jurnal biologi indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a pusat penelitian biologi - lipi jl....

20

Upload: hoangdien

Post on 07-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon
Page 2: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh Perhimpunan Biologi Indonesia. Jurnal ini memuat hasil penelitian ataupun kajian yang berkaitan dengan masalah biologi yang diterbitkan secara berkala dua kali setahun (Juni dan Desember).

Editor Ketua

Prof. Dr. Ibnu Maryanto Anggota

Prof. Dr. I Made Sudiana Dr. Deby Arifiani

Dr. Izu Andry Fijridiyanto

Dewan Editor Ilmiah

Dr. Abinawanto, F MIPA UI

Dr. Achmad Farajalah, FMIPA IPB

Prof. Dr. Ambariyanto, F. Perikanan dan Kelautan UNDIP

Dr. Didik Widiyatmoko, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI

Dr. Dwi Nugroho Wibowo, F. Biologi UNSOED

Dr. Gatot Ciptadi F. Peternakan Universitas Brawijaya

Dr. Parikesit, F. MIPA UNPAD

Dr. Faisal Anwari Khan, Universiti Malaysia Sarawak Malaysia

Assoc. Prof. Monica Suleiman, Universiti Malaysia Sabah, Malaysia

Dr. Srihadi Agungpriyono, PAVet(K), F. Kedokteran Hewan IPB

Y. Surjadi MSc, Pusat Penelitian ICABIOGRAD

Drs. Suharjono, Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Dr. Tri Widianto, Pusat Penelitian Limnologi-LIPI

Dr. Witjaksono Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Sekretariat Eko Sulistyadi M.Si, Dewi Citra Murniati M.Si, Hetty Irawati PU, S.Kom

Alamat d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI

Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068

Email : [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected] Website : http://biologi.or.id

Jurnal Biologi Indonesia : Akreditasi: No. 657/AU3/P2MI-LIPI/07/2015.

Page 3: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

JURNAL BIOLOGI INDONESIA

Diterbitkan Oleh:

Perhimpunan Biologi Indonesia

Bekerja sama dengan

PUSLIT BIOLOGI-LIPI

Page 4: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

OBITUARI

Redaksi Jurnal Biologi Indonesia telah kehilangan seorang editor penelaah Dr. Ir Sri Sulandari, M.Sc.

yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 Jam 16.10 di RSCM,

Jakarta. Jabatan terakhir almarhumah sebagai Peneliti Madya/IVc di Pusat Penelitian Biologi-LIPI

sebagai ahli DNA Molekuler yang menekuni kajian DNA pada ayam lokal Indonesia dan berbagai

hidupan liar khususnya pada burung. Tiga tahun terakhir sangat aktif berusaha menyelamatkan

populasi kambing Gembrong di Kabupaten Karanganyar, Bali. Almarhumah meninggalkan seorang

suami Prof. Dr. Muladno, MSA yang bekerja sebagai guru besar di Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian bogor dan saat ini juga sebagai Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan,

Kementerian Pertanian, serta dua anak laki-laki Aussie Andry Vermarchnanto M. dan Endyea

Mendelian.

Page 5: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

Jurnal Biologi Indonesia yang diterbitkan oleh PERHIMPUNAN BIOLOGI INDONESIA bekerjasama

dengan PUSLIT BIOLOGI-LIPI. Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 artikel lengkap dan

satu artikel tulisan pendek. Penulis pada edisi ini sangat beragam yaitu dari Balai Besar Penelitian

Veteriner-Deptan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Pertanian, Bogor, Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, Bandung, Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan-IPB, Dept. Biokimia FMIPA-IPB, Institut

Sains dan Teknologi Nasional Jakarta, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pesisir &

Laut, Balitbang Kelautan & Perikanan, Kementerian Kelautan & Perikanan, Departemen Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan-Universitas Maritim Raja Ali Haji-

Tual, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya–LIPI, Puslit Biologi-LIPI, Puslit Bioteknologi-LIPI.

Page 6: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

Jurnal Biologi Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada para pakar yang telah

turut sebagai penelaah dalam Volume 11 No 2, Desember 2015:

Dr. Niken Tunjung Murti Pratiwi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

Dr. Agus Prijono Kartono, Fakultas Kehutanan IPB

Ir. Drs. Eko Harsono MSi, Puslit Limnologi-LIPI

Dra. Donowati Tjokrokusumo M.Phil, Pusat Teknologi Bioindustri, BPPT

Ir. M. Syamsul Arifin Zein MSi, Puslit Biologi LIPI

Drh. Anang S. Achmadi MSc, Puslit Biologi LIPI

Dr. Yuyu S. Poerba, Puslit Biologi LIPI

Ir. Dwi Agustiyani MSc, Puslit Biologi LIPI

Dr. Apon Zaenal Mustopa, Puslit Bioteknologi LIPI

Dr. Yopi Puslit Bioteknologi LIPI

Dr. Joeni S. Rahajoe, Puslit Biologi LIPI

Dr. Wartka Rosa Farida, Puslit Biologi LIPI

BIOLOGI

Page 7: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

Halaman

Efikasi Vaksin Inaktif Bivalen Avian Influenza Virus Subtipe H5N1 (Clade 2.1.3. dan Clade

2.3.2) di Indonesia

169

NLP. Indi Dharmayanti & Risa Indriani

Klon-klon Kentang Transgenik Hasil Persilangan Terseleksi Tahan terhadap Penyakit

Hawar Daun Phytophthora infestans Tanpa Penyemprotan Fungisida di Empat Lapangan

Uji Terbatas

177

Alberta Dinar Ambarwati, Kusmana, & Edy Listanto

Penambahan Inokulan Mikroba Selulolitik pada Pengomposan Jerami Padi untuk Media 187

Tanam Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)

Iwan Saskiawan

Identifikasi Molekular dan Karakterisasi Morfo-Fisiologi Actinomycetes Penghasil Senyawa

Antimikroba

195

Arif Nurkanto & Andria Agusta

Populasi dan Kesesuaian Habitat Langkap (Arenga obtusifolia Mart.) 205

di Cagar Alam Leuweung Sancang, Jawa Barat

Didi Usmadi, Agus Hikmat, Joko Ridho Witono, & Lilik Budi Prasetyo

Optimasi Produksi Enzim Amilase dari Bakteri Laut Jakarta (Arthrobacter arilaitensis )   215

Awan Purnawan, Y. Capriyanti, PA. Kurniatin, N. Rahmani, & Yopi

Pengaruh Antioksidan Eksopolisakarida dari Tiga Galur Bakteri Asam Laktat pada Sel

Darah Domba Terinduksi tert-Butil Hidroperoksida (t-BHP)

225

Fifi Afiati, Nina Ainul Widad, & Kusmiati

Ekosistem Lamun sebagai Bioindikator Lingkungan di P. Lembeh, Bitung, Sulawesi Utara 233

Agustin Rustam, Terry L. Kepel, Mariska A. Kusumaningtyas, Restu Nur Afi

Ati, August Daulat, Devi D. Suryono, Nasir Sudirman, Yusmiana P. Rahayu,

Peter Mangindaan, Aida Heriati, & Andreas A. Hutahaean

Identification of Bioactive Compound from Microalga BTM 11 as Hepatitis C Virus RNA 243

