan yang dimilikinya,
kepala desa dapat menggunakan berbagai cara
untuk menggerakkan masyarakat. Namun dalam
pelaksanaan pemerintahan desa, tidak sedikit
kepala desa yang kesulitan untuk menggerakkan
masyarakat. Akibatnya pembangunan di desa
tidak dapat berjalan dengan baik. Tidak ada
kesatuan antara kepala desa dengan masyarakat
dalam membangun desanya. Kepala desa
bekerja sendiri sedangkan masyarakat lebih
memilih untuk apatis, hanya berkomentar tetapi
tidak mau berbuat.
Desa Suka Mulya sebagai salah satu desa
yang partisipasi masyarakat yang sudah baik
sekiranya dapat menjadi daerah percontohan
bagi desa-desa lain yang ingin meningkatkan
partisipasi masyarakatnya. Keberhasilan Desa
Suka Mulya tidak terlepas dari peran kepala
desa yang dapat merangkul masyarakat agar
mau berpartisipasi dalam kegiatan yang telah
ditetapkan.
Karena pentingnya peran kepala desa
dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan desa, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai
berikut“Bagaimana Peran Kepemimpinan
Kepala Desa dalam Menumbuhkan Partisipasi
Masyarakat terhadap Pembangunan di
Desanya?”
Adapun yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan peran kepemimpinan
kepala desa untuk menumbuhkan pertisipasi
masyarakat dalam pembangunan desa.
2. Menjelaskan bentuk partisipasi masyarakat
tehadap pembangunan di desanya.
Adapun manfaat penelitian ini adalah hasil
penelitian ini dapat menjadi panduan bagi
pemerintah desa untuk menumbuhkan
Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan
3
partisipasi masyarakat dalam pembangunan di
desanya.
B. KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI
1. Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin”
yang artinya bimbing atau tuntun.
Sudriamunawar(dalam Pasolong, 2008:3)
menyatakan bahwa “pemimpin adalah
seseorang yang memiliki kecakapan tertentu
yang dapat mempengaruhi para pengikutnya
untuk melakukan kerja sama kearah pencapaian
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.
Sebagai seseorang yang berperan untuk
menggerakkan orang lain agar mau bekerja
sama dalam mencapai tujuan, pemimpin harus
memiliki kecakapan tertentu agar orang lain
mau bertindak sesusai keinginannya.
Kemampuan yang dimiliki pemimpin disebut
kepemimpinan. Robbins(dalam Pasolong,
2008:4) menyatakan “kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi kelompok
menuju pencapaian sasaran”.
Setiap individu di dunia mempunyai
kesempatan yang sama untuk menjadi seorang
pemimpin, karena secara genetika setiap
individu mempunyai kemampuan untuk
memimpin. Untuk menjadi seorang pemimpin
harus dibentuk dan dibangun melalui
pendidikan dan pelatihan yang memadai. Selain
itu juga diperlukan syarat-syarat antara lain: (1)
kekuasaan; (2) kewibawaan; (3) kemampuan;
dan (4) kelebihan (Kartono, 2011:36; Stogdill
dalam Pasolong, 2008:12).
Kekuasaan adalah kekuatan, otoritas dan
legalitas yang memberikan wewenang kepada
pemimpin untuk mempengaruhi dan
menggerakkan bawahan agar berbuat sesuatu.
Kewibawaan adalah hasil pencitraan diri
seorang pemimpin kepada bawahannya
sehingga orang tersebut patuh dan bersedia
melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
Kemampuan adalah kesangupan, kekuatan, dan
kecakapan dalam bidang teknis maupun sosial
yang dianggap melebihi kemampuan anggota
yang lain. Kelebihan adalah segala hal yang
dimiliki pemimpin yang mengakibatkan
pemimpin berbeda dari bawahannya. Kelebihan
tersebut antara lain: kapasitas, prestasi,tanggung
jawab, partisipasi, dan status.Keempat syarat
tersebut hendaknya dapat dipenuhi oleh seorang
pemimpin karena syarat-syarat tersebut saling
menunjang dan saling mempengaruhi antara
satu sama lain.
Untuk mencapai tujuannya, setiap
pemimpin mempunyai orientasi masing-masing
yang dirasa tepat untuk diterapkan. Cara
pandang yang digunakan oleh pemimpin dalam
menggerakkan orang lain disebut gaya
kepemimpinan. Stoner (dalam Pasolong,
2008:37) mengatakan bahwa gaya
kepemimpinan adalah “berbagai pola tingkah
laku yang disukai pemimpin dalam proses
mengarahkan dan mempengaruhi pekerja”.
Stoner (dalam Pasolong, 2008:37)
membagi gaya kepemimpinan menjadi dua,
yaitu:
1. Gaya yang berorientasi pada tugas
2. Gaya yang berorientasi pada pegawai
Gaya kepemimpinan menurut House
(dalam Pasolong, 2008:39) memuat antara lain:
1. Kepemimpinan direktif
2. Kepemimpinan partisipatif
3. Kepemimpinan suportif
4. Kepemimpinan berorientasi pada prestasi
Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh
seorang pemimpin akan mempengaruhi
munculnya tipe kepemimpinan yang digunakan.
Tipe kepemimpinan adalah jenis kemampuan
yang dimiliki dan digunakan oleh pemimpin
dalam mempengaruhi orang lain. Tipe
kepemimpinan menurut Kartono (2011:80)
adalah sebagai berikut: (1) Tipe Karismatis; (2)
Tipe Paternalistis dan Maternalistis; (3) Tipe
Militeristis; (4) Tipe Otokratis; (5) Tipe Laissez
Faire; (6) Tipe Populistis; (7) Tipe Administratif
atau Eksekutif; dan (8) Tipe Demokratis
Selain gaya dan tipe yang dapat diterapkan
oleh pemimpin dalam mempengaruhi
bawahannya, terdapat satu lagi komponen yang
dapat digunakan oleh pemimpin. Komponen
tersebut adalah teknik kepemimpinan. Teknik
kepemimpinanadalah cara yang digunakan oleh
pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya,
namun cara tersebut lebih bersifat khusus yang
mendukung penerapan gaya dan teknik
kepemimpinan. Syafi’ie (2006:41-46)
menyebutkan ada lima teknik yang digunakan
dalam kepemimpinan, yaitu: (1) Teknik
Persuasif; (2) Teknik Komunikatif; (3) Teknik
Fasilitas; (4) Teknik Motivasi; dan (5) Teknik
Keteladanan.
Dengan hubungan antara pemimpin dan
bawahan yang semakin berkembang, pemimpin
akan menggunakan berbagai metode atau cara
untuk menggerakkan bawahannya, dengan
demikian akan tumbuh metode kepemimpinan.
Kartono (2011:62) mendefinisikan metode
kepemimpinan sebagai “cara bekerja dan
Governance, Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UNTAN, Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Januari 2013
4
bertingkah laku pemimpin dalam membimbing
para pengikutnya untuk berbuat sesuatu.