Helicase Inhibitor

Apon Zaenal Mustopa, Rifqiyah Nur Umami, Prabawati Hyunita Putri, Dwi

susilaningsih, & Hilda Farida

Kemampuan Cerna Protein dan Energi Metabolisme Perkici Pelangi (Trichoglossus

haematodus )

253

Rini Rachmatika & Andri Permata Sari

Optimasi Enzim α-Amilase dari Bacillus amyloliquefaciens O1 yang Diinduksi Substrat

Dedak Padi dan Karboksimetilselulosa

259

Yati Sudaryati Soeka, Maman Rahmansyah, & Sulistiani

Kajian Aspek Ekologis dan Daya Dukung Perairan Situ Cilala 267

Niken T.M. Pratiwi, Sigid Hariyadi, Inna Puspa Ayu, Aliati Iswantari,

Novita MZ, & Tri Apriadi

Page 8: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

Halaman

Penanda Genetik Tarsius (Tarsius spp.) dengan Menggunakan Gen Cytochrome Oxidase I

(COI) DNA Mitokondria (mtDNA) Melalui Metode Sekuensing

275

 Wirdateti, Sri Wijayanti Wulandari, & Paramita Cahyaningrum Kuswandi

Carboxymethyl Cellulose Hydrolyzing Yeast Isolated from South East Sulawesi, Indonesia 285

Atit Kanti

Uji Bakteri Simbiotik dan Nonsimbiotik Pelarutan Ca vs. P dan Efek Inokulasi Bakteri pada

Anakan Turi (Sesbania grandiflora L. Pers.)

295

Sri Widawati

TULISAN PENDEK 309

Mating behavior of Slow Loris (Nycticebus coucang ) at Captivity

Wartika Rosa Farida & Andri Permata Sari

Page 9: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

Klon-klon Kentang Transgenik Hasil Persilangan Terseleksi Tahan terhadap Penyakit Hawar Daun Phytophthora infestans Tanpa Penyemprotan Fungisida

di Empat Lapangan Uji Terbatas (Selected Potato Hybrid Clones Resistant to Late Blight Phytophthora infestans

Without Fungicide Spraying in Four Confined Field Trials)

Alberta Dinar Ambarwati1, Kusmana2, & Edy Listanto1 1Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Jl.

Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111. 2Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Jl. Tangkuban Parahu 517, Lembang, Bandung 40391

Memasukkan: November 2014, Diterima: Februari 2015

ABSTRACT The use of resistant varieties is an appropriate alternative in controlling the late blight, a major diseases on potato, caused by the fungus Phytophthora infestans. The development of late blight resistant potato was done through hybridization between non-transgenic Atlantic or Granola with RB transgenic Katahdin SP904 and SP951. The hybrid clones which have been positively contained the RB gene were evaluated for the resistance to P. infestans in four Confined Field Trials (CFTs) i.e. Pasir Sarongge (2008), Lembang (2009-2010), Pangalengan (2010-2011) and Banjarnegara (2011-2012). There are twelve selected hybrid clones which were resistant to P. infestans both in each location of CFT or in four locations were obtained. These clones consist of five clones from crosses of Atlantic and trangenic Katahdin SP951 (B35, B169, B163, B11, B162) and seven clones from crosses of Granola and transgenic Katahdin SP951 (D76, D12, D25, D48, D38, D37, D15). The selected hybrid clones showed resistance to P. infestans until 14 to 18 days after infection or about 40 to 45 days after planting, in the absence of fungicide spraying. The hybrid clones had a resistance score varied from 7,65 to 8,23 and were significantly different from the parents Atlantic and Granola, with a resistance score of 3,6 and 3,45, respectively. This was also supported by AUDPC values, which showed that AUDPC of the hybrid clones were in the range between Atlantic or Granola and transgewnic Katahdin SP951. This indicate that the resistance level of the hybrid clones is in the range between susceptible and resistant check. The resistant hybrid clones are valuable genetic resources for late blight resistance breeding programs, particularly in reducing the frequency of fungicide applications. Keywords : transgenic potato, hybrid clones, Phytophthora infestans, confined field trial

ABSTRAK Penggunaan varietas tahan merupakan pilihan yang tepat untuk pengendalian hawar daun, penyakit utama pada kentang yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans. Perakitan kentang tahan penyakit hawar daun dilakukan melalui persilangan antara tanaman non transgenik Atlantic atau Granola dengan transgenik Katahdin SP904 dan SP951. Klon-klon kentang hasil persilangan yang telah positif mengandung gen RB dievaluasi ketahanannya terhadap P. infestans di empat Lapangan Uji Terbatas (LUT), yaitu Pasir Sarongge (2008), Lembang (2009-2010), Pangalengan (2010-2011) dan Banjarnegara (2011-2012). Diperoleh 12 klon hasil persilangan yang terseleksi tahan terhadap P. infestans, baik di masing-masing lokasi LUT maupun di empat lokasi. Klon-klon tersebut terdiri dari lima klon hasil persilangan Atlantic dengan transgenik Katahdin SP951 (B35, B169, B163, B11, B162) dan tujuh klon hasil persilangan Granola dengan transgenik Katahdin SP951 (D76, D12, D25, D48, D38, D37, D15). Klon-klon kentang terseleksi menunjukkan tahan terhadap P. infestans sampai 14–18 hari setelah infeksi atau sekitar 40 sampai 45 hari setelah tanam, tanpa penyemprotan fungisida. Klon-klon tersebut mempunyai skor ketahanan yang bervariasi dari 7,65 sampai 8,23 dan berbeda secara nyata dengan tetuanya Atlantic dan Granola, yang mempunyai skor ketahanan masing-masing 3,6 dan 3,45. Ketahanan ini juga didukung oleh nilai AUDPC, dimana AUDPC klon-klon hasil persilangan berada dalam kisaran antara Atlantic atau Granola dan transgenik Katahdin SP951. Hal ini menunjukkan bahwa klon-klon hasil persilangan mempunyai tingkat ketahanan pada kisaran antara kontrol rentan dan kontrol tahan. Klon-klon hasil persilangan merupakan sumber genetik penting untuk program pemuliaan kentang tahan penyakit hawar daun, terutama dalam mengurangi frekuensi aplikasi fungisida. Kata Kunci: kentang transgenik, klon-klon persilangan, Phytophthora infestans, lapangan uji terbatas

Jurnal Biologi Indonesia 11 (2): 177-186 (2015)

Page 10: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

178

Ambarwati dkk.

event SP904 dan SP951 telah diuji efikasinya di

rumah kaca dan menunjukkan respon tahan

terhadap isolat P. infestans asal Jawa Barat

yaitu Pasir Sarongge, Pangalengan dan

Galunggung (Ambarwati et al. 2011). Tanaman

transgenik Katahdin digunakan sebagai sumber

ketahanan dengan cara menyilangkan dengan

varietas Atlantic dan Granola, yaitu varietas

unggul yang mendominasi area pertanaman

kentang, tetapi mempunyai kelemahan tidak

tahan terhadap P. infestans (Kusmana 2004;

Basuki et al. 2005). Telah dilakukan persilangan

tanaman kentang dengan empat kombinasi yaitu

Atlantic dengan transgenik Katahdin SP904 dan

SP951 dan Granola dengan transgenik Katahdin

SP904 dan SP951 (Ambarwati et al. 2009).

Pengujian awal ketahanan klon-klon

kentang transgenik hasil persilangan terhadap P.

infestans dilakukan di LUT Pasir Sarongge,

Lembang, Pangalengan dan Banjarnegara. Dari

pengujian ini diharapkan akan diperoleh klon-

klon kentang transgenik yang tahan terhadap P.

infestans. Namun, dari empat kombinasi

persilangan yang diuji, seleksi klon-klon terpilih

hanya dilakukan untuk persilangan Atlantic atau

Granola dengan transgenik Katahdin SP951.

Menurut hasil penelitian di LUT Lembang,

tanaman transgenik Katahdin SP951 lebih tahan

dibandingkan transgenik Katahdin SP904 (Herman

et al. 2007). Bioefikasi di mistchamber

menggunakan isolat P. infestans asal Pasir Sarongge,

Pangalengan dan Galunggung juga menunjukkan

bahwa tanaman transgenik Katahdin SP951

mempunyainilai AUDPC dan intensitas penyakit

yang lebih kecil dibandingkan transgenik Katahdin

SP904 (Ambarwati et al. 2011).

Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi

ketahanan klon-klon kentang transgenik hasil

persilangan terhadap penyakit hawar daun P.

infestans, sehingga diperoleh klon-klon terseleksi

yang tahan di setiap lokasi LUT maupun di empat

lokasi LUT yaitu Pasir Sarongge, Lembang,

Pangalengan dan Banjarnegara.

BAHAN DAN CARA KERJA

Evaluasi ketahanan klon-klon kentang

transgenik hasil persilangan terhadap hawar daun

P.infestans dilakukan dari tahun 2008–2012 di

empat lokasi LUT yaitu Pasir Sarongge (Jawa

PENDAHULUAN

Daerah pertanaman kentang di Indonesia

berada di dataran tinggi di berbagai provinsi,

meliputi Nangro Aceh Darusalam (Aceh

Tengah, Bener Meriah), Sumatra Utara (Karo,

Simalungun, Dairi), Sumatra Barat (Solok),

Jambi (Kerinci), Lampung (Lampung Barat), Jawa

Barat (Bandung, Garut, Kuningan), Jawa Tengah

(Wonosobo, Banjarnegara, Magelang, Brebes), Jawa

Timur (Probolinggo, Malang, Pasuruan), NTB

(Lombok Timur) (Julieta & Napitupulu 2006).

Kendala utama dalam budidaya tanaman kentang

adalah serangan penyakit hawar daun yang

disebabkan oleh cendawan patogen Phytophthora

infestans. Penanaman kentang di dataran tinggi

dengan curah hujan dan kelembaban tinggi akan

memicu munculnya serangan P. infestans. Pada

kondisi seperti ini serangan P. infestans dapat

berdampak pada penurunan hasil kentang

sampai 100% (Ojiambo et al. 2000). Di

Indonesia, serangan penyakit hawar daun pada

tanaman kentang dapat menyebabkan kerugian

sekitar 47 sampai 90% (Kusmana 2003).

Berbagai kombinasi fungisida dengan dosis

yang bervariasi telah diaplikasikan untuk

menanggulangi serangan penyakit hawar daun.

Dalam satu musim tanam, petani biasanya

menyemprot tanaman kentang dengan fungisida

20 sampai 30 kali. Hal ini mengakibatkan

petani harus mengeluarkan biaya produksi yang

lebih tinggi, karena biaya untuk pembelian

fungisida adalah setara dengan biaya untuk

pembelian bibit (Adiyoga 2009).

Pemanfaatan varietas tahan merupakan cara

yang paling efisien untuk mengendalikan penyakit

hawar daun. Tanaman kentang transgeniktahan

penyakit hawar daun P. Infestans telah dirakit

dengan menyisipkan gen RB ke dalam varietas

Katahdin melalui teknik Agrobacterium (Song et al.

2003). Gen RB diisolasi dari tanaman kentang liar

Solanum bulbocastanum, yang dapat memediasi

ketahanan dengan spektrum luas terhadap ras-ras P.

infestans (Song et al. 2003). Tanaman transgenik

Katahdin menunjukkan ketahanan yang bersifat

durable terhadap ras-ras P. infestansdi Amerika

Serikat, baik dalam pengujian di rumah kaca

maupun di lapangan uji terbatas (LUT) (Song et

al. 2003; Kuhl et al. 2007; Bradeen et al. 2009).

Di Indonesia, tanaman transgenik Katahdin

Page 11: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

179

Klon-klon Kentang Transgenik Hasil Persilangan Terseleksi Tahan terhadap

Barat, 2008), Balitsa, Lembang (Jawa Barat,

2009-2010), Pangalengan (Jawa Barat, 2010-

2011) dan Banjarnegara (Jawa Tengah, 2011-

2012).

Klon-klon kentang transgenik hasil persilangan

Atlantic atau Granola dengan transgenik Katahdin

SP904 atau SP951. Klon-klon tersebut telah

dianalisis secara molekuler mengandung gen RB

(Ambarwati et al. 2009).

Evaluasi ketahanan terhadap P.infestans

dilakukan di empat lokasi LUT yaitu:

Pasir Sarongge terdiri dari 22 klon hasil

persilangan Atlantic x transgenik Katahdin SP904, 16

klon hasil persilangan Atlantic x transgenik Katahdin

SP951, 19 klon hasil persilangan Granola x

transgenik Katahdin SP904 dan 27 klon hasil

persilangan Granola x transgenik Katahdin SP951.

Lembang terdiri dari 12 klon hasil persilangan

Atlantic x transgenik Katahdin SP904, 15 klon

hasil persilangan Atlantic x transgenik Katahdin

SP951, 17 klon hasil persilangan Granola x

transgenik Katahdin SP904 dan 20 klon hasil

persilangan Granola x transgenik Katahdin

SP951.

Pangalengan dan Banjarnegara terdiri dari

15 klon hasil persilangan Atlantic x transgenik

Katahdin SP904, 17 klon hasil persilangan

Atlantic x transgenik Katahdin SP951, 19 klon

hasil persilangan Granola x transgenik Katahdin

SP904 dan 22 klon hasil persilangan Granola x

transgenik Katahdin SP951.

Kontrol rentan yang digunakan adalah non

transgenik Atlantic dan Granola, sedangkan

kontrol tahan adalah transgenik Katahdin SP904

dan SP951.

Penanaman di LUT menggunakan rancangan

acak kelompok dengan 3 ulangan. Jarak tanam

30 cm x 75 cm, masing-masing terdiri 5

tanaman untuk tiap klon. Tanaman border

rentan yaitu kentang non transgenik Atlantic

atau Granola ditanam mengelilingi plot

percobaan pada setiap ulangan. Tanaman border

rentan yang sudah terinfeksi P. infestans

menjadi sumber inokulum bagi klon-klon uji.