Ordway Tead (dalam Kartono, 2011:63-66)
mengemukakan metode kepemimpinan sebagai
berikut:
1. Memberi perintah
2. Memberikan celaan dan pujian
3. Memupuk tingkah laku pribadi pemimpin
yang benar
4. Peka terhadap saran-saran
5. Memperkuat rasa kesatuan kelompok
6. Menciptakan disiplin diri dan kelompok
7. Meredam kabar angin dan isu-isu yang tidak
benar
Peran kepemimpinan selalu berkaitan erat
dengan peran seorang pemimpin, dimana
kepemimpinan adalah proses menggerakkan
orang lain sedangkan pemimpin adalah pelaku
dari proses tersebut. Kepemimpinan sebagai
sebuah proses dalam mempengaruhi orang lain
mempunyai peran penting bagi keberhasilan
seorang pemimpin. Peran adalah seperangkat
tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam,
suatu sistem. Menurut Horton dan Hunt (dalam
http://bidanlia.blogspot.com/2009/07/teori-
peran.html), peran adalah perilaku yang
diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu
status, sedangkan kepemimpinan adalah
kemampuan untuk menggerakkan orang lain.
Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa peran kepemimpinan adalah perilaku
yang diharapkan dilakukan oleh seseorang
sesuai kedudukannya sebagai pemimpin.
Agar dapat menjalankan perannya dengan
baik, pemimpin harus mengetahui fungsinya
sebagai pemimpin. Fungsi utama pemimpin
adalah menggerakkan orang lain untuk
mencapai tujuan. Kartono (2011:117)
menyebutkan fungsi pemimpin antara lain:
1. Memelihara struktur kelompok, menjamin
interaksi yang lancar, dan memudahkan
pelaksanaan tugas-tugas.
2. Mensinkronkan ideologi, ide, pikiran, dan
ambisi anggota-anggota kelompok dengan
pola keinginan pemimpin.
3. Memberikan rasa aman dan status yang jelas
kepada setiap anggota, sehingga mereka
bersedia memberikan partisipasi penuh.
4. Memanfaatkan dan mengoptimalisasikan
kemampuan, bakat, dan produktivitas semua
anggota kelompok untuk berkarya dan
berperan.
5. Menegakkan peraturan, larangan, disiplin,
dan norma-norma kelompok agar tercapai
kepaduan kelompok.
6. Merumuskan nilai-nilai kelompok dan
memilih tujuan-tujuan kelompok, sambil
menentukan sarana dan cara-cara
operasional guna mencapainya.
7. Mampu memenuhi harapan, keinginan, dan
kebutuhan para anggota.
Selain mengetahui fungsi pemimpin dalam
kelompok, pemimpin juga harus mengetahui
tugas-tugas yang membedakannya dari anggota
kelompok. Kartono (2011:154-156)
menyebutkan tugas-tugas tersebut antara lain:
1. Menyusun kebijakan yang bijaksana dan
memiliki kemampuan penentuan keputusan
yang tepat.
2. Bersifat dinamis, aktif, kreatif, dan inovatif.
3. Bertanggung jawab penuh terhadap
keberhasilan kelompok dan kesejahteraan
bawahannya.
4. Menjabarkan ide dan konsep dalam bentuk
aksi atau tindakan.
5. Membangun sikap kooperatif dan partisipatif
kepada bawahannya.
6. Mengatasi konflik yang timbul dalam
lingkungan internal maupun eksternal.
Untuk mengetahui keberhasilan pemimpin
dalam kepemimpinannya, Kartono (2011:229-
230) menyebutkan beberapa indikator yang
dapat digunakan sebagai petunjuk
keberhasilannya. Indikator tersebut antara lain:
1. Meningkatnya hasil-hasil produksi dan
pemberian pelayanan oleh organisasi.
2. Semakin rapinya sistem administrasi dan
makin efektifnya manajemen yang
dilakukan.
3. Semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas
manusiawi atau aspek sosial yang lebih
human sifatnya.
2. Partisipasi
Kata partisipasi berasal dari bahasa latin
partisipare yang mempunyai arti mengambil
bagian atau turut serta. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesiapartisipasi adalah perihal turut
berperan serta suatu kegiatan atau keikutseraan
atau peran serta. Pidarta (dalam Dwiningrum,
Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan
5
2011:50) menyatakan partisipasi adalah
“pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam
suatu kegiatan”.
Dalam pelaksanaannya, partisipasi dapat
dilakukan melalui beberapa bentuk. Seperti
yang dikemukakan Nelson (dalam Tangkilisan,
2007:323) menyebutkan ada dua bentuk
partisipasi, yaitu:
1. Partisipasi Horizontal
2. Partisipasi Vertikal
Selain itu Hamijoyo (2007) (dalam
http://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/0
5/partisipasi-masyarakat/) mengelompokkan
partisipasi menjadi enam bentuk, yaitu: (1)
Partisipasi uang; (2) Partisipasi harta; (3)
Partisipasi tenaga; (4) Partisipasi keterampilan;
(5) Partisipasi buah fikiran; dan (6) Partisipasi
sosial.
Bentuk partisipasi yang diungkapkan oleh
Hamijoyo banyak diterapkan dalam kegiatan
yang bersifat pembangunan fisik. Cohen dan
Uphoff (dalam Dwiningrum, 2011:61-62)
membedakan partisipasi menjadi empat jenis
yaitu: “(1) partisipasi dalam pengambilan
keputusan; (2) partisipasi dalam pelaksanaan;
(3) partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan;
dan (4) partisipasi dalam evaluasi”.
Partisipasi dalam masyarakat tidak dapat
timbul begitu saja. Ada banyak hal yang dapat
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan pembangunan. Angell
(dalam
http://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/0
5/partisipasi-masyarakat/) menyebutkan faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi
kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi,
yaitu: “(1) usia; (2) jenis kelamin; (3)
pendidikan; (4) pekerjaan dan penghasilan; dan
(5) lamanya tinggal”.
Menurut Holil (dalam
http://sacafirmansyah.
wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-
masyarakat/) unsur-unsur dasar partisipasi sosial
juga dapat mempengaruhi partisipasi
masyarakat. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Kepercayaan diri masyarakat;
2. Solidaritas dan integritas sosial masyarakat;
3. Tanggungjawab sosial dan komitmen
masyarakat;
4. Kemauan dan kemampuan untuk mengubah
atau memperbaiki keadaan dan membangun
atas kekuatan sendiri;
5. Prakarsa masyarakat atau prakarsa
perseorangan yang diterima dan diakui
sebagai/menjadi milik masyarakat;
6. Kepentingan umum murni, setidak-tidaknya
umum dalam lingkungan masyarakat yang
bersangkutan, dalam pengertian bukan
kepentingan umum yang semu karena
penunggangan oleh kepentingan
perseorangan atau sebagian kecil dari
masyarakat;
7. Organisasi, keputusan rasional dan efisiensi
usaha;
8. Musyawarah untuk mufakat dalam
pengambilan keputusan; dan
9. Kepekaan dan ketanggapan masyarakat
terhadap masalah, kebutuhan-kebutuhan dan
kepentingan-kepentingan umum masyarakat.
Selain unsur-unsur dasar partisipasi sosial,
Holil
(dalamhttp://sacafirmansyah.wordpress.com/20
09/06/05/partisipasi-masyarakat/)menyebutkan
4 faktor yang berasal dari luar/lingkungan yang
dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat,
yaitu:
1. Komunikasi yang intensif antara sesama
warga masyarakat, antara warga masyarakat
dengan pimpinannya serta antara sistem
sosial di dalam masyarakat dengan sistem di
luarnya;
2. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya,
baik dalam kehidupan keluarga, pergaulan,
permainan, sekolah maupun masyarakat dan
bangsa yang menguntungkan bagi serta
mendorong tumbuh dan berkembangnya
partisipasi masyarakat;
3. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan
lingkungan serta proses dan struktur sosial,
sistem nilai dan norma-norma yang
memungkinkan dan mendorong terjadinya
partisipasi sosial; dan
4. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi.
Lingkungan di dalam keluarga masyarakat
atau lingkungan politik, sosial, budaya yang
Governance, Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UNTAN, Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Januari 2013
6
memungkinkan dan mendorong timbul dan
berkembangnya prakarsa, gagasan,
perseorangan atau kelompok.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang
partisipasi, maka menurut penulis ada beberapa
faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi
masyarakat desa dalam pembangunan. Faktor-
faktor tersebut antara lain: (1) usia; (2) jenis
kelamin; (3) jenis pekerjaan; (4) kondisi
ekonomi; (5) kondisi geografis desa; (6)
perubahan gaya hidup; dan (7) kepemimpinan
kepala desa juga mempengaruhi partisipasi
masyarakat di desa.
3. Kepala Desa
Definisi desa dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa adalah:
Desa atau yang disebut dengan nama lain
selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Didalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,
negara mengakui adanya otonomi desa dan
kepada desa dibebankan tugas dan kewajiban
sebagai akibat dari adanya otonomi desa
tersebut. Lebih lanjut dalam Pasal 7 Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang
Desa menyebutkan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan desa mencakup:
a. urusan pemerintahan yang sudah ada
berdasarkan hak asal-usul desa;
b. urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan kabupaten/kota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa;
c. tugas pembantuan dari Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota; dan
d. urusan pemerintahan lainnya yang oleh
peraturan perundang-undangan diserahkan
kepada desa.
Urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan desa tersebut dilaksanakan oleh
penyelenggara pemerintahan desa. Dalam Pasal
11 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
tentang Desa pemerintahan desa terdiri dari
pemerintah desa dan BPD dan dalam Pasal 12
pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan
perangkat desa.
Sebagai pelaksana pemerintahan desa,
kepala desa memiliki tugas, wewenang, dan
kewajiban. Tugas kepala desa menurut Pasal 14
ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 tentang Desa menyatakan “Kepala desa
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan”. Selanjutnya dalam
menjalankan tugasnya, wewenang kepada
kepala desa diatur dalam Pasal 14 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
sebagai berikut:
a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan
desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan
bersama BPD;
b. mengajukan rancangan peraturan desa;
c. menetapkan peraturan desa yang telah
mendapat persetujuan bersama BPD;
d. menyusun dan mengajukan rancangan
peraturan desa mengenai APB Desa untuk
dibahas dan ditetapkan bersama BPD;
e. membina kehidupan masyarakat desa;
f. membina perekonomian desa;
g. mengkoordinasikan pembangunan desa
secara partisipatif;
h. mewakili desanya di dalam dan di luar
pengadilan dan dapat menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan; dan
i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Kewajiban kepala desa tercantum dalam
Pasal 15 Ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2005. Adapun kewajiban
kepala desa adalah sebagai berikut:
(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14,
Kepala Desa mempunyai kewajiban:
a. memegang teguh dan mengamalkan
Pancasila, melaksanakan Undang-
Undang Dasar Negara
RepublikIndonesia Tahun 1945 serta
mempertahankan dan memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan
7
c. memelihara ketentraman dan ketertiban
masyarakat;
d. melaksanakan kehidupan demokrasi;
e. melaksanakan prinsip tata pemerintahan
desa yang bersih dan bebas dari Kolusi,
Korupsi dan Nepotisme;
f. menjalin hubungan kerja dengan seluruh
mitra kerja pemerintahan desa;
g. menaati dan menegakkan seluruh
peraturan perundangundangan;
h. menyelenggarakan administrasi
pemerintahan desa yang baik;
i. melaksanakan dan
mempertanggungjawabkan pengelolaan
keuangan desa;
j. melaksanakan urusan yang menjadi
kewenangan desa;
k. mendamaikan perselisihan masyarakat di
desa;
l. mengembangkan pendapatan masyarakat
dan desa;
m. membina, mengayomi dan melestarikan
nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat;
n. memberdayakan masyarakat dan
kelembagaan di desa; dan
o. mengembangkan potensi sumber daya
alam dan melestarikan lingkungan hidup;
(2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Kepala Desa mempunyai
kewajiban untuk memberikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan desa kepada
Bupati/Walikota, memberikan laporan
keterangan pertanggungjawaban kepada
BPD, serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan desa kepada
masyarakat.
Kepala desa selain mempunyai tugas,
wewenang, dan kewajiban, juga berperan
sebagai administrator pemerintahan. Kepala
desa bertugas untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat, menjalankan adminstrasi
perkantoran, mengelola keuangan dan sumber
keuangan desa, menggerakkan lembaga
kemasyarakatan, dan mengurusi hal-hal yang
berkaitan dengan hukum adat dan kebiasaan
setempat. Kepala desa juga membuat
perencanaan pembangunan desa, melaksanakan
pembangunan desa, melakukan evaluasi hasil
pembangunan desa, menggerakkan masyarakat
dalam pembangunan desa, dan pemanfataan dan
pengembangan potensi desa.
4. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu
variabel atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan antara
variabel satu dengan variabel lain (Sugiyono,
2010:11).
Penelitian ini dilakukan di Desa Suka
Mulya Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau.
Desa Suka Mulya dipilih karena desa tersebut
kepemimpinan dan partisipasi masyarakatnya
yang baik sehingga tepat untuk dijadikan
wilayah percontohan.
Agar penelitian yang dilakukan menjadi
jelas dan terarah maka diperlukan subjek dan
objek yang akan diteliti. Subjek penelitian
adalah siapa saja yang menjadi sumber
informasi atau informan dalam penelitian,
sedangkan objek penelitian merupakan sesuatu
yang menjadi inti dari permasalahan yang
diteliti.
Subjek penelitian atau informan dalam
penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu: (1)
informan pangkal; (2) informan pokok; dan (3)
informan kunci. Informan pangkal dalam
penelitian ini adalah Kepala Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Desa Kabupaten Sanggau. Kepala Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Desa dipilih sebagai informan pangkal karena
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa merupakan pemegang
kebijakan berkaitan dengan pengelolaan desa di
Kabupaten Sanggau.
Informan pokok dalam penelitian ini
adalah Kepala Desa Suka Mulya dan Camat
Parindu. Sebagai kepala wilayah, Camat
Parindu dapat memberikan informasi dasar
tentang Desa Suka Mulya. Kepala Desa Suka
Mulya dipilih karena mengetahui peran kepala
desa dalam memimpin dan menggerakkan
pihak-pihak yang berpartisipasi dalam kegiatan
yang direncanakan.