Tanaman uji ditanam satu bulan setelah border

rentan. Jagung ditanam disekeliling luar plot

percobaan sebagai border.

Tanaman non transgenik Atlantic dan

Granola digunakan sebagai kontrol rentan

sedangkan tanaman transgenik Katahdin SP951

sebagai kontrol tahan. Tanaman kentang

diekspos pada kondisi alamiahnya dan tidak

diberikan inokulasi penyakit buatan. Munculnya

serangan awal penyakit P. infestans di setiap

lokasi LUT berbeda waktunya, oleh karena itu

pengamatan ketahanan dimulai saat klon-klon

uji menunjukkan gejala awal terserang P.

infestans (hari setelah infeksi). Selama percobaan

berlangsung tidak dilakukan penyemprotan

fungisida.

Pengamatan dimulai saat muncul gejala awal

tanaman terserang P. infestans yang dianggap

sebagai hari kesatu setelah infeksi (hsi). Untuk

menghitung kumulatif serangan P.infestans, maka

pengamatan ketahanan dilakukan sebanyak lima kali.

Ketahanan tanaman diskor berdasarkan persentase

daun terserang, menurut skala 0 - 9 (Henfling

1979; Halterman et al. 2008), yaitu: 0 (100%), 1

(> 90%), 2 (81 – 90%), 3 (71 – 80%), 4 (61 –

70%), 5 (41 – 60%), 6 (26 – 40%), 7 (11 –

25%), 8 (<10%), dan 9 (0%). Tingkat ketahanan

tanaman ditentukan berdasarkan skor yang

dimiliki tiap tanaman uji, dimana skor ≥ 7 (≤

25% infeksi) termasuk ke dalam kategori tahan

pada 7 hari setelah infeksi (Song et al. 2003;

Colton et al. 2006; Halterman et al. 2008), skor

≥ 6 - < 7 agak tahan dan <6 rentan.

Persentase intensitas serangan dihitung

dengan rumus: Σ n x v

IP = ------------- x 100%

N x Z

(IP = intensitas penyakit, n = jumlah tanaman dari tiap

kategori serangan, v = nilai skala dari tiap kategori

serangan (0-9), N = jumlah tanaman contoh, Z = skor dari

kategori serangan tertinggi).

Kumulatif serangan hawar daun dihitung

menggunakan metode AUDPC (area under

the diseases progress curve) (Campbell &

Madden 1990), yaitu:

n

AUDPC = Σ (Xt+1 + Xt ) (Dt+1 – Dt) i=1

(Xt = persentase serangan penyakit hawar daun,

pengamatan pada waktu ke t, Xt+1 = persentase serangan

penyakit hawar daun pada pengamatan t +1 pengamatan

berikutnya, (Dt+1–Dt) = interval pengamatan dari

pengamatan pertama ke pengamatan kedua). Semakin

tinggi nilai AUDPC suatu klon menunjukkan semakin

rentan terhadap penyakit.

Page 12: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

180

Ambarwati dkk.

Analisis data menggunakan program SAS

sistem 9.0, dan uji beda nyata menggunakan

DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada

taraf 5%.

HASIL

Evaluasi ketahanan klon-klon kentang

transgenik hasil persilangan telah dilakukan dari

tahun 2008 sampai 2012 di empat lokasi LUT

yaitu di Pasir Sarongge (2008), Lembang (2009-

2010), Pangalengan (2010-2011) dan Banjarnegara

(2011-2012). Seleksi klon-klon terpilih hanya

dilakukan untuk klon kentang hasil persilangan

Atlantic dengan transgenik Katahdin SP951 dan

Granola dengan transgenik Katahdin SP951.

Telah terpilih 10 sampai 12 klon yang

menunjukkan respon tahan terhadap infeksi

hawar daun P. infestans. Klon-klon tersebut

adalah lima klon hasil persilangan Atlantic x

transgenik Katahdin SP951 (B35, B169, B163,

B11, B162) dan tujuh klon hasil persilangan

Granola x transgenik Katahdin SP951 (D76,

D12, D25, D48, D38, D37, D15). Respon

Tabel 1. Klon-klon kentang transgenik hasil persilangan, terseleksi tahan terhadap penyakit hawar daun P.infestans tanpa penyemprotan fungisida di lapangan uji terbatas Pasir Sarongge, Jawa Barat, 2008.

Keterangan: B: Atlantic x transgenik Katahdin SP951, D: Granola x transgenik Katahdin SP951, hst: hari setelah tanam, hsi: hari setelah infeksi, Skor ketahanan berdasarkan persentase daun yang terinfeksi (0 = 100, 1 >90, 2 = 81 - 90, 3 =71 - 80, 4 = 61 - 70, 5 = 41 - 60, 6 = 26 - 40, 7 = 11 - 25, 8 = <10 dan 9 = 0, Henfling, 1979 & Halterman et al. 2008).

56 hst 60 hst 63 hst 70 hst 77 hst

(1 hsi) (4 hsi) (7 hsi) (14 hsi) (21 hsi)

26 B169 9,0 9,0 8,8 7,7 5,1

27 B163 9,0 9,0 8,3 8,0 6,9

28 B11 9,0 8,9 8,6 6,6 2,6

29 B162 9,0 9,0 8,8 6,7 0,7

60 D76 8,8 8,8 8,4 7,1 3,9

62 D12 9,0 9,0 8,7 8,1 4,6

63 D25 9,0 9,0 8,8 7,9 0,0

65 D48 8,9 8,8 8,3 6,6 2,2

66 D38 9,0 9,0 8,9 8,1 4,2

69 D37 9,0 9,0 8,8 7,0 5,4

70 D15 9,0 8,9 8,8 7,0 5,8

74 Atlantic 7,1 6,8 5,8 1,0 0,0

75 Granola 7,3 6,9 6,1 3,0 0,0

76 Katahdi 8,5 8,0 6,4 1,0 0,0

79 Katahdi 9,0 9,0 8,7 8,3 6,8

No KlonSkor ketahanan

Tabel 2. Klon-klon kentang transgenik hasil persilangan terseleksi tahan terhadap penyakit hawar daun P.infestans tanpa penyemprotan fungisida di lapangan uji terbatas Lembang, Jawa Barat, 2009-2010

Tabel 3. Klon-klon kentang transgenik hasil persilangan terseleksi tahan terhadap penyakit hawar daun P.infestans tanpa penyemprotan fungisida di lapangan uji terbatas Pangalengan, Jawa Barat, 2010-2011

Keterangan: Lihat Tabel 1

Keterangan: Lihat Tabel 1

26 hst 32 hst 39 hst 46 hst 53 hst

(1 hsi) (7 hsi) (14 hsi) (21 hsi) (28 hsi)