Informan kunci dalam penelitian ini adalah
Ketua RT, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama,
dan Warga Desa Suka Mulya. Mereka dipilih
sebagai informan kunci karena mereka berperan
menggerakkan masyarakat dan terlibat langsung
dalam kegiatan-kegiatan yang memerlukan
partisipasi masyarakat.
Governance, Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UNTAN, Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Januari 2013
8
Teknik yang umum digunakan untuk
menentukan informan dalam penelitian
kualitatif adalah teknik berencana
(purposive),teknik bola salju (snow ball), dan
teknik tiba-tiba (accidental) (Sugiyono,
2012:53). Kepala Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Camat
Parindu, kepala desa, dan ketua RT dipilih
dengan menggunakan teknik berencana karena
mereka dianggap dapat memberikan informasi
tentang bagaimana peran kepala desa dan
bagaiman partisipasi masyarakat di Desa Suka
Mulya. Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama
dipilih menggunakan teknik bola salju dengan
bantuan dari Kepala Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten
Sanggau. Beberapa warga desa yang akan
diwawancara dipilih dengan menggunakan
teknik tiba-tiba karena pemilihannya tidak
didasarkan kriteria tertentu. Adapun yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah
kepemimpinan Kepala Desa Suka Mulya dan
partisipasi masyarakat Desa Suka Mulya.
Kegiatan pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan melalui wawancara,
observasi, dan studi dokumentasi.
1. Wawancara
Mengadakan tanya jawab secara lisan dan
langsung terhadap subjek yang diteliti.
Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Kabupaten Sanggau,
Camat Parindu, Kepala Desa Suka Mulya,
Ketua RT, Tokoh Masyarakat, dan warga
Desa Suka Mulya.Pelaksanaan wawancara
dilakukan secara semi terstruktur dengan
alat yang digunakan pada saatpengumpulan
data antara lain: pedoman wawancara, alat
perekam, buku catatan, dan alat tulis.
2. Observasi/Pengamatan
Penulis menggunakan metode observasi
nonpartisipan, yaitu mengamati aktivitas
kepala desa dan warga dalam proses
pelaksanaan pembangunan di Desa Suka
Mulya.Alat yang digunakan penulis untuk
mengumpulkan data pada saat observasi
dilakukan adalah: check list dan kamera.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan cara
mencari dan mengumpulkan data sekunder
sebagai pendukung dari data primer dan
melengkapi data wawancara dan observasi.
Dokumen dapat berupa peraturan kebijakan,
catatan, buku-buku yang relevan, laporan
kegiatan, surat kabar, majalah, notulen rapat,
agenda, foto-foto, dan sebagainya.Agar
dapat merekam data pada saat studi
dokumentasi, penulis menggunakan alat
seperti: kamera, flash disk, scanner atau
mesin foto copy.
Teknik analisis data menurut Miles and
Huberman (dalam Sugiyono, 2011:383),
dilakukan secara interaktif yang terdiri dari 3
komponen, yaitudata reduction (reduksi data),
data display (penyajian data), dan conclusion
drawing/verification.
1. Reduksi Data
Memilih data yang pokok dan penting guna
memperoleh gambaran dari data yang lebih
jelas, baik itu dari hasil wawancara,
observasi maupun dokumentasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks
yang bersifat naratif, uraian singkat, bagan,
flowchart, dan sejenisnya dari hasil
wawancara dan dokumentasi.
3. Verifikasi/Penarikan kesimpulan
Hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi dianalisis dan kemudian hasil
analisis tersebut ditarik kesimpulan.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Peran Kepemimpinan
Pemimpin dan kepemimpinan tidak akan
pernah lepas dari sebuah pemerintahan.
Kepemimpinan akan mempengaruhi
keberhasilan pemimpin dalam membawa
anggotanya kearah yang lebih baik.
Kemampuan memimpin seorang kepala desa
akan mempengaruhi keberhasilannya dalam
membangun desa, tentunya hal tersebut dengan
peran serta seluruh unsur masyarakat yang ada
di desa.
Cakupan dalam menilai kepemimpinan
seseorang sangatlah luas. Oleh karena itu dalam
penelitian ini, untuk menilai kepemimpinan
kepala desa hal yang dilakukan penulis adalah
dengan memperhatikan syarat-syarat
kepemimpinan, karakteristik pemimpin yang
baik, gaya kepemimpinan, tipe kepemimpinan,
teknik kepemimpinan, metode kepemimpinan,
fungsi pemimpin, tugas pemimpin, dan
indikator keberhasilan pemimpin.
Agar kepala desa memiliki kemampuan
memimpin yang memadai, seorang kepala desa
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
(1) kekuasaan; (2) kewibawaan; (3)
kemampuan; dan (4) kelebihan (Kartono,
2011:36; Stogdill dalam Pasolong, 2008:12).
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang
Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan
9
dilakukan penulis dalam penelitian yang
dilakukan di Desa Suka Mulya Kecamatan
Parindu Kabupaten Sanggau, Kepala Desa Suka
Mulya telah memenuhi beberapa syarat tersebut.
Kekuasaan sebagai kekuatan, otoritas, dan
legalitas memberikan wewenang kepada kepala
desa untuk memerintah di desanya. Secara
hukum kekuasaan Kepala Desa Suka Mulya
terdapat pada Surat Keputusan Bupati Sanggau
No. 127 Tahun 2008 Tentang Pemberhentian
dan Pengangkatan Kepala Desa Suka Mulya
Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau yang
ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2008, sehingga
kepala desa memiliki landasan hukum yang
memberikannya wewenang untuk memimpin
Desa Suka Mulya. Dengan adanya surat
keputusan tersebut kepala desa memiliki otoritas
untuk menggerakkan bawahannya agar berbuat
sesuatu. Dalam surat keputusan Bupati tersebut
juga mengatur hak-hak dan kewajiban yang
harus dipenuhi oleh kepala desa.
Menurut masyarakat Desa Suka Mulya,
kelebihan yang dimiliki oleh kepala desa adalah
kemampuan komunikasi yang baik antara
kepala desa dengan masyarakat. Kepala desa
dapat menjadi tempat berkeluh kesah terhadap
permasalahan-permasalahan yang ada di desa.
Selain itu kelebihan Kepala Desa Suka Mulya
adalah responsif terhadap masalah-masalah
yang dikeluhkan masyarakat, juga terhadapa
usulan-usulan yang disampaikan mereka baik
dalam forum-forum yang bersifat formal
maupun dalam kesempatan-kesempatan yang
bersifat informal. Kemampuan kepala desa
dalam memahami perannya sebagai pemimpin
desa juga menjadi salah satu kelebihan yang
dimiliki oleh kepala desa. Kepala desa
memahami berbagai bidang tugas yang menjadi
tanggung jawabnya sehingga dia dapat
mejelaskan kepada masyarakat berbagai
permasalahan yang terjadi di desa maupun
persyaratan dalam pelayanan kepada
masyarakat. Kepala Desa Suka Mulya juga
orang yang memiliki pergaulan luas serta tegas.