20 B35 9,0 8,9 8,6 5,6 2,2

26 B169 8,9 8,8 8,4 5,1 1,9

27 B163 9,0 9,0 7,2 5,0 1,4

28 B11 9,0 9,0 7,8 5,1 2,1

29 B162 8,9 7,6 7,0 3,3 0,9

60 D76 9,0 8,9 7,4 4,7 3,9

62 D12 9,0 9,0 8,2 5,1 3,4

63 D25 9,0 9,0 7,8 5,6 3,7

65 D48 9,0 8,9 7,8 6,1 2,7

66 D38 8,9 8,5 7,5 5,9 5,1

69 D37 9,0 9,0 8,5 6,2 4,4

70 D15 9,0 8,9 7,3 5,9 1,5

74 Atlantic 8,9 6,9 1,0 0,2 0,0

75 Granola 8,8 6,6 1,2 1,2 0,6

76 Katahdin 8,5 7,1 1,5 0,3 0,0

79 Katahdin

951

9,0 9,0 7,6 6,4 1,9

No Klon

Skor ketahanan

28 hst 35 hst 42 hst 49 hst 56 hst

(1 hsi) (8 hsi) (15 hsi) (22 hsi) (29 hsi)

20 B35 8,9 8,5 7,9 7,3 6,8

26 B169 8,8 8,5 8,0 7,5 6,1

27 B163 8,9 8,5 7,4 6,8 6,0

28 B11 8,7 8,3 8,0 7,2 6,7

29 B162 8,8 8,4 7,6 6,7 6,0

60 D76 8,9 8,5 8,0 7,3 6,8

62 D12 9,0 8,4 6,9 6,7 6,1

63 D25 8,9 8,5 7,6 6,7 6,0

65 D48 8,9 8,5 7,7 6,5 5,9

66 D38 8,9 8,5 7,7 7,3 6,3

69 D37 9,0 8,4 8,0 7,5 6,7

70 D15 8,7 8,2 7,6 6,4 6,3

74 Atlantic 8,1 7,7 4,0 3,6 0,9

75 Granola 6,7 6,0 4,3 3,3 1,3

76 Katahdin

79 Katahdin

951

9,0 9,0 9,0 7,5 7,0

No Klon

Skor ketahanan

Tidak tumbuh

Page 13: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

181

Klon-klon Kentang Transgenik Hasil Persilangan Terseleksi Tahan terhadap

28 hst 38 hst 45 hst 52 hst 59 hst

(1 hsi) (11 hsi) (18 hsi) (25 hsi) (32 hsi)

20 B35 9,0 8,6 7,9 3,7 0,7

26 B169 9,0 8,5 7,7 4,3 0,3

27 B163 9,0 8,7 7,7 3,1 0,3

28 B11 8,9 8,7 7,3 4,4 1,2

29 B162 9,0 8,5 7,3 1,8 0,5

60 D76 9,0 8,4 7,5 3,5 0,3

62 D12 9,0 8,6 8,3 4,9 0,4

63 D25 9,0 8,6 7,5 3,9 0,5

65 D48 9,0 8,5 7,5 2,9 0,1

66 D38 9,0 8,7 8,4 7,2 3,5

69 D37 9,0 8,5 7,4 4,7 0,4

70 D15 8,7 8,5 8,2 6,5 1,9

74 Atlantic

75 Granola 8,1 7,8 3,4 1,9 0,0

76 Katahdin 8,7 7,7 5,0 4,5 0,0

79 Katahdin

951

8,9 8,6 8,0 3,8 0,5

Tidak tumbuh

NoKlon

Skor ketahanan

Tabel 4. Klon-klon kentang transgenik hasil persilangan terseleksi tahan terhadap penyakit hawar daun P.infestans tanpa penyemprotan fungisida di lapangan uji terbatas Banjarnegara, Jawa Tengah, 2011-2012

Keterangan: Lihat Tabel 1

Tabel 5. Klon-klon kentang transgenik hasil persilangan yang terseleksi tahan terhadap penyakit hawar daun P. infestans tanpa penyemprotan fungisida di empat lapangan uji terbatas 2008-2012

Keterangan: B: Atlantic x transgenik Katahdin SP951; D: Granola x transgenik Katahdin SP951; hsi: hari setelah infeksi. Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf kepercayaan P = 0,05

88,5 %, sedangkan 8 klon hasil persilangan

masih tahan dengan skor bervariasi dari 7,0

sampai 8,1 dan 3 klon hasil persilangan

menunjukkan respon agak tahan dengan skor

6,6 sampai 6,7. Hal ini menunjukkan bahwa

tanpa penyemprotan fungisida klon-klon hasil

persilangan lebih tahan dibandingkan tetuanya

Atlantic maupun Granola. Ketahanan tanaman

semakin berkurang dengan bertambahnya

periode pengamatan.

Hal yang sama dijumpai di LUT Lembang.

Pada 39 hst atau 14 hsi Atlantic dan Granola sudah

rentan terhadap serangan P. infestans,masing-masing

dengan skor 1,0 dan 1,2. Klon-klon hasil persilangan

dan tetuanya Katahdin SP951 masih tahan

dengan skor berkisar dari 7,0 sampai 8,6 (Tabel

2). Hasil ini menunjukkan bahwa klon-klon

hasil persilangan lebih tahan dibandingkan tetua

rentan Atlantic dan Granola dan mempunyai

ketahanan yang sama dengan tetua tahannya

transgenik Katahdin SP951.

Evaluasi ketahanan di LUT Pangalengan

ketahanan klon-klon tersebut pada masing-

masing lokasi LUT ditampilkan pada Tabel 1, 2,

3, dan 4.

Gejala awal infeksi P. infestans ditandai

dengan adanya bercak-bercak basah berwarna

coklat yang kemudian meluas pada permukaan

daun. Untuk mengundang infeksi P. infestans

dilakukan penanaman varietas rentan Atlantic

atau Granola, sehingga apabila terinfeksi P.

infestans dapat menjadi sumber inokulum bagi

klon-klon kentang yang diuji. Pengamatan

pertama infeksi P. infestans yang dilakukan di

setiap LUT adalah bervariasi waktunya,

tergantung dari ketersediaan inokulum di lapang

untuk menginfeksi varietas rentan maupun klon-

klon yang diuji.

Percobaan di LUT Pasir Sarongge pada 56

hari setelah tanam (hst) menunjukkan bahwa

klon-klon hasil persilangan mempunyai skor

ketahanan 8,8 sampai 9 (Tabel 1),yang termasuk

kategori tahan menurut skala 0 – 9 (Henfling

1979; Halterman et al. 2008). Pada 70 hst atau

14 hari setelah infeksi (hsi), Atlantic dan

Granola sudah rentan terhadap P. infestans,

masing-masing mempunyai skor 1,0 dan 3,0

dengan intensitas serangan sebesar 66,7 sampai

Skor ketahanan

pada 14 – 18 hsi

20 B35 8,13 a

26 B169 8,23 a

27 B163 7,65 a

28 B11 7,93 a

29 B162 7,68 a

60 D76 7,83 a

62 D12 8,03 a

63 D25 7,93 a

65 D48 7,83 a

66 D38 8,03 a

69 D37 8,18 a

70 D15 7,98 a

74 Atlantic 3,60 b

75 Granola 3,45 b

76 Katahdin 4,30 b

79Katahdin

SP9518,33 a

14,03

No Klon

kk (%)