Salah satu contoh yang dapat penulis sampaikan
berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh
penulis dalam pelaksanaan penelitian di Desa
Suka Mulya, kepala desa memberikan
penjelasan dan menegaskan kepada warga yang
administrasi kependudukannya masih belum
lengkap tentang pentingnya administrasi
kependudukan serta mengarahkan warga untuk
melengkapi administrasi kependudukannya.
Dalam pelaksanaan adminsitrasi pemerintahan
desa juga terjadi perubahan yang cukup
signifikan dimana dalam pelaksanaan
administrasi desa menjadi lebih tertib.
Walaupun jam pelayan yang diberikan
oleh perangkat Desa Suka Mulya terbatas,
namun pelayanan kepada masyarakat dilakukan
setiap hari diluar jam buka kantor desa. Kantor
Desa Suka Mulya hanya memberikan pelayanan
selama dua kali dalam seminggu yaitu setiap
hari senin dan hari kamis. Selain pada jam buka
kantor, kepala desa juga memberikan pelayanan
secara langsung kepada masyarakat di
rumahnya, sehingga dapat dikatakan bahwa
rumah kepala desa merangkap kantor kedua
bagi kepala desa. Setiap pelaksanaan pelayanan
yang dilaksanakan secara langsung di rumah
akan direkap dan dilakukan pencatatan kembali
di kantor sehingga data yang ada akan selalu
diupdate setiap kali ada perubahan. Untuk
perubahan data kependudukan akan langsung
dicatat di papan yang ada di kantor desa agar
perubahan data penduduk selalu terpantau setiap
terjadi perubahan.
Setiap individu tidak terlepas dari sisi
positif dan negatif dalam interaksinya dengan
individu lain, oleh karena itu kepala desa dalam
pandangan masyarakat juga mendapatkan
penilaian tersendiri dari masyararakt. Sisi positif
yang dimiliki kepala desa adalah orang yang
pandai bergaul, tegas dan memiliki pandangan
kedepan. Sisi negatif yang dimiliki kepala desa
adalah terkadang kepala desa susah dalam
mengotrol emosinya, cenderung berbicara keras
kepada orang lain. Penulis juga sempat
berpendapat bahwa kepala desa merupakan
orang yang kurang bersahabat karena gaya
bicaranya yang cenderung keras kepada orang
lain.
Didalam memimpin, setiap individu
memiliki gaya masing-masing yang dianggap
efektif untuk menggerakkan orang lain. Thoha
(dalam Pasolong, 2008;37) mengatakan gaya
kepemimpinan adalah norma perilaku yang
digunakan pemimpin dalam mempengaruhi
orang lain. Gaya kepemimpinan yang digunakan
oleh Kepala Desa Suka Mulya adalah gaya
kombinasi dari beberapa gaya kepemimpinan
yang telah diungkapkan oleh beberapa ahli.
Hubungan Kepala Desa Suka Mulya
dengan perangkat desa menggunakan gaya
kepemimpinan yang diungkapkan oleh Stoner
yaitu gaya yang berorientasi pada pegawai.
Gaya ini lebih menekankan pada memotivasi
ketimbang mengendalikan bawahan. Hal ini
dapat dilihat dari petikan wawancara yang
penulis lakukan dengan kepala desa.
Governance, Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UNTAN, Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Januari 2013
10
“Hubungan saya (Kepala Desa Suka
Mulya) dengan perangkat desa baik. Tidak ada
perselisihan yang terjadi antara saya dengan
perangkat desa, demikian pula halnya dengan
organisasi masyarakat yang lain. Dalam
pelaksanaan pemerintahan desa orang yang
paling berperan adalah saya. Hal itu juga yang
menjadi masalah dalam pelaksanaan
pemerintahan desa. Saya ingin seluruh
perangkat desa berperan dalam pelaksanaan
pemerintahan desa. Hal-hal yang menjadi tugas
dan tanggung jawab masing-masing harus
dapat dilaksanankan dengan sebaik mungkin.
Tetapi masalahnya adalah perangkat desa yang
ada di Kantor Desa Suka Mulya kurang
memiliki inisiatif dalam bekerja (untuk
memikirkan program-program pembangunan
desa). Mereka sering bertanya kepada saya
“kegiatan apa yang akan kita programkan
untuk tahun depan”, tetapi saya kembalikan
lagi kepada mereka karena saya ingin mereka
juga berkembang dan bertanggung jawab
dalam kemajuan desa ini. Sering saya
memotivasi mereka agar mereka memikirkan
apa saja yang diinginkan masyarakat dan
bagaimana cara memenuhinya”.
Selanjutnya gaya kepemimpinan yang
digunakan oleh Kepala Desa Suka Mulya adalah
gaya kepemimpinan yang diungkapkan oleh
House yaitu gaya kepemimpinan partisipatif.
Dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin
berkomunikasi dengan bawahan dan bertanya
untuk mendapat masukan-masukan dan saran-
saran dalam rangka mengambil keputusan.
“Kadang-kadang saya keliling desa untuk
sekedar ngobrol atau kumpul bersama
masyarakat. Kadang dari ujung sana, setelah
itu keujung sana, setelah itu kesana lagi (sambil
menunjuk ke beberapa arah). Kadang pada saat
saya main batminton pada saat istirahat saya
ajak mereka ngobrol, sekedar bertanya kepada
warga “di desa kita ini apa lagi yang kurang
ya” jadi pada saat itu mereka menyampaikan
kepada saya apa yang menjadi keinginan
warga. Terkadang ada juga yang pada saat
bertemu saya mereka menyampaikan kepada
saya apa saja yang menjadi keinginan warga”.
Hal lain yang menjadi contoh adalah:
“Pada saat warga mengusulkan kepada
saya “pak bagaimana kalau kita mengadakan
program yang bersifat sosial karena selama ini
sumbangan hanya diberikan ketika ada warga
yang meninggal saja. Bagaimana jika
sumbangan juga dilakukan jika ada warga yang
sakit juga? Saya menyetujui usulan tersebut,
tetapi pengelolaannya diluar dari pemerintah
desa atau dikelola secara mandiri oleh warga.
Kemudian saya mengusulkan pengadaan
ambulan desa karena kalau ada warga yang
sakit terkadang kita terkendala masalah
kendaraan. Hal tersebut ditanggapi dengan
baik oleh warga dan untuk memperkuat
pengadaan tersebut, pengadaan ambulan desa
menjadi program desa. Untuk pendanaan 20
juta dianggarkan melalui ADD sedangkan 50
juta melalui swadaya masyarakat”.
Dari petikan wawancara tersebut dapat
dilihat bahwa Kepala Desa Suka Mulya tidak
segan untuk mendengarkan pendapat dari warga
desa. Kepala desa juga berkomunikasi dengan
warga untuk mengetahui apa saja yang menjadi
keinginan warga untuk keperluan warga desa itu
sendiri. Kepala desa menyadari perannya
sebagai pelayan masmyarakat sehingga selalu
berusaha untuk dapat memenuhi keinginan
warga.