Page 14: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

182

Ambarwati dkk.

menunjukkan bahwa 12 klon kentang hasil

persilangan tahan terhadap P. infestans pada 42

hst atau 15 hsi dengan skor 6,9 sampai 8,0. Tetua

tahan transgenik Katahdin SP951 mempunyai skor

9 atau belum terinfeksi P.infestans, sedangkan

Atlantic dan Granola sudah rentan dengan skor

4,0 dan 4,3 (Tabel 3). Sampai 56 hst atau 29 hsi,

klon-klon hasil persilangan masih menunjukkan

kriteria agak tahan terhadap P. infestans. Klon-

klon hasil persilangan juga menunjukkan respon

tahan di LUT Banjarnegara pada 45 hst (18 hsi)

dengan skor 7,3 sampai 8,4 sedangkan Granola

sudah rentan dengan skor 3,4 (Tabel 4). Klon

D38 hasil persilangan antara Granola dengan

transgenik Katahdin SP951 masih tahan dengan

skor 7,2 sampai pengamatan 52 hst (25 hsi).

Evaluasi ketahanan di empat LUT menunjukkan

bahwa klon-klon hasil persilangan lebih tahan

terhadap P. infestans dibandingkan tetuanya

Atlantic dan Granola.

Perbedaan ketahanan klon-klon kentang hasil

persilangan dibandingkan tetuanya Atlantic atau

Granola terjadi pada waktu yang berbeda yaitu

70 hst, 39 hst, 44 hst dan 45 hst, masing-masing

untuk percobaan di LUT Pasir Sarongge, Lembang,

Pangalengan dan Banjarnegara. Namun apabila

dilihat dari munculnya gejala awal serangan P.

infestans di masing-masing lokasi, maka perbedaan

ketahanan tersebut terjadi pada 13 sampai 18 hsi.

Menurunnya ketahanan klon-klon yang

Gambar 2. Area under the disease progress curve (AUDPC) klon-klon transgenik hasil persilangan Atlantic dengan transgenik Katahdin SP951 (A), dan Granola dengan transgenik Katahdin SP951 (B) tanpa penyemprotan fungisida di LUT Lembang 2009-2010.

Gambar 1. Area under the disease progress curve (AUDPC) klon-klon transgenik hasil persilangan Atlantic dengan transgenik Katahdin SP951 (A), dan Granola dengan transgenik Katahdin SP951 (B) tanpa penyemprotan fungisida di LUT Pasir Sarongge 2008.

A B

A B

Page 15: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

183

Klon-klon Kentang Transgenik Hasil Persilangan Terseleksi Tahan terhadap

A B

Gambar 3. Area under the disease progress curve (AUDPC) klon-klon transgenik hasil persilangan Atlantic dengan transgenik Katahdin SP951 (A), dan Granola dengan transgenik Katahdin SP951 (B) tanpa penyemprotan fungisida di LUT Pangalengan 2010-2011.

Gambar 4. Area under the disease progress curve (AUDPC) klon-klon transgenik hasil persilangan Atlantic dengan transgenik Katahdin SP951 (A), dan Granola dengan transgenik Katahdin SP951 (B) tanpa penyemprotan fungisida di LUT Banjarnegara 2011-2012

diuji diikuti dengan semakin tingginya intensitas

penyakit dan AUDPC. Pada semua lokasi LUT, klon

-klon hasil persilangan Atlantic dengan Katahdin

SP951 (Gambar 1A, 2A, 3A, 4A) mempunyai

total AUDPC yang lebih kecil dibandingkan

Atlantic dan klon-klon hasil persilangan

Granola dengan Katahdin SP951 (Gambar 1B,

2B, 3B, 4B) mempunyai total AUDPC yang

lebih kecil dibandingkan Granola, tetapi lebih

tinggi dibandingkan tetua transgenik Katahdin

SP951. Hal ini menunjukkan bahwa klon-klon

hasil persilangan mempunyai ketahanan yang berada

dalam kisaran tetua-tetuanya, yaitu lebih tinggi

dibandingkan Atlantic dan Granola tetapi lebih

rendah dari transgenik Katahdin SP951.

Keragaan fenotipik klon-klon kentang

transgenik hasil persilangan pada evaluasi

ketahanan terhadap penyakit hawar daun P.

infestans di LUT Pangalengan ditampilkan pada

Gambar 5. Border tanaman peka sudah mati

terserang penyakit hawar daun pada umur 30

hst, demikian pula dengan Atlantic dan Granola

pada umur 44 hst. Contoh klon-klon yang tahan

sampai 44 hst tanpa penyemprotan fungisida

adalah B11 (Atlantic x transgenik Katahdin

SP951), D25 dan D38 (Granola x transgenik

Katahdin SP951).

Klon-klon kentang transgenik hasil

persilangan yang telah terseleksi tahan terhadap

P. infestans di masing-masing LUT yaitu Pasir

Sarongge, Lembang, Pangalengan dan Banjarnegara

ternyata juga menunjukkan ketahanan di semua

A B

Page 16: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

184

Ambarwati dkk.

Atlantic Border Granola

Klon B11 Klon D25 Klon D38

lokasi LUT. Tabel 5 menunjukkan bahwa pada

14 sampai 18 hsi terdapat perbedaan ketahanan

klon-klon hasil persilangan yang mempunyai

skor 7,65 - 8,23 dengan Atlantic (3,60) dan

Granola (3, 4, 5).

PEMBAHASAN

Klon-klon transgenik hasil persilangan

menunjukkan respon tahan terhadap P. infestans

sampai 14 – 18 hsi atau sekitar 40 – 45 hst di

LUT Pasir Sarongge, Lembang, Pangalengan

dan Banjarnegara, sedangkan tetuanya Atlantic

dan Granola sudah rentan dengan skor 3 sampai

4. Ketahanan klon-klon kentang hasil persilangan

juga didukung oleh nilai AUDPC, dimana AUDPC

klon-klon kentang hasil persilangan lebih kecil

dibandingkan Atlantic dan Granola. Semakin

tinggi nilai AUDPC, maka tanaman akan semakin

rentan (CIP 2007). Ketahanan tanaman di lapang

juga didukung oleh hasil bioefikasi di rumah kaca

terhadap isolat P. infestans asal Banjarnegara,

Pangalengan dan Garut yang menunjukkan bahwa

klon kentang hasil persilangan lebih tahan dan

berbeda nyata dibandingkan tetua rentan Atlantic dan

Granola, berdasarkan skor ketahanan tanaman dan

nilai AUDPC (ABSPII 2013).

Namun demikian, pada akhir pengamatan di

semua lokasi LUT, klon-klon hasil persilangan

menunjukkan penurunan sifat ketahanan dan

terserang penyakit hawar daun P. infestans.Gen

RB yang memediasi ketahanan terhadap P.

infestans adalah ketahanan yang bersifat lapang

atau horizontal, dan berspektrum luas terhadap

ras-ras P. infestans di Amerika (Song et al.