Tipe kepemimpinan yang digunakan oleh
Kepala Desa Suka Mulya adalah tipe
demokratis. Kepemimpinan demokratis
berorientasi pada manusia yang terdapat dalam
kelompok. Terbangun koordinasi antara seluruh
komponen dalam kelompok dengan penekanan
pada tanggung jawab masing-masing
komponen. Kekuatan dalam kepemimpinan
demokratis bukan terletak pada individu
pemimpin tetapi pada partisipasi kelompok.
Oleh karena itu untuk menunjang keberhasilan
kepemimpinan demokratis ini kepala desa
mutlak harus dapat menggerakkan bawahannya
dan masyarakat desa.
Pelaksanaan kepemimpinan demokratis di
Desa Suka Mulya ditunjukkan dengan
pelaksanaan perencanaan dan evaluasi
pembangunan desa yang melibatkan seluruh
unsur masyarakat seperti ketua RT, ketua RW,
tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama,
BPD, serta seluruh perangkat desa. Dalam
perencanaan dan evaluasi pembangunan desa
seluruh peserta rapat secara aktif menyampaikan
informasi yang didapat dari warga baik itu
berupa usulan pembangunan ataupun perbaikan
dan kemudian dari berbagai usulan tersebut
diseleksi usulan yang dapat diprioritaskan untuk
dianggarkan dalam pembangunan desa untuk
satu tahun anggaran. Selain dalam perencanaan
dan evaluasi, seluruh unsur masyarakat juga
dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang
bersifat prinsip seperti dalam penetapan
pungutan desa atau dalam pelaksanaan
Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan
11
perbaikan infrastruktur jalan yang
dilaksananakan melalui swadaya masyarakat.
Untuk mendukung penerapan gaya dan
teknik kepemimpinan diperlukan teknik
kepemimpinan. Ada lima teknik yang dapat
digunakan pemimpin dalam menggerakkan
masyarakat, yaitu: (1) Teknik Persuasif; (2)
Teknik Komunikatif; (3) Teknik Fasilitas; (4)
Teknik Motivasi; dan (5) Teknik Keteladanan.
Dalam kepemimpinannya, Kepala Desa Suka
Mulya menggunakan teknik komunikatif.
Dalam teknik komunikatif timbul kesatuan
pandangan antara pemimpin dengan bawahan
melalui komunikasi yang dilakukan.
Kepala desa aktif berkomunikasi dengan
warga untuk mengetahui apa yang menjadi
keinginan warga. Komunikasi dengan warga
juga dilakukan untuk mengetahui pendapat atau
tanggapan warga tentang usulan-usulan ataupun
ide yang dimiliki oleh kepala desa sehingga
kepala desa mempunyai pandangan mengenai
kebijakan apa yang dapat diusulkan dalam
perencanaan pembangunan desa. Kepala desa
juga dapat menetapkan strategi yang tepat
dalam mengatasi perbedaan pendapat,
menentukan pernyataan yang tepat untuk
mengatasi pertanyaan masyarakat apabila
usulan yang disampaikan mereka tidak dapat
terlaksana, serta memperkecil kemungkinan
terjadinya konflik internal antara kepala desa
dengan warga.
Untuk menggerakkan masyarakat,
pemimpin akan menggunakan cara yang sesuai
dengan kondisi yang dialaminya. Di Desa Suka
Mulya, kepala desa menggunakan beberapa
metode seperti yang diungkapkan oleh Ordway
Tead (dalam Kartono, 2011:63-66). Metode
yang digunakan oleh kepala desa antara lain: (1)
memberi perintah; (2) peka terhadap saran-
saran; dan (3) meredam kabar angin dan isu-isu
yang tidak benar.
Sebagai seorang pemimpin, memberikan
perintah kepada jajaran bawahannya merupaka
bagian dari tugas yang diberikan kepada kepala
desa. Memberikan perintah tidak hanya terbatas
pada kegiatan administratif, tetapi juga dalam
kegiatan koordinasi dalam menggerakkan
bawahan dalam kegiatan partisipatif. Selain
memberikan perintah, Kepala Desa Suka Mulya
juga seorang pendengar yang baik terhadap
keluhan-keluhan dan masukan yang
disampaikan masyarakat kepadanya. Melalui
komunikasi yang baik antara kepala desa
dengan masyarakat, segala permasalahan dan
saran yang disampaikan masyarakat kepadanya
dapat ditampung dan diupayakan solusi serta
pemecahannya. Melalui komunikasi yang baik
dengan masyarakat kepala desa juga dapat
meredam kabar angin serta memperkecil
terjadinya konflik internal di lingkungan Desa
Suka Mulya.
Peran kepemimpinan selalu berkaitan erat
dengan peran seorang pemimpin, dimana
kepemimpinan adalah proses menggerakkan
orang lain sedangkan pemimpin adalah pelaku
dari proses tersebut. Kepemimpinan sebagai
sebuah proses dalam mempengaruhi orang lain
mempunyai peran penting bagi keberhasilan
seorang pemimpin. Peran kepemimpinan adalah
perilaku yang diharapkan dilakukan oleh
seseorang sesuai kedudukannya sebagai
pemimpin. Agar dapat menjalankan perannya
dengan baik, pemimpin harus mengetahui
fungsinya sebagai seorang pemimpin.
Fungsi seorang pemimpin adalah
menggerakkan orang lain untuk mencapai
tujuan, oleh karena itu agar orang lain mau
bekerjasama dalam mencapai tujuan, kepala
desa harus memiliki visi dan misi yang jelas.
Selain itu kepala desa juga harus mampu
berinteraksi dengan baik dengan masyarakat dan
mensinkronkan keinginan kepala desa dengan
keinginan masyarakat maupun keinginan
masyarakat dengan kepala desa,
mengoptimalkan kemampuan dan potensi yang
dimiliki desa, merumuskan program-program
yang akan dilaksanakan, dan memenuhi harapan
masyarakat.
Fungsi pemimpin tersebut sudah
diterapkan dengan baik oleh Kepala Desa Suka
Mulya. Partisipasi masyarakat yang tinggi
menunjukkan bahwa Kepala Desa Suka Mulya
berhasil menggerakkan orang lain untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukannya
dalam visi dan misi sebagai kepala desa. Selain
itu dalam memenuhi harapan masyarakat,
kepala desa mensinkronkan keinginan
masyarakat dan keinginannya melalui
komunikasi yang dilakukannya dengan
masyarakat serta melalui forum dengan
perangkat desa.
Untuk menilai keberhasilan kepemimpinan
Kepala Desa Suka Mulya, dapat menggunakan
indikator yang diungkapkan oleh Kartono
(2011:229-230). Kartono menyebutkan
beberapa indikator yang dapat digunakan
sebagai petunjuk keberhasilan kepemimpinan.
Indikator tersebut antara lain:
1. Meningkatnya hasil-hasil produksi dan
pemberian pelayanan oleh organisasi.
Governance, Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UNTAN, Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Januari 2013
12
2. Semakin rapinya sistem administrasi dan
makin efektifnya manajemen yang
dilakukan.
3. Semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas
manusiawi atau aspek sosial yang lebih
human sifatnya.
Dengan memperhatikan ketiga indikator
tersebut, penulis berpendapat bahwa
kepemimpinan Kepala Desa Suka Mulya sudah
berhasil diterapkan dengan baik, karena ketiga
indikator tersebut telah dilaksanakan di Desa
Suka Mulya. Pelayanan yang diberikan oleh
kepala desa kepada masyarakat meningkat jika
dibandingkan dengan pelayanan kepada
masyarakat pada masa pemerintahan kepala
desa sebelumnya. Administrasi yang semakin
tertib serta berbagai prestasi yang diraih oleh
Desa Suka Mulya menunjukkan adanya
peningkatan dalam pengelolaan administrasi.
Tingginya partisipasi masyarakat dalam
kegiatan partisipatif serta dalam penyampaian
ide-ide masukan, maupun saran kepada kepala
desa.
Kepemimpinan kepala desa menjadi faktor
penting untuk menggerakkan masyarakat. Oleh
karena itu, kepemimpinan yang meliputi syarat-
syarat kepemimpinan, karakteristik
kepemimpinan, gaya kepemimpinan, tipe
kepemimpinan, teknik kepemimpinan, dan
metode kepemimpina harus dapat dipenuhi dan
diterapkan. Kepala desa harus dapat
menerapkan kemampuan memimpinnya sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dialaminya oleh
karena itu penerapan kepemimpinan akan
bervariatif pada waktu dan individu yang
berbeda. Pemahaman karakteristik masyarakat
juga menjadi bagian penting bagi
kepemimpinan kepala desa karena dengan
mengetahui karakteristik masyarakat kepala
desa dapat menetukan gaya kepemimpinan, tipe
kepemimpinan, teknik kepemimpinan, dan
metode kepemimpinan yang efektif dan efisien
untuk diterapkan di daerahnya. Pemahaman
kepala desa tentang peran dan fungsi pemimpin
serta pencapaian indikator keberhasilan
kepemimpinan menjadi kunci dari peran
kepemimpinan kepala desa.
2. Partisipasi Masyarakat
Masyarakat merupakan ujung tombak
pelaksanaan pembangunan di desa. Agar
pembangunan desa dapat mencapai hasil yang
maksimal diperlukan partisipasi aktif dari
masyarakat. Secara umum partisipasi yang
terjadi di masyarakat dibedakan menjadi dua
yaitu partisipasi horizontal dan partisipasi
vertikal. Partisipasi horizontal adalah partisipasi
yang terjadi diantara sesama warga atau anggota
masyarakat, sedangkan partisipasi vertikal
adalah partisipasi antara masyarakat dengan
pemerintah. Di Desa Suka Mulya partisipasi
horizontal terjadi pada saat kegiatan gotong-
royong yang dilakukan di lingkungan desa.
Dalam pengerjaan jalan maupun kerja bakti.
Partisipasi Vertikal terjadi ketika timbul
komunikasi antara masyarakat dengan
pemerintah dalam memberikan masukan, saran,
usulan, maupun kritik kepada pemerintah.
Cohen dan Uphoff (dalam Dwiningrum,
2011:61-62) membedakan partisipasi menjadi
empat jenis yaitu: “(1) partisipasi dalam
pengambilan keputusan; (2) partisipasi dalam
pelaksanaan; (3) partisipasi dalam pengambilan
pemanfaatan; dan (4) partisipasi dalam evaluasi.
Didalam penentuan program pembangunan
desa, pengambilan keputusan dilakukan
bersama-sama dengan pelaksaksanaan evaluasi
program, demikian pula halnya dengan
penetapan iuran desa dan penetapan sumber
pendapatan asli desa. Pengambilan keputusan
dan evaluasi dilakukan dalam forum resmi
seperti rapat atau musyawarah desa. Peserta
rapat tersebut terdiri dari kepala desa beserta
perangkat desa, BPD beserta anggota, ketua RT
dan RW, kepala dusun, tokoh masyarakat, tokoh
agama, dan tokoh adat. Dalam pelaksanaan
rapat, kepala desa menyampaikan usulan
program kepada peserta rapat kemudian kepala
desa menghimpun masukan dan saran yang
disampaikan oleh peserta. Usulan program yang
disampaikan oleh kepala desa dapat berupa
usulan dari masyarakat maupun hasil pemikiran
kepala desa. Setelah keseluruhan masukan dan
saran telah dihimpun, kemudian dipilih program
mana yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan
sebagai program desa. Dalam penentuan
program desa juga didasarkan dari hasil
perencanaan program pada tahun sebelumnya
yang belum dapat dilaksanakan tetapi
mempunyai prioritas tinggi untuk dilaksanakan.
Bantuk partispasi yang diberikan
masyarakat antara lain (1) Partisipasi uang; (2)
Partisipasi harta; (3) Partisipasi tenaga; (4)
Partisipasi keterampilan (5) Partisipasi buah
fikiran; dan (6) Partisipasi sosial. Tumpuan
utama pembangunan Desa Suka Mulya masih
mengharapkan dana ADD dari pemerintah,
namun karena keterbatasan dana ADD yang
diberikan pemerintah, kepala desa berinisiatif
untuk memberlakukan pungutan desa yang
Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan
13
sumber dananya berasal dari masyarakat.
Penetapan pungutan desa dilakukan dengan cara
musyawarah kemudian ditetapkan dengan
peraturan desa sehingga ada kekuatan hukum
yang mengikat bagi masyarakat. Penetapan
pungutan desa dikenakan secara bervariasi
kepada masyarakat, tidak semua warga
dibebankan pungutan dengan nominal yang
sama tergantung dari kondisi ekonomi warga.
Patisipasi dalam bentuk harta tidak banyak
dilakukan di Desa Suka Mulya tetapi masih ada.
Bentuk secara nyata yang diberikan oleh
masyarakat adalah sumbangan material bahan
bangunan seperti pasir dan batu yang digunakan
untuk perbaikan jalan desa serta dalam
pembuatan jalan menuju perkuburan desa.
Partisipasi tenaga yang diberikan
masyarakat juga terjadi di Desa Suka Mulya.
Ada hal yang menarik dalam pelaksanaan
partisipasi tenaga di Desa Suka Mulya dimana
dalam pelaksanaan perbaikan jalan, setiap RT
mendapatkan peta kerja yang menjadi tanggung
jawab dalam penyelesaiaan pekerjaan masing-
masing. Dengan adanya peta kerja seperti ini
akan menimbulkan pengawasan secara saling
silang antara masing-masing RT. Jika terdapat
RT yang belum menjalankan tanggung
jawabnya maka akan timbul rasa malu karena
tidak bisa mengerahkan masyarakat dan
dianggap tidak bertanggung jawab serta tidak
memiliki kemampuan dalam bekerja. Hal ini
akan menumbuhkan persaingan yang positif
dalam membangun desa.