2003). Gen RB tidak menyebabkan tanaman imun

terhadap P. infestans, tetapi dapat menunda dan

membatasi perkembangan serta penyebaran

patogen (Bradeen et al. 2009).

Berkurangnya ketahanan tanaman juga

berhubungan dengan bertambahnya umur fisiologis

tanaman (Millett & Bradeen 2007). Menurut Millett

et al. (2009) ketahanan yang dimediasi oleh gen RB

bervariasi sepanjang perkembangan tanaman. Pada

umur fisiologis tanaman sampai fase pra-berbunga,

ketahanan tanaman akan lebih tinggi dibandingkan

pada fase pasca-berbunga atau mendekati penuaan.

Namun, Bradeen et al. (2009) mendapatkan bahwa

disepanjang perkembangan tanaman tidak terdapat

perbedaan tingkat transkripsi gen RB.

Klon-klon kentang transgenik hasil persilangan

yang menunjukkan ketahanan sampai 14 – 18 hsi

atau sekitar 40 – 45 hst tanpa penyemprotan

fungisida akan sangat bermanfaat dalam mengurangi

frekuensi aplikasi fungisida, sehingga berdampak

pada pengurangan biaya produksi. Menurut hasil

survei yang dilakukan oleh Adiyoga dan

Ameriana (2000) terhadap petani kentang di

Pangalengan, Jawa Barat, menyatakan bahwa

komponen biaya produksi yang cenderung

meningkat dengan cepat adalah pengeluaran untuk

pengendalian hama penyakit. Pengeluaran biaya

untuk pestisida menempati urutan ke dua setelah

bibit, atau bahkan setara dengan pengeluaran

Gambar 5. Keragaan fenotipik klon-klon kentang transgenik hasil persilangan pada evaluasi ketahanan terhadap penyakit hawar daun P.infestans tanpa penyemprotan fungisida di lapangan uji terbatas Pangalengan, Jawa Barat, 2010-2011. B: Atlantic x transgenik Katahdin SP951, D: Granola x transgenik Katahdin SP951.

Page 17: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

185

Klon-klon Kentang Transgenik Hasil Persilangan Terseleksi Tahan terhadap

bibit, dibandingkan untuk keperluan pupuk dan

tenaga kerja. Selanjutnya, menurut studi ex-ante

Adiyoga (2009), dalam satu musim tanam

petani kentang melakukan penyemprotan

fungisida sebanyak 20 sampai 30 kali. Biaya

fungisida yang diperlukan untuk mengendalikan

penyakit hawar daun diperkirakan sekitar 75% dari

total biaya yang dihabiskan untuk pestisida.

Pengurangan aplikasi fungisida memberikan

dampak positif bagi petani karena akan mengurangi

biaya produksi dan kemungkinan kontak dengan

fungisida.

Klon-klon yang mempunyai ketahanan

terhadap penyakit hawar daun akan sangat

membantu program pemuliaan tanaman

kentang, khususnya dalam mengurangi biaya

untuk aplikasi fungisida. Namun, untuk dapat

diadopsi petani, selain faktor ketahanan terhadap

P. Infestans sangat diperlukan informasi tentang

karakter agronomi, seperti tinggi tanaman,

bentuk umbi, warna umbi dan daging umbi serta

komponen hasil.

KESIMPULAN DAN SARAN

Evaluasi ketahanan klon-klon kentang

transgenik hasil persilangan terhadap penyakit

hawar daun P. infestans di LUT Pasir Sarongge

(2008), Lembang (2009-2010), Pangalengan (2010-

2011) dan Banjarnegara (2011-2012) menghasilkan

12 klon terseleksi tahan terhadap P. infestans di

masing-masing lokasi LUT dan di keempat lokasi

LUT. Ke-12 klon tersebut adalah 5 klon hasil

persilangan Atlantic x transgenik Katahdin S951

(B35, B169, B163, B11, B162) dan 7 klon hasil

persilangan Granola x transgenik Katahdin S951

(D76, D12, D25, D48, D38, D37, D15).

Tanpa penyemprotan fungisida, klon-klon

kentang terseleksi menunjukkan ketahanan

terhadap P. infestans sampai 14 – 18 hsi atau

sekitar 40 – 45 hst, dengan skor ketahanan 7,65

sampai 8,23 yang berbeda nyata dibandingkan

Atlantic (skor 3,60) dan Granola (skor 3,45).

Nilai AUDPC klon-klon hasil persilangan lebih

kecil dibandingkan Atlantic dan Granola,

namun lebih besar dari transgenik Katahdin

SP951, yang mengindikasikan bahwa klon-klon

tersebut mempunyai tingkat ketahanan pada

kisaran kedua tetuanya.

Perlu dilakukan penelitian untuk melihat

karakter hortikultura dari klon-klon hasil persilangan

yang telah tahan terhadap penyakit hawar daun

P. infestans.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada Ibu Dedeh Suwarsih dan Bapak Usep

Jaenudin di Balai Penelitian Tanaman Sayuran,

Lembang serta Ibu Sukma Wijayanti di Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Pertanian, Bogor yang telah banyak membantu

dalam pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

ABSPII. 2013. Technical Report of Late Blight

Resistant (LBR) Potato Activities in

Indonesia. Agricultural Biotechnology

Support Project II. January – June, 2013.

33.

Adiyoga, W. & M. Ameriana. 2000. Sistem

pengetahuan lokal pengendalian hama

penyakit kentang di Pangalengan. Jurnal

Hortikultura 10(3):226.240.

Adiyoga, W. 2009. Costs and benefits of

transgenic late blight resistant potatoes in

Indonesia. Dalam: Norton, GW., & M.H.

Desiree (eds.). Projected Impacts of

Agricultural Biotechnologies for Fruits

and Vegetables in the Philippines and

Indonesia. ISAAA SEAsia Center, Los

Banos, Laguna 4030, Philippines. 86-104.

Ambarwati, AD., A. Purwito, M. Herman, SM.

Sumaraw, & H. Aswidinnoor. 2009. Analisis

integrasi dan segregasi gen ketahanan

terhadap hawar daun pada progeni F1 hasil

persilangan tanaman kentang transgenik

dengan non transgenik. Jurnal Agro Biogen 5

(1): 25-31.

Ambarwati, AD., SM. Sumaraw, A. Purwito, M.

Herman, E. Suryaningsih, & H. Aswidinnoor.

2011. Efikasi gen RB pada tanaman kentang

transgenik Katahdin SP904 dan SP951

terhadap empat isolat Phytophthora infestans

dari Jawa Barat. Jurnal AgroBiogen 7(1): 28-

36.

Basuki, RS., Kusmana, & A. Dimyati. 2005.

Analisis daya hasil, mutu, dan respon

Page 18: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

186

Ambarwati dkk.

pengguna terhadap klon 380584.3, TS-2,

FBA-4, I-1085, dan MF-II sebagai bahan

baku keripik kentang. Jurnal Hortikultura

15(3): 160-170.

Bradeen, JM., M. Iorizzo, DS. Mollov, J. Raasch,

LC. Kramer, BP. Millet, S. Austin-Phillips, J.

Jiang, & D. Carputo. 2009. Higher copy

numbers of the potato RB transgene

correspond to enhanced transcript and late

blight resistance levels. Molecular Plant-

Microbe Interaction 22(4):437-446.