Partisipasi buah fikiran terjadi dalam
pelaksanaan forum-forum yang diselenggarakan
secara resmi seperti rapat atau musyawarah
desa, namun hal tersebut terjadi dalam lingkup
yang terbatas. Dalam lingkup yang lebih luas
partisipasi buah fikiran terjadi dalam kehidupan
sehari-hari kepala desa. Komunikasi yang aktif
antara kepala desa dengan masyarakat tentang
permasalahan-permasalahan yang dialami oleh
desa serta keinginan-keinginan masyarakat yang
disampaikan dalam kesempatan nonformal atau
dalam kesempatan pada saat pemberian
pelayanan kepada masyarakat. Terkadang
kepala desa aktif dalam meminta pendapat
kepada masyarakat tentang pandangan-
pandangan yang dimilikinya.
Partisipasi sosial juga terjadi dengan baik
di Desa Suka Mulya. Setiap terjadi musibah
terhadap warga Desa Suka Mulya, masyarakat
mengumpulkan bantuan sebagai wujud
kepedulian terhadap musibah yang dialami.
Bentuk lain partisipasi sosial yang ada di Desa
Suka Mulya adalah pengadaan ambulance desa
yang dilakukan secara swadaya masyarakat
dengan bantuan dana ADD dari desa. Dalam
kegiatan sosial yang lain seperti gotong royong
masyarkat juga aktif berpartisipasi.
Pelaksanaan kegiatan pembangunan di
Desa Suka Mulya dilaksanakan secara
berjenjang dimana kepala desa berperan sebagai
pengawas. Kepala desa memberikan instruksi
kepada kepala dusun kemudian kepala dusun
menyampaikan kepada ketua RT, setelah itu
ketua RT menggerakkan warga.
D. SIMPULAN DAN KETERBATASAN
Melalui penelitian yang penulis lakukan di
Desa Suka Mulya, dapat disimpulkan hal-hal
berikut:
1. Kepemimpinan kepala Desa Suka Mulya
dinilai berhasil karena telah memenuhi
indikator keberhasilan kepemimpinan.
2. Kepala desa mengetahui peran dan
fungsinya sebagai pemimpin, tindakan-
tindakan yang diharapkan dilakukan sebagai
perannya sebagai pemimpin dapat terlaksana
dengan baik.
3. Penerapan gaya kepemimpinan, tipe
kepemimpinan, teknik kepemimpinan, dan
metode kepemimpinan oleh Kepala Desa
Suka Mulya disesuaikan dengan kondisi
yang terjadi di Desa Suka Mulya.
4. Tingkat partisipasi masyarakat Desa Suka
Mulya cukup tinggi, hanya sebagian kecil
masyarakat yang tidak berpartisipasi karena
belum tumbuh kesadaran tentang pentingnya
partisipasi, perubahan gaya hidup, dan
oposif terhadap pemerintah desa.
5. Partisipasi yang terjadi dimasyarakat adalah
partisipasi vertikal dan horizontal.
6. Bentuk partisipasi yang dilakukan
masyarakat adalah partisipasi uang,
partisipasi harta, partisipasi tenaga,
partisipasi keterampilan, partisipasi buah
fikiran, dan partisipasi sosial
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang
dilakukan penulis di Desa Suka Mulya dapat
disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Memberikan pembinaan ke desa-desa
melalui program-program yang dianggarkan
oleh pemerintah daerah yang dilaksanakan
secara berkelanjutan dan menyeluruh.
2. Memberikan pelatihan kepemimpinan
kepada kepala desa yang baru dilantik atau
yang desanya masih belum baik dan
melakukan penyuluhan kepada masyarakat
Governance, Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UNTAN, Volume I, Nomor 01 Tahun 1, Januari 2013
14
tentang pentingnya partisipasi masyarakat
dalam pembangunan desa.
3. Melakukan penyusunan program yang
memerlukan partisipasi masyarakat sehingga
dapat meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan desa.
4. Mengelola potensi desa dengan semaksimal
mungkin, baik potensi sumber daya alam
maupun potensi sumber daya manusia.
5. Aktif berkomunikasi dan melakukan
pendekatan kepada masyarakat sehingga
dapat mengurangi kesenjangan antara
masyarakat dengan kepala desa, serta
memaksimalkan peran perangkat desa dan
seluruh elemen masyarakat.
Pada saat penyusunan laporan penelitian
ini tidak terlepas dari kendala-kendala yang
penulis temukan, sehingga hasil penelitian ini
belumlah sempurna. Kendala-kendala yang
muncul dalam penelitian ini menjadi
keterbatasan penulis dalam penyusunan laporan
penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan penulis
merupakan penelitian pertama yang penulis
lakukan sebagai syarat untuk menyelesaikan
pendidikan di Program Studi Ilmu
Pemerintahan. Kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis dalam pelaksanaan
penelitian ini menjadi keterbatasan utama dalam
penyusunan laporan penelitian ini.
Selain keterbatasan pengetahuan yang
dimiliki penulis, hal lain yang menjadi
keterbatasan dalam penelitian ini adalah waktu.
Lembaga memberikan waktu yang terbatas
untuk melakukan penelitian dan menyusun
laporan penelitian. Keterbatasan waktu ini
menjadikan hasil laporan penelitian ini masih
belum maksimal.
Didalam penelitian ini faktor komunikasi
memegang peranan penting dalam
kepemimpinan, namun yang menjadi fokus
penelitian adalah peran kepemimpinan kepala
desa untuk menumbuhkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan desa. Karena
fokus penelitian dalam penelitian ini adalah
peran kepemimpinan, sehingga faktor
komunikasi tidak dapat diteliti lebih lanjut.
Karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki
penulis dalam penyusunan laporan penelitian
ini, penulis berharap akan ada penelitian-
penelitian lain yang akan melengkapi dan
menyempurnakan penelitian ini.
E. UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih yang sedalam-dalamnya
penulis ucapkan kepada Program Studi Ilmu
Pemerintahan FISIP UNTAN Pontianak, Kepala
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa, Camat Parindu, Kepala
Desa Suka Mulya, serta seluruh warga Desa
Suka Mulya yang telah berpartisipasi dalam
Penelitian ini.
F. REFERENSI
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan
Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
1995. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dwiningrum, Siti Irene Astuti. 2011.
Desentralisasi dan Partipasi
Masyarakat dalam
Pendidikan.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Kartono, Kartini. 2010.Pemimpin dan
Kepemimpinan, Apakah
Kepemimpinan Abnormal
Itu?.Jakarta: Rajawali Pers.
Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan
Birokrasi. Bandung: Alfabeta.
Syafi’ie, Inu Kencana. 2006. Kepemimpinan
Pemerintahan Indonesia. Bandung:
Refika Aditama.
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2007.
Manajemen Publik.Jakarta: Grasindo.
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang
No 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Jakarta:
Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2005. Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
Tentang Desa. Jakarta: Sekretariat
Negara.
Firmansyah, Saca. 2009. Partisipasi
Masyarakat. Melalui <http://
sacafirmansyah.wordpress.com/2009/0
6/05/partisipasi-masyarakat/>.
Lia. 2009. Teori Peran. Melalui
<http://bidanlia.blogspot.com/2009/07/
teori-peran.html
Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan
15