Campbell, C. & LV. Madden. 1990. Introduction to

plant disease epidemiology. Wiley, New

York, USA.

CIP. 2007. Procedures for standard evaluation trials

of advanced potato clones. An International

Cooperator’s Guide. Bonierbale, M., S. de

Haan, & A. Forbes (eds.). 41-53.

Colton, LM., HI. Groza, SM. Wielgus, & J.

Jiang. 2006. Marker-Assisted Selection

for the broad-spectrum potato late blight

resistance conferred by gene RB derived

from a wild potato species. Crop Science

46:589-594.

Halterman, DA., LC. Kramer, S. Wielgus, & J.

Jiang. 2008. Performance of transgenic

potato containing the late blight resistance

gene RB. Plant Disease 92:339-343.

Henfling, JW. 1979. Late blight of potato:

Phytophthora infestans. Dalam:Technical

Information Bulletin. International Potato

Center, Lima, Peru.13.

Herman, M., E. Sofiari, E. Suryaningsih, AD.

Ambarwati, E. Listanto, S. Wijayanti, &

H.Purwanti. 2007. Annual report of product

development of late blight resistant

(LBR) potato in Indonesia. USAID/ABSP

II, Cornell University, Ithaca, NY, USA.

Julieta, DB. & A. Napitupulu. 2006. Buku Tahunan

Hortikultura Seri: Tanaman Sayuran.

Departemen Pertanian.

Kuhl, JC., K. Zarka, J. Coombs, WW. Kirk, &

DS. Douches. 2007. Late blight resistance

of RB transgenic potato lines. Journal of

the American Society for Horticultural

Science 132(6):783-789.

Kusmana. 2003. Evaluasi beberapa klon kentang asal

stek batang untuk uji ketahanan terhadap

Phytophthorainfestans. Jurnal Hortikultura

13(4): 220-228.

Kusmana. 2004. Evaluasi resistensi 26 genotip

kentang terhadap penyakit busuk daun di

Cibodas, Lembang. Jurnal Hortikultura

14(1): 15-24.

Millett, BP. & JM. Bradeen. 2007. Development of

allele-specific PCR and RT-PCR assays for

clustered resistance genes using a potato late

blight resistance as a model. Theoretical

Applied Genetics. 114:501-513.

Millett, BP., DS. Mollov, M. Iorizzo, D.

Carputo, & JM. Bradeen. 2009. Changes

in disease resistance phenotypes associated

with plant physiological age are not caused by

variation in R gene transcript abundance.

Molecular Plant-Microbe Interaction 22

(3):362-368.

Ojiambo, PS., JO. Nyanapah, C. Lung’aho, JK.

Karinga, & HM. Kidanemariam. 2000.

Comparing different epidemiological models

in field evaluations of selected genotypes from

Solanum tuberosum CIP population A for

resistance to Phytophthorain festans (Mont.)

De Bary in Kenya. Euphytica 111:211-218

Song, J., JM. Bradeen, SK. Naess, JA. Raasch,

SW. Wielgus, GT. Haberlach, J. Liu, H.

Kuang, S. Austin-Phillips, CR. Buell, JP.

Helgeson, & J. Jiang. 2003. Gene RB

cloned from Solanum bulbocastanum

confers broad spectrum resistance to

potato late blight. Proceedings of the

National. Academy of Sciences. USA

100:9128-9133.

Page 19: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon

PANDUAN PENULIS

Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah disusun dengan urutan: JUDUL (bahasa Indonesia dan Inggris), NAMA PENULIS (yang disertai dengan alamat Lembaga/Instansi), ABSTRAK (bahasa Inggris, dan Indonesia maksimal 250 kata), KATA KUNCI (maksimal 6 kata), PENDAHULUAN, BAHAN DAN CARA KERJA, HASIL, PEMBAHASAN, UCAPAN TERIMA KASIH (jika diperlukan) dan DAFTAR PUSTAKA. Penulisan Tabel dan Gambar ditulis di lembar terpisah dari teks.

Naskah diketik dengan spasi ganda pada kertas HVS A4 maksimum 15 halaman termasuk gambar, foto, dan tabel disertai CD. Batas dari tepi kiri 3 cm, kanan, atas, dan bawah masing-masing 2,5 cm dengan program pengolah kata Microsoft Word dan tipe huruf Times New Roman berukuran 12 point. Setiap halaman diberi nomor halaman secara berurutan. Gambar dalam bentuk grafik/diagram harus asli (bukan fotokopi) dan foto (dicetak di kertas licin atau di scan). Gambar dan Tabel di tulis dan ditempatkan di halaman terpisah di akhir naskah. Penulisan simbol a, b, c, dan lain-lain dimasukkan melalui fasilitas insert, tanpa mengubah jenis huruf. Kata dalam bahasa asing dicetak miring. Naskah dikirimkan ke alamat Redaksi sebanyak 3 eksemplar (2 eksemplar tanpa nama dan lembaga penulis).

Penggunaan nama suatu tumbuhan atau hewan dalam bahasa Indonesia/Daerah harus diikuti nama ilmiahnya (cetak miring) beserta Authornya pada pengungkapan pertama kali.

Pustaka didalam teks ditulis secara abjad.

Contoh penulisan Daftar Pustaka sebagai berikut :

Jurnal : Achmadi, AS., JA. Esselstyn, KC. Rowe, I. Maryanto & MT. Abdullah. 2013. Phylogeny, divesity , and

biogeography of Southeast Asian Spiny rats (Maxomys). Journal of mammalogy 94 (6):1412-123. Buku : Chaplin, MF. & C. Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press. Cambridge. Bab dalam Buku : Gerhart, P. & SW. Drew. 1994. Liquid culture. Dalam : Gerhart, P., R.G.E. Murray, W.A. Wood, & N.R.

Krieg (eds.). Methods for General and Molecular Bacteriology. ASM., Washington. 248-277. Abstrak : Suryajaya, D. 1982. Perkembangan tanaman polong-polongan utama di Indonesia. Abstrak Pertemuan

Ilmiah Mikrobiologi. Jakarta . 15 –18 Oktober 1982. 42. Prosiding : Mubarik, NR., A. Suwanto, & MT. Suhartono. 2000. Isolasi dan karakterisasi protease ekstrasellular dari

bakteri isolat termofilik ekstrim. Prosiding Seminar nasional Industri Enzim dan Bioteknologi II. Jakarta, 15-16 Februari 2000. 151-158.

Skripsi, Tesis, Disertasi : Kemala, S. 1987. Pola Pertanian, Industri Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit di Indonesia.[Disertasi].

Bogor : Institut Pertanian Bogor. Informasi dari Internet : Schulze, H. 1999. Detection and Identification of Lories and Pottos in The Wild; Information for surveys/

Estimated of population density. http//www.species.net/primates/loris/lorCp.1.html.

Page 20: Jurnal Biologi Indonesia - perbiol.files.wordpress.com · d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 ... Klon-klon